CRS SNAKE BITE Rima - DR Denison
CRS SNAKE BITE Rima - DR Denison
SNAKE BITE
Pembimbing:
Dr. Dennison Sp. B
Oleh :
Rima Artika Mayanda
G1A218030
PENDAHULUAN
Gigitan ular merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi di
negara tropis dan subtropis. Pada tahun 2009, WHO memasukkan gigitan ular
dalam daftar penyakit tropis yang ditelantarkan dan sampai sekarang tetap
sebagai masalah kesehatan masyarakat global. Mayoritas penduduk Indonesia
bekerja dibidang pertanian dianggap sebagai populasi berisiko tinggi untuk
terkena gigitan ular.
Tanda Vital
7
Kepala : bentuk simetris, deformitas
Jantung :
Mata : Pupil isokor, Reflek cahaya (+/+), Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera
I : Ictus Cordis terlihat
Ikterik (-/-), edem papelbra (-/-)
P : Ictus Cordis teraba
di ICS V linea Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-)
midclavicula sinistra Mulut : Bentuk normal, bibir kering (-), gusi berdarah (-)
teraba 2-3 jari Leher : Pembengkakan KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
P : batas atas jantung
ICS II linea
parasternal sinistra
batas kanan bawah Paru :
I : Simetris, tidak ada pergerakan dinding dada tertinggal,j ejas (-)
jantung ICS IV linea
P : pergerakan dinding dada simetris, Fremitus taktil Kanan = Kiri
parasternal dextra
P= Sonor
Batas kiri atas ICS V A : Vesikuler )(+/+), Wheezing (-), Ronki (-)
linea midclavicularis
sinistra
A : BJ I/II reguler,
murmur (-), gallop (-) Abdomen :
I : datar, sikatrik(-), jaringan parut (-)
P : nyeri tekan (-), hati tidak tebaba, limoa tidak teraba, ginjal tidak teraba
P : timpani
A : BU (+) Normal
Diagnosa Kerja
Tatalaksana
Vulnus Morsum Serpentis Regio Cruralis
oIVFD D5% + SABU 1 vial
Anterior sinistra (5 ml) 20 tpm
• Pemasangan kateter
oSABU 1 vial (5ml) infiltrate (pasien menolak)
luka
• Rencana dirawat (pasien
oInj. Ceftriaxone 1 x 2 gr IV menolak)
oInj. ATS
oBidai kaki SLIDE 12
PROGNOSIS
Ular
laut
KOMPOSISI VENOM
Komposisi bisa ular 90% terdiri dari protein. Masing-masing bisa
memiliki lebih dari ratusan protein berbeda: enzim (meliputi 80-
90% bisa viperidae dan 25-70% bisa elapidae), toksin
polipeptida non-enzimatik, dan protein non-toksik, seperti faktor
pertumbuhan saraf. Enzim pada bisa ular meliputi hidrolase
digestif, hialuronidase, dan aktivator atau inaktivator proses
fisiologis, seperti kininogenase. Sebagian besar bisa mengandung
L-asam amino oksidase, fosfomono- dan diesterase, 5`-
nukleotidase, DNAase, NAD-nukleosidase, fosfolipase A2, dan
peptidase.10
PATOFISIOLOGI
GAMBARAN KLINIS
Gejala Lokal Gejala Sistemik Gejala Khusus
• Pada korban pagutan ular perlu ditanyakan kapan pagutan terjadi, jenis ular teurtama
warna dan bentuk dapat sangat membantu mengenalinya dan bahkan bila ular tersebut
dapat ditangkap. Selain itu, pertolongan pertama yang sudah dilakukan.4
Pemeriksaan Fisik
• Terdapat tanda Gigitan ular(fang marks), nyeri lokak, perdarahan lokal, memar, melepuh,
infeksi lokal, dan nekrosis jaringan.
• Nafas menjadi cepat, tangan dan kaki menjadi kaku, dan kepala menjadi pusing
Pemeriksaan Penunjang
Trombosis
Vena
bagian
dalam
Luka Syok
Infeksi DD Septik
Trauma
vaskules
ekstremitas
PENATALAKSANAAN
1. Pertolongan pertama
Tenangkan korban
Imobilisasi ekstremitas yang terkena gigitan dengan bidai atau ikat
dengan kain dan balut yang ketat
Jangan melakukan intervensi apapun pada luka, termasuk menginsisi,
kompres dengan es, ataupun pemberian obat apapun
Tidak direkomendasikan untuk mengikat arteri (pembuluh darah di
proksimal lesi)
Selalu utamakan keselamatan diri. Jangan mencoba membunuh ular yang
menggigit. Bila sudah mati, bawa ular ke RS untuk identifikasi 3
PERAWATAN DI RUMAH SAKIT
Lakukan pemeriksaan termasuk ABC (airway, breathing,
circulation), penilaian kesadaran, dan monitoring tanda vital
Beri oksigen dan resusitasi lain jika diperlukan
anamnesa yang meliputi bagian tubuh mana yang tergigit, waktu
terjadinya gigitan dan jenis ular
Lakukan pemeriksaan fisik :
Rawat inap paling tidak selama 24 jam (kecuali jika ular yang
menggigit adalah jenis ular yang tidak berbisa)
TEKNIK PEMBERIAN TERAPI
•Diberikan sebanyak 2 vial @5 ml dalam NaCl atau Dextrose
5% dapat diberikan sebagai infus dengan kecepatan 40-80
tetes per menit, lalu diulang setiap 6 jam.
•Apabila diperlukan (misalnya gejala-gejala tidak berkurang
atau bertambah) antiserum dapat diberikan setiap 24 jam
sampai maksimal (80-100 ml).
•Tidak dianjurkan melakukan injeksi di tempat lesi/ gigitan ular
PEDOMAN TERAPI SABU MENURUT LUCK
Derajat 0 dan I : tidak diperlukan SABU, dilakukan evaluasi dalam 12 jam, jika
derajat meningkat maka diberikan SABU
Derajat II : 3-4 vial SABU
Derajat III : 5-15 vial SABU
Derajat IV : berikan penambahan 6-8 vial SABU
PROGNOSIS
Gigitan ular berbisa berpotensi menyebabkan kematian
dan keadaan yang berat, sehingga perlu pemberian
antibisa yang tepat untuk mengurangi gejala. Ekstremitas
atau bagian tubuh yang mengalami nekrosis pada
umumnya akan mengalami perbaikan, fungsi normal, dan
hanya pada kasus-kasus tertentu memerlukan skin graft.
BAB IV
ANALISIS KASUS
TEORI:
KASUS : Gejala lokal
Dari anamnesis didapatkan tungkai kiri • Edema
terasa sakit, bengkak, dan kemerahan • Nyeri tekan pada luka gigitan
serta kebas setelah di gigit ular.± 30 • Ekimosis dalam 30 menit sampai 24 jam
menit SMRS. pasien diberikan ramuan
yang dioleskan ke kaki kirinya oleh
keluarganya kemudian pasien langusng Gejala sistemik
dibawa ke RSUD Raden Mattaher. • Hipotensi
Keluhan sakit kepala (-),pusing (+),
• Kelemahan otot
demam (-), sesak nafas (-), mual (+),
muntah (-), kebas pada kaki kiri (+). • Berkeringat
Menurut pasien ular yang menggigit • Menggigil
pasien berwarna coklat kehitaman dan • Mual dan muntah
sebesar ibu jari kaki. Pasien mengaku
digigit ular kobra • Hipersalivasi
• Nyeri kepala
• Pandangan kabur
KASUS
Pemeriksaan fisik: Teori :