Anda di halaman 1dari 81

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

ASSALAMUALAIKUM WR. WB.

FIQIH MUNAKAHAT
( PERNIKAHAN DALAM ISLAM )
OLEH :
DRA SRI SUSANTI, MA
Langkah-Langkah Pra Nikah
 Ta’aruf (perkenalan – bukan pacaran)
 Khitbah (meminang – bukan tunangan)
 Nikah

Say NO free sex


Before merried
5K
Kesiapan ilmu
Kesiapan fisik
Kesiapan mental
Kesiapan sosial
Kesiapan spiritual
Larangan Pra Nikah

Pacaran (yang
mengarah pada free
sex)
Tradisi Tukar Cincin
Pre Wedding
Asyeek kan, tapi HARAM COY !.

Muslim
tapi tidak
islami

Hindari
yang
seperti ini
I. NIKAH DAN HUKUMNYA

PENGERTIAN NIKAH :
Etimologis :
Berkumpul/mengumpulkan
Terminologis :
Aqad yang menghalalkan suami istri
bermesraan dg. cara yg ditetapkan oleh
syara’
Aqad yg menghalalkan hub kelamin
antara lk & pr dlm rangka memenuhi
ketentuan syariat
2. Tujuan Nikah :

Merasa tentram (QS. 30 : 21)


Menumbuhkan rasa cinta
(wanita, anak2, harta : QS.
3:14)
Penyaluran naluri secara
bebas
Mendapat kebahagiaan hidup
3. Hikmah Nikah :
Menyelamatkan sebagian agama
Mendorong seseorang untuk
hidup lebih berencana, aktif &
kreatif dalam memenuhi
kebutuhan keluarga
Hidup akan lebih bertanggung
jawab
Terwujud keluarga yang bahagia
& sejahtera
4. Hukum Nikah :

Wajib : Daud Adz Dzahiri, Ahmad bin


Hanbal (QS. 4 : 3, 34 : 23). Alasan : jika
seseorang sudah mampu (biaya) dan
nafsu seks-nya sudah mendesak

Sunnah : Abu Hanifah (QS. 4 : 3). Alasan :


ada kemampuan untuk menikah, dan tdk
ada kekhawatiran untuk berbuat zina
Hukum nikah ……………
Mubah : Asy-Syafi’I.
Alasan : memiliki kemampuan untuk menikah,
tetapi bila tdk segera menikah tdk ada
kekhawatiran utk terjerumus kpd zina dan tdk pula
menelantarkan istri.

Makruh (QS. 24 : 33).


Alasan : Bila dengan pernikahan, istri mjd
teraniaya sedang jika tdk menikah dikhawatirkan
akan berzina

Haram : jika dg pernikahan suami-istri akan


menderita, krn tidak ada kemampuan suami/istri
dlm memberikan kebahaigiaan.
II. RUKUN NIKAH & SYARATNYA

Rukun Nikah :
Calon Suami
Calon Istri
Wali
Sighat
Saksi
Mahar
2. Syarat Nikah :

Calon suami :
Menurut Madzab Maliki :
Tidak haram menikah dg calon
istri
Tidak sedang ihram
Menurut M. Hanafi :
Tdk haram nikah dg calon
istri
Pasti orangnya
Baligh
Berakal
Bukan budak
Menurut M. Syafi’i :
Tdk haram nikah dg calon
istri
Pasti orangnya
Tdk sedang ihram
Tdk dipaksa
Menurut M. Hanbali :
Tdk haram nikah dg calon
istri
Tdk dipaksa
Calon istri :

Menurut Madzab Maliki :


Tidak haram menikah
dg calon suami
Tidak sedang ihram
Menurut M. Hanafi :

Tdk sedang bersuami / dalam


masa iddah
Pasti orangnya
Baligh
Berakal
Bukan budak / merdeka
Menurut M. Syafi’i :

Tdk haram nikah dg calon


suami
Pasti orangnya
Tdk sedang ihram
Menurut M. Hanbali :

Tdk haram nikah dg


calon suami
Tdk dipaksa

P.1
Hal-Hal yg berkenaan dg teknis
pernikahan
UU. RI. No. 1/74 psl 2 dan PP No.
9/75 ttg pencatatan perkawinan, a.l. :
1. Keduanya harus Islam (kep. Menag
no. 154/91 psl 40c & 44)
2. Sudah sampai umur : 21 th (kep.
Menag no. 154/91 psl 7).
3. Tdk dipaksa (kep Menag no. 154/91
psl 71-72).
4. Tdk ada halangan nikah atr kedua
calon (UU. No. 1/74 psl 8-11).
5. Tdk ada pernikahan dan perceraian
pada wanita hamil.
Masalah perwalian nikah
Kedudukan wali dlm aqad
Wali bkn rukun nikah scr mutlak;
bila calon istri sdh dewasa &
berakal sehat (dg syarat ada izin dr
wali).
Wali bkn rukun nikah, bila calon istri
adl janda (janda blh menikahkan
dirinya sendiri).
Wali adl rukun nikah scr mutlak
(aqad nikah tanpa wali tdk sah; baik
utk gadis / janda).
Syarat-Syarat wali

Islam
Baligh
Berakal ( tdk gila )
Berakal sehat ( tdk dungu )
Merdeka
Syarat wali ……………

Madzab Syafi’I menambahkan :


Laki-Laki
Tidak dipaksa
Tidak sedang ihram
Tdk cacat penglihatannya
Susunan Wali
Urutan wali menurut M. Syafi’I :
1. Ayah, ayahnya ayah, dan
seterusnya
2. Saudara laki-laki se-ayah se-ibu
3. Saudara laki-laki seayah
4. Anak laki-laki saudara laki-laki
se-ayah se-ibu
Susunan wali ……….
5. Anak laki-laki saudara laki-laki se-ayah
6. Saudara laki-laki ayah yg se-ayah & se-
ibu dg ayah
7. Saudara laki-laki ayah yg se-ayah dg
ayah
8. Anak laki-laki saudara laki-lakinya ayah
yg se-ayah & se-ibu dg ayah
9. Anak laki-laki saudara laki-lakinya ayah
yg se-ayah dg ayah
Urutan wali menurut M. Maliki :

1. Ayah
2. Anak laki-laki
3. Anak laki-lakinya anak laki-laki
4. Saudara laki-laki se-ayah & se-ibu
5. Saudara laki-laki se-ayah
6. Anak laki-lakinya saudara laki-laki ayah
yg se-ayah & se-ibu
7. Anak laki-lakinya saudara laki-laki se-
ayah
Urutan wali …………
8. Ayahnya ayah
9. Saudara laki-laki ayah yg se-ayah & se-
ibu dg ayah
10. Saudara laki-lakinya ayah yg se-ayah
dg ayah
11. Anak laki-laki saudara laki-lakinya ayah
yg se-ayah & se-ibu dg ayah
12. Anak laki-2 saudara laki-2nya ayah yg
seayah dg ayah
13. Kakek ( dari ayah )
14. Saudara laki-laki kakek
15. Orang laki-2 yg mengasuh calon istri itu
sejak kecil
Urutan wali menurut M. Hanbali :
1. Ayah
2. Ayahnya ayah dan seterusnya
3. Anak laki-laki
4. Anak laki-lakinya anak laki-laki dan
seterusnya
5. Saudara laki-laki se-ayah & se-ibu
6. Saudara laki-laki se-ayah
7. Anak laki-lakinya saudara laki-laki
se-ayah & se-ibu
Urutan wali …………
8. Anak laki-lakinya saudara laki-laki se-
ayah
9. Saudara laki-laki ayah yg se-ayah & se-
ibu dg ayah
10. Saudara laki-lakinya ayah yg se-ayah
dg ayah
11. Anak laki-laki saudara laki-lakinya ayah
yg se-ayah dg ayah
12. Anak laki-2 saudara laki-2nya ayah dg
ayah
13. Saudara laki-laki kakek ( dari ayah )
14. Anak laki-2 saudara laki-nya ayahnya
ayah
15. Saudara laki-2 kakek, anak-2nya dstnya
Urutan wali menurut M. Hanafi :

Menurut Hanafi, wali nikah bisa dr jalur ayah & ibu :

Dari jalur Ayah :


1. Anak laki-lakinya anak laki-laki &
seterusnya
2. Ayah, ayahnya ayah &
seterusnya
3. Saudara laki-laki se-ayah dg
ayah
Dari jalur Ibu :

1. Ibu
2. Ibunya Ibu
3. Anak wanita dr calon istri
4. Anak wanitanya anak laki-laki
5. Anak wanitanya anak wanita
6. Anak wanitanya cucu laki-laki
7. Anak wanitanya cucu wanita
Urutan wali ……………
8. Kakek ( dari ibu )
9. Saudara wanita yg se-ayah & se-ibu
10. Saudara wanita yg se-ayah
11. Saudara se-ibu & anaknya
12. Saudara ayah yg wanita ( bibi )
13. Saudara ibu yg laki-laki ( paman )
14. Saudara ibu yg wanita
15. Anak wanita paman & bibi, anak-
anaknya & seterusnya
 P.2
Masalah Ijab dan Qabul dlm
pernikahan
Pengertian :
adalah ucapan serah terima dlm
pernikahan
Syaratnya :
Syafi’I, Maliki, Hambali mengharuskan
menggunakan kata-kata “zawwaja”
( arab )
Hanafi : tdk menghrskan, asal menunjuk
pada kata-kata nikah
4 madzab : bagi org yg bisu boleh
menggunakan bhs isyarat
UU. No. 1/74 psl 12 ttg aqad nikah

1. Dilakukan menurut hukum


masing-masing agama &
kepercayaannya
2. Dilakukan di depan
petugas pencatat
3. Dihadiri oleh 2 orang saksi
Kep Menag No. 154/91 psl 27 & 29 ttg
aqad nikah

1. Ijab adl ucapan wali / wklnya,


kabul adalah jawaban dari calon
mempelai pria atau wakilnya
2. Ucapan ijab & kabul hrs jelas
3. Antara ijab & kabul harus
beruntun, dan tdk berselang
waktu
Masalah per-saksi-an dlm pernikahan
Kedudukan saksi :
1. M. Syafi’I : saksi merupakan rukun
nikah; sedangkan Hanafi & Hambali :
saksi adl syarat syahnya akad nikah
2. M. Maliki : saksi adalah syarat
dibolehkannya suami-istri melakukan
hub seksual, bkn syarat sahnya nikah
3. Syiah : saksi bkn rukun nikah, bkn
syarat nikah dan bkn pula syarat boleh
melakukan hub seksual (saksi sbg
pelengkap saja)
Tujuan diharuskan ada saksi saat
aqad nikah :

Supaya aqad nikah diketahui oleh


umum dan tdk bersifat rahasia,
sebab :
1. Aqad nikah yg dirahasiakan dpt
menimbulkan fitnah
2. Akan mudah timbul pengakuan
bhw mereka sdh menikah (pd hal
kumpul kebo)
Syarat-Syarat saksi :
Madzab Hanafi :
Baligh
Berakal sehat
Merdeka
Mampu mendengar dg baik, meskipun
buta
2 org laki-laki atau 1 laki-laki ditambah 2
wanita
Boleh tidak (memiliki sifat) adil
Boleh keluarga dekat
Islam
Madzab Syafi’i :
Baligh
Berakal sehat
Merdeka
Mampu mendengar, melihat & berbicara dg
baik
2 org laki-laki; tdk boleh diganti dg wanita
Adil, bukan fasik (otomatis Islam)
Boleh keluarga dekat, blh orang yg
bermusuhan dg pengantin
Bkn orang yg sekaligus bertindak sbg wali
Madzab Hanbali :
Baligh
Berakal sehat
Boleh budak (tdk hrs merdeka)
Mampu mendengar & berbicara dg
baik
Laki-laki
Adil, bkn fasik (otomatis Islam)
Bukan keluarga dekat, paman dan
bukan musuh
 P.3
III. HALANGAN NIKAH
adalah : halangan melakukan
pernikahan atr laki-laki & wanita, ada 2
macam :
1. Halangan selamanya, karena :
hubungan darah, hubungan persusuan,
persemendaan & hubungan li’an
2. Halangan sementara, karena :
wanita yg msh bersuami, dlm masa
iddah, laki-laki yg msh memiliki 4 istri,
muhrim, ditalak 3, sedang ihram, beda
agama, perzinahan, budak dan krn sakit
keras
IV. HAK & KEWAJIBAN SUAMI-ISTRI

Persamaan derajad & tanggung jawab :


1. Suami & istri mempunyai derajad
yg sama, hak & kedudukan yg
seimbang
2. Suami & istri mempunyai
kewajiban & tanggung jawab
bersama dalam RT.
3. Pembagian tugas sesuai dengan
kodrat masing2 atr suami dan istri
Hak bersama suami - istri :

Hak bergaul sebagai suami-istri : QS.


23 : 5-7
Hak mu’asyarah bil ma’ruf : QS. 4 : 19
(menggauli dg baik)
Hak menisbahkan (menyatakan
nasab) anak kpd suami
Hak saling mewarisi : QS. 4 : 12
Hak/Kewajiban mengasuh anak
(hadlanah) : QS. 66 : 6
Kewajiban Istri :
Patuh & berbakti kpd suami
jika istri membangkang, maka suami
berhak :
Menasehati
Tdk menegur istri & pisah tempat tidur
Memukul & meninggalkan sendirian di
tempat tidur
Suami menghentikan nafkah & tempat
tinggal istrinya
Meminta nasehat kpd kerabat yg
dihormati
Kewajiban istri ……………..

2. Istri tinggal di rumah


yg disediakan suami
3. Menyusukan anak
dua th penuh : QS. 2 :
233
Kewajiban Suami :
Membayar maskawin kepada istri
: QS. 4 : 4
Memberi nafkah istri : QS. 2 : 233,
QS. 65 : 6-7
Biaya pengobatan istri
Menyediakan tempat tinggal
Pengadaan perabot RT
Hak & Kewajiban Suami Istri menurut
UU Indonesia :

Hak & Kewajiban suami


– istri menurut UU No.
1/74 & Kep. Menag No.
154/91 = dengan aturan
fiqih Islam 
P.4
NIKAH YANG DILARANG

1. Nikah Mut’ah
adalah : nikah yg diniatkan,
diucapkan dlm aqad nikah serta
dijanjikan hanya akan
berlangsung selama masa
tertentu saja.
Sifat-sifat Nikah Mut’ah :

Sighat ijab-kabul dg lafadz mut’ah


Disebutkan lama / jangka waktu
pernikahannya
Harus disebut nilai maharnya
Harus ada izin wali; walaupun
kesaksiannya tdk wajib
Sifat-Sifat ………
Tidak ada talak
Anak yg dilahirkan kedudukannya
= dalam nikah biasa
Tidak saling mewarisi antara
suami-istri
Masa iddah adalah : 2 kali haidh
Tidak ada nafkah iddah
Nikah Muhallil

adalah : nikah yang sengaja


dilakukan antara laki-2 dg janda
talak 3; dg tujuan supaya wanita
halal nikah kembali dg mantan
suaminya setelah pernikahannya
putus baik dg talak maupun
karena suami wafat : QS : 2 : 220
Nikah Syighar
adalah : pernikahan pertukaran tanpa
maskawin, ada 3 macam :
Syighar sharih : nikah yg jelas2
maharnya tdk disebut
Wajar syighar : menyertakan jumlah
maskawin yg seimbang
Syighar murakkab : menyebut
maskawin pd pernikahan yg pertama,
dan pernikahan kedua tdk disebut
≈ hukum ketiganya adalah batal/tdk sah ≈
BEBERAPA PERSOALAN DALAM
RUMAH TANGGA

1. NUSYUZ (durhaka)
Yaitu tindakan istri yang menentang
kehendak suami, yang tdk ada alasan yg
dapat diterima menurut hukum syara’ a.l:
 Istri
tdk mau tinggal di rumah yg disediakan
suami
 Apabila istri musafir dg tidak beserta suami
atau muhrimnya malaupun perjalanan itu
wajib spt pergi haji, sbb perjalanan
perempuan yg tidak beserta muhrim adalah
maksiat.
2. THALAQ (perceraian)
Adalah melepaskan ikatan
pernikahan yg disebabkan oleh
perselisihan antara suami istri yg
menimbulkan bibit permusuhan dan
kebencian diantara keduanya
Macam thalaq ada 2 :
 Thalaq Raj’I : thalaq sementara (bisa
ruju’ kembali)
 Thalaq Ba’in : thalaq selamanya (tdk
bisa ruju’ / kembali)
HUKUM THALAQ

WAJIB : apabila terjadi perselisihan


antara suami istri, sedangkan hakim
sudah memandang perlu keduanya
bercerai
SUNNAH : apabila suami tdk lagi
sanggup membayar kewajibannya
(nafkah), atau istri tdk menjaga
kehormatan dirinya
Hukum Thalaq ………….

HARAM (Bid’ah) : dalam 2 keadaan :


pertama : menjatuhkan thalaq
sewaktu istri sedang haidh; kedua :
menjatuhkan thalaq sewaktu suci yg
telah dicampurinya dlm waktu suci itu
MAKRUH : yaitu hukum asal dari
thalaq adalah dibenci
LAFADH THALAQ ( Ucapan Cerai )
Kalimat yang dipakai untuk
perceraian ada 2 macam :
 Sharih : terang atau jelas ; bahwa suami
tidak ragu-ragu lagi memutuskan ikatan
pernikahan dg mengatakan : kamu
terthalaq atau saya ceraikan kamu
 Kinayah : sindiran; bahwa suami masih
ragu-ragu untuk mengucapkan kata
cerai, shg suami hanya melakukan
sindiran saja. Msl : pulanglah kamu ke
rumah keluargamu
3. ILA’

Adalah sumpah suami bahwa dia tdk


akan mencampuri istrinya selama 4
bulan (atau dg tdk menyebut masa)
Apabila suami kembali kpd istrinya sbl
4 bulan, maka ia harus membayar
KIFARAT (denda sumpah) kpd
istrinya, sebaliknya bila suami tdk
kembali maka berlaku thalaq ba’in.
4. DZIHAR

Yaitu seorang suami menyerupakan


istri dg ibunya shg haram atasnya.
Msl : engkau tampak olehku spt
punggung ibuku
Apabila suami mengatakan dzihar
kpd istrinya, maka wajib baginya
membayar KIFARAT dan haram
atasnya bercampur dg istrinya sbl ia
membayar kifarat
MACAM-MACAM KIFARAT
(denda)

Tingkatan kifarat dzihar ada 3 yaitu :


 Memerdekakan budak
 Puasa 2 bulan berturut-turut
 Memberi makan 60 orang miskin
5. LI’AN
Adalah perkataan atau tuduhan suami
kepada istri telah berbuat zina, dan
perkataan itu diulang sampai 4 kali
Apabila tuduhan itu tdk benar / tdk mampu
menghadirkan 4 org saksi, maka suami
harus dipukul 80 kali (QS. An-nur : 6-7)
Apabila istri tdk melakukan zina, maka ia
hrs mengucapkan sumpah li’an 4 kali dan
yg ke-5nya adalah amarah Allah jika
suaminya benar atas tuduhannya ( QS. An-
nur : 8-9 ), berlaku cerai selamanya.
6. IDDAH
Yaitu masa tunggu (menanti) bagi istri
yang diceraikan suaminya (baik cerai hidup
atau cerai mati)
 Bagi istri yg hamil, maka iddahnya sampai dg
lahirnya anak yg dikandungnya baik cerai mati
atau hidup (QS. Thalaq : 4)
 Bagi istri yg tidak hamil, maka iddahnya 4 bulan
10 hari bila cerai mati; dan 3 kali suci bila cerai
hidup (QS. Al-baqarah 234 & 228)
 Bagi istri yg tdk haidh (menopous), maka
iddahnya adalah 3 bulan (QS. Thalaq : 4)
7. RUJU’

Yaitu kembalinya suami kepada istri


atau kembalinya istri kepada suami
yg telah menceraikannya.
Rukun Ruju’ :
1. Istri
2. Suami
3. Saksi
4. Sighat (lafadz)
HUKUM RUJU’
WAJIB : terhadap suami yg
menthalaq salah seorang istrinya sbl
dia sempurnakan pembagian
waktunya thd istri yg dithalaq
HARAM : apabila terjadi dari sebab
ruju’nya itu menyakiti istri
JAIZ : boleh (hukum ruju’ yg asli)
SUNNAH : jika lebih berfaedah bagi
keduanya
 P.5
FARAID (HARTA WARISAN)

Beberapa hal yg berkaitan dg harta


pusaka :
 Hak yg harus dikeluarkan sbl harta
dibagi kpd ahli waris, msl : zakat / sewa
dari harta pusaka itu
 Utang; bila si mayat meninggalkan utang
 Wasiat; bila si mayat mempunyai wasiat
hendaknya di bayar dari harta
peninggalannya itu (QS. An-nisa’ : 11)
Sebab-sebab terjadinya warisan
Hubungan kekeluargaan (QS. An-nisa
: 7)
Hubungan perkawinan
Sebab memerdekakan dari
perbudakan
Hubungan Islam
 OrgIslam yg meninggal dunia dan tdk
ada ahli waris maka harta
peninggalannya diserahkan ke Baitul
Mal utk kepentingan Islam
AHLI WARIS
Dari pihak laki-laki :
1. Anak laki-laki dari yg meninggal
2. Cucu dari anak laki-laki dan terus ke
bawah
3. Ayah dari yg meninggal
4. Kakek dan terus ke atas
5. Saudara laki-laki se-ayah se-ibu
6. Saudara laki-laki seayah saja
7. Saudara laki-laki seibu saja
Ahli waris laki-laki………..
8. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yg seayah dan
seibu
9. Anak laki-laki dari saudara laki-laki yg seayah sj.
10. Paman dari ayah yg seayah dan seibu
11. Saudara laki-laki dari ayah yg seayah
12. Anak laki-laki paman yg seayah dan seibu
13. Anak laki-laki paman yg seayah saja
14. Suami
15. laki-laki yg memerdekakan si mayat
 Jika 15 org tsb ada semua, maka yg mendapat
adalah : ayah, anak laki-laki dan suami saja
Ahli waris dari pihak
perempuan
1. Anak perempuan
2. Anak pr. dari anak laki-2 dan seterusnya ke
bawah
3. Ibu
4. Ibu dari ayah
5. Ibu dari ibu terus ke atas
6. Saudara perempuan yg seayah dan seibu
7. Saudara perempuan yg seayah
8. Saudara perempuan yag seibu
9. Istri
10. Perempuan yg memerdekakan si mayat
Dari pihak perempuan…………

Jika 10 orang tsb ada semua, maka


yg dapat mewarisi hanya 5 saja, yaitu
1. Istri
2. Anak perempuan
3. Anak perempuan dari anak laki-laki
4. Ibu
5. Saudara perempuan yg seayah dan
seibu
SEBAB-SEBAB TDK MENDAPAT
WARISAN
Hamba; selama ia masih berstatus hamba
(QS. An-nahl : 75)
Pembunuh; org yg membunuh
keluarganya tdk mendapat warisan
Murtad; org yg keluar dari Islam tdk
mendapat warisan dari keluarganya yg
masih memeluk Islam
Kafir; org kafir tdk mendapat warisan dari
keluarganya yg Islam dan sebaliknya
ORANG-2 YG BERHAK
MENGHABISKAN WARISAN
1. Anak laki-laki
2. Anak laki-laki dari anak laki-laki
3. Ayah
4. Kakek (dari ayah)
5. Saudara laki-2 seayah seibu
6. Saudara laki-2 yang seayah
7. Anak laki-2 dari saudara laki-2 yg seayah dan seibu
8. Anak laki-2 dari saudara laki-2 yg seayah
9. Paman (dari ayah)
10. Anak laki-2 paman
11. Orang yang memerdekakan mayat
KETENTUAN PEMBAGIAN
WARISAN
Yang mendapat ½ harta :
 Anak perempuan apabila ia hanya
sendiri (QS. An-nisa : 11)
 Anak perempuan dari anak laki-2
apabila tdk ada anak perempuan
 Saudara perempuan apabila ia sendirian
(QS. An-nisa : 175)
 Suami apabila istrinya yg meninggal tdk
punya anak (QS. An-nisa : 12)
Yang mendapat ¼ harta :
(dijelaskan dalam QS. An-nisa : 12)

 Suami ; apabila istri yg meninggal itu


meninggalkan anak baik laki-2 atau
perempuan
 Istri baik istri itu satu atau lebih; jika
suami tdk meninggalkan anak

Yang mendapat 1/8 harta :


 Istri
baik satu atau lebih; apabila suami
yg meninggal punya anak
Yang mendapat 2/3 harta :
 Dua org anak perempuan atau lebih, bila
tdk ada anak laki-2 (QS. An-nisa : 12)
 Dua org anak perempuan atau lebih dari
anak laki-2, bila anak perempuan tdk ada
 Saudara perempuan yg seibu-seayah, bila
berbilang dua atau lebih (QS. An-nisa :
176)
 Saudara perempuan yg seayah dua atau
lebih, bila saudara perempuan yg seibu
seayah tdk ada (QS. An-nisa : 76).
Yang mendapat 1/3 harta :

Ibu, bila yg meninggal tdk


meninggalkan anak atau cucu dan tdk
pula meninggalkan dua org saudara
baik laki-2 mapun perempuan (QS.
An-nisa : 11)
Dua org saudara atau lebih yg seibu
baik laki-2 maupun perempuan (QS.
An-nisa : 12)
Yang mendapat 1/6 harta :
Ibu, bila mayat meninggalkan anak atau
saudara baik laki-2 mapun perempuan
(QS. An-nisa : 11)
Ayah dari mayat, bila ia mempunyai anak
(QS. An-nisa : 11)
Nenek, bila ibu tdk ada
Cucu perempuan dari anak laki-2, tetapi
jika anak perempuannya berbilang maka
cucu perempuan tdk mendapat bagian
harta
…………….1/6 harta :

Kakek, bila bersama anak laki-2


sedangkan ayah tdk ada
Saudara seibu baik laki-2 maupun
perempuan (QS. An-nisa : 12)
Saudara perempuan yang seayah
saja, tapi bila saudara seayah seibu
berbilang maka saudara yg seayah
tdk mendapat
WASIAT
Adalah pesan ttg suatu kebaikan yg akan dijalankan
sesudah seseorang meninggal dunia (QS. An-nisa :
11)
RUKUN WASIAT
1. Orang yg berwasiat
2. Yang menerima wasiat
3. Sesuatu yg diwasiatkan
4. Lafadz (kalimat)
 Besar wasiat tdk boleh melebihi 1/3 dari harta yg
ditinggalkan
Syarat-syarat wasiat :

Islam
Baligh
Berakal
Merdeka
Amanah
Cakap (dlm menjalankan wasiat yg
diamanatkan)
 P.6
SEKIAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai