Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH HIPNOTERAPI

SHOLAT KHUSYU’ SEBAGAI TEKNIK DALAM HIPNOTERAPI

Oleh :
Aprilia Trisnawatik
Andri Nanda Tri Pamungkas
Arif Tri Widodo
Bima Samudra Wijayana
Muslimin Marjuni Putra
M. Kun Nur Fatannafi
Nurdian Indah Pratiwi

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019
1.1 PENDAHULUAN

Hipnosis dan hipnoterapi adalah ilmu yang semakin diterima di masyarakat pada
tahun tahun terakhir ini, semakin jelas dengan menjamurnya buku-buku dan pelatihan
yang bertemakan manfaat hypnosis dalam kehidupan. Namun masih ada sebagian
dari masyarakat yang masih bertahan pada stigma negatif hipnosis yang
mengakibatkan mereka menutup diri dan enggan mempelajari hypnosis, yang
sebenarnya merugikan mereka sendiri dengan menutup diri dari sebuah pendekatan
luar biasa terhadap pemrograman pola dan prilaku manusia ini. Misalnya sebuah
keyakinan di masyarakat bahwa hipnotis itu sama dengan sihir yang di gunakan untuk
mempengaruhi pikiran orang lain atau bahkan diri sendiri yang diperoleh dengan
berbagai metode yang sarat dengan upacara klenik, misalnya sesajian, membakar
kemenyan, ramu-ramuan tertentu dan lainnya. Sudah sangat jelas perbuatan semacam
ini bertentangan dengan syari‟at Islam, bahkan pelakukan telah tergiring menuju
jurang kesyirikan kepada Allah Ta‟ala.
“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya, (dan
Allah berfirman): “Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak
(menyesatkan) manusia.” Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan
manusia: “Ya Rabb kami, sesungguhnya sebahagian dari pada kami telah dapat
kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang
telah Engkau tentukan bagi kami.” Allah berfirman: “Neraka itulah tempat diam
kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang
lain)” Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al
An‟am: 128)
Keyakinan dan Do’a telah terbukti mempunyai efek penyembuhan baik untuk
peyakit Fisik ataupun penyakit-penyakit kejiwaan. Seperti yang disinyalir Abdul
Majid (2000), saat ini makin disadari kedamaain dan ketenangan pendekatan kepada
Tuhan dirasakan sebagai pangkal awal dari kesembuhan. Lebih dari 300 temuan
ilmiah menunjukkan nilai medis dari keterikatan kepada agama (meliputi kehadiran
pada peribadatan, Sembahyang, mempelajari kitab suci, dan peran serta aktif pada
komunitas spiritual). Manfaat yang dirasakan termasuk meningkatnya kemampuan
mencega dan mengatasi gangguan mental (seperti depressi, hasrat bunuh diri dan
kecemasan), penyakit medis dan operasi (contoh : serangan jantung, cancer), dan
ketergantugan, penghilangan rasa sakit dan ketidakberdayaan dan kemampuan
bertahan hidup . Ditemukan pula tindakan spiritual (contoh : do’a , dan psikoterapi
berbasis agama) meningkatkan kemampuan dalam penyembuhan.( Dale Matthews:,
2000).
Hal menarik lain yang ditemukan pada studi yang dilakukan di Allama Iqbal
Medical College, Lahore, tentang Efek ‘Shalat Tahajjud dalam mengatasi depressi.
Pada studi ini grup eksperimen melakukan membaca Quran, dan berdzikir, sedangkan
group lainna diminta elakukan tugas-tugas rumah. Hamilton Depression Rating Scale
digunakan untuk mengukur hasilnya . Menakjubkan 25 dari 32 pasien pada kelompok
eksperimen memperlihatkan penyembuhan dari keadaan depressi. Di kelompok
control menunjukkan tidak ada perubahan (Najati &.Loewenthal: 2000). Keteraturan
melakukan shalat berakibat kepada kestabilan emosi (Ade Irma, 2003).
Efek terapeutik dari ibadah tersebut dapat ditelusuri antara lain dengan mencoba
membandingkan proses yang dialami seseorang yang sedang menjalankan ibadah
dengan seorang klien yang menjalani hypnotherapy. Seorang yang menalankan
ibadah , ia akan masuk ke dalam keadaan single focus, berfokus tunggal pada sang
pencipta, semakin ia masuk ke keadaan ini, maka perlahan-lahan ia mulai merasakan
ketenangan, nafas semakin melambat dan ritmis, pikiran semakin focus, gelombang
otak perlahan turun dari Betha ke Alpha bahkan ke Teta. Keadaan seperti ini dalam
hypnotherapy adalah termasuk keadaan hypnotic atau trance yang merupakan
prakondisi untuk pembelajaran unconscious.
2.1 PEMBAHASAN
2.1.1 Pengertian
Hypnosis dan Hypnotherapy berasal dari kata Hypnos : tidur diperkenalkan
James Braid (1795-1860), suatu keadaan setengah sadar yang jika dilihat seperti
keadaan tidur, disebabkan oleh sugesti relaksasi dan perhatian yang terkonsentrasi
pada objek tunggal. Suatu interaksi sosial seseorang yang dijadikan subjek, bertindak
mengalami pengalaman imajinatif yang melibatkan perubahan kognisi tindakan yang
disadari berdasarkan sugesti dari seseorang yang disebut juru hipnosis (Kilhistrom,
1997). Hypnotherapy adalah suatu cabang ilmu psikologis yang mempelajari manfaat
sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku. Suatu komunikasi
efektif terhadap sub conscious mind klien. Sehingga aktifitas luar biasa dan mampu
mendominasi sikap serta tindakan menuju sehat.
Hypnosis adalah kata yang mengundang beragam respons. Sikap orang
terhadap kata hypnosis menggambarkan struktur pengalamannya . Hypnosis adalah
fenomena alamiah sekaligus fenomena ilmiah. Sebagai fenomena alamiah ia ada
seumur manusia, ia kita alami setiap hari, meskipun selama ini kita tidak menyadari
bahwa itu namanya Hypnosis. Hypnosis juga fenomena ilmiah, ia telah dipelajari
sejak lama dan dimanfaatkan untuk pengembangan diri manusia sejak lama. Istilah
Hypnosis meupakan kependekan dari Neurohypnosis (Neuro=Syaraf, Hypnos=Dewa
Tidur) diperkenalkan pertama kalinya oleh James Braid, seorang dokter ahli medis
yang menjalankan kegiatan operasi dan melakukan proses kekebalan (anaestesi)
hanya dengan mengunakan kekuatan kata. Pada awalnya Braid, sang dokter
menyangka bahwa ada kinerja syaraf di otak yang tidur sehingga tubuh mampu
merasakan kekebalan sekalipun mengalami tindakan operasi. Di kemudian hari, Braid
meralat nama temuannya dan memperkenalkan nama Neurophnology, akan tetapi
istilah Hypnosis sudah terlanjut terkenal.
2.1.2 Hypnosis , Kesadaran dan Trance
Meskipun ada beberapa upaya orang membedakan antara conscious,
subconscious dan unconscious belum ada definisi yang secara jelas membedakan
batas antara ketiganya. (Anchorpoint ,2001) menyatakan bahwa conscious mind
meliputi sekumpulan kegiatan mental, emosi dan fisik yang bisa jadi kita tidak
menyadarinya pada saat tertentu. Hadley&Staudacher (1996) menjelaskan Hypnosis
sebagai pemanfaatan fenomena kesadaran. Ia menggambarkan Kesadaran sebagai
berikut :
Tabel 1. Level Kesadaran
Level Contoh Ciri Fisik dan Mental
kesadaran
Sadar Anda sedang 1. Fungsi intelektual normal
bermain tenis 2. Fungsi reflex dan gerak normal
meja
Melamun Anda sedang 1. Tubuh menjadi relaks
Trance asyik 2. Nafas melambat dan ritmis
ringan memikirkan 3. Masuk ke dalam diri
sedang bermain 4. Perhatian terarah kepada kegiatan yang
tennis meja dibayangkan, pembicaraan, atau kejadian
apapun, yang mungkin atau pun tidak
mungkin
Trance sedang Anda 1. Kesadaran akan dunia sekitar hilang
membayangkan 2. Mata menutup
saat ini sedang 3. Kesadaran terhadap fungsi internal
bermain tenis meningkat seperti
meja denyut jantung atau nafas
4. Bayangan semakin intensif
5. Kata-kata dipahami secara Harfiah
Trance dalam Anda secara 1. Penurunan kegiatan dan keluaran energi
fisik merasa 2. Kekakuan pada bagian tubuh
anda sedang 3. Perhatian terpusat
bermain tenis 4. Sugestibilitas meningkat
meja 5. Ilusi pengindraan
6. Penerimaan rangsang dengar dan
lingkungan menurun
7. Fungsi kreatif semakin Meningkat
Tidur Anda bermimpi

Hypnosis adalah fenomena berkomunikasi dengan unconscious. Fungsi dari


unconscious adalah (Smith & Hallboum ,2001; Ormond McGill 1999) :
1. melayani sebagai gudang ingatan, belajar, keyakinan dan nilai
2. sumber makna
3. mengendalikan dan mengelola fungsi vital tubuh
4. sumber emosi
5. sumbe imaginasi
6. menjalankan pola kebiasaan bertingkah laku dan berpikir
Keadaan trance adalah keadaan alamiah yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari. Pengalaman-pengalaman ini dapat digunakan untuk membimbing seseorang
untuk trance atau membantunya dalam induksi keadaan trance.
Keadaan trance mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Pupil membesar, denyut
nadi melambat, pernapasan berubah, bentuk wajah halus dan santai, tanggapan penuh
perhatian, nyaman dan relaks, refleks, perubahan pada mata / menutup mata, tubuh
tidak mampu bergerak, literalism (kata hanya dipahami dengan makna tunggal),
Catalepsy, perubahan mutu suara, perubahan indra, otot, tubuh; amnesia, anesthesia,
ilusi pada tubuh, regressi, time distortion dan dissociation (Battino,1999).
2.1.3 Hypnotherapy
Hypnotherapy adalah terapi yang memanfaatkan hypnosis. Secara umum
prosedur penanganan terapi menggunakan hypnosis adalah :
1. Membina hubungan dengan klien
2. Melakukan diagnosa dan menentukan keadaan yang diinginkan terjadi pada klien
3. Penjelasan mengenai hypnosis dan Inform Concent
4. Membimbing klien untuk masuk ke keadaan yang tenang, fokus dan trance
(Induksi)
5. Membimbing klien untuk melakukan pembelajaran / penyembuhan dengan kata-
kata (Sugesti)
6. Mengembalikan klien ke keadaan normal
3.1 Ibadah dan Konsep Islam
Tujuan penciptaan manusia dan jin adalah untuk mengabdi kepada Allah (Al
Quran). Keikhlasan yang berarti melakukan segala sesuatu dengan tujuan Allah itu
sendiri adalah sebagai keutamaan . Keikhlasan adalah menjadi tema sentral, manusia
dibimbing untuk melepaskan diri dari kelekatan kepada dirinya dan hal di luar dirinya
sehingga membebaskan dirinya menuju Allah.
Ibadah atau pengabdian dalam Islam ditunjukkan cara dan langkahnya oleh
Muhammad bin Abdullah SAW. Setiap ragkaian ibadah mengharuskan satunya
jismani, nafsani dan ruhani. Pengabdian ini dinyatakan dalam bentuk itiqad dalam
hati, ucapan di lidah dan gerak laku. Hadis Qudsi menyatakan “Hai Anak Adam,
Luangkanlah waktumu untuk beribadah kepadaKu – Aku penuhi dadamu dengan
kekayaan dan aku bendun kemiskinanmu. Bila tidak engkau perbuat, AKu penuhi
tanganmu dengan kesibukan sementara tidak kubendung kemiskinanmu” (Al Arabi,
1994).
3.1.1 Shalat
Shalat adalah suatu ibadah yang terdiri dari perkataan-perkataan dan
perbuatan – perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbiratul Ihram dan disudahi
dengan Salam disertai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Shalat adalah
sarana seorang hamba untuk berkomunikasi dengan Allah. Shalat mempunyai
manfaat antara lain sebagai sarana untuk memohon pertolongan (Al Baqarah:45)
wahana untuk mengingat Allah (Thaha : 14) dan mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan munkar" (Al Ankabut : 45). Shalat merupakan penghubung antara
hamba dengan Tuhannya. Ia merupakan sebesarbesarnya tanda iman dan seagung-
agungnya syiar agama. Shalat merupakan tanda syukur atas nikmat yang telah
dikaruniakan Allah kepada hambanya. Ia merupakan ibadah yang membuktikan
keislaman seseorang. Shalat adalah ibadah yang sangat mendekatkan hamba kepada
Khaliqnya, Hal ini berdasarkan hadits Nabi yang berbunyi : Artinya : "Sedekat-dekat
hamba kepada Tuhannya ialah dikala hamba itu bersujud (didalam Shalat). Maka
banyak-banyaklah berdo'a didalam sujud itu"
Rasulullah SAW memodelkan pemanfaatan shalat untuk kesehatan lahir. Abu
Hurairah saabat Nabi yang sedang sakit perut dianjurkan oleh Nabi SAW “Berdirilah!
Lantas tunaikan Shalat! Karena sesungguhnya di dalam ritual shalat terdapat
kesembuhan”. Rasulullah juga mencontohkan menggunakan shalat untuk
mendapatkan ketenangan dan ketenteraman dan kenyamanan . Sahabat Hudzaifah
dalam HR Abu Dawud mengatakan “ Jika Nabi shallaLlahu Alaihi Wasallam merasa
gundah karena sebuah perkara, maka beliau akan menunaikan shalat “Di kali lain
Nabi berkata kepada Bilal menjelang shalat “Wahai Bilal, istirahatkanlah kami
dengan shalat” Shalat yang dicontohkan oleh Nabi mempunyai ciri tuma’ninah
(tenang/relaks). Tumaninah ini diperoleh dengan mempelambat gerak dan hanya
mengalihkan posisi tubuh ke gerakan berikutnya bila semua persendian telah kembali
kepada tempatnya. (Abu Sangkan, 2004). Perhatian yang terfokus kepada gerakan
saja dan membuat lama dalam sebuah gerakan shalat membuat diri menjadi relaks.
Saat bacaan Quran dan Doa-do’a diujarkan, Bacaan Quran yang puitis dan doa-doa
yang diulang-ulang menjadi ritmis .Kesemuanya membangkitkan efek yang
menenangkan. Sebuah keniscayaan bila semakin seseorang memperlambat dan
melamakan fokusnya pada ketenangan ini, maka ia semakin mudah pula masuk ke
dalam keadaan trance ketika shalat.
Tabel 2. Perbandingan Hypnotherapy dan Ibadah khusyu
No Hypnotherapy Ibadah khusyu Efek yang dicapai
1 Induksi Pelaku memusatkan perhatian Tenang,
Klien dibimbing pada hal sang pencipta mulai santai,
masuk ke keadaan dengan meneguhkan niat . nyaman
yang tenang, focus Pikiran difokuskan kepada
dengan berbagai Allah, sang Pencipta, telinga
macam metode mendengarkan bacaan, hati
mendegupkan asma Allah,
tubuh merasakan sensasi gerak
2 Deepening Pelaku berupaya memantapkan Tubuh makin rileks,
Membimbing klien keadaan tumaninah, keadaan nafas semakin
masuk ke keadaan tenang, keadaan nyaman ritmis, masuk ke
yang lebih relaks, dengan focus seluruh kesadaan dalam keadaan
lebih focus dan ebih kepada Allah trance ringan,
dalam
3 Sugesti/Learning Pelaku berdo’a , berhadapan Trance sedang
Berupa kalimat- dengan sag pencipta sang bahkan dalam
kalimat yang pengabul do’a, yang membuka
Membimbing klien memvisualisasikan keadaan gerbang
Menemukan yang diinginkan sekaligus unconscious, tenang
pembelajaran baru melakukan affirmasi dalam

Hypnotherapy dalam Sholat


Jauh sebelum hypnotherapy di gunakan sebagai alternative pemberdayaan
mental, hampir lima belas abad yang lalu islam telah mengajarkan kita tentang
sebuah ritual yang memiliki pengaruh dahsyat terhadap pemberdayaan mental dengan
menjadikan sholat sebagai therapy. Di zaman Rasulullah dan para sahabat begitu
banyak riwayat yang menunjukkan bahwa shalat dijadikan menjadi sebuah kegiatan
yang sangat besar pengaruhnya untuk relaksasi dan mengistirahatkan pikiran.
Orang-orang yang senantiasa menjaga sholatnya dalam kondisi khusyu‟
biasanya akan membawa pengaruh kepada kondisi keteguhan mental dan
produktifitas dalam keseharian mereka, antara lain yang bisa diperhatikan:
1. Mereka adalah orang orang yang senantiasa menjaga waktunya, sangat
menjaga dirinya dari perbuatan dan perkataan sia-sia apa lagi bermaksiat
2. Mereka senantiasa dalam keikhlasan, tidak lagi terpengaruh mentalnya jika
menerima pujian atau penghargaan, dipuji atau tidak dipuji, dicaci atau tidak
dicaci sama saja. Tetap produktif.
3. Karena terbiasa memperbaharui wudhu terlebih dahulu untuk mensucikan diri
dari kotoran atau hadats sebelum sholat, maka mereka menjadi orang orang
yang sangat mencintai kebersihan.
4. Mereka menjadi orang-orang yang sangat disiplin karena terbiasa dengan
konsistensi menjalankan sholat diawal waktu.
5. Senantiasa menjadi pribadi yang tenang dan damai saat menghadapi
persoalan-persoalan kehidupan, karena telah terbiasa melatih diri menjadi
tuma‟ninah dalam sholat.
6. Mereka sangat terlatih menjaga dirinya dari berbuat hal hal yang keji dan
membuat kerusakan, karena pribadi yang lembut dan terbiasa berfikir positif.
3.1. Perubahan Gelombang Otak Dalam Sholat
“Dan tegakkanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah tindakan keji dan
munkar” (QS Al-Ankabut/29:45).
Seseorang yang sudah melaksanakan ritual sholat namun ternyata sholatnya
belum mampu mencegah prilaku dari perbuatan yang keji dan mungkar dengan
melaksanakan sholat namun jauh dari kehusyuan dan tuma‟ninah. Maka tentu
sholatnya tidak memberi dampak positif pada kehidupannya. Karena sesungguhnya
dengan sholat yang terkonsentrasi secara khusyu, selain secara langsung terhubung
kepada Allah, kekhusyuan tersebut juga bisa memperngaruhi system dan sumber
daya dalam diri seseorang yang yang melaksanakan sholat.
Sholah dan ibadah yang khusyu dapat didilat dengan reaksi gelombang otak
manusia. Sholat sebagai proses mengendalikan gelombang otak kita dalam mencapai
kualitas ibadah yang terus meningkat.
1. Adzan (Beta ke Alpha)
Saat Azan berkumandangan mengapa kita diminta mendengarkan , memahami
dan meresapi makna adzan. Bahkan kita di anjurkan untuk menjawab adzan yang
berkumandang dengan sepenuh hati. Coba perhatikan dan rasakan makna ucapan kita,
bayangkan diri kita sedang mendengarkan dan menjawab panggilan suci untuk
menghadap Allah swt. Kemudian kita lanjutkan dengan do‟a sesudah adzan,
perhatikan perlahan lahan perasaan kita pasti berubah menjadi tenang, rasa nyaman
dan rileks mulai kita rasakan. Inilah hikmah kita menyimak suara adzan, gelombang
otak yang sebelumnya Beta saat kita bekerja, bergerak menjadi semakin renggang
menuju gelombang Alpha, dimana pikiran kita menjadi terkonsentrasi pada satu
fokus saja. Yaitu sholat.
2. Wudlu (Alpha ke Theta)
Wudhu adalah membasuh anggota badan tertentu dengan menggunakan air dingin
untuk menghilangkan keringat luar agar kembali normal. Wudhu memberi manfaat
yang besar kepada tubuh. Wudhu bisa melepaskan stress dan ketegangan dari setiap
otot dan persendian ditubuh manusia. Dengan meniatkan berwudlu untuk
menghilangkan kotoran yang melekat pada diri kita setelah bekerja misalnya dan
mulai merasakan air menyentuh kulit kita serta bagian-bagian tubuh lainnya
merasakan bahwa diri kita semakin bersih, semakin ringan dan semakin tenang
bersiap menghadap Allah swt. Sedangkan suara gemercik air yang terdengar
membawa pikiran kita semakin rileks, semakin tenang dan semakin dan semakin
nyaman. Ini salah satu efek hypnotherapy lainnya dalam proses menyiapkan diri
sebelum melaksanakan sholat. Karena gelombang otak mulai terkondisikan dari
gelombang Alpha ke Theta.
3. Sholat (Theta)
Perlu diperhatikan saat usai berwudhu adalah menjaga agar gelombang otak yang
telang terfokus tidak kembali pecah. Sering kali setelah seseorang berwudhu, saat
melangkah ke tempat Shalat mereka masih berbicara sambil menunggu sholat di
mulai. Akhirnya gelombang otak yang awalnya sudah mulai terkondisikan di Alpha
atau bahkan Theta bisa bisa mejadi padat kembali frekwensinya ke gelombang Beta.
Perlu berlatih untuk merasakan langkah kita ke tempat sholat seakan kita semakin
dekat untuk berhadapan dengan Allah swt. Kemudian saat mulai membca takbir, hal
ini bisa digunakan menjadi induksi hypnosis agar kita bisa masuk ke kondisi yang
lebih khusyu dan tuma‟ninah lagi. Semakin rileks dan semakin nyaman. Gelombang
otak di Apha dan Theta adalah gelombang yang baik untuk memberikan sugesti
(saran, nasihat) pada diri. Dalam bacaan sholat sebenarnya banyak sekali terkandung
sugesti positif pada mindset kita. Saat kita melantunkan bacaan sholat kita mestinya
semakin berkualitas kondisi trance sholatnya. Hingga selain sholat khusyu kepada
Allah , juga sholat benar-benar berpengaruh pada pikiran kita.
4. Dzikir/Wirid (Theta ke Alpha)
Mengapa usai melaksanakan sholat kita dianjurkan untuk tidak terburu-buru
untuk beranjak pergi. Sebenarnya ada hikmah tersendiri dibalik anjuran ini. Bahwa
sesungguhnya dengan merasakan dengan kesadaran keberadaan kita usai
melaksanakan sholat, dengan berdzikir/wirid, disaat yang sama kita sedang
melakukan proses tahapan trance yang lain. Untuk menyiapkan diri kita untuk
berdoa, mengawali doa dengan wirid adalah sebuah persiapan yang baik untuk
menyiapkan pikiran kita semakin mudah memvisualisasikan doa kita, karena hati dan
pikiran telah terkondisikan saat melakukan wirid.
5. Berdo‟a (Alpha ke Beta)
Saat berdoa kondisi gelombang otak disiapkan untuk menguatkan visi yang
terlantun dalam kalimat-kalimat yang diucapkan. Di saat yang sama kita juga sedang
melakukan auto sugesti kedalam diri sendiri. Karena doa adalah penajam visi. Selain
langsung tersambung ke Allah, doa juga mampu menyiapkan seluruh sumber daya
kita agar bisa menjalani hidup yang berkualitas. Dalam hadist qudsi Allah berfirman :
“Sesungguhnya Aku sesuai dengan persagkaan Hamba-Ku” Maka perasaan kita, doa
kita, dan persepsi kita dalam doa adalah sebuah penyebab bagaimana nasib kita
setelah melaksanakan sholat. Usai berdoa, fokus pikiran yang tadinya hanya pada
diri. Maka mulai sekarang dapat kembali keluar menuju gelombang Beta, hingga bisa
otak dapat bekerja sebagaimana mestinya. Semakin bersemangat usai sholat
seharusnya. Karena sholat adalah proses terapi mental yang dahsyat.
Dengan memaksimalkan kehusyuan dan rileks dalam sholat, mudah-mudahan
sholat kita berhasil menjaga diri kita dari segala perbuatan keji dan mungkar.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khatib, M.K. (2001) Khutbah Khutbah Rasulullah. Jakarta : Darul Falah
Adams, P (1967) The New Self Hypnosis: Proven Techniques for Programming Your
Subconscious Mind.. New York : Parker Publishing Company Ash-Shadiq,
I.J. (1991) Lentera Ilahi : 99 Wasiat Imam Ja’far Ash-Shadiq. Bandung :
Penerbit Mizan
Arabi, Ibn (1988) Relung Cahaya : Seratus Satu Hadis Ketuhanan, Jakarta : Pustaka
Frdaus
Bono,G & McCullough,M.E. (2006) Positive Response to Benefit and Harm
:Bringing Forgiveness and Gratitude Into Cognitive Psychotherapy. Journal
of Cognitive Psychotherapy: An International Quarterly, Vol 20, Number 2,
2006, 1-10
Battino, R & South, T.L. (1999) Ericksonian Approaches : A Comprehensive
Manual. Wales : Crown House Publishing Limited
Chisyti, S.H.M. (1999) Penyembuhan Cara Sufi . Jakarta : Penerbit Lentera
Copelan, Rachel (2001) Advanced Hypnotism . Delhi : Pustak Mahal
Daradjat, Z. (2002) Psikoterapi Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Elman, Dave (1964) Hypnotherapy. Glendale : Westwood Publishing
Erickson, M.H. & Rossi, E.L. (1981) Experiencing Hypnosis : Theurapeutic
Approaches to Altered States. New York: Irvington Publishers
Goldberg , Bruce (1997) Secrets of Self Hypnosis. New York : Sterling Publishing
Co.Inc
Gunawan, A.W. (2006) Hypnotherapy : The Art of Subconscious Structuring. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Hadley, J. & Staudacher, C. (1996) Hypnosis for Change. 3rd Ed. Oakland : New
Harbinger Publications
Irma, Ade (2003) Perbedaan Kestabilan Emosi Remaja yang Shalatnya Teratur
dengan Kestabilan Emosi Remaja yang Shalatnya tidak teratur. Tazkiya:
Jurnal Psikologi Berbasis Keilmuan Islam, Volume 3, Nomor 2, Oktober
2003, h 82-93
McCullough,M.E. , Root,L.M., Tabak,B.A & Witvliet, C. (2006) Forgiveness . Tanpa
Kota: Tanpa penerbit
McGill, Ormond (1996) The New Encyclopedia of Stage Hypnotism . Wales : Crown
House Publishing Limited
Najati, M.U. (2000) Psikologi dalam Tinjauan Hadits Nabi Sholallahu ‘Alayhi
Wasallam. .Jakarta : Aras Pustaka
Najati, M.U. (2001) Al Qur’an dan Psikologi.Jakarta : Aras Pustaka
Nasir, M.S. (2005) Wudhu yang Sempurna, Sarat Mencapai Inti Dzikir. Nuqthoh :
Bacaan Pembuka Hati, No.12 Tahun III, 7-1
Sangkan, Abu (2004) Pelatihan Shalat Khusyu : Sholat sebagai Meditasi Tertinggi
dalam Islam. Jakarta : Baitul Islam
Streeter, M. (2004) Hypnosis : Secrets of Mind. New York : Barrons Educational
Series

Anda mungkin juga menyukai