Ketua
Drg. Theresua Un Tae
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Belu
Editor
P. Yustinus Laku Mali,SKM.,M.Ph
Siprianus Mali,A.Md.Kep
Yohana F. Sikone,SKM
Antonia G. Lau,A.Md.Keb
Heny Chr. Nahak,SKM
Anggota
Maria N.P. Ligoresi,SKM; Helga Wulandari Putri.
Kontributor
Badan Pusat Statistik Kabupaten Belu; BPJS Kabupaten Belu; RSUD. Gabriel Manek SVD
Atambua; RSK. Marianum Halilulik; RS. Sito Husada Atambua; Rumkitban Atambua; Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan; Bidang
Pelayanan Kesehatan; Bidang Kesehatan Keluarga, Subag Kepegawaian Dinkes Belu; Subag
Keuangan dan Perlengkapan Dinkes Kab. Belu.
BAB I Pendahuluan 1
I.1 Pendahuluan 1
I.2 Tujuan 2
I.1 Pendahuluan
Profil kesehatan kabupaten Belu merupakan gambaran situasi kesehatan kabupaten Belu
dan merupakan salah satu alat untuk melakukan evaluasi pelaksanaan program pembangunan
kesehatan. Penyusunan profil dilakukan didahului dengan pengumpulan data pada Sekretariat,
Bidang dan lintas sektor. Tahun 2016 telah dilaksanakan program dan kegiatan dalam upaya
peningkatan pembangunan kesehatan yang berdaya guna dan menjangkau masyarakat.
Pelaksanaan pembanguan kesehatan dilakukan melalui peningkatan kualitas sumber daya,
pengadaan peralatan dan obat-obatan serta peningkatan puskesmas dan jaringannya guna
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Penyusunan profil kesehatan kabupaten Belu tahun 2016 banyak dirasakan tantangan dan
hambatan terutama dalam penyajian data yang berkualitas, data-data yang dikumpulkan masih
ada yang belum lengkap, hal ini disebabkan karena keterlambatan pengiriman data puskesmas ke
Dinas Kesehatan kabupaten Belu sehingga proses pengolahan dan analisis data menjadi terlambat.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pendistribusian format data lampiran profil kesehatan
ke Bidang Dinas Kesehatan kabupaten Belu dan lintas sektor. Setelah dilakukan pengisian format,
dilanjutkan dengan pengentrian dan validasi data atau pemutakhiran data antara dinas kesehatan
dan puskesmas.
Indikator-indikator yang ditampilkan pada profil kesehatan antara lain indikator derajat
kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan. Indikator derajat kesehatan merupakan
indikator outcome, meliputi mortalitas dan morbiditas. Indikator upaya kesehatan merupakan
indikator output hasil kegiatan pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan. Indikator sumber daya
kesehatan merupakan indikator input yang merupakan syarat pokok dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan. Secara umum dalam penyusunan profil kesehatan ini dilakukan analisis
deskriptif, analisis komprehensif antar puskesmas. Untuk melihat trend tahunan suatu indikator
tertentu dilakukan analisis kecenderungan. Secara terbatas dilakukan juga analisis hubungan antar
faktor risiko dengan output atau outcome. Untuk mempermudah dalam analisis, variabel indikator
yang tersedia pada tabel profil kesehatan ini, disajikan melalui tampilam tabel, gambar yang
disesuaikan dengan tujuan analisis seperti grafik garis, grafik batang dan peta.
Profil kesehayan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan informasi baik sektor kesehatan
sendiri maupun sektor non kesehatan, terutama dalam proses manajemen yang meliputi
perencanaan, penggerakkan, pengendalian dan monitoring serta evaluasi pembangunan kesehatan.
Untuk itu dilakukan diseminasi informasi melalui distribusi buku Profil Kesehatan ke berbagai
unit/sektor yang berkaitan dengan bidang kesehatan seperti Kemenkes RI, Dinas Kesehatan
Propinsi, Bappeda dan unit lainnya. Adapun sistematika penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Belu
tahun 2016 sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan
Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan diterbitkannya Profil kesehatan Kabupaten Belu
serta sistematika penyajian.
LAMPIRAN :
1. TABEL IS-SPM ( 1 s/d 81 ).
I.2 Tujuan
Profil Kesehatan Kabupaten Belu merupakan salah satu media publikasi data dan informasi
yang berisi situasi dan kondisi kesehatan yang cukup komprehensif. Profil kesehatan kabupaten
Belu disusun berdasarkan ketersediaan data, informasi dan indikator kesehatan yang bersumber
dari unit teknis di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Belu serta institusi lain terkait seperti
Badan Pusat Statistik (BPS).
Tujuan diterbitkan buku Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2016, adalah sebagai bahan
informasi dan sebagai dasar perencanaan pembangunan kesehatan di kabupaten Belu. Dalam profil
kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2016 ini pembaca dapat memperoleh data dan informasi
mengenai Gambaran umum Kabupaten Belu, derajat kesehatan, Upaya kesehatan yang
dilaksanakan, dan sumber daya kesehatan yang ada di kabupaten Belu. Data informasi yang
ditampilkan dapat membantu dalam membandingkan capaian pembangunan kesehatan antara satu
wilayah kerja puskesmas dengan wilayah kerja puskesmas lainnya di kabupaten Belu, serta sebagai
dasar untuk perencanaan program pembangunan kesehatan selanjutnya.
201.734 204.541
197.002 2,5
200.000
2,4
Pertumbuhan Penduduk
2,0
Jumlah Penduduk
150.000
1,8 1,4
1,5
97.221 99.781 99.301102.433 100.922 103.619
100.000
1,0
50.000
0,5
- -
2.013 2.014 2.015
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2015
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa pertumbuhan penduduk kabupaten Belu tiga
tahun terakhir cenderung naik turun. Untuk lebih jelasnya dapat dirinci jumlah penduduk
berdasarkan kecamatan.
Raimanuk 16.109
Lamaknen 13.774
Raihat 13.329
Lasiolat 6.681
Dari grafik diatas diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat di kecamatan Kota
atambua yaitu 29.081 jiwa, dengan luas wilayah 24,9 Km2. Sedangkan jumlah penduduk terkecil
adalah kecamatan Nanaet Dubesi dengan jumlah penduduk 4.432 jiwa yang menempati wilayah
seluas 60,3 Km2.
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Belu Tahun 2015, jumlah penduduk Kabupaten Belu
204.541jiwa yang terdiri dari laki-laki 100.922 jiwa dan Perempuan 103.619 jiwa. Jumlah Rumah
tangga 46.865 KK dengan rata-rata 4 jiwa per rumah tangga dan kepadatan penduduk 159 orang
per Km2.Laju pertumbuhan penduduk kabupaten Belu menurut kecamatan tahun 2015 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.2
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Belu Menurut
Kecamatan Tahun 2015
LAJU
NO KECAMATAN PERTUMBUHAN
PENDUDUK
1 Lamaknen 1,95
2 Raihat 0,53
3 Raimanuk 1,87
4 Lasiolat 4,60
5 Tasifeto Timur 1,43
6 Nanaet Dubesi 2,01
7 Tasifeto Barat 0,96
8 Kakuluk Mesak 1,77
9 Atambua Selatan 1,49
10 Lamaknen Selatan 0,27
11 Atambua Barat 0,66
12 Kota Atambua 1,24
13 Belu 1,40
Sumber :Statistik Daerah KabupatenBelu 2016
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin pada tahun 2015 dapat digambarkan
dalam bentuk piramida penduduk. Dasar piramida menunjukkan jumlah penduduk, badan
piramida bagian kiri menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan badan piramida bagian
kanan menunjukkan jumlah penduduk perempuan. Piramida tersebut merupakan gambaran
struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa dan tua. Struktur penduduk
ini menjadi dasar bagi kebijakan kependudukan, sosial, budaya dan ekonomi.
Dari grafik di atas diketahui bahwa struktur penduduk Kabupaten Belu termasuk struktur
penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda yang masih
tinggi. Badan piramida besar, ini menunjukkan banyaknya penduduk pada usia 5-9 tahun dan 10-
14 tahun, baik laki-laki maupun perempuan.
6,50
6,00
5,50 5,28 6,03
5,00
5,74
4,50
2.012 5,21
2.013
2.014
Sumber :Statistik Daerah KabupatenBelu 2016, 2.015
hasilproyeksipenduduk 2011-2019
Tiga sektor utama yang memberikan kontribusi cukup besar pada struktur perekonomian
kabupaten Belu pada tahun 2015 adalah lapangan usaha pertanian (23,7%), lapangan usaha jasa
pendidikan (14,9%) dan lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan
sosial wajib (12,30%). Keadaan ini menunjukkan bahwa perekonomian masyarakat kabupaten
Belu masih mengandalkan sektor pertanian, dengan kata lain kabupaten Belu masih bertumpu
pada sektor pertanian (daerah agraris). Angka PDRB perkapita kabupaten Belu selama kurun
waktu tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 PDRB perkapita
kabupaten Belu sebesar 11,33 juta rupiah, meningkat menjadi 12,41 juta rupiah di tahun 2013,
meningkat menjadi 13,62 juta rupiah pada tahun 2014 dan mencapai 14,88 juta pada tahun
2015.
Pada tingkat sekolah dasar (SD), jumlah sekolah pada tahun 2015 berjumlah 139 unit dengan
rasio murid-guru sebesar 6. Artinya setiap satu orang guru menangani 6 orang murid. Rasio yang
lebih rendah dapat diamati pada level pendidikan yang lebih tinggi yakni SLTP sebesar 13. Pada
level SLTA, rasio murid-guru mencapai 26 murid tiap satu orang guru. Secara khusus, semakin
tinggi level pendidikan seyogyanya semakin rendah rasio rasio murid-guru. Hal ini dikarenakan
level pendidikan yang lebih tinggi membutuhkan konsentrasi lebih dari seorang guru terhadap
muridnya.
Komponen pengukuran tingkat pembangunan manusia suatu daerah yang cukup
berpengaruh yaitu komponen pendidikan. Perubahan yang terjadi secara terus menerus pada
perilaku masyarakat disebabkan oleh semakin meningkatnya tingkat pendidikan. Pendidikan juga
merupakan salah satu syarat mutlak pencapaian tujuan pembangunan manusia dan merupakan
target pembangunan sekaligus sarana pembangunan nasional.
Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan
ketrampilan manusia. Peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan
membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan hingga
pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Ijazah/STTB tertinggi
yang dimiliki seseorang merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal. Semakin tinggi
ijazah/STTB yang dimiliki oleh rata-rata penduduk suatu negara semakin tinggi taraf
intelektualitas negara tersebut.
Grafik 2.7
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki
Kabupaten Belu Malaka Tahun 2015
SMU Kejuruan; D I,II; 1,34% D III; 3,01% Universitas; 6,77%
1,51% Tidak/ Belum
SMU Umum;
31,01% Memunyai ijasah;
11,14%
SD; 21,96%
SLTP; 23,27%
NTT 62,67
Kota Kupang 77,95
Ende 65,54
Ngada 65,10
Nagekeo 63,33
Sumba Timur 62,54
Lembata 62,16
Kupang 62,04
Sikka 61,81
Sumba Barat 61,36
Flores Timur 61,24
TTS 60,96
Manggarai 60,87
Belu 60,54
Sumba Tengah 60,53
Manggarai Barat 60,04
TTU 59,90
Alor 58,50
Rote Ndao 58,32
Sumba Barat Daya 57,91
Malaka 57,51
Manggarai Timur 56,83
Sabu Raijua 53,28
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
Sumber :Statistik Daerah KabupatenBelu 2016
Grafik di atas menunjukkan nilai IPM Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) Tahun
2015. Berdasarkan pembagian nilai IPM, belum ada Kabupaten di Provinsi NTT yang
mempunyai nilai IPM tinggi. Semua Kabupaten di Provinsi NTT masuk dalam kategori
IPM sedang. Nilai IPM tertinggi terdapat di Kota Kupang sebesar 77,95 dan IPM ter-
rendah terdapat di Kabupaten Sabu Raijua sebesar 53,28.
Strategi pembangunan nasional menempatkan sumber daya manusia sebagai
perspektif pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi seiring dengan peningkatan
sumber daya manusia. Beberapa faktor penting dalam pembangunan yang sangat efektif
bagi pembangunan manusia adalah pendidikan dan kesehatan. Kedua faktor ini
merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dimiliki untuk meningkatkan potensinya
dalam pembangunan. Pendidikan tercermin dalam rata-rata lama sekolah dan angka
melek huruf sedangkan pembangunan bidang kesehatan tercermin dalam angka harapan
hidup waktu lahir.
62,26 62,31
62,17
Grafik di samping menunjukkan peningkatan AHH yang terjadi di Kabupaten Belu dari
tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Dengan jumlah AHH Kabupaten Belu pada
tahun 2014 mencapai 62,31.
Angka Harapan Hidup (AHH) kabupaten Belu jika dibandingkan dengan AHH tingkat
provinsi ternyata masih di bawah AHH provinsi, dan jika dibandingkan dengan
kabupaten/kota lain di NTT.
Grafik 2.11
Angka Harapan Hidup Penduduk NTT Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
NTT 65,91
Kota Kupang 68,14
Sumba Tengah 67,65
Ngada 67,32
Manggarai timur 67,27
Sumba Barat Daya 67,08
Sumba Barat 66,11
Nagekeo 66,05
Manggarai Barat 65,98
TTU 65,89
Sikka 65,7
TTS 65,45
Lembata 65,35
Manggarai 64,78
Ende 64,27
Malaka 64,15
Flores Timur 63,88
Sumba Timur 63,48
Kupang 62,97
Rote Ndao 62,86
Belu 62,31
Alor 59,73
Sabu Raijua 57,98
52 54 56 58 60 62 64 66 68 70
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2015
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa Angka Harapan Hidup kabupaten Belu
mencapai 62,31, sedangkan untuk provinsi NTT mencapai 65,91.
65
60
54
42
40
25
23
17
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa keadaan 3 tahun terakhir jumlah kematian
neonatal, bayi dan balita cenderung menurun. Dengan kondisi akhir pada tahun 2016 kematian
neonatal 42 kasus, kematian bayi 25 kasus dan kematian balita 3 kasus.
1. Neonatal
Neonatatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari. Pada masa
tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi
pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan
golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah
kesehatan biasa muncul, sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Berikut ini
adalah gambaran kematian neonatal kabupaten Belu tahun 2016.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Gambar 3.1
Pemetaan Kasus Kematian Neonatal Berdasarkan Wilayah Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa 2 puskesmas tidak terdapat kasus kematian
neonatal yaitu puskesmas Silawan dan puskesmas Haliwen. Wilayah puskesmas yang berdasarkan
jumlah kasus kematian terbesar yang dilaporkan terjadi di puskesmas Haekesak dan puskesmas
Halilulik yaitu 8 kasus kematian neonatal.
2. Bayi
Bayi merupakan bayi dengan usia 0 sampai dengan 11 bulan. Kematian bayi kabupaten
Belu bila dilihat berdasarkan grafik 3.1, tiga tahun terakhir diketahui cenderung naik turun. Tahun
2014 berjumlah 60 kasus, 2015 berjumlah 17 kasus dan naik lagi di tahun 2016 menjadi 25 kasus
kematian bayi di kabupaten Belu. Hal ini wajib menjadi perhatian khusus dari Dinas Kesehatan
kabupaten Belu untuk mengatasi kasus kematian bayi tersebut. Berikut ini merupakan gambaran
kasus kematian bayi berdasarkan wilayah kerja puskesmas di kabupaten Belu tahun 2016.
Gambar 3.2
Pemetaan Kasus Kematian Bayi Kabupaten Belu Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa Kasus kematian bayi terbesar terjadi di wilayah kerja
puskesmas Halilulik dengan jumlah kasus kematian bayi 7 kasus kematian di tahun 2016 dan
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
terdapat 6 puskesmas yang tidak terjadi kasus kematian bayi yaitu puskesmas Rafae, puskesmas
Atambua Selatan, Puskesmas Atapupu, puskesmas Haliwen, Puskesmas Wedomu dan puskesmas
Dilumil.
3. Balita
Balita merupakan bayi atau anak berusia 0 sampai dengan 59 bulan. Kematian balita
kabupaten Belu tiga tahun terakhir cenderung turun dari tahun 2014 ditemukan 65 kasus
kematian balita, tahun 2015, 23 kasus dan tahun 2016 dilaporkan 3 kasus kematian balita di
kabupaten Belu. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus untuk penanganan sehingga di
kemudian hari kematian balita tidak lebih besar dari jumlah kasus kematian di tahun 2016 atau
bahkan tidak terjadi kasus kematian balita di kabupaten Belu. Gambaran kasus kematian di
kabupaten Belu tahun 2016 ini dapat digambarkan berdasarkan wilayah kerja puskesmas berikut
ini.
Gambar 3.3
Pemetaan Kasus Kematian Balita Kabupaten Belu Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus kematian balita di kabupaten belu dilaporkan
di wilayah puskesmas Halilulik 1 kasus, puskesmas Weluli 1 kasus dan puskesmas Nualain 1 kasus.
B. Kematian Ibu
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target sistem kesehatan
nasional, berdasarkan SDGs Goal 3 yaitu kesehatan yang baik, pada tahun 2030 mengurangi
angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu diperlukan
komitmen dan usaha keras yang terus menerus untuk mewujudkan tujuan tersebut.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Grafik 3.2
Kasus Kematian Ibu Kabupaten Belu Tahun 2014-2016
10 9
8
5
6
4 5
2014
2015
Sumber : Bidang Kesga
2016
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa tiga tahun terakhir kejadian kasus kematian ibu
cenderung turun naik, dengan jumlah kasus di tahun 2016 5 kasus. Berikut ini akan digambarkan
kasus kematian ibu berdasarkan wilayah kerja puskesmas di kabupaten Belu tahun 2016.
Gambar 3.4
Pemetaan Kasus Kematian Ibu Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus kematian ibu terjadi di 4 wilayah kerja
puskesmas kabupaten Belu. Wilayah puskesmas tersebut antara lain puskesmas Nualain 1 kasus
kematian ibu, puskesmas Aululik 1 kasus, puskesmas Atambua Selatan 1 kasus dan puskesmas
Wedomu 2 kasus kematian ibu. Kasus kematian ibu di kabupaten Belu sudah selayaknya menjadi
perhatian khusus baik dari pemerintah maupun masyarakat. Semua pihak wajib berperan dalam
menurunkan jumlah kasus kematian ibu. Kasus kematian ibu berkaitan erat dengan pelayanan
dan fasilitas kesehatan di masyarakat dan juga pengetahuan masyarakat sendiri tentang hal ini.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
III.2 Kasus Kesakitan
A. Penyakit Menular
1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi
basil tuberkulosis.Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan case
notification rate (CNR) dan prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu
titik waktu tertentu) dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat
tuberkulosis dalam jangka waktu tertentu).
a) Kasus Baru BTA Positif
Pada tahun 2016 kabupaten Belu jumlah kasus baru BTA positif adalah 348 kasus yang
tersebar di wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu. Selain tercatat dan dilaporkan di wilayah
kerja puskesmas kabupaten Belu, kasus baru BTA positif ini juga dilaporkan dari rumah sakit di
wilayak kabupaten Belu. Dari 348 kasus tersebut jumlah kasus terbesar dilaporkan dari RSUD
Mgr. Gabriel Manek,SVD dengan jumlah 62 kasus. Berikut ini dapat dilihat trend kasus baru TB
BTA Positif kabupaten Belu tiga tahun terakhir.
Grafik 3.3
Jumlah Kasus Baru TB BTA Positif Kabupaten Belu Tahun 2014-2016
400 380
380
348
360
326
340
320
300
280
2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3
Dari grafik di atas diketahui bahwa trend jumlah kasus baru TB BTA positif cenderung
naik turun. Tahun 2014 berjumlah 380 kasus, tahun 2015 turun menjadi 326 kasus dan naik di
tahun 2016 menjadi 348 kasus. Berikut ini adalah gambaran kasus baru TB BTA positif
berdasarkan wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu tahun 2016.
Gambar 3.5
Pemetaan Kasus Baru TB BTA Positif Kabupaten Belu Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2016
Sumber : Bidang P3
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus baru TB BTA positif ditemukan di seluruh
wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu tahun 2016. Penemuan terbesar kasus baru TB BTA
positif ditemukan di wilayah kerja puskesmas Haliwen 43 kasus dan yang paling sedikit adalah
puskesmas Nualain yaitu 1 kasus.
b) Proporsi Pasien Baru BTA Positif di antara Semua Kasus TB
Proporsi pasien baru BTA+ diantara semua kasus TB menggambarkan prioritas penemuan
pasien TB yang menular diantara seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini diharapkan tidak
lebih rendah dari 65%. Apabila proporsi pasien baru BTA+ di bawah 65% maka hal itu
menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan dini. Berikut ini
adalah proporsi pasien baru BTA positif diantara seluruh kasus TB tiga tahun terakhir.
Grafik 3.4
Proporsi Pasien Baru TB BTA Positif Kabupaten Belu Tahun 2014-2016
91,57
70,5
64,21
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa kabupaten Belu tahun 2016 proporsi pasien baru TB
BTA positif mencapai 64,21% lebih rendah dibandingkan dengan target 65%. Proporsi pasien
baru TB BTA positif berdasarkan wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu tahun 2016 dapat
digambarkan pada peta berikut ini.
Grafik 3.5
Proporsi Pasien Baru TB BTA Positif berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016
Kab Belu 64,21
Nualain 100,00
Dilumil 100,00
Laktutus 100,00
Haliwen 100,00
Rafae 100,00
Halilulik 95,65
Umanen 93,94
Aululik 91,67
Silawan 88,89
Haekesak 85,71
Ainiba 83,33
Webora 81,82
Wedomu 76,67
Weluli 66,67
Atapupu 50,00
Kota 39,13
Atambua Selatan 34,00
Target 65%
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa proporsi pasien baru TB BTA positif masih di bawah
target dan terdapat 3 wilayah kerja puskesmas yang masih di bawah target yaitu puskesmas
Atapupu 50%, puskesmas Kota 39,13% dan puskesmas Atambua Selatan 34%. Bila dilihat dari
ketiga puskesmas tersebut dua diantaranya merupakan wilayah puskesmas daerah perkotaan.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Secara kasat mata dapat diketahui kesadaran dini untuk pemeriksaan dahak masyarakat
perkotaan lebih sedikit dibandingkan masyarakat pedesaan. Masyarakat menganggap batuk
berdahak lebih dari 2-3 minggu adalah batuk biasa, kurangnya penyuluhan tentang penyakit TBC
oleh petugas dan jarak rumah penderita ke fasilitas pelayanan kesehatan TK.I (puskesmas).
c) Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)
Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang
ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila
dikumpulkan akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di
wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan (trend) meningkat atau menurunnya
penemuan pasien pada wilayah tersebut. Angka Notifikasi Kasus Baru BTA+ pada tahun 2016
Kabupaten Belu adalah 264,98 per 100.000 penduduk. Berikut ini grafik angka notifikasi Kasus
Baru BTA+ dan Seluruh kasus TB BTA+ per 100.000 penduduk empat tahun terakhir.
Grafik 3.6
Angka Notifikasi Kasus Baru BTA + dan Seluruh Kasus Per 100.000 Penduduk Kabupaten Belu
Tahun 2013-2016
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Puskesmas dengan Kasus Baru BTA+ per 100.000 penduduk terendah adalah puskesmas Nualain
dengan angka notifikasinya adalah 12,7 sedangkan puskesmas dengan kasus baru BTA+ per
100.000 penduduk tertinggi adalah puskesmas Atapupu dengan angka notifikasinya 287,33.
CNR dianggap baik jika terjadi peningkatan minimal 5% dibandingkan dengan sebelumnya.
d) Angka Keberhasilan Pengobatan
Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan. Indikator yang digunakan
sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan pengobatan (success rate). Angka
keberhasilan pengobatan ini ditentukan dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.
Berikut ini dapat dilihat angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan tahun 2013 sampai
dengan tahun 2016.
Grafik 3.8
Angka Kesembuhan dan Keberhasilan Pengobatan TB BTA+ di Kabupaten Belu
Tahun 2013-2016
0
2013 2014 2015 2016
Angka Kesembuhan Angka Keberhasilan Pengobatan
Sumber : Bidang P3
Dari grafik diatas diketahui bahwa perkembangan angka keberhasilan pengobatan tahun 2013-
2016. Pada tahun 2016 angka keberhasilan pengobatan kabupaten Belu sebesar 127%. WHO
menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Dengan demikian pada tahun
2016 Kabupaten Belu telah melampaui standart tersebut. Berikut ini adalah gambar penyebaran
kesembuhan kasus TB BTA +.
Grafik 3.9
Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien TB BTA Positif Menurut Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016
Kab. Belu 127
Nualain 160
Kota 115,38
Dilumil 114,29
Weluli 112,5
Atapupu 109,52
Atb. Selatan 107,14
Rafae 105,26
Silawan 100
Haekesak 100
Wedomu 100
Haliwen 100
Umanen 100
Laktutus 100
Halilulik 95,45
Webora 93,75
90
Target 85%
Aululik
Ainiba 85,71
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa seluruh wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu
tahun 2016 mempunyai angka keberhasilan pengobatan di atas target atau di atas 85%.
e) Kematian akibat TB Paru
Grafik 3.10
Jumlah Kematian Kasus TB Paru Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
25
23
20
15
12 11
10
8
5
0
2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah kematian TB Paru kabupaten
Belu empat tahun terakhir cenderung naik turun, dari tahun 2013 12 kasus, tahun 2014 menjadi 11
kasus, dan turun di tahun 2015 menjadi 8 kasus, namun tinggi kembali pada tahun 2016 menjadi
23 kasus kematian TB paru. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus sehingga kasus kematian TB
paru ini dapat diturunkan. Berikut ini adalah penjabaran kasus kematian TB Paru berdasarkan
wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu tahun 2016.
Gambar 3.6
Peta Penyebaran Kasus Kematian TB Paru Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2016
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa jumlah kematian terbesar di kabupaten Belu pada
tahun 2016 dilaporkan di puskesmas Halilulik dengan jumlah kasus 3 kasus, namun berdasarkan
laporan yang ada kematian terbesar terjadi di Rumah sakit RSUD Mgr. Gabriel Manek,SVD
dengan jumlah kematian 12 kasus. Terdapat 12 puskesmas yang tidak terjadi kematian TB Paru.
2. Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan kuman pneumococcus, staphylococcus,
streptococcus dan virus. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk,
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
mengeluarkan dahak dan sesak napas. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-
anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah
kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Data lembar fakta Organisasi Kesehatan Dunia WHO tahun 2013 menunjukkan bahwa
Pneumonia atau infeksi saluran pernapasan akut yang mempengaruhi paru-paru dinyatakan
menjadi penyebab kematian sekitar 1,2 juta anak setiap tahun. Dapat dikatakan, setiap jam ada
230 anak di dunia yang meninggal karena Pneumonia. Angka itu bahkan melebihi angka
kematian yang disebabkan oleh AIDS, Malaria dan Tuberkolosis. Salah satu upaya yang dilakukan
untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan penemuan pneumonia pada
balita. Berikut ini adalah gambaran keadaan kasus Pneumonia di Kabupaten Belu.
Grafik 3.11
Jumlah Kasus Pneumonia Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
140
120 120
100
100 91
80
59
60
40
20
0
2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa jumlah kasus Pneumonia kabupaten Belu empat tahun
terakhir cenderung naik turun. Dari tahun 2013 100 kasus turun menjadi 59 kasus di tahun 2014,
kasus penyakit ini naik kembali di tahun 2015 menjadi 91 kasus dan di tahun 2016 menjadi 120
kasus.
Gambar 3.7
Peta Penyebaran Kasus Pneumonia Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016
Sumber : Bidang P3
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan peta di atas diketahui bahwa terdapat 4 wilayah puskesmas yang jumlah kasus
pneumonia berwarna merah yaitu tertinggi puskesmas Rafae 34 kasus, puskesmas Atambua
Selatan 29 kasus, puskesmas Kota 21 kasus dan puskesmas Umanen 11 kasus. Terdapat 5
puskesmas yang tidak ditemukan kasus pneumonia yaitu puskesmas Laktutus, puskesmas Nualain,
puskesmas Silawan, pukesmas Atapupu dan puskesmas Ainiba. Kasus pneumonia ini terjadi
dikarenakan sebagian anak/penderita tinggal bersama neneknya sebagai pengasuhnya
dikarenakan orang tuanya pergi merantau sehingga pola asuh anak tidak baik. Sebagian besar
rumah penderita masih berlantai tanah dan ventilasi rumah yang kurang baik, kebiasaan merokok
di dalam rumah dan pada saat menggendong bayi/balita, penderita selalu dibawa ke dapur pada
saat melakukan aktifitas di dapur sehingga selalu kontak dengan asap.
60 80
50 51 70 69
49
60 60 59
40 40 50
36 48
30 40
20 30
20
10 10
0 0
2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa jumlah kasus baru HIV positif cenderung naik turun
sedangkan AIDS, yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Belu cenderung menurun.
Dilihat dari jumlah kasus tahun 2013 HIV mencapai 49 kasus turun menjadi 40 kasus di tahun
2014 dan turun lagi di tahun 2015 menjadi 36 kasus. Namun di tahun 2016 terjadi peningkatan
kasus menjadi 51 kasus. Untuk kasus AIDS dari tahun 2013 mencapai 69 kasus dan turun sampai
dengan tahun 2016 menjadi 48 kasus. Masih ditemukannya kasus HIV AIDS disebabkan karena
masyarakat terutama yang beresiko tinggi terhadap penyakit ini, tidak mau melakukan
pemeriksaan baik secara sukarela maupun atas inisiasi petugas kesehatan. Selain itu klien dengan
reaktif pada screening awal tidak mau dirujuk ke klinik VCT karena tidak memiliki kartu jaminan
kesehatan, sementara biaya pemeriksaan dirasakan sangat mahal. Hal ini masih harus menjadi
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
perhatian khusus dari Dinas Kesehatan Kabupaten Belu agar tetap meningkatkan penemuan kasus
HIV dan AIDS ini sehingga dapat dikendalikan penularan penyakit ini.
Grafik 3.14
Persentase Kasus HIV AIDS Menurut Kelompok Umur Tahun 2016
4 Tahun; 6,06;
6% 5-14 Tahun; 0,00;
50 Tahun; 11,11;
11% 0%
15-19 Tahun ;
0,00; 0%
20-24 Tahun ;
8,08; 8%
25-49 Tahun ;
74,75; 75%
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa kelompok umur penderita HIV AIDS terbesar terdapat
di kelompok umur 25-49 tahun yaitu 75% yang merupakan kelompok umur produktif yang aktif
secara seksual dan termasuk kelompok umur yang menggunakan NAPZA suntik. Sedangkan
kelompok umur yang tidak ditemukan kasus HIV AIDS adalah kelompok umur 5-14 tahun dan
15-19 tahun. Berikut ini pemetaan kasus HIV AIDS berdasarkan wilayah kerja puskesmas
kabupaten Belu Tahun 2016.
Gambar 3.8
Peta Penyebaran Kasus HIV AIDS Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016
Sumber : Bidang P3
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus HIV AIDS menyebar di seluruh wilayah kerja
puskesmas kabupaten Belu tahun 2016. Jumlah kasus terbanyak HIV AIDS terdapat di puskesmas
Umanen 18 kasus dan yang paling sedikit terdapat di puskesmas Rafae dan Dilumil yaitu 1 kasus.
4. Diare
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit
potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun 2016 kasus diare kabupaten Belu
dilaporkan 2.239 kasus.
Grafik 3.15
Kasus Diare Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
5.979
Sumber : Bidang P3
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus diare di kabupaten Belu paling sedikit
dilaporkan di puskesmas Laktutus 16 kasus dan yang paling banyak dilaporkan di puskesmas
Nualain 325 kasus.
5. Kusta
Penyakit kusta disebut juga sebagai penyakit lepra atau penyakit Hansen disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2-3
minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Masa inkubasi
kuman kusta ini 2-5 tahun bahkan dapat mencapai 5 tahun. Penatalaksanaan kusta yang buruk
dapat menyebabkan kusta menjadi progresif menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf,
anggota gerak dan mata.
Grafik 3.16
Angka Penemuan Kasus Baru Kusta Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
5,01
4,46 4,4
1,1
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa angka penemuan kasus baru Kusta cenderung naik
turun. Tahun 2013 1,1 per 100.000 penduduk naik di tahun 2014 menjadi 5,01 per 100.000
penduduk. Kemudian turun dengan posisi di tahun 2016 4,4 per 100.000 penduduk.
Gambar 3.10
Peta Penyebaran Kasus Baru Kusta Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016
Sumber : Bidang P3
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan peta di atas diketahui bahwa penemuan kasus baru kusta tersebar di 5 puskesmas
kabupaten Belu yaitu puskesmas Atambua Selatan 3 kasus, puskesmas Atapupu 3 kasus,
puskesmas Umanen 1 kasus, puskesmas Wedomu 1 kasus dan puskesmas Nualain 1 kasus.
Berdasarkan bebannya, kusta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu beban kusta tinggi (high
burden) dan beban kusta rendah (low burden). Kabupaten atau puskesmas disebut high burden
jika angka penemuan kasus baru kusta 10 per 100.000 penduduk dan atau jumlah kasus baru
lebih dari 1.000, sedangkan low burden jika angka penemuan kasus baru kusta < 10 per 100.000
penduduk dan atau jumlah kasus baru kurang dari 1000 kasus. Berdasarkan hal tersebut diketahui
bahwa Kabupaten Belu dengan angka penemuan kasus baru kusta 4,40 per 100.000 penduduk
masih termasuk kelompok low burden atau beban kusta rendah.
Pengendalian penyakit kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus sejak dini.
Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru kusta
yaitu angka cacat tingkat II. Berikut ini adalah gambaran angka kecacatan tingkat II kabupaten
Belu.
Grafik 3.17
Angka Cacat Tingkat II Per 100.000 Penduduk Tahun 2013-2016
0,6
0,52
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0 0
0 0
2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa angka kecacatan tingkat II kabupaten Belu empat
tahun terakhir hanya meningkat di tahun 2014 0,52 dan menurun kembali di tahun 2015 dan
2016 0 per 100.000 penduduk.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
sebagian masyarakat masih menggunakan tenaga nonprofesional (dukun bayi /peraji).faktor lain
adalah sebagian ibu yang melahirkan tidak atau belum mendapat imunisasi tetanus toksoid (TT)
pada masa kehamilannya.
Gambaran penyakit tetanus neonatorum Kabupaten Belu dari tahun 2013 sampai dengan
tahun 2016 jumlah kasus penyakit tetanus neonatorum dilaporkan nihil (tidak terjadi kasus).
Sehingga kabupaten Belu masih dengan kondisi bebas dari penyakit tetanus neonatorum. Namun
Dinas Kesehatan Kabupaten Belu tetap meningkatkan program imunisasi TT sebagai program
pencegahan kasus tetanus Neonatorum ini.
b. Campak
Campak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini akan memunculkan ruam
diseluruh tubuh dan sangat menular. Campak bisa sangat mengganggu dan mengarah pada
komplikasi yang lebih serius. Gejala campak mulai muncul sekitar satu hingga dua minggu setelah
virus masuk ke dalam tubuh. Program imunisasi campak di Indonesia mulai tahun 1982. Menurut
Rikesdas tahun 2010, anak-anak Indonesia berusia 1-2 tahun yang mendapat imunisasi campak
mencapai rata-rata 74,4%. Sedangkan capaian imunisasi campak di Indonesia hingga bulan
Desember tahun 2013 adalah sebesar 90,82%. Meski capaian imunisasi campak di Indonesia telah
mencakupi 90%, WHO melaporkan terdapat sekitar 6.300 kasus campak di Indonesia pada
tahun 2013. Gambaran penyakit campak di kabupaten Belu dapat dilihat dibawah ini.
Grafik 3.18
Kasus Campak Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
5
4 4
0 0 0 0
2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan gambar di samping kasus campak hanya ditemukan di tahun 2014 dengan jumlah 4
kasus. Sedangkan 2 tahun berikutnya tidak ditemukan kasus campak di kabupaten Belu.
c. Difteri
Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman corynebacterium
diphtheriae yang sangat mudah menular dan berbahaya karena dapat menyebabkan kematian
akibat obstruksi larings atau miokarditis akibat aktivasi eksotosin. Pada kejadian luar biasa (KLB) ,
selain difteri farings, tonsil dan larings, telah pula dilaporkan terjadinya difteri hidung dan difteri
kulit. Difteri sangat menular melalui droplet dan penularan dapat terjadi tidak hanya dari
penderita saja, namun juga dari karier (pembawa) baik anak maupun dewasa yang tampaksehat
kepada orang-orang disekitarnya.
Gambaran kabupaten Belu untuk kasus penyakit ini dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2016 jumlah nihil yang dilaporkan. Sehingga untuk program imunisasi kabupaten Belu bisa
dikatakan berhasil dan tepat sasaran.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
d. Polio dan AFP
Polio disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf sehingga penderita
mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berusia 0-3 tahun ini
ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku pada leher, serta sakit di
tungkai dan lengan. AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai,
lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut
(mendadak). Sedangkan non polio AFP adalah kasus lumpuh layu akut yang diduga kasus polio
sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio. Kementerian Kesehatan
menetapkan non polio AFP rate minimal 2/100.000 populasi anak usia < 15 tahun. Pada tahun
2013, secara nasional non polio AFP rate sebesar 2,74/100.000 populasi anak < 15 tahun yang
berarti telah mencapai standar minimal penemuan.
Grafik 3.19
AFP Rate (Non Polio) Per 100.000 Penduduk Usia < 15 Tahun
1,4 1,28
1,2
0,8
0,6
0,4
0,2
0 0 0
0
2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3
Kabupaten Belu dengan kondisi empat tahun terakhir dari tahun 2013-2015 tidak
dilaporkan terjadinya kasus AFP maupun Polio. Namun di tahun 2016 telah dilaporkan 1 kasus di
puskesmas Halilulik, sehingga AFP rate kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 1,28 per 100.000
penduduk. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan non Polio AFP rate minimal
2/100.000 penduduk populasi anak usia <15 tahun. Sehingga posisi kabupaten Belu belum
mencapai standar minimal penemuan.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Grafik 3.20
Jumlah Kasus DBD dan Kematian Akibat DBD Kabupaten Belu Tahun 2016
Kasus DBD Kematian Akibat DBD
80
70 70
60
50
40
30 33
20
10 2
5
0 1 0 0 0
2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa jumlah kasus DBD kabupaten Belu cenderung naik
turun. Tahun 2013 jumlah kasus 70 kemudian turun di tahun 2014 menjadi 2 kasus. Pada tahun
2015 jumlah kasus DBD naik kembali menjadi 5 kasus dan tahun 2016 menjadi 33 kasus.
Sedangkan jumlah kematian kabupaten Belu sampai dengan tahun 2016 tidak ditemukan.
Gambar 3.11
Peta Penyebaran Kasus DBD Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa jumlah kasus DBD terbesar di kabupaten Belu pada
tahun 2016 adalah puskesmas Umanen 15 kasus. Sedangkan puskesmas yang tidak ditemukan
kasus DBD berjumlah 10 puskesmas yaitu puskesmas Rafae, puskesmas Webora, puskesmas
Laktutus, puskesmas Ainiba, puskesmas Silawan, puskesmas Aululik, puskesmas Weluli, puskesmas
Nualain, puskesmas Haekesak dan puskesmas Dilumil.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
8. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria
(Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada
semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Berikut ini adalah Gambaran
kasus Malaria di kabupaten Belu.
Gambar 3.12
Peta Penyebaran kasus Malaria Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2015 Tahun 2014-2015 Tahun 2016
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
pada tahun 2014. Gambaran kasus malaria tahun 2016 kabupaten Belu dapat digambarkan di
bawah ini.
Grafik 3.21 Grafik 3.22
Jumlah Kasus Malaria Positif dan Klinis Angka Kesakitan Malaria (Annual Paracite
Kabupaten Belu Tahun 2011-2015 Incidence / API) Per 1.000 Penduduk Beresiko
Tahun 2011-2015
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa jumlah kasus malaria positif pada tahun 2016
cenderung naik turun. Jumlah kasus dari tahun 2013 berjumlah 10.091 kasus dengan angka
kesakitan malaria 27,83 per 1.000 penduduk, menurun pada tahun 2014 menjadi 1.956 kasus
dengan angka kesakitan 9,93 per 1.000 penduduk, meningkat pada tahun 2015 menjadi 3.256
kasus dengan angka kesakitan 16,14 per 1.000 penduduk. Serta menurun kembali pada tahun
2016 dengan jumlah kasus 2.181 dengan angka kesakitan 10,66 per 1.000 penduduk. Jumlah
kasus malaria yang ada ini disebabkan karena tingkat kepatuhan minum obat penderita tidak
teratur (kebanyakan pasien hanya mengkonsumsi deartep sedangkan lanjutan primaquin tidak
diminum oleh pasien) sehingga sering terjadi kasus berulang/kambuh.
9. Filariasis
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat merusak
sistem limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, glandula mammae dan scrotum,
dapat menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya.
Penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk dan dapat berdampak pada penurunan
produktifitas kerja. Gambaran filariasis kabupaten Belu dapat digambarkan sebagai berikut.
Grafik 3.23
Jumlah Kasus Filariasis Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
21
0 0 0
2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa kasus filariasis di kabupaten Belu hanya ditemukan di
tahun 2013 sebanyak 21 kasus. Sedangkan ditahun 2014 sampai dengan 2016 tidak ditemukan
kasus filariasis di kabupaten Belu.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
B. Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus,
cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan 63%
penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO,2010). Di
Indinesia sendiri, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam
waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat. Hal tersebut menjadi
beban ganda dalam pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam
pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Peningkatan PTM berdampak negatif pada
ekonomi dan produktifitas bangsa. Pengobatan PTM seringkali memakan waktu lama dan
memerlukan biaya besar. Beberapa jenis PTM merupakan penyakit kronik dan/atau katastropik
yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak PTM
adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Secara global, regional dan nasional
pada tahun 2030 diproyeksikan terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular menjadi
penyakit tidak menular.
Berbagai faktor resiko PTM antara lain ialah merokok dan keterpaparan terhadap asap
rokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup, kegemukan, obat-obatan dan
riwayat keluarga (Keturunan). Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan.
Upaya pencegahan penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah
diidentifikasi. Kementerian Kesehatan telah mengembangkan program pengendalian PTM sejak
tahun 2005. Upaya pengendalian faktor resiko PTM yang telah dilakukan berupa promosi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta pengendalian masalah tembakau. Beberapa pemerintah
daerah telah menerbitkan peraturan terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan membentuk aliansi
Walikota / Bupati dalam pengendalian Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Sedangkan untuk
pengaturan makanan beresiko, ke depan akan dibuat regulasi antara lain tentang gula, garam dan
lemak dalam makanan yang dijual bebas. Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil jika
hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan tanpa dukungan seluruh jajaran lintas sektor, baik
pemerintah, swasta, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, bahkan seluruh lapisan
masyarakat. Penyakit tidak menular di kabupaten Belu tahun 2016 dapat dijabarkan sebagai
berikut.
Tabel 3.1
Jumlah Kasus PTM Kabupaten Belu Tahun 2016
Jumlah Jumlah
No Jenis Penyakit Total
Kasus Baru Kasus Lama
1 Penyakit Jantung Koroner 27 195 222
2 Tumor Payudara 8 6 14
3 Cedera akibat kecelakaan lain 673 287 960
4 Asma 446 601 1.047
5 obesitas 739 3.851 4.590
6 Gagal Ginjal Kronik - - -
7 Kecelakaan Lalu lintas 174 76 250
8 Hypertensi 1.230 2.322 3.552
9 Diabetes Melitus 34 151 185
10 Stroke 12 7 19
11 Oestoporosis - - -
12 PPOK/Bronchitis 45 58 103
Total 3.388 7.554 10.942
Sumber : Bidang P3
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah kasus penyakit tidak menular kabupaten Belu
tahun 2016 yang paling banyak dilaporkan adalah Obesitas dengan jumlah kasus 4.590 dan
menyebar di 17 puskesmas kabupaten Belu. Sedangkan jumlah kasus penyakit tidak menular
terkecil adalah Tumor Payudara dengan jumlah kasus 14.
A. BBLR
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam
setelah lahir. Untuk keperluan bidan di desa berat lahir masih dapat diterima apabila dilakukan
penimbangan dalam 24 jam pertama setelah lahir. Penyebab BBLR umumnya tidak hanya satu,
oleh karena itu kadang sulit untuk dilakukan pencegahan. Kita dapat menurunkan prevalensi
BBLR di masyarakat dengan upaya mendorong semua perawatan kesehatan remaja putri dan
mengusahakan untuk semua ibu hamil mendapatkan perawatan antenatal yang komprehensif,
memperbaiki status nutrisi ibu hamil dan menghentikan kebiasaan merokok pada ibu hamil. BBLR
lebih mudah meninggal atau mengalami masalah kesehatan yang serius. Berat bayi dan masa
kehamilan menggambarkan resiko, semakin kecil berat bayi dan semakin muda masa kehamilan
semakin besar resikonya.
Grafik 3.24
Jumlah Kasus BBLR Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
600 502
500
400 326 342 341
300
200
100
0
2013 2014 2015 2016
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Jumlah kasus BBLR kabupaten Belu tahun 2016 berjumlah 341 kasus dengan jumlah kasus
laki-laki berjumlah 174 dan perempuan berjumlah 167 kasus. Kasus BBLR tinggi di tahun 2013
karena keadaan tersebut kabupaten Belu belum mengalami pemekaran dengan kabupaten
Malaka.
Gambar 3.13
Peta Penyebaran BBLR Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus BBLR yang dilaporkan tidak menyebar di
seluruh wilayah kerja puskesmas. Jumlah kasus BBLR terbanyak dilaporkan di puskesmas
Haekesak berjumlah 13 kasus, dan terdapat 3 puskesmas yang tidak ditemukan kasus BBLR yaitu
puskesmas Atambua Selatan, puskesmas Ainiba dan puskesmas Umanen.
B. BGM
Balita BGM adalah balita dengan berat badan menurut umur (BB/U) berada di bawah
garis merah pada KMS. Balita BGM tidak selalu berarti menderita gizi kurang atau gizi buruk.
Akan tetapi, itu dapat menjadi indikator awal bahwa balita tersebut mengalami masalah gizi.
Gambaran kasus BGM kabupaten Belu dapat digambarkan sebagai berikut.
Grafik 3.25
Jumlah Kasus BGM Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
1018
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa kasus BGM terbesar di tahun 2013, namun jumlah
kasus tersebut merupakan keadaan kabupaten Belu sebelum pemekaran dengan kabupaten
Malaka. Pada tahun 2016 jumlah BGM mencapai 339 kasus. Trend kasus BGM kabupaten Belu
cenderung menurun sampai dengan tahun 2016.
Gambar 3.14
Peta Penyebaran Kasus BGM Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus BGM menyebar di seluruh wilayah puskesmas
kabupaten Belu. Jumlah kasus BGM terbanyak dilaporkan di puskesmas Halilulik dengan jumlah
62 kasus dan yang paling sedikit dilaporkan di puskesmas Silawan 2 kasus.
C. Gizi Buruk
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan menderita sakit yang begitu lama. Keadaan ini ditandai
dengan status gizi sangat kurus (menurut Berat Badan terhadap Tinggi Badan) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.
Penyebab gizi buruk antara lain : balita tidak mendapat ASI eksklusif (ASI saja) atau mendapatkan
makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan, balita disapih sebelum umur 2 tahun tidak
mendapatkan makanan, pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau lebih, MP-ASI kurang
dan tidak bergizi, setelah umur 6 bulan balita jarang disusui, balita menderita sakit dalam waktu
lama seperti diare, campak, TBC, batuk pilek dan kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor.
Kabupaten Belu tahun 2016 jumlah kasus gizi buruk pada balita berjumlah 58 kasus. Yang
terdiri dari laki-laki berjumlah 29 dan perempuan berjumlah 29 kasus. Untuk lebih lengkapnya
dapat dilihat pada pemetaan kasus gizi buruk pada balita kabupaten Belu tahun 2016 di bawah
ini. Terdapat 5 puskesmas yang jumlah kasus gizi buruk di atas 5 kasus yaitu puskesmas Haekesak
dengan jumlah kasus 13, puskesmas Haliwen 7 kasus, puskesmas Weluli 7 kasus, puskesmas
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Nualain 6 kasus dan puskesmas Wedomu 5 kasus. Namun selain itu ada juga 3 wilayah
puskesmas yang bebas dari kasus gizi buruk, yaitu puskesmas Ainiba, puskesmas Umanen, dan
puskesmas Atambua Selatan. Tiga puskesmas ini di tahun 2016 tidak terdapat kasus gizi buruk.
Gambar 3.15
Gambaran Pemetaan Kasus Gizi Buruk Kabupaten Belu Per-Wilayah Puskesmas Tahun 2016
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
4
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
BAB 4 UPAYA KESEHATAN
IV.1 Pelayanan Kesehatan Dasar
A. Kesehatan Ibu
Gambaran kesehatan ibu dapat disajikan sebagai berikut : (1) Pelayanan kesehatan ibu
hamil, (2) Pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid wanita usia subur dan ibu hamil, (3) Pelayanan
kesehatan ibu bersalin, (4) pelayanan kesehatan ibu nifas, (5) pelayanan/penanganan komplikasi
kebidanan dan (6) pelayanan kontrasepsi.
1) Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu
yang dikelompokkkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, trimester kedua dan
trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen
pelayanan sebagai berikut :
a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;
b) Pengukuran tekanan darah;
c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA);
d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status
imunisasi;
f) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;
g) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);
h) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk
keluarga berencana);
i) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan
protein urin dan pemeriksanaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya;
j) Tatalaksana kasus.
Selain elemen tindakan yang harus dipenuhi, pelayanan kesehatan ibu hamil juga harus
memenuhi frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu satu kali pada trimester pertama (usia
kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua
kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan). Standar waktu
pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin
berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.
Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan dengan
melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil
di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu
hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali
sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu
wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan
kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang Kesga K1 K4
Grafik di atas menunjukkan bahwa secara umum cakupan K1 dan K4 kabupaten Belu selalu turun
naik tidak stabil.Tidak ada perubahan yang signifikan terhadap perbaikan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil.Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun
2016 berdasarkan wilayah kerja puskesmas dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 4.2
Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K4 Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016
Kabupaten Belu tahun 2016 cakupan Fe3 mencapai 90,43%, dengan cakupan tertinggi
terdapat di puskesmas Umanen 105,57% dan terendah di puskesmas Weluli 65,27%.
2) Pelayanan Imunisasi Tetanus Toksoid Bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil
Salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi yaitu infeksi tetanus yang
disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani sebagai akibat dari proses persalinan yang tidak
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
Sumber : Bidang Kesga
Dari grafik di atas diketahui bahwa puskesmas dengan capaian imunisasi TT2+ tertinggi adalah
puskesmas Rafae dengan capaian 82,56% dan terendah adalah puskesmas Ainiba dengan capaian
0,00%.
40 49,7
20
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan kabupaten Belu dari tahun 2013 sampai dengan
2016 cenderung menurun. Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam dekade terakhir menekankan
agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dalam rangka menurunkan kematian ibu
dan kematian bayi. Namun demikian, meskipun persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan tetapi
tidak dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan, dianggap menjadi salah satu penyebab masih
tingginya angka kematian ibu. Oleh karena itu mulai tahun 2015, penekanan persalinan yang
aman adalah persalinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berikut ini
adalah gambaran cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan berdasarkan wilayah kerja
puskesmas kabupaten Belu Tahun 2016.
Grafik 4.7
Cakupan Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2016
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Sumber : Bidang Kesga
Cakupan KF3 dalam kurun waktu 4 tahun terakhir cenderung menurun. Program penempatan
Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk dokter dan bidan terus dilaksanakan. Selain itu, dengan
diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010, puskesmas, poskesdes,
dan posyandu lebih terbantu dalam mengintensifkan implementasi upaya kesehatan termasuk
di dalamnya pelayanan kesehatan ibu nifas. Pelayanan kesehatan ibu nifas termasuk di
antaranya kegiatan sweeping atau kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Capaian kunjungan nifas menurut puskesmas di kabupaten Belu tahun
2016 terdapat pada grafik berikut ini.
Grafik 4.9
Cakupan Kunjungan Nifas (KF3) Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016
6) Pelayanan Kontrasepsi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem
informasi Keluarga menyebutkan bahwa program keluarga berencana (KB) adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas.
KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu
dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering
melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35
tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar
dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
KB juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan
ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB
menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk
dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun
jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak.
Melalui tahapan konseling pelayanan KB, Pasangan Usia Subur (PUS) dapat
menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya berdasarkan
informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan kerugian, risiko metode
kontrasepsi dari petugas kesehatan. Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan
diantaranya dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran
program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok
Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun.
Cakupan KB Baru terhadap pasangan usia subur di kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 11,78%.
Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2015 yag mencapai 14,57%. Berdasarkan wilayah
80,00 82,00 84,00 86,00 88,00 90,00 92,00 94,00 96,00 98,00 100,00 102,00
Sumber : Bidang Kesga
Cakupan KN lengkap kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 95%. Pada grafik di atas
terlihat bahwa pencapaian indikator KN lengkap di kabupaten Belu cukup baik yang dapat dilihat
dari capaian yang cukup tinggi di sebagian besar puskesmas. Capaian tertinggi terdapat di
puskesmas Atapupu 100,46%, diikuti oleh puskesmas Ainiba 100%, dan puskesmas Atambua
Selatan 99,84%. Sedangkan puskesmas dengan capaian terendah yaitu puskesmas Kota
88,10%.
3) Imunisasi
Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit
yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang
Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis,
Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak yang telahdiberi imunisasi
akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan
kecacatan atau kematian.
Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/bakteri/protozoa/jamur, masuk ke
dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dianggap
benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh
akan membentuk zat anti yang disebut antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat
pertama kali antibodi berinteraksi dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal
ini disebabkan antibodi belum mengenali antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yang
kedua dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah mengenali antigen yang masuk ke dalam
tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam waktu yang lebih cepat.
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut
imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya
stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya
melawan penyakit dengan melumpuhkan antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari
vaksin. Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk
terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap
rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita usia subur, dan ibu
hamil.
Grafik 4.17
Persentase Cakupan Imunisasi Campak Pada Bayi Menurut Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2016
Persentase cakupan imunisasi campak pada bayi kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 91,44%,
dengan cakupan tertinggi pada puskesmas Rafae (114,55%), puskesmas Aululik (113,29%),
puskesmas Ainiba (107,84%) dan puskesmas Laktutus (103,09%) dengan cakupan di atas 100%.
Sedangkan cakupan terendah pada puskesmas Weluli dengan cakupan 69,91%.
Cakupan imunisasi dasar lengkap kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 92%, dengan
cakupan tertinggi terdapat di puskesmas Rafae (114,55%), puskesmas Aululik (113,29%),
puskesmas Ainiba (107,84%) dan puskesmas Laktutus (103,09%). Sedangkan cakupan terendah
terdapat di puskesmas Atapupu dengan capaian 69,80%.
Sumber : Bidang P3
Nualain 100,00
Dilumil 100,00
Silawan 100,00
Wedomu 100,00
Atambua Selatan 100,00
Umanen 100,00
Ainiba 100,00
Atapupu 100,00
Rafae 100,00
Webora 100,00
Kota 94,43
Haliwen 91,06
Haekesak 83,20
Aululik 80,22
Weluli 19,42
Laktutus 11,17
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00
Nualain 100,00
Dilumil 100,00
Weluli 100,00
Aululik 100,00
Silawan 100,00
Wedomu 100,00
Atambua Selatan 100,00
Umanen 100,00
Ainiba 100,00
Atapupu 100,00
Rafae 100,00
Webora 100,00
Haekesak 97,33
Kab. Belu 94,01
Halilulik 91,40
Haliwen 91,39
Kota 70,15
Laktutus 39,61
100,0 98,3
84,3
90,0
80,0
70,0
Tahun 2015
Tahun 2016
Sumber : Bidang Yankes
Pada grafik 1, dapat diketahui bahwa pada tahun 2015, cakupan kunjungan masyarakat pada
sarana kesehatan rata rata diatas 80%, sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 204.541 jiwa
203.159
250.000
200.000
150.000
100.000
22.419
20.916
19.296
16.776
16.022
15.266
12.760
12.657
12.078
10.732
10.298
50.000
8.272
7.893
6.957
4.069
3.530
3.218
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa cakupan kunjungan rawat jalan puskesmas di
Kabupaten Belu Tahun 2016 melampaui target SPM (15%), yaitu sebesar 99,32 % (203.159
jiwa). Kunjungan tertinggi ada pada Puskesmas Haekesak yaitu sebanyak 22.419 jiwa dan
terendah adalah Puskesmas Laktutus sebanyak 3.218 jiwa. Hal hal yang mempengaruhi
tingginya kunjungan rawat jalan adalah :
Pendekatan pelayanan kepada masyarakat seperti pelayanan daerah terpencil (Puskesmas
Keliling).
Adanya kunjungan luar wilayah karena daerah yang mudah diakses masyarakat.
Adanya dukungan pembiayaan kesehatan oleh pemerintah.
14.541
16.000
10.679
10.182
14.000
12.000
7.391
10.000
5.646
4.800
8.000
4.013
3.496
3.277
3.293
2.874
2.772
2.705
6.000
2.339
2.301
2.254
2.242
1.949
1.853
1.870
1.801
1.625
1.531
1.511
1.460
1.344
1.330
1.122
1.049
4.000
774
2.000
-
Pada grafik di atas dapat diketahui bahwa kasus terbanyak pada tahun 2016 adalah penyakit
berbasis lingkungan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dengan jumlah 25.220 kasus
dan kasus terendah adalah Dispepsia dengan jumlah 2.305 kasus. Penyebab tingginya kasus
penyakit berbasis lingkungan ini karena Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat
masih kurang didukung dengan budaya masyarakat yang masih memelihara ternak disamping
rumah.
3. Rawat Inap
Cakupan pelayanan rawat inap.
Kunjungan pasien rawat inap di tahun 2016 sebanyak 556 orang (Baru 540 oarang, lama
16 orang). Cakupan rawat inap pada Puskesmas Rawat Inap tahun 2016 (0,3%). Angka ini masih
dibawah target 1,5 %. Hal ini dikarenakan belum semua puskesmas di Kabupaten Belu memiliki
rawat inap (dari 17 puskesmas, hanya 3 puskesmas yang memiliki RRI). Penilaian tingkat
keberhasilan pada puskesmas Rawat Inap dengan rincian cakupan dilihat dari beberapa indikator
sebagai berikut :
a. Pemanfaatan Tempat Tidur (BOR)
b. Rata - rata lama hari perawatan (LOS)
c. Rata rata Tempat tidur dipakai (BTO)
d. Rata rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI)
e. Presentase pasien keluar yang meninggal (GDR)
f. Presentase pasien keluar yang meninggal <48 jam Perawatan (NDR).
g. Jumlah pasien rawat Inap.
35,0
30,0
25,0
20,0
15,0 31,7
10,0
5,0 8,7
14,1
0,0
2,0
Weluli
Haekesak
Silawan
Sumber : Bidang Yankes Kabupaten
Pada grafik di atas, dapat diketahui bahwa cakupan BOR pada Puskesmas Rawat Inap
Puskesmas di Kabupaten Belu pada tahun 2016 sebesar 14,1%. Faktor-faktor yang mempengaruhi
angka BOR suatu tempat pelayanan rawat inap yaitu:
Semakin meningkatnya jumlah Tempat pelayanan Rawat inap dan tempat tidur yang
tersedia, sedangkan jumlah populasi yang mencari pelayanan tidak terlalu tinggi.
Ada pasien yang langsung ke sarana kesehatan Strata 2 khususnya rumah sakit.
Ada kemungkinan bahwa pelayanan medik dasar rawat jalan sudah dapat ditangani dengan
baik sehingga tidak terjadi rawat inap.
Adanya perbaikan gedung pelayanan rawat inap (Puskesmas Weluli).
Masih ada 3 puskesmas rawat inap yang belum beroperasi.
40 34,4
30
20 10,6
10 16,2
0 3,5
Weluli
Haekesak
Silawan
Kabupaten
Sumber : Bidang Yankes
4 3,5
3 2,7
2,1
2
0
Weluli Haekesak Silawan Kabupaten
Sumber : Bidang Yankes
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa rata - rata hari perawatan tahun 2016 adalah
<3 hari. Hal hal yang mempengaruhi adalah :Adanya kepatuhan prosedur perawatan di
RRI.
120 102,2
100
80
60
31,5
40
19,4
20 7,3
0
Weluli Haekesak Silawan Kabupaten
Sumber : Bidang Yankes
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa selang waktu dalam pemakaian
tempat tidur (TOI) tingkat Kabupaten pada tahun 2016 yaitu dari 19,4 hari. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat penggunaan tempat tidur belum begitu efektif, di mana menurut Depkes RI
(2005),
100
80 85,7
60
40
9,4
20 2,9
0
10,3
Weluli
Haekesak
Silawan
Kabupaten
Sumber : Bidang Yankes
Dari grafik di atas, GDR (jumlah pasien keluar meninggal) untuk tahun 2016 sebesar 10,3 %.
Dengan GDR tertinggi pada Puskesmas Silawan (85,7 %), puskesmas Weluli (9,4 %) dan
puskesmas Haekesak (2,9).
599
600
470 463
500
400 349
300 230
162 174
200
100 43
0
KM 1 KM 2 KM 3 KM 4
2015 2016
Sumber : Bidang Yankes
Dari grafik 4.31 menunjukkan bahwa ada perubahan peningkatan kemandirian pada individu,
keluarga dan kelompok yang dibina, melalui intervensi yang dilakukan petugas kesehatan.
500
400
JUMLAH KASUS
300
200
100
-
ATB
WE HAL ATA HAL LAK UM WE SILA HAE AUL DIL NU KAB
RAF AINI KOT .SEL WEL
BOR ILUL PUP IWE TUT ANE DO WA KES ULI UMI ALA UPA
AE BA A ATA ULI
A IK U N US N MU N AK K L IN TEN
N
MATERNAL RISTI 81 1 - - - 8 - 92 8 - - - 18 - - - - 208
BAYI RISTI 24 - - - - 2 - - 9 - - - - - - - - 35
BALITA RISTI 29 1 - - 35 8 - 3 18 - - - 32 - - - - 126
PENYAKIT MENULAR 80 14 25 11 19 24 12 76 49 42 - - - 15 - 63 - 430
USIA LANJUT - - 75 40 46 4 - - 6 - - - 15 - - - - 186
PENYAKIT TIDAK MENULAR 49 28 183 36 14 97 4 58 20 12 4 1 11 21 - - - 538
Sumber : Bidang Yankes
Grafik di atas merupakan jumlah kasus dalam keluarga binaan Tahun 2016.Penyakit yang
terbanyak yaitu penyakit tidak menular dengan jumlah 538 kasus.
Tabel 4.3
Cakupan Jenis Spesialisasi Penyakit Kabupaten Belu Tahun 2015 dan 2016
NO SPESIALISASI PENYAKIT 2015 2016
Berdasarkan tabel di atas, jumlah penyakit Spesialistik yang tertinggi pada tahun 2015 adalah
Penyakit dalam sebanyak 1.578 kasus dan yang paling rendah adalah penyakit gigi mulut 15
kasus, sedangkan pada tahun 2016 penyakit dalam yang tertinggi dengan jumlah 1.180 kasus dan
terendah pada kasus andropometri sebanyak 1 kasus.
23.708
23.523
13.327
11967
9372
7.694
2.687
2184
Grafik di atas menunjukkan bahwa kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit baik
Pemerintah maupun Swasta tahun 2016 sebanyak 23.708, dengan jumlah tertinggi pada RSUD
Atambua, sebanyak 13.327 kunjungan dan terendah pada RST 09.08.02 Atambua sebanyak
2.687 kunjungan. Sedangkan cakupan kunjungan rawat jalan RS Sito Husada tidak ada karena
tidak mempunyai poli rawat jalan. Kunjungan rawat jalan pada tahun 2015 sebanyak 23.523
kunjungan. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan kunjugan rawat jalan pada tahun 2016
dibanding pada tahun 2015.
Tabel 4.4
Kegiatan Rujukan Pada Rumah Sakit Kabupaten Belu Tahun 2016
DIRUJUK
JLH JLH RUJUKAN DARI BAWAH
KE ATAS
NO NAMA RS KUNJUNGA
N (RJ + RI) PUSK. FASKES RS JUMLA
JLH % %
LAIN LAIN H
1 RSUD Atambua 23,705 1537 204 63 1804 7.6 392 21.7
2 RS SITO 2,753 28 148 0 176 6.4 0 0.0
3 RST 3,098 138 0 0 138 4.5 0 0.0
4 RSKM 9,992 0 0 0 0 0.0 0 0.0
TOTAL 39,548 1,703 352 63 2,118 5.4 392 18.5
Sumber : Bidang Yankes
Berdasarkan tabel di atas, jumlah kasus rujukan pada rumah sakit terdiri dari rujukan dari
bawah (berasal dari puskesmas, Rumah sakit lain dan fasilitas kesehatan) sebanyak 2.118 kasus
(5,4% dari total kunjungan). Rumah Sakit yang paling banyak menerima rujukan dari bawah
pada tahun 2016 adalah RSUD Atambua, sebanyak 1.804 kasus (7,6% dari total kunjungan).
Sedangkan rujukan ke atas untuk tahun 2016 terbanyak pada RSUD Atambua sebanyak 392 kasus
(21,7%). Besarnya rujukan dipengaruhi oleh tingkat kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing
rumah sakit.
1.763
2239
2500
1.433
1328
2000
1500
792
754
637
613
674
577
609
527
524
574
566
513
430
396
396
454
1000
351
335
305
353
300
276
500
0
2015 2016
Sumber : Bidang Yankes
Grafik di atas menunjukkan bahwa pola penyakit terbesar kunjungan rawat jalan di
rumah sakit tahun 2016 masih didominasi oleh penyakit berbasis lingkungan yaitu Infeksi Saluran
Pernapasan Atas Akut (ISPA) sebanyak 1.763 kasus, Malaria sebanyak 1.433 kasus, Tuberkulosis
alat napas lainnya sebanyak 792 kasus, Gangguan perkembangan dan erupsi gigi termasuk
impaksi sebanyak 754 kasus.
c. Rawat Inap
Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi
yaitu indikator standar terkait dengan pelayanan di rumah sakit, yang di pantau antara lain :
BOR, ALOS, BTO, TOI, GDR dan NDR.
Tabel 4.5
Pencapaian indikator rawat inap rumah sakit tahun 2016
BOR ALOS BTO NDR GDR
No RS JLH TT TOI (hr)
(%) (hr) (kali) (%0) (%0)
1 RSUD ATB 157 61.5 3.8 63.9 2.2 24.3 35.3
2 RS Sito Husada 58 42.1 0.0 47.5 4.5 2.2 6.5
3 RST 25 15.4 3.4 16.4 18.8 0.0 0.0
4 RSKM 70 28.7 3.2 32.8 7.9 3.5 10.0
KABUPATEN 310 46.7 3.0 50.0 3.9 16.6 25.5
Sumber : Bidang Yankes
Sesuai Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase pemakaian tempat tidur (BOR)
Rumah Sakit rata-rata masih dibawah angka ideal yang diharapkan ( 60 85 %) yaitu sebanyak
46,7%. BOR tertinggi pada RSUD Atambua (61,5 %) dan terendah pada RST 09.08.02 Atambua
(15,4 %). Sedangkan frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) di Rumah Sakit tahun 2016 sebesar
50 kali dan hal ini sudah sesuai standar yaitu 40-50 kali. Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi pada pemakaian tempat tidur.
Indikator selang waktu dalam pemakaian tempat tidur (TOI) Rumah Sakit tahun 2016
sebesar 4 hari.Cakupan TOI ini melampaui angka ideal tempat tidur kosong (1-3 hari).Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan masih rendah. Secara normal kualitas
935
1000
704
900
678
635
598
800
573
518
700
463
600
371
364
500 328
263
256
254
232
227
227
224
217
216
198
196
400
183
181
178
300 139
200
100
0
2015 2016
Sumber : Bidang Yankes
Dari grafik di atas, menunjukkan bahwa penyakit terbanyak pasien rawat inap rumah
sakit tahun 2016 masih didominasi oleh penyakit berbasis lingkungan seperti penyakit Diare (704
kasus), malaria (678 kasus) dan penyakit Pneumonia (598 kasus).
3. Pelayanan Persalinan
Tabel 4.8
Pelayanan Persalinan Rumah Sakit di Kabupaten Belu Tahun 2016
CAKUPAN
INDIKATOR RSUD Mgr. Gabriel RSKM RS. SITO RST KABUPATEN
Jlh Mati Dirujuk Jlh Mati Dirujuk Jlh Mati Dirujuk Jlh Mati Dirujuk Jlh Mati Dirujuk
Jlh Persalinan 2,022 6 - 183 1 1 61 - - - - - 2,266 7 1
- Persalinan Normal 1,381 - - 173 - - 61 - - - - - 1,615 - -
- Persalinan dng Komplikasi 641 6 - 10 1 1 - - - - - - 651 7 1
* Perd sblm persalinan - - - 5 - - - - - - - - 5 - -
* Perd sdh persalinan 8 - - 2 1 - - - - - - - 10 1 -
* Pre eclampsi - - - 1 - - - - - - - - 1 - -
* eclampsi - - - 1 - 1 - - - - - - 1 - 1
* Infeksi - - - 1 - - - - - - - - 1 - -
* Lain - lain 633 6 - - - - - - - - - - 633 6 -
Rata2 Persalinan / hr 6 - 0.5 - 0.2 - - - - - 6 - -
Abortus 223 - - 17 - - 4 - - - - - 244 - -
Persalinan dg Bedah Caesar 990 - - - - - - - - - - - 990 - -
Sumber : Bidang Yankes
b. Transfusi Darah
Tabel 4.11
Pelayanan Transfusi Darah di Rumah Sakit Tahun 2016
469
500
450
400
350
300
Jumlah
250
200
111
150
100 48
50 6 5 4 3 2 1 1
0
Untuk cakupan 10 besar penyakit mata pada tahun 2016 terbanyak pada kasus
Konjungtifitis sebanyak 469 kasus. Penyakit mata lainnya sebanyak 111 kasus, katarak sebanyak 48
kasus dan kasus penyakit mata terendah pada kasus Trauma Pada Pelfebra dan Blepharitis masing-
masing 1 kasus.
Schisofrenia Akut
Paranoid (F.200)
Schizofrenia Tak
Gangguan Psikotik
Insomnia (F.519)
Ekstrapramidal/tre
Depresi Berat
Retardaksi Mental
Psikosomatis
Schizofrenia
rinci (F.302)
(F.450)
(F.323)
mor (G.25)
Gangguan
(F.231)
(F.208)
(F.209)
(e.79)
43,20
50
45
40
35
30
25
%
13,60
20
9,60
15
4,80
4,80
4,00
4,00
4,00
10
3,20
3,20
2,40
1,60
0,80
0,80
0,00
0,00
0,00
5
0
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah kunjungan pekerja sektor formal dan sektor
nonformal pada tahun 2016 sebanyak 21858 orang pekerja dengan jumlah tertinggi pada
puskesmas Rafae sebanyak 5873 orang pekerja dan jumlah kunjungan pekerja terendah ada di
Puskesmas Ainiba dan Puskesmas Atapupu sebannyak 153 orang pekerja sector formal dan sector
nonformal. Kasus penyakit umum pada pekerja terbanyak pada puskesmas Atambua Selatan
4. Pengobatan Tradisional
Tabel 4.14
Pengobatan Tradisional di Kabupaten Belu Tahun 2016
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2016 cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
sebanyak 1.657 kunjungan, dengan kasus tumpatan gigi tetap sebanyak 114 kasus dan kasus
pencabutan gigi tetap sebanyak 197 kasus. Puskesmas dengan jumlah kunjungan tertinggi adalah
puskesmas Kota sebanyak 599 orang, sedangkan Puskesmas dengan kunjungan terendah (0 kasus)
adalah Puskesmas Nualain dan Laktutus.
Kabupaten Belu persentase Rumah tangga ber-PHBS pada tahun 2016 sebesar 75,33%
terhadap 38.700 rumah tangga yang dipantau.
Grafik 4.39
Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
76,15
75,33
72,91
71,8
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa persentase rumah tangga ber-PHBS kabupaten
Belu empat tahun terakhir cenderung naik turun. Pada tahun 2016 cakupan lebih rendah dari
pada tahun 2015 yaitu 75,33.
25 21
20
15 10
9
10 5 5 6 6
4 4 3
5 1 0 2 1 2 1 1
0
0
Badan Pusat Statistik setiap tahunnya melaksanakan Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) yang diantaranya melakukan survei rumah tangga yang memiliki akses air minum
layak. Berdasarkan kuesioner Susenas, rumah tangga dikatakan menggunakan/mempunyai akses
air minum layak apabila sumber air minum yang digunakan rumah tangga berasal dari leding
(Leding meteran dan eceran), air terlindung (pompa/sumur bor, sumur terlindung, mata air
terlindung) dengan jarak 10 m dari penampungan kotoran/limbah, atau air hujan. Apabila
sumber air minum utama tidak berasal dari leding, air terlindung dengan jarak 10 m dari
penampungan kotoran/limbah, dan air hujan maka tetap mempunyai akses air minum layak
- 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00
Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa persentase penduduk Kabupaten Belu Tahun
2016 memiliki akses terhadap air minum layak sebesar 63,93%. Puskesmas dengan persentase
penduduk yang memiliki akses berkelanjutan terhadap air minum layak tertinggi yaitu puskesmas
Haekesak sebesar 94,84%. Sedangkan puskesmas dengan persentase penduduk yang memiliki
akses berkelanjutan terhadap air minum layak terendah yaitu puskesmas Dilumil sebesar 30,79%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 59.
Kota 96,43
Silawan 95,74
Umanen 81,82
Atambua Selatan 65,91
Atapupu 63,39
Haliwen 56,80
Haekesak 53,27
Aululik 43,72
Ainiba 40,16
Halilulik 28,43
Rafae 27,81
Wedomu 23,43
Laktutus 20,98
Dilumil 16,10
Nualain 15,24
Webora 9,73
Weluli 7,48
Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan
Grafik di atas menunjukkan bahwa kabupaten Belu dengan penduduk yang memiliki akses
terhadap sanitasi layak tahun 2016 mencapai 51%. Dengan persentase tertinggi terdapat di
puskesmas Kota dengan persentase 96,43% sedangkan persentase terendah adalah puskesmas
Weluli dengan persentase 7,48%.
Pembangunan sanitasi masih belum menjadi kegiatan prioritas saat ini. Kendala lain pada
program sanitasi diantaranya kerja sama dan kemitraan pada program sanitasi yang belum
optimal dan investasi pada sektor sanitasi masih minim karena belum mempunyai nilai ekonomis
secara langsung. Selain itu perubahan perilaku masyarakat terhadap PHBS yang relatif lama juga
menjadi kendala tersendiri. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di
atas, yaitu dengan melakukan advokasi dan sosialisasi secara terpadu bersama lintas program dan
lintas sektor, mengalokasikan anggaran APBD yang cukup untuk monitoring dan pendampingan
kepada masyarakat oleh sanitarian/fasilitator/kader untuk mewujudkan perubahan perilaku
higiene di masyarakat secara berkesinambungan.
Grafik 4.43
Persentase Rumah yang Memenuhi Syarat Kesehatan menurut Puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik di atas menunjukkan bahwa kabupaten Belu mempunyai 59,78% rumah yang memenuhi
syarat kesehatan. Puskesmas dengan persentase tertinggi adalah puskesmas Wedomu yaitu
87,5%. Sedangkan puskesmas terendah adalah puskesmas Nualain dengan persentase 11,10%.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 58.
Upaya untuk meningkatkan cakupan persentase rumah sehat ini dapat dilakukan dengan
cara koordinasi dan kemitraan antar stakeholder yang terkait, advokasi dan sosialisasi ke wilayah-
wilayah untuk melakukan penilaian dan pendataan rumah sehat, menyebarluaskan media
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terkait rumah sehat dan mengoptimalkan kegiatan
pelayanan kesehatan lingkungan (Klinik Sanitasi) di puskesmas.
2. Tempat-tempat Umum
Tempat-tempat Umum (TTU) adalah tempat atau sarana umum yang digunakan untuk
kegiatan masyarakat dan diselenggarakan oleh pemerintah /swasta atau perorangan, antara lain
sarana pendidikan(Sekolah Dasar/Madrasah ibtidaiyah, sekolah menengah pertama/madrasah
tsanawiyah,sekolah menengah atas /sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah), fasilitas
pelayanan kesehatan (Rumah sakit dan puskesmas), serta hotel bintang dan nonbintang. TTU
dinyatakan sehat sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang kesehatan
lingkungan RS, Kepmenkes RI No. 1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang peyelenggaraan kesehatan
Grafik 4.44
Persentase Tempat-tempat Umum yang memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten Belu
Tahun 2016
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
97,30
94,12 94,74 95,65
80,00
71,43
Kabupaten Belu persentase TTU yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2016 mencapai
97,30%. Dengan persentase terendah terdapat di puskesmas Dilumil dengan jumlah persentase
71,43%. Sedangkan 12 puskesmas mempunyai persentase 100% yaitu : Puskesmas Webora,
puskesmas Rafae, puskesmas Halilulik, puskesmas Haliwen, puskesmas Ainiba, puskesmas
Laktutus, puskesmas Kota, puskesmas Wedomu, puskesmas Silawan, puskesmas Aululik,
puskesmas Weluli dan puskesmas Nualain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel
nomor 63.
Grafik 4.45
Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)Memenuhi Syarat Higiene Sanitasi berdasarkan
wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00
Sumber : Bidang Kesga
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa cakupan pemberian ASI Eksklusif kabupaten Belu
tahun 2016 mencapai 86,65%, dengan capaian tertinggi terdapat di puskesmas Weluli (97,96%).
Sedangkan capaian terendah terdapat di puskesmas Ainiba (41,67%).
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa capaian pemberian Vitamin A pada balita (6-
59 Bulan) kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 100,20%. Hampir seluruh wilayah kerja
puskesmas mempunyai cakupan vitamin A 100% dan di atas 100%, namun terdapat satu
puskesmas yang tidak mencapai 100% yaitu puskesmas Aululik yang dengan capaian 99,81%.
85
84,4
84,5 84,27
84 83,73
83,3
83,5
83
82,5
82
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang Kesga
Capaian D/S kabupaten Belu dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 cenderung
meningkat, dengan capaian 2016 mencapai 84,27%. Hal ini menggambarkan besar jumlah
partisipasi masyarakat yang datang dan menimbang di posyandu cukup besar namun
terdapat 15,73% balita di kabupaten Belu yang tidak terddeteksi kondisi pertumbuhan dan
perkembangan berat badannya.
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa capaian tertinggi D/S kabupaten Belu tahun 2016
terdapat di puskesmas Weluli (101,95%) dan terendah terdapat di puskesmas Kota (60,54%).
Kab. Belu 58
Haekesak 13
Weluli 7
Haliwen 7
Nualain 6
Wedomu 5
Halilulik 4
Rafae 3
Aululik 2
Silawan 2
Kota 2
Laktutus 2
Atapupu 2
Webora 2
Dilumil 1
Atambua Selatan 0
Umanen 0
Ainiba 0
0 10 20 30 40 50 60
Sumber : Bidang Kesga
Dengan demikian penemuan kasus balita gizi buruk masih jauh dibandingkan
perkiraan kasus gizi buruk yang ada di masyarakat. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menimbang balitanya karena cakupan
penimbangan balita belum mencapai tiga perempat dari jumlah balita yang terdaftar di
posyandu yang melapor. Sedangkan kegiatan penimbangan balita yang dilakukan di
posyandu diharapkan bisa mencapai minimal 80% dan sisanya dapat dicapai melalui
penjaringan (sweeping) oleh tenaga kesehatan ke rumah balita. Selain itu peningkatan
keterampilan petugas (kader) posyandu untuk mendeteksi status gizi balita juga perlu
ditingkatkan.
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penimbangan balita di posyandu yaitu melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor,
serta melibatkan peran aktif masyarakat dalam penimbangan balita.
50
43
40
30 19
20
10
0
Apotek
Toko Obat
Sumber : Bidang Yankes
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
97
Pada kurun waktu lima tahun terakhir jumlah puskesmas kabupatenBelu tidak bertambah, dengan
jumlah 17 puskesmas. Keberadaan 17 puskesmas tersebut tidak secara langsung menggambarkan
pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar di suatu wilayah kabupaten Belu. Pemenuhan
kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat dilihat secara umum dari indikator rasio
Puskesmas terhadap 30.000 penduduk.
Grafik 5.2
Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2010-2016
3 2,67 2,64 2,59 2,52 2,49
2,22
2,5 1,91
2
1,5
1
0,5
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang Yankes
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa pada lima tahun terakhir rasio puskesmas terhadap
30.000 penduduk cenderung menurun yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
Grafik 5.3
Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Belu Tahun 2016
Kab.Belu 2,49
Nanaet Dubesi 6,77
Kakuluk Mesak 4,59
Lasiolat 4,49
Lamaknen 4,36
Lamaknen Selatan 3,81
Raimanuk 3,72
Tasifeto Timur 2,64
Raihat 2,25
Atambua Barat 1,28
Atambua Selatan 1,28
Tasifeto Barat 1,25
Kota Atambua 1,03
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
98
ini tetap harus diperhatikan, karena walaupun kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat
dipenuhi oleh sektor swasta, suatu wilayah tetap membutuhkan entitas yang berperan
sebagai penanggungjawab upaya kesehatan masyarakat.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan dasar,
Puskesmas melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM). Upaya kesehatan perseorangan yang diberikan terdiri dari pelayanan
rawat jalan dan rawat inap untuk Puskesmas tertentu jika dianggap diperlukan. Meskipun
pelayanan kesehatan masyarakat merupakan inti dari Puskesmas, pelayanan kesehatan
perseorangan juga menjadi perhatian dari pemerintah. Bagi daerah yang termasuk Daerah
Tertinggal, Perbatasan, Kepulauan (DTPK), Dana Alokasi Khusus (DAK) digelontorkan kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota untuk pembangunan Puskesmas pembantu (Pustu) dan
Puskesmas serta peningkatan Puskesmas non rawat inap menjadi Puskesmas rawat inap.
Bagi daerah di luar kategori DTPK, DAK bisa digunakan untuk rehabilitasi
Puskesmas/rumah dinas, dan peningkatan kemampuan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED).
Berikut ini disajikan gambaran jumlah puskesmas rawat inap dan non rawat inap
kabuaten Belu tahun 2013-2016.
Grafik 5.4
Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap Tahun 2013-2016
17 17 17 17
3 3
2 2
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa jumlah puskesmas rawat inap kabupaten Belu tahun
2016 berjumlah 3 yang merupakan peningkatan jumlah dari tahun 2015.
Selain memberikan pelayanan kesehatan ibu, anak, gizi, promosi kesehatan serta
penyelenggaraan Puskesmas PONED, Puskesmas juga memberikan layanan terkait berbagai
program kesehatan lainnya, yaitu Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), upaya
kesehatan kerja, upaya kesehatan olahraga, dan tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak
(KtA). Bentuk pelayanan kesehatan tersebut diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan yang ada
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
99
di wilayah kerja. Sebagai contoh upaya kesehatan kerja dibutuhkan pada Puskesmas
dengan wilayah kerja pekerjaan informal untuk daerah pedesaan.
2. Rumah Sakit
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan upaya kuratif
dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif. Upaya kesehatan yang bersifat
kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga berfungsi sebagai
penyedia pelayanan kesehatan rujukan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
147/Menkes/Per/I/2010 tentang perizinan Rumah Sakit mengelompokkan Rumah Sakit
berdasarkan kepemilikan, yaitu rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit
publik adalah rumah sakit yang dikelolah pemerintah, Pemerintah daerah dan badan
hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit yang
dikelolah oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau
persero.
Undang-undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah sakit mengelompokkan rumah
sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit umum dan rumah
sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit khusus adalah
rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,organ, jenis penyakit atau kekhususan
lainnya. Untuk kabupaten Belu belum terdapat rumah sakit khusus.
Jumlah rumah sakit Kabupaten Belu pada tahun 2016 berjumlah 4 unit yang
terdiri dari 1 Rumah sakit Pemerintah (RSUD), 1 Rumah sakit TNI/POLRI dan 2 rumah sakit
swasta. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
rujukan dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio tempat tidur terhadap
1.000 penduduk.
Rasio tempat tidur di rumah sakit di kabupaten Belu pada tahun 2016 adalah 1,52 per
1.000 penduduk. Untuk lebih dirinci dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 5.5
Rasio Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Per 1.000 Penduduk Di Kabupaten Belu
Tahun 2011-2016
2
0,5
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang Yankes
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
100
Rasio jumlah tempat tidur rumah sakit per 1.000 penduduk kabupaten Belu lima tahun
terakhir cenderung naik turun. Jika dilihat dari gambar diatas diketahui bahwa kabupaten
Belu jumlah tempat tidur telah mencukupi, dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016,
rata-rata di rumah sakit 1 buah tempat tidur dapat disediakan untuk 1.000 penduduk. Hal
ini berarti bahwa jumlah ketersediaan pelayanan kesehatan rujukan di kabupaten Belu tercukupi.
Namun jika dilihat rasio jumlah tempat tidur ini cenderung menurun hal ini disebabkan
karena ketersediaan tempat tidur tidak sebanding dengan peningkatan kepadatan penduduk
di kab. Belu
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
101
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa persentase terbesar proporsi tenaga kesehatan
di kabupaten Belu pada tahun 2016 adalah perawat, dengan jumlah persentase 47,27%.
Sedangkan proporsi terkecil terlihat pada kategori keterapian fisik 0,72%. Jumlah perawat ini
tersebar baik di unit puskesmas maupun di sarana Rumah sakit. Sedangkan keterapian fisik hanya
ditemukan di Rumah sakit.
Rincian lengkap Jumlah tenaga kesehatan kabupaten Belu tahun 2015 yang terdiri dari
tenaga medis, bidan, perawat, tenaga kefarmasian, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan,
tenaga gizi, keterapian fisik dan teknisi medis dapat dilihat pada lampiran 72 sampai dengan 80.
10
5,08
1,1 5,38
0
4,46
2013
2014
2015
2016
Sumber : Subag Kepegawaian Dinkes Belu
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa empat tahun terakhir rasio dokter spesialis
kabupaten Belu tidak konsisten. Keadaan selalu meningkat kemudian menurun dan meningkat
kembali. Dengan keadaan terakhir tahun 2016 mencapai 5,38 per 100.000 penduduk. Keadaan
ini belum sesuai dengan target nasional sesuai dengan Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Tenaga Kesehatan
Tahun 2011-2025 yaitu dokter spesialis ditetapkan sebesar 10 dokter spesialis per 100.000
penduduk.
Berdasarkan pendidikan terakhir yang dimiliki tenaga kesehatan Jumlah tenaga medis di
kabupaten Belu berjumlah 56 orang. Yang tersebar di seluruh unit pelayanan kesehatan di
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
102
kabupaten Belu, baik dokter umum, dokter gigi maupun dokter spesialis. Berdasarkan jumlah
dokter tersebut dan jumlah penduduk disusun rasio dokter per 100.000 penduduk.
Grafik 5.7
Rasio Dokter Umum terhadap 100.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
20,30 19,56
15,72
11,90
jumlah dokter tersebut dan jumlah penduduk disusun rasio dokter per 100.000
penduduk. Jumlah dokter umum di kabupaten Belu sebesar 40. Rasio dokter umum tahun 2016
sebesar 19,56 terhadap 100.000 penduduk. Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa kabupaten
Belu rasio dokter umum rata-rata dalam 100.000 penduduk 1 orang dokter umum dapat
melayani 19 sampai dengan 20 penduduk. Untuk lebih jelasnya jumlah dan proporsi tenaga
medis dapat dilihat pada lampiran 72. Keadaan ini juga belum mencapai target nasional yaitu 40
dokter melayani 100.000 penduduk. Berikut ini dapat digambarkan rasio dokter per 100.000
penduduk berdasarkan wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu.
Grafik 5.8
Rasio Dokter Umum Terhadap 100.000 Penduduk berdasarkan wilayah kerja puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2016
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
103
Jenis tenaga kesehatan berikutnya adalah tenaga keperawatan yang terdiri dari tenaga
perawat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013 tentang perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin dan
penyelenggaraan praktik perawat, perawat adalah seorang yang telah lulus pendidikan perawat
baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Rasio perawat terhadap jumlah penduduk digunakan sebagai indikator untuk
mengukur ketersediaan perawat untuk mencapai target pembangunan pada tahun tertentu.
Jumlah perawat pada tahun 2016 yang dibiayai dan tercatat (mempunyai SK penugasan) sebesar
458 yang terdiri dari 440 perawat dan 18 perawat gigi.
Grafik 5.9
Rasio Perawat terhadap 100.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
223,92
170,71 175,63 176,97
Silawan 355,39
Laktutus 293,32
Ainiba 264,78
Dilumil 231,90
Kab. Belu 223,92
Webora 223,79
Aululik 194,58
Weluli 141,51
Nualain 127,03
Rafae 126,21
Haekesak 112,54
Haliwen 101,81
Wedomu 100,87
158 per
Kota 100,62
100.000
Halilulik 98,96
penduduk
Umanen 76,72
Atapupu 71,83
Atambua Selatan 55,06
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 350,00 400,00
Sumber : Subag Kepegawaian Dinkes Belu
Jika dilihat dari grafik diatas diketahui bahwa terdapat 6 puskesmas yang memiliki rasio
jumlah perawat terhadap 100.000 penduduk diatas target nasional yaitu 158 terhadap 100.000
penduduk. Ke-enam puskesmas tersebut antara lain adalah Puskesmas Silawan (355,39),
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
104
Puskesmas Laktutus (293,32), puskesmas Ainiba (264,78), puskesmas Dilumil (231,90), puskesmas
Webora (223,79) dan puskesmas Aululik (194,58).Selain itu untuk 11 puskesmas lainnya belum
memenuhi target nasional. Berikut ini adalah gambaran rasio bidan terhadap 100.000 penduduk
kabupaten Belu tahun 2013-2016.
Grafik 5.11
Rasio Bidan terhadap 100.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
104,14
85,22 86,29 86,25
Tenaga bidan rasio bidan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016, rata-rata di atas 85, yang
artinya di kabupaten Belu satu bidan diantara 100.000 penduduk mampu melayani di atas 85
penduduk.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang
izin dan penyelenggaraan praktek Bidan, Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan Bidan yang telah teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bidan
dapat menjalankan praktik mandiri dan / atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk
mengetahui ketersediaan bidan dapat digunakan rasio bidan terhadap penduduk. Jumlah bidan
pada tahun 2016 yang dibiayai dan tercatat (mempunyai SK penugasan) sebesar 213 bidan.
Grafik 5.12
Rasio Bidan Terhadap 100.000 Penduduk berdasarkan wilayah kerja puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016
Ainiba 176,52
Dilumil 128,83
Webora 120,50
Nualain 114,33
Silawan 109,35
Aululik 104,77
Kab. Belu 104,14
Weluli 101,08
Laktutus 90,25
Wedomu 73,97
Kota 72,67
Atapupu 71,83
Haliwen 69,42
Haekesak 60,02
54,43 100 per
Halilulik
51,39
100.000
Atambua Selatan
penduduk
Rafae 48,54
Umanen 46,89
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
105
Jika dilihat dari grafik diatas diketahui bahwa terdapat 7 puskesmas yang memiliki rasio
jumlah bidan terhadap 100.000 penduduk diatas target nasional yaitu 100 terhadap 100.000
penduduk. Ke-tujuh puskesmas tersebut antara lain Puskesmas Ainiba (176,52), puskesmas Dilumil
(128,83), puskesmas Webora (120,50), puskesmas Nualain (114,33), puskesmas Silawan (109,35),
puskesmas Aululik (104,77) dan puskesmas Weluli (101,08). Selain itu untuk 10 puskesmas lainnya
belum memenuhi target nasional.
Rp167.996.679.253
Rp138.696.272.972
Rp109.811.425.549
Rp70.591.270.414
Keterangan :
Alokasi anggaran kesehatan Kabupaten Belu tahun 2013 masih termasuk
wilayah kabupaten Malaka. Sedangkan tahun 2014-2016 alokasi anggaran
kesehatan kabupaten belu telah berdiri sendiri. Tahun 2016 total anggaran
kesehatan tidak termasuk Akper Kabupaten Belu.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
106
dapat terlaksana. Sesuai dengan undang-undang kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan, anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota memiliki alokasi
minimal sepuluh persen dari total anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) di luar gaji
(belanja pegawai). Berikut ini adalah gambaran anggaran kesehatan pemerintah daerah
Kabupaten Belu terhadap total APBD Kabupaten Belu.
Grafik 5.14
Anggaran Kesehatan Kabupaten Belu Terhadap APBD Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
% Anggaran Kesehatan APBD Total Anggaran APBD Rp977.978.805.845
Rp878.372.021.785 Rp851.604.556.532
Rp604.389.367.396
Berdasarkan persentase alokasi dan realisasi anggaran kesehatan kabupaten Belu tahun
2013 sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 5.15
Alokasi Dan Realisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
Rp81.437.630.756 Rp77.598.226.558
Rp68.018.297.414
Rp54.112.997.336
Alokasi
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa persentase realisasi anggaran Dinas Kesehatan
kabupaten Belu pada tahun 2016 mencapai 82,12% lebih rendah dari tahun 2015 sebelumnya
yang mencapai 83,49%.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
107
2. Bantuan Operasional Kesehatan
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan bantuan pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk percepatan pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) bidang
kesehatan tahun 2016, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta
Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM lainnya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang bersifat promotif dan preventif. Dana BOK adalah dana APBN Kementerian Kesehatan yang
disalurkan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota melalui mekanisme Tugas Pembantuan.
Selain itu diharapkan dengan bantuan ini dapat meningkatkan kualitas manajemen puskesmas,
terutama dalam perencanaan tingkat puskesmas dan lokakarya mini puskesmas, meningkatkan
upaya untuk menggerakkan potensi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya, dan
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang dilakukan
oleh puskesmas dan jaringannya serta poskesdes dan posyandu.
Pemanfaatan dana BOK difokuskan pada beberapa upaya kesehatan promotif dan
preventif meliputi kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), imunisasi, perbaikan
gizi masyarakat, promosi kesehatan, kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit, dan upaya
kesehatan lain sesuai risiko dan masalah utama kesehatan di wilayah setempat dengan tetap
mengacu pada pencapaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan tahun 2016.
Pada proses pelaksanaannya, berbagai upaya penyempurnaan telah dilakukan dalam
penyaluran dana BOK. Realisasi pemanfaatan dana BOK pada tahun 2016 sebesar
Rp4.669.220.275,- dari alokasi sebesar Rp 5.136.000.000,- dengan persentase realisasi 90,91%.
Realisasi tersebut lebih rendah jika dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 95,33%.
Grafik 5.16
Alokasi Dan Realisasi Anggaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Kabupaten Belu
Tahun 2013-2016
% Realisasi Alokasi
Rp8.558.600.000 Rp8.558.600.000
Rp5.136.000.000
Rp4.235.065.000
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
108
BOK sebagai suplemen pembiayaan operasional puskesmas diharapkan mampu
berkontribusi dalam pencapaian indikator pembangunan kesehatan secara nasional melalui
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas. Dinas kesehatan provinsi sebagai perpanjangan
tangan Kementerian Kesehatan juga memiliki peran serta yaitu melakukan pembinaan dan
evaluasi pelaksanaan BOK di kabupaten/kota. Dengan kehadiran BOK diharapkan petugas
kesehatan/kader kesehatan tidak lagi mengalami kendala dalam melakukan kegiatan untuk
mendekatkan akses kesehatan pada masyarakat.
BOK bukan merupakan dana utama dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di
puskesmas dan jaringannya, namun hanya dana tambahan yang sifatnya bantuan. Pemerintah
daerah tetap berkewajiban mengalokasikan dana operasional untuk puskesmas yang berada di
wilayahnya.
BOK tahun 2016 sebesar Rp. 5.136.000.000,- dialokasikan untuk kabupaten Belu.
Mekanisme penyaluran dana BOK tahun 2016 masih tetap menggunakan mekanisme DAK non
fisik. BOK berkontribusi dalam peningkatan kinerja petugas kesehatan di Puskesmas dalam
pelaksanaan program bersifat promotif dan preventif terutama kegiatan operasional di lapangan.
Sebagian besar dana BOK di puskesmas digunakan untuk mendukung program KIA, diikuti
dengan program Gizi, Promosi Kesehatan, Imunisasi dan Pengendalian Penyakit dan Kesehatan
Lingkungan.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
109
JKN diselenggarakan untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat
pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Manfaat
JKN terdiri atas dua jenis, yaitu manfaat medis dan manfaat non-medis. Manfaat medis berupa
pelayanan kesehatan yang komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) sesuai
dengan indikasi medis yang tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan. Manfaat non-
medis meliputi akomodasi dan ambulans. Manfaat akomodasi untuk layanan rawat inap sesuai
hak kelas perawatan peserta. Manfaat ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan antar
fasilitas kesehatan, dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Manfaat JKN mencakup pelayanan pencegahan dan pengobatan termasuk pelayanan
obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Seperti misalnya untuk
pelayanan pencegahan (promotif dan preventif), peserta JKN akan mendapatkan pelayanan:
penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan
faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat; imunisasi dasar, meliputi Baccile
Calmett Guerin (BCG), difteri pertusis tetanus dan Hepatitis B (DPT-HB), Polio dan Campak;
keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi; skrining
kesehatan diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan
mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu, jenis penyakit kanker, bedah jantung,
hingga dialisis (gagal ginjal).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
JKN, peserta dalam program JKN meliputi setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja
paling singkat enam bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayar
pemerintah. Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terdiri atas dua kelompok yaitu
Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan peserta bukan PBI jaminan
kesehatan. Peserta PBI jaminan kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu. Peserta
bukan PBI jaminan kesehatan adalah Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, Pekerja
Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, serta bukan pekerja dan anggota keluarganya.
Pada tahap awal kepersertaan program JKN yang dimulai pada 1 Januari 2014 terdiri dari
peserta PBI JKN (pengalihan dari program Jamkesmas), anggota TNI dan PNS di lingkungan
Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya, anggota POLRI dan PNS di lingkungan POLRI
dan anggota keluarganya, peserta asuransi kesehatan sosial dari PT. Askes (Persero) beserta
anggota keluarganya, peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dari PT. (Persero)
Jamsostek dan anggota keluarganya, peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang telah
berintegrasi, dan peserta mandiri (pekerja bukan penerima upah dan pekerja penerima upah).
Sampai dengan Desember 2016, jumlah kepesertaan program JKN wilayah kabupaten
Belu berjumlah 120.156 peserta. Bila dibandingkan dengan tahun 2015, jumlah peserta BPJS
Kesehatan menurun yaitu dari 124.420 jiwa pada tahun 2015 menjadi 120.156 jiwa pada tahun
2016.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
110
Grafik 5.17
Perkembangan Jumlah Peserta BPJS Kesehatan Tahun 2014-2016
125.000 124.420
124.000
123.000 122.290
122.000
121.000 120.156
120.000
119.000
118.000
2.014 2.015 2.016
Sumber : BPJS Kabupaten Belu
Peserta BPJS Kesehatan pada tahun 2016 terdiri dari peserta PBI yang berjumlah 79.377
jiwa dan peserta non PBI yang berjumlah 6.800 jiwa. Peserta PBI kabupaten Belu
merupakan peserta dengan iuran bersumber dari APBN yaitu sebanyak 79.377 peserta.
Sedangkan peserta non PBI terdiri atas pekerja penerima upah yang berjumlah 28.034
peserta, pekerja bukan penerima upah yang berjumlah 14.681 peserta, dan bukan pekerja
yang berjumlah 6.800 peserta.
Grafik 5.18
Proporsi Jumlah Peserta BPJS Kesehatan Per 31 Desember 2016
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa proporsi terbesar kepesertaan BPJS kabupaten
Belu tahun 2016 adalah PBI APBN 58,63%. Sedangkan proporsi terkecil terdapat pada
kepesertaan Jamkesda 4,80%.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
111
Grafik 5.19
Gambaran Jumlah Peserta BPJS Kesehatan Menurut Jenis Tahun 2014-2016
79.371
79.371
79.377
90.000
80.000
70.000
60.000
50.000
28.034
26.984
26.984
40.000
14.681
30.000
10.010
10.010
6.800
20.000
6.669
6.669
6.501
6.501
6.501
10.000
-
PBI APBN Pekerja Penerima Pekerja Bukan Bukan Pekerja Jamkesda
Upah Penerima Upah
Kepesertaan BPJS kabupaten Belu jika dilihat dari tahun 2014 sampai dengan 2016 tidak
terjadi penambahan yang cukup berarti. Penambahan hanya terjadi di tahun 2016. Hal ini perlu
adanya sosialisasi yang baik terhadap masyarakat tentang kepesertaan BPJS bagi masyarakat.
Berikut ini adalah persentase kepesertaan BPJS kabupaten Belu menurut wilayah kerja puskesmas.
Grafik 5.20
Jumlah Peserta BPJS Kesehatan Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Per 31
Desember Tahun 2016
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa jumlah peserta BPJS kabupaten Belu tahun
2016 paling banyak ditemukan di puskesmas Kota Atambua dengan jumlah 12.715 peserta.
Sedangkan jumlah peserta BPJS yang paling sedikit adalah puskesmas Ainiba dengan jumlah 1.558
peserta.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
112
Setiap peserta JKN mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap
Tingkat Pertama (RITP), pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat
Inap Tingkat Lanjutan (RITL), pelayanan gawat darurat, dan pelayanan kesehatan lain yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang diberikan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
tempat peserta terdaftar, kecuali dalam keadaan tertentu yaitu bagi peserta yang berada di luar
wilayah FKTP tempat peserta terdaftar atau dalam keadaan kegawatdaruratan medis.
Dalam hal peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, FKTP harus merujuk ke
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) terdekat sesuai dengan sistem rujukan.
Grafik 5.21
Perkembangan Jumlah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Yang Bekerja Sama Dengan
BPJS Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2015 dan 2016
31
28
2.015 2.016
Sumber : BPJS Kabupaten Belu
Bila dibandingkan tahun 2015 jumlah FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
Kabupaten Belu meningkat yaitu dari 28 FKTP pada tahun 2015 menjadi 31 FKTP di tahun 2016.
Grafik 5.22
Proporsi Jenis Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Yang Bekerja Sama Dengan BPJS
Kesehatan Kabupaten Belu Per 31 Desember 2016
Klinik Swasta; 3,23 Klinik TNI; 6,45
Praktek Dokter
Gigi; 6,45
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa proporsi jumlah FKTP tertinggi yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan pada tahun 2016 yaitu puskesmas sebesar 54,84% disusul kemudian oleh
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
113
praktek dokter umum 29,03%, disusul kemudian kembali oleh Praktek Dokter Gigi dan Klinik
TNI 6,45%, dan yang paling terendah adalah klinik swasta 3,23%.
Jumlah Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan per 31 Desember 2016 yaitu sebanyak 3 FKRTL. Jumlah ini tidak mengalami
perubahan Karen ajumlah FKRTL di kabupaten Belu tidak bertambah. Jumlah tersebut sudah
sesuai jumlah FKRTL di kabupaten Belu.
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
114
6
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
BAB 6 PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan organisasi
dalam pelaksanaan manajemen. Oleh karena itu penyediaan data dan informasi yang berkualitas
sangat dibutuhkan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Di bidang kesehatan,
data dan informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Diharapkan
Profil Kesehatan Kabupaten Belu dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh
tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai.
1. Kabupaten Belu mempunyai jumlah penduduk pada tahun 2016 yaitu berjumlah 204.541
jiwa dengan luas wilayah 1.284,94 Km2 yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki 100.922
jiwa dan jumlah penduduk perempuan 103.619 jiwa yang tersebar di 69 desa dan 12
kelurahan di kabupaten Belu.
9. Penyehatan lingkungan
Program penyehatan lingkungan di kabupaten Belu tahun 2016 dapat diketahui sebagai
berikut.
a. Presentase rumah sehat mencapai 59,78%
b. Presentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan di kabupaten Belu
mencapai 97,8%
Tujuan program penyehatan lingkungan adalah mewujudkan lingkungan hidup yang sehat
untuk mendukung tumbuh kembang anak dan remaja, memenuhi kebutuhan dasar untuk
hidup sehat dan memungkinkan interaksi sosial serta melindungi masyarakat dari ancaman
bahaya yang berasal dari lingkungan sehingga tercapai derajat kesehatan individu, keluarga
dan masyarakat yang optimal.
VI.2 Penutup
Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2016 memberikan gambaran secara garis besar
tentang situasi dan kondisi kesehatan masyarakat kabupaten Belu tahun 2016, yang mana
memperlihatkan seberapa jauh perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan yang telah dicapai,
serta menunjukkan kekurangan dan kelebihan dari setiap upaya-upaya kesehatan yang
dilaksanakan tentunya tidak terlepas dari kontribusi lintas sektor terkait.
Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Daerah Kabupaten Belu 2016. BPS Kabupaten Belu. Atambua.
Bidang Bina Kesehatan Keluarga. 2017. Laporan Tahunan Tahun 2016. Dinas Kesehatan Kabupaten
Belu. Atambua
Bidang Bina Pelayanan Kesehatan. 2017. Laporan Tahunan Tahun 2016. Dinas Kesehatan
Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit. 2017. Laporan Tahunan Tahun 2016. Dinas
Bidang Promosi Kesehatan dan Penyehatan Lingkungan. 2017. Laporan Tahunan Tahun 2016.
Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2011. Dinas
Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2012. Dinas
Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2013. Dinas
Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2014. Dinas
Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2015. Dinas
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten / Kota
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
A. GAMBARAN UMUM
1 Luas Wilayah 1.284,94 Km2 Tabel 1
2 Jumlah Desa/Kelurahan 81 Desa/Kel Tabel 1
3 Jumlah Penduduk 100.922 103.619 204.541 Jiwa Tabel 2
4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 4,4 Jiwa Tabel 1
5 Kepadatan Penduduk /Km2 159,2 Jiwa/Km2 Tabel 1
6 Rasio Beban Tanggungan 72,2 per 100 penduduk produktif Tabel 2
7 Rasio Jenis Kelamin 97,4 Tabel 2
8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 96,93 97,11 97,02 % Tabel 3
9 Penduduk 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi
a. SMP/ MTs 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3
b. SMA/ SMK/ MA 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3
c. Sekolah menengah kejuruan 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3
d. Diploma I/Diploma II 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3
e. Akademi/Diploma III 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3
f. Universitas/Diploma IV 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3
g. S2/S3 (Master/Doktor) 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3
B. DERAJAT KESEHATAN
B.1 Angka Kematian
10 Jumlah Lahir Hidup 2.288 2.135 4.423 Tabel 4
11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 17 13 15 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 4
12 Jumlah Kematian Neonatal 23 19 42 neonatal Tabel 5
13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) 10 9 9 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
14 Jumlah Bayi Mati 39 28 67 bayi Tabel 5
15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 17 13 15 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
16 Jumlah Balita Mati 40 30 70 Balita Tabel 5
17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 17 14 16 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
18 Kematian Ibu
Jumlah Kematian Ibu 5 Ibu Tabel 6
Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 113 per 100.000 Kelahiran Hidup Tabel 6
C. UPAYA KESEHATAN
C.1 Pelayanan Kesehatan
39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 89 % Tabel 29
40 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 67,51 % Tabel 29
41 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 81,53 % Tabel 29
42 Pelayanan Ibu Nifas 80,11 % Tabel 29
43 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 82,77 % Tabel 29
44 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 38,00 % Tabel 30
45 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 90,43 % Tabel 32
46 Penanganan komplikasi kebidanan 77,43 % Tabel 33
47 Penanganan komplikasi Neonatal 58,98 62,35 60,61 % Tabel 33
48 Peserta KB Baru 11,78 % Tabel 36
49 Peserta KB Aktif 65,87 % Tabel 36
50 Bayi baru lahir ditimbang 100 100 100 % Tabel 37
51 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 7,60 7,82 7,71 % Tabel 37
52 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 99,21 99,67 99,43 % Tabel 38
53 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 94,01 96,07 95,00 % Tabel 38
54 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 87,62 85,65 86,65 % Tabel 39
55 Pelayanan kesehatan bayi 111,54 108,07 109,78 % Tabel 40
56 Desa/Kelurahan UCI 83,95 % Tabel 41
57 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 96,49 86,54 91,44 % Tabel 43
58 Imunisasi dasar lengkap pada bayi 96,71 87,42 92,00 % Tabel 43
59 Bayi Mendapat Vitamin A 100,35 100,00 100,18 % Tabel 44
60 Anak Balita Mendapat Vitamin A 100,00 100,43 100,21 % Tabel 44
61 Baduta ditimbang 46,47 47,31 46,88 % Tabel 45
62 Baduta berat badan di bawah garis merah (BGM) 2,58 2,10 2,35 % Tabel 45
63 Pelayanan kesehatan anak balita 59,60 57,95 58,76 % Tabel 46
64 Balita ditimbang (D/S) 83,84 84,73 84,27 % Tabel 47
65 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 2,46 2,25 2,36 % Tabel 47
66 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100,00 100,00 100,00 % Tabel 48
67 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 77,63 82,25 80,00 % Tabel 49
68 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 0,28 Tabel 50
69 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal 70,27 sekolah Tabel 51
70 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi 81,08 sekolah Tabel 51
71 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 111,37 108,55 109,97 % Tabel 51
72 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) 29,01 29,92 29,44 % Tabel 51
73 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan mulut 29,01 29,92 29,44 % Tabel 51
D. SUMBERDAYA KESEHATAN
D.1 Sarana Kesehatan
94 Jumlah Rumah Sakit Umum 4,00 RS Tabel 67
95 Jumlah Rumah Sakit Khusus - RS Tabel 67
96 Jumlah Puskesmas Rawat Inap 3,00 Tabel 67
97 Jumlah Puskesmas non-Rawat Inap 14,00 Tabel 67
Jumlah Puskesmas Keliling 17,00 Tabel 67
Jumlah Puskesmas pembantu 15,00 Tabel 67
98 Jumlah Apotek 19,00 Tabel 67
99 RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 25,00 % Tabel 68
100 Jumlah Posyandu 419,00 Posyandu Tabel 69
101 Posyandu Aktif 55,13 % Tabel 69
102 Rasio posyandu per 100 balita 1,68 per 100 balita Tabel 69
103 UKBM
Poskesdes 33,00 Poskesdes Tabel 70
Polindes 41,00 Polindes Tabel 70
Posbindu 22,00 Posbindu Tabel 70
104 Jumlah Desa Siaga 65,00 Desa Tabel 71
105 Persentase Desa Siaga 80,25 % Tabel 71
JUMLAH PENDUDUK
NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN
1 2 3 4 5 6
JUMLAH PERSENTASE
NO VARIABEL LAKI-LAKI+ LAKI-LAKI+
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS 74.054 77.011 151.065
PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK
2 96,93 97,11 97,02
HURUF
PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG
3
DITAMATKAN:
a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 11,97 10,30 11,14
b. SD/MI 22,80 21,12 21,96
c. SMP/ MTs 24,82 21,71 23,27
d. SMA/ MA 28,09 33,93 31,01
e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 2,01 1,01 1,51
f. DIPLOMA I/DIPLOMA II 0,66 2,02 1,34
g. AKADEMI/DIPLOMA III 2,16 3,86 3,01
h. UNIVERSITAS/DIPLOMA IV
7,49 6,05 6,77
i. S2/S3 (MASTER/DOKTOR)
Sumber: - Kecamatan Dalam Angka 2016 (Laporan Registrasi Penduduk 2015)
TABEL 4
JUMLAH KELAHIRAN
HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 68 3 71 69 0 69 137 3 140
2 Rafae 140 3 143 111 2 113 251 5 256
3 Tasifeto Barat Halilulik 217 3 220 191 2 193 408 5 413
4 Kakuluk Mesak Atapupu 113 3 116 106 2 108 219 5 224
5 Haliwen 187 3 190 250 1 251 437 4 441
6 Ainiba 23 1 24 27 0 27 50 1 51
7 Nanaet Dubesi Laktutus 60 2 62 52 1 53 112 3 115
8 Kota Atambua Kota 167 0 167 169 1 170 336 1 337
9 Atambua Barat Umanen 327 2 329 321 0 321 648 2 650
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 313 6 319 299 3 302 612 9 621
11 Tasifeto Timur Wedomu 208 2 210 161 3 164 369 5 374
12 Silawan 35 1 36 40 0 40 75 1 76
13 Raihat Haekesak 156 4 160 96 2 98 252 6 258
14 Lasiolat Aululik 69 2 71 54 4 58 123 6 129
15 Lamaknen Weluli 80 2 82 73 2 75 153 4 157
16 Dilumil 30 2 32 30 1 31 60 3 63
17 Lamaknen Selatan Nualain 95 1 96 86 5 91 181 6 187
JUMLAH (KAB/KOTA) 2.288 40 2.328 2.135 29 2.164 4.423 69 4.492
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN) 17,18 13,40 15,36
JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
JUMLAH KEMATIAN
KEMATIAN IBU
JUMLAH LAHIR JUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU
NO KECAMATAN PUSKESMAS
HIDUP
< 20 20-34 < 20 20-34 < 20 20-34 < 20 20-34
35 tahun JUMLAH 35 tahun JUMLAH 35 tahun JUMLAH 35 tahun JUMLAH
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Raimanuk Webora 137 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Rafae 251 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Tasifeto Barat Halilulik 408 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 219 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Haliwen 437 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Ainiba 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 112 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Kota Atambua Kota 336 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Atambua Barat Umanen 648 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 612 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1
11 Tasifeto Timur Wedomu 369 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 2
12 Silawan 75 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Raihat Haekesak 252 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Lasiolat Aululik 123 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1
15 Lamaknen Weluli 153 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Dilumil 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 181 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1
JUMLAH (KAB/KOTA) 4.423 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 3 3 0 2 3 5
KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
JUMLAH SELURUH
JUMLAH KASUS BARU TB BTA+
JUMLAH % PENEMUAN KASUS TB KASUS TB ANAK 0-
JUMLAH PENDUDUK PERKIRAAN PASIEN BARU
NO KECAMATAN PUSKESMAS 14 TAHUN
KASUS TB BTA L P TB BTA L P
POSITIF L+P POSITIF L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 2.786 3.023 5.809 12 6 66,67 3 33,33 9 75,00 8 72,73 3 27,27 11 0 0,00
2 Rafae 4.994 5.306 10.300 19 11 61,11 7 38,89 18 94,74 11 61,11 7 38,89 18 1 5,56
3 Tasifeto Barat Halilulik 9.839 10.371 20.210 40 15 68,18 7 31,82 22 55,00 15 65,22 8 34,78 23 0 0,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 5.690 5.447 11.137 22 10 62,50 6 37,50 16 72,73 23 71,88 9 28,13 32 0 0,00
5 Haliwen 10.293 11.315 21.608 43 21 48,84 22 51,16 43 100,00 21 48,84 22 51,16 43 0 0,00
6 Ainiba 1.110 1.156 2.266 6 3 60,00 2 40,00 5 83,33 4 66,67 2 33,33 6 0 0,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 2.115 2.317 4.432 9 2 33,33 4 66,67 6 66,67 2 33,33 4 66,67 6 0 0,00
8 Kota Atambua Kota 8.894 8.995 17.889 36 9 50,00 9 50,00 18 50,00 29 63,04 17 36,96 46 1 2,17
9 Atambua Barat Umanen 11.881 11.580 23.461 46 18 58,06 13 41,94 31 67,39 19 57,58 14 42,42 33 1 3,03
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 13.482 13.763 27.245 55 9 52,94 8 47,06 17 30,91 22 44,00 28 56,00 50 1 2,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 7.626 7.244 14.870 29 17 73,91 6 26,09 23 79,31 22 73,33 8 26,67 30 0 0,00
12 Silawan 1.838 1.820 3.658 7 7 87,50 1 12,50 8 114,29 7 77,78 2 22,22 9 0 0,00
13 Raihat Haekesak 6.643 6.686 13.329 25 9 37,50 15 62,50 24 96,00 11 39,29 17 60,71 28 0 0,00
14 Lasiolat Aululik 3.355 3.326 6.681 13 3 27,27 8 72,73 11 84,62 3 25,00 9 75,00 12 0 0,00
15 Lamaknen Weluli 4.736 5.157 9.893 17 7 58,33 5 41,67 12 70,59 8 44,44 10 55,56 18 0 0,00
16 Dilumil 1.763 2.118 3.881 7 3 42,86 4 57,14 7 100,00 3 42,86 4 57,14 7 0 0,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 3.877 3.995 7.872 16 1 100,00 0 0,00 1 6,25 1 100,00 0 0,00 1 0 0,00
18 RSUD Atambua 37 59,68 25 40,32 62 68 45,64 81 54,36 149 21 14,09
19 RS. Sito Husada 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 #DIV/0!
20 RSKM Halilulik 7 46,67 8 53,33 15 11 55,00 9 45,00 20 0 0,00
21 RS. TNI 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 100.922 103.619 204.541 402 195 56,03 153 43,97 348 86,57 288 53,14 254 46,86 542 25 4,61
CNR KASUS BARU TB BTA+ PER 100.000 PENDUDUK 193,22 147,66 170,14
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
TB PARU
SUSPEK % BTA (+)
NO KECAMATAN PUSKESMAS BTA (+)
TERHADAP SUSPEK
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 60 30 90 6 3 9 10,00 10,00 10,00
2 Rafae 110 70 180 11 7 18 10,00 10,00 10,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 150 70 220 15 7 22 10,00 10,00 10,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 100 60 160 10 6 16 10,00 10,00 10,00
5 Haliwen 210 220 430 21 22 43 10,00 10,00 10,00
6 Ainiba 30 20 50 3 2 5 10,00 10,00 10,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 20 40 60 2 4 6 10,00 10,00 10,00
8 Kota Atambua Kota 90 90 180 9 9 18 10,00 10,00 10,00
9 Atambua Barat Umanen 180 130 310 18 13 31 10,00 10,00 10,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 90 80 170 9 8 17 10,00 10,00 10,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 170 60 230 17 6 23 10,00 10,00 10,00
12 Silawan 70 10 80 7 1 8 10,00 10,00 10,00
13 Raihat Haekesak 90 150 240 9 15 24 10,00 10,00 10,00
14 Lasiolat Aululik 30 80 110 3 8 11 10,00 10,00 10,00
15 Lamaknen Weluli 70 50 120 7 5 12 10,00 10,00 10,00
16 Dilumil 30 40 70 3 4 7 10,00 10,00 10,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 10 0 10 1 0 1 10,00 #DIV/0! 10,00
18 RSUD Atambua 370 250 620 37 25 62 10,00 10,00 10,00
19 RS. Sito Husada 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
20 RSKM Halilulik 70 80 150 7 8 15 10,00 10,00 10,00
21 RS. TNI 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 1.950 1.530 3.480 195 153 348 10,00 10,00 10,00
ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
ANGKA KEMATIAN SELAMA PENGOBATAN PER 100.000 PENDUDUK 14,86 7,72 11,24
Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu
Keterangan:
* kohort yang sama dari kasus yang dinilai kesembuhan dan pengobatan lengkap
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
TABEL 10
PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
JUMLAH (KAB/KOTA) 24 27 51 25 23 48 5 4 9 0 0 0
PROPORSI JENIS KELAMIN 47,06 52,94 52,08 47,92 55,56 44,44 #DIV/0! #DIV/0!
DONOR DARAH
SAMPEL DARAH DIPERIKSA/DISKRINING
NO UNIT TRANSFUSI DARAH POSITIF HIV
JUMLAH PENDONOR TERHADAP HIV
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 PMI Kabupaten Belu 2.056 520 2.576 2.056 100,00 520 100,00 2.576 100,00 10 0,49 5 0,96 15 0,58
JUMLAH 2.056 520 2.576 2.056 100,00 520 100,00 2.576 100,00 10 0,49 5 1 15 0,58
KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
DIARE
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH TARGET DIARE DITANGANI
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENEMUAN L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Raimanuk Webora 2.786 3.023 5.809 60 65 124 45 75,48 39 60,29 84 67,57
2 Rafae 4.994 5.306 10.300 107 114 220 47 43,98 46 40,51 93 42,19
3 Tasifeto Barat Halilulik 9.839 10.371 20.210 211 222 432 46 21,85 39 17,57 85 19,65
4 Kakuluk Mesak Atapupu 5.690 5.447 11.137 122 117 238 51 41,88 58 49,76 109 45,73
5 Haliwen 10.293 11.315 21.608 220 242 462 82 37,23 66 27,26 148 32,01
6 Ainiba 1.110 1.156 2.266 24 25 48 10 42,10 18 72,76 28 57,74
7 Nanaet Dubesi Laktutus 2.115 2.317 4.432 45 50 95 4 8,84 12 24,20 16 16,87
8 Kota Atambua Kota 8.894 8.995 17.889 190 192 383 68 35,73 88 45,72 156 40,75
9 Atambua Barat Umanen 11.881 11.580 23.461 254 248 502 59 23,21 50 20,18 109 21,71
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 13.482 13.763 27.245 289 295 583 80 27,73 72 24,45 152 26,07
11 Tasifeto Timur Wedomu 7.626 7.244 14.870 163 155 318 46 28,19 46 29,67 92 28,91
12 Silawan 1.838 1.820 3.658 39 39 78 31 78,81 31 79,59 62 79,20
13 Raihat Haekesak 6.643 6.686 13.329 142 143 285 173 121,69 162 113,22 335 117,44
14 Lasiolat Aululik 3.355 3.326 6.681 72 71 143 58 80,78 54 75,87 112 78,34
15 Lamaknen Weluli 4.736 5.157 9.893 101 110 212 146 144,05 168 152,23 314 148,32
16 Dilumil 1.763 2.118 3.881 38 45 83 8 21,20 11 24,27 19 22,88
17 Lamaknen Selatan Nualain 3.877 3.995 7.872 83 85 168 133 160,30 192 224,58 325 192,92
JUMLAH (KAB/KOTA) 100.922 103.619 204.541 2.160 2.217 4.377 1.087 50,33 1.152 51,95 2.239 51,15
KASUS BARU
NO KECAMATAN PUSKESMAS Pausi Basiler (PB)/ Kusta kering Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah PB + MB
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Rafae 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 0 0 0 1 2 3 1 2 3
5 Haliwen 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Kota Atambua Kota 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Atambua Barat Umanen 0 0 0 1 0 1 1 0 1
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 0 0 0 1 2 3 1 2 3
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0 0 1 0 1 1 0 1
12 Silawan 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Raihat Haekesak 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Lamaknen Weluli 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 1 0 1 1 0 1
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 5 4 9 5 4 9
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE ) PER 100.000 PENDUDUK 4,95 3,86 4,40
KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
KASUS BARU
PENDERITA KUSTA
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENDERITA CACAT TINGKAT 2
0-14 TAHUN
KUSTA
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Raimanuk Webora - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
2 Rafae - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
4 Kakuluk Mesak Atapupu 3 - 0,00 0 0
5 Haliwen - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
6 Ainiba - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
9 Atambua Barat Umanen 1 - 0,00 0 0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 3 - 0,00 0 0,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 1 - 0,00 0 0,00
12 Silawan - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
13 Raihat Haekesak - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
14 Lasiolat Aululik - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
16 Dilumil - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 1 - 0,00 0,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 9 - 0,00 - 0,00
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
KASUS TERCATAT
NO KECAMATAN PUSKESMAS Pausi Basiler/Kusta kering Multi Basiler/Kusta Basah JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Rafae 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0 0 1 0 1 1 0 1
4 Kakuluk Mesak Atapupu 0 0 0 1 2 3 1 2 3
5 Haliwen 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Kota Atambua Kota 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Atambua Barat Umanen 0 0 0 2 0 2 2 0 2
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 0 0 0 2 2 4 2 2 4
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0 0 2 0 2 2 0 2
12 Silawan 0 0 0 1 0 1 1 0 1
13 Raihat Haekesak 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Lamaknen Weluli 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 2 0 2 2 0 2
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 11 4 15 11 4 15
PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
AFP RATE (NON POLIO) PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN 1,28
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
MALARIA
SEDIAAN DARAH DIPERIKSA
NO KECAMATAN PUSKESMAS SUSPEK MENINGGAL CFR
POSITIF
L P L+P
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Raimanuk Webora 286 322 608 286 322 608 6 2,10 11 3,42 17 2,80 0 0 0 0 0 0
2 Rafae 244 1.381 1.625 244 1.381 1.625 4 1,64 3 0,22 7 0,43 0 0 0 0,00 0,00 0,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 3.741 5.473 9.214 3.741 5.473 9.214 6 0,16 9 0,16 15 0,16 0 0 0 0,00 0,00 0,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 421 522 943 421 522 943 12 2,85 22 4,21 34 3,61 0 0 0 0,00 0 0,00
5 Haliwen 548 412 960 548 412 960 96 17,52 79 19,17 175 18,23 0 0 0 0,00 0,00 0,00
6 Ainiba 111 316 427 111 316 427 2 1,80 5 1,58 7 1,64 0 0 0 0,00 0 0,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 387 482 869 387 482 869 5 1,29 8 1,66 13 1,50 0 0 0 0,00 0,00 0,00
8 Kota Atambua Kota 1.612 1.529 3.141 1.612 1.529 3.141 391 24,26 447 29,23 838 26,68 0 0 0 0,00 0,00 0
9 Atambua Barat Umanen 1.476 1.112 2.588 1.476 1.112 2.588 294 19,92 201 18,08 495 19,13 0 0 0 0,00 0,00 0,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 1.612 1.391 3.003 1.612 1.391 3.003 247 15,32 261 18,76 508 16,92 0 0 0 0,00 0,00 0
11 Tasifeto Timur Wedomu 591 1.708 2.299 591 1.708 2.299 29 4,91 7 0,41 36 1,57 0 0 0 0,00 0,00 0,00
12 Silawan 127 559 686 127 559 686 1 0,79 4 0,72 5 0,73 0 0 0 0,00 0,00 0,00
13 Raihat Haekesak 584 445 1.029 584 445 1.029 3 0,51 7 1,57 10 0,97 0 0 0 0,00 0,00 0,00
14 Lasiolat Aululik 512 389 901 512 389 901 7 1,37 4 1,03 11 1,22 0 0 0 0,00 0,00 0,00
15 Lamaknen Weluli 84 96 180 84 96 180 2 2,38 1 1,04 3 1,67 0 0 0 0,00 0,00 0,00
16 Dilumil 148 256 404 148 256 404 1 0,68 1 0,39 2 0,50 0 0 0 0,00 0,00 0,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 161 201 362 161 201 362 1 0,62 4 1,99 5 1,38 0 0 0 0,00 0,00 0,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 12.645 16.594 29.239 12.645 16.594 29.239 1.107 8,75 1.074 6,47 2.181 7,46 0 0 0 0 0 0
ANGKA KESAKITAN (ANNUAL PARASITE INCIDENCE ) PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO 10,97 10,36 10,66
PENDERITA FILARIASIS
NO KECAMATAN PUSKESMAS KASUS BARU DITEMUKAN JUMLAH SELURUH KASUS
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0
2 Rafae 0 0 0 0 0 0
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0 0 0 0 0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 0 0 0 0 0 0
5 Haliwen 0 0 0 0 0 0
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0
8 Kota Atambua Kota 0 0 0 0 0 0
9 Atambua Barat Umanen 0 0 0 0 0 0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 0 0 0 0 0 0
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0 0 0 0 0
12 Silawan 0 0 0 0 0 0
13 Raihat Haekesak 0 0 0 0 0 0
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0
15 Lamaknen Weluli 0 0 0 0 0 0
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 0 0
PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK 18 TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
LAKI-LAKI +
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8 40 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 1.636 1.874 3.510 29 1,77 51 2,72 80 2,28 5 17,24 16 31,37 21 26,25
2 Rafae 2.850 3.222 6.072 32 1,12 78 2,42 110 1,81 20 62,50 40 51,28 60 54,55
3 Tasifeto Barat Halilulik 5.872 6.367 12.239 1.378 23,47 1.159 18,20 2.537 20,73 48 3,48 50 4,31 98 3,86
4 Kakuluk Mesak Atapupu 3.577 3.532 7.109 145 4,05 493 13,96 638 8,97 57 39,31 76 15,42 133 20,85
5 Haliwen 6.244 7.147 13.391 119 1,91 158 2,21 277 2,07 90 75,63 120 75,95 210 75,81
6 Ainiba 665 736 1.401 58 8,72 67 9,10 125 8,92 19 32,76 31 46,27 50 40,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 1.166 1.309 2.475 28 2,40 44 3,36 72 2,91 8 28,57 17 38,64 25 34,72
8 Kota Atambua Kota 5.700 5.706 11.406 420 7,37 303 5,31 723 6,34 39 9,29 76 25,08 115 15,91
9 Atambua Barat Umanen 7.746 7.498 15.244 646 8,34 1.712 22,83 2.358 15,47 32 4,95 58 3,39 90 3,82
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 8.493 8.656 17.149 75 0,88 89 1,03 164 0,96 18 24,00 19 21,35 37 22,56
11 Tasifeto Timur Wedomu 4.617 4.426 9.043 36 0,78 40 0,90 76 0,84 12 33,33 21 52,50 33 43,42
12 Silawan 1.242 1.184 2.426 244 19,65 307 25,93 551 22,71 67 27,46 77 25,08 144 26,13
13 Raihat Haekesak 3.900 4.156 8.056 27 0,69 31 0,75 58 0,72 19 70,37 19 61,29 38 65,52
14 Lasiolat Aululik 1.962 1.972 3.934 44 2,24 48 2,43 92 2,34 25 56,82 33 68,75 58 63,04
15 Lamaknen Weluli 2.679 3.156 5.835 71 2,65 151 4,78 222 3,80 36 50,70 59 39,07 95 42,79
16 Dilumil 1.115 1.410 2.525 9 0,81 7 0,50 16 0,63 5 55,56 5 71,43 10 62,50
17 Lamaknen Selatan Nualain 2.146 2.321 4.467 31 1,44 31 1,34 62 1,39 11 35,48 5 16,13 16 25,81
JUMLAH (KAB/KOTA) 61.610 64.672 126.282 3.392 5,51 4.769 7,37 8.161 6,46 511 15,06 722 15,14 1.233 15,11
CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE)
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
KLB DI DESA/KELURAHAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH DITANGANI <24 JAM %
1 2 3 4 5 6
1 Raimanuk Webora 0 0 #DIV/0!
2 Rafae 0 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0 #DIV/0!
4 Kakuluk Mesak Atapupu 0 0 #DIV/0!
5 Haliwen 0 0 #DIV/0!
6 Ainiba 0 0 #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 0 0 #DIV/0!
9 Atambua Barat Umanen 0 0 #DIV/0!
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 0 0 #DIV/0!
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0 #DIV/0!
12 Silawan 0 0 #DIV/0!
13 Raihat Haekesak 0 0 #DIV/0!
14 Lasiolat Aululik 0 0 #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli 0 0 #DIV/0!
16 Dilumil 0 0 #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 #DIV/0!
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
PESERTA KB AKTIF
MKJP NON MKJP
NO KECAMATAN PUSKESMAS MKJP + % MKJP +
IM KON OBAT LAIN NON MKJP NON MKJP
IUD % MOP % MOW % % JUMLAH % % SUNTIK % PIL % % % JUMLAH %
PLAN DOM VAGINA NYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 Raimanuk Webora 0 0,00 4 0,95 20 4,76 13 3,10 37 8,81 0 0,00 354 84,29 29 6,90 0 0,00 0 0,00 383 91,19 420 100,00
2 Rafae 11 1,90 0 0,00 46 7,93 31 5,34 88 15,17 1 0,17 462 79,66 29 5,00 0 0,00 0 0,00 492 84,83 580 100,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 8 0,40 2 0,10 143 7,18 35 1,76 188 9,43 7 0,35 1.723 86,45 75 3,76 0 0,00 0 0,00 1.805 90,57 1.993 100,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 9 1,18 39 5,12 25 3,28 24 3,15 97 12,73 0 0,00 652 85,56 13 1,71 0 0,00 0 0,00 665 87,27 762 100,00
5 Haliwen 65 4,52 0 0,00 65 4,52 42 2,92 172 11,96 0 0,00 1.014 70,51 252 17,52 0 0,00 0 0,00 1.266 88,04 1.438 100,00
6 Ainiba 0 0,00 17 7,42 12 5,24 36 15,72 65 28,38 0 0,00 161 70,31 3 1,31 0 0,00 0 0,00 164 71,62 229 100,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 3 0,87 0 0,00 5 1,46 15 4,37 23 6,71 0 0,00 252 73,47 68 19,83 0 0,00 0 0,00 320 93,29 343 100,00
8 Kota Atambua Kota 73 7,06 12 1,16 159 15,38 34 3,29 278 26,89 8 0,77 697 67,41 51 4,93 0 0,00 0 0,00 756 73,11 1.034 100,00
9 Atambua Barat Umanen 211 10,72 5 0,25 117 5,94 145 7,36 478 24,28 22 1,12 1.326 67,34 143 7,26 0 0,00 0 0,00 1.491 75,72 1.969 100,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 125 6,48 3 0,16 257 13,32 81 4,20 466 24,15 13 0,67 1.326 68,70 125 6,48 0 0,00 0 0,00 1.464 75,85 1.930 100,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0,00 0 0,00 10 0,51 9 0,46 19 0,97 6 0,31 1.901 97,44 25 1,28 0 0,00 0 0,00 1.932 99,03 1.951 100,00
12 Silawan 0 0,00 0 0,00 0 0,00 18 4,86 18 4,86 2 0,54 341 92,16 9 2,43 0 0,00 0 0,00 352 95,14 370 100,00
13 Raihat Haekesak 0 0,00 0 0,00 32 4,75 301 44,66 333 49,41 1 0,15 306 45,40 34 5,04 0 0,00 0 0,00 341 50,59 674 100,00
14 Lasiolat Aululik 0 0,00 0 0,00 10 2,16 72 15,58 82 17,75 7 1,52 357 77,27 16 3,46 0 0,00 0 0,00 380 82,25 462 100,00
15 Lamaknen Weluli 73 9,88 12 1,62 46 6,22 163 22,06 294 39,78 1 0,14 426 57,65 18 2,44 0 0,00 0 0,00 445 60,22 739 100,00
16 Dilumil 0 0,00 0 0,00 0 0,00 8 2,81 8 2,81 0 0,00 274 96,14 3 1,05 0 0,00 0 0,00 277 97,19 285 100,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0,00 0 0,00 10 1,30 45 5,87 55 7,17 0 0,00 702 91,53 10 1,30 0 0,00 0 0,00 712 92,83 767 100,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 578 3,62 94 0,59 957 6,00 1.072 6,72 2.701 16,94 68 0,43 12.274 76,97 903 5,66 0 0,00 0 0,00 13.245 83,06 15.946 100,00
PESERTA KB BARU
MKJP NON MKJP MKJP + % MKJP +
NO KECAMATAN PUSKESMAS
OBAT NON NON
IUD % MOP % MOW % IMPLAN % JUMLAH % KONDOM % SUNTIK % PIL % % LAIN NYA % JUMLAH % MKJP MKJP
VAGINA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 Raimanuk Webora 0 0,00 0 0,00 2 2,04 6 6,12 8 8,16 0 0,00 77 78,57 13 13,27 0 0,00 0 0,00 90 91,84 98 100,00
2 Rafae 0 0,00 0 0,00 15 12,00 8 6,40 23 18,40 1 0,80 94 75,20 7 5,60 0 0,00 0 0,00 102 81,60 125 100,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 1 0,52 0 0,00 6 3,09 16 8,25 23 11,86 1 0,52 143 73,71 27 13,92 0 0,00 0 0,00 171 88,14 194 100,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 2 0,93 0 0,00 5 2,34 4 1,87 11 5,14 0 0,00 199 92,99 4 1,87 0 0,00 0 0,00 203 94,86 214 100,00
5 Haliwen 8 2,59 0 0,00 14 4,53 2 0,65 24 7,77 0 0,00 260 84,14 25 8,09 0 0,00 0 0,00 285 92,23 309 100,00
6 Ainiba 0 0,00 0 0,00 2 3,17 9 14,29 11 17,46 0 0,00 49 77,78 3 4,76 0 0,00 0 0,00 52 82,54 63 100,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0,00 0 0,00 0 0,00 4 9,09 4 9,09 0 0,00 21 47,73 19 43,18 0 0,00 0 0,00 40 90,91 44 100,00
8 Kota Atambua Kota 1 0,52 0 0,00 11 5,73 4 2,08 16 8,33 0 0,00 163 84,90 13 6,77 0 0,00 0 0,00 176 91,67 192 100,00
9 Atambua Barat Umanen 33 8,53 0 0,00 28 7,24 60 15,50 121 31,27 2 0,52 240 62,02 24 6,20 0 0,00 0 0,00 266 68,73 387 100,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 30 7,71 0 0,00 38 9,77 29 7,46 97 24,94 3 0,77 279 71,72 10 2,57 0 0,00 0 0,00 292 75,06 389 100,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0,00 0 0,00 8 3,88 7 3,40 15 7,28 4 1,94 171 83,01 16 7,77 0 0,00 0 0,00 191 92,72 206 100,00
12 Silawan 0 0,00 0 0,00 0 0,00 26 25,49 26 25,49 0 0,00 74 72,55 2 1,96 0 0,00 0 0,00 76 74,51 102 100,00
13 Raihat Haekesak 0 0,00 0 0,00 6 3,87 53 34,19 59 38,06 0 0,00 81 52,26 15 9,68 0 0,00 0 0,00 96 61,94 155 100,00
14 Lasiolat Aululik 0 0,00 0 0,00 3 3,61 11 13,25 14 16,87 1 1,20 62 74,70 6 7,23 0 0,00 0 0,00 69 83,13 83 100,00
15 Lamaknen Weluli 2 1,32 0 0,00 2 1,32 35 23,03 39 25,66 0 0,00 112 73,68 1 0,66 0 0,00 0 0,00 113 74,34 152 100,00
16 Dilumil 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 33 100,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 33 100,00 33 100,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0,00 0 0,00 1 0,94 12 11,32 13 12,26 0 0,00 93 87,74 0 0,00 0 0,00 0 0,00 93 87,74 106 100,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 77 2,70 0 0,00 141 4,94 286 10,03 504 17,67 12 0,42 2.151 75,42 185 6,49 0 0,00 0 0,00 2.348 82,33 2.852 100,00
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
JUMLAH (KAB/KOTA) 2.288 2.135 4.423 2.288 100,00 2.135 100,00 4.423 100,00 174 7,60 167 7,82 341 7,71
JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
1 2 3 4 5 6
1 Raimanuk Webora 4 4 100,00
2 Rafae 5 5 100,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 7 7 100,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 4 1 25,00
5 Haliwen 5 4 80,00
6 Ainiba 1 1 100,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4 4 100,00
8 Kota Atambua Kota 3 3 100,00
9 Atambua Barat Umanen 4 4 100,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 5 5 100,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 8 8 100,00
12 Silawan 1 1 100,00
13 Raihat Haekesak 6 5 83,33
14 Lasiolat Aululik 7 6 85,71
15 Lamaknen Weluli 6 3 50,00
16 Dilumil 3 1 33,33
17 Lamaknen Selatan Nualain 8 6 75,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 81 68 83,95
CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH BAYI
Hb < 7 hari BCG
NO KECAMATAN PUSKESMAS (SURVIVING INFANT)
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 63 78 141 64 101,59 70 89,74 134 95,04 69 109,52 76 97,44 145 102,84
2 Rafae 102 111 213 136 133,33 106 95,50 242 113,62 144 141,18 123 110,81 267 125,35
3 Tasifeto Barat Halilulik 217 230 447 210 96,77 190 82,61 400 89,49 207 95,39 204 88,70 411 91,95
4 Kakuluk Mesak Atapupu 125 120 245 105 84,00 117 97,50 222 90,61 105 84,00 116 96,67 221 90,20
5 Haliwen 227 250 477 194 85,46 217 86,80 411 86,16 215 94,71 227 90,80 442 92,66
6 Ainiba 25 26 51 22 88,00 24 92,31 46 90,20 20 80,00 30 115,38 50 98,04
7 Nanaet Dubesi Laktutus 47 50 97 57 121,28 51 102,00 108 111,34 46 97,87 54 108,00 100 103,09
8 Kota Atambua Kota 197 198 395 177 89,85 192 96,97 369 93,42 190 96,45 186 93,94 376 95,19
9 Atambua Barat Umanen 262 255 517 306 116,79 314 123,14 620 119,92 280 106,87 271 106,27 551 106,58
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 301 306 607 289 96,01 275 89,87 564 92,92 309 102,66 282 92,16 591 97,36
11 Tasifeto Timur Wedomu 168 160 328 207 123,21 162 101,25 369 112,50 164 97,62 176 110,00 340 103,66
12 Silawan 41 40 81 31 75,61 42 105,00 73 90,12 40 97,56 45 112,50 85 104,94
13 Raihat Haekesak 144 147 291 151 104,86 103 70,07 254 87,29 154 106,94 134 91,16 288 98,97
14 Lasiolat Aululik 72 71 143 66 91,67 60 84,51 126 88,11 76 105,56 66 92,96 142 99,30
15 Lamaknen Weluli 104 112 216 78 75,00 66 58,93 144 66,67 76 73,08 60 53,57 136 62,96
16 Dilumil 40 46 86 33 82,50 30 65,22 63 73,26 32 80,00 31 67,39 63 73,26
17 Lamaknen Selatan Nualain 87 89 176 71 81,61 76 85,39 147 83,52 85 97,70 62 69,66 147 83,52
JUMLAH (KAB/KOTA) 2.222 2.289 4.511 2197 98,87 2095 91,52 4292 95,15 2212 99,55 2143 93,62 4355 96,54
CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH BAYI
(SURVIVING INFANT)
DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 POLIO 4a CAMPAK IMUNISASI DASAR LENGKAP
NO KECAMATAN PUSKESMAS
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Raimanuk Webora 63 78 141 72 114,29 75 96,15 147 104,26 65 103,17 70 89,74 135 95,74 68 107,94 59 75,64 127 90,07 68 107,94 59 75,64 127 90,07
2 Rafae 102 111 213 129 126,47 115 103,60 244 114,55 129 126,47 115 103,60 244 114,55 125 122,55 119 107,21 244 114,55 125 122,55 119 107,21 244 114,55
3 Tasifeto Barat Halilulik 217 230 447 228 105,07 187 81,30 415 92,84 231 106,45 184 80,00 415 92,84 234 107,83 181 78,70 415 92,84 234 107,83 181 78,70 415 92,84
4 Kakuluk Mesak Atapupu 125 120 245 119 95,20 115 95,83 234 95,51 122 97,60 115 95,83 237 96,73 100 80,00 72 60,00 172 70,20 98 78,40 73 60,83 171 69,80
5 Haliwen 227 250 477 194 85,46 199 79,60 393 82,39 200 88,11 208 83,20 408 85,53 200 88,11 206 82,40 406 85,12 212 93,39 214 85,60 426 89,31
6 Ainiba 25 26 51 25 100,00 32 123,08 57 111,76 25 100,00 32 123,08 57 111,76 28 112,00 27 103,85 55 107,84 28 112,00 27 103,85 55 107,84
7 Nanaet Dubesi Laktutus 47 50 97 43 91,49 54 108,00 97 100,00 44 93,62 49 98,00 93 95,88 46 97,87 54 108,00 100 103,09 46 97,87 54 108,00 100 103,09
8 Kota Atambua Kota 197 198 395 187 94,92 192 96,97 379 95,95 190 96,45 191 96,46 381 96,46 188 95,43 189 95,45 377 95,44 189 95,94 189 95,45 378 95,70
9 Atambua Barat Umanen 262 255 517 206 78,63 252 98,82 458 88,59 226 86,26 236 92,55 462 89,36 223 85,11 246 96,47 469 90,72 225 85,88 250 98,04 475 91,88
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 301 306 607 301 100,00 268 87,58 569 93,74 298 99,00 269 87,91 567 93,41 299 99,34 266 86,93 565 93,08 299 99,34 266 86,93 565 93,08
11 Tasifeto Timur Wedomu 168 160 328 155 92,26 162 101,25 317 96,65 155 92,26 162 101,25 317 96,65 151 89,88 146 91,25 297 90,55 151 89,88 146 91,25 297 90,55
12 Silawan 41 40 81 33 80,49 37 92,50 70 86,42 34 82,93 35 87,50 69 85,19 46 112,20 34 85,00 80 98,77 45 109,76 34 85,00 79 97,53
13 Raihat Haekesak 144 147 291 165 114,58 139 94,56 304 104,47 148 102,78 137 93,20 285 97,94 156 108,33 128 87,07 284 97,59 156 108,33 128 87,07 284 97,59
14 Lasiolat Aululik 72 71 143 76 105,56 75 105,63 151 105,59 71 98,61 71 100,00 142 99,30 77 106,94 85 119,72 162 113,29 77 106,94 85 119,72 162 113,29
15 Lamaknen Weluli 104 112 216 85 81,73 71 63,39 156 72,22 74 71,15 64 57,14 138 63,89 75 72,12 76 67,86 151 69,91 75 72,12 76 67,86 151 69,91
16 Dilumil 40 46 86 38 95,00 29 63,04 67 77,91 38 95,00 29 63,04 67 77,91 43 107,50 28 60,87 71 82,56 43 107,50 28 60,87 71 82,56
17 Lamaknen Selatan Nualain 87 89 176 83 95,40 77 86,52 160 90,91 79 90,80 67 75,28 146 82,95 85 97,70 65 73,03 150 85,23 78 89,66 72 80,90 150 85,23
JUMLAH (KAB/KOTA) 2.222 2.289 4.511 2.139 96,26 2.079 90,83 4.218 93,50 2.129 95,81 2.034 88,86 4.163 92,29 2.144 96,49 1.981 86,54 4.125 91,44 2.149 96,71 2.001 87,42 4.150 92,00
CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
BAYI 6-11 BULAN ANAK BALITA (12-59 BULAN) BALITA (6-59 BULAN)
MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH BAYI JUMLAH JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Raimanuk Webora 35 36 71 35 100,00 36 100,00 71 100,00 239 230 469 239 100,00 230 100,00 469 100,00 274 266 540 274 100,00 266 100,00 540 100,00
2 Rafae 71 79 150 71 100,00 79 100,00 150 100,00 400 389 789 400 100,00 389 100,00 789 100,00 471 468 939 471 100,00 468 100,00 939 100,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 110 97 207 117 106,36 97 100,00 214 103,38 744 759 1.503 744 100,00 759 100,00 1.503 100,00 854 856 1.710 861 100,82 856 100,00 1.717 100,41
4 Kakuluk Mesak Atapupu 55 42 97 55 100,00 42 100,00 97 100,00 373 345 718 373 100,00 345 100,00 718 100,00 428 387 815 428 100,00 387 100,00 815 100,00
5 Haliwen 90 115 205 90 100,00 115 100,00 205 100,00 589 548 1.137 589 100,00 548 100,00 1.137 100,00 679 663 1.342 679 100,00 663 100,00 1.342 100,00
6 Ainiba 16 16 32 16 100,00 16 100,00 32 100,00 88 77 165 88 100,00 77 100,00 165 100,00 104 93 197 104 100,00 93 100,00 197 100,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 22 29 51 22 100,00 29 100,00 51 100,00 167 151 318 167 100,00 151 100,00 318 100,00 189 180 369 189 100,00 180 100,00 369 100,00
8 Kota Atambua Kota 185 159 344 185 100,00 159 100,00 344 100,00 1.101 929 2.030 1.101 100,00 929 100,00 2.030 100,00 1.286 1.088 2.374 1.286 100,00 1.088 100,00 2.374 100,00
9 Atambua Barat Umanen 119 110 229 119 100,00 110 100,00 229 100,00 676 620 1.296 676 100,00 620 100,00 1.296 100,00 795 730 1.525 795 100,00 730 100,00 1.525 100,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 147 128 275 145 98,64 128 100,00 273 99,27 948 747 1.695 948 100,00 777 104,02 1.725 101,77 1.095 875 1.970 1.093 99,82 905 103,43 1.998 101,42
11 Tasifeto Timur Wedomu 69 64 133 69 100,00 64 100,00 133 100,00 622 591 1.213 622 100,00 591 100,00 1.213 100,00 691 655 1.346 691 100,00 655 100,00 1.346 100,00
12 Silawan 16 17 33 16 100,00 17 100,00 33 100,00 145 140 285 145 100,00 140 100,00 285 100,00 161 157 318 161 100,00 157 100,00 318 100,00
13 Raihat Haekesak 67 49 116 67 100,00 49 100,00 116 100,00 477 413 890 477 100,00 413 100,00 890 100,00 544 462 1.006 544 100,00 462 100,00 1.006 100,00
14 Lasiolat Aululik 39 36 75 38 97,44 36 100,00 74 98,67 231 222 453 231 100,00 222 100,00 453 100,00 270 258 528 269 99,63 258 100,00 527 99,81
15 Lamaknen Weluli 35 30 65 35 100,00 30 100,00 65 100,00 270 308 578 270 100,00 308 100,00 578 100,00 305 338 643 305 100,00 338 100,00 643 100,00
16 Dilumil 23 22 10 23 100,00 22 100,00 10 100,00 132 118 250 132 100,00 118 100,00 250 100,00 155 140 295 155 100,00 140 100,00 295 100,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 45 37 82 45 100,00 37 100,00 82 100,00 359 333 692 359 100,00 333 100,00 692 100,00 404 370 774 404 100,00 370 100,00 774 100,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 1.144 1.066 2.175 1.148 100,35 1.066 100,00 2.179 100,18 7.561 6.920 14.481 7.561 100,00 6.950 100,43 14.511 100,21 8.705 7.986 16.691 8.709 100,05 8.016 100,38 16.725 100,20
JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
BALITA
JUMLAH BALITA DITIMBANG BGM
NO KECAMATAN PUSKESMAS
DILAPORKAN (S) JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P
L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 2 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 308 286 594 284 272 556 92,21 95,10 93,60 20 7,04 19 6,99 39 7,01
2 Rafae 537 505 1.042 551 481 1.032 102,61 95,25 99,04 12 2,18 11 2,29 23 2,23
3 Tasifeto Barat Halilulik 929 917 1.846 820 802 1.622 88,27 87,46 87,87 34 4,15 28 3,49 62 3,82
4 Kakuluk Mesak Atapupu 464 446 910 399 379 778 85,99 84,98 85,49 4 1,00 2 0,53 6 0,77
5 Haliwen 720 709 1.429 593 618 1.211 82,36 87,17 84,74 9 1,52 6 0,97 15 1,24
6 Ainiba 115 107 222 100 93 193 86,96 86,92 86,94 3 3,00 3 3,23 6 3,11
7 Nanaet Dubesi Laktutus 207 201 408 160 158 318 77,29 78,61 77,94 5 3,13 5 3,16 10 3,14
8 Kota Atambua Kota 516 490 1.006 309 300 609 59,88 61,22 60,54 13 4,21 7 2,33 20 3,28
9 Atambua Barat Umanen 892 835 1.727 560 540 1.100 62,78 64,67 63,69 12 2,14 12 2,22 24 2,18
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 1.347 1.179 2.526 1.016 902 1.918 75,43 76,51 75,93 12 1,18 13 1,44 25 1,30
11 Tasifeto Timur Wedomu 756 710 1.466 702 669 1.371 92,86 94,23 93,52 9 1,28 9 1,35 18 1,31
12 Silawan 175 171 346 165 162 327 94,29 94,74 94,51 1 0,61 1 0,62 2 0,61
13 Raihat Haekesak 588 529 1.117 537 470 1.007 91,33 88,85 90,15 13 2,42 12 2,55 25 2,48
14 Lasiolat Aululik 294 276 570 260 247 507 88,44 89,49 88,95 3 1,15 3 1,21 6 1,18
15 Lamaknen Weluli 333 335 668 328 353 681 98,50 105,37 101,95 12 3,66 10 2,83 22 3,23
16 Dilumil 168 141 309 158 134 292 94,05 95,04 94,50 10 6,33 6 4,48 16 5,48
17 Lamaknen Selatan Nualain 459 409 868 443 407 850 96,51 99,51 97,93 10 2,26 10 2,46 20 2,35
JUMLAH (KAB/KOTA) 8.808 8.246 17.054 7.385 6.987 14.372 83,84 84,73 84,27 182 2,46 157 2,25 339 2,36
CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
JUMLAH JUMLAH JUMLAH MURID SD/MI MURID SD/MI DIPERIKSA PERLU PERAWATAN MENDAPAT PERAWATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH SD/MI DGN SD/MI
% %
SD/MI SIKAT GIGI MENDAPAT
MASSAL YAN. GIGI
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 Raimanuk Webora 6 6 100,00 6 100,00 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
2 Rafae 7 5 71,43 7 100,00 797 736 1.533 1.314 164,87 1.453 197,42 2.767 180,50 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 17 4 23,53 17 100,00 1.628 1.506 3.134 484 29,73 473 31,41 957 30,54 134 139 273 51 38,06 49 35,25 100 36,63
4 Kakuluk Mesak Atapupu 6 6 100,00 6 100,00 767 736 1.503 310 40,42 356 48,37 666 44,31 49 48 97 54 110,20 52 108,33 106 109,28
5 Haliwen 11 11 100,00 11 100,00 1.049 1.326 2.375 882 84,08 919 69,31 1.801 75,83 188 251 439 34 18,09 55 21,91 89 20,27
6 Ainiba 2 2 100,00 2 100,00 224 174 398 313 139,73 241 138,51 554 139,20 48 36 84 41 85,42 28 77,78 69 82,14
7 Nanaet Dubesi Laktutus 6 1 16,67 1 16,67 375 408 783 324 86,40 338 82,84 662 84,55 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 10 10 100,00 10 100,00 2.033 1.979 4.012 5.712 280,96 5.182 261,85 10.894 271,54 3.284 2.873 6.157 1.012 30,82 943 32,82 1.955 31,75
9 Atambua Barat Umanen 8 8 100,00 8 100,00 1.372 1.242 2.614 1.304 95,04 1.203 96,86 2.507 95,91 552 555 1.107 - 0,00 - 0,00 - 0,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 8 8 100,00 8 100,00 1.604 1.842 3.446 1.975 123,13 2.095 113,74 4.070 118,11 25 24 49 - 0,00 - 0,00 - 0,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 14 14 100,00 14 100,00 1.313 1.165 2.478 1.095 83,40 1.002 86,01 2.097 84,62 7 5 12 - 0,00 - 0,00 - 0,00
12 Silawan 2 4 200,00 4 200,00 328 297 625 703 214,33 667 224,58 1.370 219,20 181 174 355 59 32,60 50 28,74 109 30,70
13 Raihat Haekesak 13 - 0,00 - 0,00 1.162 1.221 2.383 200 17,21 185 15,15 385 16,16 23 12 35 12 52,17 12 100,00 24 68,57
14 Lasiolat Aululik 10 9 90,00 10 100,00 579 545 1.124 579 100,00 545 100,00 1.124 100,00 64 68 132 33 51,56 38 55,88 71 53,79
15 Lamaknen Weluli 12 12 100,00 12 100,00 682 589 1.271 648 95,01 583 98,98 1.231 96,85 2 - 2 26 1300,00 25 #DIV/0! 51 2550,00
16 Dilumil 4 4 100,00 4 100,00 312 275 587 - 0,00 - 0,00 - 0,00 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 12 - 0,00 - 0,00 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
JUMLAH (KAB/ KOTA) 148 104 70,27 120 81,08 14.225 14.041 28.266 15.843 111,37 15.242 108,55 31.085 109,97 4.557 4.185 8.742 1.322 29,01 1.252 29,92 2.574 29,44
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
USILA (60TAHUN+)
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 588 510 1.098 145 24,66 107 20,98 252 22,95
2 Rafae 456 489 945 280 61,40 320 65,44 600 63,49
3 Tasifeto Barat Halilulik 217 463 680 132 60,83 306 66,09 438 64,41
4 Kakuluk Mesak Atapupu 203 370 573 96 47,29 144 38,92 240 41,88
5 Haliwen 208 571 779 121 58,17 358 62,70 479 61,49
6 Ainiba 336 484 820 128 38,10 140 28,93 268 32,68
7 Nanaet Dubesi Laktutus 416 607 1.023 217 52,16 225 37,07 442 43,21
8 Kota Atambua Kota 1.290 1.307 2.597 561 43,49 501 38,33 1.062 40,89
9 Atambua Barat Umanen 567 803 1.370 2 0,35 0 - 2 0,15
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 130 256 386 67 51,54 99 38,67 166 43,01
11 Tasifeto Timur Wedomu 463 486 949 213 46,00 279 57,41 492 51,84
12 Silawan 351 439 790 114 32,48 181 41,23 295 37,34
13 Raihat Haekesak 874 741 1.615 342 39,13 290 39,14 632 39,13
14 Lasiolat Aululik 1.492 1.907 3.399 248 16,62 233 12,22 481 14,15
15 Lamaknen Weluli 1.102 1.550 2.652 508 46,10 768 49,55 1.276 48,11
16 Dilumil 683 728 1.411 173 25,33 180 24,73 353 25,02
17 Lamaknen Selatan Nualain 778 815 1.593 712 91,52 715 87,73 1.427 89,58
JUMLAH (KAB/KOTA) 10.154 12.526 22.680 4.059 39,97 4.846 38,69 8.905 39,26
CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PENDUDUK MENURUT JENIS JAMINAN DAN JENIS KELAMIN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD 157 10.035 35.240 37.804 61,50 63,92 2,20 3,77
4 RSK. Marianum Halilulik 70 2.298 7.329 7.329 28,68 32,83 7,93 3,19
PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BER-PHBS) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
RUMAH TANGGA
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH
JUMLAH % DIPANTAU % BER- PHBS
JUMLAH DIPANTAU BER- PHBS
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Raimanuk Webora 1.456 1.292 88,74 823 63,70
2 Rafae 2.484 2.444 98,39 1.356 55,48
3 Tasifeto Barat Halilulik 5.403 1.925 35,63 1.269 65,92
4 Kakuluk Mesak Atapupu 3.328 2.185 65,66 1.862 85,22
5 Haliwen 6.298 4.500 71,45 3.796 84,36
6 Ainiba 569 541 95,08 284 52,50
7 Laktutus 1.136 581 51,14 253 43,55
8 Kota Atambua Kota 4.584 3.111 67,87 2.512 80,75
9 Atambua Barat Umanen 6.076 4.908 80,78 2.882 58,72
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 7.611 5.031 66,10 3.976 79,03
11 Tasifeto Timur Wedomu 4.591 3.613 78,70 3.608 99,86
12 Silawan 1.024 823 80,37 665 80,80
13 Raihat Haekesak 4.003 2.099 52,44 1.763 83,99
14 Lasiolat Aululik 1.618 1.443 89,18 968 67,08
15 Lamaknen Weluli 2.392 1.639 68,52 1.307 79,74
16 Dilumil 946 779 82,35 653 83,83
17 Lamaknen Selatan Nualain 1.924 1.786 92,83 1.175 65,79
JUMLAH (KAB/KOTA) 55.443 38.700 69,80 29.152 75,33
2015 2016
RUMAH MEMENUHI SYARAT JUMLAH RUMAH DIBINA MEMENUHI RUMAH MEMENUHI SYARAT
JUMLAH RUMAH DIBINA
(RUMAH SEHAT) RUMAH YANG SYARAT (RUMAH SEHAT)
NO KECAMATAN PUSKESMAS SELURUH
BELUM
RUMAH
MEMENUHI
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
SYARAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Raimanuk Webora 1116 414 37,10 337 337 100,00 337 100,00 602 53,94
2 Rafae 1859 923 49,65 720 720 100,00 720 100,00 975 52,45
3 Tasifeto Barat Halilulik 3331 2.478 74,39 1663 1.663 100,00 1.663 100,00 1.783 53,53
4 Kakuluk Mesak Atapupu 2223 1.364 61,36 1501 1.501 100,00 1.501 100,00 1.487 66,89
5 Haliwen 4545 4.027 88,60 2389 2.389 100,00 2.389 100,00 1.657 36,46
6 Ainiba 485 164 33,81 170 170 100,00 170 100,00 299 61,65
7 Nanaet Dubesi Laktutus 782 190 24,30 358 358 100,00 358 100,00 553 70,72
8 Kota Atambua Kota 3291 543 16,50 959 959 100,00 959 100,00 1.771 53,81
9 Atambua Barat Umanen 4703 847 18,01 3166 3.166 100,00 3.166 100,00 3.718 79,06
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 4582 2.190 47,80 1217 1.217 100,00 1.217 100,00 3.507 76,54
11 Tasifeto Timur Wedomu 3027 2.161 71,39 967 967 100,00 967 100,00 2.649 87,51
12 Silawan 806 598 74,19 189 189 100,00 189 100,00 611 75,81
13 Raihat Haekesak 3307 1.644 49,71 2341 2.341 100,00 2.341 100,00 1.779 53,79
14 Lasiolat Aululik 1281 730 56,99 300 300 100,00 300 100,00 796 62,14
15 Lamaknen Weluli 1898 322 16,97 1054 1.054 100,00 1.054 100,00 1.059 55,80
16 Dilumil 751 195 25,97 234 234 100,00 234 100,00 236 31,42
17 Lamaknen Selatan Nualain 1586 281 17,72 713 713 100,00 713 100,00 176 11,10
JUMLAH (KAB/KOTA) 39.573 19.071 48,19 18.278 18.278 100,00 18278 100,00 23.658 59,78
PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN #
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH PENDUDUK
JUMLAH PENDUDUK
MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI
MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
JUMLAH
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
SARANA
SARANA
SARANA
SARANA
SARANA
SARANA
SARANA
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
1 Raimanuk Webora 5.809 22 3.519 22 2.452 - - - - - - - - - - - - 8 1.284 3 944 - - - - 32 3.265 19 1.067 4.463 76,83
2 Rafae 10.300 60 4.236 15 2.877 1 230 1 230 2 2.201 2 2.201 - - - - - - - - - - - - 14 820 10 513 5.821 56,51
3 Tasifeto Barat Halilulik 20.210 230 5.750 223 5.575 6 1.200 4 800 4 800 11 950 - - - - 18 5.400 16 3.200 - - - - 93 2.325 93 2.325 12.850 63,58
4 Kakuluk Mesak Atapupu 11.137 996 9.732 426 6.985 - - - - - - - - - - - - 3 98 3 98 - - - - - - - - 7.083 63,60
5 Haliwen 21.608 307 8.537 191 6.352 38 629 30 312 3 250 3 250 - - - - 10 364 5 251 29 222 10 134 70 3.314 64 3.005 10.304 47,69
6 Ainiba 2.266 63 1.525 50 1.525 - - - - 4 445 4 445 - - - - - - - - - - - - - - - - 1.970 86,94
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4.432 37 1.789 35 1.689 - - - - - - - - - - - - 23 1.081 23 1.081 - - - - 8 502 8 502 3.272 73,83
8 Kota Atambua Kota 17.889 336 1.640 326 1.640 - - - - 2 10 2 10 - - - - 8 300 8 300 - - - - 1.998 12.900 1.988 12.900 14.850 83,01
9 Atambua Barat Umanen 23.461 1.487 8.861 992 8.861 5 37 5 37 - - - - - - - - - - - - - - - - 42 247 42 247 9.145 38,98
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 27.245 742 11.950 598 9.169 8 70 8 70 - - - - 103 1.884 103 1.884 16 428 16 428 52 218 49 197 1.348 8.376 1.348 8.376 20.124 73,86
11 Tasifeto Timur Wedomu 14.870 137 3.862 135 1.842 - - - - - - - - - - - - 6 4.797 6 4.797 35 1.530 - - 34 5.034 34 5.034 11.673 78,50
12 Silawan 3.658 92 1.498 52 864 - - - - 12 1.444 11 1.444 - - - 2 122 - - - - - - 51 549 51 549 2.857 78,10
13 Raihat Haekesak 13.329 19 2.267 19 2.267 - - - - - - - - - - - - 7 1.694 7 1.694 - - - - 36 8.680 36 8.680 12.641 94,84
14 Lasiolat Aululik 6.681 5 42 2 42 - - - - - - - - - - - - 10 1.841 10 1.841 - - - - 88 3.646 64 1.963 3.846 57,57
15 Lamaknen Weluli 9.893 26 416 22 352 - - - - - - - - - - - - 25 2.026 18 1.458 7 169 7 169 33 3.364 33 3.364 5.343 54,01
16 Dilumil 3.881 6 90 1 15 - - - - - - - - 15 750 6 300 2 873 2 873 1 7 1 7 - - - - 1.195 30,79
17 Lamaknen Selatan Nualain 7.872 49 1.950 - - - - - - - - - - - - - - 34 5.867 20 3.290 15 75 8 40 - - - - 3.330 42,30
JUMLAH (KAB/KOTA) 204.541 4.614 67.664 3.109 52.507 58 2.166 48 1.449 27 5.150 33 5.300 118 2.634 109 2.184 172 26.175 137 20.255 139 2.221 75 547 3.847 53.022 3.790 48.525 130.767 63,93
PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
PENDUDUK
MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT
JUMLAH
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
NO KECAMATAN PUSKESMAS
% PENDUDUK
% PENDUDUK
% PENDUDUK
% PENDUDUK
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 Raimanuk Webora 5809 - - - - #DIV/0! 107 565 107 565 100,00 444 2.114 - - 0,00 360 1.655 - - 0,00 565 9,73
2 Rafae 10300 - - - - #DIV/0! 506 2.530 228 1.306 51,62 328 1.640 149 1.558 95,00 352 1.760 - - 0,00 2864 27,81
3 Tasifeto Barat Halilulik 20210 1 30 1 30 100,00 1.537 5.716 1.537 5.716 100,00 348 1.740 - - 0,00 868 4.340 - - 0,00 5746 28,43
4 Kakuluk Mesak Atapupu 11137 8 200 8 200 100,00 1.220 6.135 1.220 5.830 95,03 421 3.603 371 1.030 28,59 230 649 - - 0,00 7060 63,39
5 Haliwen 21608 - - - - #DIV/0! 1.898 7.555 1.245 5.923 78,40 1.464 5.499 1.455 6.350 115,48 613 3.936 - - 0,00 12273 56,80
6 Ainiba 2266 - - - - #DIV/0! 152 608 152 760 125,00 36 190 30 150 78,95 246 1.170 - - 0,00 910 40,16
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4432 - - - - #DIV/0! 186 930 186 930 100,00 114 570 - - 0,00 93 558 - - 0,00 930 20,98
8 Kota Atambua Kota 17889 - - - - #DIV/0! 3.046 16.780 3.046 16.780 100,00 94 470 94 470 100,00 102 560 - - 0,00 17250 96,43
9 Atambua Barat Umanen 23461 - - - - #DIV/0! 3.820 15.537 3.820 15.537 100,00 557 3.658 557 3.658 100,00 141 387 - - 0,00 19195 81,82
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 27245 - - - - #DIV/0! 3.221 14.816 3.221 14.816 100,00 639 3.140 639 3.140 100,00 223 1.080 - - 0,00 17956 65,91
11 Tasifeto Timur Wedomu 14870 - - - - #DIV/0! 525 3.484 525 3.484 100,00 780 4.705 - - 0,00 1.232 6.137 - - 0,00 3484 23,43
12 Silawan 3658 - - - - #DIV/0! 616 2.632 616 2.632 100,00 174 875 173 870 99,43 3 12 - - 0,00 3502 95,74
13 Raihat Haekesak 13329 - - - - #DIV/0! 740 3.242 740 3.843 118,54 739 3.257 739 3.257 100,00 504 2.914 - - 0,00 7100 53,27
14 Lasiolat Aululik 6681 - - - - #DIV/0! 316 1.625 316 1.625 100,00 328 1.610 264 1.296 80,50 499 2.151 - - 0,00 2921 43,72
15 Lamaknen Weluli 9893 9 270 9 270 100,00 52 260 52 260 100,00 596 2.980 42 210 7,05 749 3.745 - - 0,00 740 7,48
16 Dilumil 3881 - - - - #DIV/0! 125 625 125 625 100,00 268 914 - - 0,00 158 790 - - 0,00 625 16,10
17 Lamaknen Selatan Nualain 7872 - - - - #DIV/0! 134 670 134 670 100,00 264 1.320 106 530 40,15 182 364 - - 0,00 1200 15,24
JUMLAH (KAB/KOTA) 204.541 18 500 18 500 100,00 18.201 83.710 17.270 81.302 97,12 7.594 38.285 4.619 22.519 58,82 6.555 32.208 - - 0,00 104.321 51,00
PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
TEMPAT-TEMPAT UMUM
YANG ADA MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
JUMLAH TTU
NO KECAMATAN PUSKESMAS SD SLTP SLTA PUSKESMAS BINTANG NON BINTANG
UMUM
NON BINTANG
RUMAH SAKIT
PUSKESMAS
BINTANG
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
UMUM
SLTA
SLTP
SD
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 Raimanuk Webora 6 1 - 1 - - - 8 6 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 8 100,00
2 Rafae 7 3 2 1 - - - 13 7 100,00 3 100,00 2 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 13 100,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 17 6 5 1 1 - - 30 17 100,00 6 100,00 5 100,00 1 100,00 1 100,00 0 #DIV/0! - #DIV/0! 30 100,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 6 2 1 1 - - - 10 4 66,67 2 100,00 1 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 8 80,00
5 Haliwen 11 6 6 1 - - - 24 11 100,00 6 100,00 6 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 24 100,00
6 Ainiba 2 1 - 1 - - - 4 2 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 4 100,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 7 1 - 1 - - - 9 7 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 9 100,00
8 Kota Atambua Kota 10 2 2 1 1 - 4 20 10 100,00 2 100,00 2 100,00 1 100,00 1 100,00 0 #DIV/0! 4 100,0 20 100,00
9 Atambua Barat Umanen 8 3 4 1 2 - 5 23 7 87,50 3 100,00 4 100,00 1 100,00 2 100,00 0 #DIV/0! 5 100,0 22 95,65
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 8 4 3 1 - - 1 17 8 100,00 4 100,00 3 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - - 16 94,12
11 Tasifeto Timur Wedomu 14 2 1 1 - - - 18 14 100,00 2 100,00 1 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 18 100,00
12 Silawan 4 1 1 1 - - - 7 4 100,00 1 100,00 1 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 7 100,00
13 Raihat Haekesak 13 4 1 1 - - - 19 13 100,00 3 75,00 1 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 18 94,74
14 Lasiolat Aululik 10 2 2 1 - - - 15 10 100,00 2 100,00 2 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 15 100,00
15 Lamaknen Weluli 12 3 1 1 - - - 17 12 100,00 3 100,00 1 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 17 100,00
16 Dilumil 4 1 1 1 - - - 7 3 75,00 1 100,00 - - 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 5 71,43
17 Lamaknen Selatan Nualain 12 4 1 1 - - - 18 12 100,00 4 100,00 1 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 18 100,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 151 46 31 17 4 0 10 259 147 97,35 45 97,83 30 96,77 17 100,00 4 100,00 0 #DIV/0! 9 90,0 252 97,30
TPM MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI TPM TIDAK MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI
JUMLAH RUMAH DEPOT AIR RUMAH DEPOT AIR
NO KECAMATAN PUSKESMAS MAKANAN MAKANAN
TPM JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL % JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL %
JAJANAN JAJANAN
RESTORAN (DAM) RESTORAN (DAM)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
2 Rafae 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 16 0 9 4 0 13 81,25 0 3 0 0 3 18,75
4 Kakuluk Mesak Atapupu 11 0 5 4 1 10 90,91 0 1 0 0 1 9,09
5 Haliwen 57 0 10 3 25 38 66,67 0 5 0 14 19 33,33
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 32 3 10 6 13 32 100,00 0 0 0 0 0 0,00
9 Atambua Barat Umanen 81 0 53 17 0 70 86,42 0 11 0 0 11 13,58
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 31 2 16 4 0 22 70,97 0 5 0 0 5 16,13
11 Tasifeto Timur Wedomu 9 0 4 2 3 9 100,00 0 0 0 0 0 0,00
12 Silawan 11 0 3 3 0 6 54,55 0 2 3 0 5 45,45
13 Raihat Haekesak 3 0 2 1 0 3 100,00 0 0 0 0 0 0,00
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli 3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 3 100,00
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 254 5 112 44 42 203 79,92 0 28 3 16 47 18,50
MEMENUHI SYARAT
PERSENTASE TPM
PERSENTASE TPM
HIGIENE SANITASI
RUMAH MAKAN/
RUMAH MAKAN/
JUMLAH TPM
MINUM (DAM)
MINUM (DAM)
DIUJI PETIK
JASA BOGA
JASA BOGA
MAKANAN
MAKANAN
DEPOT AIR
DEPOT AIR
DIBINA
RESTORAN
RESTORAN
JAJANAN
JAJANAN
TOTAL
TOTAL
NO KECAMATAN PUSKESMAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
2 Rafae 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 9 0 3 0 0 3 33,33 9 13 9 4 0 26 288,89
4 Kakuluk Mesak Atapupu 10 0 1 0 0 1 10,00 10 11 4 1 1 17 170,00
5 Haliwen 13 0 5 0 14 19 146,15 13 38 10 3 25 76 584,62
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 14 0 0 0 0 0 0,00 14 32 10 6 13 61 435,71
9 Atambua Barat Umanen 44 0 11 0 0 11 25,00 44 70 53 17 0 140 318,18
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 32 0 0 0 0 0 0,00 32 36 16 10 0 62 193,75
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 2 9 4 2 3 18 900,00
12 Silawan 5 0 2 3 0 5 100,00 11 6 3 3 0 12 109,09
13 Raihat Haekesak 3 0 2 1 0 3 100,00 3 3 2 1 0 6 200,00
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli 3 0 1 0 2 3 100,00 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 133 0 25 4 16 45 33,83 138 218 111 47 42 418 302,90
PEMILIKAN/PENGELOLA
NO FASILITAS KESEHATAN
KEMENKES PEM.PROV PEM.KAB/KOTA TNI/POLRI BUMN SWASTA JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9
RUMAH SAKIT
1 RUMAH SAKIT UMUM 0 0 1 1 0 2 4
2 RUMAH SAKIT KHUSUS 0 0 0 0 0 0 -
PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
1 PUSKESMAS RAWAT INAP 0 0 3 0 0 0 3
- JUMLAH TEMPAT TIDUR 0 0 10 0 0 0 10
2 PUSKESMAS NON RAWAT INAP 0 0 14 0 0 0 14
3 PUSKESMAS KELILING 0 0 17 0 0 0 17
4 PUSKESMAS PEMBANTU 0 0 15 0 0 0 15
SARANA PELAYANAN LAIN
1 RUMAH BERSALIN 0 0 0 0 0 0 -
2 BALAI PENGOBATAN/KLINIK 0 0 0 0 0 3 3
3 PRAKTIK DOKTER BERSAMA 0 0 0 0 0 0 -
4 PRAKTIK DOKTER PERORANGAN 0 0 0 0 0 26 26
5 PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL 0 0 0 0 0 0 -
6 BANK DARAH RUMAH SAKIT 0 0 0 0 0 0 -
7 UNIT TRANSFUSI DARAH 0 0 0 0 0 1 1
SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
1 INDUSTRI FARMASI 0 0 0 0 0 0 -
2 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL 0 0 0 0 0 0 -
3 USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL 0 0 0 0 0 0 -
4 PRODUKSI ALAT KESEHATAN 0 0 0 0 0 0 -
5 PEDAGANG BESAR FARMASI 0 0 0 0 0 0 -
6 APOTEK 0 0 0 0 0 19 19
7 TOKO OBAT 0 0 0 0 0 21 21
8 PENYALUR ALAT KESEHATAN 0 0 0 0 0 0 -
Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu
TABEL 68
PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016
STRATA POSYANDU
POSYANDU AKTIF
NO KECAMATAN PUSKESMAS PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
JUMLAH
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Raimanuk Webora 7 35,00 6 30,00 3 15,00 4 20,00 20 7 35,00
2 Rafae 5 17,86 9 32,14 11 39,29 3 10,71 28 14 50,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0,00 14 29,17 29 60,42 5 10,42 48 34 70,83
4 Kakuluk Mesak Atapupu 0 0,00 2 10,53 12 63,16 5 26,32 19 17 89,47
5 Haliwen 6 19,35 10 32,26 12 38,71 3 9,68 31 15 48,39
6 Ainiba 0 0,00 3 50,00 2 33,33 1 16,67 6 3 50,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 15 68,18 4 18,18 3 13,64 0 0,00 22 3 13,64
8 Kota Atambua Kota 8 57,14 3 21,43 2 14,29 1 7,14 14 3 21,43
9 Atambua Barat Umanen 1 5,26 11 57,89 6 31,58 1 5,26 19 7 36,84
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 11 34,38 10 31,25 6 18,75 5 15,63 32 11 34,38
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0,00 3 6,67 21 46,67 21 46,67 45 42 93,33
12 Silawan 0 0,00 0 0,00 3 42,86 4 57,14 7 7 100,00
13 Raihat Haekesak 9 27,27 6 18,18 12 36,36 6 18,18 33 18 54,55
14 Lasiolat Aululik 0 0,00 9 42,86 12 57,14 0 0,00 21 12 57,14
15 Lamaknen Weluli 18 54,55 6 18,18 5 15,15 4 12,12 33 9 27,27
16 Dilumil 0 0,00 0 0,00 8 72,73 3 27,27 11 11 100,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 3 10,00 9 30,00 10 33,33 8 26,67 30 18 60,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 83 19,81 105 25,06 157 37,47 74 17,66 419 231 55,13
DESA/KELURAHAN SIAGA
JUMLAH DESA/
NO KECAMATAN PUSKESMAS
KELURAHAN PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Raimanuk Webora 4 1 2 1 - 4 100,00
2 Rafae 5 - 3 1 - 4 80,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 7 4 2 1 - 7 100,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 4 - 2 2 - 4 100,00
5 Haliwen 5 - 4 1 - 5 100,00
6 Ainiba 1 - 1 - - 1 100,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4 - 1 - - 1 25,00
8 Kota Atambua Kota 3 - 1 - - 1 33,33
9 Atambua Barat Umanen 4 - 1 - - 1 25,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 5 1 2 1 - 4 80,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 8 - 6 1 1 8 100,00
12 Silawan 1 - - 1 - 1 100,00
13 Raihat Haekesak 6 1 3 1 1 6 100,00
14 Lasiolat Aululik 7 - 3 2 - 5 71,43
15 Lamaknen Weluli 6 4 - 1 1 6 100,00
16 Dilumil 3 - 1 - 1 2 66,67
17 Lamaknen Selatan Nualain 8 4 1 - - 5 62,50
JUMLAH (KAB/KOTA) 81 15 33 13 4 65 80,25
a DOKTER
DR SPESIALIS DOKTER UMUM TOTAL DOKTER GIGI TOTAL
NO UNIT KERJA GIGI SPESIALIS
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Puskesmas Webora - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2 Puskesmas Rafae - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
3 Puskesmas Halilulik - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
4 Puskesmas Atapupu - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
5 Puskesmas Ainiba - - - - - - - - - - - - - - - - - -
6 Puskesmas Haliwen - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
7 Puskesmas Laktutus - - - - - - - - - - - - - - - - - -
8 Puskesmas Kota - - - 1 1 2 1 1 2 - 1 1 - - - - 1 1
9 Puskesmas Umanen - - - - 2 2 - 2 2 - - - - - - - - -
10 Puskesmas Atambua Selatan - - - - - - - - - - - - - - - - -
11 Puskesmas Wedomu - - - 1 1 2 1 1 2 1 - 1 - - - 1 - 1
12 Puskesmas Silawan - - - 1 - 1 1 - 1 - 1 1 - - - - 1 1
13 Puskesmas Haekesak - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
14 Puskesmas Aululik - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
15 Puskesmas Weluli - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
16 Puskesmas Dilumil - - - - - - - - - - - - - - - - - -
17 Puskesmas Nualain - - - - - - - - - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - 7 7 14 7 7 14 1 2 3 - - - 1 2 3
1 RSUD Atambua 4 4 8 8 10 18 12 14 26 - 2 2 - - - - 2 2
2 RSKM Halilulik 2 1 3 2 - 2 4 1 5 - - - - -
3 RS Sito Husada - 3 1 4 3 1 4 - - - - -
4 RS TNI - 2 2 - 2 2 - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 6 5 11 13 13 26 19 18 37 - 2 2 - - - - 2 2
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 6 5 11 20 20 40 26 25 51 1 4 5 - - - 1 4 5
TENAGA KEFARMASIAN
JUMLAH (KAB/KOTA) 6 32 38 - 13 13 6 45 51
a
KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGANb
NO UNIT KERJA
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Puskesmas Webora - 1 1 2 1 3
2 Puskesmas Rafae - 1 1 - 2 2
3 Puskesmas Halilulik - 1 1 1 1 2
4 Puskesmas Atapupu - - - - 1 1
5 Puskesmas Ainiba - - - - 1 1
6 Puskesmas Haliwen - 2 2 1 2 3
7 Puskesmas Laktutus 1 - 1 - 1 1
8 Puskesmas Kota - 1 1 1 2 3
9 Puskesmas Umanen - 1 1 - 1 1
10 Puskesmas Atambua Selatan - 1 1 2 - 2
11 Puskesmas Wedomu - 2 2 - 2 2
12 Puskesmas Silawan 1 - 1 2 - 2
13 Puskesmas Haekesak - 1 1 1 1 2
14 Puskesmas Aululik - 1 1 - - -
15 Puskesmas Weluli 1 - 1 - 3 3
16 Puskesmas Dilumil 1 - 1 - - -
17 Puskesmas Nualain 1 1 2 1 1 2
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 5 13 18 11 19 30
1 RSUD Atambua 1 2 3 1 2 3
2 RSKM Halilulik 2 3 5 1 - 1
3 RS Sito Husada - - - - - -
4 RS TNI - - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 3 5 8 2 2 4
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 8 18 26 13 21 34
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 Puskesmas Webora - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
2 Puskesmas Rafae - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
3 Puskesmas Halilulik - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
4 Puskesmas Atapupu - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
5 Puskesmas Ainiba - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
6 Puskesmas Haliwen - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
7 Puskesmas Laktutus - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
8 Puskesmas Kota - - - - - - - - - - - - 1 2 3 - - - - - - - 2 2 - - - - - - 1 4 5
9 Puskesmas Umanen - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
10 Puskesmas Atambua Selatan - - - - - - - - - - - - - 3 3 - - - - - - - - - - - - - - - - 3 3
11 Puskesmas Wedomu - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
12 Puskesmas Silawan - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
13 Puskesmas Haekesak - - - - - - - - - - - - 1 1 2 - - - - - - - - - - - - - - - 1 1 2
14 Puskesmas Aululik - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
15 Puskesmas Weluli - - - - - - - - - - - - 1 1 2 - - - - - - - - - - - - - - - 1 1 2
16 Puskesmas Dilumil - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
17 Puskesmas Nualain - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - - - - - - - - - - 3 29 32 - - - - - - - 2 2 - - - - - - 3 31 34
1 RSUD Atambua 2 2 4 - - - 1 2 3 - 1 1 2 7 9 - 1 1 - - - 2 1 3 2 5 7 - - - 9 19 28
2 RSKM Halilulik 1 - 1 - - - - - - - - - - 6 6 - - - - - - - 1 1 - - 1 7 8
3 RS Sito Husada - - - - - - - - - - - - 1 5 6 - - - - - - 1 2 3 - - 2 7 9
4 RS TNI - - - - - - - - - - - - 2 1 3 - - - - - - - - - - - 2 1 3
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 3 2 5 - - - 1 2 3 - 1 1 5 19 24 - 1 1 - - - 3 4 7 2 5 7 - - - 14 34 48
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 3 2 5 - - - 1 2 3 - 1 1 8 48 56 - 1 1 - - - 3 6 9 2 5 7 - - - 17 65 82
STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG TENAGA TENAGA PENUNJANG TOTAL
NO UNIT KERJA PEJABAT STRUKTURAL TENAGA PENDIDIK JURU
ADMINISTRASI TEKNOLOGI PERENCANAAN KEPENDIDIKAN KESEHATAN LAINNYA