Anda di halaman 1dari 239

16

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016


PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
i
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
ii
Pengarah
Theresia M.B. Saik,SKM.,M.Kes
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu

Ketua
Drg. Theresua Un Tae
Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Belu

Editor
P. Yustinus Laku Mali,SKM.,M.Ph
Siprianus Mali,A.Md.Kep
Yohana F. Sikone,SKM
Antonia G. Lau,A.Md.Keb
Heny Chr. Nahak,SKM

Anggota
Maria N.P. Ligoresi,SKM; Helga Wulandari Putri.

Kontributor
Badan Pusat Statistik Kabupaten Belu; BPJS Kabupaten Belu; RSUD. Gabriel Manek SVD
Atambua; RSK. Marianum Halilulik; RS. Sito Husada Atambua; Rumkitban Atambua; Bidang
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit; Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan; Bidang
Pelayanan Kesehatan; Bidang Kesehatan Keluarga, Subag Kepegawaian Dinkes Belu; Subag
Keuangan dan Perlengkapan Dinkes Kab. Belu.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016


iii
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
iv
KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELU

Puji syukur ke kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas


segala limpahan Rahmatnyalah, sehingga penyusunan Buku Profil
Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2016 ini dapat terselesaikan. Buku
Profil Kesehatan ini disusun dalam rangka menyajikan data atau
informasi yang akurat tentang situasi kesehatan dan berbagai
kegiatan yang telah dilaksanakan selama periode tahun 2016.
Profil Kesehatan Kabupaten Belu merupakan salah satu
media yang berperan dalam memantau dan mengevaluasi
pencapaian hasil pembangunan kesehatan serta hasil
penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Proses pengumpulan data
dimulai dari tingkat layanan kesehatan dan lintas sektor terkait. Data yang berasal dari unit
pelaksana teknis (puskesmas dan jaringannya) maupun Rumah Sakit dilakukan validasi dengan
masing-masing pengelola program di tingkat kabupaten. Hal ini dimaksudkan untuk
menyediakan data dan informasi yang berkualitas sebagai landasan pengambilan keputusan
dalam pembangunan kesehatan.
Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Profil ini, kami
sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kami berharap kerjasama ini tetap terjalin dengan
baik. Berikutnya untuk meningkatkan mutu profil kesehatan kabupaten Belu, kami mohon segala
masukan, kritik dan saran dari semua pihak. Semoga Profil Kesehatan ini dapat bermanfaat untuk
pelaksanaan kegiatan pembangunan kesehatan di masa datang.

Atambua, April 2017


KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BELU

THERESIA M.B. SAIK,SKM.,M.Kes


PEMBINA UTAMA MUDA (IV/C)
NIP. 19610809 198603 2 007

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016


v
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
vi
Hal
Kata Pengantar v
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Grafik xi
Daftar Gambar xv

BAB I Pendahuluan 1
I.1 Pendahuluan 1
I.2 Tujuan 2

BAB II Gambaran Umum 3


II.1 Lingkungan Geografis 3
II.2 Wilayah Administrasi 3
II.3 Keadaan Penduduk 4
II.4 Keadaan Ekonomi 7
II.5 Keadaan Pendidikan 8
II.6 Indeks Pembangunan Manusia 10

BAB III Derajat Kesehatan 13


III.1 Angka Kematian 13
III.2 Angka Kesakitan 17
III.3 Status Gizi 34

BAB IV Upaya Kesehatan 39


IV.1 Pelayanan Kesehatan Dasar 39
IV.2 Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang 59
IV.3 Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar 77
IV.4 Perbaikan Gizi Masyarakat 86
IV. 5 Pelayanan Kefarmasian 91
IV.6 Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan 95

BAB V Sumber Daya Kesehatan 97


V.1 Sarana Kesehatan 97
V.2 Tenaga Kesehatan 101
V.3 Pembiayaan Kesehatan 106

BAB VI Penutup 115


VI.1 Kesimpulan 115
VI.2 Penutup 117

Daftar Pustaka 119

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016


vii
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
viii
Hal

Tabel 2.1 Jumlah Desa, Kelurahan, Dusun, RW dan RT Menurut Kecamatan di 4


Kabupaten Belu Tahun 2015
Tabel 2.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Belu Menurut Kecamatan Tahun 5
2015
Tabel 2.3 Sex Ratio Penduduk Belu Menurut Golongan Umur Tahun 2015 6
Tabel 3.1 Jumlah Kasus PTM Kabupaten Belu Tahun 2016 33
Tabel 4.1 Data Kematian Ibu Kabupaten Belu Tahun 2016 48
Tabel 4.2 Rujukan dan Rujukan Balik di Kabupaten Belu Tahun 2016 67
Tabel 4.3 Cakupan Jenis Spesialisasi Penyakit Kabupaten Belu Tahun 2015 dan 67
2016
Tabel 4.4 Kegiatan Rujukan Pada Rumah Sakit Kabupaten Belu Tahun 2016 68
Tabel 4.5 Pencapaian indikator rawat inap rumah sakit tahun 2016 69
Tabel 4.6 Pelayanan Gawat Darurat di Rumah Sakit Tahun 2016 70
Tabel 4.7 Cakupan Pelayanan Bedah Rumah Sakit di Kabupaten Belu Tahun 2016 71
Tabel 4.8 Pelayanan Persalinan Rumah Sakit di Kabupaten Belu Tahun 2016 71
Tabel 4.9 Pelayanan Perinatologi Di Rumah Sakit Kabupaten Belu Tahun 2016 72
Tabel 4.10 Pemeriksaan Kesehatan Gigi & Mulut Rumah Sakit Kabupaten Belu Tahun 72
2016
Tabel 4.11 Pelayanan Transfusi Darah di Rumah Sakit Tahun 2016 72
Tabel 4.12 Pelayanan Radiologi Rumah Sakit Tahun 2016 73
Tabel 4.13 Usaha Kesehatan Kerja di Kabupaten Belu Tahun 2016 75
Tabel 4.14 Pengobatan Tradisional di Kabupaten Belu Tahun 2016 76
Tabel 4.15 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Kecamatan Dan 77
Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Tabel 4.16 Cakupan Standar Pelayanan Minimum Kabupaten Belu Tahun 2016 95
Tabel 5.1 Jumlah dan Proporsi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kategori di 101
Kabupaten Belu Tahun 2016

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016


ix
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
x
Hal
Grafik 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Belu Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013- 4
2015
Grafik 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Belu Menurut Kecamatan Tahun 2015 5
Grafik 2.3 Piramida Penduduk Kabupaten Belu Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin 7
Tahun 2015
Grafik 2.4 PDRB Kabupaten Belu atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013-2015 7
Grafik 2.5 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Belu Tahun 2012-2015 8
Grafik 2.6 Indikator Pendidikan Kabupaten Belu Tahun 2015 9
Grafik 2.7 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi 9
yang Dimiliki Kabupaten Belu Malaka Tahun 2015
Grafik 2.8 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Belu Serta Provinsi NTT Tahun 10
2012-2015
Grafik 2.9 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten di Provinsi NTT 11
Tahun 2015
Grafik 2.10 Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Belu Tahun 2012-2014 12
Grafik 2.11 Angka Harapan Hidup Penduduk NTT Menurut Kabupaten/Kota Tahun 12
2014
Grafik 3.1 Kasus Kemaian Neonatal, Bayi dan Balita Kabupaten Belu Tahun 2014- 13
2015
Grafik 3.2 Kasus Kematian Ibu Kabupaten Belu Tahun 2014-2016 16
Grafik 3.3 Jumlah Kasus Baru TB BTA Positif Kabupaten Belu Tahun 2014-2016 17
Grafik 3.4 Proporsi Pasien Baru TB BTA Positif Kabupaten Belu Tahun 2014-2016 18
Grafik 3.5 Proporsi Pasien Baru TB BTA Positif berdasarkan Wilayah Kerja 18
Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 3.6 Angka Notifikasi Kasus Baru BTA + dan Seluruh Kasus Per 100.000 19
Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
Grafik 3.7 Angka Notifikasi Kasus TB BTA+ per 100.000 Penduduk Menurut 19
Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 3.8 Angka Kesembuhan dan Keberhasilan Pengobatan TB BTA+ di Kabupaten 20
Belu Tahun 2013-2016
Grafik 3.9 Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien TB BTA Positif Menurut Puskesmas 20
Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 3.10 Jumlah Kematian Kasus TB Paru Kabupaten Belu Tahun 2013-2016 21
Grafik 3.11 Jumlah Kasus Pneumonia Kabupaten Belu Tahun 2013-2016 22
Grafik 3.12 Jumlah Kasus HIV Posittif Kabupaten Belu Tahun 2013-2016 23
Grafik 3.13 Jumlah Kasus AIDS Positif Kabupaten Belu Tahun 2013-2016 23
Grafik 3.14 Persentase Kasus HIV AIDS Menurut Kelompok Umur Tahun 2016 24
Grafik 3.15 Kasus Diare Kabupaten Belu Tahun 2013-2016 25
Grafik 3.16 Angka Penemuan Kasus Baru Kusta Kabupaten Belu Tahun 2013-2016 26
Grafik 3.17 Angka Cacat Tingkat II Per 100.000 Penduduk Tahun 2013-2016 27
Grafik 3.18 Kasus Campak Kabupaten Belu Tahun 2013-2016 28
Grafik 3.19 AFP Rate (Non Polio) Per 100.000 Penduduk Usia < 15 Tahun 29
Grafik 3.20 Jumlah Kasus DBD dan Kematian Akibat DBD Kabupaten Belu Tahun 30
2016
Grafik 3.21 Jumlah Kasus Malaria Positif dan Klinis Kabupaten Belu Tahun 2011- 32
2015
Grafik 3.22 Angka Kesakitan Malaria (Annual Paracite Incidence / API) Per 1.000 32
Penduduk Beresiko Tahun 2011-2015
Grafik 3.23 Jumlah Kasus Filariasis Kabupaten Belu Tahun 2013-2016 32
Grafik 3.24 Jumlah Kasus BBLR Kabupaten Belu Tahun 2013-2016 34
Grafik 3.25 Jumlah Kasus BGM Kabupaten Belu Tahun 2013-2016 35

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016


xi
Grafik 4.1 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 dan K4 di Kabupaten Belu 40
Tahun 2011-2016
Grafik 4.2 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K4 Menurut Wilayah Kerja 40
Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.3 Cakupan Pemberian 90 Tablet Tambah Darah (Zat Besi) Pada Ibu Hamil 41
Menurut Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.4 Cakupan Imunisasi TT5 Pada Wanita Usia Subur Berdasarkan Wilayah 42
Kerja Puskesmas di Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.5 Cakupan Imunisasi TT2+ Pada Ibu Hamil Berdasarkan Wilayah Kerja 43
Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.6 Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan dan di Fasiltas 44
Pelayanan KesehatanKabupaten Belu Tahun 2011-2016
Grafik 4.7 Cakupan Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Berdasarkan 44
Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.8 Cakupan Kunjungan Nifas (KF3) Kabupaten Belu Tahun 2011-2016 46
Grafik 4.9 Cakupan Kunjungan Nifas (KF3) Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas 46
Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.10 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Kabupaten Belu Tahun 47
2011-2016
Grafik 4.11 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Puskesmas 47
Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.12 Cakupan Peserta KB Baru Dan KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi 50
Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.13 Cakupan Peserta KB Baru Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten 50
Belu Tahun 2016
Grafik 4.14 Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Menurut Wilayah Kerja 51
Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.15 Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap Menurut Wilayah Kerja 52
Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.16 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Wilayah Kerja 53
Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.17 Persentase Cakupan Imunisasi Campak Pada Bayi Menurut Wilayah 55
Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.18 Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Wilayah Kerja 56
Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.19 Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Wilayah Kerja Puskesmas 56
Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.20 Cakupan Pelaksanaan Penjaringan Kesehatan Peserta Didik Kelas I 58
Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.21 Cakupan Pelaksanaan Penjaringan Kesehatan Peserta Didik Kelas VII dan 59
X Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.22 Persentase Kunjungan Puskesmas Tahun 2015-2016 59
Grafik 4.23 Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas Tahun 2016 60
Grafik 4.24 15 Besar Penyakit Rawat Jalan Tahun 2016 61
Grafik 4.25 Cakupan BOR Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016 62
Grafik 4.26 Cakupan BTO Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016 62
Grafik 4.27 Cakupan ALOS Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016 63
Grafik 4.28 Cakupan TOI Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016 63
Grafik 4.29 Cakupan GDR Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016 64
Grafik 4.30 15 Besar Penyakit Puskesmas Rawat Inap di Kabupaten Belu Tahun 2016 64
Grafik 4.31 Tingkat Kemandirian Keluarga di Kabupaten Belu Tahun 2015-2016 66
Grafik 4.32 Jumlah Kasus Dalam Keluarga Binaan Tahun 2016 66
Grafik 4.33 Jumlah Kunjungan rawat jalan Rumah Sakit di Kabupaten Belu, Tahun 68
2015 dan 2016
Grafik 4.34 15 Besar Penyakit Kunjungan Rawat Jalan RS Tahun 2016 69
Grafik 4.35 15 Penyakit terbanyak Kunjungan Rawat Inap RS di Kabupaten Belu 70
Tahun 2016
Grafik 4.36 Cakupan 10 Besar Penyakit Mata Tahun 2016 74
Grafik 4.37 10 Besar Penyakit Gangguan Jiwa Tahun 2016 74
Grafik 4.38 Presentasi Kunjungan Penderita Gangguan Jiwa di Puskesmas Tahun 75
2016
Grafik 4.39 Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Kabupaten Belu Tahun 2013-2016 79
Grafik 4.40 Jumlah Tempat penyelenggaraan Air Minum dan Jumlah Sampel yang 80
diperiksaBerdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu yang
memiliki Tempat Penyelenggaraan Air Minum Tahun 2016
Grafik 4.41 Persentase Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum 81

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016


xii
Layak Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.42 Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat) 82
Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.43 Persentase Rumah yang Memenuhi Syarat Kesehatan menurut Puskesmas 84
Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.44 Persentase Tempat-tempat Umum yang memenuhi Syarat Kesehatan 85
Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.45 Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)Memenuhi Syarat 86
Higiene Sanitasi berdasarkan wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016
Grafik 4.46 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Umur 0-6 Bulan Menurut 87
Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.47 Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita (6-59 Bulan) Menurut 88
Wlayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.48 Tren Cakupan Penimbangan Balita (D/S) Kabupaten Belu Tahun 2011- 89
2016
Grafik 4.49 Cakupan Penimbangan Balita (D/S) Menurut Wilayah Kerja Puskesmas 90
Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 4.50 Jumlah Kasus Gizi Buruk Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten 91
Belu Tahun 2016
Grafik 4.51 Jumlah Sarana Distribusi Kefarmasian Kabupaten Belu Tahun 2016 93
Grafik 5.1 Jumlah Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2010-1016 97
Grafik 5.2 Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2010- 98
2016
Grafik 5.3 Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten 98
Belu Tahun 2016
Grafik 5.4 Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap Tahun 2013-2016 99
Grafik 5.5 Rasio Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Per 1.000 Penduduk Di 100
Kabupaten Belu Tahun 2011-2016
Grafik 5.6 Rasio Dokter Spesialis terhadap 100.000 penduduk kabupaten Belu 102
tahun 2013-2016
Grafik 5.7 Rasio Dokter Umum terhadap 100.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun 103
2013-2016
Grafik 5.8 Rasio Dokter Umum Terhadap 100.000 Penduduk berdasarkan wilayah 103
kerja puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 5.9 Rasio Perawat terhadap 100.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun 104
2013-2016
Grafik 5.10 Rasio Perawat Terhadap 100.000 Penduduk berdasarkan wilayah kerja 104
puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 5.11 Rasio Bidan terhadap 100.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2013- 105
2016
Grafik 5.12 Rasio Bidan Terhadap 100.000 Penduduk berdasarkan wilayah kerja 105
puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Grafik 5.13 Alokasi Anggaran Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2013-2016 106
Grafik 5.14 Anggaran Kesehatan Kabupaten Belu Terhadap APBD Kabupaten Belu 107
Tahun 2013-2016
Grafik 5.15 Alokasi Dan Realisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2013- 107
2016
Grafik 5.16 Alokasi Dan Realisasi Anggaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) 108
Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
Grafik 5.17 Perkembangan Jumlah Peserta BPJS Kesehatan Tahun 2014-2016 111
Grafik 5.18 Proporsi Jumlah Peserta BPJS Kesehatan Per 31 Desember 2016 111
Grafik 5.19 Gambaran Jumlah Peserta BPJS Kesehatan Menurut Jenis Tahun 2014- 112
2016
Grafik 5.20 Jumlah Peserta BPJS Kesehatan Menurut Wilayah Kerja Puskesmas 112
Kabupaten Belu Per 31 Desember Tahun 2016
Grafik 5.21 Perkembangan Jumlah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Yang 113
Bekerja Sama Dengan BPJS Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2015 dan
2016

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016


xiii
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
xiv
Hal
Gambar 3.1 Pemetaan Kasus Kematian Neonatal Berdasarkan Wilayah Puskesmas 14
Kabupaten Belu Tahun 2016
Gambar 3.2 Pemetaan Kasus Kematian Bayi Kabupaten Belu Tahun 2016 14
Gambar 3.3 Pemetaan Kasus Kematian Balita Kabupaten Belu Tahun 2016 15
Gambar 3.4 Pemetaan Kasus Kematian Ibu Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas 16
Kabupaten Belu Tahun 2016
Gambar 3.5 Pemetaan Kasus Baru TB BTA Positif Kabupaten Belu Berdasarkan Wilayah 17
Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Gambar 3.6 Peta Penyebaran Kasus Kematian TB Paru Berdasarkan Wilayah Kerja 21
Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
Gambar 3.7 Peta Penyebaran Kasus Pneumonia Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas 22
Kabupaten Belu Tahun 2016
Gambar 3.8 Peta Penyebaran Kasus HIV AIDS Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas 24
Kabupaten Belu Tahun 2016
Gambar 3.9 Peta Penyebaran Kasus Diare Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas 25
Kabupaten Belu Tahun 2016
Gambar 3.10 Peta Penyebaran Kasus Baru Kusta Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas 26
Kabupaten Belu Tahun 2016
Gambar 3.11 Peta Penyebaran Kasus DBD Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas 30
Kabupaten Belu Tahun 2016
Gambar 3.12 Peta Penyebaran kasus Malaria Menurut Wilayah Kerja Puskesmas 31
Kabupaten Belu Tahun 2014-2015
Gambar 3.13 Peta Penyebaran BBLR Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten 35
Belu Tahun 2016
Gambar 3.14 Peta Penyebaran Kasus BGM Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas 36
Kabupaten Belu Tahun 2016
Gambar 3.15 Gambaran Pemetaan Kasus Gizi Buruk Kabupaten Belu Per-Wilayah 37
Puskesmas Tahun 2016

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016


xv
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
xvi
1
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016

I.1 Pendahuluan
Profil kesehatan kabupaten Belu merupakan gambaran situasi kesehatan kabupaten Belu
dan merupakan salah satu alat untuk melakukan evaluasi pelaksanaan program pembangunan
kesehatan. Penyusunan profil dilakukan didahului dengan pengumpulan data pada Sekretariat,
Bidang dan lintas sektor. Tahun 2016 telah dilaksanakan program dan kegiatan dalam upaya
peningkatan pembangunan kesehatan yang berdaya guna dan menjangkau masyarakat.
Pelaksanaan pembanguan kesehatan dilakukan melalui peningkatan kualitas sumber daya,
pengadaan peralatan dan obat-obatan serta peningkatan puskesmas dan jaringannya guna
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Penyusunan profil kesehatan kabupaten Belu tahun 2016 banyak dirasakan tantangan dan
hambatan terutama dalam penyajian data yang berkualitas, data-data yang dikumpulkan masih
ada yang belum lengkap, hal ini disebabkan karena keterlambatan pengiriman data puskesmas ke
Dinas Kesehatan kabupaten Belu sehingga proses pengolahan dan analisis data menjadi terlambat.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pendistribusian format data lampiran profil kesehatan
ke Bidang Dinas Kesehatan kabupaten Belu dan lintas sektor. Setelah dilakukan pengisian format,
dilanjutkan dengan pengentrian dan validasi data atau pemutakhiran data antara dinas kesehatan
dan puskesmas.
Indikator-indikator yang ditampilkan pada profil kesehatan antara lain indikator derajat
kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan. Indikator derajat kesehatan merupakan
indikator outcome, meliputi mortalitas dan morbiditas. Indikator upaya kesehatan merupakan
indikator output hasil kegiatan pelayanan kesehatan dasar maupun rujukan. Indikator sumber daya
kesehatan merupakan indikator input yang merupakan syarat pokok dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan. Secara umum dalam penyusunan profil kesehatan ini dilakukan analisis
deskriptif, analisis komprehensif antar puskesmas. Untuk melihat trend tahunan suatu indikator
tertentu dilakukan analisis kecenderungan. Secara terbatas dilakukan juga analisis hubungan antar
faktor risiko dengan output atau outcome. Untuk mempermudah dalam analisis, variabel indikator
yang tersedia pada tabel profil kesehatan ini, disajikan melalui tampilam tabel, gambar yang
disesuaikan dengan tujuan analisis seperti grafik garis, grafik batang dan peta.
Profil kesehayan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan informasi baik sektor kesehatan
sendiri maupun sektor non kesehatan, terutama dalam proses manajemen yang meliputi
perencanaan, penggerakkan, pengendalian dan monitoring serta evaluasi pembangunan kesehatan.
Untuk itu dilakukan diseminasi informasi melalui distribusi buku Profil Kesehatan ke berbagai
unit/sektor yang berkaitan dengan bidang kesehatan seperti Kemenkes RI, Dinas Kesehatan
Propinsi, Bappeda dan unit lainnya. Adapun sistematika penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Belu
tahun 2016 sebagai berikut:
BAB 1 Pendahuluan
Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan diterbitkannya Profil kesehatan Kabupaten Belu
serta sistematika penyajian.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 1 PENDAHULUAN


BAB 2 Gambaran Umum
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kabupaten Belu, uraian tentang letak geografis dan
informasi umum lainnya.
BAB 3 Situasi Derajat Kesehatan
menguraikan tentang Indikator mengenai Angka Kematian dan Angka Kesakitan
BAB 4 Upaya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang Pelayanan Kesehatan Dasar, Pelayanan Kesehatan Rujukan dan
Penunjang, Pemberantasan Penyakit Menular, Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi
Dasar, Perbaikan Gizi Masyarakat, Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Pelayanan
Kesehatan dalam Situasi Bencana. Disamping itu juga mengakomodir indikator Kinerja Standar
Pelayanan Minimaln (SPM) Bidang Kesehatan serta Upaya Kesehatan lainnya.
BAB 5 Sumber Daya Kesehatan
Bab ini mencakup Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan, Pembiayaan kesehatan dan Sumber Daya
Kesehatan lainnya.
BAB 6 Kesimpulan
Bab ini menyajikan hal hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil
Kesehatan Kabupaten Belu, selain keberhasilan, bab ini juga mengemukakan hal hal yang
dianggap masih kurang dalam rangka upaya mencapai Masyarakat Belu Sehat Merata - Berdaya.

LAMPIRAN :
1. TABEL IS-SPM ( 1 s/d 81 ).

I.2 Tujuan
Profil Kesehatan Kabupaten Belu merupakan salah satu media publikasi data dan informasi
yang berisi situasi dan kondisi kesehatan yang cukup komprehensif. Profil kesehatan kabupaten
Belu disusun berdasarkan ketersediaan data, informasi dan indikator kesehatan yang bersumber
dari unit teknis di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Belu serta institusi lain terkait seperti
Badan Pusat Statistik (BPS).
Tujuan diterbitkan buku Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2016, adalah sebagai bahan
informasi dan sebagai dasar perencanaan pembangunan kesehatan di kabupaten Belu. Dalam profil
kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2016 ini pembaca dapat memperoleh data dan informasi
mengenai Gambaran umum Kabupaten Belu, derajat kesehatan, Upaya kesehatan yang
dilaksanakan, dan sumber daya kesehatan yang ada di kabupaten Belu. Data informasi yang
ditampilkan dapat membantu dalam membandingkan capaian pembangunan kesehatan antara satu
wilayah kerja puskesmas dengan wilayah kerja puskesmas lainnya di kabupaten Belu, serta sebagai
dasar untuk perencanaan program pembangunan kesehatan selanjutnya.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 1 PENDAHULUAN


2
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
II.1 Lingkungan Geografis
Kabupaten Belu adalah salah satu kabupaten di Indonesia yang berbatasan langsung
dengan Negara tetangga. Kabupaten Belu terletak di sebelah Timur wilayah Nusa Tenggara
Timur, mempunyai luas wilayah 1.284,94 Km2atau 2,71% dari luas wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Timur, dengan keadaan morfologi sebagian besar wilayahnya berbukit-bukit dan
bergunung-gunung dengan derajat kemiringan (>50%). Secara astronomis Kabupaten Belu
terletak pada koordinat 12401260 Bujur Timur dan 90 100 Lintang Selatan, berada pada
persimpangan Negara Timor Leste serta pada titik silang antara Kabupaten Flores Timur dan
Kabupaten TTU, dengan batas wilayah :
Sebelah Utara : Selat Ombai
Sebelah Selatan : Laut Timor dan Kabupaten Malaka
Sebelah Timur : Negara Timor Leste
Sebelah Barat : Kabupaten TTU dan TTS
Wilayah administrasi terbagi menjadi 12 Kecamatan, 12 Kelurahan dan 69 Desa.
Keadaan alam kabupaten Belu pada umumnya merupakan wilayah datar, berbukit-bukit
hingga pegunungan dengan sungai-sungai yang mengalir ke utara dan selatan mengikuti arah
kemiringan lerengnya dan variasi ketinggian antara 0 sampai dengan 1500m dpl. Topografi
dataran rendah (ketinggian 0-500m dpl) mendominasi wilayah Kabupaten Belu bagian selatan
dan sebagian kecil bagian utara, sedangkan wilayah bagian tengah terdiri dari area dataran
sedang. Dataran tinggi hanya terdapat di wilayah bagian timur yang berbatasan langsung dengan
RDTL dengan luas wilayah sekitar 17,40%. Sungai-sungai yang ada di kabupaten Belu, yaitu
sebanyak 2 sungai, mengalir dari bagian selatan dan bermuara di selat Ombai dan laut Timor.
Kabupaten Belu mempunyai temperatur rata-rata 21,5-33,7C beriklim tropis dan cenderung
kering. Iklim di kabupaten Belu ini dipengaruhi angin muson kering dari Australia yang berakibat
wilayah ini hanya mengalami musim hujan 3 sampai 4 bulan. Pada tahun 2014 kabupaten Belu
mengalami fluktuasi perubahan iklim yang cukup signifikan. Sebagian wilayah yang curah
hujannya tergolong cukup rendah, kabupaten Belu pernah mengalami rata-rata hari hujan
tertinggi sebanyak 27 hari dalam sebulanya itu pada bulan Januari.

II.2 Wilayah Administrasi


Kabupaten Belu terbentuk menjadi sebuah kabupaten pada tahun 1958 silam, dan sejak
pembentukkannya, kabupaten Belu telah melakukan pemekaran wilayah kecamatan, desa dan
kelurahan secara bertahap. Jumlah kecamatan yang semula hanya 12 kecamatan berkembang
menjadi 17 kecamatan pada tahun 2004, dan bertambah menjadi 24 kecamatan pada tahun
2007. Pada tahun 2013 terbentuk kabupaten Malaka sehingga kabupaten Belu terdiri dari 12
kecamatan. Berikut ini adalah penjabaran wilayah administrasi kabupaten Belu.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 2 GAMBARAN UMUM 3


Tabel 2.1
Jumlah Desa, Kelurahan, Dusun, RW dan RT Menurut Kecamatan
di Kabupaten Belu Tahun 2015
No Kecamatan Desa Kelurahan Dusun RW RT
1 Raimanuk 9 - 78 85 140
2 Tasifeto Barat 8 - 62 62 173
3 Kakuluk Mesak 6 - 33 28 96
4 Nanaet Dubesi 4 - 20 21 40
5 Kota Atambua - 4 - 24 124
6 Atambua Barat - 4 8 24 92
7 Atambua Selatan - 4 9 19 101
8 Tasifeto Timur 12 - 63 45 185
9 Raihat 6 - 31 22 95
10 Lasiolat 7 - 25 19 72
11 Lamaknen 9 - 46 44 99
12 Lamaknen Selatan 8 - 44 52 104
Kabupaten 69 12 419 445 1.321
Sumber :BPS Kabupaten Belu, 2016

II.3 Keadaan Penduduk


Penduduk kabupaten Belu terus bertambah setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan ekonomi di kabupaten. Masih tingginya angka kelahiran menjadi factor alami
penyebab pertumbuhan jumlah penduduk, disamping adanya migrasi masuk ke kabupaten Belu.
Berdasarkan laporan registrasi penduduk kabupaten Belu pada tahun 2015 adalah sebesar
204.541 jiwa, yang terdiri dari 100.922 jiwa laki-laki dan 103.619 jiwa perempuan. Berikut ini
adalah jumlah penduduk kabupaten Belu dari tahun 2013-2015
Grafik 2.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Belu Menurut Jenis Kelamin Tahun 2013-2015
250.000 3,0
Laki-laki Perempuan Jumlah Pertumbuhan

201.734 204.541
197.002 2,5
200.000
2,4
Pertumbuhan Penduduk

2,0
Jumlah Penduduk

150.000
1,8 1,4
1,5
97.221 99.781 99.301102.433 100.922 103.619
100.000
1,0

50.000
0,5

- -
2.013 2.014 2.015
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2015

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa pertumbuhan penduduk kabupaten Belu tiga
tahun terakhir cenderung naik turun. Untuk lebih jelasnya dapat dirinci jumlah penduduk
berdasarkan kecamatan.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 2 GAMBARAN UMUM 4


Grafik 2.2
Jumlah Penduduk Kabupaten Belu Menurut Kecamatan Tahun 2015

Kota Atambua 29.081

Tasifeto Barat 23.945

Atambua Selatan 23.510

Atambua Barat 23.461

Tasifeto timur 22.722

Kakuluk Mesak 19.625

Raimanuk 16.109

Lamaknen 13.774

Raihat 13.329

Lamaknen Selatan 7.872

Lasiolat 6.681

Nanaet Dubesi 4.432

- 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000


Sumber :BPS Kabupaten Belu, 2016

Dari grafik diatas diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat di kecamatan Kota
atambua yaitu 29.081 jiwa, dengan luas wilayah 24,9 Km2. Sedangkan jumlah penduduk terkecil
adalah kecamatan Nanaet Dubesi dengan jumlah penduduk 4.432 jiwa yang menempati wilayah
seluas 60,3 Km2.
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Belu Tahun 2015, jumlah penduduk Kabupaten Belu
204.541jiwa yang terdiri dari laki-laki 100.922 jiwa dan Perempuan 103.619 jiwa. Jumlah Rumah
tangga 46.865 KK dengan rata-rata 4 jiwa per rumah tangga dan kepadatan penduduk 159 orang
per Km2.Laju pertumbuhan penduduk kabupaten Belu menurut kecamatan tahun 2015 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.2
Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Belu Menurut
Kecamatan Tahun 2015
LAJU
NO KECAMATAN PERTUMBUHAN
PENDUDUK
1 Lamaknen 1,95
2 Raihat 0,53
3 Raimanuk 1,87
4 Lasiolat 4,60
5 Tasifeto Timur 1,43
6 Nanaet Dubesi 2,01
7 Tasifeto Barat 0,96
8 Kakuluk Mesak 1,77
9 Atambua Selatan 1,49
10 Lamaknen Selatan 0,27
11 Atambua Barat 0,66
12 Kota Atambua 1,24
13 Belu 1,40
Sumber :Statistik Daerah KabupatenBelu 2016

Masing-masing kecamatan memiliki pertumbuhan penduduk yang bervariasi. Pertumbuhan


tertinggi antara tahun 2014-2015 terjadi pada kecamatan Lasiolat sebesar 4,60%.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 2 GAMBARAN UMUM 5


Penyebaran penduduk tertinggi berada di kecamatan Kota Atambua sebesar 15,09% yang
mendiami wilayah seluas 1,94% dari total luas wilayah kabupaten Belu. Sedangkan penyebaran
penduduk terendah berada di kecamatan Nanaet Dubesi yaitu 0,73% yang mendiami wilayah
seluas 4,69% dari total luas wilayah kabupaten Belu. Kepadatan penduduk kabupaten Belu pada
tahun 2015 adalah 159jiwa/Km2, dengan konsentrasi pada 3 (tiga) kecamatan, yakni kecamatan
Kota Atambua sebesar 1.168 jiwa/Km2, kecamatan Atambua Barat 1.509 jiwa/Km2 dan kecamatan
Atambua Selatan 1.495 jiwa/Km2. Hal ini perlu menjadi perhatian karena menunjukkan adanya
ketimpangan pemerataan penduduk dimana kepadatan penduduk secara geografis hanya
menempati 2,30% dari total wilayah kabupaten Belu.
Berdasarkan komposisi penduduk menurut golongan umur, diperoleh angka dependency
ratio sebesar 77,12%. Artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif (15-64 tahun) harus
menanggung 77 orang penduduk yang belum atau tidak produktif lagi (usia 0-14 tahun dan usia
65 tahun keatas).
Pada tahun 2015, rasio jenis kelamin sebesar 100,02% yang berarti penduduk laki-laki di
kabupaten Belu lebih banyak 0,02% dibandingkan penduduk perempuan. Jika diperhatikan
secara parsial, rasio jenis kelamin tertinggi berada pada kelompok umur 55-59 tahun sebesar
121,37% dan terendah pada kelompok umur 35-39 tahun sebesar 88,97%. Pada usia 75 tahun
keatas dimana rasio jenis kelamin kurang dari seratus menggambarkan kenyataan bahwa
kemampuan bertahan hidup (survival rate) perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Rasio
jenis kelamin ini tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Tabel 2.3
Sex Ratio Penduduk Belu Menurut
Golongan Umur Tahun 2015
G OL O N G AN SEX
NO
U MU R R AT I O
1 0-4 101,96
2 5-9 103,08
3 10-14 103,49
4 15-19 101,29
5 20-24 99,30
6 25-29 93,73
7 30-34 89,34
8 35-39 88,97
9 40-44 93,31
10 45-49 94,41
11 50-54 110,98
12 55-59 121,37
13 60-64 116,83
14 65-69 101,63
15 70-74 105,06
16 75+ 99,21
Jumlah 100,02
Sumber :Statistik Daerah KabupatenBelu 2016,
hasilproyeksipenduduk 2011-2019

Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin pada tahun 2015 dapat digambarkan
dalam bentuk piramida penduduk. Dasar piramida menunjukkan jumlah penduduk, badan
piramida bagian kiri menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan badan piramida bagian
kanan menunjukkan jumlah penduduk perempuan. Piramida tersebut merupakan gambaran
struktur penduduk yang terdiri dari struktur penduduk muda, dewasa dan tua. Struktur penduduk
ini menjadi dasar bagi kebijakan kependudukan, sosial, budaya dan ekonomi.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 2 GAMBARAN UMUM 6


Grafik 2.3
Piramida Penduduk Kabupaten Belu Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2015
75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
(20.000) (15.000) (10.000) (5.000) - 5.000 10.000 15.000 20.000
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2016

Dari grafik di atas diketahui bahwa struktur penduduk Kabupaten Belu termasuk struktur
penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda yang masih
tinggi. Badan piramida besar, ini menunjukkan banyaknya penduduk pada usia 5-9 tahun dan 10-
14 tahun, baik laki-laki maupun perempuan.

II.4 Keadaan Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makro yang sering digunakan
sebagai ukuran untuk menilai hasil pembangunan khususnya dalam bidang ekonomi. Indikator ini
mengukur tingkat pertumbuhan output dalam suatu perekonomian, namun sesungguhnya juga
memberikan indikasi tentang sejauh mana aktivitas perekonomian pada suatu periode tertentu
telah menghasilkan nilai tambah untuk mendongkrak pendapatan masyarakat. Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2015 adalah PDRB yang dihitung berdasarkan tahun dasar
baru yakni 2010 = 100. Perubahan tahun dasar ini menerapkan sistem neraca nasional 2008 yang
juga diadopsi dunia internasional. Berikut ini dapat dilihat perubahan PDRB kabupaten Belu
tahun 2013 sampai dengan 2015.
Grafik 2.4
PDRB Kabupaten Belu atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2013-2015
3.500.000,0
3.000.000,0 2.766.770,5 3.066.642,3
2.483.837,2
2.500.000,0
2.000.000,0
1.500.000,0
1.000.000,0
500.000,0
-
2013 2014 2015
Sumber :Statistik Daerah KabupatenBelu 2016,
hasilproyeksipenduduk 2011-2019

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 2 GAMBARAN UMUM 7


Secara parsial, kategori administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib
memberikan sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan perekonomian kabupaten Belu yakni
sebesar 7,62% disusul kategori pengadaan listrik dan gas 6,91%, kategori jasa kesehatan dan
kegiatan sosial sebesar 6,81%. Pertumbuhan ekonomi kabupaten Belu melambat 5,21% pada
tahun 2015. Hal ini dipengaruhi penurunan produksi pertanian, penurunan pengeluaran
pemerintah dan kondisi perekonomian global. Berikut ini adalah grafik pertumbuhan ekonomi
kabupaten Belu.
Grafik 2.5
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Belu Tahun 2012-2015

6,50
6,00
5,50 5,28 6,03
5,00
5,74
4,50
2.012 5,21
2.013
2.014
Sumber :Statistik Daerah KabupatenBelu 2016, 2.015
hasilproyeksipenduduk 2011-2019

Tiga sektor utama yang memberikan kontribusi cukup besar pada struktur perekonomian
kabupaten Belu pada tahun 2015 adalah lapangan usaha pertanian (23,7%), lapangan usaha jasa
pendidikan (14,9%) dan lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan
sosial wajib (12,30%). Keadaan ini menunjukkan bahwa perekonomian masyarakat kabupaten
Belu masih mengandalkan sektor pertanian, dengan kata lain kabupaten Belu masih bertumpu
pada sektor pertanian (daerah agraris). Angka PDRB perkapita kabupaten Belu selama kurun
waktu tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 PDRB perkapita
kabupaten Belu sebesar 11,33 juta rupiah, meningkat menjadi 12,41 juta rupiah di tahun 2013,
meningkat menjadi 13,62 juta rupiah pada tahun 2014 dan mencapai 14,88 juta pada tahun
2015.

II.5 Keadaan Pendidikan


Pendidikan merupakan sarana dalam melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Kualitas tersebut dapat diamati dari sejumlah indikator, salah satunya adalah angka partisipasi
sekolah (APS). Pada tahun 2015 hampir semua penduduk usia sekolah dasar (7-12 tahun) sedang
bersekolah. Namun semakin tinggi jenjang pendidikannya justru semakin rendah partisipasi
penduduk yang bersekolah. Partisipasi penduduk dalam menyukseskan program Wajib Belajar 9
tahun di kabupaten Belu tergolong masih kurang. Hal ini dapat digambarkan dari rata-rata lama
sekolah penduduk kabupaten Belu/Malaka yang hanya 7,07 tahun 2014, atau dapat diartikan
bahwa penduduk kabupaten Belu memutuskan berhenti sekolah sampai tamat SD saja.
Kemampuan membaca dan menulis penduduk Belu/Malaka berdasarkan jenis kelamin
pada tahun 2015, masing-masing sebesar 97% penduduk laki-laki dan perempuan. Sementara 3%
dari penduduk Belu/Malaka tidak mampu membaca dan menulis.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 2 GAMBARAN UMUM 8


Grafik 2.6
Indikator Pendidikan Kabupaten Belu Tahun 2015
40.000 150
139
30.000
100 Guru
20.000 32.358 Murid
42 50
10.000 Sarana
2.140 875 6.836 672 22
2.518
- -
SD SLTP SLTA
Sumber :Statistik Daerah KabupatenBelu 2016,
hasilproyeksipenduduk 2011-2019

Pada tingkat sekolah dasar (SD), jumlah sekolah pada tahun 2015 berjumlah 139 unit dengan
rasio murid-guru sebesar 6. Artinya setiap satu orang guru menangani 6 orang murid. Rasio yang
lebih rendah dapat diamati pada level pendidikan yang lebih tinggi yakni SLTP sebesar 13. Pada
level SLTA, rasio murid-guru mencapai 26 murid tiap satu orang guru. Secara khusus, semakin
tinggi level pendidikan seyogyanya semakin rendah rasio rasio murid-guru. Hal ini dikarenakan
level pendidikan yang lebih tinggi membutuhkan konsentrasi lebih dari seorang guru terhadap
muridnya.
Komponen pengukuran tingkat pembangunan manusia suatu daerah yang cukup
berpengaruh yaitu komponen pendidikan. Perubahan yang terjadi secara terus menerus pada
perilaku masyarakat disebabkan oleh semakin meningkatnya tingkat pendidikan. Pendidikan juga
merupakan salah satu syarat mutlak pencapaian tujuan pembangunan manusia dan merupakan
target pembangunan sekaligus sarana pembangunan nasional.
Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan
ketrampilan manusia. Peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan
membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk mengenyam pendidikan hingga
pada peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Ijazah/STTB tertinggi
yang dimiliki seseorang merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal. Semakin tinggi
ijazah/STTB yang dimiliki oleh rata-rata penduduk suatu negara semakin tinggi taraf
intelektualitas negara tersebut.
Grafik 2.7
Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki
Kabupaten Belu Malaka Tahun 2015
SMU Kejuruan; D I,II; 1,34% D III; 3,01% Universitas; 6,77%
1,51% Tidak/ Belum
SMU Umum;
31,01% Memunyai ijasah;
11,14%

SD; 21,96%

SLTP; 23,27%

Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2016

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 2 GAMBARAN UMUM 9


Dilihat dari gambar diatas memberikan informasi bahwa penduduk Kabupaten Belu umur
10 tahun keatas yang memiliki Ijazah paling tinggi adalah SMU Umum (31,01%) dan yang paling
rendah adalah D I dan D II (1,34%).Kemampuan membaca dan menulis merupakan ketrampilan
dasar yang dibutuhkan oleh penduduk untuk menuju kehidupan yang lebih sejahtera.
Kemampuan membaca dan menulis tercermin dari angka melek huruf dan angka buta huruf.
Kemampuan baca tulis tercermin dari penduduk 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan
menulis huruf latin dan huruf lainnya. Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan,
penduduk yang tidak dapat membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada
kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan. Kabupaten
Belu pada tahun 2015persentase penduduk yang tidak mempunyai kemampuan membaca dan
menulis laki-laki 3,07% dan perempuan 2,89%.

II.6 Indeks Pembangunan Manusia


MenurutUnited Nations Development Programme (UNDP), Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar
kualitas hidup. IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar, sebagai ukuran kualitas
hidup, yaitu umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kehidupan yang layak. Untuk mengukur
dimensi umur panjang dan sehat (dimensi kesehatan) digunakan angka harapan hidup waktu
lahir. Untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indicator angka melek huruf
dan rata-rata lama sekolah. Sedangkan untuk mengukur dimensi kehidupan yang layak,
digunakan indicator kemampuan daya beli (purchasing power parity) masyarakat terhadap
sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita.
Berdasarkan skala internasional, capaian / nilai IPM dapat dibagi menjadi empat kategori, yaitu
kategori tinggi (IPM80), kategori menengah atas (65 IPM < 80), kategori menengah bawah
(50 IPM < 66) dan kategori rendah (IPM < 50). Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB)
telah menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia yaitu indeks pembangunan
manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI).
Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010 jumlah penduduk kabupaten Belu sebanyak
352.400 jiwa menempati urutan kedua terbanyak di provinsi NTT setelah kabupaten Timor
Tengah Selatan (TTS). Jika diproporsikan, sekitar 9,4% penduduk provinsi NTT mendiami
kabupaten TTS dan 7,5% penduduk berdomisili di kabupaten Belu.
Grafik 2.8
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Belu Serta Provinsi NTT Tahun 2012-2015
68,28 68,77
70 65,52 66,24 62,26
62,67
60 59,72
60,54
50
2012
2013
2014
IPM Kab. Belu IPM NTT 2015
Sumber :Statistik Daerah KabupatenBelu 2016

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 2 GAMBARAN UMUM 10


Nilai IPM Kabupaten Belu pada tahun 2015 sebesar 60,54 lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kondisi tahun 2014 yang sebesar 59,72. IPM Kabupaten Belu jika dilihat berdasarkan grafik diatas
diketahui bahwa cenderung menurun sampai dengan tahun 2014 dan meningkat pada tahun
2015.Hal ini juga sama terjadi pada IPM Provinsi NTT. Penurunan ini dikarenakan menurunnya
nilai dari komponen pembuat IPM ini, yaitu penurunan pada komponen angka harapan hidup
dan angka melek huruf.
Grafik 2.9
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten di Provinsi NTT
Tahun 2015

NTT 62,67
Kota Kupang 77,95
Ende 65,54
Ngada 65,10
Nagekeo 63,33
Sumba Timur 62,54
Lembata 62,16
Kupang 62,04
Sikka 61,81
Sumba Barat 61,36
Flores Timur 61,24
TTS 60,96
Manggarai 60,87
Belu 60,54
Sumba Tengah 60,53
Manggarai Barat 60,04
TTU 59,90
Alor 58,50
Rote Ndao 58,32
Sumba Barat Daya 57,91
Malaka 57,51
Manggarai Timur 56,83
Sabu Raijua 53,28
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
Sumber :Statistik Daerah KabupatenBelu 2016

Grafik di atas menunjukkan nilai IPM Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) Tahun
2015. Berdasarkan pembagian nilai IPM, belum ada Kabupaten di Provinsi NTT yang
mempunyai nilai IPM tinggi. Semua Kabupaten di Provinsi NTT masuk dalam kategori
IPM sedang. Nilai IPM tertinggi terdapat di Kota Kupang sebesar 77,95 dan IPM ter-
rendah terdapat di Kabupaten Sabu Raijua sebesar 53,28.
Strategi pembangunan nasional menempatkan sumber daya manusia sebagai
perspektif pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi seiring dengan peningkatan
sumber daya manusia. Beberapa faktor penting dalam pembangunan yang sangat efektif
bagi pembangunan manusia adalah pendidikan dan kesehatan. Kedua faktor ini
merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dimiliki untuk meningkatkan potensinya
dalam pembangunan. Pendidikan tercermin dalam rata-rata lama sekolah dan angka
melek huruf sedangkan pembangunan bidang kesehatan tercermin dalam angka harapan
hidup waktu lahir.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 2 GAMBARAN UMUM 11


Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk
dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur. Angka ini
adalah angka pendekatan yang menunjukkan kemampuan untuk bertahan hidup lebih
lama. AHH merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada
khususnya.
Grafik 2.10
Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Belu Tahun 2012-2014

62,26 62,31
62,17

2012 2013 2014


Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2016

Grafik di samping menunjukkan peningkatan AHH yang terjadi di Kabupaten Belu dari
tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Dengan jumlah AHH Kabupaten Belu pada
tahun 2014 mencapai 62,31.
Angka Harapan Hidup (AHH) kabupaten Belu jika dibandingkan dengan AHH tingkat
provinsi ternyata masih di bawah AHH provinsi, dan jika dibandingkan dengan
kabupaten/kota lain di NTT.
Grafik 2.11
Angka Harapan Hidup Penduduk NTT Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014

NTT 65,91
Kota Kupang 68,14
Sumba Tengah 67,65
Ngada 67,32
Manggarai timur 67,27
Sumba Barat Daya 67,08
Sumba Barat 66,11
Nagekeo 66,05
Manggarai Barat 65,98
TTU 65,89
Sikka 65,7
TTS 65,45
Lembata 65,35
Manggarai 64,78
Ende 64,27
Malaka 64,15
Flores Timur 63,88
Sumba Timur 63,48
Kupang 62,97
Rote Ndao 62,86
Belu 62,31
Alor 59,73
Sabu Raijua 57,98
52 54 56 58 60 62 64 66 68 70
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2015

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa Angka Harapan Hidup kabupaten Belu
mencapai 62,31, sedangkan untuk provinsi NTT mencapai 65,91.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 2 GAMBARAN UMUM 12


3
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
III.1 Kasus Kematian
A. Kematian Neonatal, Bayi dan Balita
Kematian neonatal merupakan kematian seorang bayi yang dilahirkan hidup dalam 7 hari
setelah kelahiran, dikenal juga dengan istilah kematian neonatal dini/perinatal dan kematian
seorang bayi yang dilahirkan hidup lebih dari 7 hari sampai kurang 29 hari dikenal dengan
kematian neonatal lanjut. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia
28 hari pertama kehidupan per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan salah satu indikator
derajat kesehatan bangsa. Tingginya angka Kematian Bayi ini dapat menjadi petunjuk kualitas
pelayanan maternal dan neonatal yang buruk, untuk itu dibutuhkan upaya untuk menurunkan
angka kematian bayi tersebut. Berikut ini adalah grafik kasus kematian neonatal, bayi dan balita.
Grafik 3.1
Kasus Kemaian Neonatal, Bayi dan Balita Kabupaten Belu Tahun 2014-2015

65
60
54

42
40

25
23
17

2014 2015 2016

Kematian Neonatal Kematian Bayi Kematian Balita

Sumber : Bidang Kesga

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa keadaan 3 tahun terakhir jumlah kematian
neonatal, bayi dan balita cenderung menurun. Dengan kondisi akhir pada tahun 2016 kematian
neonatal 42 kasus, kematian bayi 25 kasus dan kematian balita 3 kasus.

1. Neonatal
Neonatatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari. Pada masa
tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi
pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan
golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah
kesehatan biasa muncul, sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Berikut ini
adalah gambaran kematian neonatal kabupaten Belu tahun 2016.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Gambar 3.1
Pemetaan Kasus Kematian Neonatal Berdasarkan Wilayah Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Sumber : Bidang Kesga

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa 2 puskesmas tidak terdapat kasus kematian
neonatal yaitu puskesmas Silawan dan puskesmas Haliwen. Wilayah puskesmas yang berdasarkan
jumlah kasus kematian terbesar yang dilaporkan terjadi di puskesmas Haekesak dan puskesmas
Halilulik yaitu 8 kasus kematian neonatal.
2. Bayi
Bayi merupakan bayi dengan usia 0 sampai dengan 11 bulan. Kematian bayi kabupaten
Belu bila dilihat berdasarkan grafik 3.1, tiga tahun terakhir diketahui cenderung naik turun. Tahun
2014 berjumlah 60 kasus, 2015 berjumlah 17 kasus dan naik lagi di tahun 2016 menjadi 25 kasus
kematian bayi di kabupaten Belu. Hal ini wajib menjadi perhatian khusus dari Dinas Kesehatan
kabupaten Belu untuk mengatasi kasus kematian bayi tersebut. Berikut ini merupakan gambaran
kasus kematian bayi berdasarkan wilayah kerja puskesmas di kabupaten Belu tahun 2016.
Gambar 3.2
Pemetaan Kasus Kematian Bayi Kabupaten Belu Tahun 2016

Sumber : Bidang Kesga

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa Kasus kematian bayi terbesar terjadi di wilayah kerja
puskesmas Halilulik dengan jumlah kasus kematian bayi 7 kasus kematian di tahun 2016 dan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
terdapat 6 puskesmas yang tidak terjadi kasus kematian bayi yaitu puskesmas Rafae, puskesmas
Atambua Selatan, Puskesmas Atapupu, puskesmas Haliwen, Puskesmas Wedomu dan puskesmas
Dilumil.
3. Balita
Balita merupakan bayi atau anak berusia 0 sampai dengan 59 bulan. Kematian balita
kabupaten Belu tiga tahun terakhir cenderung turun dari tahun 2014 ditemukan 65 kasus
kematian balita, tahun 2015, 23 kasus dan tahun 2016 dilaporkan 3 kasus kematian balita di
kabupaten Belu. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus untuk penanganan sehingga di
kemudian hari kematian balita tidak lebih besar dari jumlah kasus kematian di tahun 2016 atau
bahkan tidak terjadi kasus kematian balita di kabupaten Belu. Gambaran kasus kematian di
kabupaten Belu tahun 2016 ini dapat digambarkan berdasarkan wilayah kerja puskesmas berikut
ini.
Gambar 3.3
Pemetaan Kasus Kematian Balita Kabupaten Belu Tahun 2016

Sumber : Bidang Kesga

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus kematian balita di kabupaten belu dilaporkan
di wilayah puskesmas Halilulik 1 kasus, puskesmas Weluli 1 kasus dan puskesmas Nualain 1 kasus.

B. Kematian Ibu
Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target sistem kesehatan
nasional, berdasarkan SDGs Goal 3 yaitu kesehatan yang baik, pada tahun 2030 mengurangi
angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu diperlukan
komitmen dan usaha keras yang terus menerus untuk mewujudkan tujuan tersebut.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Grafik 3.2
Kasus Kematian Ibu Kabupaten Belu Tahun 2014-2016

10 9

8
5
6

4 5

2014
2015
Sumber : Bidang Kesga
2016

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa tiga tahun terakhir kejadian kasus kematian ibu
cenderung turun naik, dengan jumlah kasus di tahun 2016 5 kasus. Berikut ini akan digambarkan
kasus kematian ibu berdasarkan wilayah kerja puskesmas di kabupaten Belu tahun 2016.
Gambar 3.4
Pemetaan Kasus Kematian Ibu Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Sumber : Bidang Kesga

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus kematian ibu terjadi di 4 wilayah kerja
puskesmas kabupaten Belu. Wilayah puskesmas tersebut antara lain puskesmas Nualain 1 kasus
kematian ibu, puskesmas Aululik 1 kasus, puskesmas Atambua Selatan 1 kasus dan puskesmas
Wedomu 2 kasus kematian ibu. Kasus kematian ibu di kabupaten Belu sudah selayaknya menjadi
perhatian khusus baik dari pemerintah maupun masyarakat. Semua pihak wajib berperan dalam
menurunkan jumlah kasus kematian ibu. Kasus kematian ibu berkaitan erat dengan pelayanan
dan fasilitas kesehatan di masyarakat dan juga pengetahuan masyarakat sendiri tentang hal ini.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
III.2 Kasus Kesakitan
A. Penyakit Menular
1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi
basil tuberkulosis.Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan case
notification rate (CNR) dan prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu
titik waktu tertentu) dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat
tuberkulosis dalam jangka waktu tertentu).
a) Kasus Baru BTA Positif
Pada tahun 2016 kabupaten Belu jumlah kasus baru BTA positif adalah 348 kasus yang
tersebar di wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu. Selain tercatat dan dilaporkan di wilayah
kerja puskesmas kabupaten Belu, kasus baru BTA positif ini juga dilaporkan dari rumah sakit di
wilayak kabupaten Belu. Dari 348 kasus tersebut jumlah kasus terbesar dilaporkan dari RSUD
Mgr. Gabriel Manek,SVD dengan jumlah 62 kasus. Berikut ini dapat dilihat trend kasus baru TB
BTA Positif kabupaten Belu tiga tahun terakhir.
Grafik 3.3
Jumlah Kasus Baru TB BTA Positif Kabupaten Belu Tahun 2014-2016
400 380
380
348
360
326
340
320
300
280
2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3

Dari grafik di atas diketahui bahwa trend jumlah kasus baru TB BTA positif cenderung
naik turun. Tahun 2014 berjumlah 380 kasus, tahun 2015 turun menjadi 326 kasus dan naik di
tahun 2016 menjadi 348 kasus. Berikut ini adalah gambaran kasus baru TB BTA positif
berdasarkan wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu tahun 2016.
Gambar 3.5
Pemetaan Kasus Baru TB BTA Positif Kabupaten Belu Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2016

Sumber : Bidang P3

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus baru TB BTA positif ditemukan di seluruh
wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu tahun 2016. Penemuan terbesar kasus baru TB BTA
positif ditemukan di wilayah kerja puskesmas Haliwen 43 kasus dan yang paling sedikit adalah
puskesmas Nualain yaitu 1 kasus.
b) Proporsi Pasien Baru BTA Positif di antara Semua Kasus TB
Proporsi pasien baru BTA+ diantara semua kasus TB menggambarkan prioritas penemuan
pasien TB yang menular diantara seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini diharapkan tidak
lebih rendah dari 65%. Apabila proporsi pasien baru BTA+ di bawah 65% maka hal itu
menunjukkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan dini. Berikut ini
adalah proporsi pasien baru BTA positif diantara seluruh kasus TB tiga tahun terakhir.
Grafik 3.4
Proporsi Pasien Baru TB BTA Positif Kabupaten Belu Tahun 2014-2016

91,57
70,5
64,21

2014 2015 2016


Sumber : Bidang P3

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa kabupaten Belu tahun 2016 proporsi pasien baru TB
BTA positif mencapai 64,21% lebih rendah dibandingkan dengan target 65%. Proporsi pasien
baru TB BTA positif berdasarkan wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu tahun 2016 dapat
digambarkan pada peta berikut ini.
Grafik 3.5
Proporsi Pasien Baru TB BTA Positif berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016
Kab Belu 64,21
Nualain 100,00
Dilumil 100,00
Laktutus 100,00
Haliwen 100,00
Rafae 100,00
Halilulik 95,65
Umanen 93,94
Aululik 91,67
Silawan 88,89
Haekesak 85,71
Ainiba 83,33
Webora 81,82
Wedomu 76,67
Weluli 66,67
Atapupu 50,00
Kota 39,13
Atambua Selatan 34,00
Target 65%
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Sumber : Bidang P3

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa proporsi pasien baru TB BTA positif masih di bawah
target dan terdapat 3 wilayah kerja puskesmas yang masih di bawah target yaitu puskesmas
Atapupu 50%, puskesmas Kota 39,13% dan puskesmas Atambua Selatan 34%. Bila dilihat dari
ketiga puskesmas tersebut dua diantaranya merupakan wilayah puskesmas daerah perkotaan.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Secara kasat mata dapat diketahui kesadaran dini untuk pemeriksaan dahak masyarakat
perkotaan lebih sedikit dibandingkan masyarakat pedesaan. Masyarakat menganggap batuk
berdahak lebih dari 2-3 minggu adalah batuk biasa, kurangnya penyuluhan tentang penyakit TBC
oleh petugas dan jarak rumah penderita ke fasilitas pelayanan kesehatan TK.I (puskesmas).
c) Angka Notifikasi Kasus atau Case Notification Rate (CNR)
Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang
ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila
dikumpulkan akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di
wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan (trend) meningkat atau menurunnya
penemuan pasien pada wilayah tersebut. Angka Notifikasi Kasus Baru BTA+ pada tahun 2016
Kabupaten Belu adalah 264,98 per 100.000 penduduk. Berikut ini grafik angka notifikasi Kasus
Baru BTA+ dan Seluruh kasus TB BTA+ per 100.000 penduduk empat tahun terakhir.
Grafik 3.6
Angka Notifikasi Kasus Baru BTA + dan Seluruh Kasus Per 100.000 Penduduk Kabupaten Belu
Tahun 2013-2016

206,83 278,58 264,98


500 176,47

206,3 196,4 161,6 170,14

0 Kasus Baru TB BTA + Seluruh Kasus TB BTA +


2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3
Berikut ini adalah gambaran besarnya angka notifikasi atau CNR kasus BTA+ menurut
puskesmas Kabupaten Belu tahun 2015.
Grafik 3.7
Angka Notifikasi Kasus TB BTA+ per 100.000 Penduduk Menurut Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Kab. Belu 264,98


Atapupu 287,33
Ainiba 264,78
Kota 257,14
Silawan 246,04
Haekesak 210,07
Wedomu 201,75
Haliwen 199
Webora 189,36
Atb. Selatan 183,52
Weluli 181,95
Dilumil 180,37
Aululik 179,61
Rafae 174,76
Umanen 140,66
Laktutus 135,38
Halilulik 113,81
Nualain 12,7

0 50 100 150 200 250 300


Sumber : Bidang P3

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Puskesmas dengan Kasus Baru BTA+ per 100.000 penduduk terendah adalah puskesmas Nualain
dengan angka notifikasinya adalah 12,7 sedangkan puskesmas dengan kasus baru BTA+ per
100.000 penduduk tertinggi adalah puskesmas Atapupu dengan angka notifikasinya 287,33.
CNR dianggap baik jika terjadi peningkatan minimal 5% dibandingkan dengan sebelumnya.
d) Angka Keberhasilan Pengobatan
Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan. Indikator yang digunakan
sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan pengobatan (success rate). Angka
keberhasilan pengobatan ini ditentukan dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.
Berikut ini dapat dilihat angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan tahun 2013 sampai
dengan tahun 2016.
Grafik 3.8
Angka Kesembuhan dan Keberhasilan Pengobatan TB BTA+ di Kabupaten Belu
Tahun 2013-2016

93,79 101,82 127


73,94
200
69,85 88,66 94,53 94,05

0
2013 2014 2015 2016
Angka Kesembuhan Angka Keberhasilan Pengobatan
Sumber : Bidang P3

Dari grafik diatas diketahui bahwa perkembangan angka keberhasilan pengobatan tahun 2013-
2016. Pada tahun 2016 angka keberhasilan pengobatan kabupaten Belu sebesar 127%. WHO
menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Dengan demikian pada tahun
2016 Kabupaten Belu telah melampaui standart tersebut. Berikut ini adalah gambar penyebaran
kesembuhan kasus TB BTA +.
Grafik 3.9
Angka Keberhasilan Pengobatan Pasien TB BTA Positif Menurut Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016
Kab. Belu 127
Nualain 160
Kota 115,38
Dilumil 114,29
Weluli 112,5
Atapupu 109,52
Atb. Selatan 107,14
Rafae 105,26
Silawan 100
Haekesak 100
Wedomu 100
Haliwen 100
Umanen 100
Laktutus 100
Halilulik 95,45
Webora 93,75
90
Target 85%
Aululik
Ainiba 85,71

0 20 40 60 80 100 120 140 160


Sumber : Bidang P3

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa seluruh wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu
tahun 2016 mempunyai angka keberhasilan pengobatan di atas target atau di atas 85%.
e) Kematian akibat TB Paru
Grafik 3.10
Jumlah Kematian Kasus TB Paru Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
25
23
20

15
12 11
10
8
5

0
2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa jumlah kematian TB Paru kabupaten
Belu empat tahun terakhir cenderung naik turun, dari tahun 2013 12 kasus, tahun 2014 menjadi 11
kasus, dan turun di tahun 2015 menjadi 8 kasus, namun tinggi kembali pada tahun 2016 menjadi
23 kasus kematian TB paru. Hal ini perlu menjadi perhatian khusus sehingga kasus kematian TB
paru ini dapat diturunkan. Berikut ini adalah penjabaran kasus kematian TB Paru berdasarkan
wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu tahun 2016.
Gambar 3.6
Peta Penyebaran Kasus Kematian TB Paru Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2016

Sumber : Bidang P3

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa jumlah kematian terbesar di kabupaten Belu pada
tahun 2016 dilaporkan di puskesmas Halilulik dengan jumlah kasus 3 kasus, namun berdasarkan
laporan yang ada kematian terbesar terjadi di Rumah sakit RSUD Mgr. Gabriel Manek,SVD
dengan jumlah kematian 12 kasus. Terdapat 12 puskesmas yang tidak terjadi kematian TB Paru.
2. Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan kuman pneumococcus, staphylococcus,
streptococcus dan virus. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk,

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
mengeluarkan dahak dan sesak napas. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-
anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah
kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi).
Data lembar fakta Organisasi Kesehatan Dunia WHO tahun 2013 menunjukkan bahwa
Pneumonia atau infeksi saluran pernapasan akut yang mempengaruhi paru-paru dinyatakan
menjadi penyebab kematian sekitar 1,2 juta anak setiap tahun. Dapat dikatakan, setiap jam ada
230 anak di dunia yang meninggal karena Pneumonia. Angka itu bahkan melebihi angka
kematian yang disebabkan oleh AIDS, Malaria dan Tuberkolosis. Salah satu upaya yang dilakukan
untuk mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan penemuan pneumonia pada
balita. Berikut ini adalah gambaran keadaan kasus Pneumonia di Kabupaten Belu.
Grafik 3.11
Jumlah Kasus Pneumonia Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
140

120 120
100
100 91

80
59
60

40

20

0
2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa jumlah kasus Pneumonia kabupaten Belu empat tahun
terakhir cenderung naik turun. Dari tahun 2013 100 kasus turun menjadi 59 kasus di tahun 2014,
kasus penyakit ini naik kembali di tahun 2015 menjadi 91 kasus dan di tahun 2016 menjadi 120
kasus.
Gambar 3.7
Peta Penyebaran Kasus Pneumonia Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Sumber : Bidang P3

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan peta di atas diketahui bahwa terdapat 4 wilayah puskesmas yang jumlah kasus
pneumonia berwarna merah yaitu tertinggi puskesmas Rafae 34 kasus, puskesmas Atambua
Selatan 29 kasus, puskesmas Kota 21 kasus dan puskesmas Umanen 11 kasus. Terdapat 5
puskesmas yang tidak ditemukan kasus pneumonia yaitu puskesmas Laktutus, puskesmas Nualain,
puskesmas Silawan, pukesmas Atapupu dan puskesmas Ainiba. Kasus pneumonia ini terjadi
dikarenakan sebagian anak/penderita tinggal bersama neneknya sebagai pengasuhnya
dikarenakan orang tuanya pergi merantau sehingga pola asuh anak tidak baik. Sebagian besar
rumah penderita masih berlantai tanah dan ventilasi rumah yang kurang baik, kebiasaan merokok
di dalam rumah dan pada saat menggendong bayi/balita, penderita selalu dibawa ke dapur pada
saat melakukan aktifitas di dapur sehingga selalu kontak dengan asap.

3. HAIV/AIDS dan IMS


HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human
Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan
penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi
berbagai macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan
sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3
metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing(VCT), sero survey, dan Survei
Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
Grafik 3.12 Grafik 3.13
Jumlah Kasus HIV Posittif Kabupaten Belu Jumlah Kasus AIDS Positif Kabupaten Belu
Tahun 2013-2016 Tahun 2013-2016

60 80
50 51 70 69
49
60 60 59
40 40 50
36 48
30 40
20 30
20
10 10
0 0
2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3

Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa jumlah kasus baru HIV positif cenderung naik turun
sedangkan AIDS, yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Belu cenderung menurun.
Dilihat dari jumlah kasus tahun 2013 HIV mencapai 49 kasus turun menjadi 40 kasus di tahun
2014 dan turun lagi di tahun 2015 menjadi 36 kasus. Namun di tahun 2016 terjadi peningkatan
kasus menjadi 51 kasus. Untuk kasus AIDS dari tahun 2013 mencapai 69 kasus dan turun sampai
dengan tahun 2016 menjadi 48 kasus. Masih ditemukannya kasus HIV AIDS disebabkan karena
masyarakat terutama yang beresiko tinggi terhadap penyakit ini, tidak mau melakukan
pemeriksaan baik secara sukarela maupun atas inisiasi petugas kesehatan. Selain itu klien dengan
reaktif pada screening awal tidak mau dirujuk ke klinik VCT karena tidak memiliki kartu jaminan
kesehatan, sementara biaya pemeriksaan dirasakan sangat mahal. Hal ini masih harus menjadi

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
perhatian khusus dari Dinas Kesehatan Kabupaten Belu agar tetap meningkatkan penemuan kasus
HIV dan AIDS ini sehingga dapat dikendalikan penularan penyakit ini.
Grafik 3.14
Persentase Kasus HIV AIDS Menurut Kelompok Umur Tahun 2016
4 Tahun; 6,06;
6% 5-14 Tahun; 0,00;
50 Tahun; 11,11;
11% 0%

15-19 Tahun ;
0,00; 0%

20-24 Tahun ;
8,08; 8%
25-49 Tahun ;
74,75; 75%

Sumber : Bidang P3

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa kelompok umur penderita HIV AIDS terbesar terdapat
di kelompok umur 25-49 tahun yaitu 75% yang merupakan kelompok umur produktif yang aktif
secara seksual dan termasuk kelompok umur yang menggunakan NAPZA suntik. Sedangkan
kelompok umur yang tidak ditemukan kasus HIV AIDS adalah kelompok umur 5-14 tahun dan
15-19 tahun. Berikut ini pemetaan kasus HIV AIDS berdasarkan wilayah kerja puskesmas
kabupaten Belu Tahun 2016.
Gambar 3.8
Peta Penyebaran Kasus HIV AIDS Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Sumber : Bidang P3

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus HIV AIDS menyebar di seluruh wilayah kerja
puskesmas kabupaten Belu tahun 2016. Jumlah kasus terbanyak HIV AIDS terdapat di puskesmas
Umanen 18 kasus dan yang paling sedikit terdapat di puskesmas Rafae dan Dilumil yaitu 1 kasus.

4. Diare
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit
potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun 2016 kasus diare kabupaten Belu
dilaporkan 2.239 kasus.
Grafik 3.15
Kasus Diare Kabupaten Belu Tahun 2013-2016

5.979

2.156 2.110 2.239

2.013 2.014 2.015 2.016


Sumber : Bidang P3
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa trend penyakit diare kabupaten Belu tahun 2016
cenderung naik turun, namun dari tahun 2015 dengan jumlah kasus diare 2.110 naik menjadi
2.239 kasus di tahun 2016. Kejadian penyakit diare di kabupaten Belu ini disebabkan karena
kurangnya Perilaku Hidup Bersi dan Sehat (PHBS) dalam hal mencuci tangan sebelum
makan/sesudah mencebok bayi di rumah, belum tersedianya WC di setiap rumah tangga sehingga
masih Buang Air Besar (BAB) di sembarang tempat. Selain itu kurangnya ketersediaan air bersih di
sebagian wilayah desa, sebagian masyarakat masih mengkonsumsi air mentah sebelum dimasak.
Kurangnya penyuluhan tentang penyakit diare oleh petugas dikarenakan tidak semua puskesmas
memiliki pengelola promosi kesehatan.
Gambar 3.9
Peta Penyebaran Kasus Diare Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Sumber : Bidang P3

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus diare di kabupaten Belu paling sedikit
dilaporkan di puskesmas Laktutus 16 kasus dan yang paling banyak dilaporkan di puskesmas
Nualain 325 kasus.

5. Kusta
Penyakit kusta disebut juga sebagai penyakit lepra atau penyakit Hansen disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2-3
minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Masa inkubasi
kuman kusta ini 2-5 tahun bahkan dapat mencapai 5 tahun. Penatalaksanaan kusta yang buruk
dapat menyebabkan kusta menjadi progresif menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf,
anggota gerak dan mata.
Grafik 3.16
Angka Penemuan Kasus Baru Kusta Kabupaten Belu Tahun 2013-2016

5,01
4,46 4,4

1,1

2013 2014 2015 2016


Sumber : Bidang P3

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa angka penemuan kasus baru Kusta cenderung naik
turun. Tahun 2013 1,1 per 100.000 penduduk naik di tahun 2014 menjadi 5,01 per 100.000
penduduk. Kemudian turun dengan posisi di tahun 2016 4,4 per 100.000 penduduk.
Gambar 3.10
Peta Penyebaran Kasus Baru Kusta Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Sumber : Bidang P3

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan peta di atas diketahui bahwa penemuan kasus baru kusta tersebar di 5 puskesmas
kabupaten Belu yaitu puskesmas Atambua Selatan 3 kasus, puskesmas Atapupu 3 kasus,
puskesmas Umanen 1 kasus, puskesmas Wedomu 1 kasus dan puskesmas Nualain 1 kasus.
Berdasarkan bebannya, kusta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu beban kusta tinggi (high
burden) dan beban kusta rendah (low burden). Kabupaten atau puskesmas disebut high burden
jika angka penemuan kasus baru kusta 10 per 100.000 penduduk dan atau jumlah kasus baru
lebih dari 1.000, sedangkan low burden jika angka penemuan kasus baru kusta < 10 per 100.000
penduduk dan atau jumlah kasus baru kurang dari 1000 kasus. Berdasarkan hal tersebut diketahui
bahwa Kabupaten Belu dengan angka penemuan kasus baru kusta 4,40 per 100.000 penduduk
masih termasuk kelompok low burden atau beban kusta rendah.
Pengendalian penyakit kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus sejak dini.
Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru kusta
yaitu angka cacat tingkat II. Berikut ini adalah gambaran angka kecacatan tingkat II kabupaten
Belu.
Grafik 3.17
Angka Cacat Tingkat II Per 100.000 Penduduk Tahun 2013-2016
0,6
0,52
0,5

0,4

0,3

0,2

0,1
0 0
0 0
2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa angka kecacatan tingkat II kabupaten Belu empat
tahun terakhir hanya meningkat di tahun 2014 0,52 dan menurun kembali di tahun 2015 dan
2016 0 per 100.000 penduduk.

6. Penyakit Menular Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)


a. Tetanus
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia 0-1
bulan). Tetanus sendiri merupakan penyakit toksemia akut yang menyerang susunan saraf pusat,
oleh karena adanya tetanospasmin dari Clostridium tetani. Tetanus juga dikenal dengan nama
lockjaw, karena salah satu gejala penyakit ini adalah mulut yang sukar dibuka (seperti dikunci).
Penyakit tetanus disebabkan oleh kuman clostridium tetani. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia
tetapi insidens di negara maju sudah sangat jarang. Penyakit tetanus masih merupakan masalah
kesehatan di negara berkembang karena sanitasi lingkungan yang kurang baik dan imunisasi aktif
yang belum mencapai sasaran. Di indonesia dan negara berkembang lain, penyakit tetanus
neonatorum masih menjadi masalah. Hal ini disebabkan oleh pertolongan persalinan bagi

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
sebagian masyarakat masih menggunakan tenaga nonprofesional (dukun bayi /peraji).faktor lain
adalah sebagian ibu yang melahirkan tidak atau belum mendapat imunisasi tetanus toksoid (TT)
pada masa kehamilannya.
Gambaran penyakit tetanus neonatorum Kabupaten Belu dari tahun 2013 sampai dengan
tahun 2016 jumlah kasus penyakit tetanus neonatorum dilaporkan nihil (tidak terjadi kasus).
Sehingga kabupaten Belu masih dengan kondisi bebas dari penyakit tetanus neonatorum. Namun
Dinas Kesehatan Kabupaten Belu tetap meningkatkan program imunisasi TT sebagai program
pencegahan kasus tetanus Neonatorum ini.
b. Campak
Campak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini akan memunculkan ruam
diseluruh tubuh dan sangat menular. Campak bisa sangat mengganggu dan mengarah pada
komplikasi yang lebih serius. Gejala campak mulai muncul sekitar satu hingga dua minggu setelah
virus masuk ke dalam tubuh. Program imunisasi campak di Indonesia mulai tahun 1982. Menurut
Rikesdas tahun 2010, anak-anak Indonesia berusia 1-2 tahun yang mendapat imunisasi campak
mencapai rata-rata 74,4%. Sedangkan capaian imunisasi campak di Indonesia hingga bulan
Desember tahun 2013 adalah sebesar 90,82%. Meski capaian imunisasi campak di Indonesia telah
mencakupi 90%, WHO melaporkan terdapat sekitar 6.300 kasus campak di Indonesia pada
tahun 2013. Gambaran penyakit campak di kabupaten Belu dapat dilihat dibawah ini.
Grafik 3.18
Kasus Campak Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
5

4 4

0 0 0 0
2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3

Berdasarkan gambar di samping kasus campak hanya ditemukan di tahun 2014 dengan jumlah 4
kasus. Sedangkan 2 tahun berikutnya tidak ditemukan kasus campak di kabupaten Belu.
c. Difteri
Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman corynebacterium
diphtheriae yang sangat mudah menular dan berbahaya karena dapat menyebabkan kematian
akibat obstruksi larings atau miokarditis akibat aktivasi eksotosin. Pada kejadian luar biasa (KLB) ,
selain difteri farings, tonsil dan larings, telah pula dilaporkan terjadinya difteri hidung dan difteri
kulit. Difteri sangat menular melalui droplet dan penularan dapat terjadi tidak hanya dari
penderita saja, namun juga dari karier (pembawa) baik anak maupun dewasa yang tampaksehat
kepada orang-orang disekitarnya.
Gambaran kabupaten Belu untuk kasus penyakit ini dari tahun 2013 sampai dengan tahun
2016 jumlah nihil yang dilaporkan. Sehingga untuk program imunisasi kabupaten Belu bisa
dikatakan berhasil dan tepat sasaran.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
d. Polio dan AFP
Polio disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf sehingga penderita
mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berusia 0-3 tahun ini
ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku pada leher, serta sakit di
tungkai dan lengan. AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai,
lemas atau layuh (bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut
(mendadak). Sedangkan non polio AFP adalah kasus lumpuh layu akut yang diduga kasus polio
sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio. Kementerian Kesehatan
menetapkan non polio AFP rate minimal 2/100.000 populasi anak usia < 15 tahun. Pada tahun
2013, secara nasional non polio AFP rate sebesar 2,74/100.000 populasi anak < 15 tahun yang
berarti telah mencapai standar minimal penemuan.
Grafik 3.19
AFP Rate (Non Polio) Per 100.000 Penduduk Usia < 15 Tahun
1,4 1,28

1,2

0,8

0,6

0,4

0,2
0 0 0
0
2013 2014 2015 2016

Sumber : Bidang P3

Kabupaten Belu dengan kondisi empat tahun terakhir dari tahun 2013-2015 tidak
dilaporkan terjadinya kasus AFP maupun Polio. Namun di tahun 2016 telah dilaporkan 1 kasus di
puskesmas Halilulik, sehingga AFP rate kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 1,28 per 100.000
penduduk. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menetapkan non Polio AFP rate minimal
2/100.000 penduduk populasi anak usia <15 tahun. Sehingga posisi kabupaten Belu belum
mencapai standar minimal penemuan.

7. Demam Berdarah (DBD)


Demam berdarah atau DBD adalah penyakit yang membuat penderitanya mengalami rasa
nyeri yang luar biasa, seolah-olah terasa sakit hingga ke tulang. DBD disebabkan oleh virus yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk. Diperkirakan bahwa ada seratus juta kasus demam berdarah
yang terjadi pada tiap tahunnya di seluruh dunia. Sebagian diantaranya mewabah secara tiba-tiba
dan menjangkit ribuan orang dalam waktu singkat.
Pada tahun 2016 jumlah penderita DBD yang dilaporkan adalah 33 kasus dengan tidak
terjadi kematian. Berikut ini adalah gambaran kasus DBD kabupaten Belu.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Grafik 3.20
Jumlah Kasus DBD dan Kematian Akibat DBD Kabupaten Belu Tahun 2016
Kasus DBD Kematian Akibat DBD
80
70 70
60
50
40
30 33

20
10 2
5
0 1 0 0 0
2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa jumlah kasus DBD kabupaten Belu cenderung naik
turun. Tahun 2013 jumlah kasus 70 kemudian turun di tahun 2014 menjadi 2 kasus. Pada tahun
2015 jumlah kasus DBD naik kembali menjadi 5 kasus dan tahun 2016 menjadi 33 kasus.
Sedangkan jumlah kematian kabupaten Belu sampai dengan tahun 2016 tidak ditemukan.
Gambar 3.11
Peta Penyebaran Kasus DBD Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Sumber : Bidang P3

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa jumlah kasus DBD terbesar di kabupaten Belu pada
tahun 2016 adalah puskesmas Umanen 15 kasus. Sedangkan puskesmas yang tidak ditemukan
kasus DBD berjumlah 10 puskesmas yaitu puskesmas Rafae, puskesmas Webora, puskesmas
Laktutus, puskesmas Ainiba, puskesmas Silawan, puskesmas Aululik, puskesmas Weluli, puskesmas
Nualain, puskesmas Haekesak dan puskesmas Dilumil.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
8. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup
dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria
(Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada
semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Berikut ini adalah Gambaran
kasus Malaria di kabupaten Belu.
Gambar 3.12
Peta Penyebaran kasus Malaria Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2015 Tahun 2014-2015 Tahun 2016

Di Indonesia dikenal 3 tingkatan daerah endemisitas kasus malaria, yaitu tingkat


endemisitas rendah (wilayah dengan tingkat endemisitas 0-1 per 1.000 penduduk), tingkat
endemisitas sedang (wilayah dengan tingkat endemisitas 1-<5 per 1.000 penduduk) dan tingkat
endemisitas tinggi (wilayah dengan tingkat endemisitas > 5 per 1.000 penduduk). Berdasarkan
gambar di atas diketahui bahwa terjadi peningkatan jumlah daerah dengan endemis tinggi di
mana, di tahun 2015 wilayah kerja puskesmas yang termasuk memiliki tingkat endemisitas tinggi
berjumlah 3 puskesmas dengan tingkat endemisitas masing-masing puskesmas Wedomu 9,2,
puskesmas Ainiba 11,7 dan puskesmas Kota 14,2 per 1.000 penduduk. Sedangkan pada tahun
2016 terdapat empat puskesmas dengan tingkat endemisitas tinggi yaitu puskesmas Haliwen 8,1,
puskesmas Atambua Selatan 18,7, puskesmas Umanen 21,1 dan puskesmas Kota 46,8 per 1.000
penduduk. Apabila dilihat dari capaian tingkat endemisitas keempat wilayah kerja puskesmas
tersebut lebih tinggi dari tahun 2015.
Secara nasional angka kesakitan malaria selama 2005-2014 cenderung menurun yaitu dari
4,1 per 1.000 penduduk beresiko pada tahun 2005 menjadi 0,99 per 1.000 penduduk beresiko

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
pada tahun 2014. Gambaran kasus malaria tahun 2016 kabupaten Belu dapat digambarkan di
bawah ini.
Grafik 3.21 Grafik 3.22
Jumlah Kasus Malaria Positif dan Klinis Angka Kesakitan Malaria (Annual Paracite
Kabupaten Belu Tahun 2011-2015 Incidence / API) Per 1.000 Penduduk Beresiko
Tahun 2011-2015

Malaria Malaria Klinis 30


40.000 27,83
25
30.141 29.239
30.000 20
15 16,14
20.000
10.091 10 9,93 10,66
10.000 1.956 3.256 2.181 5
121
- - 0
2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang P3

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa jumlah kasus malaria positif pada tahun 2016
cenderung naik turun. Jumlah kasus dari tahun 2013 berjumlah 10.091 kasus dengan angka
kesakitan malaria 27,83 per 1.000 penduduk, menurun pada tahun 2014 menjadi 1.956 kasus
dengan angka kesakitan 9,93 per 1.000 penduduk, meningkat pada tahun 2015 menjadi 3.256
kasus dengan angka kesakitan 16,14 per 1.000 penduduk. Serta menurun kembali pada tahun
2016 dengan jumlah kasus 2.181 dengan angka kesakitan 10,66 per 1.000 penduduk. Jumlah
kasus malaria yang ada ini disebabkan karena tingkat kepatuhan minum obat penderita tidak
teratur (kebanyakan pasien hanya mengkonsumsi deartep sedangkan lanjutan primaquin tidak
diminum oleh pasien) sehingga sering terjadi kasus berulang/kambuh.

9. Filariasis
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat merusak
sistem limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, glandula mammae dan scrotum,
dapat menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya.
Penyakit ini ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk dan dapat berdampak pada penurunan
produktifitas kerja. Gambaran filariasis kabupaten Belu dapat digambarkan sebagai berikut.
Grafik 3.23
Jumlah Kasus Filariasis Kabupaten Belu Tahun 2013-2016

21

0 0 0
2013 2014 2015 2016

Sumber : Bidang P3

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa kasus filariasis di kabupaten Belu hanya ditemukan di
tahun 2013 sebanyak 21 kasus. Sedangkan ditahun 2014 sampai dengan 2016 tidak ditemukan
kasus filariasis di kabupaten Belu.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
B. Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus,
cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan 63%
penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO,2010). Di
Indinesia sendiri, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam
waktu bersamaan morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat. Hal tersebut menjadi
beban ganda dalam pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam
pembangunan bidang kesehatan di Indonesia. Peningkatan PTM berdampak negatif pada
ekonomi dan produktifitas bangsa. Pengobatan PTM seringkali memakan waktu lama dan
memerlukan biaya besar. Beberapa jenis PTM merupakan penyakit kronik dan/atau katastropik
yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak PTM
adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Secara global, regional dan nasional
pada tahun 2030 diproyeksikan terjadi transisi epidemiologi dari penyakit menular menjadi
penyakit tidak menular.
Berbagai faktor resiko PTM antara lain ialah merokok dan keterpaparan terhadap asap
rokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup, kegemukan, obat-obatan dan
riwayat keluarga (Keturunan). Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan.
Upaya pencegahan penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah
diidentifikasi. Kementerian Kesehatan telah mengembangkan program pengendalian PTM sejak
tahun 2005. Upaya pengendalian faktor resiko PTM yang telah dilakukan berupa promosi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta pengendalian masalah tembakau. Beberapa pemerintah
daerah telah menerbitkan peraturan terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan membentuk aliansi
Walikota / Bupati dalam pengendalian Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Sedangkan untuk
pengaturan makanan beresiko, ke depan akan dibuat regulasi antara lain tentang gula, garam dan
lemak dalam makanan yang dijual bebas. Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil jika
hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan tanpa dukungan seluruh jajaran lintas sektor, baik
pemerintah, swasta, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, bahkan seluruh lapisan
masyarakat. Penyakit tidak menular di kabupaten Belu tahun 2016 dapat dijabarkan sebagai
berikut.
Tabel 3.1
Jumlah Kasus PTM Kabupaten Belu Tahun 2016
Jumlah Jumlah
No Jenis Penyakit Total
Kasus Baru Kasus Lama
1 Penyakit Jantung Koroner 27 195 222
2 Tumor Payudara 8 6 14
3 Cedera akibat kecelakaan lain 673 287 960
4 Asma 446 601 1.047
5 obesitas 739 3.851 4.590
6 Gagal Ginjal Kronik - - -
7 Kecelakaan Lalu lintas 174 76 250
8 Hypertensi 1.230 2.322 3.552
9 Diabetes Melitus 34 151 185
10 Stroke 12 7 19
11 Oestoporosis - - -
12 PPOK/Bronchitis 45 58 103
Total 3.388 7.554 10.942
Sumber : Bidang P3

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah kasus penyakit tidak menular kabupaten Belu
tahun 2016 yang paling banyak dilaporkan adalah Obesitas dengan jumlah kasus 4.590 dan
menyebar di 17 puskesmas kabupaten Belu. Sedangkan jumlah kasus penyakit tidak menular
terkecil adalah Tumor Payudara dengan jumlah kasus 14.

III.3 Status Gizi Masyarakat


Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan masalah
kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ibu yang mengalami
kekurangan gizi pada saat hamil, atau anaknya mengalami kekurangan gizi pada usia 2 tahun
pertama, pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mentalnya akan lambat.
Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB), dan tinggi badan
(TB). Variabel umur, BB dan TB ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu
berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB).
Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara
umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun
akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain,
berat badan yang rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi kronis) atau sedang
menderita diare atau penyakit infeksi lain (masalah gizi akut).

A. BBLR
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram tanpa
memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam
setelah lahir. Untuk keperluan bidan di desa berat lahir masih dapat diterima apabila dilakukan
penimbangan dalam 24 jam pertama setelah lahir. Penyebab BBLR umumnya tidak hanya satu,
oleh karena itu kadang sulit untuk dilakukan pencegahan. Kita dapat menurunkan prevalensi
BBLR di masyarakat dengan upaya mendorong semua perawatan kesehatan remaja putri dan
mengusahakan untuk semua ibu hamil mendapatkan perawatan antenatal yang komprehensif,
memperbaiki status nutrisi ibu hamil dan menghentikan kebiasaan merokok pada ibu hamil. BBLR
lebih mudah meninggal atau mengalami masalah kesehatan yang serius. Berat bayi dan masa
kehamilan menggambarkan resiko, semakin kecil berat bayi dan semakin muda masa kehamilan
semakin besar resikonya.
Grafik 3.24
Jumlah Kasus BBLR Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
600 502
500
400 326 342 341
300
200
100
0
2013 2014 2015 2016

Sumber : Bidang Kesga

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Jumlah kasus BBLR kabupaten Belu tahun 2016 berjumlah 341 kasus dengan jumlah kasus
laki-laki berjumlah 174 dan perempuan berjumlah 167 kasus. Kasus BBLR tinggi di tahun 2013
karena keadaan tersebut kabupaten Belu belum mengalami pemekaran dengan kabupaten
Malaka.
Gambar 3.13
Peta Penyebaran BBLR Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016

Sumber : Bidang Kesga

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus BBLR yang dilaporkan tidak menyebar di
seluruh wilayah kerja puskesmas. Jumlah kasus BBLR terbanyak dilaporkan di puskesmas
Haekesak berjumlah 13 kasus, dan terdapat 3 puskesmas yang tidak ditemukan kasus BBLR yaitu
puskesmas Atambua Selatan, puskesmas Ainiba dan puskesmas Umanen.

B. BGM
Balita BGM adalah balita dengan berat badan menurut umur (BB/U) berada di bawah
garis merah pada KMS. Balita BGM tidak selalu berarti menderita gizi kurang atau gizi buruk.
Akan tetapi, itu dapat menjadi indikator awal bahwa balita tersebut mengalami masalah gizi.
Gambaran kasus BGM kabupaten Belu dapat digambarkan sebagai berikut.
Grafik 3.25
Jumlah Kasus BGM Kabupaten Belu Tahun 2013-2016

1018

397 385 339

2013 2014 2015 2016


Sumber : Bidang Kesga

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa kasus BGM terbesar di tahun 2013, namun jumlah
kasus tersebut merupakan keadaan kabupaten Belu sebelum pemekaran dengan kabupaten
Malaka. Pada tahun 2016 jumlah BGM mencapai 339 kasus. Trend kasus BGM kabupaten Belu
cenderung menurun sampai dengan tahun 2016.
Gambar 3.14
Peta Penyebaran Kasus BGM Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Sumber : Bidang Kesga

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus BGM menyebar di seluruh wilayah puskesmas
kabupaten Belu. Jumlah kasus BGM terbanyak dilaporkan di puskesmas Halilulik dengan jumlah
62 kasus dan yang paling sedikit dilaporkan di puskesmas Silawan 2 kasus.

C. Gizi Buruk
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang
mengkonsumsi makanan yang bergizi dan menderita sakit yang begitu lama. Keadaan ini ditandai
dengan status gizi sangat kurus (menurut Berat Badan terhadap Tinggi Badan) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.
Penyebab gizi buruk antara lain : balita tidak mendapat ASI eksklusif (ASI saja) atau mendapatkan
makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan, balita disapih sebelum umur 2 tahun tidak
mendapatkan makanan, pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau lebih, MP-ASI kurang
dan tidak bergizi, setelah umur 6 bulan balita jarang disusui, balita menderita sakit dalam waktu
lama seperti diare, campak, TBC, batuk pilek dan kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor.
Kabupaten Belu tahun 2016 jumlah kasus gizi buruk pada balita berjumlah 58 kasus. Yang
terdiri dari laki-laki berjumlah 29 dan perempuan berjumlah 29 kasus. Untuk lebih lengkapnya
dapat dilihat pada pemetaan kasus gizi buruk pada balita kabupaten Belu tahun 2016 di bawah
ini. Terdapat 5 puskesmas yang jumlah kasus gizi buruk di atas 5 kasus yaitu puskesmas Haekesak
dengan jumlah kasus 13, puskesmas Haliwen 7 kasus, puskesmas Weluli 7 kasus, puskesmas

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Nualain 6 kasus dan puskesmas Wedomu 5 kasus. Namun selain itu ada juga 3 wilayah
puskesmas yang bebas dari kasus gizi buruk, yaitu puskesmas Ainiba, puskesmas Umanen, dan
puskesmas Atambua Selatan. Tiga puskesmas ini di tahun 2016 tidak terdapat kasus gizi buruk.
Gambar 3.15
Gambaran Pemetaan Kasus Gizi Buruk Kabupaten Belu Per-Wilayah Puskesmas Tahun 2016

Sumber : Bidang Kesga

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN
4
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
BAB 4 UPAYA KESEHATAN
IV.1 Pelayanan Kesehatan Dasar

A. Kesehatan Ibu
Gambaran kesehatan ibu dapat disajikan sebagai berikut : (1) Pelayanan kesehatan ibu
hamil, (2) Pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid wanita usia subur dan ibu hamil, (3) Pelayanan
kesehatan ibu bersalin, (4) pelayanan kesehatan ibu nifas, (5) pelayanan/penanganan komplikasi
kebidanan dan (6) pelayanan kontrasepsi.
1) Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu
yang dikelompokkkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, trimester kedua dan
trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen
pelayanan sebagai berikut :
a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;
b) Pengukuran tekanan darah;
c) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA);
d) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);
e) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status
imunisasi;
f) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan;
g) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);
h) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling, termasuk
keluarga berencana);
i) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan
protein urin dan pemeriksanaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya;
j) Tatalaksana kasus.
Selain elemen tindakan yang harus dipenuhi, pelayanan kesehatan ibu hamil juga harus
memenuhi frekuensi minimal di tiap trimester, yaitu satu kali pada trimester pertama (usia
kehamilan 0-12 minggu), satu kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12-24 minggu), dan dua
kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu sampai persalinan). Standar waktu
pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan atau janin
berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan dan penanganan dini komplikasi kehamilan.
Penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil dapat dilakukan dengan
melihat cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh
pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil
di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun.Sedangkan cakupan K4 adalah jumlah ibu
hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali
sesuai jadwal yang dianjurkan di tiap trimester dibandingkan jumlah sasaran ibu hamil di satu
wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Indikator tersebut memperlihatkan akses pelayanan
kesehatan terhadap ibu hamil dan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


39
kehamilannya ke tenaga kesehatan. Capaian K1 dan K4 dari tahun 2011 sampai dengan tahun
2016 disajikan dalam grafik dibawah ini.
Grafik 4.1
Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K1 dan K4 di Kabupaten Belu Tahun 2011-2016
200 66,2 65,5 72,6 61,9 71,8 67,51
93,8 95,6 100 97,4 97,5 88,59
100

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang Kesga K1 K4

Grafik di atas menunjukkan bahwa secara umum cakupan K1 dan K4 kabupaten Belu selalu turun
naik tidak stabil.Tidak ada perubahan yang signifikan terhadap perbaikan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil.Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun
2016 berdasarkan wilayah kerja puskesmas dapat dilihat pada grafik berikut.
Grafik 4.2
Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K4 Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Kab. Belu 67,51


Umanen 96,34
Haliwen 77,85
Atambua Selatan 77,45
Wedomu 76,63
Haekesak 73,61
Kota 65,48
Halilulik 64,94
Nualain 61,50
Laktutus 57,63
Webora 52,05
Dilumil 48,57
Rafae 48,45
Atapupu 46,31
Aululik 45,09
Ainiba 41,67
Silawan 36,73
Weluli 36,64
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Sumber : Bidang Kesga
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan ibu hamil tidak hanya dari sisi
akses.Kualitas pelayanan yang diberikan juga harus ditingkatkan, diantaranya pemenuhan semua
komponen pelayanan kesehatan ibu hamil harus diberikan saat kunjungan. Dalam hal
ketersediaan sarana kesehatan, hingga bulan Desember 2016, terdapat 17 puskesmas di kabupaten
Belu. Dengan rasio 2,49 puskesmas per 30.000 penduduk. Dengan demikian, rasio puskesmas
terhadap 30.000 penduduk sudah mencapai rasio ideal 2:30.000 penduduk, namun
penyebarannya masih belum merata.Keberadaan puskesmas secara ideal harus didukung dengan
aksesibilitas yang baik.Hal ini tentu saja sangat berkaitan dengan aspek geografis dan kemudahan
sarana dan prasarana transportasi.Dalam mendukung penjangkauan terhadap masyarakat
diwilayah kerjanya, puskesmas juga sudah menyediakan puskesmas pembantu.Untuk lebih
jelasnya cakupan K1 dan K4 dapat dilihat di lampiran tabel 29.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


40
Salah satu komponen pelayanan kesehatan ibu hamil yaitu pemberian zat besi sebanyak
90 tablet (Fe3). Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel darah
merah (hemoglobin). Selain digunakan untuk pembentukkan sel darah merah, zat besi juga
berperan sebagai salah satu komponen dalam membentuk myoglobin (protein yang membawa
oksigen ke otot), kolagen (protein yang terdapat pada tulang, tulang rawan dan jaringan
penyambung) serta enzim.
Zat besi memiliki peran vital terhadap pertumbuhan janin. Selama hamil, asupan zat besi
harus ditambah mengingat selama kehamilan, volume darah pada tubuh ibu meningkat.
Sehingga, untuk dapat tetap memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai makanan serta oksigen
pada janin melalui plasenta, dibutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Asupan zat besi yang
diberikan oleh ibu hamil kepada janinnya melalui plasenta akan digunakan janin untuk
kebutuhan tumbuh kembangnya, termasuk untuk perkembangan otaknya, sekaligus
menyimpannya dalam hati sebagai cadangan hingga bayi berusia 6 bulan. Selain itu, zat besi juga
membantu dalam mempercepat proses penyembuhan luka khususnya luka yang timbul dalam
proses persalinan. Kekurangan zat besi sejak sebelum kehamilan bila tidak diatasi dapat
mengakibatkan ibu hamil menderita anemia. Anemia merupakan salah satu risiko kematian ibu,
kejadian bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi terhadap janin dan ibu, keguguran
dan kelahiran prematur.
Grafik 4.3
Cakupan Pemberian 90 Tablet Tambah Darah (Zat Besi) Pada Ibu Hamil Menurut Puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2016

Kab. Belu 90,43


Umanen 105,57
Rafae 105,43
Nualain 102,35
Haekesak 99,72
Ainiba 96,67
Laktutus 96,61
Atambua Selatan 95,11
Haliwen 89,45
Wedomu 88,44
Aululik 88,44
Webora 87,13
Silawan 85,71
Halilulik 85,24
Kota 82,22
Atapupu 71,81
Dilumil 69,52
Weluli 65,27
0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Sumber : Bidang Kesga

Kabupaten Belu tahun 2016 cakupan Fe3 mencapai 90,43%, dengan cakupan tertinggi
terdapat di puskesmas Umanen 105,57% dan terendah di puskesmas Weluli 65,27%.

2) Pelayanan Imunisasi Tetanus Toksoid Bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil
Salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi yaitu infeksi tetanus yang
disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani sebagai akibat dari proses persalinan yang tidak

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


41
aman/steril atau berasal dari luka yang diperoleh ibu hamil sebelum melahirkan. Clostridium
Tetani masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang menyerang system syaraf pusat.
Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor risiko
kematian ibu dan kematian bayi, maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
bagi wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun
2013 tentang penyelenggaraan imunisasi mengamanatkan bahwa wanita usia subur dan ibu hamil
merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi sasaran imunisasi lanjutan. Imunisasi
lanjutan adalah kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi imunisasi dasar pada bayi yang
diberikan kepada anak Batita, anak usia sekolah dan wanita usia subur termasuk ibu hamil.
Wanita usia subur yang menjadi sasaran imunisasi TT adalah wanita berusia antara 15-49
tahun yang terdiri dari WUS hamil (ibu hamil) dan tidak hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS
diberikan sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu, dimulai sebelum dan atau saat hamil yang
berguna bagi kekebalan seumur hidup. Interval pemberian imunisasi TT dan lama masa
perlindungan yang diberikan sebagai berikut :
a) TT2 memiliki interval minimal 4 minggu setelah TT1 dengan masa perlindungan 3 tahun
b) TT3 memiliki interval minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa perlindungan 5 tahun
c) TT4 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT3 dengan masa perlindungan 10 tahun
d) TT5 memiliki interval minimal 1 tahun setelah TT4 dengan masa perlindungan 25 tahun.
Screening status imunisasi TT harus dilakukan sebelum pemberian vaksin. Pemberian imunisasi TT
tidak perlu dilakukan bila hasil screening menunjukkan wanita usia subur telah mendapatkan
imunisasi TT5 yang harus dibuktikan dengan buku KIA, rekam medis dan atau kohort. Kelompok
ibu hamil yang sudah mendapatkan TT2 sampai dengan TT5 dikatakan mendapatkan imunisasi
TT2+.Cakupan imunisasi TT5 kabupaten Belu dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.4
Cakupan Imunisasi TT5 Pada Wanita Usia Subur Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas di
Kabupaten Belu Tahun 2016

Kab. Belu 6,65


Ainiba 25,00
Nualain 23,94
Rafae 17,83
Dilumil 16,19
Umanen 12,26
Haekesak 8,33
Atambua Selatan 6,39
Silawan 6,12
Wedomu 4,27
Atapupu 4,03
Kota 3,77
Haliwen 2,94
Aululik 2,89
Webora 2,34
Weluli 0,76
Laktutus 0,00
Halilulik 0,00

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00


Sumber : Bidang Kesga

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


42
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa puskesmas Ainiba dan puskesmas Nulain memiliki
capaian imunisasi TT5 pada WUS tertinggi di kabupaten Belu sebesar 25,00% dan 23,94%.
Sedangkan puskesmas Laktutus dan puskesmas Halilulik mempunyai capaian terendah 0,00%.
Grafik 4.5
Cakupan Imunisasi TT2+ Pada Ibu Hamil Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Kab. Belu 38,00


Rafae 82,56
Haekesak 67,78
Umanen 61,94
Aululik 52,60
Atambua Selatan 50,41
Dilumil 45,71
Wedomu 45,23
Nualain 36,62
Laktutus 36,44
Atapupu 29,53
Kota 26,57
Webora 21,64
Weluli 18,70
Haliwen 18,17
Silawan 14,29
Halilulik 0,74
Ainiba 0,00

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
Sumber : Bidang Kesga

Dari grafik di atas diketahui bahwa puskesmas dengan capaian imunisasi TT2+ tertinggi adalah
puskesmas Rafae dengan capaian 82,56% dan terendah adalah puskesmas Ainiba dengan capaian
0,00%.

3) Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin


Upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan kematian bayi yaitu
dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter
spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum dan Bidan. Serta diupayakan dilakukan
di fasilitas pelayanan kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang
dimulai pada kala 1 sampai dengan kala IV persalinan. Keberhasilan program ini diukur melalui
indikator persentase persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih (cakupan PN) dan persentase
persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan (cakupan PF).

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


43
Grafik 4.6
Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan dan di Fasiltas Pelayanan
KesehatanKabupaten Belu Tahun 2011-2016
120
100
100 88,73 88,04 87,63
81,36 81,53
80 97,28
83,86 83,48
77,79
60 73,82

40 49,7

20

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : Bidang Kesga Salin Nakes Salin Faskes

Cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan kabupaten Belu dari tahun 2013 sampai dengan
2016 cenderung menurun. Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam dekade terakhir menekankan
agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dalam rangka menurunkan kematian ibu
dan kematian bayi. Namun demikian, meskipun persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan tetapi
tidak dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan, dianggap menjadi salah satu penyebab masih
tingginya angka kematian ibu. Oleh karena itu mulai tahun 2015, penekanan persalinan yang
aman adalah persalinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berikut ini
adalah gambaran cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan berdasarkan wilayah kerja
puskesmas kabupaten Belu Tahun 2016.
Grafik 4.7
Cakupan Persalinan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2016

Kab. Belu 77,79


Wedomu 87,3
Ainiba 86,2
Rafae 83,8
Umanen 83,8
Atambua Selatan 82,6
Webora 79,1
Nualain 76,3
Halilulik 74,3
Atapupu 74,3
Silawan 72,3
Haliwen 68,1
Laktutus 68,1
Aululik 65,6
Dilumil 64
Haekesak 63,8
Kota 63,8
Weluli 52

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Sumber : Bidang Kesga

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


44
Grafik di atas menunjukkan bahwa di kabupaten Belu terdapat 77,79% ibu hamil yang
menjalani persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Informasi lebih rinci mengenai persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dapat dilihat
di lampiran data profil tabel 29.
Analisa kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu pada tahun 2010
membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan tempat/fasilitas
persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya
risiko kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu. Oleh Karena itu,
Kementerian Kesehatan tetap konsisten dalam menerapkan kebijakan bahwa seluruh persalinan
harus ditolong oleh tenaga kesehatan dan didorong untuk dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Kebijkan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Kesehatan menggariskan bahwa
pembangunan puskesmas harus satu paket dengan rumah dinas tenaga kesehatan. Demikian pula
dengan pembangunan pokesdes yang harus bisa sekaligus menjadi rumah tinggal bagi bidan di
desa. Dengan disediakan rumah tinggal, maka tenaga kesehatan termasuk bidan akan siaga di
tempat tugasnya dan dapat memberikan pertolongan persalinan setiap saat.
Untuk daerah dengan akses sulit, kebijakan Kementerian Kesehatan yaitu
mengembangkan program kemitraan bidan dan dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Para
dukun diupayakan bermitra dengan bidan dengan hak dan kewajiban yang jelas. Pemeriksaan
kehamilan dan pertolongan persalinan tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk ke bidan.
Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau jauh dari fasilitas
pelayanan kesehatan, maka menjelang hari taksiran persalinan diupayakan sudah berada di dekat
fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran
tersebut dapat berupa rumah tunggu khusus yang dikembangkan melalui pemberdayaan
masyarakat maupun di rumah sanak saudara yang letak rumahnya berdekatan dengan fasilitas
pelayanan kesehatan.

4) Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas


Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan ibu nifas sesuai standar, yang
dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam
sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca
persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Masa nifas dimulai
dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang
diberikan terdiri dari :
a) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu);
b) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);
c) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;
d) Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif;
e) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir,
termasuk keluarga berencana;

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


45
f) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan.
Grafik 4.8
Cakupan Kunjungan Nifas (KF3) Kabupaten Belu Tahun 2011-2016
120
99,2
100 94,1 87,3 88,3 87,39 80,11
80
60
40
20
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang Kesga

Cakupan KF3 dalam kurun waktu 4 tahun terakhir cenderung menurun. Program penempatan
Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk dokter dan bidan terus dilaksanakan. Selain itu, dengan
diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010, puskesmas, poskesdes,
dan posyandu lebih terbantu dalam mengintensifkan implementasi upaya kesehatan termasuk
di dalamnya pelayanan kesehatan ibu nifas. Pelayanan kesehatan ibu nifas termasuk di
antaranya kegiatan sweeping atau kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Capaian kunjungan nifas menurut puskesmas di kabupaten Belu tahun
2016 terdapat pada grafik berikut ini.
Grafik 4.9
Cakupan Kunjungan Nifas (KF3) Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Kab. Belu 80,11


Umanen 95,33
Rafae 95,14
Wedomu 91,05
Atambua Selatan 85,75
Silawan 85,11
Ainiba 84,48
Laktutus 83,19
Nualain 80,79
Webora 79,14
Haliwen 78,44
Atapupu 77,11
Halilulik 75,87
Aululik 73,49
Kota 68,64
Haekesak 68,60
Weluli 58,40
Dilumil 57,00

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00


Sumber : Bidang Kesga
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa puskesmas Umanen mempunyai cakupan KF3
tertinggi 95,33% dan puskesmas Dilumil adalah puskesmas dengan cakupan terendah 57%.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


46
5) Pelayanan / Penanganan Komplikasi Kebidanan
Komplikasi pada proses kehamilan, persalinan dan nifas juga merupakan salah satu
penyebab kematian ibu dan kematian bayi. Komplikasi kebidanan adalah kesakitan pada ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan atau janin dalam kandungan, baik langsung maupun tidak
langsung, termasuk penyakit menular dan tidak menular yang dapat mengancam jiwa ibu
dan atau janin. Sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi maka
dilakukan pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan. pelayanan/penanganan komplikasi
kebidanan adalah pelayanan kepada ibu hamil, bersalin, atau nifas untukmemberikan
perlindungan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada
tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Keberhasilan program ini dapat diukur melalui indikator cakupan penanganan
komplikasi kebidanan (Cakupan PK). Indikator ini mengukur kemampuan suatu daerah
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil,
bersalin, nifas) dengan komplikasi. Capaian indikator penanganan komplikasi kebidanan
kabupaten Belu tahun 2011 sampai tahun 2016 disajikan pada grafik berikut.
Grafik 4.10
Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Kabupaten Belu Tahun 2011-2016
200 150,4
150
76,3 64 77,43
100 33,95
50,36
50
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang Kesga
Grafik di atas memperlihatkan bahwa secara umum cakupan penanganan komplikasi kebidanan
kabupaten Belu tahun 2011 sampai dengan 2016 cenderung naik turun.
Grafik 4.11
Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Kab. Belu 77,43


Ainiba 191,67
Aululik 141,62
Atapupu 117,45
Haekesak 115,28
Atambua Selatan 105,98
Rafae 100,78
Wedomu 94,22
Weluli 89,69
Laktutus 80,51
Kota 73,22
Nualain 58,69
Webora 58,48
Halilulik 58,12
Dilumil 57,14
Silawan 56,12
Haliwen 39,79
Umanen 21,50
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00
Sumber : Bidang Kesga

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


47
Kabupaten Belu penanganan komplikasi kebidanan mencapai 77,43% dengan puskesmas yang
mempunyai cakupan tertinggi adalah puskesmas Ainiba 191,67% dan puskesmas yang
mempunyai cakupan terendah adalah puskesmas umanen 21,50%.
Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan
(HDK), infeksi, partus lama/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh
tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan
infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana perdarahan dan infeksi cenderung
mengalami penurunan sedangkan HDK proporsinya semakin meningkat. Lebih dari 25%
kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 disebabkan oleh HDK.Berikut ini adalah penyebab
kematian Ibu kabupaten Belu tahun 2016.
Tabel 4.1
Data Kematian Ibu Kabupaten Belu Tahun 2016
Tem p at T em p at
Um ur Status O btetri Bersal in Meni ng g al Peno lo ng Peny ebab
44 Nifas/Anak ke-10 RSUD RSUD Dokter PEB
38 Nifas/Anak ke-7 Rumah Rumah Keluarga Perdarahan
28 Hamil/Anak ke-1 RSUD RSUD Dokter Anemia
37 Nifas/Anak ke-2 RSUD RSUD Dokter PEB/Eklampsia
26 Nifas/Anak ke-2 Rumah Rumah Keluarga Perdarahan
Sumber : Bidang Kesga
Sebesar 20% dari kehamilan diprediksi akan mengalami komplikasi. Komplikasi yang
tidak tertangani dapat menyebabkan kematian, namun demikian sebagian besar komplikasi
dapat dicegah dan ditangani bila : 1) ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan; 2)
tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai, antara lain penggunaan
partograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan pelaksanaan manajemen aktif
kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan pasca-salin; 3) tenaga kesehatan mampu
melakukan identifikasi dini komplikasi; 4) apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan
dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum
melakukan rujukan; 5) proses rujukan efektif; 6) pelayanan di RS yang cepat dan tepat guna.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan
ibu dan neonatal yaitu melalui : 1) peningkatan pelayanan antenatal yang mampu
mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai; 2) pertolongan persalinan yang
bersih dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca persalinan dan
kelahiran; serta 3) pelayanan emergensi obstetrik dan neonatal dasar (PONED) dan
komprehensif (PONEK) yang dapat dijangkau secara tepat waktu oleh masyarakat yang
membutuhkan.
Beberapa terobosan dalam penurunan AKI dan AKB di Indonesia telah dilakukan,
salah satunya Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program
tersebut menitikberatkan kepedulian dan peran keluarga dan masyarakat dalam melakukan
upaya deteksi dini, menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil, serta menyediakan akses dan
pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dasar di tingkat Puskesmas (PONED) dan
pelayanan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal komprehensif di Rumah Sakit (PONEK).
Dalam implementasinya, P4K merupakan salah satu unsur dari Desa Siaga. P4K mulai
diperkenalkan oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2007. Pelaksanaan P4K di desa-desa

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


48
tersebut perlu dipastikan agar mampu membantu keluarga dalam membuat perencanaan
persalinan yang baik dan meningkatkan kesiapsiagaan keluarga dalam menghadapi tanda
bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas agar dapat mengambil tindakan yang tepat.
Dilakukan pula kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP), yang merupakan upaya
dalam penilaian pelaksanaan serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir. Kegiatan ini dilakukan melalui pembahasan kasus kematian ibu atau bayi baru
lahir sejak di level masyarakat sampai di level fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu hasil kajian
yang didapat dari AMP adalah kendala yang timbul dalam upaya penyelamatan ibu pada
saat terjadi kegawatdaruratan maternal dan bayi baru lahir. Kajian tersebut juga
menghasilkan rekomendasi intervensi dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu
dan bayi di masa mendatang. Data dan informasi lebih tentang penanganan komplikasi
kebidanan menurut wilayah kerja puskesmas dapat dilihat pada lampiran data Profil Kesehatan
Kabupaten Belu Tabel 33.

6) Pelayanan Kontrasepsi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem
informasi Keluarga menyebutkan bahwa program keluarga berencana (KB) adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas.
KB merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu khususnya ibu
dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering
melahirkan, terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35
tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar
dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam
mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
KB juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan
ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB
menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk
dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun
jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak.
Melalui tahapan konseling pelayanan KB, Pasangan Usia Subur (PUS) dapat
menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya berdasarkan
informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan kerugian, risiko metode
kontrasepsi dari petugas kesehatan. Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan
diantaranya dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran
program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok
Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


49
Sasaran pelaksanaan program KB yaitu Pasangan Usia Subur. Pasangan Usia Subur (PUS)
adalah pasangan suami-istri yang terikat dalam perkawinan yang sah, yang istrinya
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun. Peserta KB Aktif adalah Pasangan Usia Subur (PUS)
yang saat ini menggunakan salah satu alat kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan. Peserta
KB Baru adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan alat/cara
kontrasepsi dan atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan metode kontrasepsi
setelah melahirkan/keguguran.
Grafik 4.12
Cakupan Peserta KB Baru Dan KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Kabupaten Belu Tahun 2016
75,42 76,97
80
60
40
6,49 10,032,7 5,66 6,72 3,62 0,43 6
20 0,42 4,94 0 0,59
0
KB Baru KB Aktif

Suntik Pil Implant IUD Kondom MOW MOP


Sumber : Bidang Kesga
Peserta KB baru dan KB aktif menunjukkan pola yang sama dalam pemilihan jenis alat
kontrasepsi seperti yang disajikan pada gambar di atas. Sebagian besar peserta KB baru maupun
KB aktif memilih suntikan. Jenis alat kontrasepsi ini dianggap mudah diperoleh dan digunakan
oleh pasangan usia subur. Namun demikian perlu diperhatikan tingkat efektifitas suntikan
dalam pengendalian kehamilan dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya.
Grafik 4.13
Cakupan Peserta KB Baru Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016

Kab. Belu 11,78


Dilumil 54,10
Laktutus 29,93
Webora 21,40
Aululik 18,00
Atapupu 17,15
Ainiba 16,67
Silawan 16,61
Weluli 14,95
Nualain 14,93
Rafae 12,59
Umanen 12,46
Wedomu 11,64
Atambua Selatan 10,67
Haliwen 10,31
Haekesak 9,82
Kota 8,18
Halilulik 7,24

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00


Sumber : Bidang Kesga

Cakupan KB Baru terhadap pasangan usia subur di kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 11,78%.
Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun 2015 yag mencapai 14,57%. Berdasarkan wilayah

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


50
kerja puskesmas, cakupan tertingggi terdapat di puskesmas Dilumil 54,10% dan terendah di
puskesmas Halilulik 7,24%.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan, pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan
kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau masyarakat, termasuk keluarga
berencana. Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan
kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas.
Pasangan Usia Subur bisa mendapatkan pelayanan kontrasepsi di tempat yang melayani program
KB.
B. Kesehatan Anak
Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang
akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak.
Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak janin masih dalam kandungan,
dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia delapan belas tahun.
1) Pelayanan Kesehatan Neonatal
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari.Pada masa tersebut
terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan
organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur
yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan bisa
muncul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Beberapa upaya kesehatan
dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini di antaranya dengan
mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau KN1 merupakan indikator yang
menggambarkan upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada
periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir yang meliputi, antara lain kunjungan menggunakan
pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) termasuk konseling perawatan bayi
baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi, dan Hepatitis B0 injeksi bila belum
diberikan.
Grafik 4.14
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Sumber : Bidang Kesga


PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN
51
Kunjungan neonatal pertama (KN1) adalah cakupan pelayanan kesehatan bayi baru lahir
(umur 6 jam-48 jam) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai
standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan yang
diberikan saat kunjungan neonatal yaitu pemeriksaan sesuai standar Manajemen Terpadu
Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif dan
perawatan tali pusat. Pada kunjungan neonatal pertama (KN1), bayi baru lahir
mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B0 (bila belum diberikan pada saat lahir).
Cakupan indikator kunjungan neonatal pertama menurut wilayah kerja puskesmas Kabupaten
Belu tahun 2016 digambarkan pada grafik 4.14.
Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi neonatal
adalah Kunjungan Neonatal Lengkap (KN lengkap) yang mengharuskan agar setiap bayi baru
lahir memperoleh pelayanan Kunjungan Neonatal minimal tiga kali sesuai standar di satu
wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Gambaran cakupan kunjungan KN lengkap
menurut wlayah kerja puskesmas kabupaten Belu tahun 2016 terdapat pada grafik berikut ini.
Grafik 4.15
Cakupan Kunjungan Neonatal Lengkap Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Kab. Belu 95,00


Atapupu 100,46
Ainiba 100,00
Atambua Selatan 99,84
Dilumil 98,33
Aululik 97,56
Halilulik 95,83
Laktutus 95,54
Rafae 95,22
Haekesak 94,84
Umanen 94,75
Weluli 94,12
Nualain 93,92
Wedomu 93,50
Haliwen 93,14
Webora 89,78
Silawan 89,33
Kota 88,10

80,00 82,00 84,00 86,00 88,00 90,00 92,00 94,00 96,00 98,00 100,00 102,00
Sumber : Bidang Kesga

Cakupan KN lengkap kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 95%. Pada grafik di atas
terlihat bahwa pencapaian indikator KN lengkap di kabupaten Belu cukup baik yang dapat dilihat
dari capaian yang cukup tinggi di sebagian besar puskesmas. Capaian tertinggi terdapat di
puskesmas Atapupu 100,46%, diikuti oleh puskesmas Ainiba 100%, dan puskesmas Atambua
Selatan 99,84%. Sedangkan puskesmas dengan capaian terendah yaitu puskesmas Kota
88,10%.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


52
2) Penanganan Komplikasi Neonatal
Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang
dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia,
tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, dan
kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan
dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).
Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat
lahir rendah, dan infeksi (Riskesdas, 2007). Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan
ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenagakesehatan,
keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya
deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan.
Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap neonatal
sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat
pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) terlatih baik di
rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan.
Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM, Manajemen Asfiksia
Bayi Baru Lahir, Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman pelayanan neonatal
essensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar operasional
pelayanan lainnya.Pada gambar berikut disajikan gambaran cakupan penanganan neonatal
dengan komplikasi menurut wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu tahun 2016.
Grafik 4.16
Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Kab. Belu 60,61


Dilumil 133,33
Weluli 109,35
Ainiba 109,09
Rafae 100,14
Silawan 93,90
Halilulik 81,87
Atapupu 76,36
Wedomu 75,43
Haekesak 69,77
Nualain 67,94
Atambua Selatan 60,91
Aululik 56,74
Kota 45,63
Laktutus 44,44
Haliwen 39,03
Umanen 14,65
Webora 13,89

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00


Sumber : Bidang Kesga

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


53
Cakupan penanganan komplikasi neonatal kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 60,61%,
dengan cakupan tertinggi terdapat di puskesmas Dilumil 133,33% dan terendah terdapat di
puskesmas Webora 13,89%.

3) Imunisasi
Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit
yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit,
sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya
mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang
Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis,
Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak yang telahdiberi imunisasi
akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan
kecacatan atau kematian.
Proses perjalanan penyakit diawali ketika virus/bakteri/protozoa/jamur, masuk ke
dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dianggap
benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh
akan membentuk zat anti yang disebut antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat
pertama kali antibodi berinteraksi dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal
ini disebabkan antibodi belum mengenali antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yang
kedua dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah mengenali antigen yang masuk ke dalam
tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam waktu yang lebih cepat.
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut
imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya
stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya
melawan penyakit dengan melumpuhkan antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari
vaksin. Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk
terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap
rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita usia subur, dan ibu
hamil.

a) Imunisasi Dasar Pada Bayi


Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin yang disuntikkan pada
lokasi tertentu atau diteteskan melalui mulut.
Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi
wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-
HB dan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak. Dari imunisasi dasar
lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian
lebih, hal ini sesuai komitmen Indonesia pada global untuk mempertahankan cakupan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


54
imunisasi campak sebesar 90% secara tinggi dan merata. Hal ini terkait dengan realita bahwa
campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian
pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita.

Grafik 4.17
Persentase Cakupan Imunisasi Campak Pada Bayi Menurut Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2016

Kab. Belu 91,44


Rafae 114,55
Aululik 113,29
Ainiba 107,84
Laktutus 103,09
Silawan 98,77
Haekesak 97,59
Kota 95,44
Atambua Selatan 93,08
Halilulik 92,84
Umanen 90,72
Wedomu 90,55
Webora 90,07
Nualain 85,23
Haliwen 85,12
Dilumil 82,56
Atapupu 70,20
Weluli 69,91

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00


Sumber : Bidang P3

Persentase cakupan imunisasi campak pada bayi kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 91,44%,
dengan cakupan tertinggi pada puskesmas Rafae (114,55%), puskesmas Aululik (113,29%),
puskesmas Ainiba (107,84%) dan puskesmas Laktutus (103,09%) dengan cakupan di atas 100%.
Sedangkan cakupan terendah pada puskesmas Weluli dengan cakupan 69,91%.

b) Imunisasi Lengkap Pada Bayi


Program imunisasi pada bayi bertujuan agar setiap bayi mendapatkan imunisasi
dasar secara lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan imunisasi dasar
tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


55
Grafik 4.18
Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Kab. Belu 92,00


Rafae 114,55
Aululik 113,29
Ainiba 107,84
Laktutus 103,09
Haekesak 97,59
Silawan 97,53
Kota 95,70
Atambua Selatan 93,08
Halilulik 92,84
Umanen 91,88
Wedomu 90,55
Webora 90,07
Haliwen 89,31
Nualain 85,23
Dilumil 82,56
Weluli 69,91
Atapupu 69,80

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00


Sumber : Bidang P3

Cakupan imunisasi dasar lengkap kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 92%, dengan
cakupan tertinggi terdapat di puskesmas Rafae (114,55%), puskesmas Aululik (113,29%),
puskesmas Ainiba (107,84%) dan puskesmas Laktutus (103,09%). Sedangkan cakupan terendah
terdapat di puskesmas Atapupu dengan capaian 69,80%.

c) Desa/Kelurahan UCI (Universal Child Immunization)


Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi yaitu
Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Desa/kelurahan UCI adalah gambaran
suatu desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di
desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap.Cakupan desa/kelurahan UCI
kabupaten Belu menurut wilayah kerja puskesmas tahun 2016 dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Grafik 4.19
Cakupan Desa/Kelurahan UCI Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016

Sumber : Bidang P3

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


56
Cakupan desa/kelurahan UCI kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 83,95%, dengan cakupan
tertinggi terdapat di 10 puskesmas yaitu puskesmas Silawan, puskesmas Wedomu, puskesmas
Atambua Selatan, puskesmas Umanen, puskesmas Kota, puskesmas Laktutus, puskesmas Ainiba,
puskesmas Halilulik, puskesmas Rafae dan puskesmas Webora dengan persentase 100%.
Sedangkan cakupan terendah terdapat di puskesmas Atapupu 25%.

4) Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah


Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak.
Banyak masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, misalnya pelaksanaan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci
tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan
dan masalah gizi. Pelayanan kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia
sekolah.
Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program
kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga merupakan sasaran yang
mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini
diutamakan untuk siswa SD/sederajat kelas satu. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh
tenaga kesehatan bersama tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter kecil).
Tenaga kesehatan yang dimaksud yaitu tenaga medis, tenaga keperawatan atau petugas
puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS
adalah guru kelas atau guru yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah
dilatih tentang UKS/UKGS. Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal
dari murid kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil.
Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan kesehatan gigi bisa
dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan
siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada khususnya dan kesehatan tubuh
serta lingkungan pada umumnya.
Upaya kesehatan pada kelompok ini yang dilakukan melalui penjaringan kesehatan
terhadap murid SD/MI kelas satu juga menjadi salah satu indikator yang dievaluasi
keberhasilannya melalui Renstra Kementerian Kesehatan. Kegiatan penjaringan kesehatan
selain untuk mengetahui secara dini masalah-masalah kesehatan anak sekolah sehingga dapat
dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah keadaan yang lebih buruk, juga untuk
memperoleh data atau informasi dalam menilai perkembangan kesehatan anak sekolah,
maupun untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun perencanaan, pemantauan dan
evaluasi kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

a) Penjaringan Kesehatan Peserta Didik Kelas I


Gambaran penjaringan kesehatan peserta didik kelas I kabupaten Belu tahun 2016
mencapai 80%. Cakupan penjaringan kesehatan peserta didik kelas I tertinggi terdapat di 10
puskesmas yaitu puskesmas Webora (100%), puskesmas Rafae (100%), puskesmas Atapupu

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


57
(100%), puskesmas Ainiba (100%), puskesmas Umanen (100%), puskesmas Atambua Selatan
(100%), puskesmas Wedomu (100%), puskesmas Silawan (100%), puskesmas Dilumil (100%)
dan puskesmas Nulaian (100%). Sedangkan cakupan capaian terendah terdapat di puskesmas
Laktutus (11,17%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.20
Cakupan Pelaksanaan Penjaringan Kesehatan Peserta Didik Kelas I Menurut Wilayah Kerja
Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016

Nualain 100,00

Dilumil 100,00
Silawan 100,00

Wedomu 100,00
Atambua Selatan 100,00

Umanen 100,00
Ainiba 100,00

Atapupu 100,00

Rafae 100,00

Webora 100,00

Kota 94,43
Haliwen 91,06

Haekesak 83,20
Aululik 80,22

Kab. Belu 80,00


Halilulik 79,19

Weluli 19,42

Laktutus 11,17

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00

Sumber : Bidang Kesga

b) Penjaringan Kesehatan Peserta Didik Kelas VII dan X


Gambaran penjaringan kesehatan peserta didik kelas VII dan X kabupaten Belu tahun
2016 mencapai 94,01%. Dengan capaian tertinggi terdapat di 12 puskesmas yaitu puskesmas
Webora (100%), puskesmas Rafae (100%), puskesmas Atapupu (100%), puskesmas Ainiba
(100%), puskesmas Umanen (100%), puskesmas Atambua Selatan (100%), puskesmas Wedomu
(100%), puskesmas Silawan (100%), puskesmas Aululik (100%), Puskesmas Weluli (100%),
puskesmas Dilumil (100%) dan puskesmas Nualain (100%). Sedangkan capaian terendah terdapat
di puskesmas Laktutus dengan capaian 39,61%. Gambaran pelaksanaan penjaringan kesehatan
peserta didik kelas VII dan X kabupaten Belu berdasarkan wilayah kerja puskesmas tahun 2016
dapat dilihat pada grafi di bawah ini.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


58
Grafik 4.21
Cakupan Pelaksanaan Penjaringan Kesehatan Peserta Didik Kelas VII dan X Menurut Wilayah
Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016

Nualain 100,00
Dilumil 100,00
Weluli 100,00
Aululik 100,00
Silawan 100,00
Wedomu 100,00
Atambua Selatan 100,00
Umanen 100,00
Ainiba 100,00
Atapupu 100,00
Rafae 100,00
Webora 100,00
Haekesak 97,33
Kab. Belu 94,01
Halilulik 91,40
Haliwen 91,39
Kota 70,15
Laktutus 39,61

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00


Sumber : Bidang Kesga

IV.2 Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang


A. Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
Upaya Pelayanan Kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, dengan memberikan pelayanan kesehatan
dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah
dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan dasar adalah sebagai berikut :
1. Kunjungan Puskesmas
a. Jumlah Kunjungan Masyarakat di Puskesmas kabupaten Belu Tahun 2015 dan 2016
Persentase cakupan kunjungan Puskesmas dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini:
Grafik 4.22
Persentase Kunjungan Puskesmas Tahun 2015-2016

100,0 98,3
84,3
90,0
80,0
70,0

Tahun 2015
Tahun 2016
Sumber : Bidang Yankes

Pada grafik 1, dapat diketahui bahwa pada tahun 2015, cakupan kunjungan masyarakat pada
sarana kesehatan rata rata diatas 80%, sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 204.541 jiwa

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


59
(98,3%), hal ini dapat menjelaskan bahwa hampir semua masyarakat mengadakan kontak
dengan sarana kesehatan lebih dari satu kali baik dari dalam wilayah maupun dari luar wilayah.
Dari data di atas disimpulkan bahwa :
Mulai adanya kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
yang ada.
Pendekatan pelayanan Kesehatan kepada masyarakat pada wilayah yang sulit diakses.

b. Kunjungan Rawat Jalan


Kunjungan Rawat Jalan adalah pelayanan keperawatan kesehatan perorangan yang
meliputi observasi, diagnosa, pengobatan, rehabilitasi medik tanpa tinggal diruang rawat inap
pada sarana kesehatan. Cakupan Rawat Jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di
sarana kesehatan pemerintah dan swasta di satu wilayah kesehatan pada kurun waktu tertentu.
Kunjungan pasien baru adalah kunjungan pertama seseorang disarana kesehatan pada kurun
waktu tertentu. Kunjungan rawat jalan pada Puskesmas dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.23
Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas Tahun 2016

203.159
250.000

200.000

150.000

100.000
22.419

20.916

19.296

16.776

16.022

15.266

12.760

12.657

12.078

10.732

10.298

50.000
8.272

7.893

6.957

4.069

3.530

3.218

Sumber : Bidang Yankes

Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa cakupan kunjungan rawat jalan puskesmas di
Kabupaten Belu Tahun 2016 melampaui target SPM (15%), yaitu sebesar 99,32 % (203.159
jiwa). Kunjungan tertinggi ada pada Puskesmas Haekesak yaitu sebanyak 22.419 jiwa dan
terendah adalah Puskesmas Laktutus sebanyak 3.218 jiwa. Hal hal yang mempengaruhi
tingginya kunjungan rawat jalan adalah :
Pendekatan pelayanan kepada masyarakat seperti pelayanan daerah terpencil (Puskesmas
Keliling).
Adanya kunjungan luar wilayah karena daerah yang mudah diakses masyarakat.
Adanya dukungan pembiayaan kesehatan oleh pemerintah.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


60
2. Pola Penyakit Terbesar
Grafik 4.24
15 Besar Penyakit Rawat Jalan Tahun 2016

14.541
16.000

10.679

10.182
14.000
12.000

7.391
10.000

5.646

4.800
8.000

4.013

3.496
3.277

3.293
2.874

2.772
2.705
6.000

2.339

2.301

2.254

2.242

1.949
1.853

1.870
1.801

1.625

1.531
1.511

1.460

1.344
1.330

1.122
1.049
4.000

774
2.000
-

Sumber : Bidang Yankes Laki-laki Perempuan

Pada grafik di atas dapat diketahui bahwa kasus terbanyak pada tahun 2016 adalah penyakit
berbasis lingkungan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dengan jumlah 25.220 kasus
dan kasus terendah adalah Dispepsia dengan jumlah 2.305 kasus. Penyebab tingginya kasus
penyakit berbasis lingkungan ini karena Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat
masih kurang didukung dengan budaya masyarakat yang masih memelihara ternak disamping
rumah.

3. Rawat Inap
Cakupan pelayanan rawat inap.
Kunjungan pasien rawat inap di tahun 2016 sebanyak 556 orang (Baru 540 oarang, lama
16 orang). Cakupan rawat inap pada Puskesmas Rawat Inap tahun 2016 (0,3%). Angka ini masih
dibawah target 1,5 %. Hal ini dikarenakan belum semua puskesmas di Kabupaten Belu memiliki
rawat inap (dari 17 puskesmas, hanya 3 puskesmas yang memiliki RRI). Penilaian tingkat
keberhasilan pada puskesmas Rawat Inap dengan rincian cakupan dilihat dari beberapa indikator
sebagai berikut :
a. Pemanfaatan Tempat Tidur (BOR)
b. Rata - rata lama hari perawatan (LOS)
c. Rata rata Tempat tidur dipakai (BTO)
d. Rata rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI)
e. Presentase pasien keluar yang meninggal (GDR)
f. Presentase pasien keluar yang meninggal <48 jam Perawatan (NDR).
g. Jumlah pasien rawat Inap.

Pencapaian pelaksanaan kegiatan sbb :

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


61
a. BOR (Pemanfaatan Tempat Tidur)
Grafik 4.25
Cakupan BOR Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016

35,0
30,0
25,0
20,0
15,0 31,7
10,0
5,0 8,7
14,1
0,0
2,0
Weluli
Haekesak
Silawan
Sumber : Bidang Yankes Kabupaten

Pada grafik di atas, dapat diketahui bahwa cakupan BOR pada Puskesmas Rawat Inap
Puskesmas di Kabupaten Belu pada tahun 2016 sebesar 14,1%. Faktor-faktor yang mempengaruhi
angka BOR suatu tempat pelayanan rawat inap yaitu:
Semakin meningkatnya jumlah Tempat pelayanan Rawat inap dan tempat tidur yang
tersedia, sedangkan jumlah populasi yang mencari pelayanan tidak terlalu tinggi.
Ada pasien yang langsung ke sarana kesehatan Strata 2 khususnya rumah sakit.
Ada kemungkinan bahwa pelayanan medik dasar rawat jalan sudah dapat ditangani dengan
baik sehingga tidak terjadi rawat inap.
Adanya perbaikan gedung pelayanan rawat inap (Puskesmas Weluli).
Masih ada 3 puskesmas rawat inap yang belum beroperasi.

b. BTO (Rata-rata Tempat Tidur Dipakai)


Grafik 4.26
Cakupan BTO Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016

40 34,4
30
20 10,6
10 16,2
0 3,5

Weluli
Haekesak
Silawan
Kabupaten
Sumber : Bidang Yankes

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


62
Pada grafik 5 terlihat bahwa Cakupan BTO Rawat Inap Puskesmas pada tahun 2016
sebesar 16,2%.Hal ini disebabkan adanya 2 kemungkinan yang terjadi yaitu :
Masih kurangnya tenaga medis (Dokter) untuk 3 puskesmas rawat inap.
Perilaku masyarakat dalam upaya preventif mulai membaik.

c. ALOS (Rata-rata Lama Hari Perawatan)


Grafik 4.27
Cakupan ALOS Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016
5 4,5

4 3,5

3 2,7
2,1
2

0
Weluli Haekesak Silawan Kabupaten
Sumber : Bidang Yankes
Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa rata - rata hari perawatan tahun 2016 adalah
<3 hari. Hal hal yang mempengaruhi adalah :Adanya kepatuhan prosedur perawatan di
RRI.

d. TOI (Rata-rata Selang Waktu Pemakaian Tempat Tidur)


Grafik 4.28
Cakupan TOI Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016

120 102,2

100

80

60

31,5
40
19,4

20 7,3

0
Weluli Haekesak Silawan Kabupaten
Sumber : Bidang Yankes

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa selang waktu dalam pemakaian
tempat tidur (TOI) tingkat Kabupaten pada tahun 2016 yaitu dari 19,4 hari. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat penggunaan tempat tidur belum begitu efektif, di mana menurut Depkes RI
(2005),

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


63
Idealnya 1-3 hari. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain :
Akses masyarakat terhadap sarana pelayanan (RRI).
Rendahnya kasus yang membutuhkan rawat inap.

e. GDR (Persentase Pasien Keluar Yang Meninggal)


Grafik 4.29
Cakupan GDR Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016

100
80 85,7

60
40
9,4
20 2,9
0
10,3
Weluli
Haekesak
Silawan
Kabupaten
Sumber : Bidang Yankes

Dari grafik di atas, GDR (jumlah pasien keluar meninggal) untuk tahun 2016 sebesar 10,3 %.
Dengan GDR tertinggi pada Puskesmas Silawan (85,7 %), puskesmas Weluli (9,4 %) dan
puskesmas Haekesak (2,9).

f. NDR (Persentase Pasien Keluar Yang Meninggal > 48 Jam Perawatan)


Cakupan NDR kabupaten Belu tahun 2016 0,0%, diakibatkan karena di tahun 2016 tidak
terdapat kasus NDR di kabupaten Belu.

g. Morbiditas Rawat Inap Menurut Umur dan Jenis Kelamin


Grafik 4.30
15 Besar Penyakit Puskesmas Rawat Inap di Kabupaten Belu Tahun 2016
80 75
70 61
60
50
40 33
30 25
18
20 10 9 9 8 8 7 7 7 6 5
10
-

Sumber : Bidang Yankes Jumlah Penyakit Laki+Perempuan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


64
Dari grafik 4.30. Dapat diketahui bahwa Pola penyakit terbanyak rawat inap (15
penyakit utama) pasien, penyakit terbanyak di tahun 2016 yaitu Diare sebanyak 75 Kasus, dan
terendah adalah Astma Bronchiale sebanyak 5 kasus. Hal ini dipengaruhi oleh rendahnya
kepatuhan terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

4. Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas)


Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) adalah pelayanan keperawatan
profesional yang merupakan perpaduan antara ilmu kesehatan masyarakat dengan ilmu
keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada keluarga dan
kelompok resiko tinggi. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan dilakukan melalui
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit atau masalah kesehatan lainnya tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif dengan memperhatikan keterjangkauan pelayanan
kesehatan dengan melibatkan klien individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. (Kepmenkes
RI No.279/2006)
Tujuan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan kemandirian
masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan kesehatan masyarakat yang optimal.
Pelayanan keperawatan diberikan secara langsung kepada seluruh masyarakat dalam rentang
sehat sakit dengan mempertimbangkan seberapa jauh masalah kesehatan mempengaruhi
individu, keluarga, dan kelompok maupun masyarakat.
Dalam kegiatan perkesmas terdiri dari 2 (dua) kegiatan yaitu kegiatan dalam gedung dan
kegiatan luar gedung. Kegiatan dalam gedung merupakan pelayanan keperawatan kesehatan
masyarakat yang dilakukan terhadap sasaran baik diruang rawat jalan puskesmas dan jaringannya
maupun rawat inap Puskesmas. Sedangkan kegiatan luar gedung merupakan kegiatan pelayanan
keperawatan kesehatan masyarakat yang dilakukan di luar gedung puskesmas terhadap semua
sasaran baik yang berada dalam suatu Institusi maupun di luar Institusi. Pelaksanaan asuhan
keperawatan ini dapat dilaksanakan pada individu, keluarga, posyandu, sekolah, panti, lembaga
pemasyarakatan (Lapas), dll.

Tingkat Kemandirian Keluarga


Tingkat kemandirian keluarga dalam program perawatan kesehatan masyarakat dibagi
dalam 4 tingkatan yaitu keluarga mandiri tingkat I (KM- I) (paling rendah), keluarga mandiri
Tingkat dua (KM II), Keluarga mandiri tingkat tiga (KM- III), dan keluarga mandiri tingkat empat
(KM- IV) (paling tinggi). Berikut merupakan hasil penanganan kasus penyakit serta pembinaan
kepada Individu, Keluarga, Kelompok dan masyarakat yang dilakukan melalui Kunjungan rumah.
Adapun kegiatan yang dilakukan di luar gedung antara lain :
a) Pembinaan kesehatan melalui sasaran perkesmas melalui kunjungan rumah.
b) Pembinaan terhadap keluarga rawan kesehatan
c) Pelayanan keperawatan terhadap tindak lanjut dirumah termasuk pembinaan terhadap
keluarga.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


65
d) Pelayanan keperawatan terhadap kasus risiko tinggi di rumah
e) Melaksanakan pembinaan terhadap kelompok khusus.
f) Melakukan Asuhan keperawatan individu, Keluarga Kelompok dan Masyarakat.
Grafik 4.31
Tingkat Kemandirian Keluarga di Kabupaten Belu Tahun 2015-2016

599
600
470 463
500

400 349

300 230
162 174
200

100 43

0
KM 1 KM 2 KM 3 KM 4

2015 2016
Sumber : Bidang Yankes

Dari grafik 4.31 menunjukkan bahwa ada perubahan peningkatan kemandirian pada individu,
keluarga dan kelompok yang dibina, melalui intervensi yang dilakukan petugas kesehatan.

Jumlah Kasus Dalam Keluarga Binaan


Grafik 4.32
Jumlah Kasus Dalam Keluarga Binaan Tahun 2016
600

500

400
JUMLAH KASUS

300

200

100

-
ATB
WE HAL ATA HAL LAK UM WE SILA HAE AUL DIL NU KAB
RAF AINI KOT .SEL WEL
BOR ILUL PUP IWE TUT ANE DO WA KES ULI UMI ALA UPA
AE BA A ATA ULI
A IK U N US N MU N AK K L IN TEN
N
MATERNAL RISTI 81 1 - - - 8 - 92 8 - - - 18 - - - - 208
BAYI RISTI 24 - - - - 2 - - 9 - - - - - - - - 35
BALITA RISTI 29 1 - - 35 8 - 3 18 - - - 32 - - - - 126
PENYAKIT MENULAR 80 14 25 11 19 24 12 76 49 42 - - - 15 - 63 - 430
USIA LANJUT - - 75 40 46 4 - - 6 - - - 15 - - - - 186
PENYAKIT TIDAK MENULAR 49 28 183 36 14 97 4 58 20 12 4 1 11 21 - - - 538
Sumber : Bidang Yankes

Grafik di atas merupakan jumlah kasus dalam keluarga binaan Tahun 2016.Penyakit yang
terbanyak yaitu penyakit tidak menular dengan jumlah 538 kasus.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


66
5. Rujukan Puskesmas
Target cakupan rujukan 2016 adalah 3.860 (1,9 %) dari total kunjungan: Cakupan
rujukan Tahun 2016 sebanyak : 3.141 orang (1,5 %).Gambaran Rujukan dan rujukan balik
kabupaten Belu tahun 2016 dapat dilihat lebih rinci pada table di bawah ini.
Tabel 4.2
Rujukan dan Rujukan Balik di Kabupaten Belu Tahun 2016
TARGET
RUJUKAN % JUMLAH
JUMLAH JUMLAH %
2016 (1,9* RUJUKAN RUJUKAN
NO PUSKESMAS KUNJUNG RUJUKAN RUJUKAN
JUMLAH KUNJUNG BALIK
AN 2016 2016 BALIK
KUNJUNGA AN 2016 2016
N/ 100
1 Kota Atambua 20,916 397.404 503 2.4 62 12.3
2 Haliwen 12,078 229.482 388 3.2 98 25.3
3 Umanen 19,296 366.624 202 1.0 1 0.5
4 Atapupu 10,732 203.908 359 3.3 - -
5 Atambua Selatan 15,266 290.054 376 2.5 - -
6 Ainiba 4,069 77.311 119 2.9 12 10.1
7 Silawan 6,957 132.183 25 0.4 1 4.0
8 Wedomu 16,022 304.418 309 1.9 25 8.1
9 Weluli 12,657 240.483 64 0.5 10 15.6
10 Aululik 16,776 318.744 41 0.2 - -
11 Haekesak 22,419 425.961 176 0.8 1 0.6
12 Dilumil 3,530 67.07 34 1.0 6 17.6
13 Nualain 12,760 242.44 38 0.3 - -
14 Halilulik 10,298 195.662 280 2.7 16 5.7
15 Laktutus 3,218 61.142 48 1.5 14 29.2
16 Webora 8,272 157.168 32 0.4 11 34.4
17 Rafae 7,893 149.967 147 1.9 - -
TOTAL 203,159 3,860 3,141 1.5 257 8.2
Sumber : Bidang Yankes

Tabel 4.3
Cakupan Jenis Spesialisasi Penyakit Kabupaten Belu Tahun 2015 dan 2016
NO SPESIALISASI PENYAKIT 2015 2016

1 Penyakit Dalam 1560 1180


2 Penyakit Bedah 256 293
3 Penyakit Anak 153 101
4 Tumbang 0 149
5 Kebidanan 698 645
6 Kb 0 28
7 Syaraf 49 33
8 Paru-Paru 82 221
9 B20 134 320
10 Mata 188 97
11 Gimul 15 18
12 Tht 0 12
13 Jantung 37 44
14 Fisioterapi 0 3
15 Kulit/ Kelamin 0 6
16 Jiwa 0 9
17 Andropometri 0 1
TOTAL 5,187 5,176
Sumber : Bidang Yankes

Berdasarkan tabel di atas, jumlah penyakit Spesialistik yang tertinggi pada tahun 2015 adalah
Penyakit dalam sebanyak 1.578 kasus dan yang paling rendah adalah penyakit gigi mulut 15
kasus, sedangkan pada tahun 2016 penyakit dalam yang tertinggi dengan jumlah 1.180 kasus dan
terendah pada kasus andropometri sebanyak 1 kasus.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


67
B. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
1. Pelayanan Rawat Jalan, Rawat Inap, Pola Penyakit Terbesar Pada Kunjungan Rawat jalan
dan Rawat Inap.
a. Rawat Jalan
Grafik 4.33
Jumlah Kunjungan rawat jalan Rumah Sakit di Kabupaten Belu, Tahun 2015 dan 2016

23.708
23.523
13.327
11967

9372

7.694
2.687
2184

RSUD Mgr. RST 09.08.02


Rumkitban RSK Marianum KABUPATEN
Gabriel Manek,
09.08.02
SVD

Tahun 2015 Tahun 2016


Sumber : Bidang Yankes

Grafik di atas menunjukkan bahwa kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit baik
Pemerintah maupun Swasta tahun 2016 sebanyak 23.708, dengan jumlah tertinggi pada RSUD
Atambua, sebanyak 13.327 kunjungan dan terendah pada RST 09.08.02 Atambua sebanyak
2.687 kunjungan. Sedangkan cakupan kunjungan rawat jalan RS Sito Husada tidak ada karena
tidak mempunyai poli rawat jalan. Kunjungan rawat jalan pada tahun 2015 sebanyak 23.523
kunjungan. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan kunjugan rawat jalan pada tahun 2016
dibanding pada tahun 2015.
Tabel 4.4
Kegiatan Rujukan Pada Rumah Sakit Kabupaten Belu Tahun 2016
DIRUJUK
JLH JLH RUJUKAN DARI BAWAH
KE ATAS
NO NAMA RS KUNJUNGA
N (RJ + RI) PUSK. FASKES RS JUMLA
JLH % %
LAIN LAIN H
1 RSUD Atambua 23,705 1537 204 63 1804 7.6 392 21.7
2 RS SITO 2,753 28 148 0 176 6.4 0 0.0
3 RST 3,098 138 0 0 138 4.5 0 0.0
4 RSKM 9,992 0 0 0 0 0.0 0 0.0
TOTAL 39,548 1,703 352 63 2,118 5.4 392 18.5
Sumber : Bidang Yankes

Berdasarkan tabel di atas, jumlah kasus rujukan pada rumah sakit terdiri dari rujukan dari
bawah (berasal dari puskesmas, Rumah sakit lain dan fasilitas kesehatan) sebanyak 2.118 kasus
(5,4% dari total kunjungan). Rumah Sakit yang paling banyak menerima rujukan dari bawah
pada tahun 2016 adalah RSUD Atambua, sebanyak 1.804 kasus (7,6% dari total kunjungan).
Sedangkan rujukan ke atas untuk tahun 2016 terbanyak pada RSUD Atambua sebanyak 392 kasus
(21,7%). Besarnya rujukan dipengaruhi oleh tingkat kompetensi yang dimiliki oleh masing-masing
rumah sakit.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


68
b. Pola Penyakit Terbesar Pada Kunjungan Rawat Jalan
Grafik 4.34
15 Besar Penyakit Kunjungan Rawat Jalan RS Tahun 2016

1.763
2239
2500

1.433
1328
2000
1500

792

754

637

613
674

577
609

527

524
574

566
513

430

396

396
454
1000

351

335

305
353

300

276
500
0

2015 2016
Sumber : Bidang Yankes

Grafik di atas menunjukkan bahwa pola penyakit terbesar kunjungan rawat jalan di
rumah sakit tahun 2016 masih didominasi oleh penyakit berbasis lingkungan yaitu Infeksi Saluran
Pernapasan Atas Akut (ISPA) sebanyak 1.763 kasus, Malaria sebanyak 1.433 kasus, Tuberkulosis
alat napas lainnya sebanyak 792 kasus, Gangguan perkembangan dan erupsi gigi termasuk
impaksi sebanyak 754 kasus.

c. Rawat Inap
Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi
yaitu indikator standar terkait dengan pelayanan di rumah sakit, yang di pantau antara lain :
BOR, ALOS, BTO, TOI, GDR dan NDR.
Tabel 4.5
Pencapaian indikator rawat inap rumah sakit tahun 2016
BOR ALOS BTO NDR GDR
No RS JLH TT TOI (hr)
(%) (hr) (kali) (%0) (%0)
1 RSUD ATB 157 61.5 3.8 63.9 2.2 24.3 35.3
2 RS Sito Husada 58 42.1 0.0 47.5 4.5 2.2 6.5
3 RST 25 15.4 3.4 16.4 18.8 0.0 0.0
4 RSKM 70 28.7 3.2 32.8 7.9 3.5 10.0
KABUPATEN 310 46.7 3.0 50.0 3.9 16.6 25.5
Sumber : Bidang Yankes

Sesuai Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase pemakaian tempat tidur (BOR)
Rumah Sakit rata-rata masih dibawah angka ideal yang diharapkan ( 60 85 %) yaitu sebanyak
46,7%. BOR tertinggi pada RSUD Atambua (61,5 %) dan terendah pada RST 09.08.02 Atambua
(15,4 %). Sedangkan frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) di Rumah Sakit tahun 2016 sebesar
50 kali dan hal ini sudah sesuai standar yaitu 40-50 kali. Indikator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi pada pemakaian tempat tidur.
Indikator selang waktu dalam pemakaian tempat tidur (TOI) Rumah Sakit tahun 2016
sebesar 4 hari.Cakupan TOI ini melampaui angka ideal tempat tidur kosong (1-3 hari).Hal ini
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kesehatan masih rendah. Secara normal kualitas

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


69
layananan kesehatan berbanding terbalik dengan ALOS dimana kualitas layanan meningkat maka
ALOS akan semakin pendek, sebaliknya kualitas layanan kesehatan semakin menurun maka ALOS
akan semakin panjang. ALOS rumah sakit tahun 2016 sebesar 3,0 hari dari target 6-9 hari rawat.
Angka kematian pasien keluar meninggal setelah dirawat 48 jam (NDR) tahun 2016
sebesar 17/1.000 pasien keluar. Demikian juga angka kematian pasien keluar meninggal (GDR)
tahun 2016 sebanyak 26/1.000 pasien keluar.

d. Pola Penyakit Terbesar Pada Kunjungan Rawat Inap


Grafik 4.35
15 Penyakit terbanyak Kunjungan Rawat Inap RS di Kabupaten Belu Tahun 2016
932

935

1000
704

900
678
635
598

800
573
518

700
463
600

371
364

500 328
263

256

254
232

227

227
224

217

216

198

196
400

183

181
178
300 139
200
100
0

2015 2016
Sumber : Bidang Yankes

Dari grafik di atas, menunjukkan bahwa penyakit terbanyak pasien rawat inap rumah
sakit tahun 2016 masih didominasi oleh penyakit berbasis lingkungan seperti penyakit Diare (704
kasus), malaria (678 kasus) dan penyakit Pneumonia (598 kasus).

e. Pelayanan Gawat Darurat Di Rumah Sakit Tahun 2016


Tabel 4.6
Pelayanan Gawat Darurat di Rumah Sakit Tahun 2016

Sumber : Bidang Yankes

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


70
2. Pelayanan Bedah
Tabel 4.7
Cakupan Pelayanan Bedah Rumah Sakit di Kabupaten Belu Tahun 2016

Sumber : Bidang Yankes

3. Pelayanan Persalinan
Tabel 4.8
Pelayanan Persalinan Rumah Sakit di Kabupaten Belu Tahun 2016
CAKUPAN
INDIKATOR RSUD Mgr. Gabriel RSKM RS. SITO RST KABUPATEN
Jlh Mati Dirujuk Jlh Mati Dirujuk Jlh Mati Dirujuk Jlh Mati Dirujuk Jlh Mati Dirujuk
Jlh Persalinan 2,022 6 - 183 1 1 61 - - - - - 2,266 7 1
- Persalinan Normal 1,381 - - 173 - - 61 - - - - - 1,615 - -
- Persalinan dng Komplikasi 641 6 - 10 1 1 - - - - - - 651 7 1
* Perd sblm persalinan - - - 5 - - - - - - - - 5 - -
* Perd sdh persalinan 8 - - 2 1 - - - - - - - 10 1 -
* Pre eclampsi - - - 1 - - - - - - - - 1 - -
* eclampsi - - - 1 - 1 - - - - - - 1 - 1
* Infeksi - - - 1 - - - - - - - - 1 - -
* Lain - lain 633 6 - - - - - - - - - - 633 6 -
Rata2 Persalinan / hr 6 - 0.5 - 0.2 - - - - - 6 - -
Abortus 223 - - 17 - - 4 - - - - - 244 - -
Persalinan dg Bedah Caesar 990 - - - - - - - - - - - 990 - -
Sumber : Bidang Yankes

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


71
4. Perinatologi
Tabel 4.9
Pelayanan Perinatologi Di Rumah Sakit Kabupaten Belu Tahun 2016
CAKUPAN
NO INDIKATOR RSUD Mgr. RSKM RS. SITO RST KABUPATEN
Jlh Dirujuk Jlh Dirujuk Jlh Dirujuk Jlh Dirujuk Jlh Dirujuk
1 Kelahiran Hidup 2255 0 187 0 61 0 0 0 2503 0
- < 2500 gram 843 16 0 0 0 0 0 859 0
- 2500 gram 1412 171 0 61 0 0 0 1,644 0
2 Kematian Perinatal 79 0 6 0 0 0 0 0 85 0
- Kelahiran Mati 24 1 0 0 0 0 0 25 0
- Mati Neonatal < 7 hari 55 5 0 0 0 0 0 60 0
3 Sebab kematian Perinatal 79 0 6 0 0 0 0 0 85 0
- Kelahiran Mati 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
- Mati Neonatal < 7 Hr 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Asphyxia 14 0 2 0 0 0 0 0 16 0
- Trauma Kelahiran 8 0 0 0 0 0 0 0 8 0
- BBLR 31 0 3 0 0 0 0 0 34 0
- Tetanus Neonatorum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
- Kelainan Kongenital 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
-ISPA 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
- Diare 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
- Lain - Lain/ IUFD 24 0 0 0 0 0 0 0 24 0
Sumber : Bidang Yankes

5. Upaya Kesehatan Khusus di Rumah Sakit


a. Upaya Kesehatan Gigi Mulut
Tabel 4.10
Pemeriksaan Kesehatan Gigi & Mulut Rumah Sakit Kabupaten Belu Tahun 2016

Sumber : Bidang Yankes

b. Transfusi Darah
Tabel 4.11
Pelayanan Transfusi Darah di Rumah Sakit Tahun 2016

Sumber : Bidang Yankes

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


72
c. Pelayanan Radiologi
Tabel 4.12
Pelayanan Radiologi Rumah Sakit Tahun 2016

Sumber : Bidang Yankes

C. Pelayanan Kesehatan Khusus dan Registrasi Sarana Pelayanan Kesehatan (SARYANKES)


1. Program Kesehatan Mata
a. Pelayanan Operasi Mata
Dalam upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin terutama kecacatan fisik,
maka pada tahun 2016 di Kabupaten Belu dilaksanakan operasi katarak dan Pteregyum hasil kerja
sama Pemda Kabupaten Belu dengan Tim Spesialis Mata dari PERDHAKI Pusat. Kegiatan operasi
dilaksanakan di RSUD Atambua Tahun 2016 berjumlah 48 orang.

b. Program Kesehatan Mata di Puskesmas


Program Kesehatan Mata dilaksanakan secara integrasi dengan program lainnya di
Puskesmas. Jangkauan Pengobatan Penyakit Mata diukur dengan melihat data cakupan rawat
jalan kasus penyakit mata.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


73
Grafik 4.36
Cakupan 10 Besar Penyakit Mata Tahun 2016

469
500
450
400
350
300
Jumlah

250
200
111
150
100 48
50 6 5 4 3 2 1 1
0

Sumber : Bidang Yankes

Untuk cakupan 10 besar penyakit mata pada tahun 2016 terbanyak pada kasus
Konjungtifitis sebanyak 469 kasus. Penyakit mata lainnya sebanyak 111 kasus, katarak sebanyak 48
kasus dan kasus penyakit mata terendah pada kasus Trauma Pada Pelfebra dan Blepharitis masing-
masing 1 kasus.

2. Program Kesehatan Jiwa


Program Kesehatan Jiwa dilaksanakan melalui 2 (dua) program/ upaya, yaitu :
a. Upaya/Program Pokok
- Upaya Promotif dan Preventif
- Upaya Kuratif
- Upaya Rehabilitatif
b. Upaya/Program Penunjang dan Pengembangan
- Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
- Penyempurnaan Administrasi Manajemen
- Penyempurnaan Sistem Informasi Kesehatan Jiwa.
Grafik 4.37
10 Besar Penyakit Gangguan Jiwa Tahun 2016
50 43
45
40
35
30
25
20
15 7
10 6 5 4 4
5 2 2 2 1
0
Psikosa/Zisoprenia

Schisofrenia Akut
Paranoid (F.200)

Schizofrenia Tak
Gangguan Psikotik
Insomnia (F.519)

Ekstrapramidal/tre
Depresi Berat

Retardaksi Mental
Psikosomatis
Schizofrenia

rinci (F.302)
(F.450)
(F.323)

mor (G.25)
Gangguan
(F.231)

(F.208)
(F.209)

(e.79)

Sumber : Bidang Yankes

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


74
Dari grafik diatas kasus dengan gangguan jiwa sebanyak 76 pasien. Kasus terbanyak adalah kasus
penyakit Insomnia (43 kasus) dan kasus penyakit jiwa terendah adalah Retardaksi Mental (2
kasus).
Grafik 4.38
Presentasi Kunjungan Penderita Gangguan Jiwa di Puskesmas Tahun 2016

43,20
50
45
40
35
30
25
%

13,60
20
9,60

15
4,80

4,80
4,00

4,00

4,00
10
3,20

3,20
2,40

1,60
0,80

0,80
0,00

0,00

0,00
5
0

Sumber : Bidang Yankes


Dari grafik di atas, Pada tahun 2016 persentase kunjungan penderita gangguan jiwa tertinggi di
Puskesmas Haliwen 43,20%. Hal ini disebabkan karena masih banyak petugas puskesmas
(Dokter dan perawat) yang belum dilatih tentang kesehatan jiwa.

3. Program Kesehatan Kerja


Tabel 4.13
Usaha Kesehatan Kerja di Kabupaten Belu Tahun 2016
Kasus Kasus Kasus Jumlah Pos UKK Persentase (%)
Kasus
Pekerja diduga penyakit kecelaka Pekerja petugas Puskesmas
penyakit
No. Puskesmas sakit yg penyakit akibat an akibat sektor yang menggunakan Total
umum pd Nelayan
dilayani akibat kerja pd kerja pd formal APD (Masker dan
pekerja
kerja pd pekerja pekerja lainnya atau Handskun)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Kota Atambua 762 710 15 0 37 0 0 25.09 762
2 Haliwen 2022 1287 0 678 67 0 1 91.67 2022
3 Umanen 1306 713 120 168 64 0 0 0 1306
4 Atapupu 153 147 0 0 7 0 0 75 153
5 Atambua selatan 1606 731 635 293 54 0 0 9.18 1606
6 Ainiba 153 139 3 1 12 0 0 56.25 153
7 Silawan 1349 1788 0 52 31 0 0 90.96 1849
8 Wedomu 172 97 37 54 64 0 0 52.5 172
9 Weluli 204 133 7 1 1 0 0 6.33 204
10 Aululik 158 110 10 13 3 0 0 18.25 158
11 Haekesak 491 430 37 55 29 0 0 29.17 491
12 Dilumil 1675 1166 121 302 88 0 0 57.29 1675
13 Nualain 222 88 84 98 37 0 0 0 222
14 Halilulik 1970 1175 585 230 0 0 1 47.8 1970
15 Laktutus 2788 2788 0 0 10 0 0 0 2788
16 Webora 454 454 0 0 0 0 0 0 454
17 Rafae 5873 5868 5 0 0 0 0 74.75 5873
JUMLAH 21858 17814 1659 1945 50 0 2 37.37 21858
Sumber : Bidang Yankes

Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah kunjungan pekerja sektor formal dan sektor
nonformal pada tahun 2016 sebanyak 21858 orang pekerja dengan jumlah tertinggi pada
puskesmas Rafae sebanyak 5873 orang pekerja dan jumlah kunjungan pekerja terendah ada di
Puskesmas Ainiba dan Puskesmas Atapupu sebannyak 153 orang pekerja sector formal dan sector
nonformal. Kasus penyakit umum pada pekerja terbanyak pada puskesmas Atambua Selatan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


75
sebanyak 635 dan Kasus diduga penyakit akibat kerja pada pekerja terbanyak di Puskesmas
Atambua Selatan sebanyak 653 kasus. Untuk Kasus penyakit akibat Kerja pada pekerja (PAK)
terbanyak di Puskesmas Haliwen sebanyak 678 Kasus dan Kasus Kecelakaan Akibat Kerja (KAK)
terbanyak di Puskesmas dilumil 88 kasus. Dari tabel terlihat bahwa dari kunjungan pekerja
sebanyak 21858 orang dibandingkan dengan kasus yang dilaporkan hanya 21922 kasus hal ini
disebabkan karena pekerja yang sakit dan berobat yag dilayani ada yang memiliki 2 kasus
penyakit. Dan dari pekerja yang sakit sebagian besar didiagnosa Penyakit Umum pada Pekerja
sebanyak 17814 kasus karena petugas /pengelola kesehatan kerja belum semua dilatih untuk
mendiagnosa kasus Penyakit akibat kerja (PAK) dan Penyakit akibat Hubungan Kerja (PAHK).
Selain itu juga bahwa untuk menentukan kasus Penyakit akibat kerja (PAK) dan Penyakit akibat
Hubungan Kerja (PAHK) membutuhkan tenaga khusus seperti kedokteran okupasional.

4. Pengobatan Tradisional
Tabel 4.14
Pengobatan Tradisional di Kabupaten Belu Tahun 2016

Sumber : Bidang Yankes

5. Upaya Kesehatan Gigi Mulut


a. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan siswa SD dan setingkat adalah pemeriksaan kesehatan umum,
kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid
SD/setingkat yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga kesehatan terlatih (guru
dan dokter kecil) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Gambaran pelayanan
kesehatan gigi dan mulut secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran Profil tabel 51.
Pelayanan kesehatan Murid SD yang lengkap mulai dari pemeriksaan sampai dengan
perawatan terdapat di Puskesmas : Kota, Halilulik, Atapupu dan Haekesak, sedangkan Murid SD
yang tidak lengkap mendapat pelayanan perawatan kesehatan terdapat di Puskesmas Haliwen,
Silawan, Nualain, Laktutus, Webora, Rafae, Aululik, hal ini terjadi karena:
1) Ada Puskesmas yang memiliki peralatan tetapi tidak memiliki tenaga ahli gigi.
2) Ada Puskesmas yang memiliki tenaga ahli gigi tetapi peralatan tidak berfungsi dengan baik.
3) Ada Puskesmas yang tidak memiliki tenaga ahli gigi dan peralatan gigi.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


76
b. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Tabel 4.15
Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kabupaten Belu Tahun
2016
P ELAYANAN KESEHAT AN GIGI
DAN MULUT
JUMLAH RASIO
P USKESMA KUNJUNGA
NO KECAMAT AN P ENDUDU T UMP AT A PENCABU T UMP AT A
S N
K N GIGI T AN GIGI N/
T ET AP T ET AP P ENCABU
T AN
WEBORA 19 0 0 0
1 RAIMANUK 15.814
RAFAE 4 0 0 0
2 T ASIFET O BARAT 23.718 HALILULIK 105 1 4 0,25
KAKULUK AT AP UPU 174 10 85 0,12
3 MESAK 19.239 HALIWEN 91 11 4 2,75
AINIBA 22 0 0 0
4 NANAET DUBESI 4.355 LAKT UT US 0 0 0 0
5 KOT A AT AMBUA 28.726 KOT A 599 52 73 0,7
6 AT AMBUA BARAT 23.116 UMANEN 57 1 2 0,5
7 AT AMBUA SELAT AN 23.357 AT AMBUA SELAT
25AN 0 0 0
T ASIFET O WEDOMU 113 3 5 0,6
8 22.402
T IMUR SILAWAN 0 36 0 0
9 RAIHAT 13.259 HAEKESAK 93 0 13 0
10 LASIOLAT 6.387 AULULIK 42 0 0 0
11 LAMAKNEN 13.510 WELULI 312 0 11 0
LAMAKNEN DILUMIL 1 0 0 0
12 7.851
SELAT AN NUALAIN 0 0 0 0
TO TAL 201.734 1.657 114 197 0,6
Sumber : Bidang Yankes

Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2016 cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
sebanyak 1.657 kunjungan, dengan kasus tumpatan gigi tetap sebanyak 114 kasus dan kasus
pencabutan gigi tetap sebanyak 197 kasus. Puskesmas dengan jumlah kunjungan tertinggi adalah
puskesmas Kota sebanyak 599 orang, sedangkan Puskesmas dengan kunjungan terendah (0 kasus)
adalah Puskesmas Nualain dan Laktutus.

IV.3 Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar


Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa upaya
kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,
kimia, biologi maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Lingkungan sehat mencakup lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat
rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum, harus bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan
gangguan, diantaranya limbah (cair, padat dan gas), sampah yang tidak diproses sesuai dengan
persyaratan, vektor penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan yang melebihi ambang batas,
radiasi, air yang tercemar, udara yang tercemar dan makanan yang terkontaminasi.
Peraturan pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang kesehatan lingkungan menyatakan
bahwa kesehatan lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan
dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


77
fisik, kimia, biologi maupun sosial. Sedangkan menurut WHO, kesehatan lingkungan meliputi
seluruh faktor fisik, kimia dan biologi dari luar tubuh manusia dan segala faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku manusia. Kondisi dan kontrol dari kesehatan lingkungan berpotensi
untuk mempengaruhi kesehatan.

A. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat, yang dimaksud dengan STBM adalah pendekatan untuk mengubah perilaku
higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Penyelenggaraan
STBM bertujuan untuk mewujudkan perilaku yang higienis dan saniter secara mandiri dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam pelaksanaan
STBM berpedoman pada lima pilar yaitu:
1. Stop buang air besar sembarangan (BABS).
2. Cuci tangan pakai sabun.
3. Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga.
4. Pengamanan sampah rumah tangga.
5. Pengamanan limbah cair rumah tangga.
Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah jumlah
kumulatif desa/kelurahan yg terverifikasi melaksanakan STBM. Jumlah kumulatif desa/kelurahan
yg terverifikasi sebagai desa melaksanakan STBM dengan memenuhi kriteria :
1. Telah dilakukan pemicuan STBM.
2. Telah memiliki natural leader.
3. Telah memiliki Rencana Kerja Masyarakat (RKM).
Gambaran STBM di kabupaten Belu dilaporkan seluruh desa dan kelurahan melaksanakan STBM,
namun belum ada desa dan kelurahan yang STBM.
Dalam upaya pencapaian ini masih ada beberapa kendala yang dihadapi diantaranya
dalam hal perubahan perilaku dan kesenjangan pencapaian desa/kelurahan yang melaksanakan
STBM. Proses perubahan perilaku membutuhkan waktu yang relatif lama dan tidak dapat
dilakukan secara instan sehingga diperlukan pendampingan dari petugas agar masyarakat mau
berubah untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dan tetap konsisten dalam menjalankannya.
Untuk mengatasi kendala ini, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan seperti melakukan
advokasi dan sosialisasi secara terpadu bersama lintas program dan lintas sektor serta mitra terkait
dalam rangka internalisasi program di propinsi dan kabupaten/kota, meningkatkan dan
memperkuat strategi kemitraan antara pemerintah dengan swasta dalam rangka efektivitas
intervensi kegiatan, dan memperkuat sistem monitoring dan evaluasi STBM menggunakan sistem
monev berbasis web dan sms gateway dalam skala nasional.

B. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat mampu

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


78
menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan
kesehatan masyarakat. PHBS merupakan sesuatu tindakan pencegahan agar masyarakat terhindar
dari penyakit dan gangguan kesehatan. PHBS dapat dilakukan di berbagai tatanan masyarakat,
seperti tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja dan tempat-tempat umum.
PHBS di tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah tangga ber-PHBS,
terdapat sepuluh upaya yang harus dilakukan, yaitu :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi ASI eksklusif
3. Menimbang Balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. Makan sayur dan buah setiap hari
9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah

Kabupaten Belu persentase Rumah tangga ber-PHBS pada tahun 2016 sebesar 75,33%
terhadap 38.700 rumah tangga yang dipantau.

Grafik 4.39
Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS Kabupaten Belu Tahun 2013-2016

76,15
75,33

72,91
71,8

2013 2014 2015 2016


Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa persentase rumah tangga ber-PHBS kabupaten
Belu empat tahun terakhir cenderung naik turun. Pada tahun 2016 cakupan lebih rendah dari
pada tahun 2015 yaitu 75,33.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


79
C. Air Minum
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
Persyaratan Kualitas Air minum, air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa
proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Pada
Permenkes tersebut juga disebutkan bahwa penyelenggaraan air minum wajib menjamin air
minum yang diproduksinya aman bagi kesehatan. Dalam hal ini penyelenggaraan air minum
diantaranya adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/ Badan Usaha milik Daerah (BUMD),
koperasi, Badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok masyarakat dan/atau individual yang
menyelenggarakan penyediaan air minum. Air minum yang aman bagi kesehatan adalah air
minum yang memenuhi persyaratan secara fisik, mikrobiologis, kimia dan radioaktif. Secara fisik
air minum yang sehat adalah tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna serta memiliki total zat
padat terlarut, kekeruhan dan suhu sesuai ambang batas yang ditentukan. Secara mikrobiologis air
minum yang sehat harus bebas dari bakteri E. Coli dan total bakteri koliform. Secara kimiawi, zat
kimia yang terkadung dalam air minum seperti besi, aluminium, klor, arsen dan lainnya harus
dibawah ambang batas yang ditentukan. Secara radioaktif, kadar gross beta activity tidak boleh
melebihi 0,1 becquerel per liter (Bq/1) dan kadar gross beta activity tidak boleh melebihi 1 Bq/1.
Kabupaten Belu terdapat 57 tempat penyelenggaraan air minum. Dari 57 tempat ini
dilakukan pemeriksaan terhadap 24 tempat penyelenggaraan air minum. Dari 24 tempat yang
diperiksa, hasil pemeriksaan 24 tempat tersebut memenuhi syarat kesehatan (100%). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 4.40
Jumlah Tempat penyelenggaraan Air Minum dan Jumlah Sampel yang diperiksaBerdasarkan
Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu yang memiliki Tempat Penyelenggaraan Air Minum
Tahun 2016

25 21
20
15 10
9
10 5 5 6 6
4 4 3
5 1 0 2 1 2 1 1
0
0

Jumlah tempat Penyelenggara Air minum jumlah sampel diperiksa


Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan

Badan Pusat Statistik setiap tahunnya melaksanakan Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) yang diantaranya melakukan survei rumah tangga yang memiliki akses air minum
layak. Berdasarkan kuesioner Susenas, rumah tangga dikatakan menggunakan/mempunyai akses
air minum layak apabila sumber air minum yang digunakan rumah tangga berasal dari leding
(Leding meteran dan eceran), air terlindung (pompa/sumur bor, sumur terlindung, mata air
terlindung) dengan jarak 10 m dari penampungan kotoran/limbah, atau air hujan. Apabila
sumber air minum utama tidak berasal dari leding, air terlindung dengan jarak 10 m dari
penampungan kotoran/limbah, dan air hujan maka tetap mempunyai akses air minum layak

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


80
apabila sumber air mandi/cucinya yang berasal dari leding (leding meteran/eceran), air terlindung
(pompa/sumur bor, sumur terlindung, mata air terlindung) atau air hujan.
Grafik 4. 41
Persentase Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum Layak Kabupaten Belu
Tahun 2016

Kab. Belu 63,93


Haekesak 94,84
Ainiba 86,94
Kota 83,01
Wedomu 78,50
Silawan 78,10
Webora 76,83
Atambua Selatan 73,86
Laktutus 73,83
Atapupu 63,60
Halilulik 63,58
Aululik 57,57
Rafae 56,51
Weluli 54,01
Haliwen 47,69
Nualain 42,30
Umanen 38,98
Dilumil 30,79

- 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00
Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa persentase penduduk Kabupaten Belu Tahun
2016 memiliki akses terhadap air minum layak sebesar 63,93%. Puskesmas dengan persentase
penduduk yang memiliki akses berkelanjutan terhadap air minum layak tertinggi yaitu puskesmas
Haekesak sebesar 94,84%. Sedangkan puskesmas dengan persentase penduduk yang memiliki
akses berkelanjutan terhadap air minum layak terendah yaitu puskesmas Dilumil sebesar 30,79%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 59.

D. Akses Sanitasi Layak


Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu pondasi inti dari masyarakat yang
sehat. Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi
berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Buruknya kondisi sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari
turunnya kualitas lingkungan hidup masyarakat, meningkatnya jumlah kejadian Diare dan
munculnya beberapa penyakit. Rumah tangga memiliki akses sanitasi layak apabila fasilitas
sanitasi yang digunakan memenuhi syarat kesehatan antara lain dilengkapi dengan leher angsa,
tanki septik (septic tank) / Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), yang digunakan sendiri atau
bersama.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


81
Grafik 4.42
Persentase Penduduk dengan Akses Sanitasi Layak (Jamban Sehat) Kabupaten Belu Tahun 2016

Kota 96,43
Silawan 95,74
Umanen 81,82
Atambua Selatan 65,91
Atapupu 63,39
Haliwen 56,80
Haekesak 53,27
Aululik 43,72
Ainiba 40,16
Halilulik 28,43
Rafae 27,81
Wedomu 23,43
Laktutus 20,98
Dilumil 16,10
Nualain 15,24
Webora 9,73
Weluli 7,48
Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan

Grafik di atas menunjukkan bahwa kabupaten Belu dengan penduduk yang memiliki akses
terhadap sanitasi layak tahun 2016 mencapai 51%. Dengan persentase tertinggi terdapat di
puskesmas Kota dengan persentase 96,43% sedangkan persentase terendah adalah puskesmas
Weluli dengan persentase 7,48%.
Pembangunan sanitasi masih belum menjadi kegiatan prioritas saat ini. Kendala lain pada
program sanitasi diantaranya kerja sama dan kemitraan pada program sanitasi yang belum
optimal dan investasi pada sektor sanitasi masih minim karena belum mempunyai nilai ekonomis
secara langsung. Selain itu perubahan perilaku masyarakat terhadap PHBS yang relatif lama juga
menjadi kendala tersendiri. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di
atas, yaitu dengan melakukan advokasi dan sosialisasi secara terpadu bersama lintas program dan
lintas sektor, mengalokasikan anggaran APBD yang cukup untuk monitoring dan pendampingan
kepada masyarakat oleh sanitarian/fasilitator/kader untuk mewujudkan perubahan perilaku
higiene di masyarakat secara berkesinambungan.

E. Penyelenggaraan Kegiatan Penyehatan Pemukiman dan Tempat-tempat Umum


1. Rumah Sehat
Rumah sehat adalah rumah yang memiliki kriteria minimal akses air minum, akses jamban
sehat, lantai, pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan KepmenkesRI Nomor
829/MENKES/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan dan Permenkes Nomor
1077/MENKES/PER/2012 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalam ruang Rumah. Menurut
Kepmenkes RI No. 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan Kesehatan Perumahan,
ketentuan rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan sebagai berikut :

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


82
a. Bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan
kesehatan, antara lain : debu total kurang dari 150g/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat
/m3 per 24 jam dan timah hitam (Pb) kurang dari 300 mg/kg.
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya
mikroorganisme patogen.
b. Komponen dan penataan ruangan rumah
Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah
dibersihkan
Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
Bumbungan rumah 10 meter dan ada penangkal petir
Ruang ditata sesuai dengan fungsi dan peruntukkannya.
Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap
c. Pencahayaan
Pencahayaan alam dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi
seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.
d. Kualitas udara
Suhu udara nyaman antara 18-300C
Kelembapan udara 40-70%
Gas S02 kurang dari 0,10 pp/24 jam
Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni
Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam
Gas formaldehid kurang dari 120mg/m3
e. Ventilasi
Luas ruang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai
f. Vektor penyakit
Tidak ada lalat, nyamuk ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah
g. Penyediaan air
Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/orang /hari
Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum
h. Sarana penyimpanan makanan
Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman
i. Pembuangan limbah
Limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.
Limbah padat harus dikelolah dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah.
j. Kepadatan hunian
Luas kamar tidur minimal 8 m2 dan tidak dianjurkan untuk lebih dari dua orang tidur.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


83
Persyaratan ini juga berlaku terhadap rumah susun atau kondominium, rumah toko dan rumah
kantor pada zona pemukiman.

Grafik 4.43
Persentase Rumah yang Memenuhi Syarat Kesehatan menurut Puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2016

Kab. Belu 59,78


Wedomu 87,51
Umanen 79,06
Atambua Selatan 76,54
Silawan 75,81
Laktutus 70,72
Atapupu 66,89
Aululik 62,14
Ainiba 61,65
Weluli 55,80
Webora 53,94
Kota 53,81
Haekesak 53,79
Halilulik 53,53
Rafae 52,45
Haliwen 36,46
Dilumil 31,42
Nualain 11,10
Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan , Dinkes Belu

Grafik di atas menunjukkan bahwa kabupaten Belu mempunyai 59,78% rumah yang memenuhi
syarat kesehatan. Puskesmas dengan persentase tertinggi adalah puskesmas Wedomu yaitu
87,5%. Sedangkan puskesmas terendah adalah puskesmas Nualain dengan persentase 11,10%.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 58.
Upaya untuk meningkatkan cakupan persentase rumah sehat ini dapat dilakukan dengan
cara koordinasi dan kemitraan antar stakeholder yang terkait, advokasi dan sosialisasi ke wilayah-
wilayah untuk melakukan penilaian dan pendataan rumah sehat, menyebarluaskan media
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) terkait rumah sehat dan mengoptimalkan kegiatan
pelayanan kesehatan lingkungan (Klinik Sanitasi) di puskesmas.

2. Tempat-tempat Umum
Tempat-tempat Umum (TTU) adalah tempat atau sarana umum yang digunakan untuk
kegiatan masyarakat dan diselenggarakan oleh pemerintah /swasta atau perorangan, antara lain
sarana pendidikan(Sekolah Dasar/Madrasah ibtidaiyah, sekolah menengah pertama/madrasah
tsanawiyah,sekolah menengah atas /sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah), fasilitas
pelayanan kesehatan (Rumah sakit dan puskesmas), serta hotel bintang dan nonbintang. TTU
dinyatakan sehat sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang kesehatan
lingkungan RS, Kepmenkes RI No. 1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang peyelenggaraan kesehatan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


84
lingkungan sekolah, dan Permenkes No.80/MENKES/Per/II/1990 tentang persyaratan kesehatan
hotel.
Beberapa hal yang menjadi ketentuan TTU sehat di lingkungan rumah sakit, sekolah dan
hotel yaitu :
a. Lokasi TTU
b. Konstruksi bangunan seperti atap, langit-langit dinding, lantai, tangga, pintu, jendela
dan pembuangan air hujan.
c. Kualitas udara
d. Pencahayaan
e. Ventilasi
f. Kebisingan
g. Fasilitas air bersih, air minum dan sarana pembuangan limbah
h. Kondisi ruangan dan penggunaan sesuai peruntukkannya.

Grafik 4.44
Persentase Tempat-tempat Umum yang memenuhi Syarat Kesehatan Kabupaten Belu
Tahun 2016
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
97,30
94,12 94,74 95,65

80,00
71,43

Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan , Dinkes Belu

Kabupaten Belu persentase TTU yang memenuhi syarat kesehatan pada tahun 2016 mencapai
97,30%. Dengan persentase terendah terdapat di puskesmas Dilumil dengan jumlah persentase
71,43%. Sedangkan 12 puskesmas mempunyai persentase 100% yaitu : Puskesmas Webora,
puskesmas Rafae, puskesmas Halilulik, puskesmas Haliwen, puskesmas Ainiba, puskesmas
Laktutus, puskesmas Kota, puskesmas Wedomu, puskesmas Silawan, puskesmas Aululik,
puskesmas Weluli dan puskesmas Nualain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel
nomor 63.

F. Penyelenggaraan Kegiatan Penyehatan Tempat Pengelolaan Makanan


Tempat pengelolaan makanan (TPM) adalah usaha pengelolaan makanan yang meliputi
jasaboga atau katering, rumah makan dan restoran, depot air minum, kantin, dan makanan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


85
jajanan. TPM dinyatakan sehat sesuai dengan Kepmenkes Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003
tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Berdasarkan Kepmenkes
Nomor 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Higiene Sanitasi Rumah Makan dan
Restoran, persyaratan Higiene sanitasi yang harus dipenuhi meliputi :
1. Persyaratan lokasi dan bangunan
2. Persyaratan fasilitas sanitasi
3. Persyaratan dapur, rumah makan dan gudang makanan
4. Persyaratan bahan makanan dan makanan jadi
5. Persyaratan pengolahan makanan
6. Persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
7. Persyaratan penyajian makanan jadi
8. Persyaratan peralatan yang digunakan

Grafik 4.45
Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)Memenuhi Syarat Higiene Sanitasi berdasarkan
wilayah kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016

Kab. Belu 79,92


Haekesak 100
Wedomu 100
Kota 100
Atapupu 90,91
Umanen 86,42
Halilulik 81,25
Atambua Selatan 70,97
Haliwen 66,67
Silawan 54,55
Weluli 0
Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan , Dinkes Belu
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa di kabupaten Belu pada tahun 2016 terdapat sepuluh
(10) puskesmas yang wilayah kerjanya terdapat Tempat Pengelolaan Makanan (TPM). Jumlah
seluruh TPM kabupaten Belu mencapai 254 dengan persentase TPM memenuhi syarat higiene
sanitasi 79,92%. Persentase terendah terdapat di puskesmas Weluli yaitu 0% dan tertinggi di tiga
puskesmas yaitu puskesmas Haekesak, puskesmas Wedomu dan puskesmas Kota dengan
persentase 100%.

IV.4 Perbaikan Gizi Masyarakat


Pada subbab ini akan dibahas upaya peningkatan gizi balita yaitu pemberian ASI eksklusif,
cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, cakupan penimbangan balita di
posyandu serta penemuan dan penanganan gizi buruk. Selain itu pada subbab ini juga dibahas
tingkat kecukupan energi dan protein pada balita, lansia juga pada penduduk secara keseluruhan.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


86
1. Pemberian ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012
adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan
dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral).
ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein untuk daya
tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat
mengurangi risiko kematian pada bayi. Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari
pertama sampai hari ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung
immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan
kalori lebih tinggi dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan, ASI juga
mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan menganggu enzim di usus.
Susu formula tidak mengandung enzim sehingga penyerapan makanan tergantung pada enzim
yang terdapat di usus bayi.
Menurut Riskesdas 2013, proses mulai menyusui terbanyak terjadi pada 1-6 jam setelah
kelahiran (35,2%) dan kurang dari 1 jam (inisiasi menyusui dini) sebesar 34,5%. Sedangkan
proses mulai menyusui terendah terjadi pada 7-23 jam setelah kelahiran yaitu sebesar 3,7%.
Grafik 4.46
Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Umur 0-6 Bulan Menurut Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2016

Kab. Belu 86,65


Weluli 97,96
Halilulik 97,86
Laktutus 97,06
Silawan 93,10
Atapupu 92,75
Dilumil 92,31
Kota 90,80
Atambua Selatan 90,78
Umanen 88,67
Aululik 88,24
Haliwen 84,57
Wedomu 82,35
Haekesak 79,35
Nualain 76,92
Rafae 75,53
Webora 74,51
Ainiba 41,67

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00 100,00
Sumber : Bidang Kesga

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa cakupan pemberian ASI Eksklusif kabupaten Belu
tahun 2016 mencapai 86,65%, dengan capaian tertinggi terdapat di puskesmas Weluli (97,96%).
Sedangkan capaian terendah terdapat di puskesmas Ainiba (41,67%).

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


87
2. Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Balita Usia 6-59 Bulan
Vitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak, disimpan dalam hati,
dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar tubuh. Kekurangan
Vitamin A (KVA) dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh balita serta meningkatkan risiko
kesakitan dan kematian. Kekurangan Vitamin A juga merupakan penyebab utama kebutaan pada
anak yang dapat dicegah. Dalam lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015
dinyatakan bahwa untuk mengurangi risiko kesakitan dan kematian pada balita dengan
kekurangan Vitamin A, pemerintah menyelenggarakan kegiatan pemberian Vitamin A dalam
bentuk kapsul vitamin A biru 100.000 IU bagi bayi usia enam sampai dengan sebelas bulan,
kapsul vitamin A merah 200.000 IU untuk anak balita usia dua belas sampai dengan lima puluh
sembilan bulan, dan ibu nifas.
Menurut Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A, pemberian suplementasi Vitamin
A diberikan kepada seluruh balita umur 6-59 bulan secara serentak melalui posyandu yaitu; bulan
Februari atau Agustus pada bayi umur 6-11 bulan serta bulan Februari dan Agustus pada anak
balita 12-59 bulan.
Grafik 4.47
Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita (6-59 Bulan) Menurut Wlayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2016

Kab. Belu 100,20


Atambua Selatan 101,42
Halilulik 100,41
Nualain 100,00
Dilumil 100,00
Weluli 100,00
Haekesak 100,00
Silawan 100,00
Wedomu 100,00
Umanen 100,00
Kota 100,00
Laktutus 100,00
Ainiba 100,00
Haliwen 100,00
Atapupu 100,00
Rafae 100,00
Webora 100,00
Aululik 99,81

99,00 99,50 100,00 100,50 101,00 101,50


Sumber : Bidang Kesga

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa capaian pemberian Vitamin A pada balita (6-
59 Bulan) kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 100,20%. Hampir seluruh wilayah kerja
puskesmas mempunyai cakupan vitamin A 100% dan di atas 100%, namun terdapat satu
puskesmas yang tidak mencapai 100% yaitu puskesmas Aululik yang dengan capaian 99,81%.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


88
3. Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S)
Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) adalah jumlah balita yang ditimbang di
seluruh posyandu yang melapor di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah
seluruh balita yang ada di seluruh posyandu yang melapor di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Peran serta masyarakat dalam penimbangan balita menjadi sangat penting dalam deteksi
dini kasus gizi kurang dan gizi buruk. Dengan rajin menimbang balita, maka pertumbuhan balita
dapat dipantau secara intensif. Sehingga bila berat badan anak tidak naik ataupun jika ditemukan
penyakit akan dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi
gizi kurang atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan, maka penanganan kasus gizi kurang atau
gizi buruk akan semakin baik. Penanganan yang cepat dan tepat sesuai tata laksana kasus anak
gizi buruk akan mengurangi risiko kematian sehingga angka kematian akibat gizi buruk dapat
ditekan.
Tindak lanjut dari hasil penimbangan selain penyuluhan juga pemberian makanan
tambahan dan pemberian suplemen gizi. Gizi buruk dapat terjadi pada semua kelompok umur,
tetapi yang perlu lebih diperhatikan yaitu pada kelompok bayi dan balita.
Grafik 4.48
Tren Cakupan Penimbangan Balita (D/S) Kabupaten Belu Tahun 2011-2016
86
85,4
85,3
85,5

85
84,4
84,5 84,27

84 83,73

83,3
83,5

83

82,5

82
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang Kesga

Capaian D/S kabupaten Belu dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 cenderung
meningkat, dengan capaian 2016 mencapai 84,27%. Hal ini menggambarkan besar jumlah
partisipasi masyarakat yang datang dan menimbang di posyandu cukup besar namun
terdapat 15,73% balita di kabupaten Belu yang tidak terddeteksi kondisi pertumbuhan dan
perkembangan berat badannya.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


89
Grafik 4.49
Cakupan Penimbangan Balita (D/S) Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Kab. Belu 84,27


Weluli 101,95
Rafae 99,04
Nualain 97,93
Silawan 94,51
Dilumil 94,50
Webora 93,60
Wedomu 93,52
Haekesak 90,15
Aululik 88,95
Halilulik 87,87
Ainiba 86,94
Atapupu 85,49
Haliwen 84,74
Laktutus 77,94
Atambua Selatan 75,93
Umanen 63,69
Kota 60,54

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00


Sumber : Bidang Kesga

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa capaian tertinggi D/S kabupaten Belu tahun 2016
terdapat di puskesmas Weluli (101,95%) dan terendah terdapat di puskesmas Kota (60,54%).

4. Penemuan dan Penanganan Gizi Buruk


Berdasarkan penimbangan balita di posyandu, ditemukan sebanyak 26.518 balita
gizi buruk secara nasional tahun 2015. Kasus gizi buruk yang dimaksud ditentukan
berdasarkan perhitungan berat badan menurut tinggi badan balita Zscore < -3 standar
deviasi (balita sangat kurus). Sedangkan menurut hasil Riskesdas 2013 prevalensi gizi sangat kurus
pada balita sebesar 5,3%. Jika diestimasikan terhadap jumlah sasaran balita (S) yang
terdaftar di posyandu yang melapor (21.436.940) maka perkiraan jumlah balita gizi buruk
(sangat kurus) sebanyak sekitar 1,1 juta jiwa. Kabupaten Belu jumlah kasus gizi buruk tahun 2016
mencapai 58 kasus. Dengan jumlah terbanyak di puskesmas Haekesak 13 kasus, untuk lebih rinci
dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


90
Grafik 4.50
Jumlah Kasus Gizi Buruk Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2016

Kab. Belu 58
Haekesak 13
Weluli 7
Haliwen 7
Nualain 6
Wedomu 5
Halilulik 4
Rafae 3
Aululik 2
Silawan 2
Kota 2
Laktutus 2
Atapupu 2
Webora 2
Dilumil 1
Atambua Selatan 0
Umanen 0
Ainiba 0

0 10 20 30 40 50 60
Sumber : Bidang Kesga

Dengan demikian penemuan kasus balita gizi buruk masih jauh dibandingkan
perkiraan kasus gizi buruk yang ada di masyarakat. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menimbang balitanya karena cakupan
penimbangan balita belum mencapai tiga perempat dari jumlah balita yang terdaftar di
posyandu yang melapor. Sedangkan kegiatan penimbangan balita yang dilakukan di
posyandu diharapkan bisa mencapai minimal 80% dan sisanya dapat dicapai melalui
penjaringan (sweeping) oleh tenaga kesehatan ke rumah balita. Selain itu peningkatan
keterampilan petugas (kader) posyandu untuk mendeteksi status gizi balita juga perlu
ditingkatkan.
Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
penimbangan balita di posyandu yaitu melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor,
serta melibatkan peran aktif masyarakat dalam penimbangan balita.

IV.5 Pelayanan Kefarmasian


1. Sarana Produksi dan Distribusi Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Ketersediaan farmasi dan alat kesehatan memiliki peran yang signifikan dalam
pelayanan kesehatan. Akses masyarakat terhadap obat khususnya obat esensial merupakan salah
satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban
bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun privat. Sebagai
komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya
agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu, selain meningkatkan
jumlah tenaga pengelola yang terlatih, salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


91
mutu obat hingga diterima konsumen adalah menyediakan sarana penyimpanan obat dan
alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta dapat mempertahankan
kualitas obat.
Salah satu kebijakan dalam Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan adalah
meningkatkan akses dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
rumah tangga (PKRT) sesuai tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
dan Alat Kesehatan yaitu meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat
dan alat kesehatan serta menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan makanan. Hal ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang
disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan atau penggunaan yang
salah/tidak tepat serta tidak memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang dilakukan
sejak proses produksi, distribusi hingga penggunaannya di masyarakat. Cakupan sarana
produksi bidang kefarmasian dan alat kesehatan menggambarkan tingkat ketersediaan sarana
pelayanan kesehatan yang melakukan upaya produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
Sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan antara lain Industri Farmasi, Industri
Obat Tradisional (IOT), Usaha Kecil Obat Tradisional/Usaha Mikro Obat Tradisional
(UKOT/UMOT), Produksi Alat Kesehatan(Alkes) dan Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT), dan Industri Kosmetika.
Sarana produksi dan distribusi di Indonesia masih menunjukkan adanya ketimpangan
dalam hal persebaran jumlah. Sebagian besar sarana produksi maupun distribusi berlokasi di
Pulau Sumatera dan Jawa sebesar 94,7% sarana produksi dan 77,0% sarana distribusi.
Ketersediaan ini terkait dengan sumber daya yang dimiliki dan kebutuhan pada wilayah
setempat. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam kebijakan untuk
mengembangkan jumlah sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan di
wilayah Indonesia lainnya, sehingga terjadi pemerataan jumlah sarana tersebut di seluruh
Indonesia. Selain itu, hal ini bertujuan untuk membuka akses keterjangkauan masyarakat
terhadap sarana kesehatan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan.
Di kabupaten Belu sarana produksi di bidang kefarmasian dan alat kesehatan hanya
terdapat Produksi Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga (PKRT). Selama tahun 2016, BPOM di
Kupang telah melakukan pengawasan di beberapa sarana, demikian juga dengan Dinkes Provinsi
dan Dinkes Belu juga telah melakukan pembinaan kepada beberapa Sarana. Pengawasan dan
pembinaan tersebut diutamakan pada terdaftar tidaknya peralatan kesehatan rumah tangga,
penjualan barang kedaluarsa serta cara penyimpanan yang baik untuk menjaga mutu dan
keamanan bagi kesehatan konsumen. Jumlah PKRT yang diperiksa di kabupaten Belu tahun 2016
berjumlah 35 PKRT
Sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan yang dipantau jumlahnya antara
lain Pedagang Besar Farmasi (PBF), Apotek, Toko Obat dan Penyalur Alat Kesehatan
(PAK). Jumlah sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan pada tahun 2015 di Indonesia
sebesar 38.267 sarana. Jumlah tersebut meningkat dibandingkan tahun 2014 yang sebesar
35.566 sarana. Kabupaten Belu hanya terdapat Apotel dan Toko Obat berijin.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


92
Grafik 4.51
Jumlah Sarana Distribusi Kefarmasian Kabupaten Belu Tahun 2016

50
43
40
30 19
20
10
0

Apotek

Toko Obat
Sumber : Bidang Yankes

2. Pencapaian Indikator Pengelolaan Obat


Ada beberapa indikator program pengelolaan obat antara lain :

a. Persentase Obat Generik Berlogo dalam Stok Obat


Logo Generik diberikan untuk Industri Farmasi yang memiliki sertifikat CPOB (Cara
Produksi Obat yang Baik) untuk memproduksi obat Generik. Obat generik yang beredar saat ini
tidak semuanya memiliki Logo Generik. Keadaan Tahun 2016 menunjukkan stock obat yang
memiliki logo generik sebesar 76,66 %, pencapaian ini meningkat jika dibanding Tahun
sebelumnya sebesar 26,4 %. Hasil komunikasi dengan PPK bahwa logo generik tidak bisa jadi
salah satu syarat pengadaan karena belum ada aturan hukum yang mengharuskan membeli obat
generik berlogo.

b. Ketersediaan Obat Sesuai Kebutuhan


Kebutuhan obat untuk pelayanan kesehatan di Kabupaten Belu cukup besar. Untuk
mengetahui tingkat Ketersediaan obat, digunakan perhitungan: Jumlah item obat yang tersedia
dibagi jumlah item obat yang dibutuhkan dikalikan 100%. Pencapaian Tahun 2016 sebesar:
69,00 %. Capaian ini meningkat jika dibanding dengan Tahun 2013 sebasar 34,60 %. Meskipun
masih terjadi keterlambatan dalam proses pengadaan obat namun semakin banyak jumlah item
obat yang diakomudir dalam daftar e-catalog maka dapat terjadi peningkatan prosentase
ketersediaan obat.
Keadaan ini juga akan mempengaruhi terpenuhinya kebutuhan akan obat pada tahun
2017, sehingga pengadaan Tahun 2015 diharapkan dapat dilaksanakan lebih awal, agar dapat
meningkatkan persentase ketersediaan obat, dan waktu kekosongan obat sedapat mungkin
diminimalisir.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


93
c. Pengadaan / Ketersediaan Obat Esensial
Yang dimaksudkan dengan obat Esensial adalah : obat-obat yang tercatat dalam Daftar
Obat esensial Nasional (DOEN), dimana obat-obat tersebut paling banyak digunakan untuk
pelayanan kesehatan baik tingkat dasar maupun tingkat lanjutan/rujukan. CakupanTahun 2016
sebesar 70,66 %. Pencapaian ini menurun jika dibandingkan dengan cakupan Tahun 2014
sebesar 100 %.

d. Pengadaan / Ketersediaan Obat Generik


Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope
Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Pengadaan obat generik adalah pengadaan
item obat generik untuk pelayanan kesehatan dasar di unit pengelola obat publik dan perbekalan
kesehatan kabupaten. Pengadaan obat public diharuskan menggunakan obat generik. Target SPM
pengadaan obat generik sebesar 100%, pengadaan obat generik tahun 2016 sudah mencapai
target SPM 100 %.

e. Penulisan Resep Obat Generik


Cakupan penulisan Resep Obat Generik tahun 2016 sebesar 100 %. Pencapaian ini
meningkat jika dibandingkan dengan cakupan 2014 sebesar 97,17 %. Hal ini menunjukan bahwa
pelayanan di Puskesmas telah menggunakan obat generik bagi pasien, karena pengadaan obat di
kabupaten juga diwajibkan 100% obat generik kecuali jika ada penyampaian dari kontraktor
bahwa item obat tertentu yang dibutuhkan hanya tersedia dalam bentuk paten.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


94
IV.6 SPM
Tabel 4.16
Cakupan Standar Pelayanan Minimum Kabupaten Belu Tahun 2016
Pancapaian 2016
No Indikator Target
Pembilang Penyebut Cakupan
I Pelayanan Kesehatan Dasar %
1
95
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 3,697 5,476 67.51 %
2 Cakupan komplikasi kebidanan
80
yang ditangani 848 1,095 77.4429 %
3 Cakupan Pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang 90
memiliki kompetensi kebidanan 4,263 5,229 81.53 %
4 Cakupan pelayanan Nifas 4,189 5,229 80.111 % 90
5 Cakupan neonatus dan komplikasi
80
yang ditangani 387 639 60.563 %
6 Cakupan kunjungan bayi 4,979 4,979 100 % 90
7 Cakupan desa / kelurahan UCI 68 81 83.95 % 100
8 Cakupan pelayanan anak balita 11,854 20,173 58.762 % 90
9 Cakupan pemberian makanan
pendamping ASI pada anak usia 6- 100
24 bulan keluarga miskin 1,013 1,013 100 %
10 Cakupan balita gizi buruk
100
mendapat perawatan 58 58 100 %
11 Cakupan penjaringan kesehatan
100
siswa SD dan setingkat 7,834 7,906 99.089 %
12 Cakupan peserta KB aktif 15,946 24,208 65.871 % 70
13 Cakupan penemuan dan
penanganan penderita penyakit
a Acute Flacid Paralysis (AFP) rate 2/100.000 penduduk
per 100.000 penduduk < 15 tahun 1 78,259 1.2778 % < 15 tahun
b Penemuan penderita pneumonia
100
balita 118 2,056 5.7393 %
c penemuan pasien baru TB BTA
100
positif 348 402 86.567 %
d penderita DBD yang ditangani 38 38 100 % 100
e penemuan penderita diare 2,239 4,377 51.154 % 100
14 Cakupan pelayanan kesehatan
100
dasar pasien masyarakat miskin 129,745 85,820 151.18 %
II Pelayanan Kesehatan Rujukan
15 cakupan pelayanan kesehatan
100
rujukan pasien masyarakat miskin 1,913 85,820 2.2291 %
16
cakupan pelayanan gawat darurat
100
level 1 yang harus diberikan sarana
kesehatan (RS) di kabupaten/Kota 1 4 25 %
III Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan KLB
17
cakupan desa/kelurahan mengalami
100
KLB yang dilakukan penyelidikan
epidemiologi < 24 jam - - #DIV/0! %
IV Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
18 cakupan desa siaga aktif 50 65 76.923 % 80
Sumber : Bidang Yankes

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN


95
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 4UPAYA KESEHATAN
96
5
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN

V.1 Sarana Kesehatan


Derajat kesehatan masyarakat suatu negara salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan
sarana kesehatan. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan
bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif,
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat.Fasilitas pelayanan kesehatan yang dibahas pada bagian ini terdiri dari Puskesmas dan
rumah sakit.

1. Pusat Kesehatan Masyarakat


Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas
menyebutkan bahwa Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai tugas
melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya Kecamatan Sehat. Selain melaksanakan tugas
tersebut, Puskesmas memiliki fungsi sebagai penyelenggara Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)
tingkat pertama dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama serta sebagai wahana
pendidikan tenaga kesehatan.
Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya kesehatan perseorangan
adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
Jumlah puskesmas kabupaten Belu sampai dengan tahun 2016 berjumlah 17 puskesmas
yang terdiri dari 3 puskesmas rawat inap dan 14 puskesmas non rawat inap.
Grafik 5.1
Jumlah Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2010-1016

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016


Sumber : Bidang Yankes

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
97
Pada kurun waktu lima tahun terakhir jumlah puskesmas kabupatenBelu tidak bertambah, dengan
jumlah 17 puskesmas. Keberadaan 17 puskesmas tersebut tidak secara langsung menggambarkan
pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar di suatu wilayah kabupaten Belu. Pemenuhan
kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat dilihat secara umum dari indikator rasio
Puskesmas terhadap 30.000 penduduk.
Grafik 5.2
Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2010-2016
3 2,67 2,64 2,59 2,52 2,49
2,22
2,5 1,91
2
1,5
1
0,5
0
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang Yankes
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa pada lima tahun terakhir rasio puskesmas terhadap
30.000 penduduk cenderung menurun yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
Grafik 5.3
Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Menurut Kecamatan Kabupaten Belu Tahun 2016

Kab.Belu 2,49
Nanaet Dubesi 6,77
Kakuluk Mesak 4,59
Lasiolat 4,49
Lamaknen 4,36
Lamaknen Selatan 3,81
Raimanuk 3,72
Tasifeto Timur 2,64
Raihat 2,25
Atambua Barat 1,28
Atambua Selatan 1,28
Tasifeto Barat 1,25
Kota Atambua 1,03

0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00


Sumber : Bidang Kesga
Kecamatan dengan rasio puskesmas tertinggi terdapat di puskesmas Nanaet Dubesi yaitu sebesar
6,77 per 30.000 penduduk, sedangkan puskesmas dengan rasio terendah adalah puskesmas Kota
Atambua yaitu sebesar 1,03 per 30.000 penduduk. Rasio Puskesmas per 30.000 penduduk
belum sepenuhnya menggambarkan kondisi yang sebenarnya mengenai aksesibilitas
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar.Sebagai contoh kecamatan Nanaet Dubesi
dengan rasio tertinggi berada di wilayah pedesaan hal ini dapat disebabkan karena jumlah
penduduk yang relatif sedikit sedangkan wilayah kerja yang luas.Selain itu kecamatan Kota
Atambua dengan rasio terendah 1,03 per 30.000 penduduk disebabkan karena jumlah dan
kepadatan populasi yang tinggi. Selain berasal dari sektor pemerintah, pelayanan kesehatan di
kecamatan kecamatan Kota Atambua juga didukung oleh sektor swasta sehingga pemenuhan
pelayanan kesehatan tidak hanya berasal dari pelayanan dasar. Namun demikian, kondisi seperti

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
98
ini tetap harus diperhatikan, karena walaupun kebutuhan pelayanan kesehatan dasar dapat
dipenuhi oleh sektor swasta, suatu wilayah tetap membutuhkan entitas yang berperan
sebagai penanggungjawab upaya kesehatan masyarakat.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan dasar,
Puskesmas melaksanakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) dan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM). Upaya kesehatan perseorangan yang diberikan terdiri dari pelayanan
rawat jalan dan rawat inap untuk Puskesmas tertentu jika dianggap diperlukan. Meskipun
pelayanan kesehatan masyarakat merupakan inti dari Puskesmas, pelayanan kesehatan
perseorangan juga menjadi perhatian dari pemerintah. Bagi daerah yang termasuk Daerah
Tertinggal, Perbatasan, Kepulauan (DTPK), Dana Alokasi Khusus (DAK) digelontorkan kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota untuk pembangunan Puskesmas pembantu (Pustu) dan
Puskesmas serta peningkatan Puskesmas non rawat inap menjadi Puskesmas rawat inap.
Bagi daerah di luar kategori DTPK, DAK bisa digunakan untuk rehabilitasi
Puskesmas/rumah dinas, dan peningkatan kemampuan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED).
Berikut ini disajikan gambaran jumlah puskesmas rawat inap dan non rawat inap
kabuaten Belu tahun 2013-2016.
Grafik 5.4
Jumlah Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap Tahun 2013-2016

17 17 17 17

3 3
2 2

2013 2014 2015 2016

Rawat Inap Non Rawat Inap


Sumber : Bidang Yankes

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa jumlah puskesmas rawat inap kabupaten Belu tahun
2016 berjumlah 3 yang merupakan peningkatan jumlah dari tahun 2015.
Selain memberikan pelayanan kesehatan ibu, anak, gizi, promosi kesehatan serta
penyelenggaraan Puskesmas PONED, Puskesmas juga memberikan layanan terkait berbagai
program kesehatan lainnya, yaitu Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), upaya
kesehatan kerja, upaya kesehatan olahraga, dan tatalaksana kasus Kekerasan terhadap Anak
(KtA). Bentuk pelayanan kesehatan tersebut diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan yang ada

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
99
di wilayah kerja. Sebagai contoh upaya kesehatan kerja dibutuhkan pada Puskesmas
dengan wilayah kerja pekerjaan informal untuk daerah pedesaan.

2. Rumah Sakit
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan upaya kuratif
dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif. Upaya kesehatan yang bersifat
kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga berfungsi sebagai
penyedia pelayanan kesehatan rujukan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
147/Menkes/Per/I/2010 tentang perizinan Rumah Sakit mengelompokkan Rumah Sakit
berdasarkan kepemilikan, yaitu rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit
publik adalah rumah sakit yang dikelolah pemerintah, Pemerintah daerah dan badan
hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit yang
dikelolah oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau
persero.
Undang-undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah sakit mengelompokkan rumah
sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit umum dan rumah
sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit khusus adalah
rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,organ, jenis penyakit atau kekhususan
lainnya. Untuk kabupaten Belu belum terdapat rumah sakit khusus.
Jumlah rumah sakit Kabupaten Belu pada tahun 2016 berjumlah 4 unit yang
terdiri dari 1 Rumah sakit Pemerintah (RSUD), 1 Rumah sakit TNI/POLRI dan 2 rumah sakit
swasta. Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
rujukan dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio tempat tidur terhadap
1.000 penduduk.
Rasio tempat tidur di rumah sakit di kabupaten Belu pada tahun 2016 adalah 1,52 per
1.000 penduduk. Untuk lebih dirinci dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 5.5
Rasio Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Per 1.000 Penduduk Di Kabupaten Belu
Tahun 2011-2016
2

1,5 1,76 1,83 1,81


1,54 1,55 1,52
1

0,5

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : Bidang Yankes

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
100
Rasio jumlah tempat tidur rumah sakit per 1.000 penduduk kabupaten Belu lima tahun
terakhir cenderung naik turun. Jika dilihat dari gambar diatas diketahui bahwa kabupaten
Belu jumlah tempat tidur telah mencukupi, dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2016,
rata-rata di rumah sakit 1 buah tempat tidur dapat disediakan untuk 1.000 penduduk. Hal
ini berarti bahwa jumlah ketersediaan pelayanan kesehatan rujukan di kabupaten Belu tercukupi.
Namun jika dilihat rasio jumlah tempat tidur ini cenderung menurun hal ini disebabkan
karena ketersediaan tempat tidur tidak sebanding dengan peningkatan kepadatan penduduk
di kab. Belu

V.2 Tenaga Kesehatan


Sumber daya manusia kesehatan (SDMK) merupakan salah satu sub sistem dalam
sistem kesehatan nasional yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat melalui berbagai upaya dan pelayanan kesehatan. Upaya dan
pelayanan kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab,
memiliki etik dan moral tinggi, keahlian, dan berwenang. Menurut Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan.

1. Jumlah Tenaga Kesehatan


Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan /atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Pendataan
tenaga kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Belu menggunakan
pendekatan pendidikan terakhir tenaga kesehatan tersebut. Berdasarkan pendekatan tersebut,
pada tahun 2016 jumlah SDM Kesehatan kabupaten Belu berjumlah 969 yang dapat dijabarkan
sebagai berikut.
Tabel 5.1
Jumlah dan Proporsi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kategori di Kabupaten Belu Tahun 2016
No Kateg o r i Ju mlah %
1 Perawat 458 47,27
2 Bidan 213 21,98
3 Keteknisian Medis 82 8,46
4 Tenaga Kefarmasian 51 5,26
5 Medis 56 5,78
6 Kesehatan Lingkungan 34 3,51
7 Tenaga Gizi 42 4,33
8 Kesehatan Masyarakat 26 2,68
9 Keterapian Fisik 7 0,72
T o tal 969 10 0
Sumber : Subag Kepegawaian Dinkes Belu

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
101
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa persentase terbesar proporsi tenaga kesehatan
di kabupaten Belu pada tahun 2016 adalah perawat, dengan jumlah persentase 47,27%.
Sedangkan proporsi terkecil terlihat pada kategori keterapian fisik 0,72%. Jumlah perawat ini
tersebar baik di unit puskesmas maupun di sarana Rumah sakit. Sedangkan keterapian fisik hanya
ditemukan di Rumah sakit.
Rincian lengkap Jumlah tenaga kesehatan kabupaten Belu tahun 2015 yang terdiri dari
tenaga medis, bidan, perawat, tenaga kefarmasian, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan,
tenaga gizi, keterapian fisik dan teknisi medis dapat dilihat pada lampiran 72 sampai dengan 80.

2. Rasio Tenaga Kesehatan


Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk digunakan sebagai indikator untuk
mengukur ketersediaan tenaga kesehatan untuk mencapai target pembangunan kesehatan
tertentu. Berdasarkan keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Nomor 54
tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Tenaga Kesehatan Tahun 2011-1025, telah ditetapkan
sejumlah target rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk. Pada tahun 2014, rasio dokter
spesialis ditetapkan sebesar 10 dokter spesialis per 100.000 penduduk, rasio dokter umum sebesar
40 dokter umum per 100.000 penduduk, rasio perawat sebesar 158 perawat per 100.000
penduduk dan bidan sebesar 100 bidan per 100.000 penduduk.
Jumlah dokter spesialis di kabupaten Belu tahun 2016 berjumlah 11 orang dengan rasio
5,38 per 100.000 penduduk. Gambaran rasio dokter spesialis kabupaten Belu tiga tahun terakhir
dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 5.6
Rasio Dokter Spesialis terhadap 100.000 penduduk kabupaten Belu tahun 2013-2016

10
5,08

1,1 5,38
0
4,46
2013
2014
2015
2016
Sumber : Subag Kepegawaian Dinkes Belu

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa empat tahun terakhir rasio dokter spesialis
kabupaten Belu tidak konsisten. Keadaan selalu meningkat kemudian menurun dan meningkat
kembali. Dengan keadaan terakhir tahun 2016 mencapai 5,38 per 100.000 penduduk. Keadaan
ini belum sesuai dengan target nasional sesuai dengan Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Kesejahteraan Rakyat Nomor 54 tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Tenaga Kesehatan
Tahun 2011-2025 yaitu dokter spesialis ditetapkan sebesar 10 dokter spesialis per 100.000
penduduk.
Berdasarkan pendidikan terakhir yang dimiliki tenaga kesehatan Jumlah tenaga medis di
kabupaten Belu berjumlah 56 orang. Yang tersebar di seluruh unit pelayanan kesehatan di

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
102
kabupaten Belu, baik dokter umum, dokter gigi maupun dokter spesialis. Berdasarkan jumlah
dokter tersebut dan jumlah penduduk disusun rasio dokter per 100.000 penduduk.

Grafik 5.7
Rasio Dokter Umum terhadap 100.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2013-2016

20,30 19,56
15,72
11,90

2013 2014 2015 2016


Sumber : Subag Kepegawaian Dinkes Belu

jumlah dokter tersebut dan jumlah penduduk disusun rasio dokter per 100.000
penduduk. Jumlah dokter umum di kabupaten Belu sebesar 40. Rasio dokter umum tahun 2016
sebesar 19,56 terhadap 100.000 penduduk. Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa kabupaten
Belu rasio dokter umum rata-rata dalam 100.000 penduduk 1 orang dokter umum dapat
melayani 19 sampai dengan 20 penduduk. Untuk lebih jelasnya jumlah dan proporsi tenaga
medis dapat dilihat pada lampiran 72. Keadaan ini juga belum mencapai target nasional yaitu 40
dokter melayani 100.000 penduduk. Berikut ini dapat digambarkan rasio dokter per 100.000
penduduk berdasarkan wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu.
Grafik 5.8
Rasio Dokter Umum Terhadap 100.000 Penduduk berdasarkan wilayah kerja puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2016

Kab. Belu 19,56


Silawan 27,34
Aululik 14,97
Wedomu 13,45
Kota 11,18
Weluli 10,11
Rafae 9,71
Atapupu 8,98
Umanen 8,52
Haekesak 7,50 40 per
Halilulik 4,95 100.000
Haliwen 4,63 penduduk
Dilumil 0,00
Nualain 0,00
Atambua Selatan 0,00
Ainiba 0,00
Laktutus 0,00
Webora 0,00

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00


Sumber : Subag Kepegawaian Dinkes Belu
Jika dilihat dari grafik diatas diketahui bahwa hampir seluruh wilayah puskesmas dengan
jumlah dokter umum belum memenuhi target nasional yaitu 40 dokter umum melayani 100.000
penduduk.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
103
Jenis tenaga kesehatan berikutnya adalah tenaga keperawatan yang terdiri dari tenaga
perawat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013 tentang perubahan
atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 Tentang Izin dan
penyelenggaraan praktik perawat, perawat adalah seorang yang telah lulus pendidikan perawat
baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Rasio perawat terhadap jumlah penduduk digunakan sebagai indikator untuk
mengukur ketersediaan perawat untuk mencapai target pembangunan pada tahun tertentu.
Jumlah perawat pada tahun 2016 yang dibiayai dan tercatat (mempunyai SK penugasan) sebesar
458 yang terdiri dari 440 perawat dan 18 perawat gigi.
Grafik 5.9
Rasio Perawat terhadap 100.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2013-2016

223,92
170,71 175,63 176,97

2013 2014 2015 2016


Sumber : Subag Kepegawaian Dinkes Belu
Dari grafik di atas diketahui bahwa Rasio perawat dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016,
rata-rata di atas 150, yang artinya di kabupaten Belu satu perawat diantara 100.000 penduduk
mampu melayani di atas 150 penduduk. Berikut ini adalah gambaran rasio perawat kabupaten
Belu terhadap 100.000 penduduk berdasarkan wilayah kerja puskesmas tahun 2016.
Grafik 5.10
Rasio Perawat Terhadap 100.000 Penduduk berdasarkan wilayah kerja puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Silawan 355,39
Laktutus 293,32
Ainiba 264,78
Dilumil 231,90
Kab. Belu 223,92
Webora 223,79
Aululik 194,58
Weluli 141,51
Nualain 127,03
Rafae 126,21
Haekesak 112,54
Haliwen 101,81
Wedomu 100,87
158 per
Kota 100,62
100.000
Halilulik 98,96
penduduk
Umanen 76,72
Atapupu 71,83
Atambua Selatan 55,06
0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 350,00 400,00
Sumber : Subag Kepegawaian Dinkes Belu
Jika dilihat dari grafik diatas diketahui bahwa terdapat 6 puskesmas yang memiliki rasio
jumlah perawat terhadap 100.000 penduduk diatas target nasional yaitu 158 terhadap 100.000
penduduk. Ke-enam puskesmas tersebut antara lain adalah Puskesmas Silawan (355,39),

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
104
Puskesmas Laktutus (293,32), puskesmas Ainiba (264,78), puskesmas Dilumil (231,90), puskesmas
Webora (223,79) dan puskesmas Aululik (194,58).Selain itu untuk 11 puskesmas lainnya belum
memenuhi target nasional. Berikut ini adalah gambaran rasio bidan terhadap 100.000 penduduk
kabupaten Belu tahun 2013-2016.
Grafik 5.11
Rasio Bidan terhadap 100.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2013-2016

104,14
85,22 86,29 86,25

2013 2014 2015 2016


Sumber : Subag Kepegawaian Dinkes Belu

Tenaga bidan rasio bidan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016, rata-rata di atas 85, yang
artinya di kabupaten Belu satu bidan diantara 100.000 penduduk mampu melayani di atas 85
penduduk.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang
izin dan penyelenggaraan praktek Bidan, Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari
pendidikan Bidan yang telah teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bidan
dapat menjalankan praktik mandiri dan / atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan. Untuk
mengetahui ketersediaan bidan dapat digunakan rasio bidan terhadap penduduk. Jumlah bidan
pada tahun 2016 yang dibiayai dan tercatat (mempunyai SK penugasan) sebesar 213 bidan.
Grafik 5.12
Rasio Bidan Terhadap 100.000 Penduduk berdasarkan wilayah kerja puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2016

Ainiba 176,52

Dilumil 128,83
Webora 120,50
Nualain 114,33
Silawan 109,35
Aululik 104,77
Kab. Belu 104,14
Weluli 101,08
Laktutus 90,25
Wedomu 73,97
Kota 72,67
Atapupu 71,83
Haliwen 69,42
Haekesak 60,02
54,43 100 per
Halilulik
51,39
100.000
Atambua Selatan
penduduk
Rafae 48,54
Umanen 46,89

Sumber : Subag Kepegawaian Dinkes Belu

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
105
Jika dilihat dari grafik diatas diketahui bahwa terdapat 7 puskesmas yang memiliki rasio
jumlah bidan terhadap 100.000 penduduk diatas target nasional yaitu 100 terhadap 100.000
penduduk. Ke-tujuh puskesmas tersebut antara lain Puskesmas Ainiba (176,52), puskesmas Dilumil
(128,83), puskesmas Webora (120,50), puskesmas Nualain (114,33), puskesmas Silawan (109,35),
puskesmas Aululik (104,77) dan puskesmas Weluli (101,08). Selain itu untuk 10 puskesmas lainnya
belum memenuhi target nasional.

V.3 Pembiayaan Kesehatan


Penyelenggaraan pembangunan kesehatan memerlukan komponen pembiayaan. Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwa pembiayaan kesehatan
bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan. Pembiayaan kesehatan terdiri dari
pembiayaan bersumber pemerintah dan pembiayaan bersumber masyarakat. Pembiayaan
kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok
dan masyarakat.

1. Anggaran Dinas Kesehatan Kabupaten Belu


Anggaran kesehatan Tahun 2016 kabupaten Belu sebesar Rp. 138.696.272.972,- yang
terdiri dari APBD kabupaten Belu sebesar Rp. 133.142.062.714,- ; APBN sebesar
Rp.5.141.444.550,- ; dan Pinjaman/hibah luar negeri (PHLN) sebesar Rp. 91.545.000,-untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada lampiran 81. Total anggaran kesehatan ini dilaporkan tanpa anggaran
dari Akper kabupaten Belu. Berikut ini adalah gambaran pembiayaan kesehatan kabupaten Belu.
Grafik 5.13
Alokasi Anggaran Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2013-2016

Rp167.996.679.253
Rp138.696.272.972
Rp109.811.425.549
Rp70.591.270.414

2.013 2.014 2.015 2.016

Sumber : Subag Keuangan Dinkes Belu

Keterangan :
Alokasi anggaran kesehatan Kabupaten Belu tahun 2013 masih termasuk
wilayah kabupaten Malaka. Sedangkan tahun 2014-2016 alokasi anggaran
kesehatan kabupaten belu telah berdiri sendiri. Tahun 2016 total anggaran
kesehatan tidak termasuk Akper Kabupaten Belu.

Pembiayaan kesehatan harus mampu menjamin kesinambungan jumlah yang mencukupi,


teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdayaguna sehingga
pembangunan kesehatan demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
106
dapat terlaksana. Sesuai dengan undang-undang kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan, anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota memiliki alokasi
minimal sepuluh persen dari total anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) di luar gaji
(belanja pegawai). Berikut ini adalah gambaran anggaran kesehatan pemerintah daerah
Kabupaten Belu terhadap total APBD Kabupaten Belu.
Grafik 5.14
Anggaran Kesehatan Kabupaten Belu Terhadap APBD Kabupaten Belu Tahun 2013-2016
% Anggaran Kesehatan APBD Total Anggaran APBD Rp977.978.805.845
Rp878.372.021.785 Rp851.604.556.532

Rp604.389.367.396

Rp105.113.267.919 Rp90.080.946.836 Rp133.403.833.422


Rp57.142.062.714

11,97 14,90 6,71 13,64

2013 2014 2015 2016

Sumber : Subag Keuangan Dinkes Belu

Berdasarkan persentase alokasi dan realisasi anggaran kesehatan kabupaten Belu tahun
2013 sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 5.15
Alokasi Dan Realisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2013-2016

Rp81.437.630.756 Rp77.598.226.558
Rp68.018.297.414
Rp54.112.997.336

Alokasi

Rp20.615.834.369 Rp41.810.423.181 Rp56.789.275.174 Rp63.725.802.805 Realisasi

25,31 77,27 83,49 82,12 %

2013 2014 2015 2016


% Realisasi Alokasi
Sumber : Subag Keuangan Dinkes Belu

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa persentase realisasi anggaran Dinas Kesehatan
kabupaten Belu pada tahun 2016 mencapai 82,12% lebih rendah dari tahun 2015 sebelumnya
yang mencapai 83,49%.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
107
2. Bantuan Operasional Kesehatan
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan bantuan pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk percepatan pencapaian Standar Pelayanan Minimum (SPM) bidang
kesehatan tahun 2016, melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta
Poskesdes/Polindes, Posyandu dan UKBM lainnya dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang bersifat promotif dan preventif. Dana BOK adalah dana APBN Kementerian Kesehatan yang
disalurkan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota melalui mekanisme Tugas Pembantuan.
Selain itu diharapkan dengan bantuan ini dapat meningkatkan kualitas manajemen puskesmas,
terutama dalam perencanaan tingkat puskesmas dan lokakarya mini puskesmas, meningkatkan
upaya untuk menggerakkan potensi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya, dan
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang dilakukan
oleh puskesmas dan jaringannya serta poskesdes dan posyandu.
Pemanfaatan dana BOK difokuskan pada beberapa upaya kesehatan promotif dan
preventif meliputi kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), imunisasi, perbaikan
gizi masyarakat, promosi kesehatan, kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit, dan upaya
kesehatan lain sesuai risiko dan masalah utama kesehatan di wilayah setempat dengan tetap
mengacu pada pencapaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan tahun 2016.
Pada proses pelaksanaannya, berbagai upaya penyempurnaan telah dilakukan dalam
penyaluran dana BOK. Realisasi pemanfaatan dana BOK pada tahun 2016 sebesar
Rp4.669.220.275,- dari alokasi sebesar Rp 5.136.000.000,- dengan persentase realisasi 90,91%.
Realisasi tersebut lebih rendah jika dibandingkan tahun 2015 yang sebesar 95,33%.

Grafik 5.16
Alokasi Dan Realisasi Anggaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Kabupaten Belu
Tahun 2013-2016
% Realisasi Alokasi
Rp8.558.600.000 Rp8.558.600.000

Rp5.136.000.000
Rp4.235.065.000

Rp8.028.734.300 Rp3.993.888.650 Rp4.037.110.600 Rp4.669.220.275

93,81 46,67 95,33 90,91

2013 2014 2015 2016

Sumber : Subag Keuangan Dinkes Belu

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
108
BOK sebagai suplemen pembiayaan operasional puskesmas diharapkan mampu
berkontribusi dalam pencapaian indikator pembangunan kesehatan secara nasional melalui
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas. Dinas kesehatan provinsi sebagai perpanjangan
tangan Kementerian Kesehatan juga memiliki peran serta yaitu melakukan pembinaan dan
evaluasi pelaksanaan BOK di kabupaten/kota. Dengan kehadiran BOK diharapkan petugas
kesehatan/kader kesehatan tidak lagi mengalami kendala dalam melakukan kegiatan untuk
mendekatkan akses kesehatan pada masyarakat.
BOK bukan merupakan dana utama dalam penyelenggaraan upaya kesehatan di
puskesmas dan jaringannya, namun hanya dana tambahan yang sifatnya bantuan. Pemerintah
daerah tetap berkewajiban mengalokasikan dana operasional untuk puskesmas yang berada di
wilayahnya.
BOK tahun 2016 sebesar Rp. 5.136.000.000,- dialokasikan untuk kabupaten Belu.
Mekanisme penyaluran dana BOK tahun 2016 masih tetap menggunakan mekanisme DAK non
fisik. BOK berkontribusi dalam peningkatan kinerja petugas kesehatan di Puskesmas dalam
pelaksanaan program bersifat promotif dan preventif terutama kegiatan operasional di lapangan.
Sebagian besar dana BOK di puskesmas digunakan untuk mendukung program KIA, diikuti
dengan program Gizi, Promosi Kesehatan, Imunisasi dan Pengendalian Penyakit dan Kesehatan
Lingkungan.

3. Jaminan Kesehatan Nasional


Untuk mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi WHA ke-58 tahun
2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangkan Universal Health Coverage
(UHC) bagi seluruh penduduk, maka pemerintah bertanggungjawab atas pelaksanaan jaminan
kesehatan masyarakat melalui program jaminan kesehatan nasional (JKN). Usaha ke arah itu
sesungguhnya telah dirintis, pemerintah dengan menyelenggarakan beberapa bentuk jaminan
sosial di bidang kesehatan, diantaranya melalui PT. ASKES dan PT. Jamsostek,yang melayani
antara lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran dan pegawai swasta. Untuk
masyarakat miskin dan tidak mampu, pemerintah pusat memberikan jaminan melalui skema
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan pemerintah daerah dengan Jaminan Kesehatan
Daerah (Jamkesda). Namun demikian, skema-skema tersebut masih terfragmentasi, terbagi-bagi
sehingga biaya kesehatan dan mutu pelayanan menjadi sulit terkendali.
Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 2004 dikeluarkan Undang-Undang Nomor 40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2004 ini mengamanatkan bahwa program jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk
program Jaminan Kesehatan melalui suatu badan penyelenggara jaminan sosial. Badan
penyelenggara jaminan sosial telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Untuk program Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan,
implementasinya telah dimulai sejak 1 Januari 2014. Program tersebut selanjutnya disebut sebagai
program JKN.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
109
JKN diselenggarakan untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat
pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan
kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Manfaat
JKN terdiri atas dua jenis, yaitu manfaat medis dan manfaat non-medis. Manfaat medis berupa
pelayanan kesehatan yang komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) sesuai
dengan indikasi medis yang tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan. Manfaat non-
medis meliputi akomodasi dan ambulans. Manfaat akomodasi untuk layanan rawat inap sesuai
hak kelas perawatan peserta. Manfaat ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan antar
fasilitas kesehatan, dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Manfaat JKN mencakup pelayanan pencegahan dan pengobatan termasuk pelayanan
obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Seperti misalnya untuk
pelayanan pencegahan (promotif dan preventif), peserta JKN akan mendapatkan pelayanan:
penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan
faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat; imunisasi dasar, meliputi Baccile
Calmett Guerin (BCG), difteri pertusis tetanus dan Hepatitis B (DPT-HB), Polio dan Campak;
keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi dan tubektomi; skrining
kesehatan diberikan secara selektif yang ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan
mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit tertentu, jenis penyakit kanker, bedah jantung,
hingga dialisis (gagal ginjal).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tentang Pedoman Pelaksanaan Program
JKN, peserta dalam program JKN meliputi setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja
paling singkat enam bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayar
pemerintah. Peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terdiri atas dua kelompok yaitu
Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan dan peserta bukan PBI jaminan
kesehatan. Peserta PBI jaminan kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu. Peserta
bukan PBI jaminan kesehatan adalah Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, Pekerja
Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, serta bukan pekerja dan anggota keluarganya.
Pada tahap awal kepersertaan program JKN yang dimulai pada 1 Januari 2014 terdiri dari
peserta PBI JKN (pengalihan dari program Jamkesmas), anggota TNI dan PNS di lingkungan
Kementerian Pertahanan dan anggota keluarganya, anggota POLRI dan PNS di lingkungan POLRI
dan anggota keluarganya, peserta asuransi kesehatan sosial dari PT. Askes (Persero) beserta
anggota keluarganya, peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) dari PT. (Persero)
Jamsostek dan anggota keluarganya, peserta Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang telah
berintegrasi, dan peserta mandiri (pekerja bukan penerima upah dan pekerja penerima upah).
Sampai dengan Desember 2016, jumlah kepesertaan program JKN wilayah kabupaten
Belu berjumlah 120.156 peserta. Bila dibandingkan dengan tahun 2015, jumlah peserta BPJS
Kesehatan menurun yaitu dari 124.420 jiwa pada tahun 2015 menjadi 120.156 jiwa pada tahun
2016.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
110
Grafik 5.17
Perkembangan Jumlah Peserta BPJS Kesehatan Tahun 2014-2016

125.000 124.420

124.000

123.000 122.290

122.000

121.000 120.156

120.000

119.000

118.000
2.014 2.015 2.016
Sumber : BPJS Kabupaten Belu

Peserta BPJS Kesehatan pada tahun 2016 terdiri dari peserta PBI yang berjumlah 79.377
jiwa dan peserta non PBI yang berjumlah 6.800 jiwa. Peserta PBI kabupaten Belu
merupakan peserta dengan iuran bersumber dari APBN yaitu sebanyak 79.377 peserta.
Sedangkan peserta non PBI terdiri atas pekerja penerima upah yang berjumlah 28.034
peserta, pekerja bukan penerima upah yang berjumlah 14.681 peserta, dan bukan pekerja
yang berjumlah 6.800 peserta.
Grafik 5.18
Proporsi Jumlah Peserta BPJS Kesehatan Per 31 Desember 2016

Bukan Pekerja, 5.02 Jamkesda, 4.80


Pekerja Bukan
Penerima Upah,
10.84

Pekerja Penerima PBI APBN, 58.63


Upah , 20.71

Sumber : BPJS Kabupaten Belu

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa proporsi terbesar kepesertaan BPJS kabupaten
Belu tahun 2016 adalah PBI APBN 58,63%. Sedangkan proporsi terkecil terdapat pada
kepesertaan Jamkesda 4,80%.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
111
Grafik 5.19
Gambaran Jumlah Peserta BPJS Kesehatan Menurut Jenis Tahun 2014-2016

79.371
79.371
79.377
90.000
80.000
70.000
60.000
50.000

28.034
26.984
26.984
40.000

14.681
30.000

10.010
10.010

6.800
20.000

6.669
6.669

6.501
6.501
6.501
10.000
-
PBI APBN Pekerja Penerima Pekerja Bukan Bukan Pekerja Jamkesda
Upah Penerima Upah

2014 2015 2016


Sumber : BPJS Kabupaten Belu

Kepesertaan BPJS kabupaten Belu jika dilihat dari tahun 2014 sampai dengan 2016 tidak
terjadi penambahan yang cukup berarti. Penambahan hanya terjadi di tahun 2016. Hal ini perlu
adanya sosialisasi yang baik terhadap masyarakat tentang kepesertaan BPJS bagi masyarakat.
Berikut ini adalah persentase kepesertaan BPJS kabupaten Belu menurut wilayah kerja puskesmas.
Grafik 5.20
Jumlah Peserta BPJS Kesehatan Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Per 31
Desember Tahun 2016

Kota Atambua 12.715


Wedomu 9.543
Halilulik 9.411
Haekesak 9.196
Haliwen 8.703
Atapupu 8.615
Atambua Selatan 8.340
Nualain 6.591
Rafae 5.747
Weluli 5.609
Webora 4.751
Aululik 4.630
Umanen 4.036
Silawan 3.180
Laktutus 2.945
Dilumil 1.893
Ainiba 1.558

- 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000


Sumber : BPJS Kabupaten Belu

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa jumlah peserta BPJS kabupaten Belu tahun
2016 paling banyak ditemukan di puskesmas Kota Atambua dengan jumlah 12.715 peserta.
Sedangkan jumlah peserta BPJS yang paling sedikit adalah puskesmas Ainiba dengan jumlah 1.558
peserta.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
112
Setiap peserta JKN mempunyai hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang
meliputi pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap
Tingkat Pertama (RITP), pelayanan kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL), Rawat
Inap Tingkat Lanjutan (RITL), pelayanan gawat darurat, dan pelayanan kesehatan lain yang
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang diberikan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
tempat peserta terdaftar, kecuali dalam keadaan tertentu yaitu bagi peserta yang berada di luar
wilayah FKTP tempat peserta terdaftar atau dalam keadaan kegawatdaruratan medis.
Dalam hal peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, FKTP harus merujuk ke
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) terdekat sesuai dengan sistem rujukan.
Grafik 5.21
Perkembangan Jumlah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Yang Bekerja Sama Dengan
BPJS Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2015 dan 2016

31

28

2.015 2.016
Sumber : BPJS Kabupaten Belu

Bila dibandingkan tahun 2015 jumlah FKTP yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
Kabupaten Belu meningkat yaitu dari 28 FKTP pada tahun 2015 menjadi 31 FKTP di tahun 2016.
Grafik 5.22
Proporsi Jenis Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Yang Bekerja Sama Dengan BPJS
Kesehatan Kabupaten Belu Per 31 Desember 2016
Klinik Swasta; 3,23 Klinik TNI; 6,45
Praktek Dokter
Gigi; 6,45

Prakter Dokter Puskesmas; 54,84


Umum; 29,03

Sumber : BPJS Kabupaten Belu

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa proporsi jumlah FKTP tertinggi yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan pada tahun 2016 yaitu puskesmas sebesar 54,84% disusul kemudian oleh

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
113
praktek dokter umum 29,03%, disusul kemudian kembali oleh Praktek Dokter Gigi dan Klinik
TNI 6,45%, dan yang paling terendah adalah klinik swasta 3,23%.
Jumlah Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan per 31 Desember 2016 yaitu sebanyak 3 FKRTL. Jumlah ini tidak mengalami
perubahan Karen ajumlah FKRTL di kabupaten Belu tidak bertambah. Jumlah tersebut sudah
sesuai jumlah FKRTL di kabupaten Belu.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 5 SUMBER DAYA KESEHATAN
114
6
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
BAB 6 PENUTUP

VI.1 Kesimpulan
Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan organisasi
dalam pelaksanaan manajemen. Oleh karena itu penyediaan data dan informasi yang berkualitas
sangat dibutuhkan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Di bidang kesehatan,
data dan informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Diharapkan
Profil Kesehatan Kabupaten Belu dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh
tentang seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai.

1. Kabupaten Belu mempunyai jumlah penduduk pada tahun 2016 yaitu berjumlah 204.541
jiwa dengan luas wilayah 1.284,94 Km2 yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki 100.922
jiwa dan jumlah penduduk perempuan 103.619 jiwa yang tersebar di 69 desa dan 12
kelurahan di kabupaten Belu.

2. Sarana dan Prasarana puskesmas dan jejaringannya.


Ketersediaan sarana dan prasarana dan dukungan logistic pada sarana pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan telah merata dan dimanfaatkan oleh masyarakat dengan jumlah puskesmas
17 puskesmas yang tersebar di 12 kecamatan di kabupaten Belu, dengan didukung oleh 15
pustu, 41 polindes dan 33 poskesdes.

3. Pegembangan SDM kesehatan


Jumlah tenaga kesehatan kabupaten Belu dapat dilihat sebagai berikut : Perawat 47,27%,
bidan 21,98%, Teknisi medis 8,46%, Tenaga Medis 5,78%, kefarmasian 5,26%, Kesehatan
lingkungan 3,51%, tenaga gizi 4,33%, Kesehatan masyarakat 2,68% dan keterapian fisik
0,72%.

4. Pengembangan pembiayaan kesehatan


Berdasarkan anggaran kesehatan dalam APBD pada tahun 2016 untuk kabupaten Belu telah
mencapai 13,64%, dengan anggaran kesehatan perkapita berjumlah Rp. 977.978.805.845.
Hal ini menggambarkan kabupaten Belu telah memberikan perhatian khusus dalam bidang
pembangunan kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan di wilayah kabupaten
Belu khususnya bagi penduduk miskin.

5. Upaya kesehatan masyarakat


Program upaya kesehatan masyarakat di kabupaten Belu tahun 2016 dapat digambarkan
sebagai berikut : jenis kepesertaan jaminan kesehatan masyarakat kabupaten Belu terdiri dari
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) (63,02%), Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah)

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 6 PENUTUP


115
(3,18%), Asuransi swasta (0,00%) dan asuransi perusahaan (0,00%). Dari jenis kepersertaan
tersebut jumlah kunjungan rawat jalan 213.540 jiwa (104,4%) dan rawat inap 6.018 jiwa
(2,9%).

6. Perbaikan gizi masyarakat


Program perbaikan gizi masyarakat di kabupaten Belu dapat dilihat melalui :
a. Jumlah ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe untuk kabupaten Belu tahun 2016
mencapai 5.242 ibu hamil (90,43%)
b. Jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 1.446
bayi usia 0-6 bulan (86,65%).
c. Jumlah balita gizi buruk yang mendapat perawatan di kabupaten Belu tahun 2016
mencapai 58 kasus dan semuanya mendapatkan perawatan (100%).

7. Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular


Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular di kabupaten Belu tahun 2016 dapat
dilihat melalui pencapaian program berikut ini :
a. Jumlah kasus Diare yang ditangani mencapai 2.239 kasus.
b. Jumlah kasus Demam Berdarah mencapai 33 kasus. Dengan IR mencapai 16,13/100.000
penduduk.
c. Tidak ditemukan kasus filariasis di kabupaten Belu tahun 2016.
d. Presentase desa yang mencapai Universal Child Imumnization (UCI) mencapai 83,95%.
e. Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) tahun 2016 mencapai 10,00%.
f. Prevalensi rate kusta kabupaten Belu tahun 2016 mencapai 4,40/10.000 penduduk.
g. Angka kesakitan malaria per 1.000 penduduk kabupaten Belu tahun 2016 mencapai
10,66/1.000 penduduk.
Tujuan program ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit
menular dan mengembangkan sistem kewaspadaan dini (SKD), kejadian luar biasa (KLB),
adanya sistem laporan mingguan dan laporan harian KLB.

8. Kesehatan ibu, anak dan lanjut usia


Program kesehatan ibu, anak dan lanjut usia di kabupaten Belu tahun 2016 dapat
digambarkan sebagai berikut ini.
a. Jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan mencapai 81,33%
b. Jumlah kunjungan ibu hamil K4 mencapai 67,51%
c. Jumlah kunjungan Neonatus mencapai 95,00%
d. Jumlah kunjungan ibu hamil resiko tinggi / komplikasi yang ditangani mencapai 77,43%
e. Jumlah peserta KB aktif mencapai 65,87%
f. Penjaringan kesehatan SD dan mencapai 80,00%
g. Jumlah pelayanan kesehatan usia lanjut (60 tahun +) mencapai 39,26%

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 6 PENUTUP


116
h. Jumlah murid sekolah dasar (SD) mendapat pelayanan upaya kesehatan gigi sekolah
(UKGS) mencapai 99,32%
Tujuan program ini adalah meningkatkan pelayanan persalinan, meningkatkan cakupan
pelayanan kehamilan, deteksi resti penanganan gawat darurat ibu dan neonatal dan
pelayanan kesehatan ibu nifas, serta meningkatkan kunjungan bayi dan penanganan BBLR
serta deteksi Tumbuh kembang anak.

9. Penyehatan lingkungan
Program penyehatan lingkungan di kabupaten Belu tahun 2016 dapat diketahui sebagai
berikut.
a. Presentase rumah sehat mencapai 59,78%
b. Presentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan di kabupaten Belu
mencapai 97,8%
Tujuan program penyehatan lingkungan adalah mewujudkan lingkungan hidup yang sehat
untuk mendukung tumbuh kembang anak dan remaja, memenuhi kebutuhan dasar untuk
hidup sehat dan memungkinkan interaksi sosial serta melindungi masyarakat dari ancaman
bahaya yang berasal dari lingkungan sehingga tercapai derajat kesehatan individu, keluarga
dan masyarakat yang optimal.

10. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat


Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat kabupaten Belu tahun 2016
dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Presentasi rumah tangga ber-perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) mencapai 75,33%
b. Presentasi Posyandu purnama mencapai 37,47%
c. Presentasi desa siaga mencapai 80,25%
Tujuan program ini adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
memperbaiki keadaan kesehatan dan akses pelayanan kesehatan di Kabupaten Belu.

11. Program upaya kesehatan perorangan


Program upaya kesehatan perorangan di kabupaten Belu tahun 2016 dapat digambarkan
sebagai berikut :
a. Presentasi rawat jalan mencapai 104,4%
b. Presentasi rawat nginap mencapai 2,9%

VI.2 Penutup
Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2016 memberikan gambaran secara garis besar
tentang situasi dan kondisi kesehatan masyarakat kabupaten Belu tahun 2016, yang mana
memperlihatkan seberapa jauh perubahan dan perbaikan keadaan kesehatan yang telah dicapai,
serta menunjukkan kekurangan dan kelebihan dari setiap upaya-upaya kesehatan yang
dilaksanakan tentunya tidak terlepas dari kontribusi lintas sektor terkait.

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 6 PENUTUP


117
Gambaran tersebut merupakan fakta yang harus dikomunikasikan baik kepada pimpinan
dan pengelola program kesehatan maupun kepada lintas sektor dan masyarakat di kabupaten
Belu yang dideskripsikan melalui data dan informasi. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan
informasi yang disajikan di dalam Profil Kesehatan Kabupaten Belu.
Demikian penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2016, dengan harapan
bermanfaat bagi berbagai pihak.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN BELU

Theresia M.B. Saik, SKM,M.Kes


Pembina Utama Muda / IV c
NIP. 19610809 198603 2 007

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016 BAB 6 PENUTUP


118
Badan Pusat Statistik. 2017. Kabupaten Belu Dalam Angka 2016. BPS Kabupaten Belu. Atambua.

Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Daerah Kabupaten Belu 2016. BPS Kabupaten Belu. Atambua.

Bidang Bina Kesehatan Keluarga. 2017. Laporan Tahunan Tahun 2016. Dinas Kesehatan Kabupaten

Belu. Atambua

Bidang Bina Pelayanan Kesehatan. 2017. Laporan Tahunan Tahun 2016. Dinas Kesehatan

Kabupaten Belu. Atambua

Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit. 2017. Laporan Tahunan Tahun 2016. Dinas

Kesehatan Kabupaten Belu. Atambua

Bidang Promosi Kesehatan dan Penyehatan Lingkungan. 2017. Laporan Tahunan Tahun 2016.

Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. Atambua

Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2011. Dinas

Kesehatan Kabupaten Belu. Atambua

Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2012. Dinas

Kesehatan Kabupaten Belu. Atambua

Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2013. Dinas

Kesehatan Kabupaten Belu. Atambua

Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2014. Dinas

Kesehatan Kabupaten Belu. Atambua

Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2015. Dinas

Kesehatan Kabupaten Belu. Atambua

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten / Kota

2013 (edisi revisi 2014). Kementerian Kesehatan RI. Jakarta

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016


PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2016
RESUME PROFIL KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
A. GAMBARAN UMUM
1 Luas Wilayah 1.284,94 Km2 Tabel 1
2 Jumlah Desa/Kelurahan 81 Desa/Kel Tabel 1
3 Jumlah Penduduk 100.922 103.619 204.541 Jiwa Tabel 2
4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 4,4 Jiwa Tabel 1
5 Kepadatan Penduduk /Km2 159,2 Jiwa/Km2 Tabel 1
6 Rasio Beban Tanggungan 72,2 per 100 penduduk produktif Tabel 2
7 Rasio Jenis Kelamin 97,4 Tabel 2
8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 96,93 97,11 97,02 % Tabel 3
9 Penduduk 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi
a. SMP/ MTs 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3
b. SMA/ SMK/ MA 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3
c. Sekolah menengah kejuruan 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3
d. Diploma I/Diploma II 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3
e. Akademi/Diploma III 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3
f. Universitas/Diploma IV 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3
g. S2/S3 (Master/Doktor) 0,00 0,00 0,00 % Tabel 3

B. DERAJAT KESEHATAN
B.1 Angka Kematian
10 Jumlah Lahir Hidup 2.288 2.135 4.423 Tabel 4
11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 17 13 15 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 4
12 Jumlah Kematian Neonatal 23 19 42 neonatal Tabel 5
13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) 10 9 9 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
14 Jumlah Bayi Mati 39 28 67 bayi Tabel 5
15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 17 13 15 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
16 Jumlah Balita Mati 40 30 70 Balita Tabel 5
17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 17 14 16 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
18 Kematian Ibu
Jumlah Kematian Ibu 5 Ibu Tabel 6
Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 113 per 100.000 Kelahiran Hidup Tabel 6

B.2 Angka Kesakitan


19 Tuberkulosis
Jumlah kasus baru TB BTA+ 195 153 348 Kasus Tabel 7
Proporsi kasus baru TB BTA+ 56,03 43,97 % Tabel 7
CNR kasus baru BTA+ 193,22 147,66 170,14 per 100.000 penduduk Tabel 7
Jumlah seluruh kasus TB 288 254 542 Kasus Tabel 7
CNR seluruh kasus TB 285,37 245,13 264,98 per 100.000 penduduk Tabel 7
Kasus TB anak 0-14 tahun 4,61 % Tabel 7
Persentase BTA+ terhadap suspek 10,00 10,00 10,00 % Tabel 8
Angka kesembuhan BTA+ 94,31 93,72 94,05 % Tabel 9
Angka pengobatan lengkap BTA+ 30,08 36,65 32,95 % Tabel 9
Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+ 124,39 130,37 127,00 % Tabel 9
Angka kematian selama pengobatan 14,86 7,72 11,24 per 100.000 penduduk Tabel 9
20 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani 7,06 4,63 5,84 % Tabel 10
21 Jumlah Kasus HIV 24 27 51 Kasus Tabel 11
22 Jumlah Kasus AIDS 25 23 48 Kasus Tabel 11
23 Jumlah Kematian karena AIDS 5 4 9 Jiwa Tabel 11
24 Jumlah Kasus Syphilis 0 0 0 Kasus Tabel 11
25 Donor darah diskrining positif HIV 0,49 0,96 0,58 % Tabel 12
26 Persentase Diare ditemukan dan ditangani 0,00 0,00 0,00 % Tabel 13
27 Kusta
Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) 5 4 9 Kasus Tabel 14
Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 4,95 3,86 4,40 per 100.000 penduduk Tabel 14
Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 0,00 % Tabel 15
Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 0,00 % Tabel 15
Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 0,00 per 100.000 penduduk Tabel 15
Angka Prevalensi Kusta 1,09 0,39 0,73 per 10.000 Penduduk Tabel 16
Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 17
Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 60,00 0,00 42,86 % Tabel 17
28 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
AFP Rate (non polio) < 15 th 1,28 per 100.000 penduduk <15 tahun Tabel 18
Jumlah Kasus Difteri 0 0 0 Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Difteri #DIV/0! % Tabel 19
Jumlah Kasus Pertusis 0 0 0 Kasus Tabel 19
Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) 0 0 0 Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) #DIV/0! % Tabel 19
Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 0 0 0 Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum #DIV/0! % Tabel 19
Jumlah Kasus Campak 0 0 0 Kasus Tabel 20
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
Case Fatality Rate Campak #DIV/0! % Tabel 20
Jumlah Kasus Polio 0 0 0 Kasus Tabel 20
Jumlah Kasus Hepatitis B 0 0 0 Kasus Tabel 20
29 Incidence Rate DBD 14,86 17,37 16,13 per 100.000 penduduk Tabel 21
30 Case Fatality Rate DBD 0,00 0,00 0,00 % Tabel 21
31 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) 10,97 10,36 10,66 per 1.000 penduduk berisiko Tabel 22
32 Case Fatality Rate Malaria 0,00 0,00 0,00 % Tabel 22
33 Angka Kesakitan Filariasis 0 0 0 per 100.000 penduduk Tabel 23
34 Persentase Hipertensi/tekanan darah tinggi 15,06 15,14 15,11 % Tabel 24
35 Persentase obesitas 9,72 16,57 13,79 % Tabel 25
36 Persentase IVA positif pada perempuan usia 30-50 tahun 2,64 % Tabel 26
37 % tumor/benjolan payudara pada perempuan 30-50 tahun 2,64 % Tabel 26
38 Desa/Kelurahan terkena KLB ditangani < 24 jam #DIV/0! % Tabel 28

C. UPAYA KESEHATAN
C.1 Pelayanan Kesehatan
39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 89 % Tabel 29
40 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 67,51 % Tabel 29
41 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 81,53 % Tabel 29
42 Pelayanan Ibu Nifas 80,11 % Tabel 29
43 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 82,77 % Tabel 29
44 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 38,00 % Tabel 30
45 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 90,43 % Tabel 32
46 Penanganan komplikasi kebidanan 77,43 % Tabel 33
47 Penanganan komplikasi Neonatal 58,98 62,35 60,61 % Tabel 33
48 Peserta KB Baru 11,78 % Tabel 36
49 Peserta KB Aktif 65,87 % Tabel 36
50 Bayi baru lahir ditimbang 100 100 100 % Tabel 37
51 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 7,60 7,82 7,71 % Tabel 37
52 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 99,21 99,67 99,43 % Tabel 38
53 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 94,01 96,07 95,00 % Tabel 38
54 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 87,62 85,65 86,65 % Tabel 39
55 Pelayanan kesehatan bayi 111,54 108,07 109,78 % Tabel 40
56 Desa/Kelurahan UCI 83,95 % Tabel 41
57 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 96,49 86,54 91,44 % Tabel 43
58 Imunisasi dasar lengkap pada bayi 96,71 87,42 92,00 % Tabel 43
59 Bayi Mendapat Vitamin A 100,35 100,00 100,18 % Tabel 44
60 Anak Balita Mendapat Vitamin A 100,00 100,43 100,21 % Tabel 44
61 Baduta ditimbang 46,47 47,31 46,88 % Tabel 45
62 Baduta berat badan di bawah garis merah (BGM) 2,58 2,10 2,35 % Tabel 45
63 Pelayanan kesehatan anak balita 59,60 57,95 58,76 % Tabel 46
64 Balita ditimbang (D/S) 83,84 84,73 84,27 % Tabel 47
65 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 2,46 2,25 2,36 % Tabel 47
66 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100,00 100,00 100,00 % Tabel 48
67 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 77,63 82,25 80,00 % Tabel 49
68 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 0,28 Tabel 50
69 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal 70,27 sekolah Tabel 51
70 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi 81,08 sekolah Tabel 51
71 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 111,37 108,55 109,97 % Tabel 51
72 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) 29,01 29,92 29,44 % Tabel 51

73 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan mulut 29,01 29,92 29,44 % Tabel 51

74 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) 39,97 38,69 39,26 % Tabel 52

C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan


Persentase
75 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan 2,91 3,44 66,19 % Tabel 53
76 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan 70,81 127,09 104,40 % Tabel 54
77 Cakupan Kunjungan Rawat Inap 0,17 0,37 2,94 % Tabel 54
78 Angka kematian kasar/Gross Death Rate (GDR) di RS 37,77 20,85 25,49 per 100.000 pasien keluar Tabel 55
79 Angka kematian murni/Nett Death Rate (NDR) di RS 23,63 16,00 16,65 per 100.000 pasien keluar Tabel 55
80 Bed Occupation Rate (BOR) di RS 46,74 % Tabel 56
81 Bed Turn Over (BTO) di RS 49,99 Kali Tabel 56
82 Turn of Interval (TOI) di RS 3,89 Hari Tabel 56
83 Average Length of Stay (ALOS) di RS 3,00 Hari Tabel 56

C.3 Perilaku Hidup Masyarakat


87 Rumah Tangga ber-PHBS 75,33 % Tabel 57

C.4 Keadaan Lingkungan


88 Persentase rumah sehat 59,78 % Tabel 58
89 Penduduk yang memiliki akses air minum yang layak 63,93 % Tabel 59
90 Penyelenggara air minum memenuhi syarat kesehatan 100,00 % Tabel 60
91 Penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) 51,00 % Tabel 61
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
92 Desa STBM - % Tabel 62
93 Tempat-tempat umum memenuhi syarat 97,30 % Tabel 63
TPM memenuhi syarat higiene sanitasi 79,92 % Tabel 64
TPM tidak memenuhi syarat dibina 33,83 % Tabel 65
TPM memenuhi syarat diuji petik 302,90 % Tabel 65

D. SUMBERDAYA KESEHATAN
D.1 Sarana Kesehatan
94 Jumlah Rumah Sakit Umum 4,00 RS Tabel 67
95 Jumlah Rumah Sakit Khusus - RS Tabel 67
96 Jumlah Puskesmas Rawat Inap 3,00 Tabel 67
97 Jumlah Puskesmas non-Rawat Inap 14,00 Tabel 67
Jumlah Puskesmas Keliling 17,00 Tabel 67
Jumlah Puskesmas pembantu 15,00 Tabel 67
98 Jumlah Apotek 19,00 Tabel 67
99 RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 25,00 % Tabel 68
100 Jumlah Posyandu 419,00 Posyandu Tabel 69
101 Posyandu Aktif 55,13 % Tabel 69
102 Rasio posyandu per 100 balita 1,68 per 100 balita Tabel 69
103 UKBM
Poskesdes 33,00 Poskesdes Tabel 70
Polindes 41,00 Polindes Tabel 70
Posbindu 22,00 Posbindu Tabel 70
104 Jumlah Desa Siaga 65,00 Desa Tabel 71
105 Persentase Desa Siaga 80,25 % Tabel 71

D.2 Tenaga Kesehatan


106 Jumlah Dokter Spesialis 6,00 5,00 11,00 Orang Tabel 72
107 Jumlah Dokter Umum 20,00 20,00 40,00 Orang Tabel 72
108 Rasio Dokter (spesialis+umum) 24,93 per 100.000 penduduk Tabel 72
109 Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Spesialis 1,00 4,00 5,00 Orang Tabel 72
110 Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter Gigi Spesialis) 2,44 per 100.000 penduduk
111 Jumlah Bidan 213,00 Orang Tabel 73
112 Rasio Bidan per 100.000 penduduk 104,14 per 100.000 penduduk Tabel 73
113 Jumlah Perawat 133,00 307,00 440,00 Orang Tabel 73
114 Rasio Perawat per 100.000 penduduk 215,12 per 100.000 penduduk Tabel 73
115 Jumlah Perawat Gigi 2,00 16,00 18,00 Orang Tabel 73
116 Jumlah Tenaga Kefarmasian 6,00 45,00 51,00 Orang Tabel 74
117 Jumlah Tenaga Kesehatan kesehatan 8,00 18,00 26,00 Orang Tabel 75
118 Jumlah Tenaga Sanitasi 13,00 21,00 34,00 Orang Tabel 76
119 Jumlah Tenaga Gizi 13,00 29,00 42,00 Orang Tabel 77

D.3 Pembiayaan Kesehatan


120 Total Anggaran Kesehatan 138.696.272.972,00 Rp Tabel 81
121 APBD Kesehatan terhadap APBD Kab/Kota 13,64 % Tabel 81
122 Anggaran Kesehatan Perkapita 678.085,44 Rp Tabel 81
TABEL 1

LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA,


DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN


WILAYAH JUMLAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
NO KECAMATAN DESA +
DESA KELURAHAN PENDUDUK
(km ) 2 KELURAHAN TANGGA TANGGA per km 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Raimanuk 179,42 9 0 9 16.109 3.949 4 89,78
2 Tasifeto Barat 224,19 8 0 8 23.945 5.454 4 106,81
3 Kakuluk Mesak 187,54 6 0 6 19.625 5.248 4 104,64
4 Nanaet Dubesi 60,25 4 0 4 4.432 1.075 4 73,56
5 Kota Atambua 24,90 0 4 4 29.081 6.010 5 1167,91
6 Atambua Barat 15,55 0 4 4 23.461 4.573 5 1508,75
7 Atambua Selatan 15,73 0 4 4 23.510 4.873 5 1494,60
8 Tasifeto Timur 211,37 12 0 12 22.722 5.617 4 107,50
9 Raihat 87,20 6 0 6 13.329 3.450 4 152,86
10 Lasiolat 64,48 7 0 7 6.681 1.500 4 103,61
11 Lamaknen 105,90 9 0 9 13.774 3.196 4 130,07
12 Lamaknen Selatan 108,41 8 0 8 7.872 1.920 4 72,61
JUMLAH (KAB/KOTA) 1.284,94 69 12 81 204.541 46.865 4,36 159

Sumber: - Belu Dalam Angka 2016 (Laporan Registrasi Penduduk 2015)


TABEL 2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH PENDUDUK
NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN
1 2 3 4 5 6

1 0-4 12.477 12.402 24.879 100,60


2 5-9 14.391 14.206 28.597 101,30
3 10 - 14 12.444 12.339 24.783 100,85
4 15 - 19 10.472 10.706 21.178 97,81
5 20 - 24 7.558 8.434 15.992 89,61
6 25 - 29 7.522 8.518 16.040 88,31
7 30 - 34 6.026 6.912 12.938 87,18
8 35 - 39 5.786 6.371 12.157 90,82
9 40 - 44 5.566 6.058 11.624 91,88
10 45 - 49 4.884 5.273 10.157 92,62
11 50 - 54 4.377 3.975 8.352 110,11
12 55 - 59 3.194 2.626 5.820 121,63
13 60 - 64 2.350 2.165 4.515 108,55
14 65 - 69 1.717 1.549 3.266 110,85
15 70 - 74 1.022 963 1.985 106,13
16 75+ 1.136 1.122 2.258 101,25

JUMLAH 100.922 103.619 204.541 97,40

ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 72,21

Sumber: - Kecamatan Dalam Angka 2016 (Laporan Registrasi Penduduk 2015)


TABEL 3

PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF


DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH PERSENTASE
NO VARIABEL LAKI-LAKI+ LAKI-LAKI+
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS 74.054 77.011 151.065
PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK
2 96,93 97,11 97,02
HURUF
PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG
3
DITAMATKAN:
a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 11,97 10,30 11,14
b. SD/MI 22,80 21,12 21,96
c. SMP/ MTs 24,82 21,71 23,27
d. SMA/ MA 28,09 33,93 31,01
e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 2,01 1,01 1,51
f. DIPLOMA I/DIPLOMA II 0,66 2,02 1,34
g. AKADEMI/DIPLOMA III 2,16 3,86 3,01
h. UNIVERSITAS/DIPLOMA IV
7,49 6,05 6,77
i. S2/S3 (MASTER/DOKTOR)
Sumber: - Kecamatan Dalam Angka 2016 (Laporan Registrasi Penduduk 2015)
TABEL 4

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH KELAHIRAN

NO KECAMATAN NAMA PUSKESMAS LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN

HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 68 3 71 69 0 69 137 3 140
2 Rafae 140 3 143 111 2 113 251 5 256
3 Tasifeto Barat Halilulik 217 3 220 191 2 193 408 5 413
4 Kakuluk Mesak Atapupu 113 3 116 106 2 108 219 5 224
5 Haliwen 187 3 190 250 1 251 437 4 441
6 Ainiba 23 1 24 27 0 27 50 1 51
7 Nanaet Dubesi Laktutus 60 2 62 52 1 53 112 3 115
8 Kota Atambua Kota 167 0 167 169 1 170 336 1 337
9 Atambua Barat Umanen 327 2 329 321 0 321 648 2 650
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 313 6 319 299 3 302 612 9 621
11 Tasifeto Timur Wedomu 208 2 210 161 3 164 369 5 374
12 Silawan 35 1 36 40 0 40 75 1 76
13 Raihat Haekesak 156 4 160 96 2 98 252 6 258
14 Lasiolat Aululik 69 2 71 54 4 58 123 6 129
15 Lamaknen Weluli 80 2 82 73 2 75 153 4 157
16 Dilumil 30 2 32 30 1 31 60 3 63
17 Lamaknen Selatan Nualain 95 1 96 86 5 91 181 6 187
JUMLAH (KAB/KOTA) 2.288 40 2.328 2.135 29 2.164 4.423 69 4.492

ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN) 17,18 13,40 15,36

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi
TABEL 5

JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH KEMATIAN

NO KECAMATAN PUSKESMAS LAKI - LAKI PEREMPUAN LAKI - LAKI + PEREMPUAN


ANAK ANAK ANAK
NEONATAL BAYI
a
BALITA NEONATAL BAYI
a
BALITA NEONATAL BAYI
a
BALITA
BALITA BALITA BALITA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Raimanuk Webora 0 2 0 2 1 1 0 1 1 3 0 3
2 Rafae 1 1 0 1 2 2 0 2 3 3 0 3
3 Tasifeto Barat Halilulik 5 9 1 10 3 6 0 6 8 15 1 16
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1
5 Haliwen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Ainiba 1 2 0 2 0 2 0 2 1 4 0 4
7 Nanaet Dubesi Laktutus 2 3 0 3 1 2 0 2 3 5 0 5
8 Kota Atambua Kota 0 1 0 1 2 3 0 3 2 4 0 4
9 Atambua Barat Umanen 0 1 0 1 2 2 0 2 2 3 0 3
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1
11 Tasifeto Timur Wedomu 2 2 0 2 1 1 0 1 3 3 0 3
12 Silawan 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1
13 Raihat Haekesak 6 7 0 7 2 2 0 2 8 9 0 9
14 Lasiolat Aululik 1 2 0 2 0 1 0 1 1 3 0 3
15 Lamaknen Weluli 3 5 0 5 1 2 1 3 4 7 1 8
16 Dilumil 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 0 2
17 Lamaknen Selatan Nualain 1 2 0 2 1 1 1 2 2 3 1 4
JUMLAH (KAB/KOTA) 23 39 1 40 19 28 2 30 42 67 3 70
ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN) 10,05 17,05 0,44 17,48 8,90 13,11 0,94 14,05 9,50 15,15 0,68 15,83

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


Keterangan : - Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKN/AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi
- a : kematian bayi termasuk kematian pada neonatal
TABEL 6
JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

KEMATIAN IBU
JUMLAH LAHIR JUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU
NO KECAMATAN PUSKESMAS
HIDUP
< 20 20-34 < 20 20-34 < 20 20-34 < 20 20-34
35 tahun JUMLAH 35 tahun JUMLAH 35 tahun JUMLAH 35 tahun JUMLAH
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Raimanuk Webora 137 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Rafae 251 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Tasifeto Barat Halilulik 408 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 219 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Haliwen 437 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Ainiba 50 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 112 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Kota Atambua Kota 336 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Atambua Barat Umanen 648 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 612 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1
11 Tasifeto Timur Wedomu 369 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 2
12 Silawan 75 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Raihat Haekesak 252 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Lasiolat Aululik 123 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1
15 Lamaknen Weluli 153 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Dilumil 60 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 181 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1
JUMLAH (KAB/KOTA) 4.423 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 3 3 0 2 3 5

ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN) 113,05

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


Keterangan:
- Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas
- Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi
TABEL 7

KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH SELURUH
JUMLAH KASUS BARU TB BTA+
JUMLAH % PENEMUAN KASUS TB KASUS TB ANAK 0-
JUMLAH PENDUDUK PERKIRAAN PASIEN BARU
NO KECAMATAN PUSKESMAS 14 TAHUN
KASUS TB BTA L P TB BTA L P
POSITIF L+P POSITIF L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 2.786 3.023 5.809 12 6 66,67 3 33,33 9 75,00 8 72,73 3 27,27 11 0 0,00
2 Rafae 4.994 5.306 10.300 19 11 61,11 7 38,89 18 94,74 11 61,11 7 38,89 18 1 5,56
3 Tasifeto Barat Halilulik 9.839 10.371 20.210 40 15 68,18 7 31,82 22 55,00 15 65,22 8 34,78 23 0 0,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 5.690 5.447 11.137 22 10 62,50 6 37,50 16 72,73 23 71,88 9 28,13 32 0 0,00
5 Haliwen 10.293 11.315 21.608 43 21 48,84 22 51,16 43 100,00 21 48,84 22 51,16 43 0 0,00
6 Ainiba 1.110 1.156 2.266 6 3 60,00 2 40,00 5 83,33 4 66,67 2 33,33 6 0 0,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 2.115 2.317 4.432 9 2 33,33 4 66,67 6 66,67 2 33,33 4 66,67 6 0 0,00
8 Kota Atambua Kota 8.894 8.995 17.889 36 9 50,00 9 50,00 18 50,00 29 63,04 17 36,96 46 1 2,17
9 Atambua Barat Umanen 11.881 11.580 23.461 46 18 58,06 13 41,94 31 67,39 19 57,58 14 42,42 33 1 3,03
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 13.482 13.763 27.245 55 9 52,94 8 47,06 17 30,91 22 44,00 28 56,00 50 1 2,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 7.626 7.244 14.870 29 17 73,91 6 26,09 23 79,31 22 73,33 8 26,67 30 0 0,00
12 Silawan 1.838 1.820 3.658 7 7 87,50 1 12,50 8 114,29 7 77,78 2 22,22 9 0 0,00
13 Raihat Haekesak 6.643 6.686 13.329 25 9 37,50 15 62,50 24 96,00 11 39,29 17 60,71 28 0 0,00
14 Lasiolat Aululik 3.355 3.326 6.681 13 3 27,27 8 72,73 11 84,62 3 25,00 9 75,00 12 0 0,00
15 Lamaknen Weluli 4.736 5.157 9.893 17 7 58,33 5 41,67 12 70,59 8 44,44 10 55,56 18 0 0,00
16 Dilumil 1.763 2.118 3.881 7 3 42,86 4 57,14 7 100,00 3 42,86 4 57,14 7 0 0,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 3.877 3.995 7.872 16 1 100,00 0 0,00 1 6,25 1 100,00 0 0,00 1 0 0,00
18 RSUD Atambua 37 59,68 25 40,32 62 68 45,64 81 54,36 149 21 14,09
19 RS. Sito Husada 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 #DIV/0!
20 RSKM Halilulik 7 46,67 8 53,33 15 11 55,00 9 45,00 20 0 0,00
21 RS. TNI 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 100.922 103.619 204.541 402 195 56,03 153 43,97 348 86,57 288 53,14 254 46,86 542 25 4,61

CNR KASUS BARU TB BTA+ PER 100.000 PENDUDUK 193,22 147,66 170,14

CNR SELURUH KASUS TB PER 100.000 PENDUDUK 285,37 245,13 264,98

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
Catatan : Jumlah kolom 6 = jumlah kolom 7 pada Tabel 1, yaitu sebesar: 204.541
TABEL 8

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

TB PARU
SUSPEK % BTA (+)
NO KECAMATAN PUSKESMAS BTA (+)
TERHADAP SUSPEK
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 60 30 90 6 3 9 10,00 10,00 10,00
2 Rafae 110 70 180 11 7 18 10,00 10,00 10,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 150 70 220 15 7 22 10,00 10,00 10,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 100 60 160 10 6 16 10,00 10,00 10,00
5 Haliwen 210 220 430 21 22 43 10,00 10,00 10,00
6 Ainiba 30 20 50 3 2 5 10,00 10,00 10,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 20 40 60 2 4 6 10,00 10,00 10,00
8 Kota Atambua Kota 90 90 180 9 9 18 10,00 10,00 10,00
9 Atambua Barat Umanen 180 130 310 18 13 31 10,00 10,00 10,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 90 80 170 9 8 17 10,00 10,00 10,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 170 60 230 17 6 23 10,00 10,00 10,00
12 Silawan 70 10 80 7 1 8 10,00 10,00 10,00
13 Raihat Haekesak 90 150 240 9 15 24 10,00 10,00 10,00
14 Lasiolat Aululik 30 80 110 3 8 11 10,00 10,00 10,00
15 Lamaknen Weluli 70 50 120 7 5 12 10,00 10,00 10,00
16 Dilumil 30 40 70 3 4 7 10,00 10,00 10,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 10 0 10 1 0 1 10,00 #DIV/0! 10,00
18 RSUD Atambua 370 250 620 37 25 62 10,00 10,00 10,00
19 RS. Sito Husada 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
20 RSKM Halilulik 70 80 150 7 8 15 10,00 10,00 10,00
21 RS. TNI 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

JUMLAH (KAB/KOTA) 1.950 1.530 3.480 195 153 348 10,00 10,00 10,00

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
TABEL 9

ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

ANGKA PENGOBATAN LENGKAP


ANGKA KESEMBUHAN (CURE RATE) ANGKA KEBERHASILAN
(COMPLETE RATE) JUMLAH KEMATIAN
BTA (+) DIOBATI* PENGOBATAN (SUCCESS
NO KECAMATAN PUSKESMAS SELAMA PENGOBATAN
L P L+P L P L+P RATE/SR)

L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P L P L+P


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 Raimanuk Webora 8 8 16 7 87,50 7 87,50 14 87,50 0 0,00 1 12,50 1 6,25 87,50 100,00 93,75 1 1 2
2 Rafae 6 13 19 6 100,00 13 100,00 19 100,00 0 0,00 1 7,69 1 5,26 100,00 107,69 105,26 0 0 0
3 Tasifeto Barat Halilulik 19 3 22 16 84,21 3 100,00 19 86,36 1 5,26 1 33,33 2 9,09 89,47 133,33 95,45 3 0 3
4 Kakuluk Mesak Atapupu 14 7 21 14 100,00 7 100,00 21 100,00 2 14,29 0 0,00 2 9,52 114,29 100,00 109,52 0 0 0
5 Haliwen 21 22 43 21 100,00 22 100,00 43 100,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 100,00 100,00 100,00 0 0 0
6 Ainiba 3 4 7 3 100,00 3 75,00 6 85,71 0 0,00 0 0,00 0 0,00 100,00 75,00 85,71 0 1 1
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4 2 6 4 100,00 2 100,00 6 100,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 100,00 100,00 100,00 0 0 0
8 Kota Atambua Kota 30 9 39 30 100,00 9 100,00 39 100,00 3 10,00 3 33,33 6 15,38 110,00 133,33 115,38 0 0 0
9 Atambua Barat Umanen 15 16 31 15 100,00 15 93,75 30 96,77 0 0,00 1 6,25 1 3,23 100,00 100,00 100,00 0 0 0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 15 13 28 14 93,33 13 100,00 27 96,43 1 6,67 2 15,38 3 10,71 100,00 115,38 107,14 1 0 1
11 Tasifeto Timur Wedomu 21 14 35 20 95,24 11 78,57 31 88,57 1 4,76 3 21,43 4 11,43 100,00 100,00 100,00 0 0 0
12 Silawan 6 3 9 5 83,33 2 66,67 7 77,78 1 16,67 1 33,33 2 22,22 100,00 100,00 100,00 0 0 0
13 Raihat Haekesak 16 10 26 15 93,75 10 100,00 25 96,15 1 6,25 0 0,00 1 3,85 100,00 100,00 100,00 0 0 0
14 Lasiolat Aululik 4 6 10 4 100,00 5 83,33 9 90,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 100,00 83,33 90,00 0 1 1
15 Lamaknen Weluli 11 5 16 11 100,00 5 100,00 16 100,00 1 9,09 1 20,00 2 12,50 109,09 120,00 112,50 0 0 0
16 Dilumil 14 7 21 14 100,00 7 100,00 21 100,00 2 14,29 1 14,29 3 14,29 114,29 114,29 114,29 0 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 4 1 5 4 100,00 1 100,00 5 100,00 2 50,00 1 100,00 3 60,00 150,00 200,00 160,00 0 0 0
18 RSUD Atambua 31 43 74 28 90,32 39 90,70 67 90,54 55 177,42 52 120,93 107 144,59 267,74 211,63 235,14 7 5 12
19 RS. Sito Husada 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 0 0
20 RSKM Halilulik 4 5 9 1 25,00 5 100,00 6 66,67 4 100,00 2 40,00 6 66,67 125,00 140,00 133,33 3 0 3
21 RS. TNI 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 246 191 437 232 94,31 179 93,72 411 94,05 74 30,08 70 36,65 144 32,95 124,39 130,37 127,00 15 8 23

ANGKA KEMATIAN SELAMA PENGOBATAN PER 100.000 PENDUDUK 14,86 7,72 11,24
Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu
Keterangan:
* kohort yang sama dari kasus yang dinilai kesembuhan dan pengobatan lengkap
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
TABEL 10

PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

PNEUMONIA PADA BALITA


JUMLAH BALITA PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH PERKIRAAN PENDERITA
L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Raimanuk Webora 379 302 681 38 30 68 0 0,00 2 6,62 2 2,94
2 Rafae 499 531 1.030 50 53 103 15 30,06 19 35,78 34 33,01
3 Tasifeto Barat Halilulik 984 1.037 2.021 98 104 202 1 1,02 1 0,96 2 0,99
4 Kakuluk Mesak Atapupu 569 545 1.114 57 55 111 0 0,00 0 0,00 0 0,00
5 Haliwen 1.029 1.132 2.161 103 113 216 2 1,94 3 2,65 5 2,31
6 Ainiba 111 116 227 11 12 23 0 0,00 0 0,00 0 0,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 212 232 444 21 23 44 0 0,00 0 0,00 0 0,00
8 Kota Atambua Kota 889 900 1.789 89 90 179 17 19,12 4 4,44 21 11,74
9 Atambua Barat Umanen 1.188 1.158 2.346 119 116 235 8 6,73 3 2,59 11 4,69
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 1.348 1.376 2.724 135 138 272 20 14,84 9 6,54 29 10,65
11 Tasifeto Timur Wedomu 763 724 1.487 76 72 149 2 2,62 2 2,76 4 2,69
12 Silawan 184 182 366 18 18 37 0 0,00 0 0,00 0 0,00
13 Raihat Haekesak 664 669 1.333 66 67 133 2 3,01 1 1,49 3 2,25
14 Lasiolat Aululik 336 333 669 34 33 67 3 8,93 1 3,00 4 5,98
15 Lamaknen Weluli 474 516 990 47 52 99 1 2,11 1 1,94 2 2,02
16 Dilumil 176 212 388 18 21 39 1 5,68 2 9,43 3 7,73
17 Lamaknen Selatan Nualain 387 400 787 39 40 79 0 0,00 0 0,00 0 0,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 10.192 10.365 20.557 1.019 1.037 2.056 72 7,06 48 4,63 120 5,84

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 11

JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT JENIS KELAMIN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

HIV AIDS JUMLAH KEMATIAN AKIBAT AIDS SYPHILIS


NO KELOMPOK UMUR
PROPORSI PROPORSI PROPORSI
L P L+P KELOMPOK L P L+P KELOMPOK L P L+P L P L+P KELOMPOK
UMUR UMUR UMUR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 4 TAHUN 2 2 4 7,84 1 1 2 4,17 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!

2 5 - 14 TAHUN 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!

3 15 - 19 TAHUN 0 0 0 0,00 0 0 0 0,00 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!

4 20 - 24 TAHUN 2 4 6 11,76 2 0 2 4,17 0 1 1 0 0 0 #DIV/0!

5 25 - 49 TAHUN 18 21 39 76,47 16 19 35 72,92 4 3 7 0 0 0 #DIV/0!

6 50 TAHUN 2 0 2 3,92 6 3 9 18,75 1 0 1 0 0 0 #DIV/0!

JUMLAH (KAB/KOTA) 24 27 51 25 23 48 5 4 9 0 0 0

PROPORSI JENIS KELAMIN 47,06 52,94 52,08 47,92 55,56 44,44 #DIV/0! #DIV/0!

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 12

PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV MENURUT JENIS KELAMIN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

DONOR DARAH
SAMPEL DARAH DIPERIKSA/DISKRINING
NO UNIT TRANSFUSI DARAH POSITIF HIV
JUMLAH PENDONOR TERHADAP HIV
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

1 PMI Kabupaten Belu 2.056 520 2.576 2.056 100,00 520 100,00 2.576 100,00 10 0,49 5 0,96 15 0,58

JUMLAH 2.056 520 2.576 2.056 100,00 520 100,00 2.576 100,00 10 0,49 5 1 15 0,58

Sumber: - UTD PMI Kab. Belu


TABEL 13

KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

DIARE
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH TARGET DIARE DITANGANI
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENEMUAN L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Raimanuk Webora 2.786 3.023 5.809 60 65 124 45 75,48 39 60,29 84 67,57
2 Rafae 4.994 5.306 10.300 107 114 220 47 43,98 46 40,51 93 42,19
3 Tasifeto Barat Halilulik 9.839 10.371 20.210 211 222 432 46 21,85 39 17,57 85 19,65
4 Kakuluk Mesak Atapupu 5.690 5.447 11.137 122 117 238 51 41,88 58 49,76 109 45,73
5 Haliwen 10.293 11.315 21.608 220 242 462 82 37,23 66 27,26 148 32,01
6 Ainiba 1.110 1.156 2.266 24 25 48 10 42,10 18 72,76 28 57,74
7 Nanaet Dubesi Laktutus 2.115 2.317 4.432 45 50 95 4 8,84 12 24,20 16 16,87
8 Kota Atambua Kota 8.894 8.995 17.889 190 192 383 68 35,73 88 45,72 156 40,75
9 Atambua Barat Umanen 11.881 11.580 23.461 254 248 502 59 23,21 50 20,18 109 21,71
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 13.482 13.763 27.245 289 295 583 80 27,73 72 24,45 152 26,07
11 Tasifeto Timur Wedomu 7.626 7.244 14.870 163 155 318 46 28,19 46 29,67 92 28,91
12 Silawan 1.838 1.820 3.658 39 39 78 31 78,81 31 79,59 62 79,20
13 Raihat Haekesak 6.643 6.686 13.329 142 143 285 173 121,69 162 113,22 335 117,44
14 Lasiolat Aululik 3.355 3.326 6.681 72 71 143 58 80,78 54 75,87 112 78,34
15 Lamaknen Weluli 4.736 5.157 9.893 101 110 212 146 144,05 168 152,23 314 148,32
16 Dilumil 1.763 2.118 3.881 38 45 83 8 21,20 11 24,27 19 22,88
17 Lamaknen Selatan Nualain 3.877 3.995 7.872 83 85 168 133 160,30 192 224,58 325 192,92
JUMLAH (KAB/KOTA) 100.922 103.619 204.541 2.160 2.217 4.377 1.087 50,33 1.152 51,95 2.239 51,15

ANGKA KESAKITAN DIARE PER 1.000 PENDUDUK 214,00

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 14

KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

KASUS BARU
NO KECAMATAN PUSKESMAS Pausi Basiler (PB)/ Kusta kering Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah PB + MB
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Rafae 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 0 0 0 1 2 3 1 2 3
5 Haliwen 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Kota Atambua Kota 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Atambua Barat Umanen 0 0 0 1 0 1 1 0 1
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 0 0 0 1 2 3 1 2 3
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0 0 1 0 1 1 0 1
12 Silawan 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Raihat Haekesak 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Lamaknen Weluli 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 1 0 1 1 0 1
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 5 4 9 5 4 9

PROPORSI JENIS KELAMIN #DIV/0! #DIV/0! 55,56 44,44 55,56 44,44

ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE ) PER 100.000 PENDUDUK 4,95 3,86 4,40

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 15

KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

KASUS BARU
PENDERITA KUSTA
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENDERITA CACAT TINGKAT 2
0-14 TAHUN
KUSTA
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Raimanuk Webora - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
2 Rafae - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
4 Kakuluk Mesak Atapupu 3 - 0,00 0 0
5 Haliwen - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
6 Ainiba - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
9 Atambua Barat Umanen 1 - 0,00 0 0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 3 - 0,00 0 0,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 1 - 0,00 0 0,00
12 Silawan - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
13 Raihat Haekesak - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
14 Lasiolat Aululik - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
16 Dilumil - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 1 - 0,00 0,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 9 - 0,00 - 0,00

ANGKA CACAT TINGKAT 2 PER 100.000 PENDUDUK -

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 16

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

KASUS TERCATAT
NO KECAMATAN PUSKESMAS Pausi Basiler/Kusta kering Multi Basiler/Kusta Basah JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Rafae 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0 0 1 0 1 1 0 1
4 Kakuluk Mesak Atapupu 0 0 0 1 2 3 1 2 3
5 Haliwen 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Kota Atambua Kota 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Atambua Barat Umanen 0 0 0 2 0 2 2 0 2
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 0 0 0 2 2 4 2 2 4
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0 0 2 0 2 2 0 2
12 Silawan 0 0 0 1 0 1 1 0 1
13 Raihat Haekesak 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Lamaknen Weluli 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 2 0 2 2 0 2
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 11 4 15 11 4 15

ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK 1,09 0,39 0,73

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 17

PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

KUSTA (PB) KUSTA (MB)


RFT PB RFT MB
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENDERITA PBa PENDERITA MBa
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
2 Rafae 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 1 0 1 1 100,00 0 #DIV/0! 1 100,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 1 2 3 1 100,00 0 0,00 1 33,33
5 Haliwen 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
6 Ainiba 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
9 Atambua Barat Umanen 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 2 0 2 1 50,00 0 #DIV/0! 1 50,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 2 2 4 1 50,00 0 0,00 1 25,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 2 0 2 1 50,00 0 #DIV/0! 1 50,00
12 Silawan 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 1 0 1 1 100,00 0 #DIV/0! 1 100,00
13 Raihat Haekesak 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
16 Dilumil 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 1 0 1 0 0,00 0 #DIV/0! 0 0,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 10 4 14 6 60,00 0 0,00 6 42,86

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 18

JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KASUS AFP


NO KECAMATAN PUSKESMAS
<15 TAHUN (NON POLIO)
1 2 3 4 5
1 Raimanuk Webora 2.299 0
2 Rafae 4.228 0
3 Tasifeto Barat Halilulik 7.971 1
4 Kakuluk Mesak Atapupu 4.028 0
5 Haliwen 8.217 0
6 Ainiba 865 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 1.957 0
8 Kota Atambua Kota 6.483 0
9 Atambua Barat Umanen 8.217 0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 10.096 0
11 Tasifeto Timur Wedomu 5.827 0
12 Silawan 1.232 0
13 Raihat Haekesak 5.273 0
14 Lasiolat Aululik 2.747 0
15 Lamaknen Weluli 4.058 0
16 Dilumil 1.356 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 3.405 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 78.259 1

AFP RATE (NON POLIO) PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN 1,28

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
Catatan : Jumlah penduduk < 15 tahun kolom 4 = jumlah penduduk < 15 tahun pada tabel 2, yaitu sebesar: 78.259
TABEL 19

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH KASUS PD3I


DIFTERI TETANUS (NON NEONATORUM) TETANUS NEONATORUM
NO KECAMATAN PUSKESMAS PERTUSIS
JUMLAH KASUS JUMLAH KASUS JUMLAH KASUS
MENINGGAL MENINGGAL MENINGGAL
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Rafae 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Haliwen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Kota Atambua Kota 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Atambua Barat Umanen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Silawan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Raihat Haekesak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Lamaknen Weluli 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

CASE FATALITY RATE (%) #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 20

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH KASUS PD3I


CAMPAK
NO KECAMATAN PUSKESMAS POLIO HEPATITIS B
JUMLAH KASUS
MENINGGAL
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Rafae 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 Haliwen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Kota Atambua Kota 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Atambua Barat Umanen 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Silawan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Raihat Haekesak 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Lamaknen Weluli 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

CASE FATALITY RATE (%) #DIV/0!

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 21

JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KASUS MENINGGAL CFR (%)
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
2 Rafae 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 2 1 3 0 0 0 0,00 0,00 0,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1 2 3 0 0 0 0,00 0,00 0,00
5 Haliwen 0 3 3 0 0 0 #DIV/0! 0,00 0,00
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 2 2 4 0 0 0 0,00 0,00 0,00
9 Atambua Barat Umanen 7 8 15 0 0 0 0,00 0,00 0,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 2 2 4 0 0 0 0,00 0,00 0,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 1 0 1 0 0 0 0,00 #DIV/0! 0,00
12 Silawan 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
13 Raihat Haekesak 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 15 18 33 0 0 0 0,00 0,00 0,00

INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK 14,86 17,37 16,13

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 22

KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

MALARIA
SEDIAAN DARAH DIPERIKSA
NO KECAMATAN PUSKESMAS SUSPEK MENINGGAL CFR
POSITIF
L P L+P
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Raimanuk Webora 286 322 608 286 322 608 6 2,10 11 3,42 17 2,80 0 0 0 0 0 0
2 Rafae 244 1.381 1.625 244 1.381 1.625 4 1,64 3 0,22 7 0,43 0 0 0 0,00 0,00 0,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 3.741 5.473 9.214 3.741 5.473 9.214 6 0,16 9 0,16 15 0,16 0 0 0 0,00 0,00 0,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 421 522 943 421 522 943 12 2,85 22 4,21 34 3,61 0 0 0 0,00 0 0,00
5 Haliwen 548 412 960 548 412 960 96 17,52 79 19,17 175 18,23 0 0 0 0,00 0,00 0,00
6 Ainiba 111 316 427 111 316 427 2 1,80 5 1,58 7 1,64 0 0 0 0,00 0 0,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 387 482 869 387 482 869 5 1,29 8 1,66 13 1,50 0 0 0 0,00 0,00 0,00
8 Kota Atambua Kota 1.612 1.529 3.141 1.612 1.529 3.141 391 24,26 447 29,23 838 26,68 0 0 0 0,00 0,00 0
9 Atambua Barat Umanen 1.476 1.112 2.588 1.476 1.112 2.588 294 19,92 201 18,08 495 19,13 0 0 0 0,00 0,00 0,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 1.612 1.391 3.003 1.612 1.391 3.003 247 15,32 261 18,76 508 16,92 0 0 0 0,00 0,00 0
11 Tasifeto Timur Wedomu 591 1.708 2.299 591 1.708 2.299 29 4,91 7 0,41 36 1,57 0 0 0 0,00 0,00 0,00
12 Silawan 127 559 686 127 559 686 1 0,79 4 0,72 5 0,73 0 0 0 0,00 0,00 0,00
13 Raihat Haekesak 584 445 1.029 584 445 1.029 3 0,51 7 1,57 10 0,97 0 0 0 0,00 0,00 0,00
14 Lasiolat Aululik 512 389 901 512 389 901 7 1,37 4 1,03 11 1,22 0 0 0 0,00 0,00 0,00
15 Lamaknen Weluli 84 96 180 84 96 180 2 2,38 1 1,04 3 1,67 0 0 0 0,00 0,00 0,00
16 Dilumil 148 256 404 148 256 404 1 0,68 1 0,39 2 0,50 0 0 0 0,00 0,00 0,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 161 201 362 161 201 362 1 0,62 4 1,99 5 1,38 0 0 0 0,00 0,00 0,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 12.645 16.594 29.239 12.645 16.594 29.239 1.107 8,75 1.074 6,47 2.181 7,46 0 0 0 0 0 0

JUMLAH PENDUDUK BERISIKO 100.922 103.619 204.541

ANGKA KESAKITAN (ANNUAL PARASITE INCIDENCE ) PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO 10,97 10,36 10,66

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 23

PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

PENDERITA FILARIASIS
NO KECAMATAN PUSKESMAS KASUS BARU DITEMUKAN JUMLAH SELURUH KASUS
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0
2 Rafae 0 0 0 0 0 0
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0 0 0 0 0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 0 0 0 0 0 0
5 Haliwen 0 0 0 0 0 0
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0
8 Kota Atambua Kota 0 0 0 0 0 0
9 Atambua Barat Umanen 0 0 0 0 0 0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 0 0 0 0 0 0
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0 0 0 0 0
12 Silawan 0 0 0 0 0 0
13 Raihat Haekesak 0 0 0 0 0 0
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0
15 Lamaknen Weluli 0 0 0 0 0 0
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 0 0 0

ANGKA KESAKITAN PER 100.000 PENDUDUK (KAB/KOTA) 0 0 0

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 24

PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK 18 TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

DILAKUKAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH HIPERTENSI/TEKANAN DARAH TINGGI


JUMLAH PENDUDUK 15 TAHUN
NO KECAMATAN PUSKESMAS LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN

LAKI-LAKI +
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8 40 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 1.636 1.874 3.510 29 1,77 51 2,72 80 2,28 5 17,24 16 31,37 21 26,25
2 Rafae 2.850 3.222 6.072 32 1,12 78 2,42 110 1,81 20 62,50 40 51,28 60 54,55
3 Tasifeto Barat Halilulik 5.872 6.367 12.239 1.378 23,47 1.159 18,20 2.537 20,73 48 3,48 50 4,31 98 3,86
4 Kakuluk Mesak Atapupu 3.577 3.532 7.109 145 4,05 493 13,96 638 8,97 57 39,31 76 15,42 133 20,85
5 Haliwen 6.244 7.147 13.391 119 1,91 158 2,21 277 2,07 90 75,63 120 75,95 210 75,81
6 Ainiba 665 736 1.401 58 8,72 67 9,10 125 8,92 19 32,76 31 46,27 50 40,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 1.166 1.309 2.475 28 2,40 44 3,36 72 2,91 8 28,57 17 38,64 25 34,72
8 Kota Atambua Kota 5.700 5.706 11.406 420 7,37 303 5,31 723 6,34 39 9,29 76 25,08 115 15,91
9 Atambua Barat Umanen 7.746 7.498 15.244 646 8,34 1.712 22,83 2.358 15,47 32 4,95 58 3,39 90 3,82
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 8.493 8.656 17.149 75 0,88 89 1,03 164 0,96 18 24,00 19 21,35 37 22,56
11 Tasifeto Timur Wedomu 4.617 4.426 9.043 36 0,78 40 0,90 76 0,84 12 33,33 21 52,50 33 43,42
12 Silawan 1.242 1.184 2.426 244 19,65 307 25,93 551 22,71 67 27,46 77 25,08 144 26,13
13 Raihat Haekesak 3.900 4.156 8.056 27 0,69 31 0,75 58 0,72 19 70,37 19 61,29 38 65,52
14 Lasiolat Aululik 1.962 1.972 3.934 44 2,24 48 2,43 92 2,34 25 56,82 33 68,75 58 63,04
15 Lamaknen Weluli 2.679 3.156 5.835 71 2,65 151 4,78 222 3,80 36 50,70 59 39,07 95 42,79
16 Dilumil 1.115 1.410 2.525 9 0,81 7 0,50 16 0,63 5 55,56 5 71,43 10 62,50
17 Lamaknen Selatan Nualain 2.146 2.321 4.467 31 1,44 31 1,34 62 1,39 11 35,48 5 16,13 16 25,81
JUMLAH (KAB/KOTA) 61.610 64.672 126.282 3.392 5,51 4.769 7,37 8.161 6,46 511 15,06 722 15,14 1.233 15,11

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


150 550
36 121
TABEL 25

PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH PENGUNJUNG PUSKESMAS DAN DILAKUKAN PEMERIKSAAN OBESITAS OBESITAS


JARINGANNYA BERUSIA 15 TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS
LAKI-LAKI +
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 1.649 4.392 6.041 18 1,09 35 0,80 53 0,88 1 5,56 6 17,14 7 13,21
2 Rafae 1.107 4.637 5.744 0 0,00 27 0,58 27 0,47 0 #DIV/0! 12 44,44 12 44,44
3 Tasifeto Barat Halilulik 1.708 5.738 7.446 1.378 80,68 1.159 20,20 2.537 34,07 50 3,63 69 5,95 119 4,69
4 Kakuluk Mesak Atapupu 2.355 5.210 7.565 45 1,91 493 9,46 538 7,11 14 31,11 42 8,52 56 10,41
5 Haliwen 2.252 5.802 8.054 8 0,36 36 0,62 44 0,55 1 12,50 18 50,00 19 43,18
6 Ainiba 899 2.247 3.146 6 0,67 15 0,67 21 0,67 5 83,33 5 33,33 10 47,62
7 Nanaet Dubesi Laktutus 1.054 2.131 3.185 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 5.034 7.648 12.682 82 1,63 102 1,33 184 1,45 59 71,95 87 85,29 146 79,35
9 Atambua Barat Umanen 2.500 10.328 12.828 136 5,44 202 1,96 338 2,63 16 11,76 8 3,96 24 7,10
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 2.807 8.903 11.710 12 0,43 126 1,42 138 1,18 3 25,00 40 31,75 43 31,16
11 Tasifeto Timur Wedomu 2.755 8.197 10.952 79 2,87 245 2,99 324 2,96 8 10,13 40 16,33 48 14,81
12 Silawan 2.031 2.563 4.594 30 1,48 55 2,15 85 1,85 8 26,67 37 67,27 45 52,94
13 Raihat Haekesak 3.385 6.367 9.752 18 0,53 54 0,85 72 0,74 6 33,33 17 31,48 23 31,94
14 Lasiolat Aululik 7.643 5.955 13.598 20 0,26 76 1,28 96 0,71 8 40,00 43 56,58 51 53,13
15 Lamaknen Weluli 3.268 5.983 9.251 1 0,03 39 0,65 40 0,43 0 0,00 12 30,77 12 30,00
16 Dilumil 1.057 1.592 2.649 5 0,47 11 0,69 16 0,60 0 0,00 5 45,45 5 31,25
17 Lamaknen Selatan Nualain 1.797 5.226 7.023 3 0,17 16 0,31 19 0,27 0 0,00 5 31,25 5 26,32
JUMLAH (KAB/KOTA) 43.301 92.919 136.220 1.841 4,25 2.691 2,90 4.532 3,33 179 9,72 446 16,57 625 13,79

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 26

CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE)
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

PEMERIKSAAN LEHER RAHIM DAN


PEREMPUAN IVA POSITIF TUMOR/BENJOLAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS PAYUDARA
USIA 30-50 TAHUN
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Raimanuk Webora 663 - 0,00 - #DIV/0! - #DIV/0!
2 Rafae 1.205 15 1,24 - 0,00 - 0,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 2.377 5 0,21 - 0,00 - 0,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1.369 - 0,00 - #DIV/0! - #DIV/0!
5 Haliwen 2.796 17 0,61 3 17,65 - 0,00
6 Ainiba 263 3 1,14 - 0,00 - 0,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus - 22 #DIV/0! - 0,00 - 0,00
8 Kota Atambua Kota 2.094 16 0,76 - 0,00 - 0,00
9 Atambua Barat Umanen 2.901 100 3,45 4 4,00 - 0,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 3.378 14 0,41 1 7,14 - 0,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 1.718 21 1,22 - 0,00 - 0,00
12 Silawan 395 4 1,01 - 0,00 - 0,00
13 Raihat Haekesak 1.592 31 1,95 - 0,00 8 25,81
14 Lasiolat Aululik 730 19 2,60 - 0,00 - 0,00
15 Lamaknen Weluli 1.129 12 1,06 - 0,00 - 0,00
16 Dilumil 528 16 3,03 - 0,00 - 0,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 910 8 0,88 - 0,00 - 0,00

JUMLAH (KAB/KOTA) 24.048 303 1,26 8 2,64 8 2,64

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Ket: IVA: Inspeksi Visual dengan Asam asetat
CBE: Clinical Breast Examination
TABEL 27

JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

YANG TERSERANG JUMLAH PENDUDUK


WAKTU KEJADIAN (TANGGAL) JUMLAH PENDERITA KELOMPOK UMUR PENDERITA JUMLAH KEMATIAN ATTACK RATE (%) CFR (%)
JENIS KEJADIAN LUAR TERANCAM
NO JUMLAH JUMLAH
BIASA
KEC DESA/KEL DIKETAHUI DITANGGU- AKHIR L P L+P
0-7 8-28 1-11 1-4 5-9
10-14 THN
15-19 20-44 45-54 55-59 60-69 70+
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
LANGI HARI HARI BLN THN THN THN THN THN THN THN THN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 28

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG DITANGANI < 24 JAM


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

KLB DI DESA/KELURAHAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH DITANGANI <24 JAM %
1 2 3 4 5 6
1 Raimanuk Webora 0 0 #DIV/0!
2 Rafae 0 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0 #DIV/0!
4 Kakuluk Mesak Atapupu 0 0 #DIV/0!
5 Haliwen 0 0 #DIV/0!
6 Ainiba 0 0 #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 0 0 #DIV/0!
9 Atambua Barat Umanen 0 0 #DIV/0!
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 0 0 #DIV/0!
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0 #DIV/0!
12 Silawan 0 0 #DIV/0!
13 Raihat Haekesak 0 0 #DIV/0!
14 Lasiolat Aululik 0 0 #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli 0 0 #DIV/0!
16 Dilumil 0 0 #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 #DIV/0!

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 29

CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

IBU HAMIL IBU BERSALIN/NIFAS


PERSALINAN MENDAPAT YANKES IBU NIFAS MENDAPAT
NO KECAMATAN PUSKESMAS K1 K4
JUMLAH JUMLAH DITOLONG NAKES NIFAS VIT A
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Raimanuk Webora 171 154 90,06 89 52,05 163 132 80,98 129 79,14 138 84,66
2 Rafae 258 269 104,26 125 48,45 247 225 91,09 235 95,14 251 101,62
3 Tasifeto Barat Halilulik 542 462 85,24 352 64,94 518 392 75,68 393 75,87 401 77,41
4 Kakuluk Mesak Atapupu 298 218 73,15 138 46,31 284 217 76,41 219 77,11 223 78,52
5 Haliwen 578 517 89,45 450 77,85 552 426 77,17 433 78,44 440 79,71
6 Ainiba 60 44 73,33 25 41,67 58 50 86,21 49 84,48 48 82,76
7 Nanaet Dubesi Laktutus 118 107 90,68 68 57,63 113 94 83,19 94 83,19 115 101,77
8 Kota Atambua Kota 478 390 81,59 313 65,48 456 330 72,37 313 68,64 334 73,25
9 Atambua Barat Umanen 628 672 107,01 605 96,34 599 644 107,51 571 95,33 596 99,50
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 736 703 95,52 570 77,45 702 598 85,19 602 85,75 578 82,34
11 Tasifeto Timur Wedomu 398 352 88,44 305 76,63 380 344 90,53 346 91,05 369 97,11
12 Silawan 98 84 85,71 36 36,73 94 68 72,34 80 85,11 73 77,66
13 Raihat Haekesak 360 262 72,78 265 73,61 344 248 72,09 236 68,60 252 73,26
14 Lasiolat Aululik 173 153 88,44 78 45,09 166 122 73,49 122 73,49 115 69,28
15 Lamaknen Weluli 262 171 65,27 96 36,64 250 140 56,00 146 58,40 150 60,00
16 Dilumil 105 73 69,52 51 48,57 100 64 64,00 57 57,00 64 64,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 213 220 103,29 131 61,50 203 169 83,25 164 80,79 181 89,16
JUMLAH (KAB/KOTA) 5.476 4.851 88,59 3.697 67,51 5.229 4.263 81,53 4.189 80,11 4.328 82,77

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 30

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL


JUMLAH IBU
NO KECAMATAN PUSKESMAS TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+
HAMIL
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Raimanuk Webora 171 18 10,53 15 8,77 11 6,43 7 4,09 4 2,34 37 21,64
2 Rafae 258 89 34,50 73 28,29 61 23,64 33 12,79 46 17,83 213 82,56
3 Tasifeto Barat Halilulik 542 16 2,95 4 0,74 0 - 0 - 0 - 4 0,74
4 Kakuluk Mesak Atapupu 298 36 12,08 30 10,07 37 12,42 9 3,02 12 4,03 88 29,53
5 Haliwen 578 52 9,00 34 5,88 27 4,67 27 4,67 17 2,94 105 18,17
6 Ainiba 60 12 20,00 8 13,33 8 13,33 4 6,67 15 25,00 FALSE -
7 Nanaet Dubesi Laktutus 118 78 66,10 42 35,59 1 0,85 0 - 0 - 43 36,44
8 Kota Atambua Kota 478 100 20,92 71 14,85 27 5,65 11 2,30 18 3,77 127 26,57
9 Atambua Barat Umanen 628 173 27,55 143 22,77 128 20,38 41 6,53 77 12,26 389 61,94
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 736 200 27,17 189 25,68 104 14,13 31 4,21 47 6,39 371 50,41
11 Tasifeto Timur Wedomu 398 89 22,36 90 22,61 41 10,30 32 8,04 17 4,27 180 45,23
12 Silawan 98 5 5,10 1 1,02 1 1,02 6 6,12 6 6,12 14 14,29
13 Raihat Haekesak 360 64 17,78 91 25,28 65 18,06 58 16,11 30 8,33 244 67,78
14 Lasiolat Aululik 173 72 41,62 63 36,42 23 13,29 0 - 5 2,89 91 52,60
15 Lamaknen Weluli 262 48 18,32 45 17,18 2 0,76 0 - 2 0,76 49 18,70
16 Dilumil 105 20 19,05 19 18,10 9 8,57 3 2,86 17 16,19 48 45,71
17 Lamaknen Selatan Nualain 213 19 8,92 0 - 15 7,04 12 5,63 51 23,94 78 36,62
JUMLAH (KAB/KOTA) 5.476 1.091 19,92 918 16,76 560 10,23 274 5,00 364 6,65 2.081 38,00

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 31

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA WUS


JUMLAH WUS
NO KECAMATAN PUSKESMAS TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5
(15-39 TAHUN)
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Raimanuk Webora 1.164 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
2 Rafae 1.761 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
3 Tasifeto Barat Halilulik 3.695 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
4 Kakuluk Mesak Atapupu 2.027 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
5 Haliwen 3.941 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
6 Ainiba 411 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
7 Nanaet Dubesi Laktutus 806 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
8 Kota Atambua Kota 3.255 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
9 Atambua Barat Umanen 4.276 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 5.014 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
11 Tasifeto Timur Wedomu 2.715 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
12 Silawan 5.014 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
13 Raihat Haekesak 2.453 24 0,98 14 0,57 19 0,77 10 0,41 12 0,49
14 Lasiolat Aululik 1.182 4 0,34 8 0,68 2 0,17 2 0,17 0 -
15 Lamaknen Weluli 1.786 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
16 Dilumil 713 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
17 Lamaknen Selatan Nualain 1.452 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -

JUMLAH (KAB/KOTA) 41.665 28 0,07 22 0,05 21 0,05 12 0,03 12 0,03

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu tdk sama


TABEL 32

JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH IBU FE1 (30 TABLET) FE3 (90 TABLET)


NO KECAMATAN PUSKESMAS
HAMIL JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Raimanuk Webora 171 149 87,13 149 87,13
2 Rafae 258 272 105,43 272 105,43
3 Tasifeto Barat Halilulik 542 462 85,24 462 85,24
4 Kakuluk Mesak Atapupu 298 214 71,81 214 71,81
5 Haliwen 578 517 89,45 517 89,45
6 Ainiba 60 58 96,67 58 96,67
7 Nanaet Dubesi Laktutus 118 114 96,61 114 96,61
8 Kota Atambua Kota 478 393 82,22 393 82,22
9 Atambua Barat Umanen 628 663 105,57 663 105,57
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 736 700 95,11 700 95,11
11 Tasifeto Timur Wedomu 398 352 88,44 352 88,44
12 Silawan 98 84 85,71 84 85,71
13 Raihat Haekesak 360 359 99,72 359 99,72
14 Lasiolat Aululik 173 153 88,44 153 88,44
15 Lamaknen Weluli 262 171 65,27 171 65,27
16 Dilumil 105 73 69,52 73 69,52
17 Lamaknen Selatan Nualain 213 218 102,35 218 102,35
JUMLAH (KAB/KOTA) 5.476 4.952 90,43 4.952 90,43

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 33

JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL


MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

PERKIRAAN PENANGANAN PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL


BUMIL PERKIRAAN NEONATAL
JUMLAH KOMPLIKASI JUMLAH BAYI
NO KECAMATAN PUSKESMAS DENGAN KOMPLIKASI
IBU HAMIL KEBIDANAN L P L+P
KOMPLIKASI
KEBIDANAN S % L P L+P L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Raimanuk Webora 171 34 20 58,48 76 68 144 11 10 22 1 8,77 2 19,61 3 13,89
2 Rafae 258 52 52 100,78 119 114 233 18 17 35 11 61,62 24 140,35 35 100,14
3 Tasifeto Barat Halilulik 542 108 63 58,12 210 189 399 32 28 60 29 92,06 20 70,55 49 81,87
4 Kakuluk Mesak Atapupu 298 60 70 117,45 119 108 227 18 16 34 13 72,83 13 80,25 26 76,36
5 Haliwen 578 116 46 39,79 216 211 427 32 32 64 12 37,04 13 41,07 25 39,03
6 Ainiba 60 12 23 191,67 22 33 55 3 5 8 3 90,91 6 121,21 9 109,09
7 Nanaet Dubesi Laktutus 118 24 19 80,51 39 51 90 6 8 14 5 85,47 1 13,07 6 44,44
8 Kota Atambua Kota 478 96 70 73,22 177 159 336 27 24 50 9 33,90 14 58,70 23 45,63
9 Atambua Barat Umanen 628 126 27 21,50 277 269 546 42 40 82 4 9,63 8 19,83 12 14,65
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 736 147 156 105,98 298 304 602 45 46 90 23 51,45 32 70,18 55 60,91
11 Tasifeto Timur Wedomu 398 80 75 94,22 180 147 327 27 22 49 19 70,37 18 81,63 37 75,43
12 Silawan 98 20 11 56,12 38 33 71 6 5 11 5 87,72 5 101,01 10 93,90
13 Raihat Haekesak 360 72 83 115,28 145 113 258 22 17 39 18 82,76 9 53,10 27 69,77
14 Lasiolat Aululik 173 35 49 141,62 73 68 141 11 10 21 7 63,93 5 49,02 12 56,74
15 Lamaknen Weluli 262 52 47 89,69 94 95 189 14 14 28 19 134,75 12 84,21 31 109,35
16 Dilumil 105 21 12 57,14 41 14 55 6 2 8 6 97,56 5 238,10 11 133,33
17 Lamaknen Selatan Nualain 213 43 25 58,69 80 77 157 12 12 24 11 91,67 5 43,29 16 67,94
JUMLAH (KAB/KOTA) 5.476 1.095 848 77,43 2.204 2.053 4.257 331 308 639 195 58,98 192 62,35 387 60,61

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 34

PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

PESERTA KB AKTIF
MKJP NON MKJP
NO KECAMATAN PUSKESMAS MKJP + % MKJP +
IM KON OBAT LAIN NON MKJP NON MKJP
IUD % MOP % MOW % % JUMLAH % % SUNTIK % PIL % % % JUMLAH %
PLAN DOM VAGINA NYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 Raimanuk Webora 0 0,00 4 0,95 20 4,76 13 3,10 37 8,81 0 0,00 354 84,29 29 6,90 0 0,00 0 0,00 383 91,19 420 100,00
2 Rafae 11 1,90 0 0,00 46 7,93 31 5,34 88 15,17 1 0,17 462 79,66 29 5,00 0 0,00 0 0,00 492 84,83 580 100,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 8 0,40 2 0,10 143 7,18 35 1,76 188 9,43 7 0,35 1.723 86,45 75 3,76 0 0,00 0 0,00 1.805 90,57 1.993 100,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 9 1,18 39 5,12 25 3,28 24 3,15 97 12,73 0 0,00 652 85,56 13 1,71 0 0,00 0 0,00 665 87,27 762 100,00
5 Haliwen 65 4,52 0 0,00 65 4,52 42 2,92 172 11,96 0 0,00 1.014 70,51 252 17,52 0 0,00 0 0,00 1.266 88,04 1.438 100,00
6 Ainiba 0 0,00 17 7,42 12 5,24 36 15,72 65 28,38 0 0,00 161 70,31 3 1,31 0 0,00 0 0,00 164 71,62 229 100,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 3 0,87 0 0,00 5 1,46 15 4,37 23 6,71 0 0,00 252 73,47 68 19,83 0 0,00 0 0,00 320 93,29 343 100,00
8 Kota Atambua Kota 73 7,06 12 1,16 159 15,38 34 3,29 278 26,89 8 0,77 697 67,41 51 4,93 0 0,00 0 0,00 756 73,11 1.034 100,00
9 Atambua Barat Umanen 211 10,72 5 0,25 117 5,94 145 7,36 478 24,28 22 1,12 1.326 67,34 143 7,26 0 0,00 0 0,00 1.491 75,72 1.969 100,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 125 6,48 3 0,16 257 13,32 81 4,20 466 24,15 13 0,67 1.326 68,70 125 6,48 0 0,00 0 0,00 1.464 75,85 1.930 100,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0,00 0 0,00 10 0,51 9 0,46 19 0,97 6 0,31 1.901 97,44 25 1,28 0 0,00 0 0,00 1.932 99,03 1.951 100,00
12 Silawan 0 0,00 0 0,00 0 0,00 18 4,86 18 4,86 2 0,54 341 92,16 9 2,43 0 0,00 0 0,00 352 95,14 370 100,00
13 Raihat Haekesak 0 0,00 0 0,00 32 4,75 301 44,66 333 49,41 1 0,15 306 45,40 34 5,04 0 0,00 0 0,00 341 50,59 674 100,00
14 Lasiolat Aululik 0 0,00 0 0,00 10 2,16 72 15,58 82 17,75 7 1,52 357 77,27 16 3,46 0 0,00 0 0,00 380 82,25 462 100,00
15 Lamaknen Weluli 73 9,88 12 1,62 46 6,22 163 22,06 294 39,78 1 0,14 426 57,65 18 2,44 0 0,00 0 0,00 445 60,22 739 100,00
16 Dilumil 0 0,00 0 0,00 0 0,00 8 2,81 8 2,81 0 0,00 274 96,14 3 1,05 0 0,00 0 0,00 277 97,19 285 100,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0,00 0 0,00 10 1,30 45 5,87 55 7,17 0 0,00 702 91,53 10 1,30 0 0,00 0 0,00 712 92,83 767 100,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 578 3,62 94 0,59 957 6,00 1.072 6,72 2.701 16,94 68 0,43 12.274 76,97 903 5,66 0 0,00 0 0,00 13.245 83,06 15.946 100,00

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
TABEL 35

PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

PESERTA KB BARU
MKJP NON MKJP MKJP + % MKJP +
NO KECAMATAN PUSKESMAS
OBAT NON NON
IUD % MOP % MOW % IMPLAN % JUMLAH % KONDOM % SUNTIK % PIL % % LAIN NYA % JUMLAH % MKJP MKJP
VAGINA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 Raimanuk Webora 0 0,00 0 0,00 2 2,04 6 6,12 8 8,16 0 0,00 77 78,57 13 13,27 0 0,00 0 0,00 90 91,84 98 100,00
2 Rafae 0 0,00 0 0,00 15 12,00 8 6,40 23 18,40 1 0,80 94 75,20 7 5,60 0 0,00 0 0,00 102 81,60 125 100,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 1 0,52 0 0,00 6 3,09 16 8,25 23 11,86 1 0,52 143 73,71 27 13,92 0 0,00 0 0,00 171 88,14 194 100,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 2 0,93 0 0,00 5 2,34 4 1,87 11 5,14 0 0,00 199 92,99 4 1,87 0 0,00 0 0,00 203 94,86 214 100,00
5 Haliwen 8 2,59 0 0,00 14 4,53 2 0,65 24 7,77 0 0,00 260 84,14 25 8,09 0 0,00 0 0,00 285 92,23 309 100,00
6 Ainiba 0 0,00 0 0,00 2 3,17 9 14,29 11 17,46 0 0,00 49 77,78 3 4,76 0 0,00 0 0,00 52 82,54 63 100,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0,00 0 0,00 0 0,00 4 9,09 4 9,09 0 0,00 21 47,73 19 43,18 0 0,00 0 0,00 40 90,91 44 100,00
8 Kota Atambua Kota 1 0,52 0 0,00 11 5,73 4 2,08 16 8,33 0 0,00 163 84,90 13 6,77 0 0,00 0 0,00 176 91,67 192 100,00
9 Atambua Barat Umanen 33 8,53 0 0,00 28 7,24 60 15,50 121 31,27 2 0,52 240 62,02 24 6,20 0 0,00 0 0,00 266 68,73 387 100,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 30 7,71 0 0,00 38 9,77 29 7,46 97 24,94 3 0,77 279 71,72 10 2,57 0 0,00 0 0,00 292 75,06 389 100,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0,00 0 0,00 8 3,88 7 3,40 15 7,28 4 1,94 171 83,01 16 7,77 0 0,00 0 0,00 191 92,72 206 100,00
12 Silawan 0 0,00 0 0,00 0 0,00 26 25,49 26 25,49 0 0,00 74 72,55 2 1,96 0 0,00 0 0,00 76 74,51 102 100,00
13 Raihat Haekesak 0 0,00 0 0,00 6 3,87 53 34,19 59 38,06 0 0,00 81 52,26 15 9,68 0 0,00 0 0,00 96 61,94 155 100,00
14 Lasiolat Aululik 0 0,00 0 0,00 3 3,61 11 13,25 14 16,87 1 1,20 62 74,70 6 7,23 0 0,00 0 0,00 69 83,13 83 100,00
15 Lamaknen Weluli 2 1,32 0 0,00 2 1,32 35 23,03 39 25,66 0 0,00 112 73,68 1 0,66 0 0,00 0 0,00 113 74,34 152 100,00
16 Dilumil 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 33 100,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00 33 100,00 33 100,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0,00 0 0,00 1 0,94 12 11,32 13 12,26 0 0,00 93 87,74 0 0,00 0 0,00 0 0,00 93 87,74 106 100,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 77 2,70 0 0,00 141 4,94 286 10,03 504 17,67 12 0,42 2.151 75,42 185 6,49 0 0,00 0 0,00 2.348 82,33 2.852 100,00

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
TABEL 36

JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

PESERTA KB BARU PESERTA KB AKTIF


NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH PUS
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Raimanuk Webora 458 98 21,40 420 91,70
2 Rafae 993 125 12,59 580 58,41
3 Tasifeto Barat Halilulik 2.680 194 7,24 1.993 74,37
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1.248 214 17,15 762 61,06
5 Haliwen 2.997 309 10,31 1.438 47,98
6 Ainiba 378 63 16,67 229 60,58
7 Nanaet Dubesi Laktutus 147 44 29,93 343 233,33
8 Kota Atambua Kota 2.346 192 8,18 1.034 44,08
9 Atambua Barat Umanen 3.105 387 12,46 1.969 63,41
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 3.645 389 10,67 1.930 52,95
11 Tasifeto Timur Wedomu 1.769 206 11,64 1.951 110,29
12 Silawan 614 102 16,61 370 60,26
13 Raihat Haekesak 1.579 155 9,82 674 42,69
14 Lasiolat Aululik 461 83 18,00 462 100,22
15 Lamaknen Weluli 1.017 152 14,95 739 72,66
16 Dilumil 61 33 54,10 285 467,21
17 Lamaknen Selatan Nualain 710 106 14,93 767 108,03
JUMLAH (KAB/KOTA) 24.208 2.852 11,78 15.946 65,87

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 37

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

BAYI BARU LAHIR DITIMBANG BBLR


JUMLAH LAHIR HIDUP
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 68 69 137 68 100,00 69 100,00 137 100,00 1 1,47 2 2,90 3 2,19
2 Rafae 140 111 251 140 100,00 111 100,00 251 100,00 10 7,14 13 11,71 23 9,16
3 Tasifeto Barat Halilulik 217 191 408 217 100,00 191 100,00 408 100,00 26 11,98 18 9,42 44 10,78
4 Kakuluk Mesak Atapupu 113 106 219 113 100,00 106 100,00 219 100,00 13 11,50 13 12,26 26 11,87
5 Haliwen 187 250 437 187 100,00 250 100,00 437 100,00 10 5,35 13 5,20 23 5,26
6 Ainiba 23 27 50 23 100,00 27 100,00 50 100,00 3 13,04 6 22,22 9 18,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 60 52 112 60 100,00 52 100,00 112 100,00 4 6,67 1 1,92 5 4,46
8 Kota Atambua Kota 167 169 336 167 100,00 169 100,00 336 100,00 9 5,39 13 7,69 22 6,55
9 Atambua Barat Umanen 327 321 648 327 100,00 321 100,00 648 100,00 3 0,92 6 1,87 9 1,39
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 313 299 612 313 100,00 299 100,00 612 100,00 23 7,35 30 10,03 53 8,66
11 Tasifeto Timur Wedomu 208 161 369 208 100,00 161 100,00 369 100,00 19 9,13 18 11,18 37 10,03
12 Silawan 35 40 75 35 100,00 40 100,00 75 100,00 5 14,29 5 12,50 10 13,33
13 Raihat Haekesak 156 96 252 156 100,00 96 100,00 252 100,00 15 9,62 8 8,33 23 9,13
14 Lasiolat Aululik 69 54 123 69 100,00 54 100,00 123 100,00 6 8,70 4 7,41 10 8,13
15 Lamaknen Weluli 80 73 153 80 100,00 73 100,00 153 100,00 14 17,50 10 13,70 24 15,69
16 Dilumil 30 30 60 30 100,00 30 100,00 60 100,00 3 10,00 2 6,67 5 8,33
17 Lamaknen Selatan Nualain 95 86 181 95 100,00 86 100,00 181 100,00 10 10,53 5 5,81 15 8,29

JUMLAH (KAB/KOTA) 2.288 2.135 4.423 2.288 100,00 2.135 100,00 4.423 100,00 174 7,60 167 7,82 341 7,71

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 38

CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

KUNJUNGAN NEONATAL 1 KALI (KN1) KUNJUNGAN NEONATAL 3 KALI (KN LENGKAP)


JUMLAH BAYI
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P L P L+P
L P L +P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 68 69 137 64 94,12 68 98,55 132 96,35 62 91,18 61 88,41 123 89,78
2 Rafae 140 111 251 135 96,43 115 103,60 250 99,60 128 91,43 111 100,00 239 95,22
3 Tasifeto Barat Halilulik 217 191 408 216 99,54 192 100,52 408 100,00 201 92,63 190 99,48 391 95,83
4 Kakuluk Mesak Atapupu 113 106 219 114 100,88 105 99,06 219 100,00 110 97,35 110 103,77 220 100,46
5 Haliwen 187 250 437 187 100,00 250 100,00 437 100,00 181 96,79 226 90,40 407 93,14
6 Ainiba 23 27 50 23 100,00 25 92,59 48 96,00 20 86,96 30 111,11 50 100,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 60 52 112 60 100,00 52 100,00 112 100,00 60 100,00 47 90,38 107 95,54
8 Kota Atambua Kota 167 169 336 166 99,40 167 98,82 333 99,11 150 89,82 146 86,39 296 88,10
9 Atambua Barat Umanen 327 321 648 326 99,69 319 99,38 645 99,54 305 93,27 309 96,26 614 94,75
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 313 299 612 311 99,36 298 99,67 609 99,51 308 98,40 303 101,34 611 99,84
11 Tasifeto Timur Wedomu 208 161 369 208 100,00 161 100,00 369 100,00 194 93,27 151 93,79 345 93,50
12 Silawan 35 40 75 34 97,14 40 100,00 74 98,67 27 77,14 40 100,00 67 89,33
13 Raihat Haekesak 156 96 252 156 100,00 95 98,96 251 99,60 146 93,59 93 96,88 239 94,84
14 Lasiolat Aululik 69 54 123 69 100,00 54 100,00 123 100,00 66 95,65 54 100,00 120 97,56
15 Lamaknen Weluli 80 73 153 76 95,00 71 97,26 147 96,08 75 93,75 69 94,52 144 94,12
16 Dilumil 30 30 60 30 100,00 30 100,00 60 100,00 29 96,67 30 100,00 59 98,33
17 Lamaknen Selatan Nualain 95 86 181 95 100,00 86 100,00 181 100,00 89 93,68 81 94,19 170 93,92
JUMLAH (KAB/KOTA) 2.288 2.135 4.423 2.270 99,21 2.128 99,67 4.398 99,43 2.151 94,01 2.051 96,07 4.202 95,00

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 39

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF


JUMLAH BAYI
USIA 0-6 BULAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS 0-6 BULAN
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 30 21 51 22 73,33 16 76,19 38 74,51
2 Rafae 52 42 94 39 75,00 32 76,19 71 75,53
3 Tasifeto Barat Halilulik 73 67 140 72 98,63 65 97,01 137 97,86
4 Kakuluk Mesak Atapupu 38 31 69 35 92,11 29 93,55 64 92,75
5 Haliwen 62 100 162 53 85,48 84 84,00 137 84,57
6 Ainiba 8 16 24 4 50,00 6 37,50 10 41,67
7 Nanaet Dubesi Laktutus 16 18 34 16 100,00 17 94,44 33 97,06
8 Kota Atambua Kota 49 38 87 40 81,63 39 102,63 79 90,80
9 Atambua Barat Umanen 71 79 150 60 84,51 73 92,41 133 88,67
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 106 100 206 101 95,28 86 86,00 187 90,78
11 Tasifeto Timur Wedomu 52 50 102 41 78,85 43 86,00 84 82,35
12 Silawan 12 17 29 11 91,67 16 94,12 27 93,10
13 Raihat Haekesak 52 40 92 42 80,77 31 77,50 73 79,35
14 Lasiolat Aululik 24 27 51 31 129,17 14 51,85 45 88,24
15 Lamaknen Weluli 26 23 49 25 96,15 23 100,00 48 97,96
16 Dilumil 19 7 26 17 89,47 7 100,00 24 92,31
17 Lamaknen Selatan Nualain 37 28 65 28 75,68 22 78,57 50 76,92
JUMLAH (KAB/KOTA) 727 704 1.431 637 87,62 603 85,65 1.240 86,65

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 40

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

PELAYANAN KESEHATAN BAYI


JUMLAH BAYI
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 70 86 156 81 115,71 70 81,40 151 96,79
2 Rafae 113 122 235 116 102,65 134 109,84 250 106,38
3 Tasifeto Barat Halilulik 240 253 493 304 126,67 302 119,37 606 122,92
4 Kakuluk Mesak Atapupu 138 133 271 109 78,99 118 88,72 227 83,76
5 Haliwen 250 276 526 174 69,60 213 77,17 387 73,57
6 Ainiba 27 28 55 19 70,37 16 57,14 35 63,64
7 Nanaet Dubesi Laktutus 51 56 107 44 86,27 57 101,79 101 94,39
8 Kota Atambua Kota 216 218 434 328 151,85 349 160,09 677 155,99
9 Atambua Barat Umanen 289 282 571 271 93,77 274 97,16 545 95,45
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 332 337 669 658 198,19 660 195,85 1.318 197,01
11 Tasifeto Timur Wedomu 186 176 362 210 112,90 166 94,32 376 103,87
12 Silawan 45 44 89 41 91,11 39 88,64 80 89,89
13 Raihat Haekesak 161 166 327 124 77,02 93 56,02 217 66,36
14 Lasiolat Aululik 80 78 158 73 91,25 63 80,77 136 86,08
15 Lamaknen Weluli 115 123 238 65 56,52 71 57,72 136 57,14
16 Dilumil 44 51 95 37 84,09 35 68,63 72 75,79
17 Lamaknen Selatan Nualain 96 98 194 82 85,42 71 72,45 153 78,87
JUMLAH (KAB/KOTA) 2.453 2.527 4.980 2.736 111,54 2.731 108 5.467 109,78

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 41

CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH DESA/KELURAHAN % DESA/KELURAHAN


NO KECAMATAN PUSKESMAS
DESA/KELURAHAN UCI UCI

1 2 3 4 5 6
1 Raimanuk Webora 4 4 100,00
2 Rafae 5 5 100,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 7 7 100,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 4 1 25,00
5 Haliwen 5 4 80,00
6 Ainiba 1 1 100,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4 4 100,00
8 Kota Atambua Kota 3 3 100,00
9 Atambua Barat Umanen 4 4 100,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 5 5 100,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 8 8 100,00
12 Silawan 1 1 100,00
13 Raihat Haekesak 6 5 83,33
14 Lasiolat Aululik 7 6 85,71
15 Lamaknen Weluli 6 3 50,00
16 Dilumil 3 1 33,33
17 Lamaknen Selatan Nualain 8 6 75,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 81 68 83,95

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 42

CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH BAYI
Hb < 7 hari BCG
NO KECAMATAN PUSKESMAS (SURVIVING INFANT)
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 63 78 141 64 101,59 70 89,74 134 95,04 69 109,52 76 97,44 145 102,84
2 Rafae 102 111 213 136 133,33 106 95,50 242 113,62 144 141,18 123 110,81 267 125,35
3 Tasifeto Barat Halilulik 217 230 447 210 96,77 190 82,61 400 89,49 207 95,39 204 88,70 411 91,95
4 Kakuluk Mesak Atapupu 125 120 245 105 84,00 117 97,50 222 90,61 105 84,00 116 96,67 221 90,20
5 Haliwen 227 250 477 194 85,46 217 86,80 411 86,16 215 94,71 227 90,80 442 92,66
6 Ainiba 25 26 51 22 88,00 24 92,31 46 90,20 20 80,00 30 115,38 50 98,04
7 Nanaet Dubesi Laktutus 47 50 97 57 121,28 51 102,00 108 111,34 46 97,87 54 108,00 100 103,09
8 Kota Atambua Kota 197 198 395 177 89,85 192 96,97 369 93,42 190 96,45 186 93,94 376 95,19
9 Atambua Barat Umanen 262 255 517 306 116,79 314 123,14 620 119,92 280 106,87 271 106,27 551 106,58
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 301 306 607 289 96,01 275 89,87 564 92,92 309 102,66 282 92,16 591 97,36
11 Tasifeto Timur Wedomu 168 160 328 207 123,21 162 101,25 369 112,50 164 97,62 176 110,00 340 103,66
12 Silawan 41 40 81 31 75,61 42 105,00 73 90,12 40 97,56 45 112,50 85 104,94
13 Raihat Haekesak 144 147 291 151 104,86 103 70,07 254 87,29 154 106,94 134 91,16 288 98,97
14 Lasiolat Aululik 72 71 143 66 91,67 60 84,51 126 88,11 76 105,56 66 92,96 142 99,30
15 Lamaknen Weluli 104 112 216 78 75,00 66 58,93 144 66,67 76 73,08 60 53,57 136 62,96
16 Dilumil 40 46 86 33 82,50 30 65,22 63 73,26 32 80,00 31 67,39 63 73,26
17 Lamaknen Selatan Nualain 87 89 176 71 81,61 76 85,39 147 83,52 85 97,70 62 69,66 147 83,52
JUMLAH (KAB/KOTA) 2.222 2.289 4.511 2197 98,87 2095 91,52 4292 95,15 2212 99,55 2143 93,62 4355 96,54

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 43

CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH BAYI
(SURVIVING INFANT)
DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 POLIO 4a CAMPAK IMUNISASI DASAR LENGKAP
NO KECAMATAN PUSKESMAS
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Raimanuk Webora 63 78 141 72 114,29 75 96,15 147 104,26 65 103,17 70 89,74 135 95,74 68 107,94 59 75,64 127 90,07 68 107,94 59 75,64 127 90,07
2 Rafae 102 111 213 129 126,47 115 103,60 244 114,55 129 126,47 115 103,60 244 114,55 125 122,55 119 107,21 244 114,55 125 122,55 119 107,21 244 114,55
3 Tasifeto Barat Halilulik 217 230 447 228 105,07 187 81,30 415 92,84 231 106,45 184 80,00 415 92,84 234 107,83 181 78,70 415 92,84 234 107,83 181 78,70 415 92,84
4 Kakuluk Mesak Atapupu 125 120 245 119 95,20 115 95,83 234 95,51 122 97,60 115 95,83 237 96,73 100 80,00 72 60,00 172 70,20 98 78,40 73 60,83 171 69,80
5 Haliwen 227 250 477 194 85,46 199 79,60 393 82,39 200 88,11 208 83,20 408 85,53 200 88,11 206 82,40 406 85,12 212 93,39 214 85,60 426 89,31
6 Ainiba 25 26 51 25 100,00 32 123,08 57 111,76 25 100,00 32 123,08 57 111,76 28 112,00 27 103,85 55 107,84 28 112,00 27 103,85 55 107,84
7 Nanaet Dubesi Laktutus 47 50 97 43 91,49 54 108,00 97 100,00 44 93,62 49 98,00 93 95,88 46 97,87 54 108,00 100 103,09 46 97,87 54 108,00 100 103,09
8 Kota Atambua Kota 197 198 395 187 94,92 192 96,97 379 95,95 190 96,45 191 96,46 381 96,46 188 95,43 189 95,45 377 95,44 189 95,94 189 95,45 378 95,70
9 Atambua Barat Umanen 262 255 517 206 78,63 252 98,82 458 88,59 226 86,26 236 92,55 462 89,36 223 85,11 246 96,47 469 90,72 225 85,88 250 98,04 475 91,88
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 301 306 607 301 100,00 268 87,58 569 93,74 298 99,00 269 87,91 567 93,41 299 99,34 266 86,93 565 93,08 299 99,34 266 86,93 565 93,08
11 Tasifeto Timur Wedomu 168 160 328 155 92,26 162 101,25 317 96,65 155 92,26 162 101,25 317 96,65 151 89,88 146 91,25 297 90,55 151 89,88 146 91,25 297 90,55
12 Silawan 41 40 81 33 80,49 37 92,50 70 86,42 34 82,93 35 87,50 69 85,19 46 112,20 34 85,00 80 98,77 45 109,76 34 85,00 79 97,53
13 Raihat Haekesak 144 147 291 165 114,58 139 94,56 304 104,47 148 102,78 137 93,20 285 97,94 156 108,33 128 87,07 284 97,59 156 108,33 128 87,07 284 97,59
14 Lasiolat Aululik 72 71 143 76 105,56 75 105,63 151 105,59 71 98,61 71 100,00 142 99,30 77 106,94 85 119,72 162 113,29 77 106,94 85 119,72 162 113,29
15 Lamaknen Weluli 104 112 216 85 81,73 71 63,39 156 72,22 74 71,15 64 57,14 138 63,89 75 72,12 76 67,86 151 69,91 75 72,12 76 67,86 151 69,91
16 Dilumil 40 46 86 38 95,00 29 63,04 67 77,91 38 95,00 29 63,04 67 77,91 43 107,50 28 60,87 71 82,56 43 107,50 28 60,87 71 82,56
17 Lamaknen Selatan Nualain 87 89 176 83 95,40 77 86,52 160 90,91 79 90,80 67 75,28 146 82,95 85 97,70 65 73,03 150 85,23 78 89,66 72 80,90 150 85,23

JUMLAH (KAB/KOTA) 2.222 2.289 4.511 2.139 96,26 2.079 90,83 4.218 93,50 2.129 95,81 2.034 88,86 4.163 92,29 2.144 96,49 1.981 86,54 4.125 91,44 2.149 96,71 2.001 87,42 4.150 92,00

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Keterangan: a = khusus provinsi yang menerapkan 3 dosis polio maka diisi dengan polio 3
TABEL 44

CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

BAYI 6-11 BULAN ANAK BALITA (12-59 BULAN) BALITA (6-59 BULAN)
MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH BAYI JUMLAH JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Raimanuk Webora 35 36 71 35 100,00 36 100,00 71 100,00 239 230 469 239 100,00 230 100,00 469 100,00 274 266 540 274 100,00 266 100,00 540 100,00
2 Rafae 71 79 150 71 100,00 79 100,00 150 100,00 400 389 789 400 100,00 389 100,00 789 100,00 471 468 939 471 100,00 468 100,00 939 100,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 110 97 207 117 106,36 97 100,00 214 103,38 744 759 1.503 744 100,00 759 100,00 1.503 100,00 854 856 1.710 861 100,82 856 100,00 1.717 100,41
4 Kakuluk Mesak Atapupu 55 42 97 55 100,00 42 100,00 97 100,00 373 345 718 373 100,00 345 100,00 718 100,00 428 387 815 428 100,00 387 100,00 815 100,00
5 Haliwen 90 115 205 90 100,00 115 100,00 205 100,00 589 548 1.137 589 100,00 548 100,00 1.137 100,00 679 663 1.342 679 100,00 663 100,00 1.342 100,00
6 Ainiba 16 16 32 16 100,00 16 100,00 32 100,00 88 77 165 88 100,00 77 100,00 165 100,00 104 93 197 104 100,00 93 100,00 197 100,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 22 29 51 22 100,00 29 100,00 51 100,00 167 151 318 167 100,00 151 100,00 318 100,00 189 180 369 189 100,00 180 100,00 369 100,00
8 Kota Atambua Kota 185 159 344 185 100,00 159 100,00 344 100,00 1.101 929 2.030 1.101 100,00 929 100,00 2.030 100,00 1.286 1.088 2.374 1.286 100,00 1.088 100,00 2.374 100,00
9 Atambua Barat Umanen 119 110 229 119 100,00 110 100,00 229 100,00 676 620 1.296 676 100,00 620 100,00 1.296 100,00 795 730 1.525 795 100,00 730 100,00 1.525 100,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 147 128 275 145 98,64 128 100,00 273 99,27 948 747 1.695 948 100,00 777 104,02 1.725 101,77 1.095 875 1.970 1.093 99,82 905 103,43 1.998 101,42
11 Tasifeto Timur Wedomu 69 64 133 69 100,00 64 100,00 133 100,00 622 591 1.213 622 100,00 591 100,00 1.213 100,00 691 655 1.346 691 100,00 655 100,00 1.346 100,00
12 Silawan 16 17 33 16 100,00 17 100,00 33 100,00 145 140 285 145 100,00 140 100,00 285 100,00 161 157 318 161 100,00 157 100,00 318 100,00
13 Raihat Haekesak 67 49 116 67 100,00 49 100,00 116 100,00 477 413 890 477 100,00 413 100,00 890 100,00 544 462 1.006 544 100,00 462 100,00 1.006 100,00
14 Lasiolat Aululik 39 36 75 38 97,44 36 100,00 74 98,67 231 222 453 231 100,00 222 100,00 453 100,00 270 258 528 269 99,63 258 100,00 527 99,81
15 Lamaknen Weluli 35 30 65 35 100,00 30 100,00 65 100,00 270 308 578 270 100,00 308 100,00 578 100,00 305 338 643 305 100,00 338 100,00 643 100,00
16 Dilumil 23 22 10 23 100,00 22 100,00 10 100,00 132 118 250 132 100,00 118 100,00 250 100,00 155 140 295 155 100,00 140 100,00 295 100,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 45 37 82 45 100,00 37 100,00 82 100,00 359 333 692 359 100,00 333 100,00 692 100,00 404 370 774 404 100,00 370 100,00 774 100,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 1.144 1.066 2.175 1.148 100,35 1.066 100,00 2.179 100,18 7.561 6.920 14.481 7.561 100,00 6.950 100,43 14.511 100,21 8.705 7.986 16.691 8.709 100,05 8.016 100,38 16.725 100,20

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


Keterangan: Pelaporan pemberian vitamin A dilakukan pada Februari dan Agustus, maka perhitungan bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A dalam setahun
dihitung dengan mengakumulasi bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A di bulan Februari dan yang mendapat vitamin A di bulan Agustus
TABEL 45

JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

ANAK 0-23 BULAN (BADUTA)


JUMLAH BADUTA DITIMBANG BGM
NO KECAMATAN PUSKESMAS
DILAPORKAN (S) JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P
L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 190 185 375 102 93 195 53,68 50,27 52,00 0 0,00 0 0,00 0 0,00
2 Rafae 420 320 740 168 168 336 40,00 52,50 45,41 5 2,98 4 2,38 9 2,68
3 Tasifeto Barat Halilulik 586 563 1.149 304 304 608 51,88 54,00 52,92 2 1,00 1 0,33 3 0,49
4 Kakuluk Mesak Atapupu 285 273 558 121 122 243 42,46 44,69 43,55 2 1,65 1 0,82 3 1,23
5 Haliwen 432 447 879 186 203 389 43,06 45,41 44,25 4 2,15 2 0,99 6 1,54
6 Ainiba 71 68 139 35 37 72 49,30 54,41 51,80 4 11,43 5 13,51 9 12,50
7 Nanaet Dubesi Laktutus 122 118 240 57 57 114 46,72 48,31 47,50 10 17,54 9 15,79 19 16,67
8 Kota Atambua Kota 258 252 510 104 107 211 40,31 42,46 41,37 6 5,77 4 3,74 10 4,74
9 Atambua Barat Umanen 478 453 931 198 183 381 41,42 40,40 40,92 0 0,00 0 0,00 0 0,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 792 703 1.495 349 311 660 44,07 44,24 44,15 5 1,43 4 1,29 9 1,36
11 Tasifeto Timur Wedomu 493 458 951 229 220 449 46,45 48,03 47,21 4 1,75 3 1,36 7 1,56
12 Silawan 110 110 220 56 57 113 50,91 51,82 51,36 5 8,93 5 8,77 10 8,85
13 Raihat Haekesak 381 336 717 197 137 334 51,71 40,77 46,58 5 2,54 5 3,65 10 2,99
14 Lasiolat Aululik 180 165 345 95 90 185 52,78 54,55 53,62 1 1,05 1 1,11 2 1,08
15 Lamaknen Weluli 209 222 431 103 107 210 49,28 48,20 48,72 5 4,85 3 2,80 8 3,81
16 Dilumil 109 94 203 57 49 106 52,29 52,13 52,22 4 7,02 1 2,04 5 4,72
17 Lamaknen Selatan Nualain 300 268 568 156 137 293 52,00 51,12 51,58 3 1,92 2 1,46 5 1,71
JUMLAH (KAB/KOTA) 5.416 5.035 10.451 2.517 2.382 4.899 46,47 47,31 46,88 65 2,58 50 2,10 115 2,35

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 46

CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

ANAK BALITA (12-59 BULAN)


MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (MINIMAL 8 KALI)
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 283 347 630 186 65,72 190 54,76 376 59,68
2 Rafae 456 496 952 190 41,67 267 53,83 457 48,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 971 1.026 1.997 695 71,58 703 68,52 1.398 70,01
4 Kakuluk Mesak Atapupu 559 537 1.096 206 36,85 199 37,06 405 36,95
5 Haliwen 1.012 1.118 2.130 638 63,04 677 60,55 1.315 61,74
6 Ainiba 110 113 223 11 10,00 19 16,81 30 13,45
7 Nanaet Dubesi Laktutus 208 227 435 70 33,65 66 29,07 136 31,26
8 Kota Atambua Kota 877 883 1.760 605 68,99 628 71,12 1.233 70,06
9 Atambua Barat Umanen 1.170 1.141 2.311 644 55,04 614 53,81 1.258 54,44
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 1.345 1.366 2.711 698 51,90 630 46,12 1.328 48,99
11 Tasifeto Timur Wedomu 752 715 1.467 543 72,21 537 75,10 1.080 73,62
12 Silawan 182 180 362 185 101,65 176 97,78 361 99,72
13 Raihat Haekesak 652 674 1.326 578 88,65 512 75,96 1.090 82,20
14 Lasiolat Aululik 322 316 638 213 66,15 209 66,14 422 66,14
15 Lamaknen Weluli 466 499 965 283 60,73 325 65,13 608 63,01
16 Dilumil 177 208 385 81 45,76 82 39,42 163 42,34
17 Lamaknen Selatan Nualain 388 397 785 92 23,71 102 25,69 194 24,71
JUMLAH (KAB/KOTA) 9.930 10.243 20.173 5.918 59,60 5.936 57,95 11.854 58,76

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 47

JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

BALITA
JUMLAH BALITA DITIMBANG BGM
NO KECAMATAN PUSKESMAS
DILAPORKAN (S) JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P
L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 2 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 308 286 594 284 272 556 92,21 95,10 93,60 20 7,04 19 6,99 39 7,01
2 Rafae 537 505 1.042 551 481 1.032 102,61 95,25 99,04 12 2,18 11 2,29 23 2,23
3 Tasifeto Barat Halilulik 929 917 1.846 820 802 1.622 88,27 87,46 87,87 34 4,15 28 3,49 62 3,82
4 Kakuluk Mesak Atapupu 464 446 910 399 379 778 85,99 84,98 85,49 4 1,00 2 0,53 6 0,77
5 Haliwen 720 709 1.429 593 618 1.211 82,36 87,17 84,74 9 1,52 6 0,97 15 1,24
6 Ainiba 115 107 222 100 93 193 86,96 86,92 86,94 3 3,00 3 3,23 6 3,11
7 Nanaet Dubesi Laktutus 207 201 408 160 158 318 77,29 78,61 77,94 5 3,13 5 3,16 10 3,14
8 Kota Atambua Kota 516 490 1.006 309 300 609 59,88 61,22 60,54 13 4,21 7 2,33 20 3,28
9 Atambua Barat Umanen 892 835 1.727 560 540 1.100 62,78 64,67 63,69 12 2,14 12 2,22 24 2,18
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 1.347 1.179 2.526 1.016 902 1.918 75,43 76,51 75,93 12 1,18 13 1,44 25 1,30
11 Tasifeto Timur Wedomu 756 710 1.466 702 669 1.371 92,86 94,23 93,52 9 1,28 9 1,35 18 1,31
12 Silawan 175 171 346 165 162 327 94,29 94,74 94,51 1 0,61 1 0,62 2 0,61
13 Raihat Haekesak 588 529 1.117 537 470 1.007 91,33 88,85 90,15 13 2,42 12 2,55 25 2,48
14 Lasiolat Aululik 294 276 570 260 247 507 88,44 89,49 88,95 3 1,15 3 1,21 6 1,18
15 Lamaknen Weluli 333 335 668 328 353 681 98,50 105,37 101,95 12 3,66 10 2,83 22 3,23
16 Dilumil 168 141 309 158 134 292 94,05 95,04 94,50 10 6,33 6 4,48 16 5,48
17 Lamaknen Selatan Nualain 459 409 868 443 407 850 96,51 99,51 97,93 10 2,26 10 2,46 20 2,35
JUMLAH (KAB/KOTA) 8.808 8.246 17.054 7.385 6.987 14.372 83,84 84,73 84,27 182 2,46 157 2,25 339 2,36

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 48

CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

KASUS BALITA GIZI BURUK


MENDAPAT PERAWATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH DITEMUKAN
L P L+P
L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 1 1 2 1 100,00 1 100,00 2 100,00
2 Rafae 2 1 3 2 100,00 1 100,00 3 100,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 1 3 4 1 100,00 3 100,00 4 100,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu - 2 2 - #DIV/0! 2 100,00 2 100,00
5 Haliwen 3 4 7 3 100,00 4 100,00 7 100,00
6 Ainiba - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus 1 1 2 1 100,00 1 100,00 2 100,00
8 Kota Atambua Kota 1 1 2 1 100,00 1 100,00 2 100,00
9 Atambua Barat Umanen - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
11 Tasifeto Timur Wedomu 3 2 5 3 100,00 2 100,00 5 100,00
12 Silawan - 2 2 - #DIV/0! 2 100,00 2 100,00
13 Raihat Haekesak 6 7 13 6 100,00 7 100,00 13 100,00
14 Lasiolat Aululik 2 - 2 2 100,00 - #DIV/0! 2 100,00
15 Lamaknen Weluli 4 3 7 4 100,00 3 100,00 7 100,00
16 Dilumil 1 - 1 1 100,00 - #DIV/0! 1 100,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 4 2 6 4 100,00 2 100,00 6 100,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 29 29 58 29 100,00 29 100,00 58 100,00

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 49

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

MURID KELAS 1 SD DAN SETINGKAT


SD DAN SETINGKAT
MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN)
JUMLAH
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P MENDAPAT
PELAYANAN
JUMLAH %
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KESEHATAN
(PENJARINGAN)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Raimanuk Webora 93 87 180 93 100,00 87 100,00 180 100,00 6 6 100,00
2 Rafae 150 151 301 150 100,00 151 100,00 301 100,00 7 7 100,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 266 229 495 195 73,31 197 86,03 392 79,19 17 17 100,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 124 115 239 124 100,00 115 100,00 239 100,00 6 6 100,00
5 Haliwen 221 215 436 197 89,14 200 93,02 397 91,06 11 11 100,00
6 Ainiba 224 174 398 224 100,00 174 100,00 398 100,00 2 2 100,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 377 402 779 37 9,81 50 12,44 87 11,17 6 6 100,00
8 Kota Atambua Kota 320 290 610 301 94,06 275 94,83 576 94,43 10 10 100,00
9 Atambua Barat Umanen 214 213 427 214 100,00 213 100,00 427 100,00 8 7 87,50
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 1.399 1.979 3.378 1.399 100,00 1.979 100,00 3.378 100,00 8 8 100,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 215 177 392 215 100,00 177 100,00 392 100,00 14 14 100,00
12 Silawan 42 54 96 42 100,00 54 100,00 96 100,00 2 2 100,00
13 Raihat Haekesak 198 171 369 164 82,83 143 83,63 307 83,20 13 13 100,00
14 Lasiolat Aululik 102 80 182 81 79,41 65 81,25 146 80,22 10 10 100,00
15 Lamaknen Weluli 682 549 1.231 125 18,33 114 20,77 239 19,42 12 12 100,00
16 Dilumil 35 33 68 35 100,00 33 100,00 68 100,00 4 4 100,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 103 105 208 103 100,00 105 100,00 208 100,00 12 12 100,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 4.765 5.024 9.789 3.699 77,63 4.132 82,25 7.831 80,00 148 147 99,32

CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT 77,63 82,25 80,00

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 50

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


NO KECAMATAN PUSKESMAS RASIO TUMPATAN/
TUMPATAN GIGI TETAP PENCABUTAN GIGI TETAP
PENCABUTAN
1 2 3 4 5 6
1 Raimanuk Webora - - #DIV/0!
2 Rafae - - #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik - 36 0,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 11 66 0,17
5 Haliwen 11 36 0,31
6 Ainiba - - #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 79 156 0,51
9 Atambua Barat Umanen 4 7 0,57
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - #DIV/0!
11 Tasifeto Timur Wedomu - 14 0,00
12 Silawan - 14 0,00
13 Raihat Haekesak 13 44 0,30
14 Lasiolat Aululik 3 26 0,12
15 Lamaknen Weluli 1 26 0,04
16 Dilumil - 6 0,00
17 Lamaknen Selatan Nualain - - #DIV/0!
JUMLAH (KAB/ KOTA) 122 431 0,28

Sumber: Bidang Yankes Dinkes Kab. Belu


TABEL 51

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

UPAYA KESEHATAN GIGI SEKOLAH

JUMLAH JUMLAH JUMLAH MURID SD/MI MURID SD/MI DIPERIKSA PERLU PERAWATAN MENDAPAT PERAWATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH SD/MI DGN SD/MI
% %
SD/MI SIKAT GIGI MENDAPAT
MASSAL YAN. GIGI
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 Raimanuk Webora 6 6 100,00 6 100,00 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
2 Rafae 7 5 71,43 7 100,00 797 736 1.533 1.314 164,87 1.453 197,42 2.767 180,50 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 17 4 23,53 17 100,00 1.628 1.506 3.134 484 29,73 473 31,41 957 30,54 134 139 273 51 38,06 49 35,25 100 36,63
4 Kakuluk Mesak Atapupu 6 6 100,00 6 100,00 767 736 1.503 310 40,42 356 48,37 666 44,31 49 48 97 54 110,20 52 108,33 106 109,28
5 Haliwen 11 11 100,00 11 100,00 1.049 1.326 2.375 882 84,08 919 69,31 1.801 75,83 188 251 439 34 18,09 55 21,91 89 20,27
6 Ainiba 2 2 100,00 2 100,00 224 174 398 313 139,73 241 138,51 554 139,20 48 36 84 41 85,42 28 77,78 69 82,14
7 Nanaet Dubesi Laktutus 6 1 16,67 1 16,67 375 408 783 324 86,40 338 82,84 662 84,55 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 10 10 100,00 10 100,00 2.033 1.979 4.012 5.712 280,96 5.182 261,85 10.894 271,54 3.284 2.873 6.157 1.012 30,82 943 32,82 1.955 31,75
9 Atambua Barat Umanen 8 8 100,00 8 100,00 1.372 1.242 2.614 1.304 95,04 1.203 96,86 2.507 95,91 552 555 1.107 - 0,00 - 0,00 - 0,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 8 8 100,00 8 100,00 1.604 1.842 3.446 1.975 123,13 2.095 113,74 4.070 118,11 25 24 49 - 0,00 - 0,00 - 0,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 14 14 100,00 14 100,00 1.313 1.165 2.478 1.095 83,40 1.002 86,01 2.097 84,62 7 5 12 - 0,00 - 0,00 - 0,00
12 Silawan 2 4 200,00 4 200,00 328 297 625 703 214,33 667 224,58 1.370 219,20 181 174 355 59 32,60 50 28,74 109 30,70
13 Raihat Haekesak 13 - 0,00 - 0,00 1.162 1.221 2.383 200 17,21 185 15,15 385 16,16 23 12 35 12 52,17 12 100,00 24 68,57
14 Lasiolat Aululik 10 9 90,00 10 100,00 579 545 1.124 579 100,00 545 100,00 1.124 100,00 64 68 132 33 51,56 38 55,88 71 53,79
15 Lamaknen Weluli 12 12 100,00 12 100,00 682 589 1.271 648 95,01 583 98,98 1.231 96,85 2 - 2 26 1300,00 25 #DIV/0! 51 2550,00
16 Dilumil 4 4 100,00 4 100,00 312 275 587 - 0,00 - 0,00 - 0,00 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 12 - 0,00 - 0,00 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
JUMLAH (KAB/ KOTA) 148 104 70,27 120 81,08 14.225 14.041 28.266 15.843 111,37 15.242 108,55 31.085 109,97 4.557 4.185 8.742 1.322 29,01 1.252 29,92 2.574 29,44

Sumber: Bidang Yankes Dinkes Kab. Belu


TABEL 52

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

USILA (60TAHUN+)
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 588 510 1.098 145 24,66 107 20,98 252 22,95
2 Rafae 456 489 945 280 61,40 320 65,44 600 63,49
3 Tasifeto Barat Halilulik 217 463 680 132 60,83 306 66,09 438 64,41
4 Kakuluk Mesak Atapupu 203 370 573 96 47,29 144 38,92 240 41,88
5 Haliwen 208 571 779 121 58,17 358 62,70 479 61,49
6 Ainiba 336 484 820 128 38,10 140 28,93 268 32,68
7 Nanaet Dubesi Laktutus 416 607 1.023 217 52,16 225 37,07 442 43,21
8 Kota Atambua Kota 1.290 1.307 2.597 561 43,49 501 38,33 1.062 40,89
9 Atambua Barat Umanen 567 803 1.370 2 0,35 0 - 2 0,15
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 130 256 386 67 51,54 99 38,67 166 43,01
11 Tasifeto Timur Wedomu 463 486 949 213 46,00 279 57,41 492 51,84
12 Silawan 351 439 790 114 32,48 181 41,23 295 37,34
13 Raihat Haekesak 874 741 1.615 342 39,13 290 39,14 632 39,13
14 Lasiolat Aululik 1.492 1.907 3.399 248 16,62 233 12,22 481 14,15
15 Lamaknen Weluli 1.102 1.550 2.652 508 46,10 768 49,55 1.276 48,11
16 Dilumil 683 728 1.411 173 25,33 180 24,73 353 25,02
17 Lamaknen Selatan Nualain 778 815 1.593 712 91,52 715 87,73 1.427 89,58
JUMLAH (KAB/KOTA) 10.154 12.526 22.680 4.059 39,97 4.846 38,69 8.905 39,26

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 53

CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PENDUDUK MENURUT JENIS JAMINAN DAN JENIS KELAMIN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

PESERTA JAMINAN KESEHATAN


NO JENIS JAMINAN KESEHATAN JUMLAH %
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Jaminan Kesehatan Nasional 0 0 128.892 0,00 0,00 63,02
1.1 Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN 79.377 0,00 0,00 38,81
1.2 PBI APBD 0 0,00 0,00 0,00
1.3 Pekerja penerima upah (PPU) 28.034 0,00 0,00 13,71
1.4 Pekerja bukan penerima upah (PBPU)/mandiri 14.681 0,00 0,00 7,18
1.5 Bukan pekerja (BP) 6.800 0,00 0,00 3,32
2 Jamkesda 2.937 3.564 6.501 2,91 3,44 3,18
3 Asuransi Swasta 0 0,00 0,00 0,00
4 Asuransi Perusahaan 0 0,00 0,00 0,00

JUMLAH (KAB/KOTA) 2.937 3.564 135.393 2,91 3,44 66,19

Sumber : BPJS Kesehatan Kabupaten Belu


TABEL 54

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA


NO SARANA PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Webora 2.901 5.371 8.272 0 0 0 0 0 0
2 Puskesmas Rafae 2.076 5.817 7.893 0 0 0 0 0 0
3 Puskesmas Halilulik 2.914 7.384 10.298 0 0 0 1 0 1
4 Puskesmas Atapupu 3.825 6.907 10.732 0 0 0 0 0 0
5 Puskesmas Ainiba 1.279 2.790 4.069 0 0 0 12 0 12
6 Puskesmas Haliwen 3.912 8.166 12.078 0 0 0 32 22 54
7 Puskesmas Laktutus 1.115 2.103 3.218 0 0 0 0 0 0
8 Puskesmas Kota 8.810 12.106 20.916 0 0 0 1 16 17
9 Puskesmas Umanen 5.511 13.785 19.296 0 0 0 1 4 5
10 Puskesmas Atambua Selatan 4.499 10.767 15.266 0 0 0 5 0 5
11 Puskesmas Wedomu 4.937 11.085 16.022 0 0 0 1 3 4
12 Puskesmas Silawan 3.156 3.801 6.957 18 18 36 1 1 2
13 Puskesmas Haekesak 8.925 13.494 22.419 96 307 403 1 2 3
14 Puskesmas Aululik 6.852 9.924 16.776 0 0 0 6 8 14
15 Puskesmas Weluli 4.756 7.901 12.657 61 56 117 2 3 5
16 Puskesmas Dilumil 1.520 2.010 3.530 0 0 0 3 1 4
17 Puskesmas Nualain 4.477 8.283 12.760 0 0 0 0 1 1
SUB JUMLAH I 71.465 131.694 203.159 175 381 556 66 61 127
1 RSUD Atambua 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 RSKM Halilulik 0 0 7.694 0 0 2.298 0 0 0
3 RS Sito Husada 0 0 0 0 0 2.753 0 0 0
4 RS TNI 0 0 2.687 0 0 411 0 0 0
SUB JUMLAH II 0 0 10.381 0 0 5.462 0 0 0
1 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH III 0 0 0 0 0 0 0 0 0

JUMLAH (KAB/KOTA) 71.465 131.694 213.540 175 381 6.018 66 61 127

JUMLAH PENDUDUK KAB/KOTA 100.922 103.619 204.541 100.922 103.619 204.541

CAKUPAN KUNJUNGAN (%) 70,8 127,1 104,4 0,2 0,4 2,9

Sumber : BPJS Kesehatan Kabupaten Belu tdk sama


Catatan: Puskesmas non rawat inap hanya melayani kunjungan rawat jalan
TABEL 55

ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

PASIEN KELUAR PASIEN KELUAR MATI


JUMLAH PASIEN KELUAR MATI GDR NDR
NO NAMA RUMAH SAKIT a TEMPAT TIDUR
(HIDUP + MATI) 48 JAM DIRAWAT
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD 157 3.961 6.074 10.035 195 159 354 122 122 244 49,2 26,2 35,28 30,8 20,1 24,31
2 RS. Sito Husada 58 1.202 1.551 2.753 18 - - 6 - - 6,54 - - 2,18
3 Rumkitban 09.08.02 25 411 - - - - #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! -
4 RSK. Marianum Halilulik 70 2.298 23 8 #DIV/0! #DIV/0! 10,01 #DIV/0! #DIV/0! 3,48
KABUPATEN/KOTA 310 5.163 7.625 15.497 195 159 395 122 122 258 37,8 20,9 25,49 23,6 16,0 16,65

Sumber : BPJS Kesehatan Kabupaten Belu


a
Keterangan: termasuk rumah sakit swasta
TABEL 56

INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH PASIEN KELUAR JUMLAH HARI JUMLAH LAMA


NO NAMA RUMAH SAKITa TEMPAT TIDUR (HIDUP + MATI) PERAWATAN DIRAWAT
BOR (%) BTO (KALI) TOI (HARI) ALOS (HARI)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD 157 10.035 35.240 37.804 61,50 63,92 2,20 3,77

2 RS. Sito Husada 58 2.753 8.914 42,11 47,47 4,45 0,00

3 Rumkitban 09.08.02 25 411 1.407 1.407 15,42 16,44 18,78 3,42

4 RSK. Marianum Halilulik 70 2.298 7.329 7.329 28,68 32,83 7,93 3,19

KABUPATEN/KOTA 310 15.497 52.890 46.540 46,74 49,99 3,89 3,00

Sumber : BPJS Kesehatan Kabupaten Belu


a
Keterangan: termasuk rumah sakit swasta
TABEL 57

PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BER-PHBS) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

RUMAH TANGGA
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH
JUMLAH % DIPANTAU % BER- PHBS
JUMLAH DIPANTAU BER- PHBS
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Raimanuk Webora 1.456 1.292 88,74 823 63,70
2 Rafae 2.484 2.444 98,39 1.356 55,48
3 Tasifeto Barat Halilulik 5.403 1.925 35,63 1.269 65,92
4 Kakuluk Mesak Atapupu 3.328 2.185 65,66 1.862 85,22
5 Haliwen 6.298 4.500 71,45 3.796 84,36
6 Ainiba 569 541 95,08 284 52,50
7 Laktutus 1.136 581 51,14 253 43,55
8 Kota Atambua Kota 4.584 3.111 67,87 2.512 80,75
9 Atambua Barat Umanen 6.076 4.908 80,78 2.882 58,72
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 7.611 5.031 66,10 3.976 79,03
11 Tasifeto Timur Wedomu 4.591 3.613 78,70 3.608 99,86
12 Silawan 1.024 823 80,37 665 80,80
13 Raihat Haekesak 4.003 2.099 52,44 1.763 83,99
14 Lasiolat Aululik 1.618 1.443 89,18 968 67,08
15 Lamaknen Weluli 2.392 1.639 68,52 1.307 79,74
16 Dilumil 946 779 82,35 653 83,83
17 Lamaknen Selatan Nualain 1.924 1.786 92,83 1.175 65,79
JUMLAH (KAB/KOTA) 55.443 38.700 69,80 29.152 75,33

Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab. Belu


TABEL 58

PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

2015 2016
RUMAH MEMENUHI SYARAT JUMLAH RUMAH DIBINA MEMENUHI RUMAH MEMENUHI SYARAT
JUMLAH RUMAH DIBINA
(RUMAH SEHAT) RUMAH YANG SYARAT (RUMAH SEHAT)
NO KECAMATAN PUSKESMAS SELURUH
BELUM
RUMAH
MEMENUHI
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
SYARAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Raimanuk Webora 1116 414 37,10 337 337 100,00 337 100,00 602 53,94
2 Rafae 1859 923 49,65 720 720 100,00 720 100,00 975 52,45
3 Tasifeto Barat Halilulik 3331 2.478 74,39 1663 1.663 100,00 1.663 100,00 1.783 53,53
4 Kakuluk Mesak Atapupu 2223 1.364 61,36 1501 1.501 100,00 1.501 100,00 1.487 66,89
5 Haliwen 4545 4.027 88,60 2389 2.389 100,00 2.389 100,00 1.657 36,46
6 Ainiba 485 164 33,81 170 170 100,00 170 100,00 299 61,65
7 Nanaet Dubesi Laktutus 782 190 24,30 358 358 100,00 358 100,00 553 70,72
8 Kota Atambua Kota 3291 543 16,50 959 959 100,00 959 100,00 1.771 53,81
9 Atambua Barat Umanen 4703 847 18,01 3166 3.166 100,00 3.166 100,00 3.718 79,06
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 4582 2.190 47,80 1217 1.217 100,00 1.217 100,00 3.507 76,54
11 Tasifeto Timur Wedomu 3027 2.161 71,39 967 967 100,00 967 100,00 2.649 87,51
12 Silawan 806 598 74,19 189 189 100,00 189 100,00 611 75,81
13 Raihat Haekesak 3307 1.644 49,71 2341 2.341 100,00 2.341 100,00 1.779 53,79
14 Lasiolat Aululik 1281 730 56,99 300 300 100,00 300 100,00 796 62,14
15 Lamaknen Weluli 1898 322 16,97 1054 1.054 100,00 1.054 100,00 1.059 55,80
16 Dilumil 751 195 25,97 234 234 100,00 234 100,00 236 31,42
17 Lamaknen Selatan Nualain 1586 281 17,72 713 713 100,00 713 100,00 176 11,10
JUMLAH (KAB/KOTA) 39.573 19.071 48,19 18.278 18.278 100,00 18278 100,00 23.658 59,78

Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab. Belu


TABEL 59

PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN #

BUKAN JARINGAN PERPIPAAN


PENDUDUK DENGAN
AKSES
PERPIPAAN (PDAM,BPSPAM) BERKELANJUTAN
SUMUR GALI TERLINDUNG SUMUR GALI DENGAN POMPA SUMUR BOR DENGAN POMPA TERMINAL AIR MATA AIR TERLINDUNG PENAMPUNGAN AIR HUJAN TERHADAP AIR
MINUM LAYAK

NO KECAMATAN PUSKESMAS PENDUDUK

JUMLAH PENDUDUK

JUMLAH PENDUDUK

JUMLAH PENDUDUK

JUMLAH PENDUDUK

JUMLAH PENDUDUK

JUMLAH PENDUDUK

JUMLAH PENDUDUK
MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI
MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT
JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA
SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

JUMLAH
PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK
PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
SARANA

SARANA

SARANA

SARANA

SARANA

SARANA

SARANA

%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
1 Raimanuk Webora 5.809 22 3.519 22 2.452 - - - - - - - - - - - - 8 1.284 3 944 - - - - 32 3.265 19 1.067 4.463 76,83
2 Rafae 10.300 60 4.236 15 2.877 1 230 1 230 2 2.201 2 2.201 - - - - - - - - - - - - 14 820 10 513 5.821 56,51
3 Tasifeto Barat Halilulik 20.210 230 5.750 223 5.575 6 1.200 4 800 4 800 11 950 - - - - 18 5.400 16 3.200 - - - - 93 2.325 93 2.325 12.850 63,58
4 Kakuluk Mesak Atapupu 11.137 996 9.732 426 6.985 - - - - - - - - - - - - 3 98 3 98 - - - - - - - - 7.083 63,60
5 Haliwen 21.608 307 8.537 191 6.352 38 629 30 312 3 250 3 250 - - - - 10 364 5 251 29 222 10 134 70 3.314 64 3.005 10.304 47,69
6 Ainiba 2.266 63 1.525 50 1.525 - - - - 4 445 4 445 - - - - - - - - - - - - - - - - 1.970 86,94
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4.432 37 1.789 35 1.689 - - - - - - - - - - - - 23 1.081 23 1.081 - - - - 8 502 8 502 3.272 73,83
8 Kota Atambua Kota 17.889 336 1.640 326 1.640 - - - - 2 10 2 10 - - - - 8 300 8 300 - - - - 1.998 12.900 1.988 12.900 14.850 83,01
9 Atambua Barat Umanen 23.461 1.487 8.861 992 8.861 5 37 5 37 - - - - - - - - - - - - - - - - 42 247 42 247 9.145 38,98
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 27.245 742 11.950 598 9.169 8 70 8 70 - - - - 103 1.884 103 1.884 16 428 16 428 52 218 49 197 1.348 8.376 1.348 8.376 20.124 73,86
11 Tasifeto Timur Wedomu 14.870 137 3.862 135 1.842 - - - - - - - - - - - - 6 4.797 6 4.797 35 1.530 - - 34 5.034 34 5.034 11.673 78,50
12 Silawan 3.658 92 1.498 52 864 - - - - 12 1.444 11 1.444 - - - 2 122 - - - - - - 51 549 51 549 2.857 78,10
13 Raihat Haekesak 13.329 19 2.267 19 2.267 - - - - - - - - - - - - 7 1.694 7 1.694 - - - - 36 8.680 36 8.680 12.641 94,84
14 Lasiolat Aululik 6.681 5 42 2 42 - - - - - - - - - - - - 10 1.841 10 1.841 - - - - 88 3.646 64 1.963 3.846 57,57
15 Lamaknen Weluli 9.893 26 416 22 352 - - - - - - - - - - - - 25 2.026 18 1.458 7 169 7 169 33 3.364 33 3.364 5.343 54,01
16 Dilumil 3.881 6 90 1 15 - - - - - - - - 15 750 6 300 2 873 2 873 1 7 1 7 - - - - 1.195 30,79
17 Lamaknen Selatan Nualain 7.872 49 1.950 - - - - - - - - - - - - - - 34 5.867 20 3.290 15 75 8 40 - - - - 3.330 42,30
JUMLAH (KAB/KOTA) 204.541 4.614 67.664 3.109 52.507 58 2.166 48 1.449 27 5.150 33 5.300 118 2.634 109 2.184 172 26.175 137 20.255 139 2.221 75 547 3.847 53.022 3.790 48.525 130.767 63,93

Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab. Belu


TABEL 60

PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH MEMENUHI SYARAT


JUMLAH SAMPEL (FISIK, BAKTERIOLOGI, DAN KIMIA)
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENYELENGGARA AIR
DIPERIKSA
MINUM
JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7
1 Raimanuk Webora 0 0 0 #DIV/0!
2 Rafae 0 0 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 4 2 2 100,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 5 0 0 #DIV/0!
5 Haliwen 4 3 3 100,00
6 Ainiba 0 0 0 #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 5 1 1 100,00
9 Atambua Barat Umanen 21 10 10 100,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 9 6 6 100,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 2 1 1 100,00
12 Silawan 6 1 1 100,00
13 Raihat Haekesak 1 0 0 #DIV/0!
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli 0 0 0 #DIV/0!
16 Dilumil 0 0 0 #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 57 24 24 100,00
Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab. Belu
TABEL 61

PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JENIS SARANA JAMBAN


PENDUDUK DENGAN
KOMUNAL LEHER ANGSA PLENGSENGAN CEMPLUNG AKSES SANITASI LAYAK
(JAMBAN SEHAT)

PENDUDUK
MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT
JUMLAH

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA
PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK
PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA
NO KECAMATAN PUSKESMAS

% PENDUDUK

% PENDUDUK

% PENDUDUK

% PENDUDUK
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK
PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 Raimanuk Webora 5809 - - - - #DIV/0! 107 565 107 565 100,00 444 2.114 - - 0,00 360 1.655 - - 0,00 565 9,73
2 Rafae 10300 - - - - #DIV/0! 506 2.530 228 1.306 51,62 328 1.640 149 1.558 95,00 352 1.760 - - 0,00 2864 27,81
3 Tasifeto Barat Halilulik 20210 1 30 1 30 100,00 1.537 5.716 1.537 5.716 100,00 348 1.740 - - 0,00 868 4.340 - - 0,00 5746 28,43
4 Kakuluk Mesak Atapupu 11137 8 200 8 200 100,00 1.220 6.135 1.220 5.830 95,03 421 3.603 371 1.030 28,59 230 649 - - 0,00 7060 63,39
5 Haliwen 21608 - - - - #DIV/0! 1.898 7.555 1.245 5.923 78,40 1.464 5.499 1.455 6.350 115,48 613 3.936 - - 0,00 12273 56,80
6 Ainiba 2266 - - - - #DIV/0! 152 608 152 760 125,00 36 190 30 150 78,95 246 1.170 - - 0,00 910 40,16
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4432 - - - - #DIV/0! 186 930 186 930 100,00 114 570 - - 0,00 93 558 - - 0,00 930 20,98
8 Kota Atambua Kota 17889 - - - - #DIV/0! 3.046 16.780 3.046 16.780 100,00 94 470 94 470 100,00 102 560 - - 0,00 17250 96,43
9 Atambua Barat Umanen 23461 - - - - #DIV/0! 3.820 15.537 3.820 15.537 100,00 557 3.658 557 3.658 100,00 141 387 - - 0,00 19195 81,82
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 27245 - - - - #DIV/0! 3.221 14.816 3.221 14.816 100,00 639 3.140 639 3.140 100,00 223 1.080 - - 0,00 17956 65,91
11 Tasifeto Timur Wedomu 14870 - - - - #DIV/0! 525 3.484 525 3.484 100,00 780 4.705 - - 0,00 1.232 6.137 - - 0,00 3484 23,43
12 Silawan 3658 - - - - #DIV/0! 616 2.632 616 2.632 100,00 174 875 173 870 99,43 3 12 - - 0,00 3502 95,74
13 Raihat Haekesak 13329 - - - - #DIV/0! 740 3.242 740 3.843 118,54 739 3.257 739 3.257 100,00 504 2.914 - - 0,00 7100 53,27
14 Lasiolat Aululik 6681 - - - - #DIV/0! 316 1.625 316 1.625 100,00 328 1.610 264 1.296 80,50 499 2.151 - - 0,00 2921 43,72
15 Lamaknen Weluli 9893 9 270 9 270 100,00 52 260 52 260 100,00 596 2.980 42 210 7,05 749 3.745 - - 0,00 740 7,48
16 Dilumil 3881 - - - - #DIV/0! 125 625 125 625 100,00 268 914 - - 0,00 158 790 - - 0,00 625 16,10
17 Lamaknen Selatan Nualain 7872 - - - - #DIV/0! 134 670 134 670 100,00 264 1.320 106 530 40,15 182 364 - - 0,00 1200 15,24
JUMLAH (KAB/KOTA) 204.541 18 500 18 500 100,00 18.201 83.710 17.270 81.302 97,12 7.594 38.285 4.619 22.519 58,82 6.555 32.208 - - 0,00 104.321 51,00

Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab. Belu


TABEL 62

DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)


JUMLAH DESA/ DESA STOP BABS
NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA MELAKSANAKAN STBM DESA STBM
KELURAHAN (SBS)
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Raimanuk Webora 4 4 100,0 0 0 - 0
2 Rafae 5 5 100,0 0 0 - 0
3 Tasifeto Barat Halilulik 7 7 100,0 0 0 - 0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 4 4 100,0 0 0 - 0
5 Haliwen 5 5 100,0 0 0 - 0
6 Ainiba 1 1 100,0 0 0 - 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4 4 100,0 0 0 - 0
8 Kota Atambua Kota 3 3 100,0 0 0 - 0
9 Atambua Barat Umanen 4 4 100,0 0 0 - 0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 5 5 100,0 0 0 - 0
11 Tasifeto Timur Wedomu 8 8 100,0 0 0 - 0
12 Silawan 1 1 100,0 0 0 - 0
13 Raihat Haekesak 6 6 100,0 0 0 - 0
14 Lasiolat Aululik 7 7 100,0 0 0 - 0
15 Lamaknen Weluli 6 6 100,0 0 0 - 0
16 Dilumil 3 3 100,0 0 0 - 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 8 8 100,0 0 0 - 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 81 81 100,0 0 0 0 0

Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab. Belu


TABEL 63

PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

TEMPAT-TEMPAT UMUM
YANG ADA MEMENUHI SYARAT KESEHATAN

SARANA PENDIDIKAN SARANA KESEHATAN HOTEL


SARANA TEMPAT-TEMPAT
SARANA PENDIDIKAN HOTEL
KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM

JUMLAH TTU
NO KECAMATAN PUSKESMAS SD SLTP SLTA PUSKESMAS BINTANG NON BINTANG
UMUM

NON BINTANG
RUMAH SAKIT
PUSKESMAS

BINTANG

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
UMUM
SLTA
SLTP
SD

%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 Raimanuk Webora 6 1 - 1 - - - 8 6 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 8 100,00
2 Rafae 7 3 2 1 - - - 13 7 100,00 3 100,00 2 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 13 100,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 17 6 5 1 1 - - 30 17 100,00 6 100,00 5 100,00 1 100,00 1 100,00 0 #DIV/0! - #DIV/0! 30 100,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 6 2 1 1 - - - 10 4 66,67 2 100,00 1 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 8 80,00
5 Haliwen 11 6 6 1 - - - 24 11 100,00 6 100,00 6 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 24 100,00
6 Ainiba 2 1 - 1 - - - 4 2 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 4 100,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 7 1 - 1 - - - 9 7 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 9 100,00
8 Kota Atambua Kota 10 2 2 1 1 - 4 20 10 100,00 2 100,00 2 100,00 1 100,00 1 100,00 0 #DIV/0! 4 100,0 20 100,00
9 Atambua Barat Umanen 8 3 4 1 2 - 5 23 7 87,50 3 100,00 4 100,00 1 100,00 2 100,00 0 #DIV/0! 5 100,0 22 95,65
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 8 4 3 1 - - 1 17 8 100,00 4 100,00 3 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - - 16 94,12
11 Tasifeto Timur Wedomu 14 2 1 1 - - - 18 14 100,00 2 100,00 1 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 18 100,00
12 Silawan 4 1 1 1 - - - 7 4 100,00 1 100,00 1 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 7 100,00
13 Raihat Haekesak 13 4 1 1 - - - 19 13 100,00 3 75,00 1 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 18 94,74
14 Lasiolat Aululik 10 2 2 1 - - - 15 10 100,00 2 100,00 2 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 15 100,00
15 Lamaknen Weluli 12 3 1 1 - - - 17 12 100,00 3 100,00 1 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 17 100,00
16 Dilumil 4 1 1 1 - - - 7 3 75,00 1 100,00 - - 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 5 71,43
17 Lamaknen Selatan Nualain 12 4 1 1 - - - 18 12 100,00 4 100,00 1 100,00 1 100,00 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 18 100,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 151 46 31 17 4 0 10 259 147 97,35 45 97,83 30 96,77 17 100,00 4 100,00 0 #DIV/0! 9 90,0 252 97,30

Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab. Belu


TABEL 64

TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

TPM MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI TPM TIDAK MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI
JUMLAH RUMAH DEPOT AIR RUMAH DEPOT AIR
NO KECAMATAN PUSKESMAS MAKANAN MAKANAN
TPM JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL % JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL %
JAJANAN JAJANAN
RESTORAN (DAM) RESTORAN (DAM)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
2 Rafae 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 16 0 9 4 0 13 81,25 0 3 0 0 3 18,75
4 Kakuluk Mesak Atapupu 11 0 5 4 1 10 90,91 0 1 0 0 1 9,09
5 Haliwen 57 0 10 3 25 38 66,67 0 5 0 14 19 33,33
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 32 3 10 6 13 32 100,00 0 0 0 0 0 0,00
9 Atambua Barat Umanen 81 0 53 17 0 70 86,42 0 11 0 0 11 13,58
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 31 2 16 4 0 22 70,97 0 5 0 0 5 16,13
11 Tasifeto Timur Wedomu 9 0 4 2 3 9 100,00 0 0 0 0 0 0,00
12 Silawan 11 0 3 3 0 6 54,55 0 2 3 0 5 45,45
13 Raihat Haekesak 3 0 2 1 0 3 100,00 0 0 0 0 0 0,00
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli 3 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 3 100,00
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 254 5 112 44 42 203 79,92 0 28 3 16 47 18,50

Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab. Belu


TABEL 65

TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

JUMLAH TPM DIBINA JUMLAH TPM DIUJI PETIK

JUMLAH TPM TIDAK


MEMENUHI SYARAT

MEMENUHI SYARAT
PERSENTASE TPM

PERSENTASE TPM
HIGIENE SANITASI
RUMAH MAKAN/

RUMAH MAKAN/
JUMLAH TPM
MINUM (DAM)

MINUM (DAM)

DIUJI PETIK
JASA BOGA

JASA BOGA
MAKANAN

MAKANAN
DEPOT AIR

DEPOT AIR
DIBINA
RESTORAN

RESTORAN
JAJANAN

JAJANAN
TOTAL

TOTAL
NO KECAMATAN PUSKESMAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
2 Rafae 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 9 0 3 0 0 3 33,33 9 13 9 4 0 26 288,89
4 Kakuluk Mesak Atapupu 10 0 1 0 0 1 10,00 10 11 4 1 1 17 170,00
5 Haliwen 13 0 5 0 14 19 146,15 13 38 10 3 25 76 584,62
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 14 0 0 0 0 0 0,00 14 32 10 6 13 61 435,71
9 Atambua Barat Umanen 44 0 11 0 0 11 25,00 44 70 53 17 0 140 318,18
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 32 0 0 0 0 0 0,00 32 36 16 10 0 62 193,75
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 2 9 4 2 3 18 900,00
12 Silawan 5 0 2 3 0 5 100,00 11 6 3 3 0 12 109,09
13 Raihat Haekesak 3 0 2 1 0 3 100,00 3 3 2 1 0 6 200,00
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli 3 0 1 0 2 3 100,00 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 133 0 25 4 16 45 33,83 138 218 111 47 42 418 302,90

Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab. Belu


TABEL66
PRESENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
KABUPATEN BELU
TAHUN 2016
PRESENTASE
TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEMASAN KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Alopurinol tablet 100 mg Tablet 55.950 37.300 132.500 169.800 303
2 Aminofilin tablet 200 mg Tablet 21.300 14.200 67.800 82.000 385
3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml Ampul 38 25 1.780 1.805 4.813
4 Amitripilin tablet salut 25 mg (HCL) Tablet - - - - -
5 Amoksisilin kapsul 250 mg Kapsul 95.250 63.500 324.980 388.480 408
6 Amoksisilin kaplet 500 mg Tablet 494.400 329.600 1.971.700 2.301.300 465
7 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg Botol 4.947 3.298 3.584 6.882 139
8 Metampiron tablet 500 mg Tablet 112.350 74.900 855.200 930.100 828
9 Metampiron injeksi 250 mg Ampul 422 281 8.194 8.475 2.011

Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium


10 Tablet 250.500 167.000 639.200 806.200 322
Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg

Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500 IU/g


11 Tube 1.659 3.339
+ polimiksin 10.000 IU/g 2.489 4.998 201
Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat 150 mg
12 Supp 100 150
+ Heksaklorofen 250 mg 150 250 167
Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam
13 Pot 886 11.756
Salisilat 3% 1.329 12.642 951
14 Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg Tablet 3.150 2.100 - 2.100 67
Antiparkinson DOEN tablet kombinasi : Karbidopa 25 mg
15 Tablet - -
+ Levodopa 250 mg - - -
16 Aqua Pro Injeksi Steril, bebas pirogen Vial - - -
17 Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg Tablet 640.500 427.000 3.573.000 4.000.000 625
18 Asam Asetisalisilat tablet 100 mg (Asetosal) Tablet 6.450 4.300 5.600 9.900 153
19 Asam Asetisalisilat tablet 500 mg (Asetosal) Tablet - - -
20 Atropin sulfat tablet 0,5 mg Tablet - - -
21 Atropin tetes mata 0,5% Botol - - -
22 Atropin injeksi l.m/lv/s.k. 0,25 mg/mL - 1 mL (sulfat) Ampul - - -
23 Betametason krim 0,1 % Tube 4.787 3.191 3.243 6.434 134
24 Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml Ampul 1.997 1.331 1.634 2.965 149
25 Deksametason tablet 0,5 mg Tablet 408.450 272.300 17.600 289.900 71
26 Dekstran 70-larutan infus 6% steril Botol - - - - -
27 Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr) Botol - - - -
28 Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) Tablet - - - -
29 Diazepam Injeksi 5mg/ml Ampul 120 80 30 110 92
30 Diazepam tablet 2 mg Tablet 450 300 - 300 67
31 Diazepam tablet 5 mg Tablet 300 200 1.800 2.000 667
32 Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL) Ampul 866 577 1.953 2.530 292
33 Diagoksin tablet 0,25 mg Tablet 1.350 900 4.300 5.200 385
34 Efedrin tablet 25 mg (HCL) Tablet 10.500 7.000 16.900 23.900 228
35 Ekstrks belladona tablet 10 mg Tablet 9.000 6.000 - 6.000 67
36 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL) Ampul 518 345 764 1.109 214
37 Etakridin larutan 0,1% Botol 162 108 1.329 1.437 887
38 Fenitoin Natriun Injeksi 50 mg/ml Ampul - - - - -
39 Fenobarbital Injeksi I.m/I.v 50 mg/ml Ampul 33 22 68 90 273
PRESENTASE
TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEMASAN KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
40 Fenobarbital tablet 30 mg Tablet - - - - -
41 Fenoksimetil Penisilin tablet 250 mg Tablet - - - - -
42 Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg Tablet - - - - -
43 Fenol Gliserol tetes telinga 10% Botol 119 79 4.604 4.683 3.952
44 Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 10 mg/ml Ampul 1.814 1.209 9.461 10.670 588
45 Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg Tablet 7.950 5.300 10.600 15.900 200
46 Furosemid tablet 40 mg Tablet - - - - -
47 Gameksan lotion 1 % Botol 219 146 854 1.000 457

Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,70 g ,Kalium


48 Saset 13.570 78.504
klorida 0,30 g, Tribatrium Sitrt dihidrat 0,58 g
20.355 92.074 452
49 Gentian Violet Larutan 1 % Botol 831 554 756 1.310 158
50 Glibenklamida tablet 5 mg Tablet 6.900 4.600 18.300 22.900 332
51 Gliseril Gualakolat tablet 100 mg Tablet 544.500 363.000 6.106.000 6.469.000 1.188
52 Gliserin Botol - - - - -
53 Glukosa larutan infus 5% Botol 1.191 794 1.762 2.556 215
54 Glukosa larutan infus 10% Botol 216 144 7.758 7.902 3.658
55 Glukosa larutan infus 40% steril (produk lokal) Botol - - - - -
56 Griseofulvin tablet 125 mg, micronized Tablet 82.800 55.200 60.000 115.200 139
57 Haloperidol tablet 0,5 mg Tablet - - - - -
58 Haloperidol tablet 1,5 mg Tablet - - - - -
59 Haloperidol tablet 5 mg Tablet - - - - -
60 Hidroklorotiazida tablet 25 mg Tablet 10.650 7.100 26.800 33.900 318
61 Hidrkortison krim 2,5% Tube 3.446 2.297 482 2.779 81
62 Ibuprofen tablet 200 mg Tablet - - - - -
63 Ibuprofen tablet 400 mg Tablet 252.150 168.100 69.400 237.500 94
64 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg Tablet 1.500 1.000 8.800 9.800 653
65 Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg Tablet 259.500 173.000 319.000 492.000 190
66 Kaptopril tablet 12,5 mg Tablet - - - - -
67 Kaptopril tablet 25 mg Tablet 89.400 59.600 37.800 97.400 109
68 Karbamazepim tablet 200 mg Tablet - - - - -
69 Ketamin Injeksi 10 mg/ml Tablet - - - - -
70 Klofazimin kapsul 100 mg microzine Tablet - - - - -
71 Kloramfenikol kapsul 250 mg Tablet 23.790 15.860 130.960 146.820 617
72 Kloramfenikol tetes telinga 3 % Botol 1.503 1.002 - 1.002 67
73 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg Tablet 615.750 410.500 3.144.500 3.555.000 577
74 Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml-2ml (HCL) Ampul - - - - -
75 Klorpromazin injeksi i.m 25 mg/ml (HCL) Ampul - - - - -
76 Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCL) Tablet - - - - -
77 Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCL) Tablet 600 400 11.300 11.700 1.950
Anti Malaria DOEN Kombinasi Pirimetamin 25 mg +
78 Tablet 700 1.300
Sulfadoxin 500 mg 1.050 2.000 190

Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol 200


79 Botol 2.080 10.224
mg + Trimetoprim 40 mg/ 5 ml
3.120 12.304 394
Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi :
80 Tablet 103.800 648.000
Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg 155.700 751.800 483
Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi :
81 Tablet - -
Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim 20 mg - - -
82 Kuinin (kina) tablet 200 mg Tablet 2.520 1.680 56.460 58.140 2.307
83 Kuinin Dihidrokklorida injeksi 25%-2 ml Ampul 65 43 637 680 1.054
84 Lidokain injeksi 2% (HCL) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml Ampul 1.143 762 4.208 4.970 435
PRESENTASE
TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEMASAN KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
85 Magnesium Sulfat inj (IV) 20%-25 ml Vial 8 5 - 5 67
86 Magnesium Sulfat inj (IV) 40%-25 ml Vial 116 77 137 214 185
87 Magnesium Sulfat serbuk 30 gram Saset 17 11 999 1.010 6.121
88 Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml Botol - - - - -
89 Mebendazol tablet 100 mg Tablet 746 497 8.911 9.408 1.262
90 Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125 Tablet 15.600 10.400 18.800 29.200 187
91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml Ampul 285 190 - 190 67
92 Metronidazol tablet 250 mg Tablet 5.850 3.900 37.700 41.600 711
93 Natrium Bikarbonat tablet 500 mg Tablet 3.000 2.000 201.000 203.000 6.767
94 Natrium Fluoresein tetes mata 2 % Botol - - - - -
95 Natrium Klorida larutan infus 0,9 % Botol 1.199 799 3.912 4.711 393
96 Natrium Thiosulfat injeksi I.v. 25 % Ampul - - - - -
97 Nistatin tablet salut 500.000 IU/g Tablet 3.900 2.600 10.500 13.100 336
98 Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g Tablet 3.450 2.300 33.200 35.500 1.029
99 Obat Batuk hitam ( O.B.H.) Botol 1.667 1.111 1.991 3.102 186
100 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % Tablet 2.468 1.645 3.407 5.052 205
101 Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml Vial 452 301 5.093 5.394 1.195
102 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml Ampul 7.722 5.148 617 5.765 75
103 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml Botol 7.068 4.712 1.100 5.812 82
104 Paracetamol tablet 100 mg Tablet - - - - -
105 Paracetamol tablet 500 mg Tablet 644.550 429.700 500.300 930.000 144
106 Pilokarpin tetes mata 2 % (HCL/Nitrat) Botol - - - - -
107 Pirantel tab. Score (base) 125 mg Tablet 7.794 5.196 52.200 57.396 736
108 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) Tablet 160.500 107.000 685.000 792.000 493
109 Povidon Iodida larutan 10 % 60 ml Botol - - - - -
110 Povidon Iodida larutan 10 % 300 ml Botol 728 485 282 767 105
111 Prednison tablet 5 mg Tablet 141.000 94.000 258.000 352.000 250
112 Primakuin tablet 15 mg Tablet 77.250 51.500 261.700 313.200 405
113 Propillitiourasil tablet 100 mg Tablet 1.950 1.300 500 1.800 92
114 Propanolol tablet 40 mg (HCL) Tablet - - - - -
115 Reserpin tablet 0,10 mg Tablet - - - - -
116 Reserpin tablet 0,25 mg Tablet - - - - -
117 Ringer Laktat larutan infus Botol 4.176 2.784 2.708 5.492 132
Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang
118 Pot 1.432 732
endap 4% 2.148 2.164 101
119 Salisil bedak 2% Pot 3.480 2.320 2.420 4.740 136
120 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 5 ml (ABU I) Vial 12 8 42 50 417
121 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml (ABU II) Vial - - - - -
122 Serum Anti Difteri Injeksi 20.000 IU/vial (A.D.S.) Vial - - - - -
123 Serum Anti Tetanus Injeksi 1.500 IU/ampul (A.T.S.) Vial 30 20 34 54 180
124 Serum Anti Tetanus Injeksi 20.000 IU/vial (A.T.S.) Vial - - - - -
125 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg Ampul 3.651 2.434 9.676 12.110 332
126 Sulfasetamida Natrium tetes mata 15 % Botol - - - - -
127 Tetrakain HCL tetes mata 0,5% Botol - - - - -
128 Tetrasiklin kapsul 250 mg Kapsul 12.750 8.500 88.300 96.800 759
129 Tetrasiklin kapsul 500 mg Tablet 10.200 6.800 13.200 20.000 196
130 Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml Ampul 1.263 842 17.051 17.893 1.417
131 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat) Tablet 199.500 133.000 690.000 823.000 413
132 Tiopental Natrium serbuk injeksi 1000 mg/amp Ampul - - - - -
133 Triheksifenidil tablet 2 mg Tablet - - - - -
134 Vaksin Rabies Vero Tablet - - - - -
135 Vitamin B Kompleks tablet Tablet 613.500 409.000 1.574.500 1.983.500 323
PRESENTASE
TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEMASAN KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
- - -
VAKSIN - -
136 BCG Vial 1.923 1.282 652 1.934 101
137 T T Vial 1.596 1.064 156 1.220 76
138 D T Vial 6.713 4.475 1.348 5.823 87
139 CAMPAK 10 Dosis Vial 3.539 2.359 197 2.556 72
140 POLIO 10 Dosis Vial 2.778 1.852 67 1.919 69
141 DTP-HB Vial 5.847 3.898 812 4.710 81
142 HEPATITIS B 0,5 ml ADS Vial - - - - -
143 POLIO 20 Dosis Vial - - - - -
144 CAMPAK 20 Dosis Vial - - - - -
TABEL 67

JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

PEMILIKAN/PENGELOLA
NO FASILITAS KESEHATAN
KEMENKES PEM.PROV PEM.KAB/KOTA TNI/POLRI BUMN SWASTA JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9
RUMAH SAKIT
1 RUMAH SAKIT UMUM 0 0 1 1 0 2 4
2 RUMAH SAKIT KHUSUS 0 0 0 0 0 0 -
PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
1 PUSKESMAS RAWAT INAP 0 0 3 0 0 0 3
- JUMLAH TEMPAT TIDUR 0 0 10 0 0 0 10
2 PUSKESMAS NON RAWAT INAP 0 0 14 0 0 0 14
3 PUSKESMAS KELILING 0 0 17 0 0 0 17
4 PUSKESMAS PEMBANTU 0 0 15 0 0 0 15
SARANA PELAYANAN LAIN
1 RUMAH BERSALIN 0 0 0 0 0 0 -
2 BALAI PENGOBATAN/KLINIK 0 0 0 0 0 3 3
3 PRAKTIK DOKTER BERSAMA 0 0 0 0 0 0 -
4 PRAKTIK DOKTER PERORANGAN 0 0 0 0 0 26 26
5 PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL 0 0 0 0 0 0 -
6 BANK DARAH RUMAH SAKIT 0 0 0 0 0 0 -
7 UNIT TRANSFUSI DARAH 0 0 0 0 0 1 1
SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
1 INDUSTRI FARMASI 0 0 0 0 0 0 -
2 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL 0 0 0 0 0 0 -
3 USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL 0 0 0 0 0 0 -
4 PRODUKSI ALAT KESEHATAN 0 0 0 0 0 0 -
5 PEDAGANG BESAR FARMASI 0 0 0 0 0 0 -
6 APOTEK 0 0 0 0 0 19 19
7 TOKO OBAT 0 0 0 0 0 21 21
8 PENYALUR ALAT KESEHATAN 0 0 0 0 0 0 -
Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu
TABEL 68

PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

MEMPUNYAI KEMAMPUAN YAN. GADAR LEVEL I


NO SARANA KESEHATAN JUMLAH SARANA
JUMLAH %
1 2 3 4 5

1 RUMAH SAKIT UMUM 4 1 25,00

2 RUMAH SAKIT KHUSUS 0 0 #DIV/0!

JUMLAH (KAB/KOTA) 4 1 25,00

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 69

JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

STRATA POSYANDU
POSYANDU AKTIF
NO KECAMATAN PUSKESMAS PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
JUMLAH
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Raimanuk Webora 7 35,00 6 30,00 3 15,00 4 20,00 20 7 35,00
2 Rafae 5 17,86 9 32,14 11 39,29 3 10,71 28 14 50,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0,00 14 29,17 29 60,42 5 10,42 48 34 70,83
4 Kakuluk Mesak Atapupu 0 0,00 2 10,53 12 63,16 5 26,32 19 17 89,47
5 Haliwen 6 19,35 10 32,26 12 38,71 3 9,68 31 15 48,39
6 Ainiba 0 0,00 3 50,00 2 33,33 1 16,67 6 3 50,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 15 68,18 4 18,18 3 13,64 0 0,00 22 3 13,64
8 Kota Atambua Kota 8 57,14 3 21,43 2 14,29 1 7,14 14 3 21,43
9 Atambua Barat Umanen 1 5,26 11 57,89 6 31,58 1 5,26 19 7 36,84
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 11 34,38 10 31,25 6 18,75 5 15,63 32 11 34,38
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0,00 3 6,67 21 46,67 21 46,67 45 42 93,33
12 Silawan 0 0,00 0 0,00 3 42,86 4 57,14 7 7 100,00
13 Raihat Haekesak 9 27,27 6 18,18 12 36,36 6 18,18 33 18 54,55
14 Lasiolat Aululik 0 0,00 9 42,86 12 57,14 0 0,00 21 12 57,14
15 Lamaknen Weluli 18 54,55 6 18,18 5 15,15 4 12,12 33 9 27,27
16 Dilumil 0 0,00 0 0,00 8 72,73 3 27,27 11 11 100,00
17 Lamaknen Selatan Nualain 3 10,00 9 30,00 10 33,33 8 26,67 30 18 60,00
JUMLAH (KAB/KOTA) 83 19,81 105 25,06 157 37,47 74 17,66 419 231 55,13

RASIO POSYANDU PER 100 BALITA 2

Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab. Belu


TABEL 70

JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KECAMATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA/ UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)


KELURAHAN POSKESDES POLINDES POSBINDU
1 2 3 4 5 6 7
1 Raimanuk Webora 4 3 1 -
2 Rafae 5 2 2 -
3 Tasifeto Barat Halilulik 7 1 5 7
4 Kakuluk Mesak Atapupu 4 2 2 4
5 Haliwen 5 1 4 1
6 Ainiba 1 - 0 1
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4 3 2 -
8 Kota Atambua Kota 3 - 0 -
9 Atambua Barat Umanen 4 - 3 2
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 5 1 4 1
11 Tasifeto Timur Wedomu 8 4 6 1
12 Silawan 1 - 0 2
13 Raihat Haekesak 6 2 2 1
14 Lasiolat Aululik 7 5 2 -
15 Lamaknen Weluli 6 4 2 2
16 Dilumil 3 1 1 -
17 Lamaknen Selatan Nualain 8 4 5 -
JUMLAH (KAB/KOTA) 81 33 41 22

Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab. Belu


TABEL 71

JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

DESA/KELURAHAN SIAGA
JUMLAH DESA/
NO KECAMATAN PUSKESMAS
KELURAHAN PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Raimanuk Webora 4 1 2 1 - 4 100,00
2 Rafae 5 - 3 1 - 4 80,00
3 Tasifeto Barat Halilulik 7 4 2 1 - 7 100,00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 4 - 2 2 - 4 100,00
5 Haliwen 5 - 4 1 - 5 100,00
6 Ainiba 1 - 1 - - 1 100,00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4 - 1 - - 1 25,00
8 Kota Atambua Kota 3 - 1 - - 1 33,33
9 Atambua Barat Umanen 4 - 1 - - 1 25,00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 5 1 2 1 - 4 80,00
11 Tasifeto Timur Wedomu 8 - 6 1 1 8 100,00
12 Silawan 1 - - 1 - 1 100,00
13 Raihat Haekesak 6 1 3 1 1 6 100,00
14 Lasiolat Aululik 7 - 3 2 - 5 71,43
15 Lamaknen Weluli 6 4 - 1 1 6 100,00
16 Dilumil 3 - 1 - 1 2 66,67
17 Lamaknen Selatan Nualain 8 4 1 - - 5 62,50
JUMLAH (KAB/KOTA) 81 15 33 13 4 65 80,25

Sumber : Bidang Promosi dan Penyehatan Lingkungan Dinkes Kab. Belu


TABEL 72

JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

a DOKTER
DR SPESIALIS DOKTER UMUM TOTAL DOKTER GIGI TOTAL
NO UNIT KERJA GIGI SPESIALIS
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Puskesmas Webora - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2 Puskesmas Rafae - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
3 Puskesmas Halilulik - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
4 Puskesmas Atapupu - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
5 Puskesmas Ainiba - - - - - - - - - - - - - - - - - -
6 Puskesmas Haliwen - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
7 Puskesmas Laktutus - - - - - - - - - - - - - - - - - -
8 Puskesmas Kota - - - 1 1 2 1 1 2 - 1 1 - - - - 1 1
9 Puskesmas Umanen - - - - 2 2 - 2 2 - - - - - - - - -
10 Puskesmas Atambua Selatan - - - - - - - - - - - - - - - - -
11 Puskesmas Wedomu - - - 1 1 2 1 1 2 1 - 1 - - - 1 - 1
12 Puskesmas Silawan - - - 1 - 1 1 - 1 - 1 1 - - - - 1 1
13 Puskesmas Haekesak - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
14 Puskesmas Aululik - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
15 Puskesmas Weluli - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
16 Puskesmas Dilumil - - - - - - - - - - - - - - - - - -
17 Puskesmas Nualain - - - - - - - - - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - 7 7 14 7 7 14 1 2 3 - - - 1 2 3
1 RSUD Atambua 4 4 8 8 10 18 12 14 26 - 2 2 - - - - 2 2
2 RSKM Halilulik 2 1 3 2 - 2 4 1 5 - - - - -
3 RS Sito Husada - 3 1 4 3 1 4 - - - - -
4 RS TNI - 2 2 - 2 2 - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 6 5 11 13 13 26 19 18 37 - 2 2 - - - - 2 2
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - - - - - - - - -

JUMLAH (KAB/KOTA) 6 5 11 20 20 40 26 25 51 1 4 5 - - - 1 4 5

RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 5,38 19,556 24,934 2,44 0 2,44

Sumber: Subag. Umum dan Kepegawaian Dinkes Belu


a
Keterangan : termasuk S3
TABEL 73

JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

PERAWATa PERAWAT GIGI


NO UNIT KERJA BIDAN
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Puskesmas Webora 7 6 7 13 - - -
2 Puskesmas Rafae 5 7 6 13 - - -
3 Puskesmas Halilulik 11 4 15 19 - 1 1
4 Puskesmas Atapupu 8 4 3 7 - 1 1
5 Puskesmas Ainiba 4 3 3 6 - - -
6 Puskesmas Haliwen 15 2 19 21 - 1 1
7 Puskesmas Laktutus 4 8 5 13 - - -
8 Puskesmas Kota 13 4 13 17 - 1 1
9 Puskesmas Umanen 11 3 14 17 - 1 1
10 Puskesmas Atambua Selatan 14 5 9 14 - 1 1
11 Puskesmas Wedomu 11 6 9 15 - - -
12 Puskesmas Silawan 4 3 9 12 - 1 1
13 Puskesmas Haekesak 8 5 10 15 - - -
14 Puskesmas Aululik 7 6 6 12 - 1 1
15 Puskesmas Weluli 10 7 6 13 1 - 1
16 Puskesmas Dilumil 5 2 6 8 - 1 1
17 Puskesmas Nualain 9 6 4 10 - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 146 81 144 225 1 9 10
1 RSUD Atambua 46 27 120 147 1 3 4
2 RSKM Halilulik 10 10 17 27 - 3 3
3 RS Sito Husada 9 6 19 25 - - 0
4 RS TNI 2 9 7 16 - 1 1
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 67 52 163 215 1 7 8
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 213 133 307 440 2 16 18

RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 104,14 215,12 8,80

Sumber: Subag. Umum dan Kepegawaian Dinkes Belu


Keterangan : a termasuk perawat anastesi dan perawat spesialis
TABEL 74

JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

TENAGA KEFARMASIAN

NO UNIT KERJA TENAGA TEKNIS KEFARMASIANa APOTEKER TOTAL

L P L+P L P L+P L P L+P


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Webora - 1 1 - - - - 1 1
2 Puskesmas Rafae - - - - - - - - -
3 Puskesmas Halilulik - 1 1 - - - - 1 1
4 Puskesmas Atapupu - 1 1 - - - - 1 1
5 Puskesmas Ainiba 1 - 1 - - - 1 - 1
6 Puskesmas Haliwen - 3 3 - - - - 3 3
7 Puskesmas Laktutus 2 - 2 - - - 2 - 2
8 Puskesmas Kota - 4 4 - 1 1 - 5 5
9 Puskesmas Umanen 1 3 4 - 1 1 1 4 5
10 Puskesmas Atambua Selatan - 1 1 - - - - 1 1
11 Puskesmas Wedomu - 1 1 - - - - 1 1
12 Puskesmas Silawan - 1 1 - 1 1 - 2 2
13 Puskesmas Haekesak 1 1 2 - - - 1 1 2
14 Puskesmas Aululik - - - - - - - - -
15 Puskesmas Weluli - 1 1 - - - - 1 1
16 Puskesmas Dilumil - 1 1 - - - - 1 1
17 Puskesmas Nualain - 1 1 - - - - 1 1
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 5 20 25 - 3 3 5 23 28
1 RSUD Atambua - 6 6 - 6 6 - 12 12
2 RSKM Halilulik - 4 4 - 3 3 - 7 7
3 RS Sito Husada - 2 2 - 1 1 - 3 3
4 RS TNI 1 - 1 - - - 1 - 1
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 1 12 13 - 10 10 1 22 23
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - -

JUMLAH (KAB/KOTA) 6 32 38 - 13 13 6 45 51

RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 18,58 6,36 24,93

Sumber: Subag. Umum dan Kepegawaian Dinkes Belu


a
Keterangan : termasuk analis farmasi, asisten apoteker, sarjana farmasi
TABEL 75

JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

a
KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN LINGKUNGANb
NO UNIT KERJA
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Puskesmas Webora - 1 1 2 1 3
2 Puskesmas Rafae - 1 1 - 2 2
3 Puskesmas Halilulik - 1 1 1 1 2
4 Puskesmas Atapupu - - - - 1 1
5 Puskesmas Ainiba - - - - 1 1
6 Puskesmas Haliwen - 2 2 1 2 3
7 Puskesmas Laktutus 1 - 1 - 1 1
8 Puskesmas Kota - 1 1 1 2 3
9 Puskesmas Umanen - 1 1 - 1 1
10 Puskesmas Atambua Selatan - 1 1 2 - 2
11 Puskesmas Wedomu - 2 2 - 2 2
12 Puskesmas Silawan 1 - 1 2 - 2
13 Puskesmas Haekesak - 1 1 1 1 2
14 Puskesmas Aululik - 1 1 - - -
15 Puskesmas Weluli 1 - 1 - 3 3
16 Puskesmas Dilumil 1 - 1 - - -
17 Puskesmas Nualain 1 1 2 1 1 2
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 5 13 18 11 19 30
1 RSUD Atambua 1 2 3 1 2 3
2 RSKM Halilulik 2 3 5 1 - 1
3 RS Sito Husada - - - - - -
4 RS TNI - - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 3 5 8 2 2 4
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - -

JUMLAH (KAB/KOTA) 8 18 26 13 21 34

RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 12,7 16,6

Sumber: Subag. Umum dan Kepegawaian Dinkes Belu


Keterangan :
a
termasuk tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga biostatistik dan kependudukan,
tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, epidemiolog kesehatan
b
termasuk tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan
TABEL 76

JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

NUTRISIONIS DIETISIEN TOTAL


NO UNIT KERJA
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Webora 2 - 2 - - - 2 - 2
2 Puskesmas Rafae - 1 1 - - - - 1 1
3 Puskesmas Halilulik 2 - 2 - - - 2 - 2
4 Puskesmas Atapupu 1 1 2 - - - 1 1 2
5 Puskesmas Ainiba - - - - - - - - -
6 Puskesmas Haliwen - 4 4 - - - - 4 4
7 Puskesmas Laktutus 1 1 2 - - - 1 1 2
8 Puskesmas Kota - 2 2 - - - - 2 2
9 Puskesmas Umanen - 2 2 - - - - 2 2
10 Puskesmas Atambua Selatan - 1 1 - - - - 1 1
11 Puskesmas Wedomu 1 2 3 - - - 1 2 3
12 Puskesmas Silawan 1 1 2 - - - 1 1 2
13 Puskesmas Haekesak 1 1 2 - - - 1 1 2
14 Puskesmas Aululik - 1 1 - - - - 1 1
15 Puskesmas Weluli 1 1 2 - - - 1 1 2
16 Puskesmas Dilumil 1 - 1 - - - 1 - 1
17 Puskesmas Nualain 1 1 2 - - - 1 1 2
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 12 19 31 - - - 12 19 31
1 RSUD Atambua - 3 3 - - - - 3 3
2 RSKM Halilulik 1 6 7 - - - 1 6 7
3 RS Sito Husada - - - - - - - - -
4 RS TNI - 1 1 - - - - 1 1
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 1 10 11 - - - 1 10 11
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 13 29 42 - - - 13 29 42

RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 20,53

Sumber: Subag. Umum dan Kepegawaian Dinkes Belu


TABEL 77

JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

TENAGA KETERAPIAN FISIK


TOTAL
NO UNIT KERJA FISIOTERAPIS OKUPASI TERAPIS TERAPIS WICARA AKUPUNKTUR
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Puskesmas Webora - - - - - - - - - - - - - - -
2 Puskesmas Rafae - - - - - - - - - - - - - - -
3 Puskesmas Halilulik - - - - - - - - - - - - - - -
4 Puskesmas Atapupu - - - - - - - - - - - - - - -
5 Puskesmas Ainiba - - - - - - - - - - - - - - -
6 Puskesmas Haliwen - 1 1 - - - - - - - - - - 1 1
7 Puskesmas Laktutus - - - - - - - - - - - - - - -
8 Puskesmas Kota - - - - - - - - - - - - - - -
9 Puskesmas Umanen - - - - - - - - - - - - - - -
10 Puskesmas Atambua Selatan - - - - - - - - - - - - - - -
11 Puskesmas Wedomu - - - - - - - - - - - - - - -
12 Puskesmas Silawan - - - - - - - - - - - - - - -
13 Puskesmas Haekesak - - - - - - - - - - - - - - -
14 Puskesmas Aululik - - - - - - - - - - - - - - -
15 Puskesmas Weluli - - - - - - - - - - - - - - -
16 Puskesmas Dilumil - - - - - - - - - - - - - - -
17 Puskesmas Nualain - - - - - - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - 1 1 - - - - - - - - - - 1 1
1 RSUD Atambua 2 2 4 - - - - - - - - - 2 2 4
2 RSKM Halilulik 1 1 2 - - - - - - - - - 1 1 2
3 RS Sito Husada - - - - - - - - - - - - - - -
4 RS TNI - - - - - - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 3 3 6 - - - - - - - - - 3 3 6
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 3 4 7 - - - - - - - - - 3 4 7

RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 3,42

Sumber: Subag. Umum dan Kepegawaian Dinkes Belu


TABEL 78

JUMLAH TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

TENAGA KETEKNISIAN MEDIS

NO UNIT KERJA REKAM MEDIS DAN TEKNISI TRANSFUSI TEKNISI


RADIOGRAFER RADIOTERAPIS TEKNISI ELEKTROMEDIS TEKNISI GIGI ANALISIS KESEHATAN REFRAKSIONIS OPTISIEN ORTETIK PROSTETIK JUMLAH
INFORMASI KESEHATAN DARAH KARDIOVASKULER

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 Puskesmas Webora - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
2 Puskesmas Rafae - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
3 Puskesmas Halilulik - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
4 Puskesmas Atapupu - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
5 Puskesmas Ainiba - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
6 Puskesmas Haliwen - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
7 Puskesmas Laktutus - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
8 Puskesmas Kota - - - - - - - - - - - - 1 2 3 - - - - - - - 2 2 - - - - - - 1 4 5
9 Puskesmas Umanen - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
10 Puskesmas Atambua Selatan - - - - - - - - - - - - - 3 3 - - - - - - - - - - - - - - - - 3 3
11 Puskesmas Wedomu - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
12 Puskesmas Silawan - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
13 Puskesmas Haekesak - - - - - - - - - - - - 1 1 2 - - - - - - - - - - - - - - - 1 1 2
14 Puskesmas Aululik - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
15 Puskesmas Weluli - - - - - - - - - - - - 1 1 2 - - - - - - - - - - - - - - - 1 1 2
16 Puskesmas Dilumil - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
17 Puskesmas Nualain - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - - - - - - - - - - 3 29 32 - - - - - - - 2 2 - - - - - - 3 31 34
1 RSUD Atambua 2 2 4 - - - 1 2 3 - 1 1 2 7 9 - 1 1 - - - 2 1 3 2 5 7 - - - 9 19 28
2 RSKM Halilulik 1 - 1 - - - - - - - - - - 6 6 - - - - - - - 1 1 - - 1 7 8
3 RS Sito Husada - - - - - - - - - - - - 1 5 6 - - - - - - 1 2 3 - - 2 7 9
4 RS TNI - - - - - - - - - - - - 2 1 3 - - - - - - - - - - - 2 1 3
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 3 2 5 - - - 1 2 3 - 1 1 5 19 24 - 1 1 - - - 3 4 7 2 5 7 - - - 14 34 48
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

JUMLAH (KAB/KOTA) 3 2 5 - - - 1 2 3 - 1 1 8 48 56 - 1 1 - - - 3 6 9 2 5 7 - - - 17 65 82

RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 40,09

Sumber: Subag. Umum dan Kepegawaian Dinkes Belu


TABEL 79

JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

TENAGA KESEHATAN LAIN


TOTAL
NO UNIT KERJA PENGELOLA PROGRAM KESEHATAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA

L P L+P L P L+P L P L+P


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Webora - - - - - - - - -
2 Puskesmas Rafae - - - - 1 1 - 1 1
3 Puskesmas Halilulik - - - - - - - - -
4 Puskesmas Atapupu - - - - 2 2 - 2 2
5 Puskesmas Ainiba - - - - - - - - -
6 Puskesmas Haliwen - - - - - - - - -
7 Puskesmas Laktutus - - - - - - - - -
8 Puskesmas Kota - - - - - - - - -
9 Puskesmas Umanen - - - - - - - - -
10 Puskesmas Atambua Selatan - - - - - - - - -
11 Puskesmas Wedomu - - - - 1 1 - 1 1
12 Puskesmas Silawan - - - - - - - - -
13 Puskesmas Haekesak - - - - - - - - -
14 Puskesmas Aululik - - - - - - - - -
15 Puskesmas Weluli - - - - - - - - -
16 Puskesmas Dilumil - - - - - - - - -
17 Puskesmas Nualain - - - - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - - 4 4 - 4 4
1 RSUD Atambua - - - - - - - - -
2 RSKM Halilulik - - - - - - - - -
3 RS Sito Husada - - - - - - - - -
4 RS TNI - - - - - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) - - - - - - - - -
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - -
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - -
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) - - - - 4 4 - 4 4

Sumber: Subag. Umum dan Kepegawaian Dinkes Belu


TABEL 80

JUMLAH TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN

STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG TENAGA TENAGA PENUNJANG TOTAL
NO UNIT KERJA PEJABAT STRUKTURAL TENAGA PENDIDIK JURU
ADMINISTRASI TEKNOLOGI PERENCANAAN KEPENDIDIKAN KESEHATAN LAINNYA

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1 Puskesmas Webora 1 - 1 1 1 2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2 1 3
2 Puskesmas Rafae - - - 1 1 2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1 2
3 Puskesmas Halilulik - 1 1 3 3 6 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 3 4 7
4 Puskesmas Atapupu 1 - 1 2 2 4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 3 2 5
5 Puskesmas Ainiba - - - 2 1 3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2 1 3
6 Puskesmas Haliwen - 1 1 3 3 6 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1 3 5 8
7 Puskesmas Laktutus 1 - 1 2 1 3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 3 1 4
8 Puskesmas Kota - 1 1 2 4 6 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2 5 7
9 Puskesmas Umanen - 1 1 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1 2
10 Puskesmas Atambua Selatan - - - 1 1 2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1 2
11 Puskesmas Wedomu 1 - 1 3 1 4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 4 1 5
12 Puskesmas Silawan 1 - 1 2 2 4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 3 2 5
13 Puskesmas Haekesak 1 - 1 3 - 3 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1 4 1 5
14 Puskesmas Aululik 1 - 1 1 1 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1 2 2 4
15 Puskesmas Weluli 1 - 1 2 3 5 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 3 3 6
16 Puskesmas Dilumil - - - 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 - 1
17 Puskesmas Nualain 1 - 1 1 1 2 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2 1 3
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 9 4 13 31 25 56 - - - - - - - - - - - - - - - - 3 3 40 32 72
1 RSUD Atambua - - - 38 50 88 - - - - - - - - - - - - - - - 4 5 9 42 55 97
2 RSKM Halilulik - - - 9 7 16 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - 10 7 17
3 RS Sito Husada - - - 1 6 7 - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 6 7
4 RS TNI - - - 5 3 8 - - - - - - - - - - - - - - - 1 1 2 6 4 10
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) - - - 53 66 119 1 - 1 - - - - - - - - - - - - 5 6 11 59 72 131
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT 4 - 4 2 9 11 - - - - - - 4 20 24 - - - 2 - 2 7 - 7 19 29 48
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 12 8 20 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 12 8 20
JUMLAH (KAB/KOTA) 25 12 37 86 100 186 1 - 1 - - - 4 20 24 - - - 2 - 2 12 9 21 130 141 271

Sumber: Subag. Umum dan Kepegawaian Dinkes Belu


TABEL 81

ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2016

ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN


NO SUMBER BIAYA
Rupiah %
1 2 3 4

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:

1 APBD KAB/KOTA 133.403.833.422 96,18


a. Belanja Langsung 95.513.257.782
- Dinas Kesehatan 49.507.912.782
- RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD 46.005.345.000
- Akper -
b. Belanja Tidak Langsung 37.890.575.640
- Dinas Kesehatan 22.797.874.226
- RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD 15.092.701.414

2 APBD PROVINSI 59.450.000 0,04


- Bidang Yankes 59.450.000

3 APBN : 5.141.444.550 3,71


- Bidang Promkes (MCAI) 661.740.000 0,48
- Bidang Kesga (MCAI) 353.850.000 0,26
- Lain-lain : 4.125.854.550 2,97
- Gaji PTT 4.125.854.550

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) : 91.545.000 0,07


GLOBAL FUND - WHO 91.545.000
- Bidang P3 (Program TB Paru) 6.600.000
- Bidang P3 (Program HIV) 84.945.000

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN - 0,00

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN 138.696.272.972


TOTAL APBD KAB/KOTA 977.978.805.845
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA 13,64
ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA 678.085,44

Sumber : Subag. Keu Dinkes Belu dan RS.

Anda mungkin juga menyukai