TAHUN 2015
PROFIL
KESEHATAN
KABUPATEN BELU
20
14
Jln. Eltari No.9 Atambua, NTT 85711 Indonesia
(0389) 21524, Fax. (0389) 22763
Email : dinkesbelu@gmail.com
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
maka buku Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2014 dapat diselesaikan dengan baik. Profil Kesehatan
Kabupaten Belu ini merupakan salah satu media publikasi data dan informasi yang terkait dengan situasi
dan kondisi kesehatan yang relatif komprehensif. Sumber data Profil Kesehatan Kabupaten Belu berasal dari
unit teknis di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Belu serta institusi lain yang memiliki data terkait
bidang kesehatan seperti Badan Pusat Statistik (BPS).
Buku ini merupakan salah satu produk dari sistem informasi kesehatan kabupaten Belu yang
dapat dipergunakan untuk memantau dan mengevaluasi indikator kesehatan yang merupakan modal bagi
tercapainya Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Belu. Buku Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun
2014 ini merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Belu dan
jejaringannya yang merupakan lanjutan tahun sebelumnya yang memuat berbagai macam data dan
informasi tentang kesehatan di kabupaten Belu. Diharapkan berbagai data dan informasi yang tersedia di
dalam buku ini nantinya dapat menjadi acuan bagi penyusun rencana kegiatan program baik berupa
program lanjutan, maupun program baru, Menuju Masyarakat Belu Sehat – Merata – Berdaya.
Buku Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2014 ini disajikan dalam bentuk cetakan.
Semoga publikasi ini dapat berguna bagi semua pihak, baik pemerintah, organisasi profesi, akademisi,
sektor swasta dan masyarakat serta berkontribusi secara positif bagi pembangunan kesehatan di Indonesia.
Kritik dan saran kami harapkan sebagai penyempurnaan profil yang akan datang.
Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten
Belu tahun 2014 ini, kami mengucapkan terima kasih.
BAB I Pendahuluan 1
I.1 Pendahuluan 1
Profil Kesehatan Kabupaten Belu merupakan gambaran situasi kesehatan di Kabupaten Belu
dan diterbitkan setiap tahun. Dalam setiap terbitan profil kesehatan memuat berbagai data tentang
kesehatan dan data pendukung lainnya yang berhubungan dengan kesehatan, selanjutnya data
dianalisis secara sederhana dan di tampilkan dalam bentuk tabel, peta dan grafik.
Dalam setiap terbitan, selalu di upayakan adanya perbaikan baik dari segi materi maupun
tampilannya. Dari segi materi, maka terlihat sejak tahun 2010, isi profil kesehatan disesuaikan dengan
Format Indikator Kesehatan dan Indikator Standart Pelayanan Minimal bidang kesehatan yang
mengalami perubahan 81 Tabel sampai dengan Tahun 2014. Perubahan-perubahan Juknis Profil
Kesehatan dapat akan dijabarkan dibawah ini. Pada tahun 2013 Kemenkes RI melalui Pusdatin
mengeluarkan Juknis Profil Kesehatan terbaru dengan jumlah 82 tabel untuk disosialisasikan di
seluruh Indonesia. Setelah disosialisasikan juknis terbaru ini dengan 82 tabel, pada awal Tahun 2015
sesuai surat Kepala Dinas Kesehatan Propinsi NTT dikeluarkan peribahan Juknis revisi Tahun 2014
dengan jumlah 81 Tabel. Sehingga Profil Kesehatan Tahun 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten Belu
menggunakan 81 tabel hasil revisi juknis Profil Kesehatan Tahun 2014.
Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan di Kabupaten Belu, antara lain ditujukan
untuk pemerataan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan pelayanan yang berkualitas kepada
masyarakat di pedesaan.
Untuk percepatan Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Belu, maka kegiatan tahun 2012
yang dibuat berdasarkan analisis masalah dan penyebab dengan pertimbangan kekuatan dan
kelemahan yang ada serta peluang yang tersedia dan ancaman yang mungkin terjadi, maka telah
disusun suatu Rencana Strategi Pembangunan Kesehatan tahun 2009 – 2013, dengan Program
Indikatif meliputi :
BAB V : SUMBER DAYA KESEHATAN. Bab ini mencakup Sarana Kesehatan, Tenaga
Kesehatan, Pembiayaan kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan lainnya.
BAB VI : KESIMPULAN. Bab ini menyajikan hal – hal penting yang perlu disimak
dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Belu, selain
keberhasilan, bab ini juga mengemukakan hal – hal yang dianggap masih
kurang dalam rangka upaya mencapai Masyarakat Belu Sehat – Merata -
Berdaya.
LAMPIRAN :
Kabupaten Belu terletak di sebelah Timur wilayah Nusa Tenggara Timur, mempunyai luas
wilayah 1.248,94 Km2 dengan keadaan morfologi sebagian besar wilayahnya berbukit-bukit dan
bergunung-gunungdengan derajat kemiringan (>50%). Secara astronomis Kabupaten Belu terletak
pada koordinat 1240–1260 Bujur Timur dan 90 – 100 Lintang Selatan, berada pada persimpangan
Negara Timor Leste serta pada titik silang antara Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten TTU, dengan
batas wilayah :
Sebelah Utara : Selat Ombai
Sebelah Selatan : Laut Timor dan Kabupaten Malaka
Sebelah Timur : Negara Timor Leste
Sebelah Barat : Kabupaten TTU dan TTS.
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Belu Tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Belu
sebanyak : 197.002 jiwa terdiri dari laki-laki = 97.221 jiwa dan Perempuan = 99.781 jiwa. Jumlah
Rumah tangga 37.575 KK dengan rata-rata 5 jiwa per rumah tangga dan kepadatan penduduk 153
orang per Km2. Rincian jumlah penduduk
Grafik 2.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Belu Menurut Kecamatan Tahun 2013
Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar kabupaten Belu pada
Tahun 2013 adalah Kecamatan Kota Atambua dengan jumlah 28.857 jiwa. Sedangkan jumlah
penduduk terkecil Kabupaten Belu pada Tahun 2013 adalah Kecamatan Nanaet Dubesi dengan jumlah
penduduk 4.292 jiwa.
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida
penduduk. Berdasarkan jumlah penduduk pada tahun 2013 dapat disusun sebuah piramida penduduk
Tahun 2013. Dasar piramida menunjukkan jumlah penduduk, badan piramida bagian kiri
menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan badan piramida bagian kanan menunjukkan jumlah
penduduk perempuan. Piramida tersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari
struktur penduduk muda, dewasa dan tua. Struktur penduduk ini menjadi dasar bagi kebijakan
kependudukan, sosial, budaya dan ekonomi.
Grafik 2.2
Piramida Penduduk Kabupaten Belu Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2013
75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
(20.000) (15.000) (10.000) (5.000) 0 5.000 10.000 15.000 20.000
JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI JUMLAH PENDUDUK PEREMPUAN
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014
Dari grafik di atas diketahui bahwa struktur penduduk Kabupaten Belu termasuk struktur
penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda yang masih
tinggi. Badan piramida besar, ini menunjukkan banyaknya penduduk pada usia 5-9 tahun dan 10-14
tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Berikut ini adalah grafik penduduk Kabupaten Belu menurut
usia produktif Tahun 2013.
Grafik 2.3
Penduduk Kabupaten Belu Menurut Usia Produktif Tahun 2013
58,13
38,20
3,66
Dilihat dari komposisi umur, menunjukan bahwa 38,20% penduduk Kabupaten Belu
berusia muda (0 – 14 tahun), 58,13% usia produktif (umur 15 – 64 tahun) dan 3,66%
berusia diatas 65 tahun. Angka Sex Ratio penduduk Belu adalah 97,43 menunjukkan
bahwa jumlah penduduk laki – laki sedikit lebih rendah dari penduduk perempuan yakni
setiap 97 penduduk laki-laki terdapat 100 orang penduduk perempuan.
Dilihat dari struktur umur penduduk memperlihatkan bahwa sebagian besar penduduk
Belu berada pada usia muda, dari jumlah 197.002 penduduk pada tahun 2013 sekitar
38,20% merupakan penduduk usia muda yang berumur 0-14 tahun.
Angka ketergantungan (Deppendency Ratio) penduduk yang di dihitung dari jumlah
penduduk usia tidak produktif (0–14 th + >65 th) berbanding usia produktif (15–64 th)
= 41,86%. Artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar
41 sampai dengan 42 orang yang belum atau tidak produktif.
Gambar 2.1
Gambar Persebaran Kepadatan Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2013
Kepadatan penduduk di Kabupaten Belu pada tahun 2013 belum merata. Kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di kecamatan Atambua Selatan 1.475 penduduk per Km2, Kepadatan penduduk
terendah terdapat di kecamatan Nanaet Dubesi 71 penduduk per Km2.
Penduduk usia kerja didefenisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun keatas. Angkatan
Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun lebih) yang bekerja/punya pekerjaan namun sementara
tidak bekerja dan pengangguran. Angka kesempatan kerja merupakan perbandingan antara penduduk
yang bekerja dengan angkatan kerja. Pada tahun 2013 presentasi pencari kerja mencapai 95,94%
(keadaan kabupaten Belu dan Malaka) sedangkan presentase permintaan kerja hanya mencapai 3,06%
sedangkan penempatan kerja juga mencapai 0,99% yang artinya bahwa angka pengangguran
Kabupaten Belu dan Malaka pada tahun 2013 masih cukup tinggi. Kendatipun angka pengangguran
cukup tinggi, namun bila dibandingkan dengan tingkat pendapatan perkapita penduduk yang masih
rendah menunjukkan bahwa sebenarnya angka setengah pengangguran dan penggangguran
terselubung di Kabupaten Belu dan Malaka terutama pada sektor pertanian di pedesaan masih cukup
tinggi.
Tabel 2.1
Tingkat Pendidikan Pencari kerja Tahun 2013 Kabupaten Belu dan Malaka
No TK.Pendidikan Laki-laki % Perempuan % Jumlah %
1 SD/Sederajat 190 79,50 49 20,50 239 4,98
2 SMP 25 50,00 25 50,00 50 1,04
3 SMA 752 36,83 1290 63,17 2042 42,52
4 DI & DII 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0,00
5 DIII 172 22,72 585 77,28 757 15,76
6 Universitas 634 36,99 1080 63,01 1714 35,69
Kabupaten 1773 36,92 3029 63,08 4802 100
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014
Tingkat Pendidikan masyarakat pencari kerja Kabupaten Belu dan Malaka diperlihatkan pada
tabel 2.1, menggambarkan bahwa pencari kerja di Kabupaten Belu dan Malaka didominasi oleh
penduduk dengan tingkat pendidikan SMA : 42,52%, diikuti dengan pendidikan sarjana : 35,69%. Ini
bukan berarti bahwa penduduk dengan pendidikan SD dan SLTP tidak ada lagi sebagai pencari kerja,
tetapi mereka telah bekerja sebagai petani ataupun pekerjaan swasta lainnya.
Grafik 2.4
Jumlah Pencari Kerja dan Permintaan Tenaga Kerja
Yang terdapat di Kabupaten Belu dan Malaka Tahun 2008–2013
10000 14219
12533 13257
5000 781 1572
279
3481 4081 91 859
0 157
4918
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014
Dari gambaran grafik 2.4 terlihat bahwa penyerapan tenaga kerja tahun 2010 mencapai
1,96%, tahun 2011 mencapai 0,73%, tahun 2012 mencapai 6,48% sedangkan tahun 2013 mencapai
3,19%. Hal ini menggambarkan bahwa berdasarkan lowongan kerja yang tersedia masih lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah pencari kerja yang terdapat di kabupaten Belu dan Malaka pada Tahun
2013.
Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan
keberhasilan pembangunan suatu daerah. Berdasarkan data dari BPS, besaran pertumbuhan Produk
Domestik Bruto Kabupaten Belu pada Tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp.1.418.812,50
Juta Rupiah naik sebesar RP.155.984,68 Juta Rupiah dibandingkan tahun 2012. Atas dasar harga
konstan (tahun 2000) produk domestik bruto Kabupaten Belu pada Tahun 2013 mencapai
Rp.658.291,29 Juta rupiah, naik Rp.39.397,9 juta rupiah dibandingkan tahun 2012 (Rp.618.893,39).
Produk Domestik Bruto per kapita merupakan produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku
dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam kurun waktu 2011-2013, produk
domestik Bruto per kapita atas dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan,
Pada tahun 2011, secara agregat perekonomian Kabupaten Belu bertumbuh sebesar 2,8% lalu
meningkat menjadi 5,75% pada tahun 2012 dan meningkatkan pula kembali menjadi 6,37% pada
tahun 2013.
Grafik 2.5
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Belu Tahun 2011-2013
7
6
6,37
5 5,75
3
2,8
2
0
2011 2012 2013
Pertumbuhan Ekonomi
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014
Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2013 dicapai oleh sektor Jasa-jasa/service yaitu sebesar
7,85%. Angka pendapatan perkapita merupakan indikator yang sering digunakan untuk mengukur
tingkat kesejahteraan penduduk dalam suatu wilayah. Meningkatnya akumulasi nilai tambah aktivitas
berbagai sektor ekonomi di satu sisi, sementara di sisi lain bila terjadi penekanan laju pertumbuhan
penduduk maka akan mendorong lebih cepat perkembangan tingkat pendapatan perkapita.
Pendapatan perkapita adalah pendapatan neto atas dasar biaya faktor, dibagi dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun. Pada tahun 2013 rata-rata pendapatan perkapita penduduk Belu atas dasar harga
berlaku mencapai Rp.6.743.647 juta, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp.6.114.142
juta. Sekalipun angka pendapatan perkapita dijadikan sebagai indikator kesejahteraan namun belum
mutlak menggambarkan penyebaran pendapatan pada setiap strata masyarakat karena nilai
pendapatan perkapita yang ada merupakan hasil bagi antara akumulasi nilai tambah dari seluruh
strata ekonomi masyarakat (baik kaya maupun miskin) dengan total penduduknya, selain itu apabila
peningkatan nilai nominal pendapatan perkapita masyarakat ternyata lebih banyak dikontribusi oleh
meningkatnya harga balas jasa factor-faktor produksi maka dapat dikatakan bahwa peningkatan
pendapatan perkapita tersebut belum mendongkrak daya beli masyarakat secara rill.
SD; 26,68%
Dilihat dari gambar diatas memberikan informasi bahwa penduduk Kabupaten Belu umur 10
tahun keatas yang memiliki Ijazah paling tinggi adalah belum mempunyai ijazah dan tamat SD,
sedangkan sisanya tamat SLTP 11,81%, tamat SLTA Umum 11,43%, SMU Kejuruan 3,14%, DI DII
0,36% dan DIII 0,86% serta Universitas 2,81%.
Kemampuan membaca dan menulis merupakan ketrampilan dasar yang dibutuhkan oleh
penduduk untuk menuju kehidupan yang lebih sejahtera. Kemampuan membaca dan menulis
tercermin dari angka melek huruf dan angka buta huruf. Kemampuan baca tulis tercermin dari
penduduk 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latindan huruf lainnya. Angka
buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan, penduduk yang tidak dapat membaca secara tidak
langsung mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan
mereka pada kemiskinan.
Kabupaten Belu pada tahun 2013 presentase penduduk yang buta huruf sebesar 13,09% lebih
rendah jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 15,63%.
Keluarga miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan
dibawah Garis Kemiskinan (GK). Garis kemiskinan makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimal makanan yang disetarakan dengan 2 100 kkalori per kapita per hari. Garis kemiskinan non
makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan
dan kebutuhan dasar lainnya. Berdasarkan Data dan Informasi Kemiskinan BPS RI yang termuat dalam
Buku Kabupaten Belu Dalam Angka Tahun 2014, jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Belu dan
Malaka tahun 2012 sebanyak 53,5 (dalam ribuan) atau 14,54% dari jumlah seluruh Penduduk.
Gambaran jumlah penduduk miskin di Kabupaten Belu dan Malaka dapat dilihat dalam grafik berikut :
Penduduk Miskin
Sumber : Data dan Informasi Kemiskinan BPS RI
Grafik 2.8
Jumlah Rumah Tangga Sasaran PPLS Menurut Kecamatan Di Kabupaten Belu Tahun
2011
4000 3604
3500 3142
3002 2934
3000 2812
2523
2500
2011
2000 1761
1367
1500 1044
859
1000 587
500
0
Rumah Tangga Sasaran (RTS = Kategori sangat miskin, miskin, hampir miskin dan Rentan Miskin
Lainnya). Dari informasi ini diketahui bahwa besarnya Rumah Tangga Sasaran (RTS) berdasarkan
Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011, hampir merata pada tiap kecamatan baik
kabupaten Belu maupun kabupaten Malaka, dengan jumlah Kecamatan RTS terbanyak KabupatenBelu
adalah Kecamatan Tasifeto Timur 3.604 RTS. Dengan memperhatikan jumlah Keluarga Miskin, maka
akan terlihat pula bahwa kemampuan ekonomi keluarga rendah yang tentunya akan berdampak pada
tingkat kesehatan keluarga.
68,77
Sabu Raijua 57,74
62,29
Sumba Barat Daya 63,05
63,8
Sumba Barat 65,49
66,24
TTS 66,83
67,38
Manggarai Timur 67,62
67,7
Kupang 67,74
67,93
Ende 68,67
68,69
TTU 68,94
69,17
Sikka 69,18
69,67
Flores Timur 70,03
70,89
Kota Kupang 78,62
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014
Grafik di atas menunjukkan nilai IPM Propinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) Tahun
2013. Pembagian nilai IPM dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu nilai IPM tinggi, sedang dan
rendah. IPM tinggi mempunyai nilai ≥ 80, IPM sedang mempunyai nilai 50-79,9 dan IPM
rendah < 50. Berdasarkan pembagian tersebut, belum ada Kabupaten di Propinsi NTT yang
mempunyai nilai IPM tinggi. Semua Kabupaten di Propinsi NTT masuk dalam kategori IPM
sedang. Nilai IPM tertinggi terdapat di Kabupaten Kota Kupang sebesar 78,62 dan IPM
terrendah terdapat di Kabupaten Sabu Raijua sebesar 57,74.
Derajat kesehatan ditentukan oleh menurunnya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB), meningkatnya umur harapan hidup setelah lahir (UHH), menurunnya angka kesakitan
berbagai penyakit, meningkatnya status gizi masyarakat dan menurunnya angka fertilitas. Tim Pengkaji
AMP/RMP Tingkat Kabupaten Belu yang terdiri dari Tim manajemen, Tim Pengkaji Maternal dan Tim
Pengkaji Neonatal melakukan kajian terhadap informasi kematian, daftar kematian, rekam medic serta
hasil otopsi verbal yang dikirimkan puskesmas. Berdasarkan data kematian yang sudah diklasifikasi
dan diketahui sebab kematiannya ditetapkan rencana tindak lanjut (RTL) terhadap berbagai pihak
yaitu tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan, institusi penanggung jawab pelayanan, pemerintah dan
masyarakat. Selanjutnya RTL didesiminasikan kepada puskesmas sebagai komunitas pelayanan, dinas-
dinas terkait serta pimpinan wilayah.
UNICEF mengumumkan bahwa angka kematian anak dibawah lima tahun telah berkurang
lebih dari setengah dalam periode antara 1990 dan 2013. Menurut UNICEF penurunan angka
kematian terjadi dari 84 kematian per 1.000 kelahiran hidup menjadi 29 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per
1.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan salah satu indikator derajat kesehatan bangsa. Tingginya
angka Kematian Bayi ini dapat menjadi petunjuk kualitas pelayanan maternal dan neonatal, untuk itu
dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut.
75
99
60
54 82 82
60
28
Grafik 3.3
Kasus Kematian Balita Tahun 2011-2014
65
Gambar 3.3
Penyebaran Kasus Kematian Balita Menurut
Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2014
Berdasarkan gambar di atas dikatehui
bahwa kasus kematian neonatal, bayi dan balita
di kabupaten Belu pada tahun 2014 berdasarkan
wilayah kerja puskesmas, masih ada yang
berwarna merah yaitu dengan jumlah kematian
di atas 5 kasus. Selain itu juga menjadi perhatian
bahwa di seluruh wilayah kerja puskesmas
diketahui bahwa tidak terdapat wilayah
berwarna biru yang artinya wilayah kerja
puskesmas tersebut bebas dari kematian
neonatal, bayi maupun balita. Kasus kematian
neonatal pada tahun 2014 kabupaten Belu
terbanyak terjadi di wilayah kerja puskesmas
Halilulik dengan jumlah kasus 10 kasus
kematian. Dan jumlah kasus terkecil terletak di
wilayah kerja puskesmas Laktutus, Nualain,
Atapupu dan Puskesmas Ainiba.
Angka kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan
dalam tujuan pembangunan milenium yaitu tujuan ke-lima meningkatkan kesehatan ibu dimana target
yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Hasil
survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian
upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan milenium masih membutuhkan komitmen dan
usaha keras yang terus menerus.
Pencapaian penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih lambat, dan yang perlu
menjadi perhatian utama pemerintah ialah kesenjangan pencapaian masing-masing daerah.
Berdasarkan data SKDI tahun 2012 rasio kematian maternal di Indonesia sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Semakin tinggi AKI di Indonesia tersebut diperkirakan target MDGS tahun 2015 tidak
mudah tercapai, yaitu penurunan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Grafik 3.4 Dilihat dari grafik disamping diketahui
Kasus Kematian Ibu Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 bahwa kasus kematian ibu kabupaten
Belu empat tahun terakhir cenderung
menurun. Tahun 2011 kasus kematian
16 ibu mencapai 16 kasus, lalu turun
tahun 2012 menjadi 5 kasus, tahun
2013 menurun kembali menjadi 4
kasus. Namun pada tahun 2014 ini
5 4 5
kasus kematian ibu yang dilaporkan
kembali bertambah menjadi 5 kasus.
2011 2012 2013 2014 Pada tahun 2014 gambaran
penyebaran kasus kematian ibu dapat
Sumber : Bidang Kesga
dilihat pada gambar peta sebagai
berikut :
Gambar 3.4 Dari gambar disamping diketahui bahwa
Peta Penyebaran Kasus Kematian Ibu terdapat 5 wilayah kerja puskesmas di kabupaten Belu
Kabupaten Belu Tahun 2014 yang melaporkan kasus kematian ibu yaitu puskesmas
Haekesak, Wedomu, Halilulik, rafae dan Webora,
dengan masing-masing berjumlah 1 kasus kematian
ibu. Selain itu dari ke-lima puskesmas yang
melaporkan adanya kasus kematian ibu tahun 2014,
kabupaten Belu terdapat 7 puskesmas yang tidak
terjadi kasus kematian ibu tahun 2014. Terjadinya
kasus kematian ibu di kabupaten Belu, sudah
selayaknya menjadi perhatian pemerintah dan juga
semua pihak untuk berperan dalam upaya
menurunkan kejadian kasus kematian ibu. Kasus
kematian ibu berkaitan erat dengan layanan dan
fasilitas kesehatan di masyarakat dan juga
pengetahuan masyarakat sendiri tentang hal ini.
A. Penyakit Menular
1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil
tuberkulosis.Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan case notification
rate (CNR) dan prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu
tertentu) dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam
jangka waktu tertentu).
Pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus baru BTA Positif (BTA+) sebanyak 380 kasus,
menurun bila dibandingkan kasus baru BTA + yang ditemukan pada tahun 2013 yang sebesar 748
kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan di kabupaten Belu terdapat di wilayah kerja puskesmas
Kota dengan jumlah kasus 83 kasus. Berdasarkan jenis kelamin, kasus BTA + pada laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan yaitu 59% dan 100% jumlah kasus baru BTA +. Presentasi Kasus baru BTA+
paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi di wilayah kerja dua puskesmas yaitu Puskesmas
Wedomu dengan presentase 70% laki-laki dan 30% perempuan. Sedangkan Puskesmas Halilulik
memiliki presentase 72,22% laki-laki dan 27.78% perempuan. Gambaran kasus baru TB BTA Positif
tahun 2014 berdasarkan wilayah kerja puskesmas dapat dilihat di bawah ini :
Gambar 3.5
Penyebaran Kasus Baru BTA Positif Kabupaten Belu
Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas
Tahun 2014
Sumber : Bidang P3
Dari gambar di atas diketahui bahwa penyebaran kasus baru TB BTA Positif paling banyak
ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Kota dengan jumlah kasus yang dilaporkan berjumlah 83 kasus.
Berdasarkan peta di atas dengan wilayah kerja puskesmas yang berwarna merah yaitu puskesmas
haliwen, Umanen, Wedomu, Halilulik dan Kota berwarna merah dengan jumlah kasus lebih besar dari
30 kasus.
Proporsi pasien baru BTA+ diantara semua kasus TB menggambarkan prioritas penemuan
pasien TB yang menular diantara seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini diharapkan tidak
lebih rendah dari 65%. Apabila proporsi pasien baru BTA+ di bawah 65% maka hal itu menunjukkan
rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan dini.
Berdasarkan wilayah kerja puskesmas terdapat satu puskesmas yang dibawah target yaitu puskesmas
Kota dengan jumlah proporsi kasus baru BTA + adalah 34,02%.
Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang
ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila
dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di
wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan (trend) meningkat atau menurunnya
penemuan pasien pada wilayah tersebut. Angka Notifikasi Kasus Baru BTA+ pada tahun 2014
Kabupaten Belu adalah 196,4 per 100.000 penduduk. Berikut ini grafik angka notifikasi Kasus Baru
BTA+ dan Seluruh kasus TB BTA+ per 100.000 penduduk tiga tahun terakhir.
Grafik 3.7
Angka Notifikasi Kasus Baru BTA + dan Seluruh Kasus Per 100.000 Penduduk
Kabupaten Belu Tahun 2012-2014
300
278,58
250 239,9
206,83
200 237,9
206,3 196,4
150
Kasus Baru TB BTA +
100
per 100.000 penduduk
50
TB BTA + per 100.000
0 penduduk
2012 2013 2014
Sumber : Bidang P3
Puskesmas dengan Kasus Baru BTA+ per 100.000 penduduk terendah adalah puskesmas Nualain
dengan angka notifikasinya adalah 65,39 sedangkan puskesmas dengan kasus baru BTA+ per 100.000
penduduk tertinggi adalah puskesmas Kota dengan angka notifikasinya 794,69.
60,00 69,85
40,00
Angka Kesembuhan
20,00
Angka Keberhasilan
Sumber : Bidang P3
0,00 Pengobatan
2.012 2013 2014
Sumber : Bidang P3
Dari grafik diatas diketahui bahwa perkembangan angka keberhasilan pengobatan tahun 2012-2014.
Pada tahun 2014 angka keberhasilan pengobatan kabupaten Belu sebesar 93,79%. WHO menetapkan
standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Dengan demikian pada tahun 2014 Kabupaten
Belu telah mencapai standart tersebut.
Sumber : Bidang P3
Sepanjang dasawarsa terakhir di abad 20 ini jumlah kasus baru TB meningkat di seluruh
dunia dan 95% kasus terjadi di negara berkembang. Terdapat 9,2 kasus baru dan ±1,7 juta kematian
karena TB pada tahun 2006. India, Cina dan Indonesia memiliki kontribusi lebih dari 50% terhadap
seluruh kasus TB di dunia. Berikut ini adalah jumlah kematian kasus TB paru + di kabupaten Belu.
Grafik 3.10
Jumlah Kematian Kasus TB Paru Kabupaten Belu Tahun 2012-2014 Berdasarkan grafik
disamping diketahui bahwa
tiga tahun terakhir jumlah
17
kematian akibat TB Paru
12
cenderung menurun. Dan
11 kondisi terakhir tahun 2014
jumlah kasus kematian
akibat TB Paru berjumlah
11 kasus yang dilaporkan.
Berikut ini adalah penyebaran kasus kematian TB paru Kabupaten Belu tahun 2014 berdasarkan
wilayah kerja puskesmas.
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus kematian TB Paru di kabupaten belu
terjadi di dua wilayah kerja puskesmas, yaitu wilayah kerja puskesmas Halilulik dengan jumlah
kematian 1 kasus, dan wilayah kerja puskesmas Kota dengan jumlah kematian 10 kasus. Hal ini
mengakibatkan kabupaten Belu menjadi salah satu kabupaten yang berkontribusi kasus kematian TB
Paru di Propinsi NTT tahun 2014.
vi. Kegiatan Program TB Paru yang Dilaksanakan di Kabupaten Belu Tahun 2014
Kegiatan Program TB Paru pada tahun 2014 didanai dari APBD II, Biaya Operasional
Kesehatan (BOK)dan GF ATM komponen TB. Kegiatan – Kegiatan yang dilaksanakan:
Registrasi TB = Rp. 9.600.000,-
Monitoring dan Evaluasi TB = Rp. 16.440.000,-
Cost Holding TB Paru = Rp. 62.251.600,-
Cakupan Program TB Paru tahun 2014 pada Puskesmas Pelaksana DOTS di Kabupaten Belu dapat
dilihat pada tabel berikut :
Dari tabel diatas diketahui bahwa cakupan Program TB Paru tahun 2014 sebagai berikut :
a. Penemuan Penderita TB Paru yang tertinggi adalah Puskesmas Dilumil yakni : 125.8% diikuti
Puskesmas Aululik 107,6% dan Puskesmas Atapupu 104,5%, sedangkan cakupan terendah adalah
Puskesmas Atambua Salatan 41,8% Nualain 25%,Webora yaitu 41,6%. Secara Kabupaten angka
Penemuan Penderita TB Paru adalah : 93,2 % yang berarti sudah mencapai target nasional yaitu
79%, SPM 90%.
b. Angka konversi terendah adalah RSK Marianum 88,8%, RSUD 85,7%. Sedangkan puskesmas yang
lainnya sudah mencapai target nasional ( > 80%) . Secara Kabupaten angka Konversi adalah 95,5%.
c. Angka Kesembuhan yang belum mencapai target nasional yaitu Puskesmas Webora dan Dilumil
yaitu 0%. Sedangkan puskesmas yang lainnya diatas target nasional (94%). Angka kesembuhan
tingkat kabupaten adalah 88,66 %, Hal ini berarti melebihi target nasional yakni : > 85 %.
Angka Error Rate secara kabupaten (<5%%) bila dibandingkan dengan target nasional
(<5%), sedangkan cakupan puskesmas tertinggi tidak ada. Sedangkan puskesmas yang lainnya dengan
angka Error Rate di bawah target nasional.
Kabupaten Belu dengan kondisi penemuan kasus HIV positif empat tahun terakhir dari
tahun 2011-2014dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
73 86
68
75
69
49 60
40
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan gambar disamping diketahui bahwa jumlah kasus baru HIV positif maupun AIDS, yang
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Belu cenderung menurun. Dilihat dari jumlah kasus tahun
2011 HIV mencapai 73 kasus dan AIDS 86 kasus, tahun 2012 HIV 68 kasus dan AIDS 75 kasus, tahun
2013 HIV 49 kasus dan AIDS 69 kasus,kemudian menurun menjadi HIV 40 kasus dan AIDS 60 kasus
pada tahun 2014. Hal ini masih harus menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Belu
agar tetap meningkatkan penemuan kasus HIV dan AIDS ini sehingga dapat dikendalikan penularan
penyakit ini.
Berikut ini adalah peta penyebaran kasus HIV Positif di kabupaten Belu Tahun 2014
berdasarkan wilayah kerja puskesmas Kabupaten Belu.
Sumber : Bidang P3
Dari gambar 3.6 diatas diketahui bahwa ada 3 wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu yang
berwarna merah yang artinya jumlah kasus HIV positif lebih besar dari 5 kasus. Wilayah kerja
puskesmas tersebut antara lain : Puskesmas Umanen dengan jumlah kasus 7, puskesmas Kota dengan
jumlah kasus 6 dan puskesmas Atambua Selatan dengan jumlah kasus 11 kasus HIV positif. Selain itu
juga ada 7 puskesmas dari 17 puskesmas kabupaten Belu yang berdasarkan data yang dilaporkan tidak
terdapat kasus HIV positif, yaitu puskesmas Silawan, Aululik, Dilumil, Nualain, Laktutus, Webora dan
Rafae. Sedangkan dari gambar 3.7 diketahui bahwa terdapat 6 wilayah kerja puskesmas yang
berwarna merah, yang artinya Jumlah kasus AIDS lebih besar dari 5 kasus. Wilayah kerja puskesmas
tersebut antara lain : Puskesmas Atapupu dengan 6 kasus, Umanen dengan 6 kasus, Wedomu dengan 6
kasus, Atambua Selatan dengan 6 kasus, Halilulik dengan 7 kasus dan Kota dengan jumlah terbesar
yaitu 11 kasus AIDS.
Berikut ini adalah peta penyebaran kasus kematian akibat AIDS kabupaten Belu berdasarkan wilayah
kerja puskesmas tahun 2014.
Gambar 3.10
Jumlah Kasus Kematian Akibat AIDS Menurut Wilayah Kerja Berdasarkan gambar di
Puskesmas Kabupaten Belu samping diketahui bahwa
Tahun 2014 jumlah terbesar kasus
kematian terjadi di wilayah
kerja puskesmas Wedomu
dengan jumlah kasus
kematian akibat AIDS 3 kasus.
Sumber : Bidang P3
IMS adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan
yang sudah tertular, hubungan seks ini termasuk hubungan seks lewat liang senggama, lewat mulut
(oral) atau lewat dubur (anal). IMS juga disebut penyakit kelamin atau penyakit kotor, namun itu
hanya menunjuk pada penyakit yang ada di kelamin. Istilah infeksi menular seksual lebih luas
maknanya, karena menunjuk pada cara penularannya. Tanda-tandanya tidak selalu ada di alat
kelamin. Tanda-tandanya juga ada di alat penglihatan, mulut, saluran pencernaan, hati, otak dan
bagian tubuh lainnya.
1199
959
312
285
Berdasarkan grafik dan gambar di atas diketahui bahwa setiap tahunnya dari tahun 2011 kasus IMS
Kabupaten Belu cenderung menurun dari tahun 2011 dengan jumlah kasus 1.199 dan keadaan sampai
tahun 2014 menjadi 285 kasus. Berdasarkan peta penyebarann di kabupaten Belu terdapat lima
wilayah kerja puskesmas yang berwarna merah dengan jumlah ksus IMS diatas 15 kasus yaitu
puskesmas Ainiba dengan jumlah terbanyak kasus IMS 84 kasus, Atapupu dengan jumlah kasus 79,
Haliwen dengan jumlah kasus 28, Umanen dengan jumlah kasus 21 dan Kotsa dengan jumlah kasus
16.
Kegiataan Program IMS dan HIV/AIDS pada tahun 2014 bekerja sama dengan Komisi
Penanggulangan HIV / AIDS Kabupaten Belu yang di danai dari APBD II, dengan rincian kegiatan
sebagai berikut :
Tujuan Klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing)/ Konseling Dan Tes Sukarela adalah
untuk membantu masyarakat mengakses informasi, terapi, pemeriksaan dan dukungan psikososial
tentang HIV AIDS. Ketersediaan klinik VCT di Kabupaten Belu masih sangat terbatas sehingga belum
dapat menjangkau semua lapisan masyarakat. Disamping itu Stigma dan Diskriminasi tentang HIV
AIDS di masyarakat membuat masyarakat ada yang masih enggan untuk mengunjungi klinik VCT,
untuk mengatasi permasalahan ini maka pada tahun 2014 dilakukan kegiatan Mobile Klinik VCT bagi
masyarakat di 16 lokasi desa dikabupayen Belu, dengan tenaga pelaksana Dinas Kesehatan yang
bekerjasama dengan Puskesmas dan Pemerintah Desa. Adapun yang menjadi lokasi dan waktu serta
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam mobile VCT adalah sebagai berikut :
Grafik 3.15
Sumber : Bidang P3
3) Supervisi
Kunjungan supervisi ke mitra KPA Belu dilakukan oleh Sekretaris, Pengelola Program dan
Pengelola Monev. Supervisi biasa dilakukan di berbagai lokasi misalnya klinik VCT, Dinas
Kesehatan, Puskesmas, Outlet Kondom serta lokasi para WPS dan Waria.
Gambar 3.12
Supervisi ke Mitra KPA Belu ke Klinik VCT Kasih RSUD Gabriel Manek, SVD
Sumber : Bidang P3
Sumber : Bidang P3
Gambar 3.14
Peringatan Hari AIDS Sedunia di kabupaten Belu
Sumber : Bidang P3
Sumber : Bidang P3
3. Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan kuman pneumococcus, staphylococcus,
streptococcus dan virus. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk,
mengeluarkan dahak dan sesak napas. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak
usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan
(malnutrisi, gangguan imunologi).
Data lembar fakta Organisasi Kesehatan Dunia WHO tahun 2013 menunjukkan bahwa
Pneumonia atau infeksi saluran pernapasan akut yang mempengaruhi paru-paru dinyatakan menjadi
penyebab kematian sekitar 1,2 juta anak setiap tahun. Dapat dikatakan, setiap jam ada 230 anak di
dunia yang meninggal karena Pneumonia. Angka itu bahkan melebihi angka kematian yang
disebabkan oleh AIDS, Malaria dan Tuberkolosis. Berikut ini adalah gambaran keadaan kasus
Pneumonia di Kabupaten Belu.
Grafik 3.17 Gambar 3.16
Jumlah Kasus Pneumonia Kabupaten Belu Tahun Peta Penyebaran kasus Pneumonia Kabupaten
2011-2014 Belu Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas
Tahun 2014
328
348
100
59
4. Kusta
Penyakit kusta disebut juga sebagai penyakit lepra atau penyakit Hansen disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2-3
minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Masa inkubasi kuman
kusta ini 2-5 tahun bahkan dapat mencapai 5 tahun. Penatalaksanaan kusta yang buruk dapat
menyebabkan kusta menjadi progresif menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota
gerak dan mata. Berikut ini adalah gambaran penyakit kusta di kabupaten Belu.
Kementerian Kesehatan mencatat 16.856 kasus baru Kusta sepanjang tahun 2013 atau
sekitar 6,79 per 100.000 penduduk. Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat ketiga dunia
dengan kasus kusta terbanyak setelah India (134.752 kasus) dan Brasil (33.303 kasus). Berikut ini
adalah gambaran penyakit Kusta di kabupaten Belu.
12,97
5,03 5,01
1,1
Berdasarkan grafik 3.16 diatas diketahui bahwa pada tahun 2011 angka penemuan kasus
kusta cukup tinggi mencapai 12,97 per 100.000 penduduk, manurun sampai tahun 2013 mencapai
1,1 per 100.000 penduduk. Namun meningkat menjadi 5,01 per 100.000 penduduk pada tahun 2014.
Berdasarkan gambar peta penyebaran kasus kusta kabupaten Belu tahun 2014 diketahui bahwa
terdapat 10 wilayah kerja puskesmas yang tidak memiliki kasus baru Kusta tahun 2014, antara lain :
Silawan, Ainiba, Umanen, Haekesak, Aululik, Weluli, Nualain, Laktutus, Rafae dan Webora. Sedangkan
jumlah penemuan kasus baru Kusta terbanyak adalah wilayah kerja Puskesmas Atambua Selatan dan
Puskesmas Wedomu dengan jumlah kasus 2 kasus baru Kusta.
Berdasarkan bebannya, kusta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu beban kusta tinggi (high
burden) dan beban kusta rendah (low burden). Kabupaten atau puskesmas disebut high burden jika
anka penemuan kasus baru kusta ≥ 10 per 100.000 pendudukdan atau jumlah kasus baru lebih dari
1.000, sedangkan low burden jika angka penemuan kasus baru kusta < 10 per 100.000 penduduk dan
atau jumlah kasus baru kurang dari 1000 kasus. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa Kabupaten
Belu dengan angka penemuan kasus baru kusta 5.01 per 100.000 penduduk masih termasuk kelompok
low burden atau beban kusta rendah.
76,08
16,67
2,17 0 0
9539
5979
6141
2156
Sumber : Bidang P3
Gambaran cakupan imunisasi campak kabupaten Belu dapat dilihat pada grafik dan
gambar di bawah ini.
109,8
100,5
97,2
92,3
Dari gambar diatas diketahui bahwa cakupan imunisasi Campak kabupaten Belu empat tahun terakhir
dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 tidak stabil. Cakupan selalu berubah. Pada tahun 2011
mencapai 100,5%, tahun 2012 menurun menjadi 97,2%, tahun 2013 meningkat kembali menjadi
109,8% dan menurun kembali di tahun 2014 menjadi 92,3%. Namun jika dilihat cakupan empat
tahun terakhir ini selalu diatas 90% sesuai dengan target WHO. Berdasarkan pemetaan cakupan
imunisasi campak diketahui bahwa kabupaten Belu pada tahun 2014 terdapat empat wilayah kerja
puskesmas yang masih dibawah target WHO yaitu puskesmas Rafae 82,6%, puskesmas Weluli 73,3%,
puskesmas Atambua Selatan 67,3% dan yang terkecil adalah puskesmas Atapupu dengan cakupan
imunisasi campak 58,6%.
Program imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi mendapatkan kelima jenis
imunisasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan 5 jenis imunisasi dasar
tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Capaian indikator ini di Indonesia pada
tahun 2013 sebesar 90,00%. Gambaran kabupaten Belu dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 3.20 Dari gambar disamping
Pemetaan Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Kabupaten Belu diketahui bahwa masih
Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014 ada 3 wilayah kerja
puskesmas yang
mempunyai cakupan
imunisasi dasar lengkap
dibawah 70% yaitu
puskesmas Weluli
67,5%, puskesmas
Atambua Selatan 66,3%
dan terakhir dan
terkecil adalah
puskesmas Atapupu
dengan cakupan hanya
mencapai 58,6%.
Sumber : Bidang P3
76,4
76,5
71,6
Berdasarkan grafik 3.21 diatas diketahui bahwa pada tahun 2014 ini, cakupan desa UCI kabupaten
Belu menurun. Pada tahun 2013 cakupan desa UCI mencapai 78,85% namun turun menjadi 76,5% di
tahun 2014. Sedangkan berdasarkan pemetaan cakupan desa UCI pada tahun 2014 kabupaten Belu
menurut wilayah kerja puskesmas, masih terdapat 4 wilayah kerja puskesmas yang cakupannya
dibawah 70%. Wilayah kerja puskesmas-puskesmas tersebut antara lain : Rafae 60%, Atambua Selatan
20%, Weluli 16,7% dan Atapupu 0%.
Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai dengan umurnya. Pada
kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Namun demikian, pada
kondisi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Kelompok inilah
yang disebut dengan drop out (DO) imunisasi.
c. Difteri
Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman corynebacterium
diphtheriae yang sangat mudah menular dan berbahaya karena dapat menyebabkan kematian akibat
obstruksi larings atau miokarditis akibat aktivasi eksotosin. Pada kejadian luar biasa (KLB) , selain
difteri farings, tonsil dan larings, telah pula dilaporkan terjadinya difteri hidung dan difteri kulit.
Difteri sangat menular melalui droplet dan penularan dapat terjadi tidak hanya dari penderita saja,
namun juga dari karier (pembawa) baik anak maupun dewasa yang tampaksehat kepada orang-orang
disekitarnya.
Di Indonesia kejadian luar biasa terjadi di Jawa Timur pada tahun 2012 di mana terjadi
700an kasus yang dilaporkan. Secara sporadik terjadi di daerah lain (Pontianak dan Banjarmasin). Hal
ini merupakan indikator bahwa program imunisasi nasional tidak mencapai sasaran. Oleh karena itu
dalam menghadapi dan mengatasi masalah difteri yang dilakukan adalah harus memperbaiki
pelaksanaan program imunisasi secara menyeluruh.
Gambaran kabupaten Belu untuk kasus penyakit ini dari tahun 2011 sampai dengan tahun
2014 jumlah nihil yang dilaporkan. Sehingga untuk program imunisasi kabupaten Belu bisa dikatakan
berhasil dan tepat sasaran.
70
36
8 2
3
0 1 0
2011 2012 2013 2014
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan grafik 3.21 diatas diketahui bahwa dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 jumlah
kasus DBD cenderung naik dari 8 kasus pada tahun 2011 memuncak sampai 70 kasus pada tahun
2013. Namun menurun mencapai 2 kasus di tahun 2014 dengan tidak ada jumlah kematian akibat
DBD (incidence Rate / angka kesakitan= 1,02 per 100.000 penduduk dan CFR / angka kematian =
0,00%). Gambaran berdasarkan wilayah kerja puskesmas, 2 kasus DBD di tahun 2014 ditemukan di
wilayah kerja puskesmas Kota di kelurahan Fatubenao dan Puskesmas Haekesak di desa Tohe Leten. Hal
ini dapat menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, dalam hal ini upaya
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kesehatan di
rumah sakit dan puskesmas (dokter, perawat dan lain-lain), termasuk peningkatan sarana-sarana
penunjang diagnostik dan penatalaksanaan bagi penderita di sarana-sarana pelayanan kesehatan.
10. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina,
dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari
bayi, anak-anak dan orang dewasa. Berikut ini adalah Gambaran kasus Malaria di kabupaten Belu.
Gambar 3.23
Peta Endemisitas Malaria Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2013 dan 2014
Tahun 2013 Tahun 2014
Sumber : Bidang P3
Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa jumlah kasus malaria positif cenderung menurun. Ini
dilihat dengan grafik jumlah kasus dan angka kesakitan malaria yang cenderung menurun dari tahun
2011 sampai dengan tahun 2014. Jumlah kasus dari tahun 2011 berjumlah 7.584 kasus dengan angka
kesakitan malaria 21,4 per 1.000 penduduk, meningkat pada tahun 2012 menjadi 11.646 kasus
dengan angka kesakitan 32,56 per 1.000 penduduk, menurun pada tahun 2013 menjadi 10.091 kasus
dengan angka kesakitan 27,83 per 1.000 penduduk. Serta menurun kembali pada tahun 2014 dengan
jumlah kasus 1.956 dengan angka kesakitan 9,93 per 1.000 penduduk. Kabupaten Belu pada tahun
2014 sudah ditentukan tidak dilaporkan lagi kasus malaria klinis, semua wajib dilakukan tes
laboratorium.
Kegiatan Penyakit Tidak Menular pada tahun 2014 di danai dari APBD II yang terdiri dari :
Pelatihan Screening Ca.Cerviks dan Ca. Mamae (Pemeriksaan screening Penyakit Tidak
Menular)
Pelatihan screening Ca. Cerviks dan Ca. Mamae bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan Bidan dalam melaksanakan screening/penapisan secara dini terhadap kanker
cerviks dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVAS maupun kanker payudara
dengan metode Clinical Breast Examination (CBE) atau Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
sehingga dapat dilakukan penanganan secara dini pula. Sasaran dalam pelatihan ini adalah
Bidan di 17 Puskesmas sebanyak 17 orang. Selain kegiatan pelatihan dilakukan kegiatan
screening PTM di 15 lokasi desa yaitu desa Jenilu, Bauho, Lasiolat, Tohe, Kenibibi, Silawan,
Fatuketi, Manleten, Dirun, Fohoeka, Bakustulama, Rinbesihat, Fatulotu, Tialai dan
Manumutin yang tersebar di 10 Puskesmas. Dari hasil screening yang dilakukan dengan
pengukuran factor resiko terhadap 561 orang ditemukan yang mempunyai factor resiko
hipertensi (TD >140-150/90-99 mmHg sebanyak 119 orang, Diabetes Melitus (GDS >200
mg/dl) sebanyak 8 orang dan obesitas sentral (Lingkar perut L : >90 cm dan P : >80 cm)
sebanyak 196 orang.
A. Kunjungan Neonatus
Sejak tahun 2008 kebijakan nasional menetapkan kunjungan neonatal dilaksanakan dari 2
kali menjadi 3 kali yaitu masa 0 – 28 hari setelah bayi lahir . Pelayanan kesehatan neonatal sesuai
standar pada umur 6 – 48 jam atau kunjungan neonatal ( KN 1 ), hari ke 3 – 7 ( KN 2 ) dan hari ke 8
– 28 hari ( KN 3 ). Kunjungan Neonatus ini dilakukan untuk memantau kesehatan bayi sehingga bila
terjadi masalah dapat segera diidentifikasi seperti bayi mengalami kesulitan untuk menyusui, tidak BAB
(Buang air Besar) dalam 48 jam, ikterus yang timbul pada hari pertama, kemudian tali pusat merah
atau bengkak/ keluar cairan dari tali pusat, bayi demam lebih 37,5 0 C sehingga keadaan ini harus
segeradilakukan rujukan. Pada periode ini hal yang lazim terjadi jika kurang baiknya penanganan bayi
baru lahir yang lahirnya sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat
seumur hidup, bahkan kematian misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi
cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan
kerusakan pada otak, kemudian kurang baiknya pembersihan jalan nafas waktu lahir dapat
menyebabkan masuknya cairan lambung ke dalam paru-paru yang mengakibatkan kesulitan
pernafasan, kekurangan zat asam, sehingga apabila hal tersebut berlangsung lama maka dapat
menimbulkan perdarahan otak.
Cakupan kunjungan neonatus dikatakan lengkap apabila dilakukan sesuai standart
sedikitnya 3 kali yang dilakukan di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.
Gambar 3.24
Gambaran KN Lengkap Kabupaten Belu Tahun 2014 Berdasarkan gambar
disamping diketahui bahwa
masih ada 5 daerah wilayah
kerja puskesmas yang
berwarna merah yang
diberikan kelas cakupan KN
lengkap di bawah 78%. Hal ini
dapat manjadi perhatian
khusus dari tenaga kesehatan
di kabupaten Belu sehingga
lebih memperhatikan
jangkauan pelayanan
kunjungan Nifas untuk selalu
dipantau, agar dapat menekan
angka kematian Bayi terutama
Neonatus.
Sumber : Bidang Kesga
B. BBLR Ditangani
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang
masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. Untuk
keperluan bidan di desa berat lahir masih dapat diterima apabila dilakukan penimbangan dalam 24
jam pertama setelah lahir. Penyebab BBLR umumnya tidak hanya satu, oleh karena itu kadang sulit
untuk dilakukan pencegahan. Kita dapat menurunkan prevalensi BBLR di masyarakat dengan upaya
mendorong semua perawatan kesehatan remaja putri dan mengusahakan untuk semua ibu hamil
mendapatkan perawatan antenatal yang komprehensif, memperbaiki status nutrisi ibu hamil dan
menghentikan kebiasaan merokok pada ibu hamil. BBLR lebih mudah meninggal atau mengalami
kesalahan yang serius. Berat bayi dan masa kehamilan menggambarkan resiko, semakin kecil berat
bayi dan semakin muda masa kehamilan semakin besar resikonya. Jumlah kasus BBLR kabupaten Belu
tahun 2014 berjumlah 326 kasus dengan jumlah kasus laki-laki berjumlah 178 dan perempuan
berjumlah 148 kasus. Bila dilihat pemetaannya kejadian kasus BBLR di kabupaten Belu pada tahun
2014 dapat dilihat sebagai berikut.
Evaluasi pelaksanaan dan capaian program kesehatan ibu dan anak, mengacu pada Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Kabupatan/Kota, Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategi (Renstra)
Kabupaten Belu, serta Indikator ANTARA Revolusi KIA, seperti yang terbaca pada pendahuluan terdapat dua
puluh (20) indikator program KIAS. Pemantauan wilayah setempat terhadap setiap indikator program
kesehatan ibu dan anak dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan mutu pelayanan KIA.
Hasil pelayanan dan analisis program KIAS ini dibuat berdasarkan laporan cakupan pelayanan
puskesmas (Form F1-F8) dan pemantauan wilayah setempat meliputi : a) Jumlah dan cakupan akses pelayanan
ANC/K1, b) Jumlah dan cakupan kualitas pelayanan ANC/ K4, c) Jumlah dan cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan berkompeten/ Pn, d) Jumlah dan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
berkompeten di fasilitas kesehatan memadai, e) Jumlah dan cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan/Kf
3, f) Jumlah dan cakupan pelayanan neonates/ KN, g) Jumlah dan cakupan deteksi faktor risiko dan komplikasi,
h)Jumlah dan cakupan penanganan komplikasi obstetric dan neonatal, i) Jumlah dan cakupan pelayanan
kesehatan bayi 29 hari – 12 bulan/ kunjungan bayi, j) Jumlah dan cakupan pelayanan anak balita, k) Jumlah
dan cakupan pelayanan anak balita sakit/MTBS/M, l) Jumlah dan cakupan pelayanan keluarga berencana/ KB
aktif.
Bidang Kesehatan Keluarga dalam hal ini Seksi KIAS, data dalam bentuk laporan cakupan pelayanan
puskesmas (Form F1-F8) dan pemantauan wilayah setempat (PWS) dikumpulkan kemudian melakukan analisis
dan interpretasi dan selanjutnya data dijadikan landasan yang essensial dalam menyusun rencana, implementasi
dan evaluasi terhadap kebijakan program kesehatan ibu dan anak yang telah dilaksanakan.
Kabupaten Belu Memiliki jumlah penduduk sebanyak 191.216 jiwa. Sedangkan populasi ibu hamil
adalah 1,1 x CBR (19,8) x jumlah penduduk. Berdasarkan rumus perhitungan di atas maka perkiraan ibu hamil
Kab. Malaka sebanyak 3631 ibu hamil dan Kab. Belu sebanyak 4159 ibu hamil. ANC meliputi cakupan akses
pelayanan ANC (K1) dan cakupan kualitas pelayanan ANC (K4). Sejak Tahun 2010 hingga Tahun 2013
cakupan K1 maupun K4 terus meningkat.
Trend cakupan K1 dan K4 sejak Tahun 2010 hingga Tahun 2014 dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 4.1 Berdasarkan data Tahun 2014
didapatkan cakupan K1 98%, ini
berarti belum semua ibu hamil yang
terdaftar sudah memeriksakan
K1
kehamilan pertama kalinya ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Sedangkan ibu
100,0 hamil yang memeriksakan
93,8 95,6 97,4 kehamilannya sesuai standar 1-1-2
85,9
dan mendapatkan pelayanan “10 T”
atau yang disebut kualitas ANC (K4)
66,2 72,6 rata-rata kabupaten tidak mencapai
62,1 65,5 61,9
target yang telah ditentukan yaitu 97%.
K4 Dari cakupan K4 diketahui pelayanan
ANC secara lengkap, sesuai standar
serta tingkat perlindungan ibu hamil di
suatu wilayah. Berikut ini adalah
2010 2011 2012 2013 2014 cakupan ANC Tahun 2014.
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
Grafik 4.2
Terlihat pada grafik 4.2 antara
cakupan dan target tidak sesuai
dengan yang diharapkan yaitu
target 100% cakupan juga
demikian. Berarti yang
dikerjakan disebagian besar
puskesmas baik itu validasi
data dan keakuratannya belum
maksimal.
Salah satu alasan tidak
mencapai cakupan K1 dan K4
ini dikarnakan adanya kasus
abortus sebesar: 206 orang,
prematur: 115 orang.
Selajutnya cakupan K1 dan K4
menurut puskesmas Tahun 2014
sebagai berikut :
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
Untuk cakupan K1 terdapat 4 puskesmas yang sudah mencapai target yaitu (Ainiba, Atb Selatan,
Umanen, Rafae) dan terdapat 13 puskemas yang belum mencapai target sesuai harapan 100% dan
perlu peningkatan yaitu : (Haliwen,Wedomu, Atapupu, silawan, Haekesak, Aululik, Kota, halilulik,
Laktutus, Webora, Dilumil, Nualain), sedangkan untuk K4 semua puskesmas belum mencapai
target tahunan, hal ini perlu penanganan yang serius.
Dari grafik diatas juga tergambar bahwa ada 4 puskesmas mempunyai K1 baik namun lebih dari
50% puskesmas belum memenuhi target. Cakupan K4 semua puskesmas masih jauh dibawah
target yang diharapkan. Hal ini berarti masih ada ibu hamil dalam wilayah kerja puskesmas yang
tidak terdata dan tidak mendapat pelayanan.
Salah satu upaya intervensi untuk menurunkan AKI dan AKB adalah melalui peningkatan
pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus resiko tinggi yang memadai .
Masih tinggi jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri pertama kalinya di atas usia kehamilan 12
minggu serta rendahnya cakupan K4 mengakibatkan tidak optimalnya deteksi dini atau
penjaringan resiko tinggi dan komplikasi pada masa kehamilan. Seringkali resiko tinggi dan
komplikasi diketahui saat usia kehamilan memasuki trimester II – III atau saat ibu memasuki masa
persalinan, sehingga keterlambatan penanganan menjadi sebab terjadinya kematian ibu maupun
bayi (3T).
1.2 Deteksi Dini Risiko Tinggi dan Komplikasi Maternal
Pada saat seorang ibu dikatakan hamil ,ibu tersebut mempunyai resiko kematian terhadap
kehamilannya, bersalin dan masa nifas, sehingga dilakukan deteksi dini untuk mengetahui faktor
resiko dan komplikasi terhadap setiap ibu hamil. Deteksi dini faktor risiko tinggi dan komplikasi
sangat ditentukan oleh kemampuan petugas maupun masyarakat dalam mengenal tanda – tanda
bahaya yang dialami oleh ibu pada masa kehamilan, baik melalui pemeriksaan ataupun
pengamatan.
Alat bantu deteksi dini yang digunakan oleh tenaga kesehatan selain dalam pelaksanaan 10 T juga
juga Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR), sedangkan masyarakat dapat mengamati langsung faktor–
faktor risti yang dialami atau dikeluhkan ibu kemudian membandingkan dengan Buku KIA yang
ada pada ibu hamil pada saat posyandu, kunjungan dipuskesmas atau saat melakukan kunjungan
rumah. Perkiraan ibu hamil yang akan mengalami risti dan komplikasi sebesar 20%. Berikut
adalah data ibu hamil yang terdeteksi mempunyai faktor risti dan komplikasi, baik yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan maupun oleh masyarakat dibandingkan dengan jumlah ibu hamil yang
memeriksakan diri pertama kalinya ke fasilitas kesehatan (K1).
Grafik 4.6
Tabel 4.1
Grafik 4.14
Berikut ini adalah status obstetric dan penyebab kematian ibu Tahun 2013 dan Tahun 2014
kematian ibu tahun 2014 meningkat dari 4 kematian ibu menjadi 5 kematian ibu ditahun 2014. 5
kasus kematian dilatarbelakangi oleh persalinan dirumah, komplikasi, serta terlambat
mendapatkan pertolongan oleh karna terlambat dirujuk yat kesehatan yang buruk semasa hamil
serta komplikasi yang tidak terduga saat persalinan. Penyebab kematian tersebut dapat dicegah
apabila deteksi dini faktor resiko dilakukan dengan benar, nakes maupun masyarakat mendukung
Revolusi KIA yang mewajibkan semua ibu hamil, bersalin difasilitas kesehatan memadai, serta
secara konsisten melaksanakan berbagai strategi.
Tabel 4.3
TAHUN 2013
24 Salin/anak ke 3 Rumah Jalan Bidan Perdarahan
34 Nifas /anak ke 4 RSUD RSUD Dokter Peb+ cardiomepati
41 Nifas / anak ke 10 RSUD RSPP Dokter Shock / Sepsis
20 Nifas / anak ke 1 Rumah Rumah Keluarga Shock hipovolemik
TAHUN 2014
35 Hamil/anak ke 3 Rumah RSUD - RUI
32 Salin/anak ke 3 Rumah perjalanan Bidan perdarahan
17 Salin/anak ke 1 Rumah IGD RSUD Keluarga Perdarahan
28 Nifas/anak ke 2 Rumah Rumah Keluarga infeksi
26 Salin/anak ke 1 RS swasta RS swasta Bidan perdarahan
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
Kasus kematian bayi dirinci menurut golongan umur 0-7 hari (Perinatal), 8-28 hari (Neonatal) dan 1-11
bulan (Bayi) tergambar pada grafik di atas. Dari jumlah ibu yang melahirkan (4282), sebanyak 4249 bayi lahir
hidup, sebanyak 76 lahir mati, sebanyak 60 meninggal pada usia neonatal dan bayi dengan rincian 0 -7 hari
sebanyak 43 bayi, 8-28 hari sebanyak 11 bayi, dan 1 – 11 bulan sebanyak 6 bayi serta terdapat 5 kematian
pada usia balita (12 – 59 bln).
Jumlah kasus kematian bayi terbanyak ada pada umur perinatal 0-7 hari. Terdapat 11 kasus kematian bayi
pada umur neonatal 8–28 hari dan ini berhubungan dengan proses persalinan. Sebagian besar kematian
terjadi pada RSUD saat dan setelah mendapatkan penanganan komprehensif. Namun bukan berarti
penanganan yang dilakukan di RS buruk atau sebaliknya penanganan di puskesmas sudah maksimal. Terjadi
peningkatan jumlah kematian yang terjadi di rumah atau dalam perjalanan. Bayi komplikasi harus
mendapatkan penanganan defenitif serta dilakukan rujukan dini berencana, penanganan awal atau pra
rujukan yang tepat, selain itu kesiapan tempat rujukan (RS PONEK dan Puskesmas PONED) menerima rujukan,
serta masalah teknis klinis di RS rujukan.
Grafik 4.19
11 6 5
18
36
0
8
43 3
0
0-7HR 8-28HR 1-11BL 12-59BL RSUD RSKM RS SITO PKM KLINIK RMH
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
Berdasarkan gambar pemetaan di atas diketahui bahwa jumlah peserta KB baru terbanyak yaitu wilayah
puskesmas Wedomu dengan jumlah peserta 479 peserta. Terdapat 6 puskesmas yang digolongkan ber-area biru
yaitu dengan jumlah peserta di atas 250 peserta yaitu puskesmas Kota (258 peserta), puskesmas Haliwen (289
peserta), puskesmas weluli (260 peserta), puskesmas umanen (326 peserta), puskesmas Haekesak (351 peserta)
dan puskesmas Wedomu dengan jumlah peserta terbanyak atau 479 peserta. Sedangkan terdapat 2 wilayah
puskesmas yang digolongkan dengan ber-area merah dengan jumlah peserta kurang dari 100 peserta yaitu
puskesmas Webora (89 peserta) dan puskesmas Silawan (96 peserta).
Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Tahun 2014 terjadi peningkatan sebesar 5% bila dibandingkan dengan
Tahun 2013. Hal ini terjadi karena sebelum Tahun 2012, berdasarkan petunjuk dari Kemenkes bahwa
perhitungan ASI Eksklusif menggunakan ASI Eksklusif 6 bulan. Sedangkan Tahun 2013, berdasarkan petunjuk
dari Kemenkes bahwa asi eksklusif terhitung dari 0–6 bulan. Peningkatan cakupan ASI Eksklusif tersebut belum
banyak memberi kontribusi bagi Kabupaten Belu karena data yang ada hanya berdasarkan survey cepat pada
Bulan Februari dan Agustus sehingga cendrung data kurang valid karena tidak diikuti setiap bulan serta peran
konselor dan kurangnya sosialisasi di semua tatanan keluarga. Pencapaian ASI Eksklusif menurut puskesmas
dapat dilihat pada grafik 4.40
Grafik 4.39 Grafik 4.40
Cakupan ASI Eksklusif 0-6 Bulan di Kab.Belu
Menurut Puskesmas Tahun 2014
Kegiatan pokok dan fungsi Program Kesehatan Remaja dan Usila adalah segala usaha yang dilakukan
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan remaja dan kesehatan usia lanjut melalui upaya pembinaan,
monitoring serta pemeriksaan dan pengobatan usia lanjut.
I. Program Kesehatan Remaja
Kegiatan yang dilakukan program Kesehatan Remaja di tahun 2014 antara lain adalah Penjaringan
anak sekolah, Pemeriksaan Kesehatan Siswa Sekolah Dasar, Penyuluhan anak sekolah dan Pelayanan Kesehatan
Remaja.
a. Penjaringan Anak Sekolah
Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, selain
jumlahnya yang besar (30%) dari jumlah penduduk, mereka juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau
karena terorganisir dengan baik. Masalah kesehatan yang dialami sangat kompleks dan bervariasi. Pada peserta
didik Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada umumnya lebih banyak terkait dengan masalah
perilaku hidup bersih dan sehat sedangkan pada peserta didik lanjutan berkaitan dengan perilaku beresiko.
Melihat permasalahan yang ada, pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya peningkatan
kesehatan dalam bentuk promotif dan preventif. Upaya Preventif antara lain kegiatan Penjaringan kesehatan
peserta didik. Penjaringan kesehatan merupakan suatu prosedur pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk
memilah anak yang sehat dan tidak sehat, serta dapat dimanfaatkan untuk pemetaan kesehatan peserta didik.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan
dalam program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Pelaksanaan penjaringan merupakan Grafik 4.49
serangkaian kegiatan yang meliputi
pemeriksaan fisik, laboratorium,
penyimpangan mental emosional
serta kesegaran jasmani, sasaran
penjaringan adalah siswa SD kelas I
pada sekolah negeri dan swasta,
penjaringan dilakukan 1 (satu) tahun
sekali pada awal tahun ajaran baru.
Jumlah SD di Kabupaten Belu yang
menyebar di 17 Puskesmas adalah
53 SD, dengan jumlah seluruh siswa
SD adalah 24.595 orang, jumlah
murid SD kelas I : 5.669 orang dan
jumlah siswa SD kelas I yang
mendapatkan penjaringan adalah :
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
5.412 orang.
Dari grafik 4.49 diatas terlihat bahwa 17 Puskesmas di Kabupaten Belu sudah melaksanakan Penjaringan
kesehatan bagi semua siswa SD kelas I. Hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan serta kerjasama yang baik antara
tenaga kesehatan dan pihak sekolah dalam upaya meningkatkan kesehatan siswa di sekolah.
Usia Lanjut merupakan proses alamiah yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun social yang akan saling berinteraksi. Usia Lanjut pun mempengaruhi system dalam tubuh diantaranya
system Cardiovaskular, Pulmonal, system penginderaan dan lain–lainnya. Keluarga sebagai unit terkecil dari
masyarakat mempunyai andil yang besar dalam upaya memelihara kesehatan usia lanjut, namun ada kalanya
keluarga tersebut mengalami keterbatasan pengetahuan sehingga memerlukan bantuan orang lain dalam hal ini
adalah tenaga kesehatan.
Pelayanan kesehatan Usia Lanjut yang diberikan disesuaikan dengan situsasi, kondisi dan kebutuhan
para usia lanjut setempat. Pelayanan kesehatan di kelompok usia lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan
mental emosional. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut bertujuan agar usia lanjut dapat
melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri seperti peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan
pemeliharaan kesehatan sehingga usia lanjut tersebut memiliki ketenangan hidup dan tetap produktif sampai
akhir hayatnya.
Untuk menghasilkan penduduk lanjut usia yang sehat tidaklah mudah dan memerlukan kerjasama para
pihak, antara lain lanjut usia itu sendiri, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tidak kalah pentingnya adalah
peran aktif dari lanjut usia dan keluarganya dalam melaksanakan gaya hidup sehat serta perawatan dini lanjut
usia itu sendiri. Pelayanan Kesehatan di tingkat Primer difokuskan pada tindakan Promotif dan Preventif serta
pengobatan essensial dan spesialistik sesuai dengan kebutuhan medic dan peningkatan kualitas hidup, serta
perlindungan terhadap pelayanan rawat inap di Rumah Sakit. Pelayanan yang diberikan dalam posyandu Lansia
itu adalah Pemeriksaan dan pengobatan Lansia, Penyuluhan kepada Lansia, Konseling dan Rujukan.
Grafik 4.54 Grafik 4.55
Berdasarkan grafik perbandingan antara Jumlah Usia Lanjut dengan umur > 60 tahun dengan mendapatkan
pelayanan kesehatan diketahui bahwa belum semua sasaran usia lanjut > 60 tahun yang mendapatkan
pelayanan kesehatan. Jumlah Usia Lanjut > 60 tahun 2.282 orang sedangkan yang mendapatkan pelayanan
kesehatan adalah 2.146 orang.
Grafik 4.57 Grafik 4.58
Upaya Pelayanan Kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat,
diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan
dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dasar adalah sebagai berikut:
1. Kunjungan Puskesmas
a. Jumlah kunjungan masyarakat di Puskesmas Kabupaten Belu tahun 2014.
Grafik 4.61
21,8
21,4
20,4
20,2
14,6
10,7
6,1
6,0
Dari grafik 4.62 di atas, dapat dilihat bahwa cakupan kunjungan rawat jalan puskesmas di Kabupaten Belu
melampaui target SPM (15%). Cakupan tahun 2014 (17,1%) dari total kunjungan rawat jalan (baru) 33.663
jiwa. Kunjungan rawat jalan (baru) tertinggi pada Puskesmas Aululik yaitu 4.530 jiwa (72,4%) dan terendah
adalah Puskesmas Nualain yaitu 247 jiwa (3,2%).
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Peny
Infek akit
si lain
Infek
salur Peny Peny pada Rheu Hype Asth
Vuln si
an akit Gastr akit obser Salur matic Phari rtens ma
Myal Batu us peny Ceph
pern kulit itis kulit vasi an arthr ngitis i Bron
gia k Lacer akit algia
afasa alerg acut infek febris Pern itis acuta essen chial
asi usus
n i si afasa acut tial e
lain
atas n
akut Bagia
n…
LAKI-LAKI 8294 4947 2188 2105 1848 1511 1416 1284 890 630 680 648 534 496 508
PEREMPUAN 101346107 2612 2454 2696 1661 1755 1189 1090 1191 1029 867 623 443 387
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu
Dari grafik 4.63 di atas terlihat bahwa penyakit berbasis lingkungan (ISPA, diare, penyakit kulit) merupakan
penyakit dengan kasus terbanyak dari 15 besar penyakit yang berkunjung ke puskesmas pada tahun 2014
diikuti oleh penyakit saluran pencernaat (gastritis) dan penyakit sistim otot dan jaringan. Tingginya kasus
penyakit berbasis lingkungan ini disebabkan pola hidup yaitu perilaku hidup bersih sehat (PHBS) masih minim
dan faktor budaya masyarakat yang mana kandang ternak terletak tidak jauh dari rumah dengan alasan takut
dicuri serta tingginya kasus ini disebabkan faktor perubahan cuaca.
3. Rawat Inap
Sesuai target SPM (1,5% x jumlah penduduk), hasil cakupan rawat inap tahun 2014 : 0,4%. Penilaian tingkat
keberhasilan pada puskesmas Rawat Inap dengan rincian cakupan dilihat dari beberapa indikator sbb :
Pemanfaatan Tempat Tidur (BOR)
Rata - rata lama hari perawatan (ALOS)
Rata – rata Tempat tidur dipakai (BTO)
Rata – rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI)
Presentase pasien keluar yang meninggal (GDR)
Presentase pasien keluar yang meninggal >48 jam Perawatan (NDR).
Jumlah pasien rawat Inap.
– 40 kali).
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu
5. Rujukan Puskesmas.
a. Rujukan
Rujukan medik adalah pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atau suatu kasus/masalah yang
timbul, baik secara vertical maupun horizontal kepada yang berwenang dan mampu, terjangkau serta rasional.
Rasional adalah Rujukan dilakukan dengan memperhitungkan daya guna (efisien) dan hasil guna
(efektifitas).
Rujukan medik puskesmas dilakukan secara berjenjang dimulai dari kader dandukun bayi, Posyandu,
Polindes, Pustu, Puskesmas, Puskesmas Perawatan, RS kabupaten klas D/C.
Pada tahun 2014 semua puskesmas rutin mengirimkan laporan rujukan dalam bulan januari – desember
2014 namun pengiriman laporan ke dinas kesehatan Kabupaten Belu tidak tepat pada waktunya hal ini
disebabkan kerena tidak patuhnya pengelola program di puskesmas.
Tabel 4.9 tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah kasus yang dirujuk tahun 2014 sebanyak 3.218
Kasus (1,9%) dari total kunjungan 167.275 orang. Pada tahun 2014 Puskesmas yang jumlah rujukannya tinggi
adalah Puskesmas Kota sebanyak 1.028 kasus (5,0%) dari total kunjungan 20.546 orang, dan Puskesmas yang
jumlah rujukannya rendah adalah Puskesmas Webora sebanyak 18 kasus (0,2%) dari total kunjungan 8.910
orang. Sedangkan untuk rujukan balik, yang tertinggi menerima Info Rujukan balik adalah Puskesmas kota
Tabel 4. tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah jenis penyakit Spesialistik yang tinggi pada tahun
2014 adalah Penyakit dalam sebanyak 1.578 kasus dan yang paling rendah adalah penyakit syaraf 29 kasus.
c. Penggunaan Kartu
Tidak direkap karena versi pengisian penggunaan kartu dari puskesmas yang berbeda – beda.
1. Pelayanan rawat jalan, rawat inap, pola penyakit terbesar pada kunjungan rawat jalan dan rawat inap.
a. Rawat Jalan
Grafik 4.73 Grafik 4.73 menunjukkan bahwa
kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit
baik pemerintah maupun Swasta tahun
2014 sebanyak 25.483 kunjungan
dengan jumlah tertinggi pada RSUD Mgr.
Gabriel Manek, SVD sebanyak 11.703
kunjungan dan terendah pada RST
09.08.02 Atambua sebanyak 4.548
kunjungan. Sedangkan cakupan
kunjungan rawat jalan RS Sito Husada
tidak ada karena tidak mempunyai poli
rawat jalan.
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, jumlah kasus rujukan pada rumah sakit terdiri dari rujukan dari bawah
(berasal dari puskesmas, Rumah sakit lain dan fasilitas kesehatan) sebanyak 9.048 kasus (23,8% dari total
kunjungan). Rumah Sakit yang paling banyak menerima rujukan dari bawah pada tahun 2014 adalah RSUD
Mgr. Gabriel Manek, SVD sebanyak 7.083 kasus (34,2% dari total kunjungan) dan RS Sito Husada 1.423 kasus
(72,6% dari total kunjungan). Sedangkan rujukan keatas untuk tahun 2014terbanyak pada RS Sito Husada
sebanyak 303 kasus (21,3%). Besarnya rujukan dipengaruhi oleh tingkat kompetensi yang dimiliki oleh masing-
masing rumah sakit.
NB : Laporan RST 09.08.02 yang masuk s.d. Triw. III (bulan Agustus - Oktober 2014)
Grafik 4.74 di atas menunjukkan bahwa pola penyakit terbesar kunjungan rawat jalan di rumah sakit
tahun 2014 masih didominasi oleh penyakit berbasis lingkungan yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Atas Akut
(ISPA) sebanyak 2.853 kasus, Malaria sebanyak 1626 kasus, diare dan gastroenteritis sebanyak 925
kasus,Tuberkolosis alat napas lainnya sebanyak 561 kasus.
c. Rawat Inap.
Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu indikator
standar terkait dengan pelayanan di rumah sakit, yang di pantau antara lain: BOR, ALOS, BTO, TOI, GDR dan
NDR.
Pencapaian indikator rawat inap rumah sakit tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa presentase pemakaian tempat tidur (BOR) Rumah Sakit rata-rata
masih dibawah angka ideal yang diharapkan ( 60 – 85 %) dan berkisar antara 39,3% - 8,6%. BOR tertinggi
pada RSUD Atambua (64,8 %) dan terendah pada RST 09.08.02 Atambua (8,6 %). Banyak faktor yang
mempengaruhi cakupan BOR suatu rumah sakit, diantaranya semakin meningkatnya jumlah rumah sakit dan
tempat tidur yang tersedia sedangkan jumlah populasi yang mencari pelayanan tidak terlalu tinggi. Sedangkan
frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) di Rumah Sakit tahun 2014 sebesar 41,3 kali melebihi standar ideal
30-40 kali. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi pada pemakaian tempat tidur.
Indikator selang waktu dalam pemakaian tempat tidur (TOI) Rumah Sakit tahun 2014 sebesar 4,9 hari.
Cakupan TOI ini melampaui angka ideal tempat tidur kosong (1-3 hari). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
pelayanan kesehatan masih rendah. Secara normal kualitas layananan kesehatan berbanding terbalik dengan
ALOS dimana kualitas layanan meningkat maka ALOS akan semakin pendek, sebaliknya kualitas layanan
kesehatan semakin menurun maka ALOS akan semakin panjang. ALOS rumah sakit tahun 2014 sebesar 4,0 hari
dari target 6-9 hari rawat.
Angka kematian pasien keluar meninggal setelah dirawat ≥ 48 jam (NDR) tahun 2014 sebesar
15,6/1.000 pasien keluar. Demikian juga angka kematian pasien keluar meninggal (GDR) tahun
2014 sebanyak 350 orang (2,8/1.000 pasien keluar), dengan jumlah kematian terbanyak pada RSUD
Mgr. Gabriel Manek, SVD sebanyak 278 orang (3,1/1.000 pasien keluar). Ada banyak faktor yang
mempengaruhi angka kematian kasar. Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai,
pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan yang berkompetensi serta kesediaan masyarakat untuk
merubah pola hidup tradisional ke norma yang modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-
faktor yang sangat mempengaruhi tingkat kematian.
NB : Laporan RST 09.08.02 yang masuk s.d. Triw. III (bulan Agustus - Oktober 2014)
3. Pelayanan Persalinan
Tabel 4.14
Manek, SVD.
4. Pengobatan Tradisional.
Dari data dalam grafik 4.78 Grafik 4.78
Dari tabel 4.22 di atas dapat disimpulan bahwa dapat dilihat pada tahun 2014 jumlah SD sebanyak
148 SD, jumlah murid SD seluruhnya sebanyak 32.037 siswa yang mendapat pelayanan kesehatan
(penjaringan) adalah murid SD kelas 1 sebanyak 5.059 siswa (15,8%). Jumlah murid SD Puskesmas yang
paling tinggi jumlah murid yang mendapat pelayanan kesehatan adalah puskesmas kota sebanyak 596 siswa
(14,5%), dan puskesmas yang rendah jumlah murid SD yang mendapat pelayanan kesehatan adalah puskesmas
Dilumil sebanyak 68 siswa (12,7%).
Cakupan tidak mencapai target 100% karena :
Setiap puskesmas mengalami kesulitan pada saat melakukan penjaringan akibat kekurangan peralatan
penjaringan.
Saat melakukan penjaringan pada peserta didik masih terdapat murid yang tidak hadir.
Penjaringan ulang bagi peserta didik yang tidak hadir tapi tidak dilaksanakan oleh puskesmas.
No Realisasi Ket.
Sumber Dana Alokasi (Rp)
. Rp %
A. PENGADAAN KABUPATEN 5,058,303,079 4,115,844,700 81.37
-
B. BUFFER STOCK 2,739,026,877 - Barang
1) Perencanaan
Perencanaan obat dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang digunakan saat ini adalah
Metode Konsumsi/Pola Konsumsi. Pemilihan metode pada prinsipnya bertujuan menjamin ketersediaan obat
berdasarkan jumlah, kualitas, anggaran, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pola konsumsi digunakan untuk memperkirakan kebutuhan obat berdasarkan penggunaan obat periode
sebelumnya atau masa lalu sebagai dasar perencanaan akan datang, dengan memperhitungkan stok
pengaman/buffer stock dan lamanya waktu tunggu/Lead time.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan Metode ini antara lain:
- Obat-obat yang data konsumsinya stabil,
- Tidak terpengaruh oleh faktor promosi obat,
- Selalu berpedoman pada pemakaian tahun sebelumnya
2) Pengadaan
Pengadaan obat dilakukan beberapa tahap sesuai dengan ketersediaan dana menurut sumbernya.
Sedangkan mekanisme pengadaan mengacu pada Perpres No.70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Alokasi dana untuk pengadaan obat tahun 2014 sebesar Rp. 5,058,303,079.- tetapi realisasi dana
pengadaan hanya Rp. 4,115,844,700,-(81.37%). Jumlah tersebut lebih kecil dari Tahun 2013 sebesar Rp.
5,530,441,500.- tetapi jumlah puskesmas yang dilayani tahun 2014 lebih sedikit dari tahun 2013 yaitu: 17
puskesmas.
Proses pengadaan tahun 2014 relatif lambat seperti tahun 2013. Sisa pengadaan Tahun 2013 sebesar
Rp. 287,207,081 yang rencananya direalisasikan pada awal tahun 2014, tidak dapat dilakukan akibat birokrasi
(berakhirnya masa jabatan Bupati Belu), sedangkan alokasi dana 2014 juga terlambat direalisasikan karena
terlambatnya peluncuran e-katalog dan dan e-katalog mengalami beberapa kali perubahan, sehingga waktu
kekosongan obat juga panjang.
Permintaan obat buffer stock provinsi selama Tahun 2014 dilakukan lebih dari 4 kali (target: 4 kali),
untuk mendukung keterlambatan pengadaan. Namun jumlah dan jenis obat yang diberikan disesuaikan dengan
stok obat yang ada di UPTD provinsi, sehingga tidak dapat memenuhi semua kekosongan obat di kabupaten
Belu.
3) Penerimaan
Penerimaan obat dan bahan habis pakai pengadaan Kabupaten dilakukan oleh Panitia sesuai Perpres
No.70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Panitia penerima ditetapkan dengan SK Kepala
Dinas Kesehatan dengan keanggotaan tidak hanya tenaga Farmasi, oleh karena itu semua staf Seksi Farmasi ikut
membantu dalam proses penerimaan untuk mempermudah pengecekan kesesuaian antara perencanaan dan
penerimaan. Jika ada ketidaksesuaian maka dapat disampaikan pada saat itu juga. Obat dan bahan habis pakai
yang diterima tahun ini mengalami banyak perubahan kemasan, sesuai dengan ketetapan Kepala Balai POM.
4) Penyimpanan
Instalasi Farmasi Kabupaten Belu memiliki dua Gudang penyimpanan yakni Gudang Pelayanan (saat ini
sedang dalam kondisi perlu direhap) dan Gudang Penyimpanan, akan tetapi keduannya tidak dapat
menampung semua obat dan bahan habis pakai yang ada akibat perubahan kemasan, sehingga jumlah tertentu
disimpan di aula Dinas Kesehatan pada awal tahun.
Sistem penyimpanan bertujuan menjaga dan menjamin keamanan dan mutu dari sediaan farmasi,
sehingga penyimpanannya menggunakan sistem FIFO (First in First Out), FEFO (First Expire First Out),
berdasarkan bentuk sediaan (padat, cair), sedangkan Narkotika dan Psikotropika disimpan terpisah sesuai
peraturan.
Penyimpanan di Gudang juga didukung dengan Kartu Stock guna mengontrol mutasi barang yang
terjadi di gudang untuk setiap item obat dan bahan habis pakai yang ada di dalam gudang penyimpanan. Kartu
Stock dibedakan menurut sumber dana untuk jenis obat yang sama, agar dapat mengontrol mutasi obat secara
lebih rinci berdasarkan sumber dana. Walaupun demikian pada pelaksanaannya masih terjadi kelalaian petugas
dalam pengisian kartu stok pada saat mengeluarkan obat sehingga masih sering ditemukan ketidak sesuaian
jumlah obat hasil stock opname dengan data dalam kartu stock.
5) Pendistribusian
Pendistribusian obat dan bahan habis pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten berdasarkan permintaan
puskesmas. Puskesmas melakukan permintaan menggunakan LPLPO, dan dilakukan sesuai jadwal amfrak yang
telah ditetapkan. Jika ada kegiatan di puskesmas bersamaan dengan jadwal amfrak maka dapat
dikomunikasikan dengan petugas IFK untuk dapat melakukan pengamfrakan pada hari berikutnya.
Pendistribusian obat dan bahan habis pakai tidak hanya dilakukan kepada puskesmas tetapi juga
kepada beberapa sarana kesehatan lain dan organisasi yang bergerak dibidang kesehatan sesuai permintaan dan
disposisi pengambil keputusan yang disesuaikan dengan persediaan yang ada. Selama tahun 2014, permintaan
yang dilayani adalah 17 puskesmas, RSUD Mgr. Gabriel Manek,SVD, RSK Marianum, Satgas Pamtas RI-RDTL,
pelayanan P3K, pelayanan gratis lainnya. Jumlah obat yang dikeluarkan selain ke Puskesmas (RS, pengobatan
gratis, dll) senilai Rp. 261,592,170.
1) Apotek
Jumlah apotek pada tahun 2013 sebanyak 12 apotek, sedangkan Tahun 2014 sebanyak 14 Apotek
karena ada penambahan 2 apotek baru di wilayah Puskesmas Halilulik. Data selengkapnya dapat dilihat dalam
Tabel 4.25 tentang Data Apotek Kabupaten Belu.
Selama Tahun 2014, Balai POM di Kupang telah melakukan pengawasan terhadap apotek-apotek yang
tersebar di wilayah Kabupaten Belu. Hasil pengawasan menunjukkan bahwa masih ada Apotek yang melakukan
penyimpangan terhadap peraturan yang ada. Terhadap apotek-apotek tersebut telah diberikan teguran sesuai
dengan tingkat kesalahan yang dilakukan. Jumlah Apotek yang mendapat teguran pada tahun 2013 sebanyak 1
apotek dan tahun 2014 sebanyak 6 apotek yakni: Belu Farma, Bunga Tanjung, K24, Medika, Tujuh Pulau, dan
Apotek Belu Farma. Apotek Belu Farma saat ini tidak ada lagi kegiatan oprasional namun belum ada
permohonan penutupan Apotek.
Penyimpangan tersebut juga tidak terlepas dari kurangnya rasa tanggung-jawab APA dan kurangnya
pembinaan dari Dinkes Kabupaten, karena itu perlu diupayakan pembinaan rutin oleh Dinkes ke Apotek-apotek
yang ada.
Tabel 4.25
Sarana yang menjual produk-produk kesehatan rumah tangga, perlu dilakukan pembinaan terhadap
semua produk-produk kesehatan rumah tangga yang dijual termasuk makanan dan minuman, dalam rangka
melindungi konsumen atau pengguna produk-produk tersebut.
Selama tahun 2014, BPOM di Kupang telah melakukan pengawasan di beberapa sarana, demikian juga
dengan Dinkes Belu telah melakukan pembinaan kepada 57 Toko yang menjual produk kesehatan rumah
tangga serta makanan dan minuman, dengan daftar nama terlampir. Pengawasan dan pembinaan tersebut
diutamakan pada terdaftar tidaknya peralatan kesehatan rumah tangga (penjualan illegal), penjualan barang
kedaluarsa serta cara penyimpanan yang baik untuk menjaga mutu dan keamanan bagi kesehatan konsumen.
Food safety masuk desa dikembangkan oleh BPOM di Kupang bersama Dinkes Belu. Tahun 2014,
kegiatan sosialisasi dilakukan di 6 kelurahan tetapi oprasional food safety masuk desa baru dilaksanakan di 5
Kelurahan yakni Beirafu, Tulamalae, Tenukiik, Kota, dan Rinbesi. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
pengawasan hygiene dan sanitasi warung makan, dengan hasil secara umum masih di bawah standar sehingga
langsung diberikan penyuluhan/pembinaan agar segera memperbaikinya, sedangkan pengawasan Ritel juga
masih ditemukan banyaknya makanan dan minuman kedaluwarsa yang tetap dijual, dan cara penyimpanan
pun masih banyak yang tidak sesuai dengan aturan.
Selain itu, pengawasan IRTP juga tetap berjalan untuk menjaga keamanan dan mutu produksi. Setiap
makanan dan minuman produksi lokal maupun dari luar yang didistribusikan harus aman untuk dikonsumsi,
oleh karena itu harus memenuhi persyaratan Tata Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) seperti: SDM, sanitasi
lingkungan produksi, proses produksi, bahan baku dan hasil produksi, serta persyaratan kesehatan lainnya.
Sarana IRTP di Kabupaten Belu yang telah terdaftar sebanyak 50 sarana dengan perincian 32 sarana
dengan jumlah produk sebanyak 49 jenis telah memiliki ijin operasional dan selebihnya belum memiliki ijin
operasional karena penanggung-jawab sarana IRTP belum memiliki sertifikat PKP.
Tabel 4.27
Grafik 4.81 terlihat bahwa jumlah rumah tangga di Kabupaten Belu sebanyak 43.822 rumah tangga dan
dipantau/dikaji sebanyak 31.108 rumah tangga (71,0 %), yang memenuhi syarat atau berperilaku hidup bersih
dan sehat sebanyak 22.346 Rumah tangga (71,8%) dari target 65% (Renstra). Hal ini disebabkan karena pada
umumnya rumah tangga yang ada di kabupaten Belu telah melakukan 7–8 indikator dari 10 indikator PHBS
sedangkan rumah tangga yang tidak ada ibu hamil, bayi dan balita menggunakan 4-5 indikator dari indikator
PHBS.
Target
90%
3.5 Program Peran Serta Masyarakat (PSM) Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu
Keberhasilan program peran serta masyarakat dapat diukur dengan 2 (tiga) indikator SPM (Stándar
Pelayanan Minimal) dan 2 (dua) indikator Renstra yaitu : 1)Posyandu Purnama dan mandiri, 2) Desa Siaga,
3)Desa Siaga Aktif, 4)Pembinaan UKBM
Pencapaian program Peran Serta Masyarakat dapat dilihat pada grafik berikut ini :
1. Posyandu Purnama dan Mandiri
Data grafik 4.85 terlihat bahwa jumlah posyandu di Grafik 4.85
Kabupaten Belu sebanyak 415 posyandu, yang tersebar
di 12 Kecamatan. Dari posyandu yang ada di bagi
menjadi empat strata yakni strata pratama 6 posyandu
(1,45%), Madya 166 posyandu (40%), Purnama 228
posyandu (54,94%) dan Mandiri 15 posyandu (3,61%)
dari target (Renstra 80%). Sedangkan masih ada 172
Posyandu yang belum mencapai strata purnama hal ini
disebabkan karena belum ada program tambahan dan
cakupan dana sehat yang rendah. Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu
Grafik 4.86 Bila dilihat dari hasil capaian strata posyandu per
puskesmas pada grafik 4.86, ternyata capaian
posyandu Purnama dan Mandiri masih rendah,
hal ini terlihat dari perbandingan jumlah
posyandu purnama dan mandiri dengan jumlah
seluruh posyandu di wilayah puskesmas. Dari
17 puskesmas, ada 3 Puskesmas yang
cakupannya telah mencapai target dan lainnya
berada di bawah target. Sedangkan cakupan
posyandu purnama dan mandiri terendah di
Puskesmas Atapupu, Silawan, Rafae, Aululik dan
Webora hal ini disebabkan karena beberapa
faktor antara lain kurangnya kelengkapan
administrasi, program tambahan dan pasifnya
pengembangan program dana sehat di
Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu posyandu.
Target 100%
Target 80%
4. Pembinaan UKBM
Grafik 4.89
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
92,4
95,7
92,0
94,1
95,0
90,9
90,9
91,9
90,7
90,0
89,3
87,9
86,0
Dari grafik 4.89 di atas, dapat dilihat bahwa cakupan UKBM yang dibina untuk kabupaten belu sebanyak 92.4%
dari target Renstra (75%). Hal ini menggambarkan bahwa hampir semua UKBM yang berada di setiap wilayah
puskesmas sudah mendapat pembinaan dari puskesmas, bahkan ada beberapa puskesmas yang sudah membina
seluruh UKBM yang ada di wilayahnya yaitu Puskesmas Silawan, Ainiba, Laktutus, Rafae dan Dilumil.
0
diperiksa sudah diatas target, namun masih banyak
Jumlah Rumah Diperiksa Memenuhi Syarat Tidak memenuhi rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan, hal ini
Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu Syarat
disebabkan karena banyak hal seperti rendahnya tingkat
pendapatan masyarakat, kurang memahami konsep rumah sehat, penempatan tenaga sanitarian di puskesmas
yang tidak merata dan kurangnya sosialisasi tentang rumah sehat serta kurangnya koordinasi multi sektor.
2. Tempat-Tempat Umum (TTU).
Hasil Rekapitulasi pemeriksaan tempat-tempat umum (TTU) per Puskesmas tahun 2014 terbagi atas
hotel dan pasar.
a) Hotel.
Grafik 4.91 Dari grafik 4.91, dapat dilihat bahwa jumlah hotel
yang ada di Kabupaten Belu tahun 2014 berjumlah
9 hotel yang terdiri 4 hotel berbintang dan 5 hotel
Melati. Cakupan pemeriksaan hotel telah mencapai
100% bila dibanding target Renstra (80%.)
Jumlah
Luas
No Kecamatan Rumah BP
Wilayah
Sakit Puskesmas Pustu Polindes Poskesdes Swasta
1 Raimanuk 179,42 - 2 1 2 6 -
2 Tasifeto Barat 224,19 1 1 2 6 - 1
3 Nanaet Dubesi 187,54 - 1 - 2 3 -
4 Kakuluk Mesak 60,25 - 3 2 7 2 1
5 Kota Atambua 24,9 1 - 1 1 - 2
6 Atambua Selatan 15,55 - 1 1 4 1 2
7 Atambua Barat 15,73 2 2 - 2 - -
8 Tasifeto Timur 211,37 - 2 2 7 3 -
9 Raihat 87,2 - 1 1 2 2 -
10 Lasiolat 64,48 - 1 1 5 2 1
11 Lamaknen 105,9 - 2 3 5 3 1
12 Lamaknen Selatan 108,41 - 1 2 5 4 -
1284,94 4 17 16 48 26 8
Sumber : Bidang Yankes
Berikut ini adalah gambaran peningkatan jumlah puskesmas di wilayah kabupaten Belu.
Grafik 5.2
Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Kabupaten Belu
Tahun 2010-2014
2,67 2,64
2,22
2,59
1,91
Rasio puskesmas per 30.000 penduduk pada tahun 2014 sebesar 2,59. Angka ini tidak menunjukkan
peningkatan maupun penurunan dibandingkan tahun 2013. Kecamatan dengan rasio tertinggi adalah
Kecamatan Nanaet Dubesi sebesar 6,99 per 30.000 penduduk, sedangkan kecamatan Kota Atambua
memiliki rasio terendah sebesar 1,04 per 30.000 penduduk. Rasio puskesmas per 30.000 penduduk
belum menggambarkan kondisi real aksessibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar.
Sebagai contoh 3 Kecamatan (Nanaet Dubesi, Lamaknen dan Lasiolat) dengan rasio tertinggi semuanya
berada di wilayah kecamatan dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit namun mempunyai
wilayah kerja sangat luas.
Grafik 5.3
Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Kabupaten Belu Menurut Kecamatan Tahun 2014
Pada gambar di atas nampak bahwa selain Kota Atmabua, Tasifeto Barat dan Atambua Selatanjuga
memiliki rasio rendah yaitu sebesar 1,04 dan 1,29 per 30.000 penduduk. Selain tiga kecamatan
tersebut seluruh kecamatan dengan jumlah penduduk lebih dari 20.000 penduduk memiliki rasio
puskesmas yang rendah. Hal ini disebabkan karena jumlah dan kepadatan populasi yang tinggi.
2. Rumah Sakit
Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan upaya kuratif dan
rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan
kesehatan rujukan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/Per/I/2010 tentang perizinan
Rumah Sakit mengelompokkan Rumah Sakit berdasarkan kepemilikan, yaitu rumah sakit publik dan
rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelolah pemerintah, Pemerintah
daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit
yang dikelolah oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau
persero.
Jumlah rumah sakit Kabupaten Belu pada tahun 2014 berjumlah 4 unit yang terdiri dari 1
Rumah sakit Pemerintah (RSUD), 1 Rumah sakit TNI/POLRI dan 2 rumah sakit swasta. Terpenuhi atau
Grafik 5.4 tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap
Rasio Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Per 1.000 pelayanan kesehatan rujukan dan perorangan
Penduduk di Kabupaten Belu di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio
Tahun 2011-2014 tempat tidur terhadap 1.000 penduduk. Rasio
tempat tidur di rumah sakit di Kabupaten Belu
1,83 1,81
pada tahun 2014 adalah 1,54per 1.000
1,76 penduduk. Rasio ini lebih rendah
dibandingkan tahun 2013 sebesar 1,81 per
1,54 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur di rumah
sakit di kabupaten Belu sejak tahun 2011
sampai dengan tahun 2014 ditampilkan pada
gambar berikut ini.
Jika dilihat dari gambar disamping diketahui
2011 2012 2013 2014
Sumber : Subag Perencanaan dan Laporan bahwa kabupaten Belu jumlah tempat tidur
telah mencukupi, dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2014, rata-rata di rumah sakit 1 buah tempat tidur dapat disediakan untuk 1.000
penduduk. Hal ini berarti bahwa jumlah ketersediaan pelayanan kesehatan rujukan di kabupaten Belu
tercukupi.
Rincian lengkap Jumlah tenaga kesehatan kabupaten Belu tahun 2014 yang terdiri dari tenaga medis,
bidan, perawat, tenaga kefarmasian, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, tenaga gizi,
keterapian fisik dan teknisi medis dapat dilihat pada lampiran 72 sampai dengan 80.
Berdasarkan pendidikan terakhir yang dimiliki tenaga kesehatan Jumlah tenaga medis di
kabupaten Belu berjumlah 55 orang. Yang tersebar di seluruh unit pelayanan kesehatan di kabupaten
Belu, baik dokter umum, dokter gigi maupun dokter spesialis. Berdasarkan jumlah dokter tersebut dan
jumlah penduduk disusun rasio dokter per 100.000 penduduk. Jumlah dokter umum di kabupaten
Belu sebesar 40. Rasio dokter umum tahun 2014 sebesar 20,3 terhadap 100.000 penduduk. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 5.5 Berdasarkan grafik disamping
Rasio Dokter Umum terhadap 100.000 Penduduk Kabupaten Belu diketahui bahwa kabupaten Belu
Tahun 2010-2014 rasio dokter umum rata-rata
dalam 100.000 penduduk 1
17,43 19,12 orang dokter umum dapat
melayani 19 sampai dengan 20
20,95 20,30 penduduk. Untuk lebih jelasnya
14,83 jumlah dan proporsi tenaga
medis dapat dilihat pada
2010 2011 2012 2013 2014 lampiran 72.
Sumber : Subag Kepegawaian Dinkes Belu
Jenis kesehatan berikutnya adalah tenaga keperawatan, yang terdiri dari tenaga perawat dan
Bidan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Pratik Perawat, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat
baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Jumlah perawat pada tahun 2014 yang dibiayai dan tercatat (mempunyai SK penugasan)
sebesar 416 yang terdiri dari 403 perawat dan 13 perawat gigi.
Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Bidan, bidan adalah seseorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang
diakui oleh pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk register, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggungjawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasihat
selama hamil, masa kehamilan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggungjawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, akses bantuan medis atau bantuan
lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. Jumlah bidan pada tahun 2014 yang
dibiayai dan tercatat (mempunyai SK penugasan) sebesar 186 bidan. Rasio perawat dan bidan terhadap
jumlah penduduk dapat dijabarkan sebagai berikut.
87,87
85,56
Dari grafik di atas diketahui bahwa Rasio perawat dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014, rata-
rata di atas 200, yang artinya di kabupaten Belu satu perawat diantara 100.000 penduduk mampu
melayani di atas 200 penduduk. Sedangkan untuk tenaga bidan rasio bidan dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2014, rata-rata di atas 80, yang artinya di kabupaten Belu satu bidan diantara 100.000
penduduk mampu melayani di atas 80 penduduk.
1. Anggaran Kesehatan
Anggaran kesehatan Tahun 2014 kabupaten Belu sebesar Rp. 109.811.425.549,- yang terdiri
dari APBD kabupaten Belu sebesar Rp. 90.080.946.836,- ; APBN sebesar Rp.18.916.469.000,- ; dan
Pinjaman/hibah luar negeri (PHLN) sebesar Rp. 814.009.713,-untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
lampiran 81. Berikut ini adalah gambaran pembiayaan kesehatan kabupaten Belu.
Grafik 5.8
Alokasi Anggaran Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2011-2014
Rp162.693.373.930 Rp171.562.236.839
Rp167.996.679.253
Rp109.811.425.549
2.011
2.012
2.013
2.014
Keterangan :
Alokasi anggaran kesehatan Kabupaten Belu tahun 2011 sampai dengan tahun 2013
masih termasuk wilayah kabupaten Malaka. Sedangkan tahun 2014 alokasi anggaran
kesehatan kabupaten belu telah berdiri sendiri.
Dari grafik diatas diketahui bahwa alokasi anggaran tahun 2014 kabupaten Belu lebih rendah dari
pada alokasi anggaran tahun sebelumnya 2013, karena terjadi pemekaran antara kabupaten Belu dan
kabupaten Malaka. Sehingga untuk tahun 2014 tidak termasuk dengan kabupaten Malaka.
Rp734.591.621.561 Rp604.389.367.396
9,00 11,06
11,97
14,90
Rp66.077.521.843
Rp87.010.376.307 Rp105.113.267.91
2011
2012 9
2013 Rp90.080.946.836
2014
Sumber : Subag Keuangan Dinkes Belu
Presentase anggaran kesehatan Kabupaten Belu terhadap total APBD di atas termasuk dengan
gaji pegawai. Dari grafik di atas diketahui bahwa Tahun 2014 total anggaran kesehatan kabupaten
Belu dialokasikan 14,9% dari total APBD Kabupaten Belu. Namun masih termasik dengan belanja gaji
pegawai. Dan anggaran kesehatan kabupaten Belu cenderung selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Anggaran kesehatan kabupaten Belu lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 81.
Berdasarkan presentase alokasi dan realisasi anggaran kesehatan kabupaten Belu tahun 2011
sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 5.10
Alokasi Dan Realisasi Anggaran Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2011-2014
Rp22.483.107.040 Rp24.832.208.679
Rp12.353.732.000
Rp11.679.785.225
2011 Rp12.658.551.666
2012 Rp20.615.834.369
2013 Rp36.650.453.816
2014
Sumber
Sumber: :Subag
SubagKeuangan
KeuanganDinkes
DinkesBelu
Belu
Untuk jumlah iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang terdiri atas PNS,
Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri akan
dipotong sebesar 5 persen dari gaji atau Upah per bulan, dengan ketentuan 3 persen dibayar oleh
pemberi kerja, dan 2 persen dibayar oleh peserta. Tapi iuran tidak dipotong sebesar demikian secara
sekaligus. Karena secara bertahap akan dilakukan mulai 1 Januari 2014 hingga 30 Juni 2015 adalah
pemotongan 4 persen dari Gaji atau Upah per bulan, dengan ketentuan 4 persen dibayar oleh Pemberi
Kerja dan 0,5 persen dibayar oleh Peserta. Namun mulai 1 Juli 2015, pembayaran iuran 5 persen dari
Gaji atau Upah per bulan itu menjadi 4 persen dibayar oleh Pemberi Kerja dan 1 persen oleh Peserta.
Sementara bagi peserta perorangan akan membayar iuran sebesar kemampuan dan kebutuhannya.
Untuk saat ini sudah ditetapkan bahwa:
Untuk mendapat fasilitas kelas I dikenai iuran Rp 59.500 per orang per bulan
Untuk mendapat fasilitas kelas II dikenai iuran Rp 42.500 per orang per bulan
Untuk mendapat fasilitas kelas III dikenai iuran Rp 25.500 per orang per bulan
Pembayaran iuran ini dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulan dan apabila ada
keterlambatan dikenakan denda administratif sebesar 2 persen dari total iuran yang tertunggak paling
banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan. Dan besaran iuran Jaminan Kesehatan ditinjau paling lama dua
tahun sekali yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Di Kabupaten Belu tahun 2014 jumlah
peserta Jaminan Kesehatan Nasional sebesar 122.970 peserta. Secara lebih terperinci dapat dilihat pada
lampiran 53.
Alokasi Realisasi
Rp7.429.243.850 Rp8.028.734.300
Rp5.390.477.200
Rp3.993.888.650
Rp5.750.000.000
Rp7.690.400.000
Rp8.558.600.000
2011 Rp8.558.600.000
2012
2013
2014
Sumber : Satker BOK Dinkes Belu
Grafik 5.13
Presentase Realisasi Anggaran BOK Kabupaten Belu Tahun
2011-2014
Berdasarkan grafik disamping diketahui
96,60 93,81 bahwa realisasi dana BOK tahun 2014
93,75 menurun tajam. Hal ini dilihat dari
presentase realisasi anggaran dana BOK
46,67 tahun 2011 sampai dengan tahun 2013
2011
rata-rata di atas 90%, namun pada tahun
2012 2014 menurun hingga 46,67%. Hal ini
2013
2014 disebabkan karena terjadi pemekaran
Sumber : Satker BOK Dinkes Belu kabupaten di kabupaten Belu. Dimana
dana BOK yang dialokasikan ke
Kabupaten Malaka tidak dicairkan. Sehingga yang direalisasikan hanya merupakan dana BOK
Kabupaten Belu.
BOK merupakan salah satu program strategis Kementerian Kesehatan RI, sehingga terus
diupayakan perbaikan agar BOK dimanfaatkan dengan optimal oleh puskesmas. Dengan kehadiran
BOK diharapkan petugas kesehatan / kader kesehatan tidak lagi mengalami kendala dalam melakukan
kegiatan untuk mendekatkan akses pada masyarakat. Hal penting yang perlu dipahami, BOK bukan
merupakan dana utama penyelenggaraan upaya kesehatan di kabupaten/Kota, namun hanya dana
tambahan yang bersifat bantuan sehingga tidak dapat menjawab semua permasalahan kesehatan.
Sumber pembiayaan kesehatan yang utama tetap harus disediakan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota.
1. Kabupaten Belu mempunyai jumlah penduduk pada tahun 2014 (setelah pemekaran) yaitu
berjumlah 197.002 jiwa dengan luas wilayah 1.284,9 Km 2 yang terdiri dari jumlah penduduk
laki-laki 97.221 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 99.781 jiwa yang tersebar di 69 desa dan
12 kelurahan di kabupaten Belu.
2. Sarana dan Prasarana puskesmas dan jejaringannya.
Ketersediaan sarana dan prasarana dan dukungan logistic pada sarana pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan telah merata dan dimanfaatkan oleh masyarakat dengan jumlah puskesmas 17
puskesmas yang tersebar di 12 kecamatan di kabupaten Belu, dengan didukung oleh 16 pustu, 50
polindes dan 24 poskesdes.
3. Pegembangan SDM kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan kabupaten Belu tahun 2014 dapat dilihat sebagai berikut : Perawat
48,32%, bidan 23,74%, Tenaga Medis 7,68%, Teknisi medis 7,68%, kefarmasian 5,45%, Kesehatan
lingkungan 3,07%, tenaga gizi 2,23%, Kesehatan masyarakat 1,12% dan keterapian fisik 0,70%.
4. Pengembangan pembiayaan kesehatan
Berdasarkan anggaran kesehatan dalam APBD pada tahun 2014 untuk kabupaten Belu telah
mencapai 14,9%, dengan anggaran kesehatan perkapita berjumlah Rp.567.565,44. Hal ini
menggambarkan kabupaten Belu telah memberikan perhatian khusus dalam bidang pembangunan
kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan di wilayah kabupaten Belu khususnya bagi
penduduk miskin.
5. Upaya kesehatan masyarakat
Program upaya kesehatan masyarakat di kabupaten Belu tahun 2014 dapat digambarkan sebagai
berikut : jenis kepesertaan jaminan kesehatan masyarakat kabupaten Belu terdiri dari JKN (Jaminan
Kesehatan Nasional) (62,42%), Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) (3,30%), Asuransi swasta
(0,00%) dan asuransi perusahaan (0,02%). Dari jenis kepersertaan tersebut jumlah kunjungan
rawat jalan 192.758 jiwa (99,6%) dan rawat inap 13.262 jiwa (6,9%).
6. Perbaikan gizi masyarakat
Program perbaikan gizi masyarakat di kabupaten Belu dapat dilihat melalui :
a. Jumlah ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe untuk kabupaten Belu tahun 2014 mencapai
3.858 ibu hamil (78,82%).
b. Jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di kabupaten Belu tahun 2014 mencapai 1.111 bayi
usia 0-6 bulan (72,5%).
VI.3 PENUTUP
Penyediaan data dan informasi di bidang kesehatan yang berkualitas sangat diperlukan sebagai
masukan dalam proses pengambilan keputusan di lingkungan pemerintahan, organisasi profesi,
akademisi, swasta dan pihak terkait lainnya. Di bidang kesehatan, data dan informasi juga merupakan
sumber daya strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam penyelengaraan Sistem Informasi Kesehatan
(SIK). Namun, sangat disadari bahwa saat ini Sistem Informasi Kesehatan masih belum optimal dalam
pemenuhan kebutuhan data dan informasi. Terlebih dalam masa desentralisasi (atau otonomi daerah)
ini dimana proses pengumpulan data dan informasi dari kabupaten/kota atau lintas sektor relatif lebih
sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan dalam Buku Profil Kesehatan
ini masih belum sesuai dengan harapan.
Profil kesehatan Kabupaten Belu disusun berdasarkan hasil kegiatan sepanjang tahun 2014
oleh unit-unit kesehatan serta instansi terkait yang berada dalam wilayah Kabupaten Belu. Berbagai
peningkatan telah dicapai sebagai hasil dari pembangunan kesehatan, sejalan dengan perbaikan
kondisi umum serta keadaan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Belu. Gambaran tersebut
merupakan fakta yang layak dikomunikasikan baik kepada para penentu kebijakan, kepada pengelolah
program kesehatan maupun kepada instansi Lintas sektor, serta kepada masyarakat umum yang
disajikan dalam format buku profil.
Buku Profil Kesehatan sering kali belum mendapatkan apresiasi yang layak, karena belum
dapat menyajikan data dan informasi kesehatan sesuai yang diharapkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dan yang membutuhkan. Oleh karena itu, perlu adanya terobosan dan ide-ide baru
dalam mekanisme penyusunan, baik dimulai dari masa pengumpulan data, proses validasi data serta
dalam tahap analisa data, yang nantinya akan menghasilkan suatu publikasi data dan informasi
pembangunan kesehatan, serta dapat membawa manfaat bagi dunia kesehatan di Kabupaten Belu dan
Indonesia pada umumnya. Harapan kami, saran dan masukan yang membangun dari berbagai pihak
guna penyempurnaan buku ini, sangat kami harapkan.
Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan
buku Profil Kesehatan Kabupaten Belu ini, kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
menganugerahkan hikmat dan kebijaksanaan bagi kita semua.
Bidang Bina Kesehatan Keluarga. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2014. Dinas Kesehatan Kabupaten
Belu. Atambua
Bidang Bina Pelayanan Kesehatan. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2014. Dinas Kesehatan Kabupaten
Belu. Atambua
Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2014. Dinas
Bidang Promosi Kesehatan dan Penyehatan Lingkungan. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2014. Dinas
Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2011. Dinas
Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2012. Dinas
Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2013. Dinas
Kementerian Kesehatan RI. 2015. Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten / Kota 2013
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
A. GAMBARAN UMUM
1 Luas Wilayah 1,285 Km2 Tabel 1
2 Jumlah Desa/Kelurahan 81Desa/Kel Tabel 1
3 Jumlah Penduduk 97,221 99,781 197,002 Jiwa Tabel 2
4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 4.5 Jiwa Tabel 1
5 Kepadatan Penduduk /Km2 153.3 Jiwa/Km
2
Tabel 1
6 Rasio Beban Tanggungan 72.0 per 100 penduduk produktif Tabel 2
7 Rasio Jenis Kelamin 97.4 Tabel 2
8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 3
9 Penduduk 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi
a. SMP/ MTs 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
b. SMA/ SMK/ MA 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
c. Sekolah menengah kejuruan 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
d. Diploma I/Diploma II 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
e. Akademi/Diploma III 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
f. Universitas/Diploma IV 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
g. S2/S3 (Master/Doktor) 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
B. DERAJAT KESEHATAN
B.1 Angka Kematian
10 Jumlah Lahir Hidup 2,221 2,028 4,249 Tabel 4
11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 19 16 18 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 4
12 Jumlah Kematian Neonatal 35 19 54 neonatal Tabel 5
13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) 16 9 13 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
14 Jumlah Bayi Mati 40 20 60 bayi Tabel 5
15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 18 10 14 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
16 Jumlah Balita Mati 43 22 65 Balita Tabel 5
17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 19 11 15 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
18 Kematian Ibu
Jumlah Kematian Ibu 5 Ibu Tabel 6
Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 118 per 100.000 Kelahiran Hidup Tabel 6
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
C. UPAYA KESEHATAN
C.1 Pelayanan Kesehatan
39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 97 % Tabel 29
40 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 61.96 % Tabel 29
41 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 89.97 % Tabel 29
42 Pelayanan Ibu Nifas 88.30 % Tabel 29
43 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 86.90 % Tabel 29
44 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 33.79 % Tabel 30
45 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 78.82 % Tabel 32
46 Penanganan komplikasi kebidanan 50.36 % Tabel 33
47 Penanganan komplikasi Neonatal 60.08 47.66 53.79 % Tabel 33
48 Peserta KB Baru 30.02 % Tabel 36
49 Peserta KB Aktif 74.09 % Tabel 36
50 Bayi baru lahir ditimbang 100 100 100 % Tabel 37
51 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 8.01 7.30 7.67 % Tabel 37
52 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 99.86 88.59 94.16 % Tabel 38
53 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 94.86 85.88 90.31 % Tabel 38
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
54 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 68.90 76.69 72.52 % Tabel 39
55 Pelayanan kesehatan bayi 100.00 106.80 103.25 % Tabel 40
56 Desa/Kelurahan UCI 76.54 % Tabel 41
57 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 91.28 93.31 92.31 % Tabel 43
58 Imunisasi dasar lengkap pada bayi 90.59 89.56 90.07 % Tabel 43
59 Bayi Mendapat Vitamin A 91.71 93.06 92.36 % Tabel 44
60 Anak Balita Mendapat Vitamin A 94.11 95.36 94.73 % Tabel 44
61 Baduta ditimbang 79.91 100.44 88.54 % Tabel 45
62 Baduta berat badan di bawah garis merah (BGM) 2.13 1.61 1.88 % Tabel 45
63 Pelayanan kesehatan anak balita 139.71 158.28 148.58 % Tabel 46
64 Balita ditimbang (D/S) 82.42 84.22 83.30 % Tabel 47
65 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 2.90 2.71 2.81 % Tabel 47
66 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100.00 100.00 100.00 % Tabel 48
67 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 90.02 88.54 89.30 %
Tabel 49
68 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 0.26 Tabel 50
69 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal 100.00 sekolah Tabel 51
70 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi 100.00 sekolah Tabel 51
71 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 41.93 43.90 42.89 % Tabel 51
72 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) 31.18 39.12 35.23 % Tabel 51
73 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan
mulut 31.18 39.12 35.23 % Tabel 51
74 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) 79.04 107.48 94.04 % Tabel 52
D. SUMBERDAYA KESEHATAN
D.1 Sarana Kesehatan
94 Jumlah Rumah Sakit Umum 4.00 RS Tabel 67
95 Jumlah Rumah Sakit Khusus - RS Tabel 67
96 Jumlah Puskesmas Rawat Inap 2.00 Tabel 67
97 Jumlah Puskesmas non-Rawat Inap 15.00 Tabel 67
Jumlah Puskesmas Keliling 17.00 Tabel 67
Jumlah Puskesmas pembantu 16.00 Tabel 67
98 Jumlah Apotek 14.00 Tabel 67
99 RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 25.00 % Tabel 68
100 Jumlah Posyandu 415.00 Posyandu Tabel 69
101 Posyandu Aktif 58.55 % Tabel 69
102 Rasio posyandu per 100 balita 1.74 per 100 balita Tabel 69
103 UKBM
Poskesdes 26.00 Poskesdes Tabel 70
Polindes 48.00 Polindes Tabel 70
Posbindu 4.00 Posbindu Tabel 70
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
104 Jumlah Desa Siaga 60.00 Desa Tabel 71
105 Persentase Desa Siaga 74.07 % Tabel 71
JUMLAH PENDUDUK
NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN
1 2 3 4 5 6
JUMLAH PERSENTASE
NO VARIABEL LAKI-LAKI+ LAKI-LAKI+
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS 0 0
JUMLAH KELAHIRAN
HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 58 1 59 60 2 62 118 3 121
2 Rafae 136 3 139 102 2 104 238 5 243
3 Tasifeto Barat Halilulik 188 1 189 193 2 195 381 3 384
4 Kakuluk Mesak Atapupu 120 1 121 117 5 122 237 6 243
5 Haliwen 230 6 236 196 7 203 426 13 439
6 Ainiba 20 0 20 22 0 22 42 0 42
7 Nanaet Dubesi Laktutus 41 2 43 54 0 54 95 2 97
8 Kota Atambua Kota 196 0 196 165 1 166 361 1 362
9 Atambua Barat Umanen 258 5 263 259 2 261 517 7 524
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 322 5 327 293 4 297 615 9 624
11 Tasifeto Timur Wedomu 175 6 181 147 3 150 322 9 331
12 Silawan 41 1 42 45 0 45 86 1 87
13 Raihat Haekesak 168 4 172 145 2 147 313 6 319
14 Lasiolat Aululik 55 4 59 75 0 75 130 4 134
15 Lamaknen Weluli 79 0 79 73 0 73 152 0 152
16 Dilumil 46 0 46 26 2 28 72 2 74
17 Lamaknen Selatan Nualain 88 5 93 56 0 56 144 5 149
JUMLAH (KAB/KOTA) 2,221 44 2,265 2,028 32 2,060 4,249 76 4,325
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN) 19.43 15.53 17.57
Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi
TABEL 5
JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
JUMLAH KEMATIAN
Keterangan : - Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKN/AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi
TABEL 6
JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
KEMATIAN IBU
JUMLAH LAHIR JUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU
NO KECAMATAN PUSKESMAS
HIDUP < 20 20-34 ≥35 < 20 20-34 ≥35 < 20 20-34 ≥35 < 20 20-34 ≥35
JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Raimanuk Webora 118 - - - 0 - - - 0 - 1 - 1 0 1 0 1
2 Rafae 238 - - 1 1 - - 0 - - - 0 0 0 1 1
3 Tasifeto Barat Halilulik 381 - - - 0 1 - - 1 - - - 0 1 0 0 1
4 Kakuluk Mesak Atapupu 237 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
5 Haliwen 426 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
6 Ainiba 42 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 95 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
8 Kota Atambua Kota 361 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
9 Atambua Barat Umanen 517 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 615 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
11 Tasifeto Timur Wedomu 322 - - - 0 - - - 0 - 1 - 1 0 1 0 1
12 Silawan 86 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
13 Raihat Haekesak 313 - - - 0 - 1 - 1 - - - 0 0 1 0 1
14 Lasiolat Aululik 130 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
15 Lamaknen Weluli 152 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
16 Dilumil 72 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 144 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 4,249 0 0 1 1 1 1 0 2 0 2 0 2 1 3 1 5
ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN) 117.67
KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
JUMLAH SELURUH
JUMLAH KASUS BARU TB BTA+ KASUS TB ANAK 0-
JUMLAH PENDUDUK KASUS TB (Case Notification Rate)
NO KECAMATAN PUSKESMAS 14 TAHUN
L P L P
L+P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 2,870 3,033 5,903 2 40.00 3 60.00 5 2 40.00 3 60.00 5 0 0.00
2 Rafae 4,603 4,829 9,432 8 42 11 57.89 19 8 42 11 57.89 19 0 0.00
3 Tasifeto Barat Halilulik 9,567 10,101 19,668 26 72 10 27.78 36 26 72 10 27.78 36 0 0.00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 5,488 5,284 10,772 15 65 8 34.78 23 17 68 8 32.00 25 0 0.00
5 Haliwen 9,968 11,028 20,996 20 48 22 52.38 42 22 49 23 51.11 45 0 0.00
6 Ainiba 1,055 1,084 2,139 2 67 1 33.33 3 2 67 1 33.33 3 0 0.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 2,060 2,232 4,292 3 38 5 62.50 8 3 38 5 62.50 8 0 0.00
8 Kota Atambua Kota 8,914 9,017 17,931 51 61 32 38.55 83 124 51 120 49.18 244 0 0.00
9 Atambua Barat Umanen 11,577 11,268 22,845 22 63 13 37.14 35 22 63 13 37.14 35 0 0.00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 13,224 13,638 26,862 13 57 10 43.48 23 13 57 10 43.48 23 0 0.00
11 Tasifeto Timur Wedomu 7,357 7,000 14,357 28 70 12 30.00 40 18 60 12 40.00 30 0 0.00
12 Silawan 1,779 1,755 3,534 5 71 2 28.57 7 5 71 2 28.57 7 0 0.00
13 Raihat Haekesak 6,206 6,435 12,641 8 47 9 52.94 17 8 47 9 52.94 17 0 0.00
14 Lasiolat Aululik 3,138 3,116 6,254 8 57 6 42.86 14 8 53 7 46.67 15 0 0.00
15 Lamaknen Weluli 3,972 4,429 8,401 6 50 6 50.00 12 6 46 7 53.85 13 0 0.00
16 Dilumil 1,611 1,587 3,198 4 44 5 55.56 9 4 44 5 55.56 9 0 0.00
17 Lamaknen Selatan Nualain 3,832 3,945 7,777 4 100 0 0.00 4 4 80 1 20.00 5 0 0.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 97,221 99,781 197,002 225 59 155 41 380 292 54 247 46 539 0 0
CNR KASUS BARU TB BTA+ PER 100.000 PENDUDUK 231.43 155.34 192.89
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
TB PARU
SUSPEK % BTA (+)
NO KECAMATAN PUSKESMAS BTA (+)
TERHADAP SUSPEK
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 20 30 50 2 3 5 10.00 10.00 10.00
2 Rafae 80 110 190 8 11 19 10.00 10.00 10.00
3 Tasifeto Barat Halilulik 260 100 360 26 10 36 10.00 10.00 10.00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 150 80 230 15 8 23 10.00 10.00 10.00
5 Haliwen 200 220 420 20 22 42 10.00 10.00 10.00
6 Ainiba 20 10 30 2 1 3 10.00 10.00 10.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 30 50 80 3 5 8 10.00 10.00 10.00
8 Kota Atambua Kota 510 320 830 51 32 83 10.00 10.00 10.00
9 Atambua Barat Umanen 220 130 350 22 13 35 10.00 10.00 10.00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 130 100 230 13 10 23 10.00 10.00 10.00
11 Tasifeto Timur Wedomu 180 120 300 18 12 30 10.00 10.00 10.00
12 Silawan 50 20 70 5 2 7 10.00 10.00 10.00
13 Raihat Haekesak 80 90 170 8 9 17 10.00 10.00 10.00
14 Lasiolat Aululik 80 60 140 8 6 14 10.00 10.00 10.00
15 Lamaknen Weluli 60 60 120 6 6 12 10.00 10.00 10.00
16 Dilumil 40 50 90 4 5 9 10.00 10.00 10.00
17 Lamaknen Selatan Nualain 40 0 40 4 0 4 10.00 #DIV/0! 10.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 2,150 1,550 3,700 215 155 370 10.00 10.00 10.00
ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
JUMLAH (KAB/KOTA) 22 18 40 28 32 60 6 5 11 0 0 0
PROPORSI JENIS KELAMIN 55.00 45.00 46.67 53.33 54.55 45.45 #DIV/0! #DIV/0!
DONOR DARAH
SAMPEL DARAH DIPERIKSA/DISKRINING
NO UNIT TRANSFUSI DARAH POSITIF HIV
JUMLAH PENDONOR TERHADAP HIV
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 RSUD Mgr. Gab. Manek,SVD 1,593 1,235 2,828 1,593 100.00 1,235 100.00 2,828 100.00 6 0.38 5 0.40 11 0.39
0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
JUMLAH 1,593 1,235 2,828 1,593 100.00 1,235 100.00 2,828 100.00 6 0.38 5 0 11 0.39
KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
DIARE
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH TARGET DIARE DITANGANI
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENEMUAN L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Raimanuk Webora 2,870 3,033 5,903 61 65 126 7 11 15 23 22 17.42
2 Rafae 4,603 4,829 9,432 99 103 202 19 19 30 29 49 24.28
3 Tasifeto Barat Halilulik 9,567 10,101 19,668 205 216 421 30 15 30 14 60 14.26
4 Kakuluk Mesak Atapupu 5,488 5,284 10,772 117 113 231 81 69 70 62 151 65.50
5 Haliwen 9,968 11,028 20,996 213 236 449 54 25 79 33 133 29.60
6 Ainiba 1,055 1,084 2,139 23 23 46 16 71 23 99 39 85.20
7 Nanaet Dubesi Laktutus 2,060 2,232 4,292 44 48 92 0 0 1 2 1 1.09
8 Kota Atambua Kota 8,914 9,017 17,931 191 193 384 160 84 251 130 411 107.11
9 Atambua Barat Umanen 11,577 11,268 22,845 248 241 489 24 10 24 10 48 9.82
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 13,224 13,638 26,862 283 292 575 47 17 61 21 108 18.79
11 Tasifeto Timur Wedomu 7,357 7,000 14,357 157 150 307 39 25 38 25 77 25.06
12 Silawan 1,779 1,755 3,534 38 38 76 7 18 5 13 12 15.87
13 Raihat Haekesak 6,206 6,435 12,641 133 138 271 164 123 163 118 327 120.88
14 Lasiolat Aululik 3,138 3,116 6,254 67 67 134 84 125 96 144 180 134.49
15 Lamaknen Weluli 3,972 4,429 8,401 85 95 180 156 184 164 173 320 177.99
16 Dilumil 1,611 1,587 3,198 34 34 68 28 81 20 59 48 70.14
17 Lamaknen Selatan Nualain 3,832 3,945 7,777 82 84 166 86 105 84 99 170 102.15
JUMLAH (KAB/KOTA) 97,221 99,781 197,002 2,081 2,135 4,216 1,002 48.16 1,154 54.04 2,156 51.14
ANGKA KESAKITAN DIARE PER 1.000 PENDUDUK 214.00
KASUS BARU
NO KECAMATAN PUSKESMAS Pausi Basiler (PB)/ Kusta kering Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah PB + MB
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora - - - - - - - - -
2 Rafae - - - - - - - - -
3 Tasifeto Barat Halilulik - - - 1 - 1 1 - 1
4 Kakuluk Mesak Atapupu - - - - 1 1 - 1 1
5 Haliwen - - - - 1 1 - 1 1
6 Ainiba - - - - - - - - -
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - - - - - - - -
8 Kota Atambua Kota - - - 1 - 1 1 - 1
9 Atambua Barat Umanen - - - - - - - - -
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - - 2 - 2 2 - 2
11 Tasifeto Timur Wedomu - - - 2 - 2 2 - 2
12 Silawan - - - - - - - - -
13 Raihat Haekesak - - - - - - - - -
14 Lasiolat Aululik - - - - - - - - -
15 Lamaknen Weluli - - - - - - - - -
16 Dilumil - - - - 2 2 - 2 2
17 Lamaknen Selatan Nualain - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) - - - 6 4 10 6 4 10
PROPORSI JENIS KELAMIN #DIV/0! #DIV/0! 60 40 60 40
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE) PER 100.000 PENDUDUK 6.17 4.01 5.076
KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
KASUS BARU
PENDERITA KUSTA
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENDERITA CACAT TINGKAT 2
0-14 TAHUN
KUSTA
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Raimanuk Webora - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
2 Rafae - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 1 - 0.00 0 0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1 - 0.00 0 0
5 Haliwen 1 - 0.00 0 0
6 Ainiba - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 1 - 0.00 0 0
9 Atambua Barat Umanen - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 2 - 0.00 1 50
11 Tasifeto Timur Wedomu 2 - 0.00 0 0
12 Silawan - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
13 Raihat Haekesak - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
14 Lasiolat Aululik - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
16 Dilumil 2 - 0.00 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 10 - 0.00 1 10.00
ANGKA CACAT TINGKAT 2 PER 100.000 PENDUDUK 0.51
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2,014
KASUS TERCATAT
NO KECAMATAN PUSKESMAS Pausi Basiler/Kusta kering Multi Basiler/Kusta Basah JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora - - - - - - - - -
2 Rafae - - - - - - - - -
3 Tasifeto Barat Halilulik - - - 2 - 2 2 - 2
4 Kakuluk Mesak Atapupu - - - - 1 1 - 1 1
5 Haliwen - - - - 1 1 - 1 1
6 Ainiba - - - - - - - - -
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - - - - - - - -
8 Kota Atambua Kota - - - 3 - 3 3 - 3
9 Atambua Barat Umanen - - - - - - - - -
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - - 2 - 2 2 - 2
11 Tasifeto Timur Wedomu - - - 4 - 4 4 - 4
12 Silawan - - - - - - - - -
13 Raihat Haekesak - - - - - - - - -
14 Lasiolat Aululik - - - - - - - - -
15 Lamaknen Weluli - - - 1 1 2 1 1 2
16 Dilumil - - - - 2 2 - 2 2
17 Lamaknen Selatan Nualain - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) - - - 12 5 17 12 5 17
ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK 1.23 0.50 0.86
PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2,014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Raimanuk Webora - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
2 Rafae - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
4 Kakuluk Mesak Atapupu - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
5 Haliwen - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
6 Ainiba - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! 2 - 2 2 100 - #DIV/0! 2 100
9 Atambua Barat Umanen - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! 2 - 2 - - - #DIV/0! - -
11 Tasifeto Timur Wedomu - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! 1 - 1 1 100 - #DIV/0! 1 100
12 Silawan - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
13 Raihat Haekesak - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
14 Lasiolat Aululik - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! 1 1 2 1 100 1 100 2 100
16 Dilumil - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! 6 1 7 4 66.67 1 100 5 71.43
Catatan : Jumlah penduduk < 15 tahun kolom 4 = jumlah penduduk < 15 tahun pada tabel 2, yaitu
121,743
sebesar:
TABEL 19
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2,014
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2,014
JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
MALARIA
SEDIAAN DARAH DIPERIKSA
NO KECAMATAN PUSKESMAS SUSPEK MENINGGAL CFR
POSITIF
L P L+P
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Raimanuk Webora - - 0 509 611 1,120 3 0.59 10 2 13 1.16 - - 0 - 0 0
2 Rafae - - 0 787 655 1,442 9 1.14 13 2 22 1.53 - - 0 0.00 0.00 0.00
3 Tasifeto Barat Halilulik - - 0 1,226 1,317 2,543 10 0.82 20 2 30 1.18 - - 0 0.00 0.00 0.00
4 Kakuluk Mesak Atapupu - - 0 352 976 1,328 11 3.13 5 1 16 1.20 - - 0 0.00 0 0.00
5 Haliwen - - 0 576 455 1,031 17 2.95 12 3 29 2.81 - - 0 0.00 0.00 0.00
6 Ainiba - - 0 112 118 230 - 0.00 5 4 5 2.17 - - 0 #DIV/0! 0 0.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - 0 464 518 982 12 2.59 9 2 21 2.14 - - 0 0.00 0.00 0.00
8 Kota Atambua Kota - - 0 5,412 3,736 9,148 784 14.49 914 24 1,698 18.56 - - 0 0.00 0.00 0
9 Atambua Barat Umanen - - 0 318 411 729 9 2.83 4 1 13 1.78 - - 0 0.00 0.00 0.00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - 0 569 519 1,088 10 1.76 8 2 18 1.65 - - 0 0.00 0.00 0
11 Tasifeto Timur Wedomu - - 0 612 842 1,454 21 3.43 37 4 58 3.99 - - 0 0.00 0.00 0.00
12 Silawan - - 0 504 412 916 1 0.20 7 2 8 0.87 - - 0 0.00 0.00 0.00
13 Raihat Haekesak - - 0 257 312 569 4 1.56 4 1 8 1.41 - - 0 0.00 0.00 0.00
14 Lasiolat Aululik - - 0 287 335 622 - 0.00 2 1 2 0.32 - - 0 #DIV/0! 0.00 0.00
15 Lamaknen Weluli - - 0 216 157 373 2 0.93 - - 2 0.54 - - 0 0.00 #DIV/0! 0.00
16 Dilumil - - 0 296 281 577 3 1.01 4 1 7 1.21 - - 0 0.00 0.00 0.00
17 Lamaknen Selatan Nualain - - 0 387 221 608 1 0.26 5 2 6 0.99 - - 0 0.00 0.00 0.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 12,884 11,876 24,760 897 6.96 1,059 9 1,956 7.90 0 0 0 0 0 0
ANGKA KESAKITAN (ANNUAL PARASITE INCIDENCE ) PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO 9.23 10.61 9.93
PENDERITA FILARIASIS
NO KECAMATAN PUSKESMAS KASUS BARU DITEMUKAN JUMLAH SELURUH KASUS
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Raimanuk Webora - - - - - -
2 Rafae - - - - - -
3 Tasifeto Barat Halilulik - - - - - -
4 Kakuluk Mesak Atapupu - - - - - -
5 Haliwen - - - - - -
6 Ainiba - - - - - -
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - - - - -
8 Kota Atambua Kota - - - - - -
9 Atambua Barat Umanen - - - - - -
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - - - - -
11 Tasifeto Timur Wedomu - - - - - -
12 Silawan - - - - - -
13 Raihat Haekesak - - - - - -
14 Lasiolat Aululik - - - - - -
15 Lamaknen Weluli - - - - - -
16 Dilumil - - - - - -
17 Lamaknen Selatan Nualain - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) - - - - - -
ANGKA KESAKITAN PER 100.000 PENDUDUK (KAB/KOTA) - - -
PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK ≥ 18 TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE)
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2,014
PEMERIKSAAN LEHER
PEREMPUAN IVA POSITIF TUMOR/BENJOLAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS RAHIM DAN PAYUDARA
USIA 30-49 TAHUN
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Raimanuk Webora 665 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
2 Rafae 1,098 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 2,307 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1,356 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
5 Haliwen 2,733 48 1.76 2.00 4.17 - -
6 Ainiba 246 1 0.41 - - 1.00 100.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 518 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 2,112 19 0.90 - - - -
9 Atambua Barat Umanen 2,818 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 3,348 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
11 Tasifeto Timur Wedomu 1,662 1 0.06 - - 1.00 100.00
12 Silawan 382 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
13 Raihat Haekesak 1,534 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
14 Lasiolat Aululik 676 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli 970 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
16 Dilumil 395 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 900 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 23,720 69 0.29 2.00 2.90 2.00 2.90
JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
KLB DI DESA/KELURAHAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH DITANGANI <24 JAM %
1 2 3 4 5 6
1 Raimanuk Webora #DIV/0!
2 Rafae #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik #DIV/0!
4 Kakuluk Mesak Atapupu #DIV/0!
5 Haliwen #DIV/0!
6 Ainiba #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota #DIV/0!
9 Atambua Barat Umanen #DIV/0!
10 Atambua Selatan Atambua Selatan #DIV/0!
11 Tasifeto Timur Wedomu #DIV/0!
12 Silawan #DIV/0!
13 Raihat Haekesak #DIV/0!
14 Lasiolat Aululik #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli #DIV/0!
16 Dilumil #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 #DIV/0!
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
PERKIRAAN PENANGANAN
PERKIRAAN NEONATAL PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
BUMIL KOMPLIKASI JUMLAH BAYI
JUMLAH KOMPLIKASI
NO KECAMATAN PUSKESMAS DENGAN KEBIDANAN L P L+P
IBU HAMIL
KOMPLIKASI
KEBIDANAN S % L P L+P L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Raimanuk Webora 147 29 7 23.81 64 70 134 10 11 20 6 62.5 - 0.0 6 29.9
2 Rafae 233 47 14 30.04 104 107 211 16 16 32 6 38.5 16 99.7 22 69.5
3 Tasifeto Barat Halilulik 484 97 24 24.79 216 224 440 32 34 66 10 30.9 16 47.6 26 39.4
4 Kakuluk Mesak Atapupu 270 54 10 18.52 125 120 245 19 18 37 5 26.7 11 61.1 16 43.5
5 Haliwen 531 106 59 55.56 229 254 483 34 38 72 26 75.7 17 44.6 43 59.4
6 Ainiba 54 11 5 46.30 24 25 49 4 4 7 1 27.8 8 213.3 9 122.4
7 Nanaet Dubesi Laktutus 106 21 1 4.72 46 50 96 7 8 14 6 87.0 2 26.7 8 55.6
8 Kota Atambua Kota 443 89 39 44.02 198 204 402 30 31 60 22 74.1 11 35.9 33 54.7
9 Atambua Barat Umanen 553 111 26 23.51 255 248 503 38 37 75 16 41.8 10 26.9 26 34.5
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 677 135 49 36.19 304 311 615 46 47 92 25 54.8 18 38.6 43 46.6
11 Tasifeto Timur Wedomu 358 72 72 100.6 167 159 326 25 24 49 32 127.7 19 79.7 51 104.3
12 Silawan 88 18 18 102.3 40 40 80 6 6 12 4 66.7 4 66.7 8 66.7
13 Raihat Haekesak 309 62 62 100.3 138 143 281 21 21 42 18 87.0 12 55.9 30 71.2
14 Lasiolat Aululik 159 32 32 100.6 73 72 145 11 11 22 7 63.9 4 37.0 11 50.6
15 Lamaknen Weluli 210 42 20 47.6 90 100 190 14 15 29 11 81.5 7 46.7 18 63.2
16 Dilumil 80 16 16 100.0 37 36 73 6 5 11 2 36.0 1 18.5 3 27.4
17 Lamaknen Selatan Nualain 193 39 39 101.0 87 89 176 13 13 26 1 7.7 5 37.5 6 22.7
JUMLAH (KAB/KOTA) 4,895 979 493 50.36 2,197 2,252 4,449 330 338 667 198 60.08 161 47.66 359 53.79
PESERTA KB AKTIF
MKJP NON MKJP MKJP +
NO KECAMATAN PUSKESMAS % MKJP +
IM KON OBAT LAIN NON
IUD % MOP % MOW % % JUMLAH % % SUNTIK % PIL % % % JUMLAH % NON MKJP
PLAN DOM VAGINA NYA MKJP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 Raimanuk Webora 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 71 89.9 8 10.1 0 0.0 0 0.0 79 100.0 79 100.0
2 Rafae 8 1.5 4 0.8 24 4.5 21 4.0 57 10.8 0 0.0 446 84.3 26 4.9 0 0.0 0 0.0 472 89.2 529 100.0
3 Tasifeto Barat Halilulik 13 0.8 4 0.2 25 1.5 24 1.5 66 4.0 28 1.7 1,142 69.4 410 24.9 0 0.0 0 0.0 1,580 96.0 1,646 100.0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 7 1.0 24 3.3 25 3.4 18 2.5 74 10.1 0 0.0 642 87.7 16 2.2 0 0.0 0 0.0 658 89.9 732 100.0
5 Haliwen 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 2 0.7 148 51.4 138 47.9 0 0.0 0 0.0 288 100.0 288 100.0
6 Ainiba 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 1 2.1 45 93.8 2 4.2 0 0.0 0 0.0 48 100.0 48 100.0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 39 100.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 39 100.0 39 100.0
8 Kota Atambua Kota 66 9.0 0 0.0 102 13.9 42 5.7 210 28.7 3 0.4 473 64.6 46 6.3 0 0.0 0 0.0 522 71.3 732 100.0
9 Atambua Barat Umanen 163 16.4 2 0.2 53 5.3 69 7.0 287 29.0 19 1.9 602 60.7 83 8.4 0 0.0 0 0.0 704 71.0 991 100.0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 100 5.9 4 0.2 178 10.5 47 2.8 329 19.4 12 0.7 1,273 75.1 81 4.8 0 0.0 0 0.0 1,366 80.6 1,695 100.0
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 111 100.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 111 100.0 111 100.0
12 Silawan 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 69 95.8 3 4.2 0 0.0 0 0.0 72 100.0 72 100.0
13 Raihat Haekesak 0 0.0 0 0.0 43 10.2 202 48.0 245 58.2 2 0.5 166 39.4 8 1.9 0 0.0 0 0.0 176 41.8 421 100.0
14 Lasiolat Aululik 0 0.0 0 0.0 7 1.7 99 23.7 106 25.4 16 3.8 271 65.0 24 5.8 0 0.0 0 0.0 311 74.6 417 100.0
15 Lamaknen Weluli 50 10.6 10 2.1 40 8.5 102 21.6 202 42.8 0 0.0 268 56.8 2 0.4 0 0.0 0 0.0 270 57.2 472 100.0
16 Dilumil 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 45 100.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 45 100.0 45 100.0
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0.0 0 0.0 8 1.4 63 11.3 71 12.7 0 0.0 485 86.9 2 0.4 0 0.0 0 0.0 487 87.3 558 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 407 4.59 48 0.54 505 5.69 687 7.74 1,647 18.56 83 0.94 6,296 70.94 849 9.57 0 0.0 0 0.0 7,228 81.44 8,875 100.0
PESERTA KB BARU
MKJP NON MKJP MKJP + % MKJP
NO KECAMATAN PUSKESMAS
KONDO OBAT LAIN NON + NON
IUD % MOP % MOW % IMPLAN % JUMLAH % % SUNTIK % PIL % % % JUMLAH % MKJP MKJP
M VAGINA NYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 Raimanuk Webora 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 1 1.1 82 92.1 6 6.7 0 0.0 0 0.0 89 100.0 89 100.0
2 Rafae 1 0.6 0 0.0 5 2.9 12 6.9 18 10.4 0 0.0 144 83.2 11 6.4 0 0.0 0 0.0 155 89.6 173 100.0
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0.0 0 0.0 16 7.4 14 6.5 30 14.0 0 0.0 179 83.3 6 2.8 0 0.0 0 0.0 185 86.0 215 100.0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1 0.5 0 0.0 0 0.0 12 5.8 13 6.3 0 0.0 181 87.0 14 6.7 0 0.0 0 0.0 195 93.8 208 100.0
5 Haliwen 4 1.4 0 0.0 5 1.7 3 1.0 12 4.2 0 0.0 238 82.4 39 13.5 0 0.0 0 0.0 277 95.8 289 100.0
6 Ainiba 0 0.0 0 0.0 1 0.9 17 15.7 18 16.7 0 0.0 90 83.3 0 0.0 0 0.0 0 0.0 90 83.3 108 100.0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0.0 0 0.0 2 1.5 4 3.0 6 4.5 0 0.0 92 68.7 36 26.9 0 0.0 0 0.0 128 95.5 134 100.0
8 Kota Atambua Kota 12 4.7 0 0.0 14 5.4 32 12.4 58 22.5 8 3.1 170 65.9 22 8.5 0 0.0 0 0.0 200 77.5 258 100.0
9 Atambua Barat Umanen 7 2.1 0 0.0 4 1.2 45 13.8 56 17.2 2 0.6 248 76.1 20 6.1 0 0.0 0 0.0 270 82.8 326 100.0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 9 4.9 1 0.5 6 3.3 10 5.5 26 14.3 4 2.2 145 79.7 7 3.8 0 0.0 0 0.0 156 85.7 182 100.0
11 Tasifeto Timur Wedomu 19 4.0 0 0.0 5 1.0 45 9.4 69 14.4 3 0.6 404 84.3 3 0.6 0 0.0 0 0.0 410 85.6 479 100.0
12 Silawan 0 0.0 0 0.0 0 0.0 2 2.1 2 2.1 0 0.0 92 95.8 2 2.1 0 0.0 0 0.0 94 97.9 96 100.0
13 Raihat Haekesak 5 1.4 0 0.0 11 3.1 125 35.6 141 40.2 0 0.0 168 47.9 42 12.0 0 0.0 0 0.0 210 59.8 351 100.0
14 Lasiolat Aululik 0 0.0 0 0.0 0 0.0 23 12.5 23 12.5 17 9.2 115 62.5 29 15.8 0 0.0 0 0.0 161 87.5 184 100.0
15 Lamaknen Weluli 2 0.8 0 0.0 0 0.0 34 13.1 36 13.8 0 0.0 224 86.2 0 0.0 0 0.0 0 0.0 224 86.2 260 100.0
16 Dilumil 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 109 100.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 109 100.0 109 100.0
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0.0 0 0.0 1 0.7 8 5.9 9 6.7 1 0.7 119 88.1 6 4.4 0 0.0 0 0.0 126 93.3 135 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 60 1.67 1 0.03 70 1.95 386 10.73 517 14.38 36 1.00 2,800 77.86 243 6.76 0 0.0 0 0.0 3,079 85.62 3,596 100.0
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
1 2 3 4 5 6
1 Raimanuk Webora 4 4 100.0
2 Rafae 5 3 60.0
3 Tasifeto Barat Halilulik 7 7 100.0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 4 0 0.0
5 Haliwen 5 5 100.0
6 Ainiba 1 1 100.0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4 4 100.0
8 Kota Atambua Kota 3 3 100.0
9 Atambua Barat Umanen 4 4 100.0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 5 1 20.0
11 Tasifeto Timur Wedomu 8 6 75.0
12 Silawan 1 1 100.0
13 Raihat Haekesak 6 5 83.3
14 Lasiolat Aululik 7 7 100.0
15 Lamaknen Weluli 6 1 16.7
16 Dilumil 3 3 100.0
17 Lamaknen Selatan Nualain 8 7 87.5
JUMLAH (KAB/KOTA) 81 62 76.54
CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH BAYI
Hb < 7 hari BCG
NO KECAMATAN PUSKESMAS (SURVIVING INFANT)
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 55 59 114 54 98.18 49 83.05 103 90.35 82 149.09 53 89.83 135 118.42
2 Rafae 103 109 212 133 129.13 97 88.99 230 108.49 124 120.39 101 92.66 225 106.13
3 Tasifeto Barat Halilulik 216 224 440 183 84.72 189 84.38 372 84.55 216 100.00 207 92.41 423 96.14
4 Kakuluk Mesak Atapupu 124 120 244 119 95.97 103 85.83 222 90.98 114 91.94 118 98.33 232 95.08
5 Haliwen 229 254 483 185 80.79 188 74.02 373 77.23 217 94.76 250 98.43 467 96.69
6 Ainiba 22 20 42 21 95.45 20 100.00 41 97.62 20 90.91 22 110.00 42 100.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 46 51 97 35 76.09 54 105.88 89 91.75 42 91.30 62 121.57 104 107.22
8 Kota Atambua Kota 198 204 402 139 70.20 110 53.92 249 61.94 259 130.81 249 122.06 508 126.37
9 Atambua Barat Umanen 254 249 503 220 86.61 228 91.57 448 89.07 328 129.13 337 135.34 665 132.21
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 304 311 615 286 94.08 262 84.24 548 89.11 225 74.01 218 70.10 443 72.03
11 Tasifeto Timur Wedomu 165 160 325 177 107.27 134 83.75 311 95.69 167 101.21 143 89.38 310 95.38
12 Silawan 40 40 80 39 97.50 43 107.50 82 102.50 43 107.50 49 122.50 92 115.00
13 Raihat Haekesak 137 144 281 146 106.57 155 107.64 301 107.12 147 107.30 152 105.56 299 106.41
14 Lasiolat Aululik 72 73 145 61 84.72 70 95.89 131 90.34 70 97.22 83 113.70 153 105.52
15 Lamaknen Weluli 92 99 191 83 90.22 82 82.83 165 86.39 76 82.61 65 65.66 141 73.82
16 Dilumil 35 34 69 35 100.00 33 97.06 68 98.55 34 97.14 38 111.76 72 104.35
17 Lamaknen Selatan Nualain 86 90 176 72 83.72 57 63.33 129 73.30 84 97.67 83 92.22 167 94.89
JUMLAH (KAB/KOTA) 2,178 2,241 4,419 1,988 91.28 1,874 83.62 3,862 87.40 2,248 103.21 2,230 99.51 4478 101.34
CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH BAYI
DPT-HB/DPT-HB-Hib (DPT/HB1,DPT/HB2,DPT/HB3) POLIO (1,2,3,4) CAMPAK IMUNISASI DASAR LENGKAP
(SURVIVING INFANT)
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Raimanuk Webora 55 59 114 195 354.55 212 359.32 407 357 264 480.00 272 461.02 536 470.18 68 123.64 58 98.31 126 110.53 68 123.64 58 98.31 126 110.53
2 Rafae 103 109 212 336 326.21 423 388.07 759 358 498 483.50 386 354.13 884 416.98 91 88.35 84 77.06 175 82.55 87 84.47 80 73.39 167 78.77
3 Tasifeto Barat Halilulik 216 224 440 577 267.13 646 288.39 1,223 278 796 368.52 875 390.63 1,671 379.77 190 87.96 225 100.45 415 94.32 190 87.96 225 100.45 415 94.32
4 Kakuluk Mesak Atapupu 124 120 244 328 264.52 318 265.00 646 265 439 354.03 441 367.50 880 360.66 74 59.68 69 57.50 143 58.61 74 59.68 69 57.50 143 58.61
5 Haliwen 229 254 483 604 263.76 559 220.08 1,163 241 801 349.78 830 326.77 1,631 337.68 205 89.52 232 91.34 437 90.48 202 88.21 228 89.76 430 89.03
6 Ainiba 22 20 42 70 318.18 66 330.00 136 324 86 390.91 91 455.00 177 421.43 21 95.45 20 100.00 41 97.62 23 104.55 16 80.00 39 92.86
7 Nanaet Dubesi Laktutus 46 51 97 180 391.30 151 296.08 331 341 214 465.22 221 433.33 435 448.45 59 128.26 51 100.00 110 113.40 59 128.26 51 100.00 110 113.40
8 Kota Atambua Kota 198 204 402 512 258.59 509 249.51 1,021 254 635 320.71 681 333.82 1,316 327.36 187 94.44 192 94.12 379 94.28 169 85.35 175 85.78 344 85.57
9 Atambua Barat Umanen 254 249 503 727 286.22 668 268.27 1,395 277 1,005 395.67 1,030 413.65 2,035 404.57 298 117.32 370 148.59 668 132.80 321 126.38 337 135.34 658 130.82
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 304 311 615 874 287.50 817 262.70 1,691 275 1,142 375.66 1,093 351.45 2,235 363.41 215 70.72 199 63.99 414 67.32 206 67.76 202 64.95 408 66.34
11 Tasifeto Timur Wedomu 165 160 325 474 287.27 464 290.00 938 289 634 384.24 601 375.63 1,235 380.00 138 83.64 157 98.13 295 90.77 139 84.24 154 96.25 293 90.15
12 Silawan 40 40 80 144 360.00 142 355.00 286 358 181 452.50 187 467.50 368 460.00 39 97.50 47 117.50 86 107.50 37 92.50 38 95.00 75 93.75
13 Raihat Haekesak 137 144 281 436 318.25 463 321.53 899 320 573 418.25 612 425.00 1,185 421.71 137 100.00 139 96.53 276 98.22 138 100.73 134 93.06 272 96.80
14 Lasiolat Aululik 72 73 145 213 295.83 231 316.44 444 306 285 395.83 308 421.92 593 408.97 74 102.78 71 97.26 145 100.00 68 94.44 67 91.78 135 93.10
15 Lamaknen Weluli 92 99 191 212 230.43 219 221.21 431 226 290 315.22 270 272.73 560 293.19 68 73.91 72 72.73 140 73.30 67 72.83 62 62.63 129 67.54
16 Dilumil 35 34 69 106 302.86 108 317.65 214 310 136 388.57 143 420.59 279 404.35 36 102.86 30 88.24 66 95.65 41 117.14 35 102.94 76 110.14
17 Lamaknen Selatan Nualain 86 90 176 309 359.30 250 277.78 559 318 423 491.86 359 398.89 782 444.32 88 102.33 75 83.33 163 92.61 84 97.67 76 84.44 160 90.91
JUMLAH (KAB/KOTA) 2,178 2,241 4,419 6,297 289 6,246 279 12,543 284 8,402 385.77 8,400 374.83 16,802 380.22 1,988 91.28 2,091 93.31 4,079 92.31 1,973 90.59 2,007 89.56 3,980 90.07
CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
BAYI 6-11 BULAN ANAK BALITA (12-59 BULAN) BALITA (6-59 BULAN)
MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH BAYI (6-11 Bulan) JUMLAH (12-59 BULAN) JUMLAH (6-59 BULAN)
L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P SƷ % S % S % L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Raimanuk Webora 32 33 65 28 87.50 35 106.06 63 96.92 114 129 243 113 99.12 127 98.45 240 98.77 146 162 308 142 97.26 162 100.00 304 98.70
2 Rafae 53 42 95 53 100.00 42 100.00 95 100.00 446 421 867 446 100.00 421 100.00 867 100.00 499 463 962 499 100.00 463 100.00 962 100.00
3 Tasifeto Barat Halilulik 120 118 238 120 100.00 118 100.00 238 100.00 128 146 274 146 114.06 163 111.64 309 112.77 248 264 512 248 100.00 281 106.44 529 103.32
4 Kakuluk Mesak Atapupu 55 67 122 55 100.00 67 100.00 122 100.00 339 345 684 339 100.00 345 100.00 684 100.00 394 412 806 394 100.00 412 100.00 806 100.00
5 Haliwen 120 124 244 118 98.33 112 90.32 230 94.26 532 550 1,082 524 98.50 536 97.45 1,060 97.97 652 674 1,326 650 99.69 648 96.14 1,298 97.89
6 Ainiba 17 11 28 17 100.00 11 100.00 28 100.00 705 710 1,415 705 100.00 710 100.00 1,415 100.00 722 721 1,443 722 100.00 721 100.00 1,443 100.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 24 21 45 - 0.00 - 0.00 - 0.00 242 232 474 255 105.37 225 96.98 480 101.27 266 253 519 242 90.98 225 88.93 467 89.98
8 Kota Atambua Kota 85 76 161 85 100.00 75 98.68 160 99.38 300 293 593 300 100.00 293 100.00 593 100.00 385 369 754 385 100.00 368 99.73 753 99.87
9 Atambua Barat Umanen 150 131 281 107 71.33 99 75.57 206 73.31 81 95 176 71 87.65 95 100.00 166 94.32 231 226 457 188 81.39 194 85.84 382 83.59
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 186 183 369 186 100.00 183 100.00 369 100.00 901 851 1,752 901 100.00 851 100.00 1,752 100.00 1,087 1,034 2,121 1,087 100.00 1,034 100.00 2,121 100.00
11 Tasifeto Timur Wedomu 90 63 153 83 92.22 56 88.89 139 90.85 588 574 1,162 509 86.56 494 86.06 1,003 86.32 678 637 1,315 671 98.97 550 86.34 1,221 92.85
12 Silawan 18 14 32 18 100.00 14 100.00 32 100.00 778 677 1,455 478 61.44 470 69.42 948 65.15 796 691 1,487 796 100.00 484 70.04 1,280 86.08
13 Raihat Haekesak 67 67 134 67 100.00 67 100.00 134 100.00 429 437 866 429 100.00 437 100.00 866 100.00 496 504 1,000 496 100.00 504 100.00 1,000 100.00
14 Lasiolat Aululik 28 25 53 26 92.86 21 84.00 47 88.68 241 219 460 216 89.63 211 96.35 427 92.83 269 244 513 267 99.26 232 95.08 499 97.27
15 Lamaknen Weluli 39 50 89 39 100.00 50 100.00 89 100.00 306 302 608 306 100.00 302 100.00 608 100.00 345 352 697 345 100.00 352 100.00 697 100.00
16 Dilumil 21 15 36 21 100.00 15 100.00 36 100.00 109 125 234 112 102.75 125 100.00 237 101.28 130 140 270 130 100.00 140 100.00 270 100.00
17 Lamaknen Selatan Nualain 53 40 93 39 73.58 40 100.00 79 84.95 364 377 741 364 100.00 377 100.00 741 100.00 417 417 834 403 96.64 417 100.00 820 98.32
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,158 1,080 2,238 1,062 91.71 1,005 93.06 2,067 92.36 6,603 6,483 13,086 6,214 94.11 6,182 95.36 12,396 94.73 7,761 7,563 15,324 7,665 98.76 7,187 95.03 14,852 96.92
JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 113 92 205 110 102 212 97.35 110.87 103.41 1 0.9 0 0.0 1 0.5
2 Rafae 215 150 365 202 178 380 93.95 118.67 104.11 6 3.0 3 1.7 9 2.4
3 Tasifeto Barat Halilulik 394 318 712 372 370 742 94.42 116.35 104.21 12 3.2 8 2.2 20 2.7
4 Kakuluk Mesak Atapupu 200 171 371 185 181 366 92.50 105.85 98.65 3 1.6 5 2.8 8 2.2
5 Haliwen 547 292 839 296 294 590 54.11 100.68 70.32 3 1.0 2 0.7 5 0.8
6 Ainiba 44 32 76 42 37 79 95.45 115.63 103.95 4 9.5 2 5.4 6 7.6
7 Nanaet Dubesi Laktutus 77 55 132 74 54 128 96.10 98.18 96.97 0 0.0 0 0.0 0 0.0
8 Kota Atambua Kota 313 233 546 181 160 341 57.83 68.67 62.45 5 2.8 2 1.3 7 2.1
9 Atambua Barat Umanen 606 386 992 336 292 628 55.45 75.65 63.31 9 2.7 7 2.4 16 2.5
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 663 497 1,160 531 493 1,024 80.09 99.20 88.28 5 0.9 6 1.2 11 1.1
11 Tasifeto Timur Wedomu 311 245 556 298 279 577 95.82 113.88 103.78 8 2.7 8 2.9 16 2.8
12 Silawan 81 61 142 80 61 141 98.77 100.00 99.30 4 5.0 1 1.6 5 3.5
13 Raihat Haekesak 263 200 463 259 233 492 98.48 116.50 106.26 5 1.9 3 1.3 8 1.6
14 Lasiolat Aululik 131 108 239 117 120 237 89.31 111.11 99.16 2 1.7 1 0.8 3 1.3
15 Lamaknen Weluli 138 138 276 138 138 276 100.00 100.00 100.00 4 2.9 1 0.7 5 1.8
16 Dilumil 63 43 106 63 43 106 100.00 100.00 100.00 0 0.0 0 0.0 0 0.0
17 Lamaknen Selatan Nualain 197 137 334 197 137 334 100.00 100.00 100.00 3 1.5 2 1.5 5 1.5
JUMLAH (KAB/KOTA) 4,356 3,158 7,514 3,481 3,172 6,653 79.91 100.44 88.54 74 2.13 51 1.61 125 1.88
CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
BALITA
JUMLAH BALITA DITIMBANG BGM
NO KECAMATAN PUSKESMAS DILAPORKAN (S) JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P
JUMLA JUMLA JUMLA
L P L+P L P L+P L P L+P % % %
H H H
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 289 283 572 260 274 534 89.97 96.82 93.36 4 1.5 2 0.7 6 1.1
2 Rafae 539 491 1,030 488 449 937 90.54 91.45 90.97 21 4.3 21 4.7 42 4.5
3 Tasifeto Barat Halilulik 886 878 1,764 803 805 1,608 90.63 91.69 91.16 32 4.0 31 3.9 63 3.9
4 Kakuluk Mesak Atapupu 430 446 876 384 392 776 89.30 87.89 88.58 15 3.9 11 2.8 26 3.4
5 Haliwen 731 702 1,433 565 554 1,119 77.29 78.92 78.09 5 0.9 4 0.7 9 0.8
6 Ainiba 102 108 210 92 119 211 90.20 110.19 100.48 8 8.7 9 7.6 17 8.1
7 Nanaet Dubesi Laktutus 182 180 362 181 159 340 99.45 88.33 93.92 2 1.1 0 0.0 2 0.6
8 Kota Atambua Kota 493 464 957 280 262 542 56.80 56.47 56.64 11 3.9 8 3.1 19 3.5
9 Atambua Barat Umanen 1,102 901 2,003 581 518 1,099 52.72 57.49 54.87 17 2.9 14 2.7 31 2.8
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 1,274 1,198 2,472 1,006 950 1,956 78.96 79.30 79.13 20 2.0 21 2.2 41 2.1
11 Tasifeto Timur Wedomu 717 692 1,409 656 625 1,281 91.49 90.32 90.92 35 5.3 34 5.4 69 5.4
12 Silawan 161 167 328 159 166 325 98.76 99.40 99.09 3 1.9 3 1.8 6 1.8
13 Raihat Haekesak 576 543 1,119 549 509 1,058 95.31 93.74 94.55 15 2.7 11 2.2 26 2.5
14 Lasiolat Aululik 288 283 571 258 263 521 89.58 92.93 91.24 3 1.2 7 2.7 10 1.9
15 Lamaknen Weluli 359 375 734 343 370 713 95.54 98.67 97.14 10 2.9 7 1.9 17 2.4
16 Dilumil 139 126 265 138 124 262 99.28 98.41 98.87 0 0.0 0 0.0 0 0.0
17 Lamaknen Selatan Nualain 448 437 885 441 429 870 98.44 98.17 98.31 7 1.6 6 1.4 13 1.5
JUMLAH (KAB/KOTA) 8,716 8,274 16,990 7,184 6,968 14,152 82.42 84.22 83.30 208 2.90 189 2.71 397 2.81
CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
JUMLAH JUMLAH JUMLAH MURID SD/MI MURID SD/MI DIPERIKSA PERLU PERAWATAN MENDAPAT PERAWATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH SD/MI DGN SD/MI
% %
SD/MI SIKAT GIGI MENDAPAT
MASSAL YAN. GIGI L P L+P L % P % L+P % L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 Raimanuk Webora 6 6 100.0 6 100.0 503 540 1,043 97 19.3 84 15.6 181 17.4 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
2 Rafae 7 7 100.0 7 100.0 559 515 1,074 173 30.9 142 27.6 315 29.3 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 17 17 100.0 17 100.0 1,822 1,642 3,464 744 40.8 689 42.0 1,433 41.4 194 110 304 118 60.8 110 100.0 228 75.0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 6 6 100.0 6 100.0 873 775 1,648 378 43.3 357 46.1 735 44.6 115 492 607 100 87.0 492 100.0 592 97.5
5 Haliwen 11 11 100.0 11 100.0 1,393 1,412 2,805 557 40.0 847 60.0 1,404 50.1 350 416 766 112 32.0 115 27.6 227 29.6
6 Ainiba 2 2 100.0 2 100.0 222 175 397 127 57.2 124 70.9 251 63.2 63 71 134 - 0.0 - 0.0 - 0.0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 7 7 100.0 7 100.0 408 447 855 76 18.6 83 18.6 159 18.6 14 9 23 - 0.0 - 0.0 - 0.0
8 Kota Atambua Kota 10 10 100.0 10 100.0 2,130 1,992 4,122 297 13.9 299 15.0 596 14.5 421 473 894 47 11.2 45 9.5 92 10.3
9 Atambua Barat Umanen 7 7 100.0 7 100.0 1,422 1,373 2,795 1,117 78.6 1,043 76.0 2,160 77.3 1,279 1,213 2,492 323 25.3 345 28.4 668 26.8
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 8 8 100.0 8 100.0 1,768 1,622 3,390 351 19.9 316 19.5 667 19.7 47 41 88 - 0.0 - 0.0 - 0.0
11 Tasifeto Timur Wedomu 14 14 100.0 14 100.0 1,126 1,067 2,193 694 61.6 677 63.4 1,371 62.5 777 603 1,380 329 42.3 298 49.4 627 45.4
12 Silawan 2 2 100.0 2 100.0 165 208 373 53 32.1 62 29.8 115 30.8 10 54 64 10 100.0 54 100.0 64 100.0
13 Raihat Haekesak 13 13 100.0 13 100.0 1,230 1,210 2,440 1,100 89.4 1,109 91.7 2,209 90.5 128 130 258 42 32.8 35 26.9 77 29.8
14 Lasiolat Aululik 10 10 100.0 10 100.0 758 721 1,479 112 14.8 98 13.6 210 14.2 40 34 74 - 0.0 - 0.0 - 0.0
15 Lamaknen Weluli 12 12 100.0 12 100.0 847 823 1,670 797 94.1 765 93.0 1,562 93.5 364 319 683 71 19.5 59 18.5 130 19.0
16 Dilumil 4 4 100.0 4 100.0 280 254 534 33 11.8 35 13.8 68 12.7 27 23 50 42 155.6 7 30.4 49 98.0
17 Lamaknen Selatan Nualain 12 12 100.0 12 100.0 854 901 1,755 154 18.0 152 16.9 306 17.4 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
JUMLAH (KAB/ KOTA) 148 148 100.0 148 100.0 16,360 15,677 32,037 6,860 41.93 6,882 43.90 13,742 42.89 3,829 3,988 7,817 1,194 31.18 1,560 39.12 2,754 35.23
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
USILA (60TAHUN+)
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 33 61 94 21 63.64 57 93.44 78 82.98
2 Rafae 41 45 86 30 73.17 45 100.00 75 87.21
3 Tasifeto Barat Halilulik 108 96 204 70 64.81 187 194.79 257 125.98
4 Kakuluk Mesak Atapupu 69 40 109 50 72.46 37 92.50 87 79.82
5 Haliwen 91 53 144 89 97.80 50 94.34 139 96.53
6 Ainiba 24 30 54 19 79.17 30 100.00 49 90.74
7 Nanaet Dubesi Laktutus 48 44 92 29 60.42 44 100.00 73 79.35
8 Kota Atambua Kota 105 179 284 87 82.86 171 95.53 258 90.85
9 Atambua Barat Umanen 87 109 196 79 90.80 98 89.91 177 90.31
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 88 101 189 70 79.55 181 179.21 251 132.80
11 Tasifeto Timur Wedomu 98 115 213 86 87.76 104 90.43 190 89.20
12 Silawan 27 36 63 18 66.67 29 80.56 47 74.60
13 Raihat Haekesak 53 84 137 51 96.23 78 92.86 129 94.16
14 Lasiolat Aululik 51 47 98 45 88.24 42 89.36 87 88.78
15 Lamaknen Weluli 67 61 128 34 50.75 54 88.52 88 68.75
16 Dilumil 34 53 87 31 91.18 48 90.57 79 90.80
17 Lamaknen Selatan Nualain 54 50 104 43 79.63 39 78.00 82 78.85
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,078 1,204 2,282 852 79.04 1,294 107.48 2,146 94.04
CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PENDUDUK MENURUT JENIS JAMINAN DAN JENIS KELAMIN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
1.1 Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN 0 0 79,319 0.00 0.00 40.26
1.4 Pekerja bukan penerima upah (PBPU)/mandiri 0 0 7,680 0.00 0.00 3.90
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 RSUD Mgr. Gabriel Manek,SVD 150 8,988 35,498 - 64.8 59.92 2.14 0.0
2 RS. Sito Husada 58 1,961 8,315 - 39.3 33.81 6.56 0.0
3 Rumkitban 09.08.02 25 272 784 - 8.6 10.88 30.67 0.0
4 RSK. Marianum Halilulik 70 1,307 5,183 - 20.3 18.67 15.58 0.0
KABUPATEN/KOTA 303 12,528 49,780 45.01 41.34653465 4.85 0
PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BER-PHBS) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
RUMAH TANGGA
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH JUMLAH
JUMLAH % DIPANTAU % BER- PHBS
DIPANTAU BER- PHBS
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Raimanuk Webora 1,482 1,001 67.5 983 98.2
2 Rafae 2,408 1,992 82.7 1,080 54.2
3 Tasifeto Barat Halilulik 3,814 2,542 66.6 1,862 73.2
4 Kakuluk Mesak Atapupu 2,713 1,474 54.3 675 45.8
5 Haliwen 4,326 4,248 98.2 3,704 87.2
6 Ainiba 535 470 87.9 272 57.9
7 Nanaet Dubesi Laktutus 1,066 891 83.6 769 86.3
8 Kota Atambua Kota 3,475 981 28.2 634 64.6
9 Atambua Barat Umanen 4,711 2,768 58.8 1,652 59.7
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 5,349 4,041 75.5 2,617 64.8
11 Tasifeto Timur Wedomu 3,299 2,724 82.6 2,483 91.2
12 Silawan 879 879 100.0 705 80.2
13 Raihat Haekesak 3,470 2,260 65.1 1,219 53.9
14 Lasiolat Aululik 1,510 1,510 100.0 1,070 70.9
15 Lamaknen Weluli 2,058 1,359 66.0 1,021 75.1
16 Dilumil 889 678 76.3 569 83.9
17 Lamaknen Selatan Nualain 1,838 1,290 70.2 1,031 79.9
JUMLAH (KAB/KOTA) 43,822 31,108 70.99 22,346 71.83
2013 2014
RUMAH MEMENUHI SYARAT JUMLAH RUMAH DIBINA MEMENUHI RUMAH MEMENUHI SYARAT
JUMLAH RUMAH DIBINA
(RUMAH SEHAT) RUMAH SYARAT (RUMAH SEHAT)
NO KECAMATAN PUSKESMAS SELURUH
YANG BELUM
RUMAH
JUMLAH % MEMENUHI JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
SYARAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Raimanuk Webora 1291 749 58.02 542 200 36.90 89 44.5 838 64.91
2 Rafae 1707 1,052 61.63 655 212 32.37 56 26.42 1,108 64.91
3 Tasifeto Barat Halilulik 3190 1,537 48.18 1,653 1,653 100 650 39.32 2,187 68.56
4 Kakuluk Mesak Atapupu 2007 626 31.19 1,381 1,279 92.61 431 33.70 1,057 52.67
5 Haliwen 4326 1,789 41.35 2,537 2,508 98.86 2130 84.93 3,919 90.59
6 Ainiba 470 300 63.83 170 5 2.94 0 0 300 63.83
7 Nanaet Dubesi Laktutus 956 640 66.95 326 105 32.21 53 50.48 693 72.49
8 Kota Atambua Kota 6664 4,539 68.11 2,125 800 37.65 457 57.13 4,996 74.97
9 Atambua Barat Umanen 4703 1,537 32.68 3,166 1,239 39.13 616 49.72 2,153 45.78
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 4027 3,365 83.56 662 - 0.00 0 #DIV/0! 3,365 83.56
11 Tasifeto Timur Wedomu 3132 2,165 69.13 990 856 86.46 651 76.05 2,816 89.91
12 Silawan 733 617 84.17 116 - 0 0 #DIV/0! 617 84.17
13 Raihat Haekesak 3357 1,016 30.27 2,296 2,233 97.26 1219 54.59 2,235 66.58
14 Lasiolat Aululik 1276 981 76.88 295 83 28.14 35 42.17 1,016 79.62
15 Lamaknen Weluli 2035 879 43.19 1,156 561 48.53 105 18.72 984 48.35
16 Dilumil 871 301 34.56 570 160 28.07 56 35.00 357 40.99
17 Lamaknen Selatan Nualain 1424 671 47.12 753 209 27.76 50 23.92 721 50.63
JUMLAH (KAB/KOTA) 42,169 22,764 53.98 19,393 12,103 62.41 6598 54.52 29,362 69.63
PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
SARANA
SARANA
SARANA
SARANA
SARANA
SARANA
SARANA
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
1 Raimanuk Webora 5,903 22 4561 13 2,591 - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 7 675 2 425 0 0 0 0.00 0 0 0 - 3016 51.093
2 Rafae 9,432 94 2745 91 2,565 - 0 0 - 2 44 2 44 9 75 9 75.00 0 0 0 - 0 0 0 0.00 25 1858 25 1,858 4542 48.16
3 Tasifeto Barat Halilulik 19,668 230 5750 223 5,573 3 106 3 105 11 950 11 950 0 - - 0.00 15 40 15 40 0 0 0 0.00 93 2325 93 2,325 8993 45.72
4 Kakuluk Mesak Atapupu 10,772 1,194 6015 663 2,153 - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 1 40 1 40 0 0 0 0.00 18 1500 1 900 3093 28.71
5 Haliwen 20,996 326 8246 314 8,191 42 1035 42 1,035 17 1,040 17 1,040 0 - - 0.00 4 398 25 - 30 233 0 0.00 67 2774 67 2,774 13040 62.11
6 Ainiba 2,139 61 2139 45 1,998 - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 0 0 0 - 8 0 0 0.00 0 0 0 - 1998 93.41
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4,292 56 2001 56 1,490 - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 6 2502 6 2,502 43 237 43 237.00 0 0 0 - 4229 98.53
8 Kota Atambua Kota 17,931 54 1529 14 520 - 0 0 - 0 - 0 - 3 135 3 135.00 0 0 0 - 12 802 0 0.00 68 861 68 861 1516 8.45
9 Atambua Barat Umanen 22,845 1,487 6827 879 2,561 - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 0 0 0 - 32 1032 0 0.00 42 908 42 908 3469 15.18
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 26,862 1,393 16465 1393 9,520 8 80 5 73 1 422 1 422 0 - - 0.00 3 246 1 246 55 275 55 275.00 900 4490 900 4,490 15026 55.94
11 Tasifeto Timur Wedomu 14,357 118 4696 412 4,386 - 0 0 - 0 - 0 - 3 180 3 180.00 8 420 4 317 0 0 0 0.00 16 7124 16 7,124 12007 83.63
12 Silawan 3,534 80 1654 48 1,598 12 228 8 214 7 348 4 316 0 - - 0.00 2 592 2 592 0 0 0 0.00 31 736 31 736 3456 97.79
13 Raihat Haekesak 12,641 19 2258 19 2,258 - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 7 1694 1 150 0 0 0 0.00 36 8689 36 8,689 11097 87.79
14 Lasiolat Aululik 6,254 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00
15 Lamaknen Weluli 8,401 3 80 3 80 - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 0 0 0 - 0 0 0 0.00 0 0 0 - 80 0.95
16 Dilumil 3,198 - 0 0 - - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 2 108 0 - 0 0 0 0.00 10 568 10 568 568 17.76
17 Lamaknen Selatan Nualain 7,777 5 150 0 - - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 0 0 0 - 0 0 0 0.00 0 0 0 - 0 0.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 197,002 5,142 65,116 4,173 45,484 65 1,449 58 1,427 38 2,804 35 2,772 15 390 15 390.0 55 6,715 57 4,312 180 2,579 98 512.0 1,306 31,833 1,289 31,233 86,130 43.72
PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
PENDUDUK
MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT (JAMBAN SEHAT)
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH SARANA
JUMLAH
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
NO KECAMATAN PUSKESMAS
% PENDUDUK
% PENDUDUK
% PENDUDUK
% PENDUDUK
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENGGUNA
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
PENDUDUK
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
SARANA
SARANA
SARANA
SARANA
JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 Raimanuk Webora 5903 - - - - #DIV/0! 107 954 107 954 100 444 3,017 - - 0 360 1,653 - - 0 954 16.2
2 Rafae 9432 1,155 3,111 466 3,111 100 364 1,820 278 1,820 100 508 1,524 187 374 24.541 284 568 51 102 17.958 5407 57.3
3 Tasifeto Barat Halilulik 19668 1 300 1 300 100 1,537 7,685 1,537 7,685 100 290 1,450 - - 0 772 3,860 - - 0 7985 40.6
4 Kakuluk Mesak Atapupu 10772 93 254 54 140 55.118 604 1,821 489 1,498 82.262 351 1,088 149 459 42.188 157 440 6 19 4.3182 2116 19.6
5 Haliwen 20996 - - - - #DIV/0! 1,374 7,732 384 7,300 94.413 1,378 6,908 100 2,050 29.676 1,496 5,331 - - 0 9350 44.5
6 Ainiba 2139 - - - - #DIV/0! 125 625 100 600 96 6 35 6 35 100 164 820 150 575 70.122 1210 56.6
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4292 - - - - #DIV/0! 428 4,153 428 4,153 100 36 381 - - 0 44 402 - - 0 4153 96.8
8 Kota Atambua Kota 17931 3 315 3 315 100 2,111 1,500 2,111 1,500 100 52 800 30 315 39.375 9 257 - - 0 2130 11.9
9 Atambua Barat Umanen 22845 - - - - #DIV/0! 3,913 15,565 3,913 15,565 100 312 982 - - 0 215 654 - - 0 15565 68.1
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 26862 3,563 10,740 3,241 9,723 90.531 1,919 5,757 1,919 5,757 100 1,263 3,775 1,263 3,651 96.715 303 303 - - 0 19131 71.2
11 Tasifeto Timur Wedomu 14357 1 - - - #DIV/0! 419 2,380 404 2,117 88.95 209 1,045 172 853 81.627 2,178 8,532 - - 0 2970 20.7
12 Silawan 3534 - - - - #DIV/0! 307 1,538 307 1,538 100 92 460 92 460 100 30 150 30 150 100 617 17.5
13 Raihat Haekesak 12641 - - - - #DIV/0! 391 1,955 202 1,010 51.662 372 1,860 99 495 26.613 1,404 7,020 15 75 1.0684 1580 12.5
14 Lasiolat Aululik 6254 - - - - #DIV/0! 197 450 197 450 100 166 235 - - 0 832 1,245 - - 0 450 7.2
15 Lamaknen Weluli 8401 - - - - #DIV/0! 35 675 35 675 100 600 871 - - 0 711 900 - - 0 675 8.0
16 Dilumil 3198 - - - - #DIV/0! 201 651 201 651 100 56 349 - - 0 109 621 - - 0 651 20.4
17 Lamaknen Selatan Nualain 7777 - - - - #DIV/0! 162 350 162 350 100 225 350 - - 0 33 105 - - 0 350 4.5
JUMLAH (KAB/KOTA) 197,002 4,816 14,720 3,765 13,589 92.317 14,194 55,611 12,774 53,623 96.425 6,360 25,130 2,098 8,692 34.588 9,101 32,861 252 921 2.80 75,294 38.22
PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
TEMPAT-TEMPAT UMUM
YANG ADA MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
JUMLAH TTU
NO KECAMATAN PUSKESMAS SD SLTP SLTA PUSKESMAS BINTANG NON BINTANG
UMUM
RUMAH SAKIT
PUSKESMAS
BINTANG
BINTANG
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
JUMLAH
UMUM
NON
SLTA
SLTP
SD
%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 Raimanuk Webora 6 1 - 1 - - - 8 6 100.0 - - - #DIV/0! 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 7 87.5
2 Rafae 7 3 1 6 - - - 17 5 71.4 1 33.3 - - 6 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 12 70.6
3 Tasifeto Barat Halilulik 17 5 5 1 1 - - 29 17 100.0 5 100.0 5 100.0 1 100.0 1 100.0 0 #DIV/0! - #DIV/0! 29 100.0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 6 2 1 1 - - - 10 6 100.0 2 100.0 1 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 10 100.0
5 Haliwen 12 6 6 1 - - - 25 12 100.0 6 100.0 5 83.3 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 24 96.0
6 Ainiba 2 1 - 1 - - - 4 2 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 4 100.0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 7 1 - 1 - - - 9 7 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 9 100.0
8 Kota Atambua Kota 10 2 2 1 1 - 4 20 10 100.0 2 100.0 2 100.0 1 100.0 1 100.0 0 #DIV/0! 4 100.0 20 100.0
9 Atambua Barat Umanen 8 4 4 1 1 4 - 22 8 100.0 4 100.0 4 100.0 1 100.0 1 100.0 4 100.0 - #DIV/0! 22 100
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 8 5 4 1 - - 1 19 8 100.0 5 100.0 4 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! 1 100.0 19 100.0
11 Tasifeto Timur Wedomu 14 2 1 1 - - - 18 12 85.7 2 100.0 1 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 16 88.9
12 Silawan 2 1 1 1 - - - 5 2 100.0 1 100.0 1 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 5 100.0
13 Raihat Haekesak 13 1 1 1 - - - 16 4 30.8 1 100.0 1 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 7 43.8
14 Lasiolat Aululik 10 2 2 1 - - - 15 10 100.0 2 100.0 1 50.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 14 93.3
15 Lamaknen Weluli 12 4 1 1 - - - 18 12 100.0 4 100.0 1 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 18 100.0
16 Dilumil 4 1 1 1 - - - 7 4 100.0 1 100.0 1 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 7 100.0
17 Lamaknen Selatan Nualain 12 2 1 1 - - - 16 12 100.0 2 100.0 1 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 16 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 150 43 31 22 3 4 5 258 137 91.33 40 93.02 28 90.32 22 100.0 3 100.0 4 100.0 5 100.0 239 92.64
TPM MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI TPM TIDAK MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI
JUMLAH RUMAH DEPOT AIR RUMAH DEPOT AIR
NO KECAMATAN PUSKESMAS MAKANAN MAKANAN
TPM JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL % JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL %
JAJANAN JAJANAN
RESTORAN (DAM) RESTORAN (DAM)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
2 Rafae 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 12 0 0 2 0 2 16.67 0 0 0 0 0 0.00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 8 0 3 4 0 7 87.50 0 1 0 0 1 12.50
5 Haliwen 24 0 3 2 8 13 54.17 0 1 2 8 11 45.83
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 19 0 11 8 0 19 100.00 0 0 0 0 0 0.00
9 Atambua Barat Umanen 31 0 18 10 0 28 90.32 0 13 5 0 18 58.06
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 37 0 4 10 0 14 37.84 0 0 0 0 0 0.00
11 Tasifeto Timur Wedomu 3 0 0 0 0 0 0.00 0 2 1 0 3 100.00
12 Silawan 6 0 4 0 0 4 66.67 0 2 0 0 2 33.33
13 Raihat Haekesak 2 0 0 1 0 1 50.00 0 2 0 0 2 100.00
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 142 0 43 37 8 88 61.97 0 21 8 8 37 26.06
MEMENUHI SYARAT
PERSENTASE TPM
PERSENTASE TPM
HIGIENE SANITASI
JUMLAH TPM
MINUM (DAM)
MINUM (DAM)
DIUJI PETIK
JASA BOGA
JASA BOGA
MAKANAN
MAKANAN
DEPOT AIR
DEPOT AIR
RESTORAN
RESTORAN
DIBINA
JAJANAN
JAJANAN
RUMAH
RUMAH
MAKAN/
MAKAN/
TOTAL
TOTAL
NO KECAMATAN PUSKESMAS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Raimanuk Webora - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
2 Rafae - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik - - - 2 - 2 #DIV/0! 2 - - - - - -
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1 - 1 - - 1 100 7 - 2 4 - 6 86
5 Haliwen 11 - 1 2 8 11 100 13 - 3 2 8 13 100
6 Ainiba - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota - - - - - - #DIV/0! 19 - - - - - -
9 Atambua Barat Umanen 18 - 8 5 - 13 72 28 - - - - - -
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - - - - - #DIV/0! 14 - - - - - -
11 Tasifeto Timur Wedomu 3 - - - - - - - - - - - - #DIV/0!
12 Silawan 2 - 2 - - 2 100 4 - - - - - -
13 Raihat Haekesak 2 - 2 - - 2 100 1 - - - - - -
14 Lasiolat Aululik - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
16 Dilumil - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 37 - 14 9 8 31 84 88 - 5 6 8 19 22
PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Alopurinol tablet 100 mg tablet 91,500 202,800 294300 #DIV/0!
2 Aminofilin tablet 200 mg tablet 100,000 11,100 88,900 100000.00 100
3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml tablet 1,500 68 1,795 1863.00 124.2
4 Amitripilin tablet salut 25 mg (HCL) tablet #DIV/0!
5 Amoksisilin kapsul 250 mg kapsul 240,000 163,240 469,960 633200.00 263.83
6 Amoksisilin kaplet 500 mg kaplet 550,000 585,100 2,631,800 3216900.00 584.89
7 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg botol 9,000 3,177 9,756 12933.00 143.70
8 Metampiron tablet 500 mg tablet 1,000,000 7,200 1,400,000 1407200.00 140.72
9 Metampiron injeksi 250 mg ampul 1,500 269 9,000 9269.00 617.93
10 Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium tablet 1,000,000 86,400 921,600 1008000.00 100.80
Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg
11 Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500 IU/g + tube 625 700 - 700.00 112.00
polimiksin 10.000 IU/g
12 Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat 150 mg + supp 500 200 200.00 40.00
Heksaklorofen 250 mg
13 Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam pot 4,800 528 13,920 14448.00 301.00
Salisilat 3%
14 Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg tablet 5,000 3,200 4,300 7500.00 150.00
15 Antiparkinson DOEN tablet kombinasi : Karbidopa 25 mg + tablet #DIV/0!
Levodopa 250 mg
16 Aqua Pro Injeksi Steril, bebas pirogen vial 1,000 404 1,500 1904.00 190.40
17 Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg tablet 4,500,000 156,000 4,344,000 4500000.00 100.00
18 Asam Asetisalisilat tablet 100 mg (Asetosal) tablet #DIV/0!
19 Asam Asetisalisilat tablet 500 mg (Asetosal) tablet #DIV/0!
20 Atropin sulfat tablet 0,5 mg tablet #DIV/0!
21 Atropin tetes mata 0,5% botol #DIV/0!
22 Atropin injeksi l.m/lv/s.k. 0,25 mg/mL - 1 mL (sulfat) ampul 600 5 1,505 1510.00 251.67
23 Betametason krim 0,1 % krim 5,000 1,524 3,601 5125.00 102.50
24 Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml ampul 2,578 7,447 10025.00 #DIV/0!
25 Deksametason tablet 0,5 mg tablet 600,000 150,400 469,600 620000.00 103.33
26 Dekstran 70-larutan infus 6% steril botol #DIV/0!
27 Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr) botol #DIV/0!
28 Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) tablet 300,000
29 Diazepam Injeksi 5mg/ml ampul 217 543 760.00 #DIV/0!
30 Diazepam tablet 2 mg tablet 800 1,900 2700.00 #DIV/0!
31 Diazepam tablet 5 mg tablet #DIV/0!
32 Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL) ampul 1,500 1,752 1,817 3569.00 237.93
33 Diagoksin tablet 0,25 mg tablet 5,000 5,500 5500.00 110.00
34 Efedrin tablet 25 mg (HCL) tablet 5,000 25,000 71,250 96250.00 1925.00
35 Ekstrks belladona tablet 10 mg tablet 15,000 20,000 20000.00 133.33
36 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL) ampul 1,000 69 940 1009.00 100.90
37 Etakridin larutan 0,1% botol 2,500 10 10.00 0.40
38 Fenitoin Natriun Injeksi 50 mg/ml ampul #DIV/0!
39 Fenobarbital Injeksi I.m/I.v 50 mg/ml ampul 42 8,098 8140.00 #DIV/0!
40 Fenobarbital tablet 30 mg tablet 2,000
41 Fenoksimetil Penisilin tablet 250 mg tablet #DIV/0!
42 Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg tablet #DIV/0!
43 Fenol Gliserol tetes telinga 10% botol 7,200 4,800 4800.00 66.67
44 Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 10 mg/ml ampul 1,241 20,069 21310.00 #DIV/0!
45 Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg tablet 5,000 4,500 10,500 15000.00 300.00
46 Furosemid tablet 40 mg tablet #DIV/0!
47 Gameksan lotion 1 % botol #DIV/0!
48 Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,70 g, Kalium sach 50,000 1,000 100,000 101000.00 202.00
klorida 0,30 g, Tribatrium Sitrt dihidrat 0,58 g
49 Gentian Violet Larutan 1 % botol 1,000 800 800.00 80.00
50 Glibenklamida tablet 5 mg tablet 15,000 300 24,100 24400.00 162.67
51 Gliseril Gualakolat tablet 100 mg tablet 1,000,000 637,000 7,115,000 7752000.00 775.20
52 Gliserin botol #DIV/0!
53 Glukosa larutan infus 5% botol 3,000 1,502 8,086 9588.00 319.60
54 Glukosa larutan infus 10% botol 8,000 146 8,082 8228.00 102.85
55 Glukosa larutan infus 40% steril (produk lokal) ampul #DIV/0!
56 Griseofulvin tablet 125 mg, micronized tablet 100,000 39,600 62,400 102000.00 102.00
57 Haloperidol tablet 0,5 mg tablet #DIV/0!
58 Haloperidol tablet 1,5 mg tablet #DIV/0!
59 Haloperidol tablet 5 mg tablet #DIV/0!
60 Hidroklorotiazida tablet 25 mg tablet 50,000 7,000 39,000 46000.00 92.00
61 Hidrkortison krim 2,5% tube 4,800 360 - 360.00 7.50
62 Ibuprofen tablet 200 mg tablet #DIV/0!
63 Ibuprofen tablet 400 mg tablet 420,000 79,000 321,700 400700.00 95.40
64 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg tablet 5,000 400 6,700 7100.00 142.00
65 Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg tablet 1,000,000 251,000 670,000 921000.00 92.10
66 Kaptopril tablet 12,5 mg tablet #DIV/0!
67 Kaptopril tablet 25 mg tablet 29,900 149,500 179400.00 #DIV/0!
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
68 Karbamazepim tablet 200 mg tablet #DIV/0!
69 Ketamin Injeksi 10 mg/ml vial #DIV/0!
70 Klofazimin kapsul 100 mg microzine kapsul #DIV/0!
71 Kloramfenikol kapsul 250 mg kapsul 21,380 172,950 194330.00 #DIV/0!
72 Kloramfenikol tetes telinga 3 % botol 6,000 2,503 2503.00 41.72
73 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg tablet 1,500,000 315,000 4,000,000 4315000.00 287.67
74 Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml-2ml (HCL) ampul #DIV/0!
75 Klorpromazin injeksi i.m 25 mg/ml (HCL) ampul #DIV/0!
76 Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCL) tablet 10,000
77 Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCL) tablet 1,300 8,700 10000.00 #DIV/0!
78 Anti Malaria DOEN Kombinasi Pirimetamin 25 mg + tablet 1,300 700 2000.00 #DIV/0!
Sulfadoxin 500 mg
79 Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol 200 mg + botol 5,500 1,157 4,341 5498.00 99.96
Trimetoprim 40 mg/ 5 ml
80 Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol tablet 600,000 218,000 837,600 1055600.00 175.93
400 mg, Trimetoprim 80 mg
81 Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi : tablet 5,000 5000.00 #DIV/0!
Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim 20 mg
82 Kuinin (kina) tablet 200 mg tablet 2,100 60,240 62340.00 #DIV/0!
83 Kuinin Dihidrokklorida injeksi 25%-2 ml ampul 20 288 308.00 #DIV/0!
84 Lidokain injeksi 2% (HCL) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml vial 1,327 6,000 7327.00 #DIV/0!
85 Magnesium Sulfat inj (IV) 20%-25 ml vial 34 78 112.00 #DIV/0!
86 Magnesium Sulfat inj (IV) 40%-25 ml vial 12 241 253.00 #DIV/0!
87 Magnesium Sulfat serbuk 30 gram sach #DIV/0!
88 Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml botol #DIV/0!
89 Mebendazol tablet 100 mg tablet #DIV/0!
90 Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125 tablet 5,600 104,900 110500.00 #DIV/0!
mg
91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml ampul 454 22,886 23340.00 #DIV/0!
92 Metronidazol tablet 250 mg tablet 50,000 8,000 45,000 53000.00 106.00
93 Natrium Bikarbonat tablet 500 mg tablet 2,000,000 34,000 207,000 241000.00 12.05
94 Natrium Fluoresein tetes mata 2 % botol #DIV/0!
95 Natrium Klorida larutan infus 0,9 % botol 6,000 1,107 5,421 6528.00 108.80
96 Natrium Thiosulfat injeksi I.v. 25 % ampul #DIV/0!
97 Nistatin tablet salut 500.000 IU/g tablet 5,000 1,600 18,400 20000.00 400.00
98 Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g tablet 5,000 2,100 38,400 40500.00 810.00
99 Obat Batuk hitam ( O.B.H.) botol 1,000 2,000 2000.00 200.00
100 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % tube 2,630 3 2633.00 #DIV/0!
101 Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml vial 25,000 699 5,570 6269.00 25.08
102 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml ampul 1,500 3,670 25,869 29539.00 1969.27
103 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml botol 6,000 1,495 4,605 6100.00 101.67
104 Paracetamol tablet 100 mg tablet #DIV/0!
105 Paracetamol tablet 500 mg tablet 1,500,000 811,400 1,313,200 2124600.00 141.64
106 Pilokarpin tetes mata 2 % (HCL/Nitrat) botol #DIV/0!
107 Pirantel tab. Score (base) 125 mg tablet 30,000 3,300 27,700 31000.00 103.33
108 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) tablet 188,000 885,000 1073000.00 #DIV/0!
109 Povidon Iodida larutan 10 % botol 582 4,789 5371.00 #DIV/0!
110 Povidon Iodida larutan 10 % botol #DIV/0!
111 Prednison tablet 5 mg tablet 3,400,000 10,000 500,000 510000.00 15.00
112 Primakuin tablet 15 mg tablet 100,000 65,000 65000.00 65.00
113 Propillitiourasil tablet 100 mg tablet 2,000 2,400 2400.00 120.00
114 Propanol tablet 40 mg (HCL) tablet #DIV/0!
115 Reserpin tablet 0,10 mg tablet #DIV/0!
116 Reserpin tablet 0,25 mg tablet #DIV/0!
117 Ringer Laktat larutan infus botol 10,006 2,464 8,384 10848.00 108.41
118 Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang endap 4% tube 14,400
PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
141 DPT-HB vial 4,232 4,232 - 4232.00 100.00
142 HEPATITIS B 0,5 ml ADS vial 4,450 4,450 - 4450.00 100.00
143 POLIO 20 Dosis vial - - - #DIV/0!
144 CAMPAK 20 Dosis vial - - - #DIV/0!
PEMILIKAN/PENGELOLA
NO FASILITAS KESEHATAN
KEMENKES PEM.PROV PEM.KAB/KOTA TNI/POLRI BUMN SWASTA JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9
RUMAH SAKIT
1 RUMAH SAKIT UMUM 0 0 1 1 0 2 4
2 RUMAH SAKIT KHUSUS -
PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
1 PUSKESMAS RAWAT INAP 2 0 0 0 2
- JUMLAH TEMPAT TIDUR 20 0 0 0 20
2 PUSKESMAS NON RAWAT INAP 15 15
3 PUSKESMAS KELILING 17 17
4 PUSKESMAS PEMBANTU 16 16
SARANA PELAYANAN LAIN
1 RUMAH BERSALIN 1 1
2 BALAI PENGOBATAN/KLINIK 4 4
3 PRAKTIK DOKTER BERSAMA 0 -
4 PRAKTIK DOKTER PERORANGAN 60 60
5 PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL 1 1
6 BANK DARAH RUMAH SAKIT 1 1
7 UNIT TRANSFUSI DARAH 1 1
SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
1 INDUSTRI FARMASI -
2 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL -
3 USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL -
4 PRODUKSI ALAT KESEHATAN -
5 PEDAGANG BESAR FARMASI -
6 APOTEK 14 14
7 TOKO OBAT 27 27
8 PENYALUR ALAT KESEHATAN -
PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014
,
TABEL 69
STRATA POSYANDU
POSYANDU AKTIF
NO KECAMATAN PUSKESMAS PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
JUMLAH
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Raimanuk Webora 0 0.00 20 100.00 0 0.00 0 0.00 20 0 0.00
2 Rafae 0 0.00 21 75.00 7 25.00 0 0.00 28 7 25.00
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0.00 8 17.02 34 72.34 5 10.64 47 39 82.98
4 Kakuluk Mesak Atapupu 2 12.50 9 56.25 5 31.25 0 0.00 16 5 31.25
5 Haliwen 0 0.00 12 38.71 18 58.06 1 3.23 31 19 61.29
6 Ainiba 0 0.00 2 33.33 4 66.67 0 0.00 6 4 66.67
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4 18.18 10 45.45 8 36.36 0 0.00 22 8 36.36
8 Kota Atambua Kota 0 0.00 7 50.00 4 28.57 3 21.43 14 7 50.00
9 Atambua Barat Umanen 0 0.00 8 42.11 11 57.89 0 0.00 19 11 57.89
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 0 0.00 1 5.26 27 142.11 4 21.05 32 31 96.88
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0.00 12 63.16 32 168.42 1 5.26 45 33 73.33
12 Silawan 0 0.00 5 26.32 2 10.53 0 0.00 7 2 28.57
13 Raihat Haekesak 0 0.00 12 63.16 21 110.53 0 0.00 33 21 63.64
14 Lasiolat Aululik 0 0.00 20 105.26 1 5.26 0 0.00 21 1 4.76
15 Lamaknen Weluli 0 0.00 4 21.05 28 147.37 1 5.26 33 29 87.88
16 Dilumil 0 0.00 3 15.79 8 42.11 0 0.00 11 8 72.73
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0.00 12 63.16 18 94.74 0 0.00 30 18 60.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 6 1.45 166 40.00 228 54.94 15 3.61 415 243 58.55
RASIO POSYANDU PER 100 BALITA 1.74
DESA/KELURAHAN SIAGA
JUMLAH
NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA/
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH %
KELURAHAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Raimanuk Webora 4 - 4 - - 4 100.00
2 Rafae 5 - 2 - - 2 40.00
3 Tasifeto Barat Halilulik 7 1 5 1 - 7 100.00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 4 2 2 - - 4 100.00
5 Haliwen 5 2 3 - - 5 100.00
6 Ainiba 1 - 1 - - 1 100.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4 - 1 - - 1 25.00
8 Kota Atambua Kota 3 1 - - - 1 33.33
9 Atambua Barat Umanen 4 1 - - - 1 25.00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 5 - 2 1 - 3 60.00
11 Tasifeto Timur Wedomu 8 5 2 - - 7 87.50
12 Silawan 1 - 1 - - 1 100.00
13 Raihat Haekesak 6 1 5 - - 6 100.00
14 Lasiolat Aululik 7 - 5 - - 5 71.43
15 Lamaknen Weluli 6 - 4 1 - 5 83.33
16 Dilumil 3 1 1 - - 2 66.67
17 Lamaknen Selatan Nualain 8 4 1 - - 5 62.50
JUMLAH (KAB/KOTA) 81 18 39 3 - 60 74.07
DOKTER
DR SPESIALIS a DOKTER UMUM TOTAL DOKTER GIGI TOTAL
NO UNIT KERJA GIGI SPESIALIS
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Puskesmas Webora - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2 Puskesmas Rafae - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
3 Puskesmas Halilulik - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
4 Puskesmas Atapupu - - - - 1 1 - 1 1 - 1 1 - - - - 1 1
5 Puskesmas Ainiba - - - - - - - - - - - - - - - - - -
6 Puskesmas Haliwen - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
7 Puskesmas Laktutus - - - - - - - - - - - - - - - - - -
8 Puskesmas Kota - - - 1 1 2 1 1 2 - 1 1 - - - - 1 1
9 Puskesmas Umanen - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
10 Puskesmas Atambua Selatan - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
11 Puskesmas Wedomu - - - 1 1 2 1 1 2 1 - 1 - - - 1 - 1
12 Puskesmas Silawan - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
13 Puskesmas Haekesak - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
14 Puskesmas Aululik - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
15 Puskesmas Weluli - - - - 1 1 - 1 1 - 1 1 - - - - 1 1
16 Puskesmas Dilumil - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
17 Puskesmas Nualain - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - 6 10 16 6 10 16 1 3 4 - - - 1 3 4
1 RSUD Atambua 4 3 7 10 7 17 14 10 24 - 1 1 - - - - 1 1
2 RSKM Halilulik 2 1 3 3 - 3 5 1 6 - - - - -
3 RS Sito Husada - - - 2 - 2 2 - 2 - - - - -
4 RS TNI - - - 1 1 2 1 1 2 - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 6 4 10 16 8 24 22 12 34 - 1 1 - - - - 1 1
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 6 4 10 22 18 40 28 22 50 1 4 5 - - - 1 4 5
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 5.08 20.30 25.38 2.54 0 2.54
TENAGA KEFARMASIAN
TENAGA TEKNIS
NO UNIT KERJA APOTEKER TOTAL
KEFARMASIANa
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Webora - - - - - - - - -
2 Puskesmas Rafae - - - - - - - -
3 Puskesmas Halilulik - 2 - - - - 2 2
4 Puskesmas Atapupu - 2 - - - - 2 2
5 Puskesmas Ainiba 1 - - - - 1 - 1
6 Puskesmas Haliwen - 3 - - - - 3 3
7 Puskesmas Laktutus - 1 - - - - 1 1
8 Puskesmas Kota - 4 - - - - 4 4
9 Puskesmas Umanen 1 4 5 - - - 1 4 5
10 Puskesmas Atambua Selatan - 1 1 - - - - 1 1
11 Puskesmas Wedomu - 1 1 - - - - 1 1
12 Puskesmas Silawan - 1 1 - - - - 1 1
13 Puskesmas Haekesak 1 1 2 - - - 1 1 2
14 Puskesmas Aululik - - - - - - - - -
15 Puskesmas Weluli - 1 1 - - - - 1 1
16 Puskesmas Dilumil - - - - - - - - -
17 Puskesmas Nualain - 1 1 - - - - 1 1
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 3 22 12 - - - 3 22 25
1 RSUD Atambua 2 8 10 - 4 4 2 12 14
2 RSKM Halilulik - - - - -
3 RS Sito Husada - - - - -
4 RS TNI - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 2 8 10 - 4 4 2 12 14
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 5 30 22 - 4 4 5 34 39
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 11.17 2.03 19.80
STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG TENAGA TENAGA PENUNJANG TOTAL
NO UNIT KERJA PEJABAT STRUKTURAL TENAGA PENDIDIK JURU
ADMINISTRASI TEKNOLOGI PERENCANAAN KEPENDIDIKAN KESEHATAN LAINNYA