Anda di halaman 1dari 218

DINAS KESEHATAN KABUPATEN BELU

TAHUN 2015

PROFIL
KESEHATAN
KABUPATEN BELU
20
14
Jln. Eltari No.9 Atambua, NTT 85711 Indonesia
(0389) 21524, Fax. (0389) 22763
Email : dinkesbelu@gmail.com
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
maka buku Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2014 dapat diselesaikan dengan baik. Profil Kesehatan
Kabupaten Belu ini merupakan salah satu media publikasi data dan informasi yang terkait dengan situasi
dan kondisi kesehatan yang relatif komprehensif. Sumber data Profil Kesehatan Kabupaten Belu berasal dari
unit teknis di lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Belu serta institusi lain yang memiliki data terkait
bidang kesehatan seperti Badan Pusat Statistik (BPS).

Buku ini merupakan salah satu produk dari sistem informasi kesehatan kabupaten Belu yang
dapat dipergunakan untuk memantau dan mengevaluasi indikator kesehatan yang merupakan modal bagi
tercapainya Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Belu. Buku Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun
2014 ini merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Belu dan
jejaringannya yang merupakan lanjutan tahun sebelumnya yang memuat berbagai macam data dan
informasi tentang kesehatan di kabupaten Belu. Diharapkan berbagai data dan informasi yang tersedia di
dalam buku ini nantinya dapat menjadi acuan bagi penyusun rencana kegiatan program baik berupa
program lanjutan, maupun program baru, Menuju Masyarakat Belu Sehat – Merata – Berdaya.

Buku Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2014 ini disajikan dalam bentuk cetakan.
Semoga publikasi ini dapat berguna bagi semua pihak, baik pemerintah, organisasi profesi, akademisi,
sektor swasta dan masyarakat serta berkontribusi secara positif bagi pembangunan kesehatan di Indonesia.
Kritik dan saran kami harapkan sebagai penyempurnaan profil yang akan datang.

Kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten
Belu tahun 2014 ini, kami mengucapkan terima kasih.

Atambua, April 2015


KEPALA DINAS KESEHATAN
KABUPATEN BELU

THERESIA M.B. SAIK,SKM.,M.KES.


NIP. 19610809 198603 2 007

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 i


| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 ii
Hal
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
Daftar Tabel v
Daftar Grafik vi
Daftar Gambar x

BAB I Pendahuluan 1
I.1 Pendahuluan 1

BAB II Gambaran Umum 3


II.1 Lingkungan Geografis 3
II.2 Keadaan Penduduk 3
II.3 Keadaan Tenaga Kerja 6
II.4 Keadaan Ekonomi 7
II.5 Keadaan Pendidikan 7
II.6 Keluarga Miskin 8

BAB III Derajat Kesehatan 12


III.1 Angka Kematian 12
III.2 Angka Kesakitan 15
III.3 Status Gizi 37

BAB IV Upaya Kesehatan 40


IV.1 Pelayanan Kesehatan 40
IV.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 65
IV.3 Perilaku Hidup Masyarakat 88

BAB V Sumber Daya Kesehatan 95


V.1 Sarana Kesehatan 95
V.2 Tenaga Kesehatan 98
V.3 Anggaran Kesehatan 100

BAB VI Kesimpulan 104


VI.1 Kesimpulan 104
VI.2 Hal-hal Yang Perlu Mendapat Perhatian 106
VI.3 Penutup 107

Daftar Pustaka 108

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 iii


| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 iv
Hal
Tabel 2.1 Tingkat Pendidikan Pencari Kerja Tahun 2013 Kabupaten Belu dan Malaka 6
Tabel 3.1 Cakupan Program TB Paru di Puskesmas Pelaksana DOTS Kabupaten Belu 20
Tahun 2014
Tabel 3.2 Kegiatan-Kegiatan yang Dilaksanakan Dalam Mobile VCT 24
Tabel 3.3 Jumlah Kasus PTM Kabupaten Belu Tahun 2014 37
Tabel 4.1 Penanganan Komplikasi Maternal Menurut Puskesmas Tahun 2014 46
Tabel 4.2 Jenis Kasus Komplikasi Maternal dan Neoanatal Tahun 2014 47
Tabel 4.3 Status Obstetri dan Sebab Kematian Ibu Tahun 2013-2014 48
Tabel 4.4 Penyebab Kematian Bayi Tahun 2014 49
Tabel 4.5 Kematian Bayi dan Balita Menurut Tempat Tahun 2014 49
Tabel 4.6 Kematian Bayi Menurut Puskesmas Tahun 2014 50
Tabel 4.7 Hasil Pemeriksaan Lain pada Penjaringan Tahun 2014 62
Tabel 4.8 Penyakit pada Usia Lanjut Menurut Puskesmas Tahun 2014 63
Tabel 4.9 Cakupan Rujukan dan Rujukan Balik di Kabupaten Belu Tahun 2014 70
Tabel 4.10 Kegiatan Rujukan pada Rumah Sakit di Kabupaten Belu Tahun 2014 72
Tabel 4.11 Pencapaian Indikator Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit di Kab. Belu 2014 73
Tabel 4.12 Pelayanan Gawat Darurat di Rumah Sakit Tahun 2014 74
Tabel 4.13 Cakupan Pelayanan Bedah Rumah Sakit di Kab. Belu Tahun 2014 74
Tabel 4.14 Pelayanan Persalinan Rumah Sakit di Kab. Belu Tahun 2014 74
Tabel 4.15 Pelayanan Perinatologi di Rumah Sakit di Kabupaten Belu Tahun 2014 75
Tabel 4.16 Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut Rumah Sakit di Kabupaten Belu 75
Tahun 2014
Tabel 4.17 Pelayanan Transfusi Darah di Rumah Sakit Tahun 2014 75
Tabel 4.18 Pelayanan Radiologi di Rumah Sakit Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2014 76
Tabel 4.19 Cakupan Pelayanan Penyakit Mata di Puskesmas Wilayah Kab.Belu Tahun 77
2014
Tabel 4.20 Kegiatan Pelayanan Operasi Kepada Maskin Tahun 2014 77
Tabel 4.21 Rekapan Kesehatan Kerja di Kabupaten Belu Tahun 2014 78
Tabel 4.22 Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat 79
menurut Jenis Kelamin (penjaringan) Tahun 2014
Tabel 4.23 Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Tahun 2014 79
Tabel 4.24 Realisasi Pengadaan Obat di Dinkes Belu Tahun 2014 80
Tabel 4.25 Data Apotek di Kabupaten Belu Tahun 2014 84
Tabel 4.26 Data Toko Obat Berijin di Kabupaten Belu Tahun 2014 85
Tabel 4.27 Data Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) dengan Penomoran Ijin P-IRT di 86
Kabupaten Belu Tahun 2014
Tabel 5.1 Luas Wilayah dan Jumlah Sarana Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2014 96
Tabel 5.2 Jumlah Dan Proporsi Tenaga Kesehatan Berdasarkan Kategori di Kabupaten 99
Belu Tahun 2014

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 v


| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 vi
Hal
Grafik 2.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Belu Menurut Kecamatan Tahun 2013 3
Grafik 2.2 Piramida Penduduk Kabupaten Belu Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
4
Tahun 2013
Grafik 2.3 Penduduk Kabupaten Belu Menurut Usia Produktif Tahun 2013
Grafik 2.4 Jumlah Pencari Kerja dan Permintaan Tenaga Kerja yang Terdapat di
6
Kabupaten Belu dan Malak Tahun 2008-2013
Grafik 2.5 Pertumbuhan Ekonomi Kabuapten Belu Tahun 2011-2013 7
Grafik 2.6 Presentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang
8
Dimiliki Kabupaten Belu dan Malaka Tahun 2013
Grafik 2.7 Prosentase Penduduk Miskin Kabuapten Belu da Malaka Tahun 2005-2012 9
Grafik 2.8 Jumlah Rumah Tangga Sasaran PPLS Menurut Kecamatan di Kabupaten
9
Belu Tahun 2011
Grafik 2.9 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Belu dan Malaka serta Propinsi
NTT Tahun 2010-2013
Grafik 2.10 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten Belu di Propinsi
10
NTT Tahun 2013
Grafik 2.11 Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Belu/Malaka Tahun 2010-2013 11
Grafik 3.1 Kasus Kematian Neonatal Tahun 2011-2014 12
Grafik 3.2 Kasus Kematian Bayi Tahun 2011-2014 12
Grafik 3.3 Kasus Kematian Balita Tahun 2011-2014 12
Grafik 3.4 Kasus Kematian Ibu Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 14
Grafik 3.5 Proporsi Pasien baru BTA+ diantara seluruh kasus TB Paru di Kabupaten
Belu Tahun 2012-2014 16
Grafik 3.6 Proporsi Kasus Baru BTA+ diantara Seluruh Kasus TB Paru Menurut
Puskesmas Se-Kabupaten Belu Tahun 2014 16
Grafik 3.7 Angka Notifikasi Kasus Baru BTA + dan Seluruh Kasus Per 100.000
Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2012-2014 16
Grafik 3.8 Angka Notifikasi Kasus TB BTA+ per 100.000 Penduduk Menurut
Puskesmas Di Kabupaten Belu Tahun 2014 17
Grafik 3.9 Angka Kesembuhan dan Keberhasilan Pengobatan TB BTA+ di Kabupaten
Belu Tahun 2012-2014 17
Grafik 3.10 Jumlah Kematian Kasus TB Paru Kabupaten Belu Tahun 2012-2014 18
Grafik 3.11 Jumlah Kasus HIV Posittif Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 21
Grafik 3.12 Jumlah Kasus AIDS Positif Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 21
Grafik 3.13 Jumlah Kematian Akibat AIDS Kabupaten Belu Tahun 2012-2014 22
Grafik 3.14 Jumlah Kasus IMS Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 23
Grafik 3.15 Distribusi Kondom KPA ke Outlet Kondom KPA Tahun 2014 25
Grafik 3.16 Jumlah Masyarakat Kabupaten Belu yang Mendapat Informasi Tentang HIV
dan AIDS 26
Grafik 3.17 Jumlah Kasus Pneumonia Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 27
Grafik 3.18 Angka Penemuan Kasus Baru Kusta Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 28
Grafik 3.19 Angka Cacat Tingkat II Per 100.000 Penduduk Tahun 2011-2014 29
Grafik 3.20 Proporsi Kusta MB dan Proporsi Kusta Pada Anak (0-14 Tahun) kabupaten
Belu Tahun 2011-2014 29
Grafik 3.21 Kasus Diare Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 29
Grafik 3.22 Cakupan Imunisasi Campak Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 31
Grafik 3.23 Cakupan Desa UCI Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 32
Grafik 3.24 Kasus Campak Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 33
Grafik 3.25 Jumlah Kasus DBD dan Kematian Akibat DBD Kabupaten Belu Tahun
2011-2014 34
Grafik 3.26 Jumlah Kasus Filariasis Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 35
Grafik 3.27 Jumlah Kasus Malaria Positif dan Klinis Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 36
Grafik 3.28 Angka Kesakitan Malaria (Annual Paracite Incidence / API) Per 1.000
Penduduk Beresiko Tahun 2011-2014 36
Grafik 4.1 Cakupan Akses dan Kualitas ANC Tahun 2010-2014 41
Grafik 4.2 Cakupan ANC Kabupaten Belu Tahun 2014 41
Grafik 4.3 Cakupan ANC Kabupaten Belu Menurut Puskesmas Tahun 2014 42

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 vii


Grafik 4.4 Deteksi Risiko Tinggi & Komplikasi oleh Tenaga Kesehatan dan Masyarakat 43
Grafik 4.5 Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dan di Fasilitas Memadai
Tahun 2010-2014 44
Grafik 4.6 Data Perkiraan dan Persalinan Tahun 2014 44
Grafik 4.7 Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan Tahun
2014 44
Grafik 4.8 Pertolongan Persalinan Menurut Tempat Tahun 2014 45
Grafik 4.9 Cakupan KF1, KF2 dan KN1, KN2 Menurut Puskesmas Di Kabupaten Belu
Tahun 2014 45
Grafik 4.10 Cakupan KF3 dan KN3 Menurut Puskesmas Di Kabupaten Belu Tahun
2014 45
Grafik 4.11 Cakupan KF1, KF2, KF3 dan KN1, KN2, K3 Di Kabupaten Belu Tahun 2012-
2014 45
Grafik 4.12 KF2 dan KN3 dibandingkan Persalinan di Faskes MemadaiTahun 2010-
2014 46
Grafik 4.13 Penanganan Defenitif Risti dan Komplikasi Maternal & Neonatal Tahun
2014 46
Grafik 4.14 Pengelompokan Komplikasi Maternal Menurut Status Obsterti Tahun 2014 46
Grafik 4.15 Kasus Kematian Ibu di Kab.Belu 47
Grafik 4.16 Gambaran Kasus Kematian Bayi Tahun 2006-2014 48
Grafik 4.17 Gambaran Kasus Kematian Bayi Menurut Golongan Umur Tahun 2009-
2014 48
Grafik 4.18 Status Kejadian Kematian Bayi Menurut Umur Tahun 2014 49
Grafik 4.19 Kasus Kematian Bayi dan Balita Tahun 2014 49
Grafik 4.20 Persentase Peserta KB Aktif Menurut Metode Kontrasepsi di Kab. Belu
Tahun 2014 50
Grafik 4.21 Persentase Peserta KB Baru Menurut Metode Kontrasepsi di Kab. Belu
Tahun 2014 51
Grafik 4.22 Trend Tingkat Partisipasi Masyarakat (D/S)
di Kab. Belu Tahun 2009-2014 52
Grafik 4.23 Tingkat Partisipasi Masyarakat Menurut Puskesmas di Kab. Belu Tahun
2014 52
Grafik 4.24 Trend Efek Program (N/D) di Kab. Belu Periode Tahun 2009-2014 53
Grafik 4.25 Tingkat Keberhasilan Program Menurut Puskesmas di Kab. Belu Tahun
2014 53
Grafik 4.26 Gambaran Perkembangan Balita di Bawah Garis Merah pada KMS Tahun
2009-2014 53
Grafik 4.27 Prosentase Balita BGM Menurut Puskesmas Tahun 2014 53
Grafik 4.28 Gambaran Status Gizi Balita di Kab. Belu Tahun 2009-2014 54
Grafik 4.29 Presentase Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U Tahun 2014 54
Grafik 4.30 Presentase Status Gizi Balita Berdasarkan BB/U Menurut Puskesmas Tahun
2014 54
Grafik 4.31 Cakupan Vitamin A Menurut Kelompok Sasaran Periode 2010-2014 55
Grafik 4.32 Distribusi Cakupan Vitamin A Balita Menurut Puskesmas Tahun 2014 55
Grafik 4.33 Cakupan Pemberian Vitamin A Bagi Ibu Nifas Menurut Puskesmas Tahun
2014 55
Grafik 4.34 Trend Cakupan Distribusi Tablet Fe III Periode 2010 - 2014 56
Grafik 4.35 Distribusi Cakupan Fe III Ibu Hamil Menurut Puskesmas Tahun 2014 56
Grafik 4.36 Hasil Pemantauan Desa dengan Garam Beryodium Tahun 2014 56
Grafik 4.37 Cakupan Puskesmas dengan Desa Garam Beryodium Tahun 2014 56
Grafik 4.38 Cakupan IMD Menurut Puskesmas Tahun 2014 57
Grafik 4.39 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif Periode 2009-2014 57
Grafik 4.40 Cakupan ASI Eksklusif 0-6 Bulan di Kab.Belu Menurut Puskesmas Tahun
2014 57
Grafik 4.41 Trend Angka Ibu Hamil KEK di Kab. Belu Periode 2009-2014 58
Grafik 4.42 Distribusi Cakupan Ibu Hamil KEK Menurut Puskesmas Tahun 2014 58
Grafik 4.43 Distribusi Cakupan Ibu hamil Anemia Menurut Puskesmas Tahun 2014 58
Grafik 4.44 Jumlah Balita Gizi Buruk Dirawat Tahun 2009-2014 58
Grafik 4.45 Penyakit Penyerta Balita Gizi Buruk yang Dirawat di TFC Tahun 2014 59
Grafik 4.46 Jumlah Balita Gizi Buruk Dirawat Menurut Puskesmas Tahun 2014 59
Grafik 4.47 Jumlah Balita Gizi Buruk Berdasarkan Sumber Rujukan Tahun 2014 59
Grafik 4.48 Gambaran Status Gizi Pasca Perawatan di TFC Haliwen Tahun 2014 59
Grafik 4.49 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD Menurut Puskesmas Tahun
2014 60
Grafik 4.50 Status Gizi Anak Sekolah Tahun 2014 60

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 viii


Grafik 4.51 Hasil Pemeriksaan Lain pada Penjaringan Tahun 2014 61
Grafik 4.52 Penyuluhan Kesehatan Anak Sekolah Menurut Puskesmas Tahun 2014 61
Grafik 4.53 Jumlah Remaja Hamil yang Dirujuk per Bulan Tahun 2014 62
Grafik 4.54 Jumlah Usia Lanjut Menurut Puskesmas Thn 2014 62
Grafik 4.55 Tingkat Kemandirian Lanjut Usia Tahun 2014 62
Grafik 4.56 Penyakit pada Usila Tahun 2014 63
Grafik 4.57 Jumlah Usila < 60 th Menurut Puskesmas Tahun 2014 63
Grafik 4.58 Jumlah Usila Mendapat Pengobatan Menurut Puskesmas Tahun 2014 63
Grafik 4.59 Jumlah Usila Mendapat Pengobatan, Penyuluhan dan Konseling Tahun
2014 64
Grafik 4.60 Penyuluhan dan Konseling Menurut Puskesmas Tahun 2014 64
Grafik 4.61 % Cakupan Kunjungan Puskesmas 2014 65
Grafik 4.62 % Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas Tahun 2014 65
Grafik 4.63 15 Besar Penyakit Tahun 2014 66
Grafik 4.64 Cakupan BOR Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2014 66
Grafik 4.65 Cakupan BTO Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2014 67
Grafik 4.66 Cakupan ALOS Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2014 67
Grafik 4.67 Cakupan TOI Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2014 67
Grafik 4.68 Cakupan GDR Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2014 67
Grafik 4.69 Cakupan NDR Rawat Inap Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2014 68
Grafik 4.70 15 Besar Penyakit Pasien Rawat Inap Kabupaten Belu Tahun 2014 68
Grafik 4.71 Tingkat Kemandirian Keluarga di Kabupaten Belu Tahun 2014 69
Grafik 4.72 Jumlah Kasus Dalam Keluarga Binaan di Tahun 2014 69
Grafik 4.73 Cakupan Kunjungan Rimah Sakit di Kabupaten Belu Tahun 2014 71
Grafik 4.74 15 Besar Penyakit Kunjungan Rawat Jalan RS Tahun 2014 72
Grafik 4.75 15 Penyakit Terbanyak Kunjungan Rawat Inap Rumah Sakit dan Jumlah
Pasien Meninggal per Kasus di Kabupaten Belu Tahun 2014 73
Grafik 4.76 Cakupan 10 Besar Penyakit Mata Tahun 2014 76
Grafik 4.77 Cakupan 10 Besar Penyakit Kesehatan Jiwa Tahun 2014 77
Grafik 4.78 Tindakan Dalam Jenis Ketrampilan Tahun 2014 78
Grafik 4.79 Pola Penyakit Terbesar Tahun 2014 dan 15 Besar pemakaian Obat Tahun
2014 83
Grafik 4.80 15 Besar Pemakaian Antibiotika Tahun 2014 80
Grafik 4.81 Hasil Pengkajian Rumah Tangga Sehat Menurut Puskkesmas di Kabupaten
Belu Tahun 2014 88
Grafik 4.82 Cakupan Bayi yang mendapat ASI Eksklusif Menurut Puskesmas di
Kabupaten Belu Tahun 2014 88
Grafik 4.83 Jumlah Desa dengan Garam Beryodium Menurut Puskesmas di Kabupaten
Belu Tahun 2014 89
Grafik 4.84 Cakupan Desa yang Mendapatkan Penyuluhan Napza Tahun 2014 89
Grafik 4.85 Strata Posyandu di Kabupaten Belu Tahun 2014 89
Grafik 4.86 Cakupan Posyandu Purnama dan Mandiri Menurut Puskesmas Tahun 2014 89
Grafik 4.87 Cakupan Desa/Kelurahan Siaga Menurut Puskesmas Tahun 2014 90
Grafik 4.88 Cakupan Desa/Kelurahan Siaga Aktif Menurut Puskesmas Tahun 2014 90
Grafik 4.89 Cakupan Pembinaan UKBM Menurut Puskesmas Tahun 2014 90
Grafik 4.90 Cakupan Pengawasan Perumahan di Kabupaten Belu Tahun 2014 91
Grafik 4.91 Cakupan Pemeriksaan Hotel di Kabupaten Belu Tahun 2014 91
Grafik 4.92 Cakupan Pemeriksaan Pasar di Kabupaten Belu Tahun 2014 91
Grafik 4.93 Cakupan Institusi Yang Dibina di Kabupaten Belu Tahun 2014 91
Grafik 4.94 Cakupan Pemeriksaan TPM Tahun 2014 92
Grafik 4.95 Cakupan Saran Air Bersih Yang Diinspeksi Tahun 2014 92
Grafik 4.96 Cakupan Saran Air Bersih Yang Memenuhi Syarat Tahun 2014 92
Grafik 4.97 Pemeriksaan Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) Tahun 2014 92
Grafik 4.98 Cakupan Pemeriksaan Kualitas Bakteriologi dari Resiko R&S Tahun 2014 9.
Grafik 4.99 Cakupan Kualitas Bakteriologi Air Bersih Tahun 2014 93
Grafik 4.100 Cakupan Air Bersih Perkotaan di Kab. Belu Tahun 2014 93
Grafik 4.101 Cakupan Air Bersih Pedesaan di Kab. Belu Tahun 2014 93
Grafik 4.102 Cakupan Keaktifan POKMAIR di Kab. Belu Tahun 2014 93
Grafik 4.103 Cakupan Penggunaan Jamban di Kab. Belu Tahun 2014 94
Grafik 4.104 Cakupan Penggunaan Tempat Sampah Keluarga di Kab. Belu Tahun 2014 94
Grafik 5.1 Jumlah Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2010-2014 97
Grafik 5.2 Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2010-2014 97
Grafik 5.3 Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Kabupaten Belu Menurut 97

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 ix


Kecamatan Tahun 2014
Grafik 5.4 Rasio Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Per 1.000 Penduduk di Kabupaten
Belu Tahun 2011-2014 98
Grafik 5.5 Rasio Dokter Umum Terhadap 100.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun
2010-2014 99
Grafik 5.6 Rasio Perawat Terhadap 100.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2011-
2014 100
Grafik 5.7 Rasio Bidan Terhadap 100.000 Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2011-
2014 100
Grafik 5.8 Alokasi Anggaran Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 100
Grafik 5.9 Anggaran Kesehatan Kabupaten Belu Terhadap APBD Kabupaten Belu
Tahun 2011-2014 101
Grafik 5.10 Alokasi dan Realisasi Anggaran Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2011-
2014 101
Grafik 5.11 Presentase Realisasi Anggaran Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2011-
2014 102
Grafik 5.12 Alokasi dan Realisasi Anggaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 103
Grafik 5.13 Presentase Realisasi Anggaran BOK Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 103

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 x


Hal
Gambar 2.1 Gambar Persebaran Kepadatan Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2013 5
Gambar 3.1 Penyebaran Kasus Kematian Neonatal Menurut Puskesmas Kabupaten Belu
13
Tahun 2014
Gambar 3.2 Penyebaran Kasus Kematian Bayi Menurut Puskesmas di Kabupaten Belu
13
Tahun 2014
Gambar 3.3 Penyebaran Kasus Kematian Balita Menurut Puskesmas di Kabupaten Belu
13
Tahun 2014
Gambar 3.4 Peta Penyebaran Kasus Kematian Ibu Kabupaten Belu Tahun 2014 14
Gambar 3.5 Penyebaran Kasus Baru BTA Positif Kabupaten Belu Berdasarkan Wilayah
Kerja Puskesmas Tahun 2014 15
Gambar 3.6 Peta Penyebaran Kesembuhan Kasus TB BTA + Kabupaten Belu Tahun 2014 18
Gambar 3.7 Peta Penyebaran Kasus Kematian TB paru Kabupaten Belu Berdasarkan
Wilayah Kerja Puskesmas tahun 2014 19
Gambar 3.8 Peta Penyebaran Kasus HIV Kabupaten Belu Menurut Wilayah Kerja
Puskesmas Tahun 2014 21
Gambar 3.9 Peta Penyebaran Kasus AIDS Kabupaten Belu Menurut Wilayah Kerja
Puskesmas Tahun 2014 21
Gambar 3.10 Jumlah Kasus Kematian Akibat AIDS Menurut Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Belu Tahun 2014 22
Gambar 3.11 Gambaran Penyebaran kasus IMS Kabupaten Belu Menurut Puskesmas
Tahun 2014 23
Gambar 3.12 Supervisi ke Mitra KPA Belu ke Klinik VCT Kasih RSUD Gabriel Manek, SVD 25
Gambar 3.13 Pelatihan HIV dan AIDS Bagi Remaja 26
Gambar 3.14 Peringatan Hari AIDS Sedunia di kabupaten Belu 26
Gambar 3.15 Peta Fisik Kelompok Risti Kota Atambua Tahun 2014 27
Gambar 3.16 Peta Penyebaran kasus Pneumonia Kabupaten Belu Berdasarkan Wilayah
Kerja Puskesmas Tahun 2014 27
Gambar 3.17 Peta Penyebaran Kasus Baru Kusta Kabupaten Belu Tahun 2014 28
Gambar 3.18 Peta Penyebaran Kasus Diare Kabupaten Belu Tahun 2014 29
Gambar 3.19 Pemetaan Cakupan Imunisasi Campak Kabupaten Belu Menurut Wilayah
Kerja Puskesmas Tahun 2014 31
Gambar 3.20 Pemetaan Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Kabupaten Belu
Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014 31
Gambar 3.21 Pemetaan Cakupan Desa UCI Kabupaten Belu Menurut Puskesmas Tahun
2014 32
Gambar 3.22 Peta Penyebaran Kasus DBD Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten
Belu Tahun 2014 34
Gambar 3.23 Peta Endemisitas Malaria Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten
Belu Tahun 2013 dan 2014 35
Gambar 3.24 Gambaran KN Lengkap Kabupaten Belu Tahun 2014 38
Gambar 3.25 Pemetaan Kasus BBLR Kabupaten Belu Tahun 2014 39
Gambar 3.26 Gambaran Pemetaan Kasus Gizi Buruk Kabupaten Belu Per-Wilayah
Puskesmas Tahun 2014 39
Gambar 4.1 Pemetaan Peserta KB Aktif Menurut Puskesmas di Kab. Belu Tahun 2014 50
Gambar 4.2 Pemetaan Peserta KB Baru Menurut Puskesmas di Kab. Belu Tahun 2014 51

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 xi


| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 xii
I.1 PENDAHULUAN

Profil Kesehatan Kabupaten Belu merupakan gambaran situasi kesehatan di Kabupaten Belu
dan diterbitkan setiap tahun. Dalam setiap terbitan profil kesehatan memuat berbagai data tentang
kesehatan dan data pendukung lainnya yang berhubungan dengan kesehatan, selanjutnya data
dianalisis secara sederhana dan di tampilkan dalam bentuk tabel, peta dan grafik.

Dalam setiap terbitan, selalu di upayakan adanya perbaikan baik dari segi materi maupun
tampilannya. Dari segi materi, maka terlihat sejak tahun 2010, isi profil kesehatan disesuaikan dengan
Format Indikator Kesehatan dan Indikator Standart Pelayanan Minimal bidang kesehatan yang
mengalami perubahan 81 Tabel sampai dengan Tahun 2014. Perubahan-perubahan Juknis Profil
Kesehatan dapat akan dijabarkan dibawah ini. Pada tahun 2013 Kemenkes RI melalui Pusdatin
mengeluarkan Juknis Profil Kesehatan terbaru dengan jumlah 82 tabel untuk disosialisasikan di
seluruh Indonesia. Setelah disosialisasikan juknis terbaru ini dengan 82 tabel, pada awal Tahun 2015
sesuai surat Kepala Dinas Kesehatan Propinsi NTT dikeluarkan peribahan Juknis revisi Tahun 2014
dengan jumlah 81 Tabel. Sehingga Profil Kesehatan Tahun 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten Belu
menggunakan 81 tabel hasil revisi juknis Profil Kesehatan Tahun 2014.

Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan di Kabupaten Belu, antara lain ditujukan
untuk pemerataan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan pelayanan yang berkualitas kepada
masyarakat di pedesaan.

Untuk percepatan Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Belu, maka kegiatan tahun 2012
yang dibuat berdasarkan analisis masalah dan penyebab dengan pertimbangan kekuatan dan
kelemahan yang ada serta peluang yang tersedia dan ancaman yang mungkin terjadi, maka telah
disusun suatu Rencana Strategi Pembangunan Kesehatan tahun 2009 – 2013, dengan Program
Indikatif meliputi :

1. Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana Prasarana Puskesmas dan


Jaringannya.
2. Program Pengembangan SDM Kesehatan.
3. Program Pengembangan Standar Pelayanan Kesehatan.
4. Program Pengembangan Pembiayaan Kesehatan.
5. Program Upaya Kesehatan Masyarakat.
6. Program perbaikan Gizi Masyarakat.
7. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit.
8. Program Obat dan Perbekalan Kesehatan.
9. Program Kesehatan Ibu, Anak dan Lanjut Usia.
10. Program Penyehatan Lingkungan.
11. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.
12. Program Pengembangan Lingkungan Sehat.
13. Program Upaya Kesehatan Perorangan.
14. Program Kebijakan dan Manajemen Kesehatan.
15. Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Fokus pembangunan kesehatan adalah pemerataan pelayanan sampai pada masyarakat di


pedesaan.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 1


Peningkatan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Belu yang berkelanjutan, diharapkan
dapat mewujudkan Visi Pembangunan Kesehatan Kabupaten Belu : ”Masyarakat Belu Sehat – Merata -
Berdaya”.

Selanjutnya dalam profil kesehatan ini digambarkan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan tentang maksud dan tujuan di


terbitkannya Profil kesehatan Kabupaten Belu serta sistematika penyajian.

BAB II : GAMBARAN UMUM. Bab ini menyajikan tentang gambaran umum


Kabupaten Belu, uraian tentang letak geografis dan informasi umum
lainnya.

BAB III : DERAJAT KESEHATAN, menguraikan tentang Indikator mengenai Angka


Kematian, Angka Kesakitan dan Angka Gizi Masyarakat.

BAB IV : UPAYA KESEHATAN. Bab ini menguraikan tentang Pelayanan Kesehatan


Dasar, Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Penunjang, Pemberantasan
Penyakit Menular, Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar,
Perbaikan Gizi Masyarakat, Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Pelayanan Kesehatan dalam Situasi Bencana. Disamping itu juga
mengakomodir indikator Kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Kesehatan serta Upaya Kesehatan lainnya.

BAB V : SUMBER DAYA KESEHATAN. Bab ini mencakup Sarana Kesehatan, Tenaga
Kesehatan, Pembiayaan kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan lainnya.

BAB VI : KESIMPULAN. Bab ini menyajikan hal – hal penting yang perlu disimak
dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kabupaten Belu, selain
keberhasilan, bab ini juga mengemukakan hal – hal yang dianggap masih
kurang dalam rangka upaya mencapai Masyarakat Belu Sehat – Merata -
Berdaya.

LAMPIRAN :

1. TABEL IS-SPM ( 1 s/d 81 ).

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 2


II.1 LINGKUNGAN GEOGRAFIS

Kabupaten Belu terletak di sebelah Timur wilayah Nusa Tenggara Timur, mempunyai luas
wilayah 1.248,94 Km2 dengan keadaan morfologi sebagian besar wilayahnya berbukit-bukit dan
bergunung-gunungdengan derajat kemiringan (>50%). Secara astronomis Kabupaten Belu terletak
pada koordinat 1240–1260 Bujur Timur dan 90 – 100 Lintang Selatan, berada pada persimpangan
Negara Timor Leste serta pada titik silang antara Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten TTU, dengan
batas wilayah :
Sebelah Utara : Selat Ombai
Sebelah Selatan : Laut Timor dan Kabupaten Malaka
Sebelah Timur : Negara Timor Leste
Sebelah Barat : Kabupaten TTU dan TTS.

Wilayah administrasi terbagi menjadi 12 Kecamatan, 12 Kelurahan dan 69 Desa. Kabupaten


Belu mempunyai temperatur rata-rata 24-34°C beriklim tropis, dan umumnya berubah tiap setengah
tahun berganti dari musim kemarau dan musim penghujan, dengan musim kemarau yang lebih
dominan. Musim hujan yang sangat singkat dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei.
Keadaan musim seperti ini tidak merata untuk seluruh wilayah kabupaten Belu, curah hujan tertinggi
terdapat di daerah wilayah selatan. Letak geografis yang lebih dekat dengan Australia dibanding Asia,
membuat Kabupaten Belu memiliki curah hujan yang rendah.

II.2 KEADAAN PENDUDUK

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Belu Tahun 2014, jumlah penduduk Kabupaten Belu
sebanyak : 197.002 jiwa terdiri dari laki-laki = 97.221 jiwa dan Perempuan = 99.781 jiwa. Jumlah
Rumah tangga 37.575 KK dengan rata-rata 5 jiwa per rumah tangga dan kepadatan penduduk 153
orang per Km2. Rincian jumlah penduduk
Grafik 2.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Belu Menurut Kecamatan Tahun 2013

Nanaet Dubesi 4.292


Lasiolat 6.253
Lamaknen Selatan 7.777
Lamaknen 11.601
Raihat 12.641
Raimanuk 15.335
Kakuluk Mesak 18.887
Tasifeto Timur 21.984
Atambua Barat 22.845
Atambua Selatan 23.201
Tasifeto Barat 23.329
Kota Atambua 28.857
- 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000

Sumber : Belu Dalam Angka BPS Kabupaten Belu Tahun 2014

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa jumlah penduduk terbesar kabupaten Belu pada
Tahun 2013 adalah Kecamatan Kota Atambua dengan jumlah 28.857 jiwa. Sedangkan jumlah
penduduk terkecil Kabupaten Belu pada Tahun 2013 adalah Kecamatan Nanaet Dubesi dengan jumlah
penduduk 4.292 jiwa.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 3


Hasil Registrasi penduduk pada akhir tahun 2013 memperlihatkan adanya kenaikan jumlah
penduduk. Kendati demikian ancaman pertumbuhan penduduk pada waktu mendatang tetap tinggi
karena angka kelahiran relatif masih tinggi, Fenomena yang diduga akan turut mendorong
pertumbuhan penduduk secara alamiah yaitu adanya pergeseran paradigma Keluarga Berencana dari
Norma Keluarga Kecil Bahagia menjadi keluarga berkualitas yang cenderung disalah tafsirkan sebagai
peluang untuk banyak anak asal bisa/mampu menghidupinya. Dilihat dari struktur umur Penduduk
menunjukkan proporsi terbesar (penduduk laki-laki dan perempuan) berada pada kelompok umur 0-
14 tahun, lebih rinci dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin dapat digambarkan dalam bentuk piramida
penduduk. Berdasarkan jumlah penduduk pada tahun 2013 dapat disusun sebuah piramida penduduk
Tahun 2013. Dasar piramida menunjukkan jumlah penduduk, badan piramida bagian kiri
menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan badan piramida bagian kanan menunjukkan jumlah
penduduk perempuan. Piramida tersebut merupakan gambaran struktur penduduk yang terdiri dari
struktur penduduk muda, dewasa dan tua. Struktur penduduk ini menjadi dasar bagi kebijakan
kependudukan, sosial, budaya dan ekonomi.
Grafik 2.2
Piramida Penduduk Kabupaten Belu Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2013
75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 49
40 - 44
35 - 39
30 - 34
25 - 29
20 - 24
15 - 19
10 - 14
5-9
0-4
(20.000) (15.000) (10.000) (5.000) 0 5.000 10.000 15.000 20.000
JUMLAH PENDUDUK LAKI-LAKI JUMLAH PENDUDUK PEREMPUAN
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014

Dari grafik di atas diketahui bahwa struktur penduduk Kabupaten Belu termasuk struktur
penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda yang masih
tinggi. Badan piramida besar, ini menunjukkan banyaknya penduduk pada usia 5-9 tahun dan 10-14
tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Berikut ini adalah grafik penduduk Kabupaten Belu menurut
usia produktif Tahun 2013.
Grafik 2.3
Penduduk Kabupaten Belu Menurut Usia Produktif Tahun 2013
58,13

38,20

3,66

0-14 Th 15-64 Th >65 Th


Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 4


Analisis kependudukan dari BPS Belu Tahun 2013 memperlihatkan indikator sebagai berikut :

 Dilihat dari komposisi umur, menunjukan bahwa 38,20% penduduk Kabupaten Belu
berusia muda (0 – 14 tahun), 58,13% usia produktif (umur 15 – 64 tahun) dan 3,66%
berusia diatas 65 tahun. Angka Sex Ratio penduduk Belu adalah 97,43 menunjukkan
bahwa jumlah penduduk laki – laki sedikit lebih rendah dari penduduk perempuan yakni
setiap 97 penduduk laki-laki terdapat 100 orang penduduk perempuan.
 Dilihat dari struktur umur penduduk memperlihatkan bahwa sebagian besar penduduk
Belu berada pada usia muda, dari jumlah 197.002 penduduk pada tahun 2013 sekitar
38,20% merupakan penduduk usia muda yang berumur 0-14 tahun.
 Angka ketergantungan (Deppendency Ratio) penduduk yang di dihitung dari jumlah
penduduk usia tidak produktif (0–14 th + >65 th) berbanding usia produktif (15–64 th)
= 41,86%. Artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar
41 sampai dengan 42 orang yang belum atau tidak produktif.

Konsentrasi penduduk di suatu wilayah dapat dipelajari dengan menggunakan kepadatan


penduduk. Kepadatan penduduk menunjukkan rata-rata jumlah penduduk per 1 kilometer persegi.
Semakin besar angka kepadatan penduduk menunjukkan bahwa semakin padat penduduk yang
mendiami wilayah tersebut. Kepadatan rata-rata penduduk di Kabupaten Belu berdasarkan BPS Tahun
2013 sebesar 153 penduduk per Km2. Kepadatan penduduk berguna sebagai acuan dalam rangka
mewujudkan pemerataan dan persebaran penduduk. Kepadatan penduduk menurut Kecamatan dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2.1
Gambar Persebaran Kepadatan Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2013

Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014

Kepadatan penduduk di Kabupaten Belu pada tahun 2013 belum merata. Kepadatan penduduk
tertinggi terdapat di kecamatan Atambua Selatan 1.475 penduduk per Km2, Kepadatan penduduk
terendah terdapat di kecamatan Nanaet Dubesi 71 penduduk per Km2.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 5


II.3 KEADAAN KETENAGA KERJAAN

Penduduk usia kerja didefenisikan sebagai penduduk yang berumur 15 tahun keatas. Angkatan
Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun lebih) yang bekerja/punya pekerjaan namun sementara
tidak bekerja dan pengangguran. Angka kesempatan kerja merupakan perbandingan antara penduduk
yang bekerja dengan angkatan kerja. Pada tahun 2013 presentasi pencari kerja mencapai 95,94%
(keadaan kabupaten Belu dan Malaka) sedangkan presentase permintaan kerja hanya mencapai 3,06%
sedangkan penempatan kerja juga mencapai 0,99% yang artinya bahwa angka pengangguran
Kabupaten Belu dan Malaka pada tahun 2013 masih cukup tinggi. Kendatipun angka pengangguran
cukup tinggi, namun bila dibandingkan dengan tingkat pendapatan perkapita penduduk yang masih
rendah menunjukkan bahwa sebenarnya angka setengah pengangguran dan penggangguran
terselubung di Kabupaten Belu dan Malaka terutama pada sektor pertanian di pedesaan masih cukup
tinggi.
Tabel 2.1
Tingkat Pendidikan Pencari kerja Tahun 2013 Kabupaten Belu dan Malaka
No TK.Pendidikan Laki-laki % Perempuan % Jumlah %
1 SD/Sederajat 190 79,50 49 20,50 239 4,98
2 SMP 25 50,00 25 50,00 50 1,04
3 SMA 752 36,83 1290 63,17 2042 42,52
4 DI & DII 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0,00
5 DIII 172 22,72 585 77,28 757 15,76
6 Universitas 634 36,99 1080 63,01 1714 35,69
Kabupaten 1773 36,92 3029 63,08 4802 100
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014

Tingkat Pendidikan masyarakat pencari kerja Kabupaten Belu dan Malaka diperlihatkan pada
tabel 2.1, menggambarkan bahwa pencari kerja di Kabupaten Belu dan Malaka didominasi oleh
penduduk dengan tingkat pendidikan SMA : 42,52%, diikuti dengan pendidikan sarjana : 35,69%. Ini
bukan berarti bahwa penduduk dengan pendidikan SD dan SLTP tidak ada lagi sebagai pencari kerja,
tetapi mereka telah bekerja sebagai petani ataupun pekerjaan swasta lainnya.

Grafik 2.4
Jumlah Pencari Kerja dan Permintaan Tenaga Kerja
Yang terdapat di Kabupaten Belu dan Malaka Tahun 2008–2013

Pencari Kerja Permintaan Kerja


15000

10000 14219
12533 13257
5000 781 1572
279
3481 4081 91 859
0 157
4918
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014

Dari gambaran grafik 2.4 terlihat bahwa penyerapan tenaga kerja tahun 2010 mencapai
1,96%, tahun 2011 mencapai 0,73%, tahun 2012 mencapai 6,48% sedangkan tahun 2013 mencapai
3,19%. Hal ini menggambarkan bahwa berdasarkan lowongan kerja yang tersedia masih lebih sedikit
dibandingkan dengan jumlah pencari kerja yang terdapat di kabupaten Belu dan Malaka pada Tahun
2013.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 6


II.4 KEADAAN EKONOMI

Kondisi perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan
keberhasilan pembangunan suatu daerah. Berdasarkan data dari BPS, besaran pertumbuhan Produk
Domestik Bruto Kabupaten Belu pada Tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp.1.418.812,50
Juta Rupiah naik sebesar RP.155.984,68 Juta Rupiah dibandingkan tahun 2012. Atas dasar harga
konstan (tahun 2000) produk domestik bruto Kabupaten Belu pada Tahun 2013 mencapai
Rp.658.291,29 Juta rupiah, naik Rp.39.397,9 juta rupiah dibandingkan tahun 2012 (Rp.618.893,39).
Produk Domestik Bruto per kapita merupakan produk Domestik Bruto atas dasar harga berlaku
dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Dalam kurun waktu 2011-2013, produk
domestik Bruto per kapita atas dasar harga berlaku terus mengalami peningkatan,
Pada tahun 2011, secara agregat perekonomian Kabupaten Belu bertumbuh sebesar 2,8% lalu
meningkat menjadi 5,75% pada tahun 2012 dan meningkatkan pula kembali menjadi 6,37% pada
tahun 2013.

Grafik 2.5
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Belu Tahun 2011-2013
7

6
6,37
5 5,75

3
2,8
2

0
2011 2012 2013

Pertumbuhan Ekonomi
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014

Pertumbuhan tertinggi pada tahun 2013 dicapai oleh sektor Jasa-jasa/service yaitu sebesar
7,85%. Angka pendapatan perkapita merupakan indikator yang sering digunakan untuk mengukur
tingkat kesejahteraan penduduk dalam suatu wilayah. Meningkatnya akumulasi nilai tambah aktivitas
berbagai sektor ekonomi di satu sisi, sementara di sisi lain bila terjadi penekanan laju pertumbuhan
penduduk maka akan mendorong lebih cepat perkembangan tingkat pendapatan perkapita.
Pendapatan perkapita adalah pendapatan neto atas dasar biaya faktor, dibagi dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun. Pada tahun 2013 rata-rata pendapatan perkapita penduduk Belu atas dasar harga
berlaku mencapai Rp.6.743.647 juta, meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp.6.114.142
juta. Sekalipun angka pendapatan perkapita dijadikan sebagai indikator kesejahteraan namun belum
mutlak menggambarkan penyebaran pendapatan pada setiap strata masyarakat karena nilai
pendapatan perkapita yang ada merupakan hasil bagi antara akumulasi nilai tambah dari seluruh
strata ekonomi masyarakat (baik kaya maupun miskin) dengan total penduduknya, selain itu apabila
peningkatan nilai nominal pendapatan perkapita masyarakat ternyata lebih banyak dikontribusi oleh
meningkatnya harga balas jasa factor-faktor produksi maka dapat dikatakan bahwa peningkatan
pendapatan perkapita tersebut belum mendongkrak daya beli masyarakat secara rill.

II.5 KEADAAN PENDIDIKAN


Pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat
pembangunan manusia suatu daerah. Pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku
masyarakat. Pendidikan menjadi pelopor utama dalam rangka penyiapan sumber daya manusia dan
merupakan salah satu aspek pembangunan yang menjadi syarat mutlak untuk mewujudkan tujuan
pembangunan nasional. Untuk peningkatan peran pendidikan dalam pembangunan, maka kualitas
pendidikan harus ditingkatkan.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 7


Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan
ketrampilan manusia. Peningkatan mutu pendidikan harus terus diupayakan, dimulai dengan
membuka kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk menyenyam pendidikan hingga pada
peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pendidikan. Ijazah/STTB tertinggi yang
dimiliki seseorang merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal. Semakin tinggi ijazah/STTB
yang dimiliki oleh rata-rata penduduk suatu negara semakin tinggi taraf intelektualitas negara
tersebut.
Grafik 2.6
Presentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang
Dimiliki Kabupaten Belu Malaka Tahun 2013
DIII; 0,86%
SMU Kejuruan;
3,14% DI,II; 0,36% Universitas;
2,81%
SMU Umum;
11,43%
Belum
mempunyai
Ijazah; 42,92%
SLTP; 11,81%

SD; 26,68%

Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014

Dilihat dari gambar diatas memberikan informasi bahwa penduduk Kabupaten Belu umur 10
tahun keatas yang memiliki Ijazah paling tinggi adalah belum mempunyai ijazah dan tamat SD,
sedangkan sisanya tamat SLTP 11,81%, tamat SLTA Umum 11,43%, SMU Kejuruan 3,14%, DI DII
0,36% dan DIII 0,86% serta Universitas 2,81%.
Kemampuan membaca dan menulis merupakan ketrampilan dasar yang dibutuhkan oleh
penduduk untuk menuju kehidupan yang lebih sejahtera. Kemampuan membaca dan menulis
tercermin dari angka melek huruf dan angka buta huruf. Kemampuan baca tulis tercermin dari
penduduk 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latindan huruf lainnya. Angka
buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan, penduduk yang tidak dapat membaca secara tidak
langsung mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan
mereka pada kemiskinan.
Kabupaten Belu pada tahun 2013 presentase penduduk yang buta huruf sebesar 13,09% lebih
rendah jika dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 15,63%.

II.6 KELUARGA MISKIN

Keluarga miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan
dibawah Garis Kemiskinan (GK). Garis kemiskinan makanan merupakan nilai pengeluaran kebutuhan
minimal makanan yang disetarakan dengan 2 100 kkalori per kapita per hari. Garis kemiskinan non
makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan
dan kebutuhan dasar lainnya. Berdasarkan Data dan Informasi Kemiskinan BPS RI yang termuat dalam
Buku Kabupaten Belu Dalam Angka Tahun 2014, jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Belu dan
Malaka tahun 2012 sebanyak 53,5 (dalam ribuan) atau 14,54% dari jumlah seluruh Penduduk.
Gambaran jumlah penduduk miskin di Kabupaten Belu dan Malaka dapat dilihat dalam grafik berikut :

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 8


Grafik 2.7
Prosentase Penduduk Miskin Kabupaten Belu dan Malaka Tahun 2005-2012
25
20 20,74 21,02
20,09 19,69
17,47
15 15,48 14,61 14,54
10
5
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Penduduk Miskin
Sumber : Data dan Informasi Kemiskinan BPS RI

Berikut gambaran penduduk miskin menurut kecamatan :

Grafik 2.8
Jumlah Rumah Tangga Sasaran PPLS Menurut Kecamatan Di Kabupaten Belu Tahun
2011

4000 3604
3500 3142
3002 2934
3000 2812
2523
2500
2011
2000 1761
1367
1500 1044
859
1000 587
500
0

Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014

Rumah Tangga Sasaran (RTS = Kategori sangat miskin, miskin, hampir miskin dan Rentan Miskin
Lainnya). Dari informasi ini diketahui bahwa besarnya Rumah Tangga Sasaran (RTS) berdasarkan
Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011, hampir merata pada tiap kecamatan baik
kabupaten Belu maupun kabupaten Malaka, dengan jumlah Kecamatan RTS terbanyak KabupatenBelu
adalah Kecamatan Tasifeto Timur 3.604 RTS. Dengan memperhatikan jumlah Keluarga Miskin, maka
akan terlihat pula bahwa kemampuan ekonomi keluarga rendah yang tentunya akan berdampak pada
tingkat kesehatan keluarga.

II.7 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) telah menetapkan suatu ukuran standar


pembangunan manusia yaitu indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human Development Index
(HDI). Indeks ini dibentuk berdasarkan empat indikator yaitu angka harapan hidup, angka melek
huruf, rata-rata lama sekolah dan kemampuan daya beli. Indikator angka harapan hidup
mempresentasikan dimensi umur panjang dan sehat. Selanjutnya, angka melek huruf dan rata-rata
lama sekolah mencerminkan capaian pembangunan di bidang pendidikan. Sedangkan indikator
kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata
besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan yang mewakili capaian pembangunan untuk
hidup lebih layak.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 9


Grafik 2.9 Nilai IPM Kabupaten Belu
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Belu dan Malaka Serta (Keadaan Gabung dengan
Propinsi NTT Tahun 2010-2013 Kabupaten Malaka) pada
tahun 2013 sebesar 66.24
70 67,26 67,75 68,28 lebih tinggi jika
68,77
68 dibandingkan dengan
66 64,34 64,75 65,52 kondisi tahun 2012 yang
64 66,24 sebesar 65.52. IPM
62 Kabupaten Belu jika dilihat
IPM Kab. Belu berdasarkan grafik diatas
2010
2011 diketahui bahwa terus
2012
2013 IPM NTT meningkat. Demikian juga
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014
IPM Propinsi NTT.
Peningkatan ini
dikarenakan meningkatnya nilai dari komponen indikator IPM ini, yaitu kenaikan pada indikator
angka harapan hidup dan angka melek huruf. Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2013 antara
kabupaten belu dan Propinsi NTT IPM selalu meningkat.
Grafik 2.10
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut Kabupaten Di Propinsi NTT
Tahun 2013

68,77
Sabu Raijua 57,74
62,29
Sumba Barat Daya 63,05
63,8
Sumba Barat 65,49
66,24
TTS 66,83
67,38
Manggarai Timur 67,62
67,7
Kupang 67,74
67,93
Ende 68,67
68,69
TTU 68,94
69,17
Sikka 69,18
69,67
Flores Timur 70,03
70,89
Kota Kupang 78,62
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014

Grafik di atas menunjukkan nilai IPM Propinsi NTT (Nusa Tenggara Timur) Tahun
2013. Pembagian nilai IPM dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu nilai IPM tinggi, sedang dan
rendah. IPM tinggi mempunyai nilai ≥ 80, IPM sedang mempunyai nilai 50-79,9 dan IPM
rendah < 50. Berdasarkan pembagian tersebut, belum ada Kabupaten di Propinsi NTT yang
mempunyai nilai IPM tinggi. Semua Kabupaten di Propinsi NTT masuk dalam kategori IPM
sedang. Nilai IPM tertinggi terdapat di Kabupaten Kota Kupang sebesar 78,62 dan IPM
terrendah terdapat di Kabupaten Sabu Raijua sebesar 57,74.

Strategi pembangunan nasional menempatkan sumber daya manusia sebagai perspektif


pembangunan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi seiring dengan peningkatan sumber daya
manusia. Beberapa faktor penting dalam pembangunan yang sangat efektif bagi pembangunan
manusia adalah pendidikan dan kesehatan. Kedua faktor ini merupakan kebutuhan dasar
manusia yang perlu dimiliki untuk meningkatkan potensinya dalam pembangunan.
Pendidikan tercermin dalam rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf sedangkan
pembangunan bidang kesehatan tercermin dalam angka harapan hidup.
| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 10
Angka Harapan Hidup (AHH) adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk
dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas (kematian) menurut umur. Angka ini
adalah angka pendekatan yang menunjukkan kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama.
AHH merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada
khususnya.
Grafik 2.11 Grafik di samping
Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Belu/Malaka Tahun menunjukkan peningkatan
2010-2013 AHH yang terjadi di
Kabupaten Belu dan malaka
dari tahun 2010 sampai
66,7 66,75
dengan tahun 2013. Pada
tahun 2013 nilai AHH
66,35 Kabupaten Belu dan Malaka
mencapai 66,75 lebih tinggi
66 jika dibandingkan dengan
nilai AHH tahun 2012 yang
sebesar 66,70.
2010 2011 2012 2013
Sumber : Belu Dalam Angka, BPS Kabupaten Belu Tahun 2014

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 11


III.1 ANGKA KEMATIAN

Derajat kesehatan ditentukan oleh menurunnya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB), meningkatnya umur harapan hidup setelah lahir (UHH), menurunnya angka kesakitan
berbagai penyakit, meningkatnya status gizi masyarakat dan menurunnya angka fertilitas. Tim Pengkaji
AMP/RMP Tingkat Kabupaten Belu yang terdiri dari Tim manajemen, Tim Pengkaji Maternal dan Tim
Pengkaji Neonatal melakukan kajian terhadap informasi kematian, daftar kematian, rekam medic serta
hasil otopsi verbal yang dikirimkan puskesmas. Berdasarkan data kematian yang sudah diklasifikasi
dan diketahui sebab kematiannya ditetapkan rencana tindak lanjut (RTL) terhadap berbagai pihak
yaitu tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan, institusi penanggung jawab pelayanan, pemerintah dan
masyarakat. Selanjutnya RTL didesiminasikan kepada puskesmas sebagai komunitas pelayanan, dinas-
dinas terkait serta pimpinan wilayah.

A. Angka Kematian Bayi dan Balita per-1.000 Kelahiran Hidup

UNICEF mengumumkan bahwa angka kematian anak dibawah lima tahun telah berkurang
lebih dari setengah dalam periode antara 1990 dan 2013. Menurut UNICEF penurunan angka
kematian terjadi dari 84 kematian per 1.000 kelahiran hidup menjadi 29 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per
1.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan salah satu indikator derajat kesehatan bangsa. Tingginya
angka Kematian Bayi ini dapat menjadi petunjuk kualitas pelayanan maternal dan neonatal, untuk itu
dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka kematian bayi tersebut.

Grafik 3.1 Grafik 3.2


Kasus Kematian Neonatal Tahun 2011-2014 Kasus Kematian Bayi Tahun 2011-2014

75
99
60
54 82 82

60

28

2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014


Sumber : Bidang Kesga Sumber : Bidang Kesga

Grafik 3.3
Kasus Kematian Balita Tahun 2011-2014

112 108 112

65

2011 2012 2013 2014


Sumber : Bidang Kesga

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 12


Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa keadaan 4 tahun terakhir Jumlah kematian
Neonatal, Bayi dan Balita cenderung terus menurun. Dengan kondisi akhir tahun 2014 Kematian
neonatal Kabupaten belu sebesar 54 kasus, kematian bayi 60 kasus dan kematian balita 65 kasus. Hal
ini juga dapat digambarkan dalam pemetaan sebagai berikut :

Gambar 3.1 Gambar 3.2


Penyebaran Kasus Kematian Neonatal Menurut Penyebaran Kasus Kematian Bayi Menurut
Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2014 Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2014

Gambar 3.3
Penyebaran Kasus Kematian Balita Menurut
Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2014
Berdasarkan gambar di atas dikatehui
bahwa kasus kematian neonatal, bayi dan balita
di kabupaten Belu pada tahun 2014 berdasarkan
wilayah kerja puskesmas, masih ada yang
berwarna merah yaitu dengan jumlah kematian
di atas 5 kasus. Selain itu juga menjadi perhatian
bahwa di seluruh wilayah kerja puskesmas
diketahui bahwa tidak terdapat wilayah
berwarna biru yang artinya wilayah kerja
puskesmas tersebut bebas dari kematian
neonatal, bayi maupun balita. Kasus kematian
neonatal pada tahun 2014 kabupaten Belu
terbanyak terjadi di wilayah kerja puskesmas
Halilulik dengan jumlah kasus 10 kasus
kematian. Dan jumlah kasus terkecil terletak di
wilayah kerja puskesmas Laktutus, Nualain,
Atapupu dan Puskesmas Ainiba.

Sumber : Bidang Kesga

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 13


Kasus kematian bayi berdasarkan gambar penyebaran kasus di atas diketahui bahwa jumlah
kasus kematian bayi terbanyak terdapat di wilayah kerja puskesmas Halilulik dengan jumlah kasus 10.
Sedangkan jumlah kasus terkecil terdapat di wilayah kerja puskesmas Laktutus dengan jumlah kasus 1
bayi meninggal. Untuk kasus kematian balita berdasarkan peta penyebaran di atas diketahui bahwa
juga di wilayah puskesmas Halilulik merupakan penyumbang terbesar jumlah kasus kematian balita
Kabupaten Belu pada tahun 2014 yaitu sebesar 10 kasus. Sedangkan jumlah kasus terkecil Kematian
balita kabupaten Belu Tahun 2014 yaitu wilayah puskesmas Laktutus dengan jumlah 1 kasus kematian
balita.

B. Jumlah Kematian Maternal

Angka kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat
kesehatan masyarakat. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan
dalam tujuan pembangunan milenium yaitu tujuan ke-lima meningkatkan kesehatan ibu dimana target
yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Hasil
survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian
upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan milenium masih membutuhkan komitmen dan
usaha keras yang terus menerus.
Pencapaian penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih lambat, dan yang perlu
menjadi perhatian utama pemerintah ialah kesenjangan pencapaian masing-masing daerah.
Berdasarkan data SKDI tahun 2012 rasio kematian maternal di Indonesia sebesar 359 per 100.000
kelahiran hidup. Semakin tinggi AKI di Indonesia tersebut diperkirakan target MDGS tahun 2015 tidak
mudah tercapai, yaitu penurunan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.
Grafik 3.4 Dilihat dari grafik disamping diketahui
Kasus Kematian Ibu Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 bahwa kasus kematian ibu kabupaten
Belu empat tahun terakhir cenderung
menurun. Tahun 2011 kasus kematian
16 ibu mencapai 16 kasus, lalu turun
tahun 2012 menjadi 5 kasus, tahun
2013 menurun kembali menjadi 4
kasus. Namun pada tahun 2014 ini
5 4 5
kasus kematian ibu yang dilaporkan
kembali bertambah menjadi 5 kasus.
2011 2012 2013 2014 Pada tahun 2014 gambaran
penyebaran kasus kematian ibu dapat
Sumber : Bidang Kesga
dilihat pada gambar peta sebagai
berikut :
Gambar 3.4 Dari gambar disamping diketahui bahwa
Peta Penyebaran Kasus Kematian Ibu terdapat 5 wilayah kerja puskesmas di kabupaten Belu
Kabupaten Belu Tahun 2014 yang melaporkan kasus kematian ibu yaitu puskesmas
Haekesak, Wedomu, Halilulik, rafae dan Webora,
dengan masing-masing berjumlah 1 kasus kematian
ibu. Selain itu dari ke-lima puskesmas yang
melaporkan adanya kasus kematian ibu tahun 2014,
kabupaten Belu terdapat 7 puskesmas yang tidak
terjadi kasus kematian ibu tahun 2014. Terjadinya
kasus kematian ibu di kabupaten Belu, sudah
selayaknya menjadi perhatian pemerintah dan juga
semua pihak untuk berperan dalam upaya
menurunkan kejadian kasus kematian ibu. Kasus
kematian ibu berkaitan erat dengan layanan dan
fasilitas kesehatan di masyarakat dan juga
pengetahuan masyarakat sendiri tentang hal ini.

Sumber : Bidang Kesga

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 14


III.2 ANGKA KESAKITAN

A. Penyakit Menular

1. Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis
merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil
tuberkulosis.Beban penyakit yang disebabkan oleh tuberkulosis dapat diukur dengan case notification
rate (CNR) dan prevalensi (didefinisikan sebagai jumlah kasus tuberkulosis pada suatu titik waktu
tertentu) dan mortalitas/kematian (didefinisikan sebagai jumlah kematian akibat tuberkulosis dalam
jangka waktu tertentu).

i. Kasus Baru BTA Positif

Pada tahun 2014 ditemukan jumlah kasus baru BTA Positif (BTA+) sebanyak 380 kasus,
menurun bila dibandingkan kasus baru BTA + yang ditemukan pada tahun 2013 yang sebesar 748
kasus. Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan di kabupaten Belu terdapat di wilayah kerja puskesmas
Kota dengan jumlah kasus 83 kasus. Berdasarkan jenis kelamin, kasus BTA + pada laki-laki lebih tinggi
dibandingkan perempuan yaitu 59% dan 100% jumlah kasus baru BTA +. Presentasi Kasus baru BTA+
paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi di wilayah kerja dua puskesmas yaitu Puskesmas
Wedomu dengan presentase 70% laki-laki dan 30% perempuan. Sedangkan Puskesmas Halilulik
memiliki presentase 72,22% laki-laki dan 27.78% perempuan. Gambaran kasus baru TB BTA Positif
tahun 2014 berdasarkan wilayah kerja puskesmas dapat dilihat di bawah ini :

Gambar 3.5
Penyebaran Kasus Baru BTA Positif Kabupaten Belu
Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas
Tahun 2014

Sumber : Bidang P3

Dari gambar di atas diketahui bahwa penyebaran kasus baru TB BTA Positif paling banyak
ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Kota dengan jumlah kasus yang dilaporkan berjumlah 83 kasus.
Berdasarkan peta di atas dengan wilayah kerja puskesmas yang berwarna merah yaitu puskesmas
haliwen, Umanen, Wedomu, Halilulik dan Kota berwarna merah dengan jumlah kasus lebih besar dari
30 kasus.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 15


ii. Proporsi pasien baru BTA positif di antara semua kasus Tb

Proporsi pasien baru BTA+ diantara semua kasus TB menggambarkan prioritas penemuan
pasien TB yang menular diantara seluruh pasien TB paru yang diobati. Angka ini diharapkan tidak
lebih rendah dari 65%. Apabila proporsi pasien baru BTA+ di bawah 65% maka hal itu menunjukkan
rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan dini.

Grafik 3.5 Grafik 3.6


Proporsi Pasien baru BTA+ diantara seluruh Proporsi Kasus Baru BTA+ diantara Seluruh Kasus TB Paru
kasus TB Paru di Kabupaten Belu Menurut Puskesmas Se-Kabupaten Belu
Tahun 2012-2014 Tahun 2014
Target Minimal
Proporsi Kasus BTA+ Nualain 80,00 65 %
Dilumil 100,00
120 Weluli 92,31
Aululik 93,33
100 99,18 99,73 Haekesak 100,00
Silawan 100,00
Wedomu 133,33
80 70,5 Atambua Selatan 100,00
Umanen 100,00
60 Kota 34,02
Laktutus 100,00
Ainiba 100,00
40 Haliwen 93,33
Atapupu 92,00
20 Halilulik 100,00
Rafae 100,00
Webora 100,00
0
2012 2013 2014 0,00 50,00 100,00 150,00
Sumber : Bidang P3 Sumber : Bidang P3

Berdasarkan wilayah kerja puskesmas terdapat satu puskesmas yang dibawah target yaitu puskesmas
Kota dengan jumlah proporsi kasus baru BTA + adalah 34,02%.

iii. Angka notifikasi kasus atau case notification rate (CNR)

Angka notifikasi kasus adalah angka yang menunjukkan jumlah pasien baru yang
ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu. Angka ini apabila
dikumpulkan serial akan menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di
wilayah tersebut. Angka ini berguna untuk menunjukkan (trend) meningkat atau menurunnya
penemuan pasien pada wilayah tersebut. Angka Notifikasi Kasus Baru BTA+ pada tahun 2014
Kabupaten Belu adalah 196,4 per 100.000 penduduk. Berikut ini grafik angka notifikasi Kasus Baru
BTA+ dan Seluruh kasus TB BTA+ per 100.000 penduduk tiga tahun terakhir.

Grafik 3.7
Angka Notifikasi Kasus Baru BTA + dan Seluruh Kasus Per 100.000 Penduduk
Kabupaten Belu Tahun 2012-2014
300
278,58
250 239,9
206,83
200 237,9
206,3 196,4
150
Kasus Baru TB BTA +
100
per 100.000 penduduk
50
TB BTA + per 100.000
0 penduduk
2012 2013 2014
Sumber : Bidang P3

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 16


Berikut ini adalah gambaran besarnya angka notifikasi atau CNR kasus BTA+ menurut
puskesmas Kabupaten Belu tahun 2014.
Grafik 3.8
Angka Notifikasi Kasus TB BTA+ per 100.000 Penduduk Menurut Puskesmas
Di Kabupaten Belu Tahun 2014

Kab. Belu 224,31


Kota 794,69
Dilumil 283,73
Aululik 238,40
Atapupu 234,35
Haliwen 214,49
Wedomu 212,03
Rafae 206,43
Silawan 200,75
Laktutus 190,07
Halilulik 188,00
Umanen 160,18
Weluli 156,83
Ainiba 141,78
Haekesak 139,28
Atambua Selatan 85,99
Webora 85,88
Nualain 65,39
0,00 100,00 200,00 300,00 400,00 500,00 600,00 700,00 800,00 900,00
Sumber : Bidang P3

Puskesmas dengan Kasus Baru BTA+ per 100.000 penduduk terendah adalah puskesmas Nualain
dengan angka notifikasinya adalah 65,39 sedangkan puskesmas dengan kasus baru BTA+ per 100.000
penduduk tertinggi adalah puskesmas Kota dengan angka notifikasinya 794,69.

iv. Angka Keberhasilan Pengobatan


Salah satu upaya untuk mengendalikan TB yaitu dengan pengobatan. Indikator yang
digunakan sebagai evaluasi pengobatan yaitu angka keberhasilan pengobatan ( success rate). Angka
keberhasilan pengobatan ini dibentuk dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap. Berikut
ini dapat dilihat angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan tahun 2012 sampai dengan tahun
2014.
Grafik 3.9
Angka Kesembuhan dan Keberhasilan Pengobatan TB BTA+
di Kabupaten Belu Tahun 2012-2014
100,00 94,30 93,79

80,00 93,07 73,94 88,66

60,00 69,85

40,00
Angka Kesembuhan
20,00
Angka Keberhasilan
Sumber : Bidang P3
0,00 Pengobatan
2.012 2013 2014
Sumber : Bidang P3

Dari grafik diatas diketahui bahwa perkembangan angka keberhasilan pengobatan tahun 2012-2014.
Pada tahun 2014 angka keberhasilan pengobatan kabupaten Belu sebesar 93,79%. WHO menetapkan
standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%. Dengan demikian pada tahun 2014 Kabupaten
Belu telah mencapai standart tersebut.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 17


Berikut ini adalah gambar penyebaran kesembuhan kasus TB BTA +.

Gambar disamping menunjukkan Gambar 3.6


peta penyebaran jumlah Peta Penyebaran Kesembuhan Kasus TB BTA + Kabupaten Belu
kesembuhan kasus TB BTA + Tahun 2014
Kabupaten Belu tahun 2014
berdasarkan wilayah kerja
puskesmas. Dikatehui bahwa ada
dua puskesmas yang tidak memiliki
jumlah kesembuhan TB Paru yaitu
puskesmas Webora dan Puskesmas
Dilumil. Sedangka yang paling
banyak memiliki kesembuhan kasus
TB BTA + adalah wilayah kerja
puskesmas Kota dengan jumlah
angka kesembuhan 344 kasus. Hal
ini perlu menjadi perhatian khusus
bagi Dinas Kesehatan Kabupaten
Belu guna mengontrol keberhasilan
program TB BTA + di Kabupaten
Belu.

Sumber : Bidang P3

v. Kematian Akibat TB Paru

Sepanjang dasawarsa terakhir di abad 20 ini jumlah kasus baru TB meningkat di seluruh
dunia dan 95% kasus terjadi di negara berkembang. Terdapat 9,2 kasus baru dan ±1,7 juta kematian
karena TB pada tahun 2006. India, Cina dan Indonesia memiliki kontribusi lebih dari 50% terhadap
seluruh kasus TB di dunia. Berikut ini adalah jumlah kematian kasus TB paru + di kabupaten Belu.

Grafik 3.10
Jumlah Kematian Kasus TB Paru Kabupaten Belu Tahun 2012-2014 Berdasarkan grafik
disamping diketahui bahwa
tiga tahun terakhir jumlah
17
kematian akibat TB Paru
12
cenderung menurun. Dan
11 kondisi terakhir tahun 2014
jumlah kasus kematian
akibat TB Paru berjumlah
11 kasus yang dilaporkan.

2012 2013 2014


Sumber : Bidang P3

Berikut ini adalah penyebaran kasus kematian TB paru Kabupaten Belu tahun 2014 berdasarkan
wilayah kerja puskesmas.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 18


Gambar 3.7
Peta Penyebaran Kasus Kematian TB paru Kabupaten Belu Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas
tahun 2014

Sumber : Bidang P3

Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa kasus kematian TB Paru di kabupaten belu
terjadi di dua wilayah kerja puskesmas, yaitu wilayah kerja puskesmas Halilulik dengan jumlah
kematian 1 kasus, dan wilayah kerja puskesmas Kota dengan jumlah kematian 10 kasus. Hal ini
mengakibatkan kabupaten Belu menjadi salah satu kabupaten yang berkontribusi kasus kematian TB
Paru di Propinsi NTT tahun 2014.

vi. Kegiatan Program TB Paru yang Dilaksanakan di Kabupaten Belu Tahun 2014

Kegiatan Program TB Paru pada tahun 2014 didanai dari APBD II, Biaya Operasional
Kesehatan (BOK)dan GF ATM komponen TB. Kegiatan – Kegiatan yang dilaksanakan:
 Registrasi TB = Rp. 9.600.000,-
 Monitoring dan Evaluasi TB = Rp. 16.440.000,-
 Cost Holding TB Paru = Rp. 62.251.600,-

Cakupan Program TB Paru tahun 2014 pada Puskesmas Pelaksana DOTS di Kabupaten Belu dapat
dilihat pada tabel berikut :

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 19


Tabel 3.1
Cakupan Program TB Paru di Puskesmas Pelaksana DOTS Kabupaten Belu Tahun 2014
Angka Angka Angka Error
No Puskesmas Target Penemuan % Konversi Kesembuhan Rate
BTA+ (%) (%) (%)
1 Kota 36 32 88,8 100 35 <5%
2 Haliwen 43 42 97,6 100 41 <5%
3 Umanen 46 35 76 100 32 <5%
4 ATB. Selatan 55 23 41,8 100 11 <5%
5 Atapupu 22 23 104,5 100 15 <5%
6 Silawan 8 7 87,5 100 8 <5%
7 Wedomu 29 29 100 100 31 <5%
8 Aululik 13 14 107,6 100 2 <5%
9 Haekesak 25 17 68 100 11 <5%
10 Weluli 17 11 64,7 100 18 <5%
11 Nualain 16 4 25 100 3 <5%
12 Dilumil 7 9 125,8 100 0 <5%
13 Ainiba 6 3 50 100 2 <5%
14 Halilulik 40 27 67,8 100 27 <5%
15 Rafae 19 19 100 100 9 <5%
16 Laktutus 9 8 88,8 100 9 <5%
17 Webora 12 5 41,6 100 0 <5%
18 RSK 0 9 0 88,7 9 <5%
19 RSUD 0 56 0 85,8 308 <5%
20 Kabupaten 402 375 93,2 95,5 88,66 <5%
Sumber : Bidang P3

Dari tabel diatas diketahui bahwa cakupan Program TB Paru tahun 2014 sebagai berikut :
a. Penemuan Penderita TB Paru yang tertinggi adalah Puskesmas Dilumil yakni : 125.8% diikuti
Puskesmas Aululik 107,6% dan Puskesmas Atapupu 104,5%, sedangkan cakupan terendah adalah
Puskesmas Atambua Salatan 41,8% Nualain 25%,Webora yaitu 41,6%. Secara Kabupaten angka
Penemuan Penderita TB Paru adalah : 93,2 % yang berarti sudah mencapai target nasional yaitu
79%, SPM 90%.
b. Angka konversi terendah adalah RSK Marianum 88,8%, RSUD 85,7%. Sedangkan puskesmas yang
lainnya sudah mencapai target nasional ( > 80%) . Secara Kabupaten angka Konversi adalah 95,5%.
c. Angka Kesembuhan yang belum mencapai target nasional yaitu Puskesmas Webora dan Dilumil
yaitu 0%. Sedangkan puskesmas yang lainnya diatas target nasional (94%). Angka kesembuhan
tingkat kabupaten adalah 88,66 %, Hal ini berarti melebihi target nasional yakni : > 85 %.

Angka Error Rate secara kabupaten (<5%%) bila dibandingkan dengan target nasional
(<5%), sedangkan cakupan puskesmas tertinggi tidak ada. Sedangkan puskesmas yang lainnya dengan
angka Error Rate di bawah target nasional.

2. HIV/AIDS DAN IMS

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human


Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan
penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai
macam penyakit lain. Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV
positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada
layanan Voluntary, Counseling, and Testing(VCT), sero survey , dan Survei Terpadu Biologis dan
Perilaku (STBP).

i. Jumlah kasus HIV positif dan AIDS

Kabupaten Belu dengan kondisi penemuan kasus HIV positif empat tahun terakhir dari
tahun 2011-2014dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 20


Grafik 3.11 Grafik 3.12
Jumlah Kasus HIV Posittif Kabupaten Belu Tahun Jumlah Kasus AIDS Positif Kabupaten Belu Tahun
2011-2014 2011-2014

73 86
68
75
69
49 60
40

2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014

Sumber : Bidang P3
Berdasarkan gambar disamping diketahui bahwa jumlah kasus baru HIV positif maupun AIDS, yang
dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Belu cenderung menurun. Dilihat dari jumlah kasus tahun
2011 HIV mencapai 73 kasus dan AIDS 86 kasus, tahun 2012 HIV 68 kasus dan AIDS 75 kasus, tahun
2013 HIV 49 kasus dan AIDS 69 kasus,kemudian menurun menjadi HIV 40 kasus dan AIDS 60 kasus
pada tahun 2014. Hal ini masih harus menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Belu
agar tetap meningkatkan penemuan kasus HIV dan AIDS ini sehingga dapat dikendalikan penularan
penyakit ini.

Berikut ini adalah peta penyebaran kasus HIV Positif di kabupaten Belu Tahun 2014
berdasarkan wilayah kerja puskesmas Kabupaten Belu.

Gambar 3.8 Gambar 3.9


Peta Penyebaran Kasus HIV Kabupaten Belu Peta Penyebaran Kasus AIDS Kabupaten Belu
Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014 Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014

Sumber : Bidang P3
Dari gambar 3.6 diatas diketahui bahwa ada 3 wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu yang
berwarna merah yang artinya jumlah kasus HIV positif lebih besar dari 5 kasus. Wilayah kerja
puskesmas tersebut antara lain : Puskesmas Umanen dengan jumlah kasus 7, puskesmas Kota dengan
jumlah kasus 6 dan puskesmas Atambua Selatan dengan jumlah kasus 11 kasus HIV positif. Selain itu
juga ada 7 puskesmas dari 17 puskesmas kabupaten Belu yang berdasarkan data yang dilaporkan tidak
terdapat kasus HIV positif, yaitu puskesmas Silawan, Aululik, Dilumil, Nualain, Laktutus, Webora dan
Rafae. Sedangkan dari gambar 3.7 diketahui bahwa terdapat 6 wilayah kerja puskesmas yang
berwarna merah, yang artinya Jumlah kasus AIDS lebih besar dari 5 kasus. Wilayah kerja puskesmas
tersebut antara lain : Puskesmas Atapupu dengan 6 kasus, Umanen dengan 6 kasus, Wedomu dengan 6
kasus, Atambua Selatan dengan 6 kasus, Halilulik dengan 7 kasus dan Kota dengan jumlah terbesar
yaitu 11 kasus AIDS.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 21


ii. Angka kematian akibat AIDS
Jumlah kasus kematian akibat AIDS di Indonesia diperkirakan mencapai 5.500 jiwa.
Epidemi tersebut terutama terkonsentrasi di kalangan pengguna obat terlarang melalui jarum suntik
dan pasangan intimnya, orang yang berkecimpung dalam kegiatan prostitusi dan pelanggan mereka,
dan pria yang melakukan hubungan seksual dengan sesama pria. Sejak 30 Juni 2007, 42% dari kasus
AIDS yang dilaporkan ditularkan melalui hubungan heteroseksual dan 53% melalui penggunaan obat
terlarang.

Dari grafik disamping Grafik 3.13


diketahui bahwa berdasarkan data tiga Jumlah Kematian Akibat AIDS Kabupaten Belu Tahun
2012-2014
tahun terakhir jumlah kasus kematian
akibat AIDS pada tahun 2012 berjumlah 55
6 kasus kematian. Pada tahun 2013
jumlah kematian tersebut meningkat
menjadi 55 kasus kematian dan menurun
6 11
di tahun 2014 menjadi 11 kasus kematian
akibat AIDS. 2012 2013 2014
Sumber : Bidang P3

Berikut ini adalah peta penyebaran kasus kematian akibat AIDS kabupaten Belu berdasarkan wilayah
kerja puskesmas tahun 2014.
Gambar 3.10
Jumlah Kasus Kematian Akibat AIDS Menurut Wilayah Kerja Berdasarkan gambar di
Puskesmas Kabupaten Belu samping diketahui bahwa
Tahun 2014 jumlah terbesar kasus
kematian terjadi di wilayah
kerja puskesmas Wedomu
dengan jumlah kasus
kematian akibat AIDS 3 kasus.

Sumber : Bidang P3

iii. IMS (Infeksi Menular Seksual)

IMS adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan
yang sudah tertular, hubungan seks ini termasuk hubungan seks lewat liang senggama, lewat mulut
(oral) atau lewat dubur (anal). IMS juga disebut penyakit kelamin atau penyakit kotor, namun itu
hanya menunjuk pada penyakit yang ada di kelamin. Istilah infeksi menular seksual lebih luas
maknanya, karena menunjuk pada cara penularannya. Tanda-tandanya tidak selalu ada di alat
kelamin. Tanda-tandanya juga ada di alat penglihatan, mulut, saluran pencernaan, hati, otak dan
bagian tubuh lainnya.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 22


Angka IMS di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Ditandai dengan
adanya penyakit HIV dan AIDS. Penyebaran IMS ini sulit ditelusuri sumbernya, sebab tidak pernah
dilakukan registrasi terhadap penderita yang ditemukan. Berikut ini adalah keadan kasus IMS di
kabupaten Belu.

Grafik 3.14 Gambar 3.11


Jumlah Kasus IMS Kabupaten Belu Gambaran Penyebaran kasus IMS Kabupaten
Tahun 2011-2014 Belu Menurut Puskesmas Tahun 2014

1199

959

312

285

2011 2012 2013 2014


Sumber : Bidang P3

Berdasarkan grafik dan gambar di atas diketahui bahwa setiap tahunnya dari tahun 2011 kasus IMS
Kabupaten Belu cenderung menurun dari tahun 2011 dengan jumlah kasus 1.199 dan keadaan sampai
tahun 2014 menjadi 285 kasus. Berdasarkan peta penyebarann di kabupaten Belu terdapat lima
wilayah kerja puskesmas yang berwarna merah dengan jumlah ksus IMS diatas 15 kasus yaitu
puskesmas Ainiba dengan jumlah terbanyak kasus IMS 84 kasus, Atapupu dengan jumlah kasus 79,
Haliwen dengan jumlah kasus 28, Umanen dengan jumlah kasus 21 dan Kotsa dengan jumlah kasus
16.

iv. Program Pelayanan Kulit dan Kelamin (IMS dan HIV/AIDS)

Kegiataan Program IMS dan HIV/AIDS pada tahun 2014 bekerja sama dengan Komisi
Penanggulangan HIV / AIDS Kabupaten Belu yang di danai dari APBD II, dengan rincian kegiatan
sebagai berikut :

a. Mobile Klinik VCT

Tujuan Klinik VCT (Voluntary Counseling and Testing)/ Konseling Dan Tes Sukarela adalah
untuk membantu masyarakat mengakses informasi, terapi, pemeriksaan dan dukungan psikososial
tentang HIV AIDS. Ketersediaan klinik VCT di Kabupaten Belu masih sangat terbatas sehingga belum
dapat menjangkau semua lapisan masyarakat. Disamping itu Stigma dan Diskriminasi tentang HIV
AIDS di masyarakat membuat masyarakat ada yang masih enggan untuk mengunjungi klinik VCT,
untuk mengatasi permasalahan ini maka pada tahun 2014 dilakukan kegiatan Mobile Klinik VCT bagi
masyarakat di 16 lokasi desa dikabupayen Belu, dengan tenaga pelaksana Dinas Kesehatan yang
bekerjasama dengan Puskesmas dan Pemerintah Desa. Adapun yang menjadi lokasi dan waktu serta
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam mobile VCT adalah sebagai berikut :

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 23


Tabel 3.2
Kegiatan-Kegiatan yang Dilaksanakan Dalam Mobile VCT
Jumlah
Jumlah Jumlah klien
Jumlah klien klien
Lokasi Kegiatan klien yang yang
No Tanggal yang dengan
(Desa) diberi dilakukan
berkunjung hasil
konseling pemeriksaan
HIVpositif
1 Kenebibi 19 November 2014 38 7 7 0

2 Mandeu 19 November 2014 15 2 2 0


3 Ekin 21 November 2014 31 6 6 0
4 Dirun 21 November 2014 12 4 4 0
5 Tohe 21 November 2014 17 3 3 0
6 Manleten 22 November 2014 27 3 3 0
7 Nualain 25 November 2014 29 8 8 0
8 Loonuna 25 November 2014 37 4 4 0
9 Silawan 27 November 2014 42 5 5 0
10 Jenilu 27 November 2014 16 2 2 0
11 Fatuketi 29 November 2014 21 5 5 0
12 Lasiolat 29 November 2014 35 3 3 0
13 Fatulotu 29 November 2014 23 6 6 0
14 Fohoeka 08 Desember 2014 37 4 4 0
15 Makir 09 Desember 2014 16 4 4 0
16 Faturika 12 Desember 2014 21 5 5 0
Jumlah 417 71 71 0
Sumber : Bidang P3
b. Fasilitasi Komisi Penanggulangan AIDS
Komisi Penanggulangan AIDS adalah satu lembaga yang mempunyai peran memimpin dan
menunjang respons nasional maupun provinsi dan kabupaten/kota, seperti yang diatur dalam
Peraturan Presiden No.75/2006, Peraturan Menteri Dalam Negeri No.20/2007, dan Strategi Nasional
2010 – 2014. Dalam pelaksaan upaya pencegahan dan penanggulangan AIDS di Kabupaten Belu
selama tahun 2014 KPA Belu membangun kemitraan dengan berbagai komponen mulai dari
Badan/Dinas/Instansi kabupaten, Para Lembaga Swadaya Masyarakat dan Komunitas Populasi Kunci.
Berikut ini merupakan kegiatan yang telah dilakukan oleh KPA sendiri maupun bersama mitra KPA
terkait dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIVdan AIDS :
1) Pendampingan ODHA dan Penjangkauan Populasi Kunci
Salah satu program KPA Belu dengan dukungan dana dari APBD adalah pendampingan ODHA
serta populasi kunci. Dalam pendampingan ODHA dan populasi kunci KPA Belu memiliki 5
orang tenaga pendamping yang mana 3 dari ke 5 pendamping yang menjadi pendamping
ODHA terdiri dari ODHA dan OHIDHA. Alasan mengapa tenaga pendamping ODHA
merupakan ODHA juga karena dengan menempatkan ODHA sebagai pendamping ODHA
maka mereka akan lebih terbuka dan dapat saling memahami serta saling mendukung karena
mereka sama-sama mengalaminya. Pendampingan pada ODHA dibagi berdasarkan wilayah
terdekat yang dapat dijangkau oleh tenaga pendamping. Tujuan dari adanya pendampingan
ODHA adalah untuk memberikan dukungan pada ODHA dan keluarganya sehingga patuh
dalam melakukan terapi ARV, memberikan pengertian dan dukungan kepada mereka yang
belum mau melakukan pengobatan sehingga mau untuk mendapatkan terapi, dan memantau
agar ODHA patuh dalam melakukan terapi ARV, serta memberikan pengetahuan kepada
keluarga ODHA sehingga meminimalisirkan segala bentuk diskriminasi dari dalam keluarga
sendiri.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 24


2) Pendistribusian Kondom
Kondom merupakan salah satu program KPA dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
HIV dan AIDS. Oleh karena itu pada setiap hubungan seksual yang berisiko, penggunaan
kondom menunjukkan perilaku yang bertanggung jawab. Pentingnya penggunaan kondom
pada hubungan seks yang berisiko secara tepat akan dapat menyelamatkan banyak jiwa.
Namun pemakaian kondom yang konsisten terbilang rendah. Selama tahun 2014 KPA Belu
telah mendistribusikan kondom laki-laki sebanyak 28.218 pcs. Hal ini terlihat dari grafik yang
cenderung tidak stabil setiap bulannya.

Grafik 3.15

Sumber : Bidang P3

3) Supervisi
Kunjungan supervisi ke mitra KPA Belu dilakukan oleh Sekretaris, Pengelola Program dan
Pengelola Monev. Supervisi biasa dilakukan di berbagai lokasi misalnya klinik VCT, Dinas
Kesehatan, Puskesmas, Outlet Kondom serta lokasi para WPS dan Waria.

Gambar 3.12
Supervisi ke Mitra KPA Belu ke Klinik VCT Kasih RSUD Gabriel Manek, SVD

Sumber : Bidang P3

4) Pelatihan HIV dan AIDS Bagi Remaja


Dilihat dari Kasus HIV dan AIDS yang ada bahwa tingkat resiko penularan HIV dan AIDS
paling tinggi berada pada usia produktif yaitu dari umur 15- 49 tahun, hal ini menjadi salah
satu perhatian bagi KPA bersama mitra khususnya LPPA mitra Child fund melakukan pelatihan
HIV dan AIDS bagi remaja untuk membekali mereka agar dapat menghindari diri dari
perilaku-perilaku yang beresiko tertular HIV dan AIDS serta penggunaan Narkoba. Pelatihan
ini dilakuan kepada remaja Belu dan Malaka yang berjumlah 30 orang, dimana dalam
pelatihan ini terbentuknya salah satu Wadah Peduli AIDS bagi remaja. Dalam pelatihan remaja
dijadikan sebagai peer educator bagi teman sebaya, untuk memberikan informasi yang tepat
dan benar guna mendukung upaya penanggulangan HIV dan AIDS.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 25


Gambar 3.13
Pelatihan HIV dan AIDS Bagi Remaja

Sumber : Bidang P3

5) Penyebarluasan Informasi HIV dan AIDS


Dalam upaya pencegahan dan penaggulangan HIV dan AIDS yang kompherensif di Kabupaten
Belu maka KPA Kabupaten Belu melaksanakan sejumlah kegiatan yang bersifat promotif
dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran seluruh masyarakat Belu dan
populasi kunci sehingga terjadinya perubahan sikap yang mendukung perubahan perilaku
yang dapat memutuskan mata rantai penyebaran virus HIV di Kabupaten Belu.
Grafik 3.16
Jumlah Masyarakat Kabupaten Belu yang Mendapat Informasi Grafik di samping
Tentang HIV dan AIDS menunjukkan bahwa
masyarakat Belu yang telah
mendapatkan informasi
8000 tentang HIV & AIDS selama
6000 tahun 2014 adalah sebanyak
6.064 orang dimana 2.760
4000 6064
3304
adalah laki-laki dan
2000 2760
sebanyak 3.304 adalah
0 perempuan.
Laki-laki Perempuan Total
Sumber : Bidang P3

6) Peringatan Hari AIDS Sedunia


Dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia KPA bekerja sama dengan para relawan peduli
AIDS melakukan kegiatan Fun walk dengan tema “Cegah dan Lindungi Diri, Keluarga dan
Masyarakat dari HIV&AIDS dalam Rangka Perlindungan Ham”. Kegiatan ini diikuti sekitar
1000 orang yang terdiri dari berbagai instansi pemerintah di Kabupaten Belu serta
pelajar/mahasiswa dan di dukung oleh masyarakat Kabupaten Belu. KPA menyadari dalam
upaya pencegahan penularan HIV dan pengurangan stigma dan diskriminasi terhadap ODHA
maka keterlibatan seluruh kompenen masyarakat dapat menjadi salah alternatif percepatan
pelaksaan program.

Gambar 3.14
Peringatan Hari AIDS Sedunia di kabupaten Belu

Sumber : Bidang P3

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 26


7) Pemetaan Kelompok Risti
Untuk mengidentifikasi besaran masalah HIV yang ada dan sebaran populasi kunci di
kabupaten Belu maka KPA Belu melakukan pemetaan sebaran populasi kunci dengan
dukungan Dana KPA Propinsi, untuk digunakan sebagai acuan di dalam menyusun rencana
program respon HIV. Pemetaan ini bertujuan untuk mendata seakurat mungkin; lokasi
populasi kunci yang akan menjadi sasaran program, ketersediaan layanan dan Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak dalam program respon HIV dan AIDS.
Gambar 3.15
Peta Fisik Kelompok Risti Kota Atambua Tahun 2014

Sumber : Bidang P3

3. Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan kuman pneumococcus, staphylococcus,
streptococcus dan virus. Gejala penyakit pneumonia yaitu menggigil, demam, sakit kepala, batuk,
mengeluarkan dahak dan sesak napas. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak
usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan
(malnutrisi, gangguan imunologi).
Data lembar fakta Organisasi Kesehatan Dunia WHO tahun 2013 menunjukkan bahwa
Pneumonia atau infeksi saluran pernapasan akut yang mempengaruhi paru-paru dinyatakan menjadi
penyebab kematian sekitar 1,2 juta anak setiap tahun. Dapat dikatakan, setiap jam ada 230 anak di
dunia yang meninggal karena Pneumonia. Angka itu bahkan melebihi angka kematian yang
disebabkan oleh AIDS, Malaria dan Tuberkolosis. Berikut ini adalah gambaran keadaan kasus
Pneumonia di Kabupaten Belu.
Grafik 3.17 Gambar 3.16
Jumlah Kasus Pneumonia Kabupaten Belu Tahun Peta Penyebaran kasus Pneumonia Kabupaten
2011-2014 Belu Berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas
Tahun 2014

328

348

100
59

2011 2012 2013 2014


Sumber : Bidang P3

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 27


Berdasarkan Grafik 3.15 di atas diketahui bahwa Kabupaten Belu merupakan suatu wilayah
penyumbang kasus Pneumonia di Propinsi NTT. Dari tahun 2011 kasus Pneumonia di kabupaten Belu
Cenderung menurun. Hal ini diketahui dari jumlah kasus tahun 2011 dan 2012 berjumlah 328 dan
348 kasus. Dan menurun menjadi 100 kasus di tahun 2013 dan menurun kembali menjadi 59 kasus di
tahun 2014. Sedangkan berdasarkan peta penyebaran kasus Pneumonia menurut wilayah kerja
puskesmas jumlah kasus terbanyak di wilayah kerja puskesmas Haekesak dengan jumlah kasus 13 pada
tahun 2014. Sedangkan terdapat 8 wilayah kerja puskesmas yang tidak terjadi kasus pneumonia di
kabupaten Belu pada tahun 2014. Puskesmas tersebut antara lain : Silawan, Ainiba, Nualain, Weluli,
Wedomu, Halilulik, Laktutus dan Webora.

4. Kusta
Penyakit kusta disebut juga sebagai penyakit lepra atau penyakit Hansen disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2-3
minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Masa inkubasi kuman
kusta ini 2-5 tahun bahkan dapat mencapai 5 tahun. Penatalaksanaan kusta yang buruk dapat
menyebabkan kusta menjadi progresif menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota
gerak dan mata. Berikut ini adalah gambaran penyakit kusta di kabupaten Belu.
Kementerian Kesehatan mencatat 16.856 kasus baru Kusta sepanjang tahun 2013 atau
sekitar 6,79 per 100.000 penduduk. Angka ini menempatkan Indonesia di peringkat ketiga dunia
dengan kasus kusta terbanyak setelah India (134.752 kasus) dan Brasil (33.303 kasus). Berikut ini
adalah gambaran penyakit Kusta di kabupaten Belu.

Grafik 3.18 Gambar 3.17


Angka Penemuan Kasus Baru Kusta Kabupaten Peta Penyebaran Kasus Baru Kusta
Belu Tahun 2011-2014 Kabupaten Belu Tahun 2014

12,97

5,03 5,01

1,1

2011 2012 2013 2014


Sumber : Bidang P3

Berdasarkan grafik 3.16 diatas diketahui bahwa pada tahun 2011 angka penemuan kasus
kusta cukup tinggi mencapai 12,97 per 100.000 penduduk, manurun sampai tahun 2013 mencapai
1,1 per 100.000 penduduk. Namun meningkat menjadi 5,01 per 100.000 penduduk pada tahun 2014.
Berdasarkan gambar peta penyebaran kasus kusta kabupaten Belu tahun 2014 diketahui bahwa
terdapat 10 wilayah kerja puskesmas yang tidak memiliki kasus baru Kusta tahun 2014, antara lain :
Silawan, Ainiba, Umanen, Haekesak, Aululik, Weluli, Nualain, Laktutus, Rafae dan Webora. Sedangkan
jumlah penemuan kasus baru Kusta terbanyak adalah wilayah kerja Puskesmas Atambua Selatan dan
Puskesmas Wedomu dengan jumlah kasus 2 kasus baru Kusta.

Berdasarkan bebannya, kusta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu beban kusta tinggi (high
burden) dan beban kusta rendah (low burden). Kabupaten atau puskesmas disebut high burden jika
anka penemuan kasus baru kusta ≥ 10 per 100.000 pendudukdan atau jumlah kasus baru lebih dari
1.000, sedangkan low burden jika angka penemuan kasus baru kusta < 10 per 100.000 penduduk dan
atau jumlah kasus baru kurang dari 1000 kasus. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa Kabupaten
Belu dengan angka penemuan kasus baru kusta 5.01 per 100.000 penduduk masih termasuk kelompok
low burden atau beban kusta rendah.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 28


Pengendalian penyakit kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus sejak dini.
Indikator yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru kusta yaitu
angka cacat tingkat II. Berikut ini adalah gambaran angka kecacatan tingkat II kabupaten Belu.
Grafik 3.19 Berdasarkan grafik disamping
Angka Cacat Tingkat II Per 100.000 Penduduk diketahui bahwa angka kecacatan
Tahun 2011-2014 Tingkat II Kabupaten Belu empat
tahun terakhir, kondisinya tidak
22,22 stabil. Pada tahun 2011 angka
kecacatan mencapai 6.52 kemudian
meningkat menjadi 22,22 pada
tahun 2012. Pada tahun 2013 angka
6,52 kecacatan tingkat II kabupaten Belu
menurun mencapai 0,00 dan
0 0,52
meningkat kembali pada tahun 2014
2011 2012 2013 2014
menjadi 0,52 kasus.
Sumber : Bidang P3
indikator lain yang digunakan pada penyakit kusta yaitu proporsi kusta MB dan proporsi penderita
kusta pada anak (0-14 tahun) di antara penderita baru yang memperlihatkan sumber dan tingkat
penularan di masyarakat. Berikut ini adalah gambaran proporsi Kusta MB dan proporsi penderita kusta
pada anak (0-14 tahun) kabupaten Belu.
Grafik 3.20
Proporsi Kusta MB dan Proporsi Kusta Pada Anak (0-14 Tahun) kabupaten Belu Tahun 2011-2014
Kusta MB
Kusta Pada Anak 100
94,44 100

76,08
16,67
2,17 0 0

2011 2012 2013 2014


Sumber : Bidang P3
5. Diare
Penyakit Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit
potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Menurut Riskesdas tahun 2013, insiden diare (≤ 2
minggu terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala pada seluruh kelompok umur sebesar 3,5%
(kisaran menurut propinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada balita sebesar 6,7% (kisaran propinsi
3,3%-10,2%). Sedangkan period prevalence diare pada seluruh kelompok umur (> 2 minggu – 1 bulan
terakhir sebelum wawancara) berdasarkan gejala sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%. Berikut ini
adalah gambaran kasus diare kabupaten Belu.
Grafik 3.21 Gambar 3.18
Kasus Diare Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 Peta Penyebaran Kasus Diare Kabupaten Belu
Tahun 2014

9539

5979

6141

2156

2011 2012 2013 2014

Sumber : Bidang P3

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 29


Berdasarkan Grafik 3.19 kasus diare empat tahun terakhir cenderung menurun dari tahun
2011 dengan jumlah kasus 9.539 kasus menurun sampai tahun 2014 dengan jumlah kasus 2.156.
sedangkan bila dilihat berdasarkan peta penyebaran kasus diare tahun 2014, terdapat lima wilayah
kerja puskesmas yang memiliki jumlah kasus diare lebih dari 160 kasus yaitu puskesmas Kota dengan
jumlah kasus terbanyak 411 kasus, Haekesak dengan 327 kasus, Weluli dengan 320 kasus, Aululik
dengan 180 kasus dan Nualain dengan jumlah kasus 170. Namun bila dilihat jumlah kasus terkecil
adalah puskesmas Laktutus dengan jumlah kasus 1 kasus dalam tahun 2014.
6. Imunisasi
Setiap tahun 1,4 juta anak didunia meninggal karena berbagai penyakit yang
sesungguhnya dapat dicegah dengan imunisasi. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) antara lain : Difteri, Tetanus, Hepatitis B, radang
selaput otak, radang paru-paru, pertusis dan polio. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindung
dari berbagai penyakit berbahaya tersebut yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian. Proses
perjalanan penyakit diawali ketika virus/bakteri/protozoa/jamur masuk ke dalam tubuh. Setiap
makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang
disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut
antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi berinteraksi dengan antigen,
respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi belum mengenali antigen. Pada
interaksi antibodi-antigen yang ke-2 dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah memiliki memori
untuk mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak
dan dalam waktu yang lebih cepat.
Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi
alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi terhadap
sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan penyakit dengan
melumpuhkan antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin. Imunisasi adalah suatu cara
untuk menimbulkan / meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit.
Sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya sakit ringan.
Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap
penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit
penyakit menular, yaitu bayi, anak usia sekolah, wanita usia subur dan ibu hamil.

a. Imunisasi Dasar Pada Bayi


Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I). Seseorang anak diimunisasi dengan vaksin yang disuntikkan atau diteteskan melalui
mulut. Pada beberapa negara hepatitis masih menjadi masalah. Sepuluh dari seratus orang akan
menderita hepatitis sepanjang hidupnya jika tidak diberi vaksin hepatitis B. Sampai dengan seperempat
dari jumlah anak yang menderita hepatitis B dapat berkembang menjadi kondisi penyakit hati yang
serius, seperti kanker hati. Disamping itu wajib diberikan imunisasi hepatitis B segera setelah bayi lahir
untuk mencegah penularan virus hepatitis dari ibu kepada anaknya.
Imunisasi BCG dapat melindungi anak dari penyakit tuberculosis. Imunisasi DPT dapat
mencegah penyakit dipthteri, pertusis dan tetanus. Dipthreri menyebabkan infeksi saluran pernafasan
atas, yang dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kesulitan bernafas bahkan kematian. Tetanus
menyebabkan kekakuan otot dan kekejangan otot yang menyakitkan dan dapat mengakibatkan
kematian. Pertusis atau batuk rejan mempengaruhi saluran pernafasan dan dapat menyebabkan batuk
hingga delapan minggu. Semua anak perlu mendapatkan imunisasi polio. Tanda-tanda polio adalah
tungkai tiba-tiba lumpuh dan sulit untuk bergerak. Dari 200 anak yang terinfeksi polio, maka satu
orang akan menjadi cacat sepanjang hidupnya.
Salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib
mendapatkan lima imunisasi dasar lengkap (LIL) yang terdiri dari : 1 dosis BCG; 3 dosis DPT; 4 dosis
polio; 3 dosis hepatitis B; dan 1 dosis campak. Dari kelima imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan
tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih, yang dibuktikan dengan
komitmen Indonesia pada lingkup ASEAN dan SEARO untuk mempertahankan cakupan imunisasi
campak sebesar 90%. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak adalah salah satu penyebab utama
kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam
penurunan angka kematian balita.

Gambaran cakupan imunisasi campak kabupaten Belu dapat dilihat pada grafik dan
gambar di bawah ini.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 30


Grafik 3.22 Gambar 3.19
Cakupan Imunisasi Campak Kabupaten Belu Pemetaan Cakupan Imunisasi Campak Kabupaten
Tahun 2011-2014 Belu Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tahun
2014

109,8

100,5
97,2

92,3

2011 2012 2013 2014


Sumber : Bidang P3

Dari gambar diatas diketahui bahwa cakupan imunisasi Campak kabupaten Belu empat tahun terakhir
dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 tidak stabil. Cakupan selalu berubah. Pada tahun 2011
mencapai 100,5%, tahun 2012 menurun menjadi 97,2%, tahun 2013 meningkat kembali menjadi
109,8% dan menurun kembali di tahun 2014 menjadi 92,3%. Namun jika dilihat cakupan empat
tahun terakhir ini selalu diatas 90% sesuai dengan target WHO. Berdasarkan pemetaan cakupan
imunisasi campak diketahui bahwa kabupaten Belu pada tahun 2014 terdapat empat wilayah kerja
puskesmas yang masih dibawah target WHO yaitu puskesmas Rafae 82,6%, puskesmas Weluli 73,3%,
puskesmas Atambua Selatan 67,3% dan yang terkecil adalah puskesmas Atapupu dengan cakupan
imunisasi campak 58,6%.

Program imunisasi pada bayi mengharapkan agar setiap bayi mendapatkan kelima jenis
imunisasi dasar lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan 5 jenis imunisasi dasar
tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Capaian indikator ini di Indonesia pada
tahun 2013 sebesar 90,00%. Gambaran kabupaten Belu dapat dilihat sebagai berikut.
Gambar 3.20 Dari gambar disamping
Pemetaan Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi Kabupaten Belu diketahui bahwa masih
Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Tahun 2014 ada 3 wilayah kerja
puskesmas yang
mempunyai cakupan
imunisasi dasar lengkap
dibawah 70% yaitu
puskesmas Weluli
67,5%, puskesmas
Atambua Selatan 66,3%
dan terakhir dan
terkecil adalah
puskesmas Atapupu
dengan cakupan hanya
mencapai 58,6%.

Sumber : Bidang P3

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 31


b. Universal Child Immunization
indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi adalah
Universal Child Immunization atau yang biasa disingkat UCI. UCI adalah gambaran suatu
desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut
sudah mendapat imunisasi dasar lengkap.
Grafik 3.23 Gambar 3.21
Cakupan Desa UCI Kabupaten Belu Pemetaan Cakupan Desa UCI Kabupaten Belu
Tahun 2011-2014 Menurut Puskesmas Tahun 2014
78,85

76,4

76,5

71,6

2011 2012 2013 2014


Sumber : Bidang P3

Berdasarkan grafik 3.21 diatas diketahui bahwa pada tahun 2014 ini, cakupan desa UCI kabupaten
Belu menurun. Pada tahun 2013 cakupan desa UCI mencapai 78,85% namun turun menjadi 76,5% di
tahun 2014. Sedangkan berdasarkan pemetaan cakupan desa UCI pada tahun 2014 kabupaten Belu
menurut wilayah kerja puskesmas, masih terdapat 4 wilayah kerja puskesmas yang cakupannya
dibawah 70%. Wilayah kerja puskesmas-puskesmas tersebut antara lain : Rafae 60%, Atambua Selatan
20%, Weluli 16,7% dan Atapupu 0%.
Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak sesuai dengan umurnya. Pada
kondisi ini, diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal. Namun demikian, pada
kondisi tertentu beberapa bayi tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Kelompok inilah
yang disebut dengan drop out (DO) imunisasi.

7. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)


a. Tetanus
Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia 0-1
bulan). Tetanus sendiri merupakan penyakit toksemia akut yang menyerang susunan saraf pusat, oleh
karena adanya tetanospasmin dari Clostridium tetani. Tetanus juga dikenal dengan nama lockjaw,
karena salah satu gejala penyakit ini adalah mulut yang sukar dibuka (seperti dikunci). Penyakit
tetanus disebabkan oleh kuman clostridium tetani. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia tetapi
insidens di negara maju sudah sangat jarang. Penyakit tetanus masih merupakan masalah kesehatan di
negara berkembang karena sanitasi lingkungan yang kurang baik dan imunisasi aktif yang belum
mencapai sasaran. Di indonesia dan negara berkembang lain, penyakit tetanus neonatorum masih
menjadi masalah. Hal ini disebabkan oleh pertolongan persalinan bagi sebagian masyarakat masih
menggunakan tenaga nonprofesional (dukun bayi /peraji).faktor lain adalah sebagian ibu yang
melahirkan tidak atau belum mendapat imunisasi tetanus toksoid (TT) pada masa kehamilannya.
Gambaran penyakit tetanus neonatorum Kabupaten Belu dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2014 jumlah kasus penyakit tetanus neonatorum dilaporkan nihil (tidak terjadi kasus). Sehingga
kabupaten Belu masih dengan kondisi bebas dari penyakit tetanus neonatorum. Namun Dinas
Kesehatan Kabupaten Belu tetap meningkatkan program imunisasi TT sebagai program pencegahan
kasus tetanus Neonatorum ini.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 32


b. Campak
Campak adalah infeksi yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini akan memunculkan ruam
diseluruh tubuh dan sangat menular. Campak bisa sangat mengganggu dan mengarah pada komplikasi
yang lebih serius. Gejala campak mulai muncul sekitar satu hingga dua minggu setelah virus masuk ke
dalam tubuh. Program imunisasi campak di Indonesia mulai tahun 1982. Menurut Rikesdas tahun
2010, anak-anak Indonesia berusia 1-2 tahun yang mendapat imunisasi campak mencapai rata-rata
74,4%. Sedangkan capaian imunisasi campak di Indonesia hingga bulan Desember tahun 2013 adalah
sebesar 90,82%. Meski capaian imunisasi campak di Indonesia telah mencakupi 90%, WHO
melaporkan terdapat sekitar 6.300 kasus campak di Indonesia pada tahun 2013. Gambaran penyakit
campak di kabupaten Belu dapat dilihat dibawah ini.
Grafik 3.24
Kasus Campak Kabupaten Belu Berdasarkan gambar disamping diketahui
Tahun 2011-2014 bahwa empat tahun terakhir di
kabupaten Belu masih terjadi kasus
14 Campak yang terjadi di wilayah kerja
puskesmas. Jumlah kasus terbanyak
terjadi di tahun 2012 dengan jumlah
kasus 14 kasus. Sedangkan tahun 2013
tidak terjadi kasus campak. Pada tahun
5 2014 kembali dilaporkan terjadi 4 kasus
4 campak di kabupaten Belu. Hal ini
menjadi perhatian khusus bagi Dinas
0 kesehatan kabupaten Belu sebagai
2011 2012 2013 2014 penyelenggaran kesehatan di kabupaten
Sumber : Bidang P3 Belu untuk dapat memperhatikan dan
segera melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap penyakit tersebut. Empat kasus ditahun
2014 ini terjadi di wilayah kerja puskesmas Umanen dengan jumlah kasus 2 kasus laki-laki dan 2
kasus perempuan.

c. Difteri
Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman corynebacterium
diphtheriae yang sangat mudah menular dan berbahaya karena dapat menyebabkan kematian akibat
obstruksi larings atau miokarditis akibat aktivasi eksotosin. Pada kejadian luar biasa (KLB) , selain
difteri farings, tonsil dan larings, telah pula dilaporkan terjadinya difteri hidung dan difteri kulit.
Difteri sangat menular melalui droplet dan penularan dapat terjadi tidak hanya dari penderita saja,
namun juga dari karier (pembawa) baik anak maupun dewasa yang tampaksehat kepada orang-orang
disekitarnya.
Di Indonesia kejadian luar biasa terjadi di Jawa Timur pada tahun 2012 di mana terjadi
700an kasus yang dilaporkan. Secara sporadik terjadi di daerah lain (Pontianak dan Banjarmasin). Hal
ini merupakan indikator bahwa program imunisasi nasional tidak mencapai sasaran. Oleh karena itu
dalam menghadapi dan mengatasi masalah difteri yang dilakukan adalah harus memperbaiki
pelaksanaan program imunisasi secara menyeluruh.
Gambaran kabupaten Belu untuk kasus penyakit ini dari tahun 2011 sampai dengan tahun
2014 jumlah nihil yang dilaporkan. Sehingga untuk program imunisasi kabupaten Belu bisa dikatakan
berhasil dan tepat sasaran.

d. Polio dan AFP


Polio disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf sehingga penderita
mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berusia 0-3 tahun ini
ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku pada leher, serta sakit di tungkai
dan lengan. AFP merupakan kelumpuhan yang sifatnya flaccid yang bersifat lunglai, lemas atau layuh
(bukan kaku), atau terjadi penurunan kekuatan otot, dan terjadi secara akut (mendadak). Sedangkan
non polio AFP adalah kasus lumpuh layu akut yang diduga kasus polio sampai dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium bukan kasus polio. Kementerian Kesehatan menetapkan non polio AFP rate
minimal 2/100.000 populasi anak usia < 15 tahun. Pada tahun 2013, secara nasional non polio AFP
rate sebesar 2,74/100.000 populasi anak < 15 tahun yang berarti telah mencapai standar minimal
penemuan.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 33


Kabupaten Belu dengan kondisi empat tahun terakhir dari tahun 2011-2014 tidak
dilaporkan terjadinya kasus AFP maupun Polio. Sehingga kabupaten Belu masih dikatakan kondisi
aman dari kasus kedua penyakit ini. Namun program imunisasi sebagai pengendalian kasus penyakit
ini tetap berjalan dan dilakukan sebagai upaya pencegahan terhadap kasus penyakit polio dan AFP.

8. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam berdarah atau DBD adalah penyakit yang membuat penderitanya mengalami rasa
nyeri yang luar biasa, seolah-olah terasa sakit hingga ke tulang. DBD disebabkan oleh virus yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk. Diperkirakan bahwa ada seratus juta kasus demam berdarah yang
terjadi pada tiap tahunnya di seluruh dunia. Sebagian diantaranya mewabah secara tiba-tiba dan
menjangkit ribuan orang dalam waktu singkat.
Saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua penderita DBD setelah Brazil. Bahkan
menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2009-2011 jumlah kematian akibat DBD di Indonesia
mencapai 1.125 kasus. Data tersebut sekaligus menempatkan Indonesia di Asia Tenggara sebagai
negara tertinggi dalam kasus penyakit DBD. Sedangkan menurut data Kementerian Kesehatan
Indonesia tahun 2013, jumlah penderita DBD di seluruh 31 propinsi mencapai 48.905 orang,
termasuk 376 orang diantaranya meninggal dunia. Jadi pada dasarnya DBD adalah penyakit yang
sangat umum di Indonesia.
Pada tahun 2014 jumlah penderita DBD yang dilaporkan adalah 2 kasus dengan tidak ada
jumlah kematian. Berikut ini adalah gambaran kasus DBD kabupaten Belu.
Grafik 3.25 Gambar 3.22
Jumlah Kasus DBD dan Kematian Akibat DBD Peta Penyebaran Kasus DBD Menurut Wilayah
Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 Kerja Puskesmas Kabupaten Belu Tahun 2014

Kasus DBD Kematian Akibat DBD

70

36

8 2
3
0 1 0
2011 2012 2013 2014

Sumber : Bidang P3

Berdasarkan grafik 3.21 diatas diketahui bahwa dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 jumlah
kasus DBD cenderung naik dari 8 kasus pada tahun 2011 memuncak sampai 70 kasus pada tahun
2013. Namun menurun mencapai 2 kasus di tahun 2014 dengan tidak ada jumlah kematian akibat
DBD (incidence Rate / angka kesakitan= 1,02 per 100.000 penduduk dan CFR / angka kematian =
0,00%). Gambaran berdasarkan wilayah kerja puskesmas, 2 kasus DBD di tahun 2014 ditemukan di
wilayah kerja puskesmas Kota di kelurahan Fatubenao dan Puskesmas Haekesak di desa Tohe Leten. Hal
ini dapat menjadi perhatian khusus bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, dalam hal ini upaya
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kesehatan di
rumah sakit dan puskesmas (dokter, perawat dan lain-lain), termasuk peningkatan sarana-sarana
penunjang diagnostik dan penatalaksanaan bagi penderita di sarana-sarana pelayanan kesehatan.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 34


9. Filariasis
Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening. Penyakit ini dapat merusak sistem
limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan, kaki, glandula mammae dan scrotum, dapat
menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya. Penyakit ini
ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk dan dapat berdampak pada penurunan produktifitas kerja.
Pada tahun 2004 filariasis telah menginfeksi 120 juta penduduk di 83 negara di seluruh dunia,
terutama negara-negara di daerah tropis dan
Grafik 3.26
Jumlah Kasus Filariasis Kabupaten Belu beberapa daerah subtropis. Di Indonesia
Tahun 2011-2014 berdasarkan survei tahun 2000-2004
terdapat 8.000 orang menderita klinis kronis
24 filariasis (elephantiasis) yang tersebar di
26
21 seluruh propinsi. Secara epidemiologis data
ini mengidentifikasikan lebih dari 60 juta
penduduk Indonesia berada di daerah yang
beresiko tinggi tertular filariasis, dengan 6
0 juta penduduk diantaranya telah terinfeksi.
2011 2012 2013 2014 Di kabupaten Belu kondisi empat
Sumber : Bidang P3 tahun terakhir jumlah kasus filariasis
cenderung menurun. Dari kondisi 2011
ditemukan 24 kasus yang menyebar di seluruh wilayah puskesmas kabupaten Belu (kabupaten Belu
masih belum mengalami pemekaran dengan kabupaten Malaka). Tahun 2012 meningkat menjadi 26
kasus dan menurun di tahun 2013 menjadi 21 kasus, sedangkan pada tahun 2014 tidak ditemukan
filariasis. Hal ini disebabkan karena kasus filariasis tersebut ditemukan di wilayah kerja puskesmas
kabupaten Malaka sedangkan wilayah kerja puskesmas kabupaten Belu tidak ditemukan penyakit
filariasis ini. Sehingga kondisi setelah pemekaran, kabupaten Belu bebas dari kasus filariasis.

10. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan
berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina,
dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada semua golongan umur dari
bayi, anak-anak dan orang dewasa. Berikut ini adalah Gambaran kasus Malaria di kabupaten Belu.
Gambar 3.23
Peta Endemisitas Malaria Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Belu
Tahun 2013 dan 2014
Tahun 2013 Tahun 2014

Sumber : Bidang P3

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 35


Di Indonesia dikenal 3 tingkatan daerah endemisitas kasus malaria, yaitu tingkat endemisitas rendah
(wilayah dengan tingkat endemisitas 0-1 per 1.000 penduduk), tingkat endemisitas sedang (wilayah
dengan tingkat endemisitas 1-<5 per 1.000 penduduk) dan tingkat endemisitas tinggi (wilayah dengan
tingkat endemisitas > 5 per 1.000 penduduk). Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa terjadi
penurunan jumlah daerah dengan endemis tinggi di mana, di tahun 2013 wilayah kerja puskesmas
yang termasuk memiliki tingkat endemisitas tinggi sebanyak 29,41%, menurun menjadi 5,88% pada
tahun 2014. Sebaliknya terjadi peningkatan terhadap presentase jumlah wilayah kerja puskesmas
dengan tingkatan endemisitas rendah. Pada tahun 2013 jumlah presentase wilayah kerja puskesmas
dengan tingkatan endemisitas rendah berjumlah 11,76% meningkat menjadi 35,29% pada tahun 2014.
Secara nasional angka kesakitan malaria selama 2005-2013 cenderung menurunyaitu dari
4,1 per 1.000 penduduk beresiko pada tahun 2005 menjadi 1,38 per 1.000 penduduk beresiko pada
tahun 2013. Gambaran kasus malaria tahun 2014 kabupaten Belu dapat digambarkan di bawah ini.
Grafik 3.27 Grafik 3.28
Jumlah Kasus Malaria Positif dan Klinis Kabupaten Angka Kesakitan Malaria (Annual Paracite
Belu Tahun 2011-2014 Incidence / API) Per 1.000 Penduduk Beresiko
Tahun 2011-2014

Malaria Malaria Klinis


11.646 32,56
10.091 27,83
21,4
7.584
9,93
803 257 121
- 1.956
2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014
Sumber : Bidang P3

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa jumlah kasus malaria positif cenderung menurun. Ini
dilihat dengan grafik jumlah kasus dan angka kesakitan malaria yang cenderung menurun dari tahun
2011 sampai dengan tahun 2014. Jumlah kasus dari tahun 2011 berjumlah 7.584 kasus dengan angka
kesakitan malaria 21,4 per 1.000 penduduk, meningkat pada tahun 2012 menjadi 11.646 kasus
dengan angka kesakitan 32,56 per 1.000 penduduk, menurun pada tahun 2013 menjadi 10.091 kasus
dengan angka kesakitan 27,83 per 1.000 penduduk. Serta menurun kembali pada tahun 2014 dengan
jumlah kasus 1.956 dengan angka kesakitan 9,93 per 1.000 penduduk. Kabupaten Belu pada tahun
2014 sudah ditentukan tidak dilaporkan lagi kasus malaria klinis, semua wajib dilakukan tes
laboratorium.

B. Penyakit Tidak Menular


Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker, diabetes melitus,
cedera dan penyakit paru obstruktif kronik serta penyakit kronik lainnya merupakan 63% penyebab
kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa per tahun (WHO,2010). Di Indinesia
sendiri, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan penting dan dalam waktu bersamaan
morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat. Hal tersebut menjadi beban ganda dalam
pelayanan kesehatan, sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan bidang kesehatan
di Indonesia. Peningkatan PTM berdampak negatif pada ekonomi dan produktifitas bangsa. Pengobatan
PTM seringkali memakan waktu lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis PTM merupakan
penyakit kronik dan/atau katastropik yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya.
Selain itu, salah satu dampak PTM adalah terjadinya kecacatan termasuk kecacatan permanen. Secara
global, regional dan nasional pada tahun 2030 diproyeksikan terjadi transisi epidemiologi dari
penyakit menular menjadi penyakit tidak menular.
Berbagai faktor resiko PTM antara lain ialah merokok dan keterpaparan terhadap asap
rokok, minum minuman beralkohol, diet/pola makan, gaya hidup, kegemukan, obat-obatan dan
riwayat keluarga (Keturunan). Prinsip upaya pencegahan tetap lebih baik dari pengobatan. Upaya
pencegahan penyakit tidak menular lebih ditujukan kepada faktor risiko yang telah diidentifikasi.
Kementerian Kesehatan telah mengembangkan program pengendalian PTM sejak tahun 2005. Upaya
pengendalian faktor resiko PTM yang telah dilakukan berupa promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
serta pengendalian masalah tembakau. Beberapa pemerintah daerah telah menerbitkan peraturan
terkait Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan membentuk aliansi Walikota / Bupati dalam pengendalian
Tembakau dan Penyakit Tidak Menular. Sedangkan untuk pengaturan makanan beresiko, ke depan

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 36


akan dibuat regulasi antara lain tentang gula, garam dan lemak dalam makanan yang dijual bebas.
Upaya pengendalian PTM tidak akan berhasil jika hanya dilakukan oleh Kementerian Kesehatan tanpa
dukungan seluruh jajaran lintas sektor, baik pemerintah, swasta, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, bahkan seluruh lapisan masyarakat.
Untuk kabupaten Belu sendiri pada tahun 2014 dan 2015 kedepan sedang dilakukan
upaya dalam rangka mengeluarkan aperaturan Daerah tentang Kawasan Bebas Rokok (KTR). Selain
peraturan tentang kawasan tanpa rokok, kabupaten Belu juga dilakukan Posbindu PTM, diharapkan
disetiap puskesmas terdapat Posbindu PTM yang merupakan wujud peran serta masyarakat dalam
kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini terhadap faktor resiko PTM secara terpadu dan
terintegrasi dalam kegiatan rutin di masyarakat, seperti di lingkungan tempat tinggal dalam wadah
desa/kelurahan siaga aktif.

Kegiatan Penyakit Tidak Menular pada tahun 2014 di danai dari APBD II yang terdiri dari :
 Pelatihan Screening Ca.Cerviks dan Ca. Mamae (Pemeriksaan screening Penyakit Tidak
Menular)
Pelatihan screening Ca. Cerviks dan Ca. Mamae bertujuan meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan Bidan dalam melaksanakan screening/penapisan secara dini terhadap kanker
cerviks dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVAS maupun kanker payudara
dengan metode Clinical Breast Examination (CBE) atau Periksa Payudara Sendiri (SADARI)
sehingga dapat dilakukan penanganan secara dini pula. Sasaran dalam pelatihan ini adalah
Bidan di 17 Puskesmas sebanyak 17 orang. Selain kegiatan pelatihan dilakukan kegiatan
screening PTM di 15 lokasi desa yaitu desa Jenilu, Bauho, Lasiolat, Tohe, Kenibibi, Silawan,
Fatuketi, Manleten, Dirun, Fohoeka, Bakustulama, Rinbesihat, Fatulotu, Tialai dan
Manumutin yang tersebar di 10 Puskesmas. Dari hasil screening yang dilakukan dengan
pengukuran factor resiko terhadap 561 orang ditemukan yang mempunyai factor resiko
hipertensi (TD >140-150/90-99 mmHg sebanyak 119 orang, Diabetes Melitus (GDS >200
mg/dl) sebanyak 8 orang dan obesitas sentral (Lingkar perut L : >90 cm dan P : >80 cm)
sebanyak 196 orang.

Penyakit tidak menular terdiri dari beberapa penyakit sebagai berikut :


Tabel 3.3
Jumlah Kasus PTM Kabupaten Belu Tahun 2014
No Jenis Penyak it Jumlah Kasus Berdasarkan tabel disamping
1 Hypertensi 1.196 diketahui bahwa jumlah kasus
2 Asma 724 penyakit terbanyak kabupaten Belu
3 Kecelakaan Lalulintas 391 tahun 2014 adalah Hypertensi
4 Cedera akibat kecelakaan lain 351 dengan jumlah kasus 1.196.
5 obesitas 191 Sedangkan jumlah kasus terkecil
6 PPOK / Bronchitis 86 penyakit tidak menular kabupaten
7 Diabetes Melitus 31 Belu tahun 2014 adalah Tumor
8 Stroke 11 payudara dengan jumlah kasus 3.
9 Penyakit Jantung Koroner 5 Untuk penyakit gagal ginjal kronik
10 Tumor Payudara 3 dan oestoporosis tidak ditemukan.
11 Gagal Ginjal Kronik -
12 Oestoporosis -
Total 2 .9 8 9
Sumber : Bidang P3

III.3 STATUS GIZI


Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan masalah kurang
gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ibu yang mengalami kekurangan
gizi pada saat hamil, atau anaknya mengalami kekurangan gizi pada usia 2 tahun pertama,
pertumbuhan serta perkembangan fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan
yang dinilai pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi anak balita diukur
berdasarkan umur, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Variabel umur, BB dan TB ini disajikan
dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan
menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 37


Indikator status gizi berdasarkan indeks BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara
umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut
karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain, berat badan
yang rendah dapat disebabkan karena pendek (masalah gizi kronis) atau sedang menderita diare atau
penyakit infeksi lain (masalah gizi akut).

A. Kunjungan Neonatus
Sejak tahun 2008 kebijakan nasional menetapkan kunjungan neonatal dilaksanakan dari 2
kali menjadi 3 kali yaitu masa 0 – 28 hari setelah bayi lahir . Pelayanan kesehatan neonatal sesuai
standar pada umur 6 – 48 jam atau kunjungan neonatal ( KN 1 ), hari ke 3 – 7 ( KN 2 ) dan hari ke 8
– 28 hari ( KN 3 ). Kunjungan Neonatus ini dilakukan untuk memantau kesehatan bayi sehingga bila
terjadi masalah dapat segera diidentifikasi seperti bayi mengalami kesulitan untuk menyusui, tidak BAB
(Buang air Besar) dalam 48 jam, ikterus yang timbul pada hari pertama, kemudian tali pusat merah
atau bengkak/ keluar cairan dari tali pusat, bayi demam lebih 37,5 0 C sehingga keadaan ini harus
segeradilakukan rujukan. Pada periode ini hal yang lazim terjadi jika kurang baiknya penanganan bayi
baru lahir yang lahirnya sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat
seumur hidup, bahkan kematian misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi
cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dan mengakibatkan
kerusakan pada otak, kemudian kurang baiknya pembersihan jalan nafas waktu lahir dapat
menyebabkan masuknya cairan lambung ke dalam paru-paru yang mengakibatkan kesulitan
pernafasan, kekurangan zat asam, sehingga apabila hal tersebut berlangsung lama maka dapat
menimbulkan perdarahan otak.
Cakupan kunjungan neonatus dikatakan lengkap apabila dilakukan sesuai standart
sedikitnya 3 kali yang dilakukan di fasilitas kesehatan maupun kunjungan rumah.

Gambar 3.24
Gambaran KN Lengkap Kabupaten Belu Tahun 2014 Berdasarkan gambar
disamping diketahui bahwa
masih ada 5 daerah wilayah
kerja puskesmas yang
berwarna merah yang
diberikan kelas cakupan KN
lengkap di bawah 78%. Hal ini
dapat manjadi perhatian
khusus dari tenaga kesehatan
di kabupaten Belu sehingga
lebih memperhatikan
jangkauan pelayanan
kunjungan Nifas untuk selalu
dipantau, agar dapat menekan
angka kematian Bayi terutama
Neonatus.
Sumber : Bidang Kesga

B. BBLR Ditangani
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2.500 gram tanpa memandang
masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. Untuk
keperluan bidan di desa berat lahir masih dapat diterima apabila dilakukan penimbangan dalam 24
jam pertama setelah lahir. Penyebab BBLR umumnya tidak hanya satu, oleh karena itu kadang sulit
untuk dilakukan pencegahan. Kita dapat menurunkan prevalensi BBLR di masyarakat dengan upaya
mendorong semua perawatan kesehatan remaja putri dan mengusahakan untuk semua ibu hamil
mendapatkan perawatan antenatal yang komprehensif, memperbaiki status nutrisi ibu hamil dan
menghentikan kebiasaan merokok pada ibu hamil. BBLR lebih mudah meninggal atau mengalami
kesalahan yang serius. Berat bayi dan masa kehamilan menggambarkan resiko, semakin kecil berat
bayi dan semakin muda masa kehamilan semakin besar resikonya. Jumlah kasus BBLR kabupaten Belu
tahun 2014 berjumlah 326 kasus dengan jumlah kasus laki-laki berjumlah 178 dan perempuan
berjumlah 148 kasus. Bila dilihat pemetaannya kejadian kasus BBLR di kabupaten Belu pada tahun
2014 dapat dilihat sebagai berikut.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 38


Gambar 3.25 Kasus BBLR di
Pemetaan Kasus BBLR Kabupaten Belu Tahun 2014 kabupaten Belu tahun 2014
masih cukup tinggi.
Berdasarkan jumlah kasus
yang terjadi terdapat dua
puskesmas yang jumlah kasus
BBLR di bawah 5 kasus yaitu
Puskesmas Webora (4kasus)
dan puskesmas Dilumil (3
kasus). Sedangkan terdapat 5
wilayah puskesmas yang
terdapat jumlah kasus BBLR di
atas 25 kasus yaitu puskesmas
Atambua Selatan (39 kasus),
puskesmas Haliwen (40
kasus), puskesmas Kota (33
kasus), Puskesmas wedomu
(50 kasus) dan puskesmas
Haekesak (26 kasus).

Sumber : Bidang Kesga

C. Balita Dengan Gizi Buruk


Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang
Gambar 3.26 mengkonsumsi makanan yang bergizi
Gambaran Pemetaan Kasus Gizi Buruk Kabupaten Belu Per- dan menderita sakit yang begitu lama.
Wilayah Puskesmas Tahun 2014 Keadaan ini ditandai dengan status gizi
sangat kurus (menurut Berat Badan
terhadap Tinggi Badan) dan atau hasil
pemeriksaan klinis menunjukkan gejala
marasmus, kwashiorkor atau marasmik
kwashiorkor. Penyebab gizi buruk
antara lain : balita tidak mendapat ASI
eksklusif (ASI saja) atau mendapatkan
makanan selain ASI sebelum umur 6
bulan, balita disapih sebelum umur 2
tahun tidak mendapatkan makanan,
pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6
bulan atau lebih, MP-ASI kurang dan
tidak bergizi, setelah umur 6 bulan
balita jarang disusui, balita menderita
sakit dalam waktu lama seperti diare,
campak, TBC, batuk pilek dan
kebersihan diri kurang dan lingkungan
kotor.
Kabupaten Belu tahun 2014
Sumber : Bidang Kesga
jumlah kasus gizi buruk pada balita
berjumlah 56 kasus. Yang terdiri dari
laki-laki berjumlah 26 dan perempuan berjumlah 30 kasus. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada
pemetaan kasus gizi buruk pada balita kabupaten Belu tahun 2014. Terdapat 4 puskesmas yang jumlah
kasus gizi buruk di atas 5 kasus yaitu puskesmas Atapupu (8 kasus), puskesmas Haliwen (7 kasus),
puskesmas Haekesak (9 kasus) dan puskesmas Rafae (10 kasus). Namun selain itu ada juga 4 wilayah
puskesmas yang bebas dari kasus gizi buruk, yaitu puskesmas Ainiba, puskesmas Laktutus, puskesmas
Nualain dan puskesmas Dilumil. Empat puskesmas ini di tahun 2014 tidak terjadi kasus gizi buruk.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 39


IV.1 Pelayanan Kesehatan

A. Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Anak


Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Di
Provinsi NTT, salah satu di antaranya yaitu Revolusi KIA yang dilaksanakan sejak Tahun 2009 merupakan salah
satu bentuk upaya percepatan penurunan kematian ibu karena hamil, melahirkan, nifas dan bayi bayi baru
lahir dengan cara-cara yang luar biasa melalui persalinan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai.
Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Suami (KIAS) diarahkan untuk mendukung terwujudnya Revolusi KIA,
secara bertahap dan konsisten memenuhi standar dari aspek sumber daya manusia (SDM), aspek peralatan,
aspek obat, bahan dan perbekalan kesehatan, aspek bangunan, aspek system pelayanan (termasuk standart
operating procedure/ SOP) serta penganggaran (Dinkes Belu, 2012).
Program Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Suami (KIAS) terbagi atas Program Pelayanan Kesehatan
Ibu, Program Pelayanan Kesehatan Anak, dan Program Pelayanan Keluarga Berencana, yang ditetapkan sesuai
dengan standar pelayanan kebidanan (SPK) meliputi :
a. Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan kepada ibu selama masa kehamilannya, yang terdiri
dari akses pelayanan antenatal (K1) dan Kualitas pelayanan ibu hamil (K4)
b. Natal Care adalah pelayanan yang diberikan selama ibu dalam masa persalinan, terdiri dari
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan kompeten (Pn) dan pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan memadai.
c. Postnatal Care (PNC) terdiri dari Pelayanan Nifas (KF) dan Pelayanan Neonatal (KN) yang dilaksanakan
minimal 4 kali
d. Pelayanan Kesehatan Bayi dan Balita Essential
e. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
f. Deteksi Dini Risiko Tinggi dan Komplikasi
g. Penanganan Komplikasi dan Rujukan baik ibu maupun bayi baru lahir

Evaluasi pelaksanaan dan capaian program kesehatan ibu dan anak, mengacu pada Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Kabupatan/Kota, Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Rencana Strategi (Renstra)
Kabupaten Belu, serta Indikator ANTARA Revolusi KIA, seperti yang terbaca pada pendahuluan terdapat dua
puluh (20) indikator program KIAS. Pemantauan wilayah setempat terhadap setiap indikator program
kesehatan ibu dan anak dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan mutu pelayanan KIA.
Hasil pelayanan dan analisis program KIAS ini dibuat berdasarkan laporan cakupan pelayanan
puskesmas (Form F1-F8) dan pemantauan wilayah setempat meliputi : a) Jumlah dan cakupan akses pelayanan
ANC/K1, b) Jumlah dan cakupan kualitas pelayanan ANC/ K4, c) Jumlah dan cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan berkompeten/ Pn, d) Jumlah dan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
berkompeten di fasilitas kesehatan memadai, e) Jumlah dan cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan/Kf
3, f) Jumlah dan cakupan pelayanan neonates/ KN, g) Jumlah dan cakupan deteksi faktor risiko dan komplikasi,
h)Jumlah dan cakupan penanganan komplikasi obstetric dan neonatal, i) Jumlah dan cakupan pelayanan
kesehatan bayi 29 hari – 12 bulan/ kunjungan bayi, j) Jumlah dan cakupan pelayanan anak balita, k) Jumlah
dan cakupan pelayanan anak balita sakit/MTBS/M, l) Jumlah dan cakupan pelayanan keluarga berencana/ KB
aktif.
Bidang Kesehatan Keluarga dalam hal ini Seksi KIAS, data dalam bentuk laporan cakupan pelayanan
puskesmas (Form F1-F8) dan pemantauan wilayah setempat (PWS) dikumpulkan kemudian melakukan analisis
dan interpretasi dan selanjutnya data dijadikan landasan yang essensial dalam menyusun rencana, implementasi
dan evaluasi terhadap kebijakan program kesehatan ibu dan anak yang telah dilaksanakan.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil


Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada ibu
selama masa kehamilannya. Berbagai upaya serius dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan antenatal.
Setiap kita wajib mendorong ibu hamil agar memeriksakan kehamilannya sesuai standar 1-1-2 minimal 4 kali
selama masa kehamilan dimulai sejak ibu tidak datang haid. Pemeriksaan dapat dilakukan pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang tersedia. Pelayanan ANC dilaksanakan secara terintegrasi melibatkan berbagai
program. Pelayanan ANC mencakup 10 T meliputi :

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 40


1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan;
2) Ukur tekanan darah;
3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas);
4) Ukur tinggi fundus uteri;
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);
6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT);
7) Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan;
8) Test laboratorium (rutin dan khusus);
9) Tatalaksana kasus
10) Temu wicara (Konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
serta KB pasca persalinan.

1.1 Akses dan Kualitas Antenatal Care Tahun 2014

Kabupaten Belu Memiliki jumlah penduduk sebanyak 191.216 jiwa. Sedangkan populasi ibu hamil
adalah 1,1 x CBR (19,8) x jumlah penduduk. Berdasarkan rumus perhitungan di atas maka perkiraan ibu hamil
Kab. Malaka sebanyak 3631 ibu hamil dan Kab. Belu sebanyak 4159 ibu hamil. ANC meliputi cakupan akses
pelayanan ANC (K1) dan cakupan kualitas pelayanan ANC (K4). Sejak Tahun 2010 hingga Tahun 2013
cakupan K1 maupun K4 terus meningkat.
Trend cakupan K1 dan K4 sejak Tahun 2010 hingga Tahun 2014 dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 4.1 Berdasarkan data Tahun 2014
didapatkan cakupan K1 98%, ini
berarti belum semua ibu hamil yang
terdaftar sudah memeriksakan
K1
kehamilan pertama kalinya ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Sedangkan ibu
100,0 hamil yang memeriksakan
93,8 95,6 97,4 kehamilannya sesuai standar 1-1-2
85,9
dan mendapatkan pelayanan “10 T”
atau yang disebut kualitas ANC (K4)
66,2 72,6 rata-rata kabupaten tidak mencapai
62,1 65,5 61,9
target yang telah ditentukan yaitu 97%.
K4 Dari cakupan K4 diketahui pelayanan
ANC secara lengkap, sesuai standar
serta tingkat perlindungan ibu hamil di
suatu wilayah. Berikut ini adalah
2010 2011 2012 2013 2014 cakupan ANC Tahun 2014.
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

Grafik 4.2
Terlihat pada grafik 4.2 antara
cakupan dan target tidak sesuai
dengan yang diharapkan yaitu
target 100% cakupan juga
demikian. Berarti yang
dikerjakan disebagian besar
puskesmas baik itu validasi
data dan keakuratannya belum
maksimal.
Salah satu alasan tidak
mencapai cakupan K1 dan K4
ini dikarnakan adanya kasus
abortus sebesar: 206 orang,
prematur: 115 orang.
Selajutnya cakupan K1 dan K4
menurut puskesmas Tahun 2014
sebagai berikut :
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 41


Grafik 4.3

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

Untuk cakupan K1 terdapat 4 puskesmas yang sudah mencapai target yaitu (Ainiba, Atb Selatan,
Umanen, Rafae) dan terdapat 13 puskemas yang belum mencapai target sesuai harapan 100% dan
perlu peningkatan yaitu : (Haliwen,Wedomu, Atapupu, silawan, Haekesak, Aululik, Kota, halilulik,
Laktutus, Webora, Dilumil, Nualain), sedangkan untuk K4 semua puskesmas belum mencapai
target tahunan, hal ini perlu penanganan yang serius.
Dari grafik diatas juga tergambar bahwa ada 4 puskesmas mempunyai K1 baik namun lebih dari
50% puskesmas belum memenuhi target. Cakupan K4 semua puskesmas masih jauh dibawah
target yang diharapkan. Hal ini berarti masih ada ibu hamil dalam wilayah kerja puskesmas yang
tidak terdata dan tidak mendapat pelayanan.

Salah satu upaya intervensi untuk menurunkan AKI dan AKB adalah melalui peningkatan
pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus resiko tinggi yang memadai .
Masih tinggi jumlah ibu hamil yang memeriksakan diri pertama kalinya di atas usia kehamilan 12
minggu serta rendahnya cakupan K4 mengakibatkan tidak optimalnya deteksi dini atau
penjaringan resiko tinggi dan komplikasi pada masa kehamilan. Seringkali resiko tinggi dan
komplikasi diketahui saat usia kehamilan memasuki trimester II – III atau saat ibu memasuki masa
persalinan, sehingga keterlambatan penanganan menjadi sebab terjadinya kematian ibu maupun
bayi (3T).
1.2 Deteksi Dini Risiko Tinggi dan Komplikasi Maternal

Pada saat seorang ibu dikatakan hamil ,ibu tersebut mempunyai resiko kematian terhadap
kehamilannya, bersalin dan masa nifas, sehingga dilakukan deteksi dini untuk mengetahui faktor
resiko dan komplikasi terhadap setiap ibu hamil. Deteksi dini faktor risiko tinggi dan komplikasi
sangat ditentukan oleh kemampuan petugas maupun masyarakat dalam mengenal tanda – tanda
bahaya yang dialami oleh ibu pada masa kehamilan, baik melalui pemeriksaan ataupun
pengamatan.
Alat bantu deteksi dini yang digunakan oleh tenaga kesehatan selain dalam pelaksanaan 10 T juga
juga Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR), sedangkan masyarakat dapat mengamati langsung faktor–
faktor risti yang dialami atau dikeluhkan ibu kemudian membandingkan dengan Buku KIA yang
ada pada ibu hamil pada saat posyandu, kunjungan dipuskesmas atau saat melakukan kunjungan
rumah. Perkiraan ibu hamil yang akan mengalami risti dan komplikasi sebesar 20%. Berikut
adalah data ibu hamil yang terdeteksi mempunyai faktor risti dan komplikasi, baik yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan maupun oleh masyarakat dibandingkan dengan jumlah ibu hamil yang
memeriksakan diri pertama kalinya ke fasilitas kesehatan (K1).

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 42


Grafik 4.4 Setiap ibu hamil yang terdeteksi oleh
masyarakat berisiko tinggi dan komplikasi
akan dilaporkan kepada petugas kesehatan
2010 13,4 31,2 (Bidan), ini berarti data risti yang
dilaporkan bidan sudah termasuk deteksi
2011 14,6 31,6
risti yang dilaporkan oleh masyarakat.
2012 10,7 24,8 Grafik diatas menunjukan bahwa sejak
2013 10,9 21,5 tahun 2010 hingga tahun 2014 ibu hamil
2014 50 100 yang terdeteksi berisiko tinggi melebihi
Masyarakat Nakes
perkiraan yaitu 20% yang terbanyak terjadi
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
pada Tahun 2014. hal ini menunjukan
bahwa partisipasi masyarakat untuk
melaporkan risiko tinggi kehamilan kepada petugas kesehatan ( bidan ) sangat baik, walaupun
masih ada 1 (satu) puskesmas yang deteksi risti masyarakat sangat kurang yaitu Puskesmas
Halilulik dan 2 (dua) puskesmas yang tidak melaporkan deteksi risti Masyarakat yaitu Puskesmas
Nualain dan Silawan.
Menurut Kartu Skor Poeji Rochjati ,risti dan komplikasi dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelompok
yaitu Kehamilan Resiko Rendah ( KRR ) ibu hamil tanpa masalah dengan jumlah skor 2, kehamilan
risiko tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10, kehamilan risiko sangat tinggi ( KRST ) ibu hamil
dengan masalah / faktor risiko tunggal / faktor risiko ganda dengan jumlah skor>10. Semua
kehamilan (KRR, KRT, KRST) dapat terjadi komplikasi pada saat persalinan. Untuk persipan
persalinan data kehamilan dikelompokan sesuai dengan faktor risiko yang dialami ibu hamil
sebagai berikut :
1 . Kelompok faktor risiko I ada potensi risiko / ada potensi gawat
2 . Kelompok faktor risiko II ada risiko / ada gawat / ada bahaya
3 . Kelompok faktro risiko III ada gawat darurat
Sedangkan untuk rujukan ibu hamil disesuaikan dengan pedoman manual rujukan yang
dikelompokan sebagai berikut :
Kelompok A : Ibu – ibu yang mengalami masalah dalam kehamilan, saat pemeriksaan kehamilan
dan diprediksikan akan mempunyai masalah dalam persalinan yang perlu dirujuk
secara terencana.
Kelompok B : Ibu – ibu yang dalam ANC tidak bermasalah dibagi menjadi 3 ( tiga ) kelompok,
B 1 : Ibu –ibu bersalin yang membutuhkan rujukan emergensi ke Rumah Sakit PONEK 24
jam.
B 2 : Ibu – ibu bersalin yang ada kesulitan namun tidak perlu dirujuk ke Rumah Sakit
PONEK 24 jam, dapat dilakukan dipuskesmas PONET.
B 3 : Ibu – ibu yang mengalami persalinan normal.

2. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin


Revolusi KIA mewajibkan semua ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan berkompoten di fasilitas
kesehatan memadai. Dinas Kesehatan sebagai penanggung jawab pelaksanaan Revolusi KIA harus mampu
menyediakan pertolongan yang bersih dan aman, menyiapkan tenaga berkompeten yang mampu menolong
persalinan, mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi serta mampu merujuk komplikasi tepat waktu. Sejak
Tahun 2012, Dinkes Belu membentuk Tim yang akan memantau secara ketat setiap kehamilan dan persalinan
di seluruh wilayah puskesmas dengan menggunakan Hotline yang diberi nama Tim 7H3 atau Revolusi Center.
Tim Revolusi Center Dinas Kesehatan mempunyai tugas-tugas sebagai berikut :
a) Menginput dan menyiapkan data ibu hamil dari koordinator bidan di puskesmas,
b) Mengklasifikasikan data ibu hamil menurut taksiran persalinan dan menurut jenis risiko tinggi,
c) Mengirimkan data ibu hamil yang telah diklasifikasikan menurut jenis risiko tinggi ke dokter spesialis
kebidanan dan kandungan RSUD Atambua (RS PONEK) untuk rencana rujukan dini berencana, setiap
minggu I dan minggu ke III dalam bulan,
d) Melakukan pemantauan secara ketat ibu yang akan melahirkan dengan mengirimkan informasi : nama
ibu, umur ibu, alamat, taksiran persalinan kepada kepala puskesmas, koordinator bidan puskesmas,
e) Mengirimkan informasi jumlah ibu yang akan melahirkan dalam waktu seminggu beserta alamat ibu
kepada camat dan pastur paroki untuk ikut memantau,
f) Menerima informasi ibu atau bayi yang akan dirujuk, kemudian mengkomunikasikannya dengan
petugas RS PONEK dengan mengirimkan data ibu yang akan dirujuk,

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 43


g) Memastikan RS PONEK mengetahui dan siap menerima rujukan, kemudian melakukan monitoring dan
pengawalan kasus ibu atau bayi yang dirujuk untuk memastikan rujukan sampai ke tempat rujukan
dalam hal ini RS PONEK tanpa hambatan berarti.
Grafik 4.5 Dari grafik 4.5 dapat
terlihat cakupan
pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan
berkompeten meningkat
dari tahun 2010 - 2013
namun pada tahun 2014
baik pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan
berkompeten maupun di
fasilitas kesehatan menurun
bahkan tidak sesuai target
yang diharapkan yaitu 95%
.hal ini perlu penanganan
dan intervensi pada seluruh
puskesmas untuk
kedepannya.
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

Grafik 4.6

Revo Center sesuai dengan

tugasnya mengklasifikasi kan

data ibu hamil yang dikirim

puskesmas menurut tafsiran

persalinan, setiap bulan dan

diperoleh hasil seperti terlihat

pada grafik 4.6.


Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
Grafik 4.7

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 44


Grafik 4.8 Diperkirakan ada 4674 ibu yang akan
bersalin di Tahun 2014. Dari data yang
dilaporkan bahwa 88,04% persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan yang
berkompeten, dan 83,86% dilaksanakan di
fasilitas kesehatan memadai. Ini
menunjukan Revolusi KIA tahun 2014
pada hampir semua puskesmas tidak
dilaksanakan sesuai yang diharapkan.
Pertolongan persalinan oleh nakes
terdapat 15 puskesmas yang tidak
mencapai target dan pertolongan
persalinan di Faskes terdapat 16 puskesmas
yang tidak mencapai target yang mana 1
puskesmas diantaranya yaitu Halilulik
merupakan puskesmas intervensi AIPMNH.
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

3. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Dan Neonatal


Postnatal care teridri dari perawatan nifas dan perawatan neonatal. Periode nifas dimulai
dari 6 jam sampai dengan 42 hari pasca prsalinan . pelayanan kesehatan nifas sesuai standar
dilakukan sekurang – kurangnya 3 (tiga) kali yaitu pada 6 jam – 3 hari atau disebut kunjungan
nifas (KF1), hari ke 4 – hari ke 28 (KF2), dan hari ke 29 – hari ke 42 (KF3). Sejak tahun 2008
kebijakan nasional menetapkan kunjungan neonatal dilaksanakan dari 2 kali menjadi 3 kali yaitu
masa 0 – 28 hari setelah bayi lahir. Pelayanan kesehatan neonatal sesuai standar pada umur 6 –
48 jam atau kunjungan neonatal (KN1), hari ke 3 – 7 (KN2) dan hari ke 8 – 28 hari (KN3).
Informasi KF dan KN tergambar pada grafik berikut :
Grafik 4.9

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu


Grafik 4.10 Grafik 4.11

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 45


Pada grafik KF3 dan KN3 diketahui bahwa kunjungan nifas 3 terdapat 5 puskesmas
(Rafae,Haekesak,Umanen,Wedomu,Atb Selatan) dan kunjungan neonatal 3 terdapat 3 puskesamas
(Rafae,Haekesak,Silawan) yang mencapai target sedangkan hampir sebagian besar puskesmas
belum mencapai target yang diharapkan baik KF3 maupun KN3. Hal ini berarti puskesmas yang
belum mencapai target perlu peningkatan dan perhatian yang lebih khusus.
Grafik 4.12 Dari grafik 4.12 terlihat bahwa KF
dan KN pada periode Tahun
2010-2011 melampaui jumlah
persalinan oleh tenaga kesehatan
dan pada periode tahun 2012-
2013 KF dan KN dibawah jumlah
persalinan oleh tenaga kesehatan
sedangkan tahun 2014
persalinan, KF dan KN hampir
tidak ada perbedaan.
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

4 . Penanganan Komplikasi Dan Rujukan

Komplikasi Maternal adalah Grafik 4.13


penyakit dan atau kelalaian dapat
menyebabkan kecacatan dan
kematian baik pada ibu hamil, ibu
bersalin, ibu nifas, janin dalam
kandungan dan bayi. Penanganan
komplikasi adalah pelayanan kepada
ibu dengan komplikasi untuk
mendapatkan perlindungan,
pencegahan dan penanganan
defenitif sesuai standar oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat
pelayanan dasar dan rujukan. Trend
penangan definitif risti dan
komplikasi tergambar pada grafik
4.13.
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

Tabel 4.1

Grafik 4.14

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 46


Tabel 4.2 Kualitas PNC harus
ditingkatkan dan
dievaluasi. Apakah
pelaksanaannya sudah
terintegrasi dan memenuhi
standar, apakah setiap bayi
baru lahir (BBL) sudah
mendapat pelayanan
esensial, apakah pada
setiap BBL dilakukan
deteksi dini dan
bagaimana pengenalan
tanda–tanda bahaya BBL
oleh petugas maupun
masyarakat terutama ibu
bayi? Bagaimana
penanganan awal sebelum
bayi dirujuk serta rujukan
kasus komplikasi yang
terjadi pada BBL. Apakah
sudah tepat cepat dan
sesuai standar.
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

5 . Kematian Ibu dan bayi


Derajat kesehatan ditentukan oleh menurunnya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi ( AKB ), dan meningkatnya umur harapan hidup setelah lahir (UHH), dan menurunnya angka
kesakitan berbagai penyakit, meningkatnya status gizi masyarakat dan menurunya angka fertilitas.
RPJMD Kabupaten Belu Tahun 2009-2014 melalui Program KIA dan Lanjut Usia menetapkan
meningkatnya kasus kematian ibu dari 4 (empat) menjadi 5 (lima) kematian bayi dari 40 menjadi
60 dan menurunya kematian balita dai 10 menjadi 5.
Tim Pengkaji AMP/RMP Tingkat Kabupaten yang terdiri dari Tim Manajemen, Tim pengkaji
Maternal dan Tim Pengkaji Neonatal melakukan kajian terhadap informasi kematian, daftar
kematian, rekam medik serta hasil otopsi verbal yang dikirim dari puskesmas .Berdasarkan data
kematian yang sudah diklasifikasi dan diketahui sebab kematiannya ditetapkan Rencana Tindak
Lanjut (RTL) terhadap berbagai pihak yaitu tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan, institusi
penanggung jawab pelayanan, pemerintah dan masyarakat .Selanjutnya RTL, didiseminasikan
kepada puskesmas sebagai komunitas pelayanan, dinas-dinas terkait serta pimpinan wilayah.

5.1. Kematian ibu


Kematian seorang ibu hamil, Grafik 4.15
melahirkan dan nifas sangat
berpengaruh terhadap kesehatan dan
kehidupan anak-anak yang
ditinggalkan. Mempunyai tiga hingga
sepuluh kali lebih besar resiko untuk
meninggal dibanding dengan mereka
yang masih memiliki orang tua
Kematian ibu adalah kematian wanita
hamil atau dalam 42 hari setelah
persalinan tanpa memandang lama
dan tempat terjadinya kehamilan
yang disebabkan oleh atau dipicu oleh
kehamilannya atau penanganan
kehamilannya, tetapi bukan karna
kecelakaan. Gambaran kematian ibu
dikabupaten dapat dilihat pada grafik
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
4.15

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 47


Kematian ibu sejak Tahun 2011 hingga 2013 cenderung menurun namun pada tahun 2014
kembali meningkat walaupun tidak signifikan. Hal ini dikarenakan sejak tahun 2010 mulai
meninjaklanjuti Peraturan Gubernur NTT No 42 Tahun 2009 tentang Revolusi KIA, berbagai
dilaksanakan dengan mengacu pada strategi Revolusi yaitu meningkatkan mutu pelayanan,
pemberdayaan masyarakat dan memantapkan manajemen Revolusi KIA .

Berikut ini adalah status obstetric dan penyebab kematian ibu Tahun 2013 dan Tahun 2014
kematian ibu tahun 2014 meningkat dari 4 kematian ibu menjadi 5 kematian ibu ditahun 2014. 5
kasus kematian dilatarbelakangi oleh persalinan dirumah, komplikasi, serta terlambat
mendapatkan pertolongan oleh karna terlambat dirujuk yat kesehatan yang buruk semasa hamil
serta komplikasi yang tidak terduga saat persalinan. Penyebab kematian tersebut dapat dicegah
apabila deteksi dini faktor resiko dilakukan dengan benar, nakes maupun masyarakat mendukung
Revolusi KIA yang mewajibkan semua ibu hamil, bersalin difasilitas kesehatan memadai, serta
secara konsisten melaksanakan berbagai strategi.
Tabel 4.3

TAHUN 2013
24 Salin/anak ke 3 Rumah Jalan Bidan Perdarahan
34 Nifas /anak ke 4 RSUD RSUD Dokter Peb+ cardiomepati
41 Nifas / anak ke 10 RSUD RSPP Dokter Shock / Sepsis
20 Nifas / anak ke 1 Rumah Rumah Keluarga Shock hipovolemik
TAHUN 2014
35 Hamil/anak ke 3 Rumah RSUD - RUI
32 Salin/anak ke 3 Rumah perjalanan Bidan perdarahan
17 Salin/anak ke 1 Rumah IGD RSUD Keluarga Perdarahan
28 Nifas/anak ke 2 Rumah Rumah Keluarga infeksi
26 Salin/anak ke 1 RS swasta RS swasta Bidan perdarahan
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

5.2. Kematian Bayi


Kematian bayi terdiri dari kematian perinatal, kematian neonatal dan kematian bayi. Masa
perinatal dimulai dari usia kehamilan 22 minggu sampai dengan 7 hari setelah lahir. Oleh
program ditetapkan kematian perinatal adalah kematian yang terjadi pada 0–7 hari setelah bayi
lahir. Kematian perinatal sangat dipengaruhi oleh kualitas ANC serta pertolongan persalinan,
sedangkan kematian neonatal (8–28 hari) ditentukan oleh kualitas PNC, penanganan persalinan
dan rendahnya status kesehatan ibu. Gambaran status kesehatan ibu hamil dan kematian bayi
dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 4.16 Grafik 4.17

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

Kasus kematian bayi dirinci menurut golongan umur 0-7 hari (Perinatal), 8-28 hari (Neonatal) dan 1-11
bulan (Bayi) tergambar pada grafik di atas. Dari jumlah ibu yang melahirkan (4282), sebanyak 4249 bayi lahir
hidup, sebanyak 76 lahir mati, sebanyak 60 meninggal pada usia neonatal dan bayi dengan rincian 0 -7 hari
sebanyak 43 bayi, 8-28 hari sebanyak 11 bayi, dan 1 – 11 bulan sebanyak 6 bayi serta terdapat 5 kematian
pada usia balita (12 – 59 bln).

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 48


GrafiK 4.18 Pada grafik 4.18 dapat dilihat status kejadian
kematian bayi menurut umur. Kondisi Ibu hamil
kekurangan energi kronis (KEK) yang ditunjukkan
dengan LILA < 23,5 cm, ibu hamil menderita
anemia (HB < 11 gr%) dan ibu mengalami
komplikasi yang tidak terduga., secara otomatis
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam kandungan, dan diperparah jika ibu
menderita penyakit-penyakit kronis seperti
Malaria, TB-Paru, Hepatitis, Infeksi Menular
Seksual, HIV/AIDS dan lain sebagainya, atau jika
ibu hamil termasuk dalam kelompok terlalu
muda/tua usia, terlalu dekat jarak hamil dan
bersalin, terlalu sering melahirkan anak (4
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu Terlalu). Sehubungan dengan status kesehatan ibu
hamil, dari total kelahiran terdapat juga 567 bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram
(BBLR). Sebab-sebab kematian bayi adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Tabel 4.5

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

Jumlah kasus kematian bayi terbanyak ada pada umur perinatal 0-7 hari. Terdapat 11 kasus kematian bayi
pada umur neonatal 8–28 hari dan ini berhubungan dengan proses persalinan. Sebagian besar kematian
terjadi pada RSUD saat dan setelah mendapatkan penanganan komprehensif. Namun bukan berarti
penanganan yang dilakukan di RS buruk atau sebaliknya penanganan di puskesmas sudah maksimal. Terjadi
peningkatan jumlah kematian yang terjadi di rumah atau dalam perjalanan. Bayi komplikasi harus
mendapatkan penanganan defenitif serta dilakukan rujukan dini berencana, penanganan awal atau pra
rujukan yang tepat, selain itu kesiapan tempat rujukan (RS PONEK dan Puskesmas PONED) menerima rujukan,
serta masalah teknis klinis di RS rujukan.
Grafik 4.19

Menurut Umur Menurut Tempat

11 6 5
18

36
0
8
43 3
0

0-7HR 8-28HR 1-11BL 12-59BL RSUD RSKM RS SITO PKM KLINIK RMH
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 49


Tabel 4.6 Hampir seluruh puskesmas
menyumbang kematian bayi,
Lahir mati 0-7 hari 8-28 Hari 1-11 bulan yang terlihat pada tabel diatas
Haliwen 13 Halilulik 10 Aululik 2 Nualain 1 adalah puskesmas - puskesmas
Wedomu 9 Wedomu 6 Webora 2 Wedomu 1
Atb Seltn 9 Umanen 4 Weluli 1 Silawan 1 dengan kematian bayi
Umanen 7 Silawan 4 Wedomu 1 Atb Seltn 1 sekurang-kurangnya 3 kasus
Haekesak 6 Haekesak 3 Kota 1 Atapupu 1 kematian. Data tersebut
Atapupu 6 Weluli 2 Umanen 1 Ainiba 1 menunjukan sejauh mana
Naualin 5 Dilumil 2 Ainiba 1 kemampuan puskesmas dalam
Rafae 5 Aululik 2 Rafae 1
Aululik 4 Kota 2 penanganan komplikasi,
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu berhubungan dengan banyak
faktor seperti kompotensi tenaga kesehatan, ketersediaan alat, sistim pelayanan, kepatuhan
terhadap SOP dan lainnya.

6. Pelayanan Keluarga Berencana


Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu strategi untuk mengurangi kematian ibu
khususnya ibu dengan kondisi 4T; terlalu muda melahirkan (di bawah usia 20 tahun), terlalu sering melahirkan,
terlalu dekat jarak melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (diatas usia 35 tahun). Keluarga berencana (KB)
merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan
keselamatan ibu, anak serta perempuan. Pelayanan Grafik 4.20
KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-
cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat
merencanakan kapan akan mempunyai anak,
berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara
anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak.
Baik suami maupun istri memiliki hak yang sama
untuk menetapkan berapa jumlah anak yang akan
dimiliki dan kapan akan memiliki anak. Melalui
tahapan konseling pelayanan KB, pasangan usia
subur (PUS) dapat menentukan pilihan kontrasepsi
sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya
berdasarkan informasi yang telah mereka pahami,
termasuk keuntungan dan kerugian, risiko metode
kontrasepsi dari petugas kesehatan. Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan
kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok
Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun. Berikut ini adalah gambaran program KB
di kabupaten Belu tahun 2014.
Berdasarkan grafik 4.20 diketahui bahwa pemakaian alat kontrasepsi terbanyak pada peserta KB aktif adalah KB
suntik dengan jumlah proporsi 71%. Sedangkan pemakaian yang paling sedikit adalah dengan metode MOP
yaitu 0,9%. Presentasi KB aktif berdasarkan wilayah puskesmas dapat terlihat berikut ini.
Gambar 4.1 Berdasarkan pemetaan di atas diketahui bahwa
terdapat 5 puskesmas yang digolongkan
dengan jumlah peserta KB aktif di bawah 100
peserta, dengan kondisi berwarna merah yaitu
puskesmas Laktutus (39 peserta), puskesmas
Dilumil (45 peserta), Puskesmas Ainiba (48
peserta), puskesmas Silawan (72 peserta) dan
puskesmas Webora (79 peserta). Sedangkan
berdasarkan jumlah peserta KB aktif ini
wilayah puskesmas yang digolongkan berarea
warna biru atau dengan jumlah peserta KB
aktif di atas 700 Peserta terdapat 5 wilayah
puskesmas, yaitu puskesmas Kota (732
peserta), puskesmas Atapupu (732 peserta),
puskesmas Umanen (991 peserta), puskesmas
Halilulik (1.646 peserta) dan puskesmas
Atambua Selatan (1.695 peserta).
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 50


Berdasarkan grafik 4.21 diketahui bahwa presentasi peserta KB baru terbanyak menggunakan suntik dengan
jumlah presentasi 78%. Sedangkan yang paling kecil penggunaan alat kontrasepsi pada peserta KB baru adalah
dengan menggunakan metode MOP (0%). Pemetaan peserta KB baru menurut puskesmas di Kabupaten Belu
tahun 2014 dapat dilihat pada gambar pemetaan di bawah ini.
Grafik 4.21 Gambar 4.2

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

Berdasarkan gambar pemetaan di atas diketahui bahwa jumlah peserta KB baru terbanyak yaitu wilayah
puskesmas Wedomu dengan jumlah peserta 479 peserta. Terdapat 6 puskesmas yang digolongkan ber-area biru
yaitu dengan jumlah peserta di atas 250 peserta yaitu puskesmas Kota (258 peserta), puskesmas Haliwen (289
peserta), puskesmas weluli (260 peserta), puskesmas umanen (326 peserta), puskesmas Haekesak (351 peserta)
dan puskesmas Wedomu dengan jumlah peserta terbanyak atau 479 peserta. Sedangkan terdapat 2 wilayah
puskesmas yang digolongkan dengan ber-area merah dengan jumlah peserta kurang dari 100 peserta yaitu
puskesmas Webora (89 peserta) dan puskesmas Silawan (96 peserta).

B. Program Perbaikan Gizi


Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan tujuan pembangunan
nasional. Pembangunan kesehatan mempunyai tujuan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong
dirinya sendiri dalam bidang kesehatan, mutu lingkungan hidup, status gizi masyarakat dan menurunkan angka
kesakitan dan kematian serta pengembangan keluarga sehat sejahtera sehingga terwujudnya derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Undang Undang Nomor 36 tahun 2009,
bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui peningkatan pola
konsumsi makanan, perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai
dengan kemajuan ilmu dan tekhnologi.
Masalah gizi merupakan masalah yang multi dimensi, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti:
ekonomi, pendidikan, social budaya dan pertanian serta kesehatan dan lain-lain yang pada akhirnya berdampak
pada jumlah dan kualitas makanan yang dimakan serta adanya gangguan kesehatan pada diri seseorang. Dengan
demikian penanganan masalah gizi perlu melibatkan seluruh stakeholder yang ada serta pola penanganannya
yang komprehensif(berdasarkan siklus kehidupan).
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan 2010-2014
telah ditetapkan salah satu sasaran pembangunan yang akan dicapai adalah menurunkan prevelensi gizi kurang
menjadi setinggi-tingginya 15 % dan menurunkan prevelensi balita pendk menjadi setinggi-tingginya 32 %.
Untuk mencapai sasaran tersebut, dalam Rencana strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014 terlah ditetapkan
2 indikator iuaran kegiatan pembinaan gizi masyarakat yaitu presentase balita ditimbang berat badanya dan
presentase balita gizi buruk yang medapat perawatan.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 51


Perencanaan kegiatan Program perbaikan gizi Kabupaten Belu Tahun 2013 mengacu pada target indikator Dinas
Kesehatan Kabupaten Belu, RPJMD, Rencana Strategis (Renstra) serta SPM program perbaikan gizi yang yang
disusun dalam Juknis SPM Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat. Berikut ini akan dibahas hasil
pencapaian Program Perbaikan Gizi Kabupaten Belu Tahun 2014.

1. Pemantauan Pertumbuhan Balita di Posyandu


Pemantauan pertumbuhan anak yang dilakukan melalui penimbangan berat badan secara teratur dan
menggunakan kartu menuju sehat (KMS), berfungsi sebagai instrumen penilaian pertumbuhan anak merupakan
dasar strategis pemberdayaan masyarakat. Pemantaun pertumbuhan mempunyai 2 (dua) fungsi utama yang
pertama adalah sebagai strategis dasar pendidikan gizi dan kesehatan masyarakat dan yang kedua adalah sebagai
sarana deteksi dini dan intervensi gangguan pertumbuhan serta entry point berbagai pelayanan kesehatan anak
(misalnya imunisasi, pemberian kapsul vitamin A, pencegahan diare, dll) utnuk meningkatkan kesehatan anak.
1.1 Tingkat Partisipasi Masyarakat (D/S)
Presentase balita ditimbang berat badanya (D/S) adalah jumlah balita yang ditimbang di seluruh posyandu yang
melapor disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator ini dapat menunjukan tingkat kesadaran
masyarakat terhadap pentingnya pemantauan dan perkembangan balita. Kunjungan balita ke posyandu juga
merupakan realisasi dari upaya kesehatan dalam bentuk promotif sekaligus preventif guna meningkatkan status
gizi dan kesehatan balita.
Grafik 4.22 Dari data grafik 4.22 terlihat bahwa Trend
Tingkat Partisipasi masyarakat (D/S) Tahun
2014 sebesar 83.3%, angka ini masih lebih
rendah dari target yang harus dicapai pada
Tahun 2015 yaitu sebesar 90%. Hal ini
dikarenkan kurangnya kegiatan promotif
tentang pertumbuhan dan perkembangan
balita, kader belum memahami tupoksi secara
menyeluruh dan keaktifan tenaga kesehatan
yang hanya fokus pada aspek kuratif
(imunisasi). Selain itu juga kurangnya
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu dukungan dari pemerintah desa /
Kelurahan.Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) merupakan indikator yang berkaitan dengan
cakupan pelayanan gizi balita,cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta prevelensi gizi
kurang. Partisipasi masyarakat (D/S) dalam penimbangan di Posyandu Kabupaten Belu Tahun 2014 sebesar
83.3%, dengan cakupan tertinggi adalah Puskesmas Ainiba (100%), sedangkan cakupan terendah adalah
Puskesmas Umanen (54,9%). Masalah yang berkaitan dengan kunjungan posyandu antara lain kurang
tersedianya dana operasional Grafik 4.23
untuk menggerakkan kegiatan
posyandu, sarana dan prasarana
bahan penyulluhan belum
memadai, pengetahuan kader
masih rendah dan kemampuan
petugas dalam pemantauan
pertumbuhan serta konseling
masih lemah, masih kurangnya
pemahaman keluarga dan
masyarakat akan manfaat
posyandu. Cakupan partisipasi
masyarakat dalam kegiatan
Posyandu menurut Puskesmas Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
dapat dilihat pada grafik 4.23
1.2 Tingkat Keberhasilan Program (N/D)
Keberhasilan Program (N/D) merupakan jumlah hasil kenaikan berat badan balita yang ditimbang
dibanding jumlah balita yang datang diposyandu yang menggambarkan keberhasilan petugas dan kader
Posyandu dalam memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat di wilayah setempat, serta menggambarkan
peran orang tua memberikan makanan yang cukup; baik kualitas maupun kuantitas kepada anaknya. Trend
perkembangan keberhasilan program (N/D) selama enam tahun terakhir sebagai berikut.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 52


Grafik 4.24 Anak sehat bertambah umur, bertambah
berat badan dan bertambah pandai, hal ini
dapat menggambarkan tingkat kesehatan
balita di wilayah kerja Posyandu. Beberapa
hal yang selalu mempengaruhi kenaikan
berat badan antara lain asupan makanan
serta kondisi kesehatan balita. N/D juga
menggambarkan tingkat pendapatan
keluarga, pola asuh masyarakat serta
peran dari tenaga kesehatan untuk
memberikan informasi kemasyarakat
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu tentang kesehatan khususnya tentang gizi
seimbang dalam keluarga. Gambaran keberhasilan program untuk masing-masing Puskesmas dapat dilihat pada
grafik 4.25 Tingkat keberhasilan program tertinggi adalah Puskesmas Aululik (84.4%), sedangkan cakupan
terendah adalah Puskesmas Ainiba (41.6%), cakupan masing-masing Puskesmas terlihat sebagai berikut.
Grafik 4.25

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

1.3 Data Cakupan Balita di Bawah Garis Merah Menurut KMS


BGM adalah merupakan hasil penimbangan dimana berat badan Balita berada di bawah garis merah
pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Tidak semua BGM dapat menggambarkan gizi buruk pada Balita, hal ini masih
harus dilihat tinggi badannya, jika tinggi badan sesuai umur maka keadaan ini merupakan titik waspada bagi
orang tua untuk tidak terlanjur menjadi lebih buruk lagi, namun jika Balita ternyata pendek maka belum tentu
anak tersebut berstatus gizi buruk. Gambaran perkembangan balita berada dibawah garis merah pada KMS
untuk lima tahun terakhir sebagai berikut:
Grafik 4.26 Presentase Balita bawah garis merah sejak
Tahun 2009-2014 dapat terlihat pada grafik
4.26 terjadi penurunan yang cukup signifikan
diatas. Gambaran cakupan BGM/D pada
Tahun 2014 sebesar 2.8% angka ini berada
dibawah batas ambang toleransi Balita BGM
kabupaten yaitu sebesar 6%. Jika
dibandingkan dengan Tahun 2013 sebesar
3.7 % maka ada penurunan sebesar 0.9 %.
Prosentase Balita BGM tertinggi berada di
Puskesmas Ainiba sebesar 8 % dan terendah
berada di Puskesmas Haliwen, Laktutus dan
Dilumil sebasar 0%. Gambaran cakupan
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu masing-masing puskesmas sebagai berikut:
Grafik 4.27

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 53


2. Status Gizi Balita
Status gizi adalah keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan
kebutuhan. Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi didalam tubuh serta
adanya penyakit infeksi, bila tubuh memperoleh asupan zat gizi yang cukup dan digunakan secara efesien maka
akan tercapai status gizi yang optimal.
Pada Tingkat Keluarga dan masyarakat sendiri masalah status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain : Kemampuan ekonomi yaitu kemampuan untuk menyediakan pangan baik dalam jumlah maupun
jenis Pengetahuan, sikap dan ketrampilan keluarga dalam hal :memilih, mengolah dan membagi makanan antar
anggota keluarga sesuai kebutuhan gizi Memberikan perhatian dan kasih saying dalam mengasuh anak
Memanfaatkan fasilitas kesehatan dan gizi
Hygyene perorangan dan sanitasi Untuk penentuan status gizi pada balita salah satunya dilakukan
melalui pengukuran antropometri. Ada beberapa indikator yang digunakan dalam penentuan status gizi balita,
diantaranya indikator berat badan menurut umur (BB/U) dan indikator berat badan menurut tinggi badan atau
panjang badan (BB/TB atau BB/PB) berikut ini akan disajikan data hasil pengukuran status gizi balita berdasarkan
indikator BB/U.
2.1 Status Gizi Balita berdasarkan Indikator BB/U
Indikator BB/U biasanya Grafik 4.28
digunakan untuk
mengukur status gizi balita
saat ini, Karena Hasil
pengukuran mudah
berubah dalam jangka
waktu yang pendek. Trend
perkembangan Status Gizi
Balita berdasarkan
indikator berat badan
menurut umur (BB/U) di
Kabupaten Belu dari
Tahun 2009-2014 dapat
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
dilihat pada grafik 4.28
Grafik 4.29 Dari Grafik 4.29 terlihat bahwa Jumlah balita
dengan status gizi kurang menurun dari
23,81% menjadi 21,3 %, dan Status gizi buruk
menurun dari 3,01% menjadi 2,8% dari target
3,25%. Meskipun demikian, Hal ini
menggambarkan bahwa masih ada 398 balita
yang menderita gizi buruk yang butuh
penanganan karena tidak ditangani bisa
berdampak pada masalah gizi yang serius
seperti marasmus, Kwashiorkor dan marasmic
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu kawashiorkor.

Data pada grafik 4.30 terlihat Grafik 4.30


bahwa masih ada 6 Puskesmas
yang angka balita gizi
buruknya masih di atas angka
toleransi balita gizi buruk 2014
dan Puskesmas Ainiba dengan
angka gizi buruk paling tinggi
sebesar 8,3%. Balita yang
menderita gizi buruk ini
dipengaruhi oleh konsumsi
makanan dan penggunaan
zat-zat gizi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan minimal di
dalam tubuh serta adanya
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
penyakit infeksi.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 54


3. Pendistribusian Paket Pertolongan Gizi
3.1 Cakupan Pemberian Vitamin A Balita
Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A balita (6-59 bulan) dan Ibu Nifas
Pemberian Kapsul vitamin A untuk balita 6-59 bulan dan ibu nifas adalah untuk mencegah terjadinya
kekurangan vitamin A. Tujuan pemberian Vitamin A tidak hanya untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan,
tetapi yang lebih penting lagi untuk meningkatkan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan pertumbuhan anak.
Penanggulangan Kurang Vitamin A (KVA) dilakukan dengan memberikan kapsul Vitamin A pada
kelompok sasaran antara lain bayi 6-11 bulan satu kapsul berwarna biru 100.000 IU dan berwarna merah
200.000 IU pada sasaran 12-59 bulan baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Pada ibu nifas diberikan 2 kapsul
vitamin A warna merah, 1 kapsul vitamin A pertama diberikan segera setelah melahirkan dan 1 kapsul vitamin A
kedua diberikan pada hari berikutnya, minimal 24 jam sesuadah pemberian kapsul pertama, dengan pemberian
kapsul vitamin A pada ibu nifas maka diharapkan bayinya akan memperoleh cukup Vitamin A melalui ASI.
Kegiatan pemberian vitamin A secara rutin bagi balita dilakukan 2 kali dalam satu tahun yakni pada bulan
Februari dan Agustus. Grafik 4.31
Grafik 4.31 terlihat cakupan vitamin A
balita 6 – 59 bulan tahun 2014 terjadi
peningkatan 1.6% dari tahun 2013,
walaupun terjadi peningkatan namun
capaian masih di bawah target 100%. Hal
ini disebabkan karena Kurangnya
sosialisasi dari tenaga kesehatan dan
kader tentang manfaat Vitamin A,
pencatatan dan pelaporan yang kurang
baik. Sedangkan untuk Vitamin A Nifas
terjadi penurunan 10,8%. Meskipun
Pergub. Tentang revolusi KIA persalinan
dilakukan difasilitas kesehatan yang Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
memadai serta kegiatan P4K berjalan dengan baik, namun persalinan di rumah masih cukup tinggi hal ini
mempengaruhi pendistribusian Vitamin A untuk ibu nifas belum mencapai target. Sedangkan cakupan
pendistribusian vitamin A Balita menurut puskesmas tahun 2014 dapat terlihat dalam grafik berikut ini.
Grafik 4.32 Data grafik 4.32 hasil pencapaian
vitamin A balita tahun 2014
kabupaten belu masih di bawah target
100% yaitu adalah 92,9%. Ada 3
puskesmas yaitu Puskesmas Laktutus,
Umanen dan Aululik yang
capaiannya masih rendah. Rendahya
cakupan pemberian Vitamin A
disebabkan karena ada sasaran yang
tidak hadir pada saat pemberian
Vitamin A di puskesmas, dan
pelaksanaan kampanye bulan vitamin
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
A yang belum optimal.
3.2 Cakupan Pemberian Vitamin A bagi Ibu Nifas
Grafik 4.33
Grafik distribusi kapsul vitamin A ibu
nifas Tahun 2014 sebesar 85,04
menurun dari tahun 2013 96,8%.
Namun dilihat dari Cakupan
Puskesmas, masih ada Puskesmas yang
cakupannya melebihi target yaitu
Puskesmas Rafae (108,56%) Hal ini
disebabkan karena sasaran melebihi
proyeksi yang ada dan petugas
puskesmas tidak teliti dalam membuat
laporan sebab masih ada puskesmas
yang cakupan persalinan lebih rendah
dari cakupan vitamin A ibu nifas. Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 55


3.3 Tablet Tambah Darah (Fe) Bagi Ibu Hamil
Pemberian tablet gizi bagi ibu hamil merupakan program suplementasi gizi yang ditujukan untuk
mencegah terjadinya anemia gizi. Anemia gizi adalah suatu keadaan dimana kadar haemoglobin (Hb) dalam
darah rendah yang disebabkan karena kurangnya zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb. Anemia gizi
pada masa kehamilan dapat menyebabkan resiko antara lain pada ibu akan terjadi perdarahan, partus lama saat
persalinan sampai pada kematian, sedangkan resiko pada bayi yaitu kematian janin dalam kandungan, bayi lahir
mati dan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Wanita hamil merupakan kelompok yang rentan terhadap masalah
anemia gizi besi. Untuk menanggulangi masalah tersebut intervensi yang dilakukan adalah melalui distribusi
tablet Fe. Cakupan pemberian Tablet Fe dapat di lihat pada grafik berikut ini :
Grafik 4.34 Grafik 4.35

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

3.4 Hasil Monitoring Garam Beryodium


Dalam Pelaksanaan Pemantauan Garam beryodium di tingkat masyarakat, sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI) dapat dijadikan tolok ukur pelaksanaan pemantauan dalam suatu desa. Penggunaan SD/MI didasarkan
pada beberapa pertimbangan yaitu Keikutsertaan peserta didik di SD/MI sebagai bagian kegiatan pencegahan
tahap dini sebelum tumbuh kelainan/penyakit dan akan memberikan tambahan pengetahuan peserta didik
beserta keluarganya tentang perlunya garam beryodium. Hasil Pemantauan Garam beryodium pada bulan
Februari dan Agustus 2014 dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.36 Grafik 4.37

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu


Dari grafik dapat dilihat bahwa masih terdapat 15 desa dengan masyarakat belum mengkonsumsi garam
beryodium, yaitu puskesmas Atapupu (3 Desa), Haliwen dan Atambua Selatan (2 Desa).
Yodium merupakan zat gizi mikro penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan mental. Masalah
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) adalah kumpulan dari gejala yang timbul akibat kekurangan zat
yodium dalam jumlah waktu yang lama. Akibat GAKY bukan hanya gondok dan kretinisme saja, tetapi juga
secara tidak langsung mempengaruhi kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia yang mencakup 3
aspek, yaitu aspek perkembangan kecerdasan anak (penurunan intelegensi), aspek perkembangan sosial
(penderita Gondok dan kretin merasa dikucilkan) dan aspek perkembangan ekonomi (Daya saing pegaram lokal
dan daya beli masyarakat).

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 56


4. Cakupan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat dan benar
merupakan salah satu upaya prioritas dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Upaya tersebut
harus dilakukan secara maksimal agar semua bayi mendapatkan IMD segera setelah bayi lahir dan ASI Eksklusif
sampai bayi berusia 6 bulan serta mendapat MP-ASI mulai usia 6 bulan, dan melanjukan pemberian ASI hingga
usia 2 tahun atau lebih.
Berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian pemberian ASI berkaitan dengan IMD.
Pihak yang paling memberi kontribusi dalam hal ini adalah penolong persalinan. Cakupan pertolongan
persalinan oleh petugas kesehatan di Kabupaten Belu Tahun 2013 adalah 88,73% sedangkan cakupan IMD
Tahun 2013 adalah sebesar 88,5%. Bila melihat angka tersebut maka dapat disimpulkan belum semua bayi
mendapatkan IMD yang merupakan langkah awal yang turut menentukan dalam keberhasilan menyusui.
Inisiasi Menyusu Dini merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan status kesehatan bayi. Dengan
melakukan IMD, bayi diberi kesempatan mulai (inisiasi) menyusu sendiri segera setelah lahir dengan meletakkan
bayi di dada ibu, bayi dibiarkan mencari sendiri puting susu ibunya. Pada saat IMD bayi akan mendapatkan
kehangatan dari tubuh ibu sehingga dapat mencegah resiko hipotermia. IMD juga memberikan perlindungan
alamiah bagi bayi karena bayi mendapatkan kolostrum yang sangat kaya akan zat kekebalan tubuh terhadap
infeksi. Dengan IMD bayi akan mendapatkan bakteri non pathogen dari kulit ibu di mana bakteri ini akan
membentuk koloni di kulit dan usus bayi sehingga membentuk sistem kekebalan tubuh pada bayi. Cakupan IMD
Tahun 2014 menurut puskesmas dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Grafik 4.38 Cakupan IMD Kabupaten Belu
Cakupan IMD Menurut Puskesmas Tahun 2014 Tahun 2012 adalah sebesar 85,6%
sedangkan pada Tahun 2013
cakupan IMD naik menjadi 88,5%
sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada kenaikan sebesar 2.9%.
Meningkatnya jumlah cakupan
IMD ini dipengaruhi oleh semakin
banyaknya persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan dan
persalinan yang dilakukan di
fasilitas kesehatan yang memadai.
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

Cakupan pemberian ASI Eksklusif di Tahun 2014 terjadi peningkatan sebesar 5% bila dibandingkan dengan
Tahun 2013. Hal ini terjadi karena sebelum Tahun 2012, berdasarkan petunjuk dari Kemenkes bahwa
perhitungan ASI Eksklusif menggunakan ASI Eksklusif 6 bulan. Sedangkan Tahun 2013, berdasarkan petunjuk
dari Kemenkes bahwa asi eksklusif terhitung dari 0–6 bulan. Peningkatan cakupan ASI Eksklusif tersebut belum
banyak memberi kontribusi bagi Kabupaten Belu karena data yang ada hanya berdasarkan survey cepat pada
Bulan Februari dan Agustus sehingga cendrung data kurang valid karena tidak diikuti setiap bulan serta peran
konselor dan kurangnya sosialisasi di semua tatanan keluarga. Pencapaian ASI Eksklusif menurut puskesmas
dapat dilihat pada grafik 4.40
Grafik 4.39 Grafik 4.40
Cakupan ASI Eksklusif 0-6 Bulan di Kab.Belu
Menurut Puskesmas Tahun 2014

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu


Pada grafik diatas terlihat bahwa cakupan asi ekslusif tahun 2014 meningkat dari target, yaitu 72.5 % namun ada
beberapa puskesmas seperti Puskesmas Dilumil, Atambua Selatan, Weluli,Aululik, dan Atapupu cakupannya
masih dibawah target. Hal ini disebabkan karena data yang digunakan tidak valid dan petugas kurang
memahami ASI Eksklusif sehingga kesannya asal dilaporkan. sehingga perlu pembenahan terhadap pencatatan
dan pelaporan serta peningkatan kapasitas petugas dan kader yang sudah dilatih agar melaksanakan tugas
sebagai motivator dan konselor yang handal. Selain peningkatan kapisitas petugas dan kader di lapangan perlu
adanya monitoring dan pertemuan secara berkala

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 57


5. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu hamil akan menentukan bayi yang akan dilahirkan. Karena itu gizi sangat berperan terutama
asupan makanan dalam keluarga. Asupan gizi seimbang bagi ibu hamil sebaiknya dipersiapkan sebelum ibu
tersebut merasa dirinya telah hamil. Bila asupan bagi seorang ibu tidak dipersiapkan sejak awal maka
kecenderungan menuju ke Kurang Energi Kronis (KEK). KEK pada ibu hamil akan berpengaruh terhadap kualitas
bayi yang dilahirkan serta berdampak terhadap kematian bayi dan ibu. Pemantauan status gizi ibu hamil
dilakukan melalui pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) ibu hamil ketika kunjungan pertama di sarana
kesehatan, bila ukuran LILA ibu hamil <23,5 cm maka ini merupakan indikasi masalah gizi. Lebih jelasnya dilihat
pada grafik berikut.
Grafik 4.41 Grafik 4.42

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu


Dari grafik 4.41 terlihat jumlah ibu hamil KEK dari tahun 2009- 2014 terjadi fluktuaktif. Namun pada tahun
2014 terjadi penurunan jumlah ibu hamil KEK, hal ini menunjukan bahwa upaya-upaya baik preventif, promotif,
kuratif dan rehabilitatif dapat menekan peningkatan kasus ibu hamil kekurangan energi kronik.
Grafik 4.43 Dari grafik 4.41 dan 4.42 dapat
Distribusi Cakupan Ibu hamil Anemia Menurut Puskesmas dilihat bahwa prevalensi ibu hamil
Tahun 2014
KEK Tahun 2014 sebesar 30,79%,
jika dibandingkan dengan Tahun
2013 terjadi penurunan prevalensi
ibu hamil KEK sebesar 7,61%.
Persentase ibu hamil KEK tertinggi
berada di Puskesmas Haekesak
(61.46%) dan terendah di
Puskesmas Laktutus (6.12%). Ibu
hamil KEK beresiko untuk
melahirkan bayi BBLR, Abortus,
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
lahir mati.

6. Perawatan Kasus Gizi Buruk di Therapiutic Feeding Centre (TFC)


Dinas Kesehatan Kabupaten Belu memiliki 1 unit Therapiutic Feeding Centre (TFC) yakni TFC Haliwen.
TFC haliwen mempunyai kapasitas tempat tidur 10 buah. TFC Haliwen menerima rujukan dari RSUD Atambua,
puskesmas, bidan desa, dokter praktek kader dan hasil screening dari petugas TFC. Pelayanan yang dilakukan di
TFC meliputi perawatan, Edukasi dan pemberian makanan pemulihan bagi balita gizi buruk dengan komplikasi
penyakit, marasmus, kwashiorkor, Grafik 4.44
marasmus-kwasiorkor dan non
kelainan yang berat badannya ≤ Standar
Deviasi. Jumlah Balita yang dirawat
selama tahun 2014 berjumlah 57 kasus.
Dari 57 kasus balita gizi buruk yang
dirawat tersebut terdapat 2 kasus yang
tergolong marasmus. Data jumlah kasus
gizi buruk yang dirawat selama tahun
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
2009 - 2014 terlihat pada grafik 4.44

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 58


Pada grafik 4.44 terlihat kasus gizi buruk yang dirawat di TFC Haliwen terjadi penurunan kasus yang dirawat
antara tahun 2013 sebanyak 189 kasus menjadi 57 kasus di tahun 2014. Penurunan kasus gizi buruk karena
semakin sadarnya masyarakat dalam menerapkan Kadarzi, keaktifan kader, bidan desa, dokter praktek. Selain itu
system penanganan balita gizi buruk sudah beruba cara penanganannya yang dilakukan sejak dini dimulai dari
balita 2T dan BGM sehingga tidak cendrung sampai pada gizi buruk atau ≤ 3 Standar Deviasi.
Gizi buruk yang terjadi secara langsung dapat dipengaruhi oleh asupan makanan yang tidak seimbang dan
adanya penyakit penyerta terutama penyakit berbasis lingkungan. Distribusi penyakit penyerta pada balita gizi
buruk dapat dilihat pada grafik di bawah ini
Grafik 4.45 Dari grafik 4.45 terlihat bahwa masih
ada balita gizi buruk yang dirawat
dengan komplikasi penyakit infeksi
dan yang paling banyak adalah ispa 39
kasus (41,9%). Penyakit infeksi diderita
oleh anak akan mempengaruhi nafsu
makan akan mempengaruhi daya
tahan tubuh sehingga dapat
menyebabkan sakit sehingga
berdampak pada penurunan berat
badan. Penurunan berat badan bila
melewati batas ambang gizi normal
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
pada table antro WHO 2005 BB/TB,
balita tersebut tergolong kurus, kurus sekali bahkan marasmusBalita gizi buruk yang dirawat di TFC Haliwen
berasal dari rujukan baik dalam wilayah kerja maupun dari luar wilayah. Grafik di bawah ini akan
menggambarkan sumber rujukan balita yang dirawat di TFC.
Grafik 4.46 Grafik 4.47

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu


Balita gizi buruk yang dirawat di TFC Haliwen, tertinggi diperoleh dari hasil screening petugas puskesmas
sebanyak 32 kasus (56,1%) dan terendah orang tua balita mengantar anaknya sendiri sebanyak 1 kasus (1,7%).
Dari Grafik 4.46 terlihat bahwa puskesmas yang paling banyak merujuk balita gizi buruk ke TFC Haliwen yakni
puskesmas Rafae sebanyak 10 kasus (17,5%).
Grafik 4.48 Status gizi balita pasca perawatan di TFC
Haliwen dapat dilihat pada grafik 4.48,
dari 57 kasus balita gizi buruk yang
dirawat pada Tahun 2014, sebanyak 38
kasus (82%) kembali ke keluarga dalam
kondisi status gizi baik, status gizi kurang
sebanyak 13 kasus (22,8%), status gizi
buruk sebanyak 3 kasus (5,3%),
marasmus sebanyak 2 kasus (3,5%)
terdapat 18 kasus (31,6%) pulang
paksa. Balita pulang paksa ini
disebabkan karena orangtua tidak sabar,
terkesan membuang waktu pekerjaan di
rumah.
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 59


C. PROGRAM KESEHATAN REMAJA DAN LANJUT USIA

Kegiatan pokok dan fungsi Program Kesehatan Remaja dan Usila adalah segala usaha yang dilakukan
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan remaja dan kesehatan usia lanjut melalui upaya pembinaan,
monitoring serta pemeriksaan dan pengobatan usia lanjut.
I. Program Kesehatan Remaja
Kegiatan yang dilakukan program Kesehatan Remaja di tahun 2014 antara lain adalah Penjaringan
anak sekolah, Pemeriksaan Kesehatan Siswa Sekolah Dasar, Penyuluhan anak sekolah dan Pelayanan Kesehatan
Remaja.
a. Penjaringan Anak Sekolah
Anak usia sekolah merupakan sasaran strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, selain
jumlahnya yang besar (30%) dari jumlah penduduk, mereka juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau
karena terorganisir dengan baik. Masalah kesehatan yang dialami sangat kompleks dan bervariasi. Pada peserta
didik Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada umumnya lebih banyak terkait dengan masalah
perilaku hidup bersih dan sehat sedangkan pada peserta didik lanjutan berkaitan dengan perilaku beresiko.
Melihat permasalahan yang ada, pelayanan kesehatan di sekolah diutamakan pada upaya peningkatan
kesehatan dalam bentuk promotif dan preventif. Upaya Preventif antara lain kegiatan Penjaringan kesehatan
peserta didik. Penjaringan kesehatan merupakan suatu prosedur pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk
memilah anak yang sehat dan tidak sehat, serta dapat dimanfaatkan untuk pemetaan kesehatan peserta didik.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan
dalam program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Pelaksanaan penjaringan merupakan Grafik 4.49
serangkaian kegiatan yang meliputi
pemeriksaan fisik, laboratorium,
penyimpangan mental emosional
serta kesegaran jasmani, sasaran
penjaringan adalah siswa SD kelas I
pada sekolah negeri dan swasta,
penjaringan dilakukan 1 (satu) tahun
sekali pada awal tahun ajaran baru.
Jumlah SD di Kabupaten Belu yang
menyebar di 17 Puskesmas adalah
53 SD, dengan jumlah seluruh siswa
SD adalah 24.595 orang, jumlah
murid SD kelas I : 5.669 orang dan
jumlah siswa SD kelas I yang
mendapatkan penjaringan adalah :
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
5.412 orang.
Dari grafik 4.49 diatas terlihat bahwa 17 Puskesmas di Kabupaten Belu sudah melaksanakan Penjaringan
kesehatan bagi semua siswa SD kelas I. Hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan serta kerjasama yang baik antara
tenaga kesehatan dan pihak sekolah dalam upaya meningkatkan kesehatan siswa di sekolah.

b. Pemeriksaan Kesehatan Siswa Sekolah Dasar


1. Pengukuran Anthropometri Grafik 4.50
Status gizi adalah keadaan tubuh yang
dihasilkan oleh keseimbangan antara
asupan zat gizi dengan kebutuhan. Status
gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan
dan penggunaan zat – zat gizi didalam
tubuh, bila tubuh memperoleh cukup zat
gizi dan digunakan secara efisien maka
akan tercapai status gizi yang optimal.
Untuk penentuan status gizi pada anak
salah satunya dilakukan pengukuran
Anthropometri.
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 60


Hasil pengukuran Anthropometri terhadap peserta didik yang berjumlah seluruhnya 24.595 orang
yang berada di 17 Puskesmas dan yang telah dilakukan penjarinagan kesehatan berjumlah 5.412 murid kelas I
SD. Hasil pengukuran Anthropometri dapat dilihat pada grafik 4.50, bahwa status Gizi Normal 3.452 murid
(63,7%), Gemuk : 1.216 (22,4%), Kurus: 521 (9,7%), Kurus Sekali : 91 (1,7% ), Obesitas : 132 (2, 4% ).
2. Hasil Pemeriksaan Penjaringan Kesehatan Siswa SD
Hasil pemeriksaan lain pada Grafik 4.51

Penjaringan pada 5.412 siswa SD


kelas I adalah tajam penglihatan,
tajam pendengaran, Serumen, Otitis
Media, Kebugaran, dan hasil
pemeriksaan lainnya seperti anemia
dan kecacingan. Dengan hasilnya
terlihat pada grafik 4.51.
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

c. Penyuluhan Kesehatan Anak Sekolah Menurut Puskesmas Tahun 2014


Grafik 4.52 Penyuluhan kesehatan adalah salah satu
cara dalam meningkatkan pengetahuan
peserta didik tentang masalah kesehatan
yang ada di sekitar area sekolah dan
berhubungan langsung dengan peserta
didik dan di anggap sebagai hal yang dapat
memicu tingkat Kesakitan dan bahkan
Kematian. Kegiatan penyuluhan kesehatan
dilaksanakan oleh petugas Puskesmas di
seluruh Sekolah yang ada di wilayah kerja
Puskesmas. Namun dalam pelaksanaannya
masih ada Puskesmas yang belum
mencakup seluruhnya. Cakupan
Penyuluhan bagi Anak Sekolah menurut
Puskesmas Tahun 2014 terlihat di grafik
4.52.
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
d. Pelayanan Kesehatan peduli Remaja
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja berorientasi pada remaja, Pelayanan Kesehatan yang ditujukan dan
dapat dijangkau oleh remaja, menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam
memenuhi kebutuhan tersebut. Singkatnya PKPR adalah pelayanan kesehatan kepada remaja yang mengakses
semua golongan remaja. Kegiatan PKPR yang dilaksanakan bertujuan meningkatkan pemahaman, sikap dan
perilaku positif remaja tentang kesehatan serta hak – hak reproduksi, guna meningkatkan derajat kesehatan
reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan berkeluarga dalam mendukung upaya peningkatan kualitas
generasi yang akan datang. Kegiatan PKPR yang dilaksanakan ditingkat Puskesmas meliputi pemberian informasi
dan edukasi, kegiatan ini dilakukan didalam gedung dan luar gedung puskesmas, pelayanan klinis medis
termasuk pemeriksaan penunjang dan rujukan, konseling, PKHS serta rujukan remaja bermasalah.
 Pelayanan Kesehatan pada Remaja Hamil
Kehamilan dini pada Remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita usia 13 – 19 tahun, baik melalui proses
pra nikah atau nikah, dari remaja yang hamil pada pranikah dapat disimpulkan bahwa masih banyak remaja
yang masih minim pengetahuannya akan hubungan seksual. Masalah yang timbul akibat kehamilan remaja
adalah masalah kesehatan reproduksi, masalah psikologis remaja, Abortus, Penyakit Menular Seksual ( PMS ) dan
gangguan dan tekananan psikologis. Upaya yang dilakukan adalah peningkatan pengetahuan remaja mengenai
kesehatan reproduksi melalui penyuluhan – penyuluhan ataupun kurikulum pendidikan di sekolah.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 61


Tabel 4.7 Dari data tabel terlihat bahwa jumlah
Remaja yang hamil tidak semuanya
dirujuk ke Rumah Sakit untuk
mendapatkan pelayanan kebidanan
lanjutan, masih ada remaja hamil yang
mendapatkan pelayanan kebidanan di
tingkat Puskesmas. Remaja hamil yang
dirujuk adalah remaja hamil yang
bermasalah dengan proses kehamilan
ataupun proses persalinannya.
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa Grafik 4.53


Jumlah Remaja yang hamil setiap bulan
mengalami peningkatan sedangkan dari
jumlah remaja yang hamil tidak semuanya
dirujuk ke Rumah Sakit, Ini menunjukkan
bahwa tidak semua remaja yang hamil
mengalami komplikasi dalam kehamilan
sehingga penanganannya dapat dilakukan di
Puskesmas. Dari Jumlah Remaja Hamil
sebanyak 543 orang yang dirujuk 42 orang.
Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu
II. Program Kesehatan Lanjut Usia (Lansia)

Usia Lanjut merupakan proses alamiah yang disertai dengan adanya penurunan kondisi fisik, psikologis
maupun social yang akan saling berinteraksi. Usia Lanjut pun mempengaruhi system dalam tubuh diantaranya
system Cardiovaskular, Pulmonal, system penginderaan dan lain–lainnya. Keluarga sebagai unit terkecil dari
masyarakat mempunyai andil yang besar dalam upaya memelihara kesehatan usia lanjut, namun ada kalanya
keluarga tersebut mengalami keterbatasan pengetahuan sehingga memerlukan bantuan orang lain dalam hal ini
adalah tenaga kesehatan.
Pelayanan kesehatan Usia Lanjut yang diberikan disesuaikan dengan situsasi, kondisi dan kebutuhan
para usia lanjut setempat. Pelayanan kesehatan di kelompok usia lanjut meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan
mental emosional. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut bertujuan agar usia lanjut dapat
melakukan kegiatan sehari–hari secara mandiri seperti peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan
pemeliharaan kesehatan sehingga usia lanjut tersebut memiliki ketenangan hidup dan tetap produktif sampai
akhir hayatnya.
Untuk menghasilkan penduduk lanjut usia yang sehat tidaklah mudah dan memerlukan kerjasama para
pihak, antara lain lanjut usia itu sendiri, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tidak kalah pentingnya adalah
peran aktif dari lanjut usia dan keluarganya dalam melaksanakan gaya hidup sehat serta perawatan dini lanjut
usia itu sendiri. Pelayanan Kesehatan di tingkat Primer difokuskan pada tindakan Promotif dan Preventif serta
pengobatan essensial dan spesialistik sesuai dengan kebutuhan medic dan peningkatan kualitas hidup, serta
perlindungan terhadap pelayanan rawat inap di Rumah Sakit. Pelayanan yang diberikan dalam posyandu Lansia
itu adalah Pemeriksaan dan pengobatan Lansia, Penyuluhan kepada Lansia, Konseling dan Rujukan.
Grafik 4.54 Grafik 4.55

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 62


Kemandirian pada usia lanjut di nilai dari kemampuannya untuk melakukan aktivitas sehari - hari . Salah satu
factor yang sangat menentukan tingkat kemandirian pada usia lanjut adalah keadaan mental, karena pada usia
lanjut sering mengalami apa yang disebut Dementia yaitu kemunduran dalam fungsi berpikir. Gangguan
biasanya dimulai dengan sukar mengingat apa yang didengar atau dibaca sampai dengan bicara tanpa ada ujung
pangkalnya.
a. Pengobatan dan Pemeriksaan Usia Lanjut
Tabel 4.8 Melaksanakan penjaringan usia lanjut resiko tinggi,
pemeriksaan berkala usia lanjut dan memberikan
petunjuk upaya pencegahan penyakit, gangguan
psikososial dan bahaya kecelakaan yang dapat terjadi
pada usia lanjut. Pelayanan kesehatan yang diberikan
adalah pemeriksaan Tekanan Darah, Pengobatan
Umum, penyuluhan dan Konseling serta rujukan
medis ke fasilitas Rumah Sakit untuk pengobatan atau
perawatan lanjutan bagi Usia Lanjut yang
membutuhkan.
Grafik 4.56

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

Berdasarkan grafik perbandingan antara Jumlah Usia Lanjut dengan umur > 60 tahun dengan mendapatkan
pelayanan kesehatan diketahui bahwa belum semua sasaran usia lanjut > 60 tahun yang mendapatkan
pelayanan kesehatan. Jumlah Usia Lanjut > 60 tahun 2.282 orang sedangkan yang mendapatkan pelayanan
kesehatan adalah 2.146 orang.
Grafik 4.57 Grafik 4.58

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu


b. Penyuluhan dan Konseling.
Tujuan penyuluhan bagi kelompok usia lanjut adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku
positif masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut untuk
mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
keberadaan. Sedangkan untuk Usia Lanjut sendiri tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan para usia
lanjut untuk mengenali masalah kesehatan dirinya sendiri dan bertindak untuk mengatasi masalah tersebut
sebatas kemampuan yang ada dan meminta pertolongan keluarga atau petugas jika diperlukan.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 63


Penyuluhan dan Konseling yang diberikan kepada usia lanjut diharapkan agar usia lanjut mengenal
secara dini masalah kesehatan yang terjadi, memeriksa kesehatan secara teratur ke puskesmas, melakukan
kebugaran jasmani secara teratur, makan – makanan yang memenuhi gizi seimbang, melaksanakan kebersihan
perseorangan secara teratur, menghindari kebiasaan yang tidak baik misalnya stress, merokok,, alcohol, kopi,
kelelahan fisik dan mental, melaksanakan kebiasaan hobi yang positif secara teratur dan bergairah serta
melaksankan sosialisasi dengan masyarakat sekitarnya..

Grafik 4.59 Grafik 4.60

Sumber : Bidang Kesga, Dinkes Belu

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 64


IV.2 AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN

2.1 Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar & Rujukan

Upaya Pelayanan Kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat,
diharapkan sebagian besar masalah kesehatan masyarakat sudah dapat diatasi. Berbagai pelayanan kesehatan
dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan dasar adalah sebagai berikut:

1. Kunjungan Puskesmas
a. Jumlah kunjungan masyarakat di Puskesmas Kabupaten Belu tahun 2014.
Grafik 4.61

Pada grafik 4.61, tahun 2014 terlihat bahwa cakupan


kunjungan masyarakat pada sarana kesehatan
100,0
sebanyak 167.275 jiwa (84,9%). Hal ini dapat
dipastikan bahwa hampir semua masyarakat 84,9
mengadakan kontak dengan sarana kesehatan lebih
dari satu kali baik dari dalam wilayah maupun dari
luar wilayah. 0,0
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

Dari data di atas menunjukkan bahwa:


1. Mulai timbulnya kesadaran mesyarakat dalam memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada.
2. Pendekatan pelayanan Kesehatan kepada masyarakat padawilayah yang sulit di jangkau.
3. Kemungkinan kurangnya tindakan Preventive dan Promotif yang dilakukan masyarakat sehingga angka
kesakitan masih tinggi.

b. Kunjungan Rawat Jalan.


Grafik 4.62

Kunjungan Rawat Jalan adalah


pelayanan keperawatan kesehatan
perorangan yang meliputi observasi,
diagnosa, pengobatan, rehabilitasi
72,4
45,7

medik tanpa tinggal diruang rawat


inap pada sarana kesehatan.
Cakupan Rawat Jalan adalah
24,8
22,1

21,8

21,4
20,4

20,2

cakupan kunjungan rawat jalan baru


16,9

14,6
10,7

di sarana kesehatan pemerintah dan


9,0
8,9
7,9

6,1
6,0

swasta di satu wilayah kesehatan


3,2

pada kurun waktu tertentu.


Kunjungan pasien baru adalah
kunjungan pertama seseorang
disarana kesehatan pada kurun
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu
waktu tertentu.

Dari grafik 4.62 di atas, dapat dilihat bahwa cakupan kunjungan rawat jalan puskesmas di Kabupaten Belu
melampaui target SPM (15%). Cakupan tahun 2014 (17,1%) dari total kunjungan rawat jalan (baru) 33.663
jiwa. Kunjungan rawat jalan (baru) tertinggi pada Puskesmas Aululik yaitu 4.530 jiwa (72,4%) dan terendah
adalah Puskesmas Nualain yaitu 247 jiwa (3,2%).

Tingginya cakupan kunjungan rawat jalan (baru) di puskesmas adalah:


1. Pendekatan pelayanan kepada masyarakat seperti pelayanan daerah terpencil (Puskesmas Keliling).
2. Adanya kunjungan luar wilayah karena daerah yang mudah diakses masyarakat.
3. Adanya dukungan pembiayaan kesehatan oleh pemerintah.
4. Kesalahan pencatatan dan pelaporan (misalnya : hasil pelayanan kegiatan pusling dimasukkan sebagai
pasien baru semuanya).

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 65


2. Pola Penyakit Terbesar.
Grafik 4.63

12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
Peny
Infek akit
si lain
Infek
salur Peny Peny pada Rheu Hype Asth
Vuln si
an akit Gastr akit obser Salur matic Phari rtens ma
Myal Batu us peny Ceph
pern kulit itis kulit vasi an arthr ngitis i Bron
gia k Lacer akit algia
afasa alerg acut infek febris Pern itis acuta essen chial
asi usus
n i si afasa acut tial e
lain
atas n
akut Bagia
n…
LAKI-LAKI 8294 4947 2188 2105 1848 1511 1416 1284 890 630 680 648 534 496 508
PEREMPUAN 101346107 2612 2454 2696 1661 1755 1189 1090 1191 1029 867 623 443 387
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

Dari grafik 4.63 di atas terlihat bahwa penyakit berbasis lingkungan (ISPA, diare, penyakit kulit) merupakan
penyakit dengan kasus terbanyak dari 15 besar penyakit yang berkunjung ke puskesmas pada tahun 2014
diikuti oleh penyakit saluran pencernaat (gastritis) dan penyakit sistim otot dan jaringan. Tingginya kasus
penyakit berbasis lingkungan ini disebabkan pola hidup yaitu perilaku hidup bersih sehat (PHBS) masih minim
dan faktor budaya masyarakat yang mana kandang ternak terletak tidak jauh dari rumah dengan alasan takut
dicuri serta tingginya kasus ini disebabkan faktor perubahan cuaca.

3. Rawat Inap
Sesuai target SPM (1,5% x jumlah penduduk), hasil cakupan rawat inap tahun 2014 : 0,4%. Penilaian tingkat
keberhasilan pada puskesmas Rawat Inap dengan rincian cakupan dilihat dari beberapa indikator sbb :
 Pemanfaatan Tempat Tidur (BOR)
 Rata - rata lama hari perawatan (ALOS)
 Rata – rata Tempat tidur dipakai (BTO)
 Rata – rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI)
 Presentase pasien keluar yang meninggal (GDR)
 Presentase pasien keluar yang meninggal >48 jam Perawatan (NDR).
 Jumlah pasien rawat Inap.

Pencapaian pelaksanaan kegiatan sbb:


a. BOR (Pemanfaatan Tempat Tidur)
Pada grafik 4.64, terlihat cakupan Grafik 4.64
BOR pada Puskesmas Rawat Inap Cakupan BOR Rawat Inap Puskesmas
pada tahun 2014 sebesar 20,5%. 25,0 Kabupaten Belu Tahun 2014
Banyak faktor yang mempengaruhi 20,0
angka BOR suatu tempat pelayanan 15,0
rawat inap yaitu: 10,0
1. Semakin meningkatnya jumlah 5,0 16,4
Tempat pelayanan Rawat inap 24,5
0,0 20,5
dan tempat tidur yang tersedia,
Weluli
sedangkan jumlah populasi Haekesak
yang mencari pelayanan tidak Kabupaten
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu
terlalu tinggi.
2. Ada pasienyang langsung ke sarana kesehatan Strata 2 khususnya rumah sakit.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 66


3. Ada kemungkinan bahwa pelayanan medik dasar rawat jalan sudah dapat ditangani dengan baik sehingga
tidak membutuhkan rawat inap.

b. BTO (Rata – rata Tempat tidur di pakai).


Grafik 4.65
Pada grafik 4.65 terlihat bahwa

Cakupan BTO Rawat Inap Puskesmas

pada tahun 2014 sebesar 36,7 kali.

Angka ini masih dalam angka ideal

frekuensi pemakaian tempat tidur (30

– 40 kali).
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

c. ALOS (Rata – rata lama hari perawatan).


Grafik 4.66
Berdasarkan grafik 4.66, dapat dilihat
bahwa rata - rata hari perawatan tahun
2014 adalah 2 hari.
Hal – hal yang mempengaruhi adalah:
1) Ketersediaan alat yang memadai dan
bermutu.
2)Ketersediaan tenaga yang berkompeten
pada jajaran pelayanan dasar.

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

d. TOI (Rata –rata selang waktu pemakaian tempat tidur)


Grafik 4.67
Berdasarkan grafik 4.67 menunjukkan bahwa
selang waktu dalam pemakaian tempat tidur (TOI)
tingkat Kabupaten pada tahun 2014 yaitu dari 7,9
hari dari angka ideal 1 – 3 hari. Capaian indikator
ini menunjukkan kualitas pelayanan rawat inap
yang masih rendah.

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

e. GDR (Persentase pasien keluar yang meninggal).


Grafik 4.68

Dari grafik 4.68, dilihat bahwa GDR (jumlah


pasien keluar meninggal tahun 2014 sebesar
6,8/1.000 pasien keluar, dengan jumlah pasien
keluar meninggal sebanyak 5 orang dari 734
pasien yang keluar. Angka kematian tertinggi
pada Puskesmas Weluli yaitu 7,8 (2 pasien
keluar meninggal dari 258 pasien keluar) dan
puskesmas Haekesak 6,3% (3 meninggal dari
476 pasien keluar).
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

Meningkatnya GDR di Puskesmas dapat disebabkan beberapa hal sebagai berikut :

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 67


1. Mutu pelayanan di rawat inap menurun.
2. Puskesmas rawat inap dilengkapi dengan sarana prasarana yang kurang memadai dan tenaga yang
berkompeten masih sangat minim.
f. NDR (Persentase pasien keluar yang meninggal >48 jam perawatan).
Grafik 4.69
Data grafik 4.69 terlihat bahwa Presentase pasien

meninggal >48 jam (NDR) pada tahun 2014

sebanyak 2,7 %o pasien keluar. Dengan NDR

tertinggi pada puskesmas weluli sebanyak 3,9%o

dan puskesmas Haekesak sebanyak 2,1%o.

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

g. Cakupan pelayanan rawat inap.


Kunjungan pasien rawat inap di tahun 2014 sebanyak 734 orang, jumlah pasien keluar sebanyak 734
orang dengan perincian sembuh sebanyak 726 orang, pulang paksa sebanyak 3 orang, meninggal >48 jam
sebanyak 2 orang dan meninggal <48 jam sebanyak 3 orang. Dari 734 pasien yang dirawat sebanyak 117
pasien dirujuk. Jumlah lama hari perawatan rawat inap ditahun 2014 (1.493 hari). Sedangkan cakupan rawat
inap pada puskesmas Rawat Inap tahun 2014 sebesar 0,4%. Presentase ini belum mencapai target 1,5%.

Faktor – faktor yang mempengaruhi angka rawat inap adalah :


1. Kepatuhan petugas terhadap SOP kurang
2. Keterbatasan mutu dan ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.
3. Ketidakpatuhan pasien terhadap protap yang diberikan petugas

h. Morbiditas Rawat Inap menurut umur dan jenis kelamin


Grafik 4.70 Dari grafik 4.70 terlihat dari
Pola penyakit terbanyak rawat
inap (15 penyakit utama)
pasien, penyakit terbanyak di
tahun 2014 yaitu Diare
sebanyak 68 Kasus, dan
terendahnya penyakit
Bronchitis Akut sebanyak 9
kasus. Grafik tersebut diatas
menunjukkan bahwa penyakit
berbasis lingkungan (Diare)
masih merupakan penyakit
terbanyak yang ditemukan
pada pasien rawat inap di
puskesmas. Hal ini dipengaruhi
oleh lingkungan tempat tinggal
masyarakat yang kurang
memenuhi syarat dan adanya
perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) yang kurang
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu
mendukung.

4. Public Health Nurse (PHN) / Perkesmas (Keperawatan Kesehatan Masyarakat).


Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas) adalah pelayanan keperawatan profesional yang
merupakan perpaduan antara ilmu kesehatan masyarakat dengan dengan ilmu keperawatan yang ditujukan
pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada keluarga dan kelompok resiko tinggi. Dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan dilakukan melalui peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit atau masalah

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 68


kesehatan lainnya tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif dengan memperhatikan keterjangkauan
pelayanan kesehatan dengan melibatkan klien individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. (Kepmenkes RI
No.279/2006).

Tujuan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah meningkatkan kemandirian


masyarakat dalam mengatasi masalah keperawatan kesehatan masyarakat yang optimal. Pelayanan
keperawatan diberikan secara langsung kepada seluruh masyarakat dalam rentang sehat – sakit dengan
mempertimbangkan seberapa jauh masalah kesehatan mempengaruhi individu, keluarga, dan kelompok
maupun masyarakat.
Dalam kegiatan perkesmas terdiri dari 2 (dua) kegiatan yaitu:
1. Kegiatan dalam gedung
2. Kegiatan luar gedung.
Kegiatan dalam gedung merupakan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang dilakukan terhadap
sasaran baik diruang rawat jalan puskesmas dan jaringannya maupun rawat inap puskesmas. Sedangkan
kegiatan luar gedung merupakan kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang dilakukan
diluar gedung puskesmas terhadap semua sasaran baik yang berada dalam suatu institusi maupun diluar
institusi. Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dapat dilaksanakan di keluarga, posyandu, sekolah, panti,
lembaga pemasyarakatan (Lapas), dll.
a. Tingkat Kemandirian Keluarga.
Tingkat kemandirian keluarga dalam program perawatan kesehatan masyarakat dibagi dalam 4
tingkatan yaitu keluarga mandiri tingkat I (KM-I: paling rendah), keluarga mandiri Tingkat dua (KM–II),
Keluarga mandiri tingkat tiga (KM-III), dan keluarga mandiri tingkat empat (KM-IV: paling tinggi).
Berikut merupakan hasil penanganan kasus penyakit serta pembinaan kepada Individu, Keluarga, Kelompok
Grafik 4.71 dan masyarakat yang dilakukan melalui
Kunjungan rumah.
Grafik 4.71 merupakan gambaran tingkat
kemandirian keluarga pada tahun 2014 yaitu
sebelum dibina : Keluarga mandiri I :118 kasus,
Keluarga mandiri II :217 kasus, kelurga mandiri III
:110 kasus dan kelurga mandiri IV :17 kasus,
sedangkan Tingkat kemandirian keluarga Sesudah
dibina : Kelurga mandiri I : 27 kasus, keluarga
mandiri II :88 kasus, keluarga mandiri III :215
kasus, dan keluarga mandiri IV :16 kasus.
Dari grafik diatas bahwa sudah ada perubahan
dengan individu, keluarga dan kelompok yang
sudah mandiri Intervensi yang dilakukan petugas
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu kesehatan selain dalam gedung, lebih difokuskan
pada luar gedung antara lain :
a. Pembinaan kesehatan melalui sasaran perkesmas melalui kunjungan rumah.
b. Pembinaan terhadap keluarga rawan
c. Pelayanan keperawatan terhadap tindak lanjut dirumah termasuk pembinaan terhadap keluarga.
d. Pelayanan keperawatan terhadap kasus risiko tinggi di rumah
e. Melaksanakan pembinaan terhadap kelompok khusus.
f. Melakukan Asuhan keperawatan individu, Keluarga Kelompok dan Masyarakat.

b. Jumlah Kasus dalam keluarga binaan.


Grafik 4.72

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 69


Grafik 4.72 merupakan jumlah kasus dalam keluarga binaan Tahun 2014 adalah penyakit yang terbanyak yaitu
penyakit menular sebanyak 284 kasus yang dilakukan oleh petugas puskesmas pada saat kunjungan rumah dan
melakukan Asuhan Keperawatan, dan penyakit terendah adalah maternal risti sebanyak 2 kasus.

5. Rujukan Puskesmas.
a. Rujukan
Rujukan medik adalah pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atau suatu kasus/masalah yang
timbul, baik secara vertical maupun horizontal kepada yang berwenang dan mampu, terjangkau serta rasional.
Rasional adalah Rujukan dilakukan dengan memperhitungkan daya guna (efisien) dan hasil guna
(efektifitas).
Rujukan medik puskesmas dilakukan secara berjenjang dimulai dari kader dandukun bayi, Posyandu,
Polindes, Pustu, Puskesmas, Puskesmas Perawatan, RS kabupaten klas D/C.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rujukan :


 Tingkat kegawatan penderita
 Waktu dan jarak tempuh
 Sarana yang dibutuhkan
 Tingkat kemampuan tempat rujukan.
Beberapa kegiatan pokok upaya kesehatan perorangan adalah Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan.
Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas III di rumah sakit dan lain – lain.
Berikut adalah gambaran pelayanan sistem rujukan yang dilaksanakan di Puskesmas dan jaringannya
pada tahun 2014.
Tabel 4.9

Jumlah Jumlah % Rujukan/ Jumlah %


No. Nama Puskesmas Kunjungan Rujukan kunjungan Rujukan Rujukan
2014 2014 2014 Balik 2014 Balik
1 Kota 20.546 1.028 5,0 113 11,0
2 Atambua Selatan 9.314 202 2,2 63 31,2
3 Umanen 5.447 221 4,1 15 6,8
4 Haliwen 10.601 391 3,7 2 0,5
5 Silawan 5.738 46 0,8 40 87,0
6 Atapupu 7.666 215 2,8 1 0,5
7 Wedomu 17.409 246 1,4 9 3,7
8 Haekesak 10.618 136 1,3 0 0,0
9 Aululik 15.839 60 0,4 0 0,0
10 Weluli 12.480 30 0,2 4 13,3
11 Nualain 10.651 30 0,3 24 80,0
12 Halilulik 9.747 338 3,5 0 0,0
13 Laktutus 6.878 32 0,5 43 134,4
14 Webora 8.910 18 0,2 1 5,6
15 Rafae 7.206 75 1,0 0 0,0
16 Ainiba 4.019 100 2,5 0 0,0
17 Dilumil 4.206 50 1,2 9 18,0
Total 167.275 3.218 1,9 324 10,1
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

Pada tahun 2014 semua puskesmas rutin mengirimkan laporan rujukan dalam bulan januari – desember
2014 namun pengiriman laporan ke dinas kesehatan Kabupaten Belu tidak tepat pada waktunya hal ini
disebabkan kerena tidak patuhnya pengelola program di puskesmas.
Tabel 4.9 tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah kasus yang dirujuk tahun 2014 sebanyak 3.218
Kasus (1,9%) dari total kunjungan 167.275 orang. Pada tahun 2014 Puskesmas yang jumlah rujukannya tinggi
adalah Puskesmas Kota sebanyak 1.028 kasus (5,0%) dari total kunjungan 20.546 orang, dan Puskesmas yang
jumlah rujukannya rendah adalah Puskesmas Webora sebanyak 18 kasus (0,2%) dari total kunjungan 8.910
orang. Sedangkan untuk rujukan balik, yang tertinggi menerima Info Rujukan balik adalah Puskesmas kota

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 70


sebanyak 113 rujukan balik (11,0%) dari total rujukan 1.028 kasus yang dirujuk, yang paling rendah puskesmas
weluli sebanyak 2 rujukan balik dari total rujukan 30 kasus yang dirujuk, sedangkan puskesmas yang sama
sekali tidak ada rujukan balik yaitu puskesmas halilulik, webora, silawan, rafae, dan atambua selatan. Hal ini
disebabkan karena kemungkinan pada saat pasien pulang petugas Rumah Sakit tidak memberikan rujukan balik
dan rujukan balik yang sudah diberikan kepada pasien pada saat pulang tidak diserahkan ke puskesmas.

b. Rujukan Spesimen dan Rujukan Pengetahuan.


Rujukan spesimen dan Rujukan Pengetahuan untuk semua puskesmas tidak melaporkan hal ini
disebabkan karena :
1. Tidak ada pasien yang membutuhkan.
2. Kurangnya pemahaman petugas pengelola puskesmas.
3. Pencatatan dan pelaporan yang kurang baik.
Tabel 4.

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

Tabel 4. tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah jenis penyakit Spesialistik yang tinggi pada tahun
2014 adalah Penyakit dalam sebanyak 1.578 kasus dan yang paling rendah adalah penyakit syaraf 29 kasus.

c. Penggunaan Kartu
Tidak direkap karena versi pengisian penggunaan kartu dari puskesmas yang berbeda – beda.

2.2 Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit.

1. Pelayanan rawat jalan, rawat inap, pola penyakit terbesar pada kunjungan rawat jalan dan rawat inap.
a. Rawat Jalan
Grafik 4.73 Grafik 4.73 menunjukkan bahwa
kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit
baik pemerintah maupun Swasta tahun
2014 sebanyak 25.483 kunjungan
dengan jumlah tertinggi pada RSUD Mgr.
Gabriel Manek, SVD sebanyak 11.703
kunjungan dan terendah pada RST
09.08.02 Atambua sebanyak 4.548
kunjungan. Sedangkan cakupan
kunjungan rawat jalan RS Sito Husada
tidak ada karena tidak mempunyai poli
rawat jalan.
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 71


Tabel 4.10

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, jumlah kasus rujukan pada rumah sakit terdiri dari rujukan dari bawah
(berasal dari puskesmas, Rumah sakit lain dan fasilitas kesehatan) sebanyak 9.048 kasus (23,8% dari total
kunjungan). Rumah Sakit yang paling banyak menerima rujukan dari bawah pada tahun 2014 adalah RSUD
Mgr. Gabriel Manek, SVD sebanyak 7.083 kasus (34,2% dari total kunjungan) dan RS Sito Husada 1.423 kasus
(72,6% dari total kunjungan). Sedangkan rujukan keatas untuk tahun 2014terbanyak pada RS Sito Husada
sebanyak 303 kasus (21,3%). Besarnya rujukan dipengaruhi oleh tingkat kompetensi yang dimiliki oleh masing-
masing rumah sakit.

b. Pola penyakit terbesar pada kunjungan Rawat Jalan.


Grafik 4.74

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

NB : Laporan RST 09.08.02 yang masuk s.d. Triw. III (bulan Agustus - Oktober 2014)

Grafik 4.74 di atas menunjukkan bahwa pola penyakit terbesar kunjungan rawat jalan di rumah sakit
tahun 2014 masih didominasi oleh penyakit berbasis lingkungan yaitu Infeksi Saluran Pernapasan Atas Akut
(ISPA) sebanyak 2.853 kasus, Malaria sebanyak 1626 kasus, diare dan gastroenteritis sebanyak 925
kasus,Tuberkolosis alat napas lainnya sebanyak 561 kasus.

c. Rawat Inap.
Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu indikator
standar terkait dengan pelayanan di rumah sakit, yang di pantau antara lain: BOR, ALOS, BTO, TOI, GDR dan
NDR.

Pencapaian indikator rawat inap rumah sakit tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 72


Tabel 4.11

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu


NB : Laporan RST 09.08.02 yang masuk s.d. Triw. III (bulan Agustus - Oktober 2014)

Tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa presentase pemakaian tempat tidur (BOR) Rumah Sakit rata-rata
masih dibawah angka ideal yang diharapkan ( 60 – 85 %) dan berkisar antara 39,3% - 8,6%. BOR tertinggi
pada RSUD Atambua (64,8 %) dan terendah pada RST 09.08.02 Atambua (8,6 %). Banyak faktor yang
mempengaruhi cakupan BOR suatu rumah sakit, diantaranya semakin meningkatnya jumlah rumah sakit dan
tempat tidur yang tersedia sedangkan jumlah populasi yang mencari pelayanan tidak terlalu tinggi. Sedangkan
frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) di Rumah Sakit tahun 2014 sebesar 41,3 kali melebihi standar ideal
30-40 kali. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi pada pemakaian tempat tidur.
Indikator selang waktu dalam pemakaian tempat tidur (TOI) Rumah Sakit tahun 2014 sebesar 4,9 hari.
Cakupan TOI ini melampaui angka ideal tempat tidur kosong (1-3 hari). Hal ini menunjukkan bahwa kualitas
pelayanan kesehatan masih rendah. Secara normal kualitas layananan kesehatan berbanding terbalik dengan
ALOS dimana kualitas layanan meningkat maka ALOS akan semakin pendek, sebaliknya kualitas layanan
kesehatan semakin menurun maka ALOS akan semakin panjang. ALOS rumah sakit tahun 2014 sebesar 4,0 hari
dari target 6-9 hari rawat.
Angka kematian pasien keluar meninggal setelah dirawat ≥ 48 jam (NDR) tahun 2014 sebesar
15,6/1.000 pasien keluar. Demikian juga angka kematian pasien keluar meninggal (GDR) tahun
2014 sebanyak 350 orang (2,8/1.000 pasien keluar), dengan jumlah kematian terbanyak pada RSUD
Mgr. Gabriel Manek, SVD sebanyak 278 orang (3,1/1.000 pasien keluar). Ada banyak faktor yang
mempengaruhi angka kematian kasar. Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai,
pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan yang berkompetensi serta kesediaan masyarakat untuk
merubah pola hidup tradisional ke norma yang modern dalam bidang kesehatan merupakan faktor-
faktor yang sangat mempengaruhi tingkat kematian.

d. Pola penyakit terbesar pada kunjungan Rawat Inap


Grafik 4.75

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

NB : Laporan RST 09.08.02 yang masuk s.d. Triw. III (bulan Agustus - Oktober 2014)

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 73


Dari grafik 4.75 di atas, menunjukkan bahwa penyakit terbanyak pasien rawat inap rumah sakit tahun
2014 masih didominasi oleh penyakit berbasis lingkungan seperti penyakit Malaria (745 kasus), penyakit Diare
& Gastroenteritis (593 kasus) dan penyakit Bronchitis akut (426 kasus).
Dari kasus yang ada jumlah pasien meninggal terbanyak dengan kasus septisemia sebanyak 45 orang
dan pneumonia sebanyak 23 orang.

d. Pelayanan Gawat Darurat di Rumah Sakit Tahun 2014.


Tabel 4.12 Tabel 4.12 diatas menunjukan
bahwa jumlah pasien gawat
darurat di Rumah Sakit tahun
2014 sebanyak 15.765 orang
terdiri dari pasien rujukan
6.380 orang (40,5%), pasien
non rujukan 9.385 orang
(59,5%). Pasien terbanyak
merupakan pasien non bedah
sebanyak 8.161 orang. Dari
total pasien rawat darurat,
yang dirawat sebanyak 8.561
orang, dirujuk sebanyak 47
orang dan pulang sebanyak
453 orang. Sedangkan pasien
yang meninggal sebelum
dirawat sebanyak 49 orang
(0,3%).
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu
2. Pelayanan Bedah Tabel 4.13

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa


pelayanan bedah di rumah sakit
tahun 2014 dengan jumlah operasi
sebanyak 3.117 orang dengan rata-
rata operasi 9 orang per hari,
dengan klasifikasi operasi besar
1.834 orang, sedang 861 orang dan
kecil sebanyak 422 orang. Jumlah
kasus bedah yang dioperasi
sebanyak 899 orang, obstetri dan
ginekologi sebanyak 1.447 orang,
kasus mata : 349 orang serta kasus
gigi dan mulut sebanyak 422 orang.
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

3. Pelayanan Persalinan
Tabel 4.14

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 74


Tabel 4.14 menunjukkan bahwa dari total persalinan di Rumah Sakit tahun 2014 sebanyak 1.865 persalinan,
sebanyak 1.242 merupakan persalinan normal dan 623 merupakan persalinan dengan komplikasi, dengan
rata-rata persalinan/hari sebanyak 5 persalinan. Dari total persalinan dengan komplikasi yang ditangani
terdapat 1 (satu) kematian ibu dengan kasus perdarahan sesudah persalinan serta 2 ibu bersalin dirujuk dari
RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD. Sedangkan persalinan dengan bedah caesar terjadi di RSUD Mgr. Gabriel
Manek, SVD sebanyak 552 persalinan. Pasien yang mengalami abortus sebanyak 228 orang.
4. Perinatologi
Tabel 4.15 Pada tabel 4.15
terlihat bahwa
jumlah kelahiran
hidup sebanyak
1.875 bayi,
dengan berat lahir
≥ 2.500 gram
sebanyak 1.151
bayi dan BBLR
sebanyak 724
bayi. Sedangkan
jumlah kematian
perinatal
(meninggal
neonatal < 7 hari)
sebanyak 35 bayi
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu terbanyak pada
RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD 34 bayi, dengan sebab kematian BBLR sebanyak 27 bayi, asphixia sebanyak 6
bayi, IUFD 1 bayi dan kelainan kongenital 1 bayi. Banyak faktor yang mempengaruhi BBLR diantaranya faktor
gizi dan perilaku dari ibu saat hamil.

5. Upaya Kesehatan Khusus di Rumah Sakit


d. Upaya Kesehatan gigi mulut.
Tabel 4.16 Tabel 4.16 menunjukkan bahwa dari 4
(empat) rumah sakit di Kabupaten Belu
hanya 2 (dua) rumah sakit yang
melakukan pemeriksaan kesehatan gigi
dan mulut yaitu RSUD Mgr. Gabriel
Manek, SVD dan RSK Marianum Halilulik.
Hasil pemeriksaan gigi mulut yang
terbanyak adalah pengobatan periodontal
(661 kasus), pencabutan gigi tetap (658
kasus) dan yang paling sedikit adalah
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu tumpatan gigi sulung (3 kasus).
e. Transfusi Darah
Tabel 4.17
Dari tabel 4.17 dapat dilihat bahwa jumlah
pelayanan darah tahun 2014 sebanyak
467kantong, 148 kantong dipakai untuk
pasien obstetrik/kebidanan, 38 kantong
dipakai untuk pasien cedera/injury dan 281
kantong digunakan untuk penanganan kasus
lain. Penerimaan darah bersumber dari PMI
Atambua sebanyak 575 kantong darah. Jenis
darah yang digunakan adalah whole red cell
sebanyak 36 kantong, packed red cell sebanyak
682 kantong.

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 75


f. Pelayanan Radiologi
Tabel 4.18

Data tabel 4.18 menunjukkan

pelayanan radiologi terbanyak

adalah foto tanpa bahan kontras

sebanyak 1.165 kali, kemudian

EKG sebanyak 1.092 kali dan

USG sebanyak 498 kali.

Pelayanan radiologi terbanyak

dilakukan di RSUD Mgr. Gabriel

Manek, SVD.

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

2.3 Pelayanan Kesehatan Khusus & Registrasi Saryankes


1. Program Kesehatan Mata di Puskesmas.
Program Kesehatan Mata dilaksanakan secara integrasi dengan program lainnya di Puskesmas. Jangkauan
Pengobatan Penyakit Mata diukur dengan melihat data cakupan rawat jalan kasus penyakit mata.
Grafik 4.76

Cakupan 10 besar penyakit mata

pada tahun 2014 terbanyak pada

kasus Konjungtifitis sebanyak 425

kaasus, penyakit mata lainnya

sebanyak 67 kasus, katarak

sebanyak 31 kasus dan kasus

penyakit mata terendah pada kasus

Pteregyum sebanyak 3 kasus.

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 76


Tabel 4.19 Dari tabel 4.19 di atas, dapat
disimpulkan bahwa jumlah
kunjungan pelayanan pengobatan
mata pada tahun 2014 jumlah kasus
mata sebesar 0,1% (613 kasus dari
target 7.683) dengan presentase
kunjungan tertinggi pada puskesmas
Kota sebesar 20,0% (140 kasus dari
target 699) Sedangkan kunjungan
terendah pada puskesmas weluli
sebesar 4,1% (14 kasus dari target
328). Rendahnya jumlah kunjungan
dengan kasus penyakit mata karena
adanya pelayanan kesehatan mata dan
operasi katarak yang rutin setiap 6
bulan sekali di laksanakan oleh RSK
Marianum bekerjasama dengan
Perdaki Pusat dan OSSAA Australia.
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu
Keterangan :
Target : 20 % x 19,51% x Penduduk.

Pemerintah Kabupaten Belu melalui Dinas Tabel 4.20


Kesehatan dalam memberikan upaya pelayanan Kegiatan Pelayanan Operasi Kepada Maskin
kesehatan terutama kecacatan fisik kepada masyarakat Tahun 2014
miskin, telah bekerjasama dengan Dokter Spesialis
Mata dari Perdaki Pusat dan Tiem Dokter dari OSSAA
telah melakukan operasi katarak dan Pteregium
selama tahun 2014. Hasil kerja sama dengan Tim
Spesialis Mata dari PERDHAKI Pusat dan Tim Dokter
OSSAA maka pada tahun 2014 dihasilkan kegiatan
pelayanan operasi seperti tertera pada tabel 4.20
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu
2. Program Kesehatan Jiwa
Program Kesehatan Jiwa dilaksanakan melalui 2 (dua) program/ upaya, yaitu :
a. Upaya/Program Pokok : b. Upaya/Program Penunjang dan Pengembangan :
- Upaya Promotif dan Preventif - Pendidikan dan Pelatihan Tenaga
- Upaya Kuratif - Penyempurnaan Administrasi Manajemen
- Upaya Rehabilitatif - Penyempurnaan Sistem Informasi Kesehatan Jiwa

Grafik 4.77 Dari grafik 4.77 tergambar bahwa


pada tahun 2014 penemuan kasus
dengan gangguan jiwa sebanyak
102 pasien dan kasus terbanyak
adalah kasus penyakit jiwa lainnya
sebanyak 52 kasus dan kasus
penyakit jiwa terendah adalah
psikosomatik sebanyak 2 kasus.

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 77


3. Kesehatan Kerja
Tabel 4.21

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu


Dari tabel 4.21 di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah kunjungan pelayanan kesehatan kerja pada
tahun 2014 sebanyak 9.504 pasien dengan presentase kunjungan tertinggi pada Puskesmas Silawan sebanyak
1.484 pasien Sedangkan kunjungan terendah pada puskesmas Atambua selatan sebanyak 19 pasien. Kunjungan
kasus yang mendapat perawatan sebanyak 9.504 pasien, jenis pekerjaan formal sebanyak 3.549 pasien, yang
tertinggi pada puskesmas haekesak sebanyak 1.805 pasien dan terendah pada puskesmas Atambua selatan
sebanyak 13 pasien. Sedangkan jenis pekerja Non formal sebanyak 6.142 pasien, yang tertinggi pada puskesmas
Haekesak sebanyak 2.328 pasien, dan terendah pada puskesmas Atambua selatan sebanyak 17 pasien.

4. Pengobatan Tradisional.
Dari data dalam grafik 4.78 Grafik 4.78

terlihat bahwa pada tahun 2014


tindakan dalam jenis ketrampilan
sebanyak 854 kasus, kasus
terbanyak adalah kasus Batra
Dukun Bayi sebanyak 314 kasus,
dan kasus terendah adalah Batra
Sunat sebanyak 4 kasus.

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

5. Upaya Kesehatan Gigi Mulut.


a. Pelayanan Kesehatan (Penjaringan).
Pelayanan kesehatan (penjaringan) siswa SD dan setingkat adalah pemeriksaan kesehatan umum,
kesehatan gigi dan mulut siswa SD dan setingkat melalui penjaringan kesehatan terhadap murid kelas 1 SD dan
Madrasah Ibtidaiyah yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga kesehatan terlatih (guru dan
dokter kecil) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 78


Tabel 4.22

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

Dari tabel 4.22 di atas dapat disimpulan bahwa dapat dilihat pada tahun 2014 jumlah SD sebanyak
148 SD, jumlah murid SD seluruhnya sebanyak 32.037 siswa yang mendapat pelayanan kesehatan
(penjaringan) adalah murid SD kelas 1 sebanyak 5.059 siswa (15,8%). Jumlah murid SD Puskesmas yang
paling tinggi jumlah murid yang mendapat pelayanan kesehatan adalah puskesmas kota sebanyak 596 siswa
(14,5%), dan puskesmas yang rendah jumlah murid SD yang mendapat pelayanan kesehatan adalah puskesmas
Dilumil sebanyak 68 siswa (12,7%).
Cakupan tidak mencapai target 100% karena :
 Setiap puskesmas mengalami kesulitan pada saat melakukan penjaringan akibat kekurangan peralatan
penjaringan.
 Saat melakukan penjaringan pada peserta didik masih terdapat murid yang tidak hadir.
 Penjaringan ulang bagi peserta didik yang tidak hadir tapi tidak dilaksanakan oleh puskesmas.

b. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut.


Tabel 4.23
Dari tabel 4.23 dapat disimpulkan bahwa pada tahun
2014 cakupan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
sebanyak 213 kasus, dengan kasus tumpatan gigi
tetap sebanyak 47 kasus dan kasus pencabutan gigi
tetap sebanyak 166 kasus. Puskesmas yang jumlah
kasus tertinggi adalah puskesmas atapupu sebanyak
72 kasus dan puskesmas yang kasus terendah adalah
puskesmas wedomu sebanyak 10 kasus. Cakupan
kasus pelayanan kesehatan gigi dan mulut rendah
karena puskesmas tidak memiliki peralatan gigi.
Dari cakupan pelayanan di poliklinik gigi
pada setiap puskesmas belum maksimal berjalan
dengan baik disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
1. Belum tersedia tenaga dan peralatan gigi
terutama. Di Puskesmas Silawan, Aululik, dan
Laktutus.
2. Puskesmas Atambua Selatan, Ainiba, Dilumil,
Rafae, dan Haekesak tenaga tersedia tapi
peralatan gigi tidak tersedia. Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu
3. Puskesmas Nualain dan Webora peralatan tersedia tetapi tidak ada tenaga dokter gigi dan perawat gigi.
4. Peralatan gigi yang tersedia di puskesmas tetapi tidak berfungsi.
5. Penerangan (listrik) belum semua puskesmas tersedia, sehingga walaupun tersedia peralatan namun tidak
di pakai.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 79


2.4 Pelayanan Kefarmasian
1. Pengelolaan Obat
a. Sumber Anggaran Obat
Pengadaan obat selama Tahun 2014 didukung dengan beberapa sumber dana seperti DAK/DAU, PAD-JKN,
PAD, BHP/BP, dan SILPA. Selain pengadaan oleh Dinkes, dukungan Buffer Stok berupa obat-obatan PKD
termasuk obat program maupun bahan habis pakai masih tetap diterima.
tabel 4.24

No Realisasi Ket.
Sumber Dana Alokasi (Rp)
. Rp %
A. PENGADAAN KABUPATEN 5,058,303,079 4,115,844,700 81.37
-
B. BUFFER STOCK 2,739,026,877 - Barang

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu


b. Pengelolaan obat
Kegiatan pengelolaan obat meliputi: Perencanaan, Penerimaan, Penyimpanan, Pendistribusian, Pencatatan dan
Pelaporan serta Monitoring dan Evaluasi.

1) Perencanaan
Perencanaan obat dapat dilakukan dengan beberapa metode. Metode yang digunakan saat ini adalah
Metode Konsumsi/Pola Konsumsi. Pemilihan metode pada prinsipnya bertujuan menjamin ketersediaan obat
berdasarkan jumlah, kualitas, anggaran, dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Pola konsumsi digunakan untuk memperkirakan kebutuhan obat berdasarkan penggunaan obat periode
sebelumnya atau masa lalu sebagai dasar perencanaan akan datang, dengan memperhitungkan stok
pengaman/buffer stock dan lamanya waktu tunggu/Lead time.
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penggunaan Metode ini antara lain:
- Obat-obat yang data konsumsinya stabil,
- Tidak terpengaruh oleh faktor promosi obat,
- Selalu berpedoman pada pemakaian tahun sebelumnya

2) Pengadaan
Pengadaan obat dilakukan beberapa tahap sesuai dengan ketersediaan dana menurut sumbernya.
Sedangkan mekanisme pengadaan mengacu pada Perpres No.70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
Alokasi dana untuk pengadaan obat tahun 2014 sebesar Rp. 5,058,303,079.- tetapi realisasi dana
pengadaan hanya Rp. 4,115,844,700,-(81.37%). Jumlah tersebut lebih kecil dari Tahun 2013 sebesar Rp.
5,530,441,500.- tetapi jumlah puskesmas yang dilayani tahun 2014 lebih sedikit dari tahun 2013 yaitu: 17
puskesmas.
Proses pengadaan tahun 2014 relatif lambat seperti tahun 2013. Sisa pengadaan Tahun 2013 sebesar
Rp. 287,207,081 yang rencananya direalisasikan pada awal tahun 2014, tidak dapat dilakukan akibat birokrasi
(berakhirnya masa jabatan Bupati Belu), sedangkan alokasi dana 2014 juga terlambat direalisasikan karena
terlambatnya peluncuran e-katalog dan dan e-katalog mengalami beberapa kali perubahan, sehingga waktu
kekosongan obat juga panjang.
Permintaan obat buffer stock provinsi selama Tahun 2014 dilakukan lebih dari 4 kali (target: 4 kali),
untuk mendukung keterlambatan pengadaan. Namun jumlah dan jenis obat yang diberikan disesuaikan dengan
stok obat yang ada di UPTD provinsi, sehingga tidak dapat memenuhi semua kekosongan obat di kabupaten
Belu.

3) Penerimaan
Penerimaan obat dan bahan habis pakai pengadaan Kabupaten dilakukan oleh Panitia sesuai Perpres
No.70 tahun 2012 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Panitia penerima ditetapkan dengan SK Kepala
Dinas Kesehatan dengan keanggotaan tidak hanya tenaga Farmasi, oleh karena itu semua staf Seksi Farmasi ikut
membantu dalam proses penerimaan untuk mempermudah pengecekan kesesuaian antara perencanaan dan
penerimaan. Jika ada ketidaksesuaian maka dapat disampaikan pada saat itu juga. Obat dan bahan habis pakai
yang diterima tahun ini mengalami banyak perubahan kemasan, sesuai dengan ketetapan Kepala Balai POM.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 80


Jumlah obat yang diterima di IFK Dinkes Belu tahun ini sebesar
Rp.5,666,734,017.- dengan rincian nilai pengadaan kabupaten
Rp.4,115,844,700.- dan nilai buffer stock dari prvinsi sebesar
Rp.1,550,889,317.-

4) Penyimpanan
Instalasi Farmasi Kabupaten Belu memiliki dua Gudang penyimpanan yakni Gudang Pelayanan (saat ini
sedang dalam kondisi perlu direhap) dan Gudang Penyimpanan, akan tetapi keduannya tidak dapat
menampung semua obat dan bahan habis pakai yang ada akibat perubahan kemasan, sehingga jumlah tertentu
disimpan di aula Dinas Kesehatan pada awal tahun.
Sistem penyimpanan bertujuan menjaga dan menjamin keamanan dan mutu dari sediaan farmasi,
sehingga penyimpanannya menggunakan sistem FIFO (First in First Out), FEFO (First Expire First Out),
berdasarkan bentuk sediaan (padat, cair), sedangkan Narkotika dan Psikotropika disimpan terpisah sesuai
peraturan.
Penyimpanan di Gudang juga didukung dengan Kartu Stock guna mengontrol mutasi barang yang
terjadi di gudang untuk setiap item obat dan bahan habis pakai yang ada di dalam gudang penyimpanan. Kartu
Stock dibedakan menurut sumber dana untuk jenis obat yang sama, agar dapat mengontrol mutasi obat secara
lebih rinci berdasarkan sumber dana. Walaupun demikian pada pelaksanaannya masih terjadi kelalaian petugas
dalam pengisian kartu stok pada saat mengeluarkan obat sehingga masih sering ditemukan ketidak sesuaian
jumlah obat hasil stock opname dengan data dalam kartu stock.

5) Pendistribusian
Pendistribusian obat dan bahan habis pakai dari Instalasi Farmasi Kabupaten berdasarkan permintaan
puskesmas. Puskesmas melakukan permintaan menggunakan LPLPO, dan dilakukan sesuai jadwal amfrak yang
telah ditetapkan. Jika ada kegiatan di puskesmas bersamaan dengan jadwal amfrak maka dapat
dikomunikasikan dengan petugas IFK untuk dapat melakukan pengamfrakan pada hari berikutnya.
Pendistribusian obat dan bahan habis pakai tidak hanya dilakukan kepada puskesmas tetapi juga
kepada beberapa sarana kesehatan lain dan organisasi yang bergerak dibidang kesehatan sesuai permintaan dan
disposisi pengambil keputusan yang disesuaikan dengan persediaan yang ada. Selama tahun 2014, permintaan
yang dilayani adalah 17 puskesmas, RSUD Mgr. Gabriel Manek,SVD, RSK Marianum, Satgas Pamtas RI-RDTL,
pelayanan P3K, pelayanan gratis lainnya. Jumlah obat yang dikeluarkan selain ke Puskesmas (RS, pengobatan
gratis, dll) senilai Rp. 261,592,170.

6) Pencatatan dan Pelaporan


Ada beberapa pencatatan dan pelaporan untuk obat dan perbekalan kesehatan yaitu:
 Sensus harian penggunaan obat, digunakan untuk mendata pengeluaran obat kepada pasien, dibuat oleh
Puskesmas,
 LPLPO (Laporan Pemakaian dan Lembar permintaan Obat), dibuat oleh Puskesmas dan di rekap di
Kabupaten sebagai bahan laporan,
 Laporan Narkotika dan Psikotropika, dibuat oleh Puskesmas, Rumah Sakit, dan Apotik, untuk direkap oleh
Kabupaten dan dikirim ke Provinsi dan Kemenkes,
 Laporan Mutasi Obat (LMO) setiap Triwulan, dibuat di Kabupaten,
 Laporan ketersediaan obat, dibuat di Kabupaten,
 Laporan penggunaan Obat generik, dibuat Puskesmas dan direkap di Kabupaten,
 Laporan Indikator Peresepan, dibuat Puskesmas dan direkap di Kabupaten.

c. Pencapaian Indikator Pengelolaan Obat


Ada beberapa indikator program Pengelolaan Obat, antara lain:

1) Presentase Obat Generik Berlogo dalam Stok Obat


Logo Generik diberikan untuk Industri Farmasi yang memiliki sertifikat CPOB (Cara Produksi Obat
yang Baik) untuk memproduksi obat Generik. Obat generik yang beredar saat ini tidak semuanya memiliki Logo
Generik.
Keadaan Tahun 2014 menunjukkan stock obat yang memiliki logo generik sebesar 84.97%,
pencapaian ini meningkat jika dibanding Tahun 2013 sebesar 26.4%. Hasil komunikasi dengan PPK bahwa logo
generik tidak bisa jadi salah satu syarat pengadaan karena belum ada aturan hukum yang mengharuskan
membeli obat generik berlogo.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 81


2) Ketersediaan Obat Sesuai Kebutuhan
Kebutuhan obat untuk pelayanan kesehatan di Kabupaten Belu cukup besar. Untuk mengetahui tingkat
Ketersediaan obat, digunakan perhitungan: Jumlah item obat yang tersedia dibagi jumlah item obat yang
dibutuhkan dikalikan 100%. Pencapaian Tahun 2014 sebesar: 69.00%. Capaian ini meningkat jika dibanding
dengan Tahun 2013 sebasar 34.60%. Meskipun masih terjadi keterlambatan dalam proses pengadaan obat
namun semakin banyak jumlah item obat yang diakomudir dalam daftar e-catalog maka dapat terjadi
peningkatan prosentase ketersediaan obat.
Keadaan ini juga akan mempengaruhi terpenuhinya kebutuhan akan obat pada tahun 2015, sehingga
pengadaan Tahun 2015 diharapkan dapat dilaksanakan lebih awal, agar dapat meningkatkan persentase
ketersediaan obat, dan waktu kekosongan obat sedapat mungkin diminimalisir.
3) Pengadaan/Ketersediaan Obat Esensial
Yang dimaksudkan dengan obat Esensial adalah: obat-obat yang tercatat dalam Daftar Obat esensial
Nasional (DOEN), dimana obat-obat tersebut paling banyak digunakan untuk pelayanan kesehatan baik tingkat
dasar maupun tingkat lanjutan/rujukan.
CakupanTahun 2014 sebesar 100%. Pencapaian ini meningkat jika dibandingkan dengan cakupan
Tahun 2013 sebesar 83.69%.
4) Pengadaan/Ketersediaan Obat Generik
Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia untuk zat
berkhasiat yang dikandungnya.
Pengadaan obat generik adalah pengadaan item obat generik untuk pelayanan kesehatan dasar di unit
pengelola obat publik dan perbekalan kesehatan kabupaten. Pengadaan obat public diharuskan menggunakan
obat generic.
Target SPM pengadaan obat generik sebesar 100%, sedangkan pengadaan obat generik tahun 2014
baru mencapai 96.70%. Cakupan ini belum mencapai 100%, oleh karena diharapkan pada tahun 2015
cakupannya dapat mencapai target SPM.
5) Penulisan Resep Obat Generik
Cakupan penulisan Resep Obat Generik tahun 2014 sebesar 97.17%. Pencapaian ini meningkat jika
dibandingkan dengan cakupan 2013 sebesar 97%. Hal ini menunjukan bahwa pelayanan di Puskesmas telah
menggunakan obat generik bagi pasien, karena pengadaan obat di kabupaten juga diwajibkan 100% obat
generik kecuali jika ada penyampaian dari kontraktor bahwa item obat tertentu yang dibutuhkan hanya tersedia
dalam bentuk paten.

2. Penilaian Penggunaan Obat Secara Rasional


Pengobatan dikatakan rasional apabila memenuhi 7 Tepat yakni: 1) Tepat indikasi, 2) Tepat obat, 3)
Tepat dosis, 4) Tepat cara pemberiannya, 5) Tepat pasien, 6) Tepat informasi untuk pasien, 7) Tepat penilaian.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pengobatan itu rasional apabila:
 Pasien menerima obat sesuai kebutuhan klinisnya
 Dalam dosis yang sesuai dengan kebutuhan individualnya
 Dalam jangka waktu yang cukup dan
 Dengan biaya yang paling ekonomis untuk pasien dan komunitasnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada 3 (tiga) pihak yang mempengaruhi
pengobatan Rasional, yaitu: Penulis Resep, Farmasis dan Pasien.
Penulis Resep. Ada opini tentang penulisan Resep, bahwa pengobatan adalah seni. Hal ini disinyalir
mempengaruhi kerasionalan dalam pengobatan yang berkaitan erat dengan penulisan resep. Apabila semua
pihak memiliki pendapat yang sama, maka pengobatan rasional hanya bisa diwacanakan namun sulit untuk
diimplementasikan dalam praktek, karena ego setiap profesi akan lebih mempengaruhi pelayanan kesehatan
terutama dalam hal pengobatan.
Penerapan pengobatan rasional dalam pelayanan pengobatan di sarana kesehatan milik pemerintah,
membutuhkan suatu pedoman terapi yang terus diperbaharui sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga
setiap diagnose sudah ditentukan terapinya, dalam rangka mendukung penerapan pengobatan rasional.
Farmasis. Tenaga farmasi yang bertugas untuk pelayanan resep, ikut mempengaruhi pelayanan
pengobatan rasional. Peran tenaga farmasi berawal dari perencanaan sampai pada pelayanan/penyerahan obat
kepada pasien. Kenyataan masih menunjukkan bahwa walaupun penulis resep sudah menulis resep sesuai
dengan pedoman, tetapi tenaga farmasi kadang mengganti nama obat yang tertulis dalam resep dengan obat lain,
jumlah obat dapat dikurangi, dan lain-lain. Hal seperti ini terjadi pada saat penyiapan obat untuk diserahkan
kepada pasien namun obat yang diresepkan tidak tersedia atau keterbatasan persediaan obat.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 82


Pasien. Pengobatan yang rasional dapat diwujudkan dengan beberapa upaya solutif antara lain: 1) Upaya
edukatif, 2) Upaya managerial, 3) Upaya regulasi.
Berdasarkan laporan hasil kegiatan pelayanan dan pengobatan di puskesmas, dapat diketahui
pencapaian sebagai berikut:

a. Lima Belas Besar Penyakit dan 15 Besar Penggunaan Obat


Hasil kegiatan pelayanan pengobatan selama tahun 2014 menunjukkan bahwa penyakit ISPA masih
berada pada peringkat pertama penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. Sementara Penggunaan obat
terbanyak adalah Vitamin B.Komplek dan berikutnya adalah Paracetamol, Besi (II), GG, Amoksisilin dan lain-
lain. Hal ini sejalan dengan 15 besar penyakit yang masih didominasi oleh penyakit berbasis lingkungan. Secara
rinci dapat dilihat dalam Grafik berikut.
Grafik 4.79

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

b. Data Penggunaan Antibiotik


Grafik di bawah ini memberikan informasi bahwa penggunaan antibiotik terbanyak selama tahun 2014
adalah Amox 500 mg. Hal ini tidak sejalan dengan informasi tentang pola penyakit terbanyak seperti dalam
grafik di atas. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh ketidak-patuhan penulis resep terhadap pedoman
pengobatan puskesmas dan pola pengobatan rasional di puskesmas. Harus diakui juga bahwa pedoman
pengobatan di puskesmas yang ada saat ini dibuat sejak tahun 2007 sehingga perlu diperbaharui saat ini.
Penggunaan obat di puskesmas harus berpedoman pada penggunaan obat rasional dengan mengacu
pada pedoman pengobatan puskesmas dengan prinsip: 1) mengurangi penggunaan injeksi, 2) menghindari
peresepan obat yang berlebihan (polifarmasi), 3) menghindari penggunaan antibiotika untuk kasus myalgia,
ISPA non pneumonia dan diare non spesifik.
Grafik 4.80

Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 83


3. Pengawasan Obat
a. Pengawasan Sarana Swasta
Sarana swasta di Kabupaten Belu yang mendistribusikan obat dan menjadi sasaran pengawasan dari
seksi Farmasi dan PMM adalah: Toko Obat Berijin (TOB) dan Apotek. Tujuan dilakukan pengawasan terhadap
sarana Toko Obat Berijin (TOB) dan Apotek secara umum adalah untuk mencegah terjadinya penyimpangan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk masing-masing sarana. Pengawasan sarana
hanya terbatas pada sarana yang telah memiliki ijin usaha saja seperti TOB dan Apotek, sedangkan Balai POM
Kupang melakukan pengawasan hampir di semua sarana yang mengedarkan obat.

1) Apotek
Jumlah apotek pada tahun 2013 sebanyak 12 apotek, sedangkan Tahun 2014 sebanyak 14 Apotek
karena ada penambahan 2 apotek baru di wilayah Puskesmas Halilulik. Data selengkapnya dapat dilihat dalam
Tabel 4.25 tentang Data Apotek Kabupaten Belu.
Selama Tahun 2014, Balai POM di Kupang telah melakukan pengawasan terhadap apotek-apotek yang
tersebar di wilayah Kabupaten Belu. Hasil pengawasan menunjukkan bahwa masih ada Apotek yang melakukan
penyimpangan terhadap peraturan yang ada. Terhadap apotek-apotek tersebut telah diberikan teguran sesuai
dengan tingkat kesalahan yang dilakukan. Jumlah Apotek yang mendapat teguran pada tahun 2013 sebanyak 1
apotek dan tahun 2014 sebanyak 6 apotek yakni: Belu Farma, Bunga Tanjung, K24, Medika, Tujuh Pulau, dan
Apotek Belu Farma. Apotek Belu Farma saat ini tidak ada lagi kegiatan oprasional namun belum ada
permohonan penutupan Apotek.
Penyimpangan tersebut juga tidak terlepas dari kurangnya rasa tanggung-jawab APA dan kurangnya
pembinaan dari Dinkes Kabupaten, karena itu perlu diupayakan pembinaan rutin oleh Dinkes ke Apotek-apotek
yang ada.
Tabel 4.25

No Nama Apotek SIA APA KET


1 Apotek K24 008/APT/X/2011 R. Herlinda Nahak A
Apotek Sahabat Farma Dinkes.Yankes/0619/576/SI
2 Herlidawati Manek A
A/VIII/2007
3 Apotek Sumber Sehat 014/APT/II/2013 Drs.Yafet Rampo A
4 Apotek Sentral Farma 011/Apt/IV/2012 Anita Budi Muliyasih A
5 Apotek Sito Farma Veronika Lugiarto A
6 Apotek Anugrah Farma 013/APT/X/2012 Petronela S. Manek A
7 Apotek Bethesda 003/APT/II/2010 S.Primadona Lehang A
8 Apotek Pelengkap Belu Bakti 009/APT/III/2012 Adriana F.Runa TA
9 Apotek Belu Farma 014/APT/XII/2012 Debby Yunia Soedarmo A
10 Apotek Bunga Tanjung Farma 012/Apt/VI/2012 Elisabeth Sujono A
11 Apotek Tujuh Pulau 016/APT/V/2013 Angela M. Ata Mari A
12 Apotek Medika Farma 006/APT/V/2011 Daniel Seran A
13 Apotek Mitra Farma 001/APT/I/2014 Yutta Nahak A
14 Apotek Hanna 002/APT/VIII/2014 Maria P.I. Klau, S.Farm., Apt A
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu
2) Toko Obat Berijin (TOB)
Jumlah toko obat yang ditemukan tahun 2013 sebanyak 44 TOB, dan hingga akhir tahun 2014 hanya
28 TOB. Berkurangnya jumlah TOB tersebut karena pemilik TOB tidak mau mengajukan perpanjangan ijin lagi
setelah mendapat pengawasan dan pembinaan yang dilakukan oleh petugas.
Selama Tahun 2014, BPOM di Kupang telah melakukan pengawasan ke beberapa TOB, dan masih
menemukan penyimpangan-penyimpangan terhadap peraturan yang ada. Terhadap TOB-TOB tersebut telah
diberikan teguran sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan. Jumlah TOB yang mendapat teguran selama
tahun 2013 sebanyak 2 dan tahun 2014 hanya 1 TOB yakni Toko Surya.
Berkaitan dengan hal di atas maka telah dilakukan pembinaan sekaligus registrasi ulang TOB, dan
kedepan direncanakan pembinaan dan pengawasan akan ditingkatkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Belu.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 84


Data TOB di Kabupaten Belu tahun 2014 dapat dilihat pada tabel di berikut ini:
Tabel 4.26
NO. IZIN
NO NAMA TOB ALAMAT PENANGGUNG JAWAB
TOKO OBAT
1 Ria 08/TOB/2009 Jln. Pramuka Pasar Baru, Daud Lay
2 Fitaly 09/TOB/2009 Kelurahan Fatubenao, Welem Usfinit
3 Daya Baru 10/TOB/2010 Jln. A.Yani, Atambua M.Effifania Lute
4 Timor Niaga 08/TOB/2013 Jln. Moh. Yamin, Frino Manek M.
5 Sinar Baru 04/TOB/2014 Jln. Sudirman, Frino Manek M.
6 Marina 10/TOB/2013 Jl.Adam Malik,Pasar Baru, Hendrk M. Morib
7 Mega Ria 06/TOB/2013 Jl.Adam Malik,Pasar Baru, Hendrk M. Morib
8 Tugu Agung 15/TOB/2010 Jl.Adam Malik,Pasar Baru, Hendrk M. Morib
9 Surya 06/TOB/2014 Jln. Sudirman, Krisanti M.Taolin
10 Simpang Lima 17/TOB/2010 Jln.Moh. Yamin, Krisanti M. Taolin
11 Gembira 07/TOB/2013 Jl.Pramuka Pasar Baru Efi Kurniawaty
12 Surya Jaya 02/TOB/2014 Jl.Pramuka Pasar Baru, Miduk Tri Kawuri
13 Belu Indah 21/TOB/2010 Jl.Pramuka Pasar Baru, Yasinta B. Kiik
14 Jaya Baru 23/TOB/2010 Jln. Sudirman, Aplonia Laku Mau
15 Pelita 09/TOB/2013 Jln.Moh. Yamin, Zakarias Meo
16 Anugrah Pratama 26/TOB/2011 Jln. Pramuka Pasar Hubertus Meak
17 Kurnia 28/TOB/2011 Atapupu Daud Lay
18 Batara 05/TOB/2013 Desa Dualaus, KkMesak Hubertus Meak
19 Lakaan 05/TOB/2013 Jl. Sudirman Atambua Yulifka H. Ratu
20 Sinar Surya 24/TOB/2006 Jl. Merdeka Atambua Theresia E. K
21 Sinar Bahagia 05/TOB/2014 Jl. Raya Halilulik M. Yasinta B. Kiik
22 Sinar Karya 03/TOB/2014 Jl. Raya Halilulik Theresia E. K
23 Fulur Jaya 01/TOB/2014 Jl. Vetor Lidak Yulifka H. Ratu
24 Timor Raya 08/TOB/2009 Jln.Moh. Yamin, Daud Lay
25 Belu Mulia Jl. Pramuka Paar Baru M. Yasinta B. Kiik
26 Mega Bumi Jl. Pramuka Pasar Baru Lyli A.R.Riwukaho
27 Moga Jaya Jl. Pramuka Pasar Baru Feronika A.Banggo
28 Lautan Mas Daud Lay
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu

b. Pengawasan di Sarana Pemerintah


Puskesmas dan Rumah sakit merupakan sarana pemerintah yang melakukan pekerjaan kefarmasian.
Pengawasan dilakukan terhadap kegiatan pengelolaan obat antara lain: perencanaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pelayanan informasi obat, serta pencatatan dan pelaporan.
Pengawasan telah dilakukan oleh BPOM di Kupang pada bulan pebruari 2014, dengan temuan:
puskesmas Haliwen, Kota, Silawan, RSUD Atambua dan IFK Belu, belum maksimal melaksanakan kegiatan
pengelolaan obat. Puskesmas Haaliwen maupun RSUD Atambua sudah diberikan teguran sesuai dengan tingkat
kesalahannya, tetapi hasil pengawasan BPOM di Kupang pada bulan Nopember masih ada temuan yang sama di
Puskesmas Haliwen maupun RSUD Atambua. Tidak adanya generator otomatis yang berfungsi baik di
puskesmas Haliwen, menjadi tanggung-jawab Dinkes untuk melengkapinya, tetapi hingga saat ini Dinkes masih
mengalami kesulitan dana untuk pengadaan generator bagi puskesmas.
Untuk mencegah terjadinya kalalaian dan kesalahan yang sama maka Pengawasan dan Bimtek perlu
dilakukan secara rutin dan berkesinambungan. oleh Dinas Kesehatan Belu terhadap 17 Puskesmas yang ada.

4. Pembinaan Produk Kesehatan Rumah Tangga (PKRT)

Sarana yang menjual produk-produk kesehatan rumah tangga, perlu dilakukan pembinaan terhadap
semua produk-produk kesehatan rumah tangga yang dijual termasuk makanan dan minuman, dalam rangka
melindungi konsumen atau pengguna produk-produk tersebut.
Selama tahun 2014, BPOM di Kupang telah melakukan pengawasan di beberapa sarana, demikian juga
dengan Dinkes Belu telah melakukan pembinaan kepada 57 Toko yang menjual produk kesehatan rumah
tangga serta makanan dan minuman, dengan daftar nama terlampir. Pengawasan dan pembinaan tersebut
diutamakan pada terdaftar tidaknya peralatan kesehatan rumah tangga (penjualan illegal), penjualan barang
kedaluarsa serta cara penyimpanan yang baik untuk menjaga mutu dan keamanan bagi kesehatan konsumen.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 85


5. Pengawasan Makanan & Minuman
a. Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)

Food safety masuk desa dikembangkan oleh BPOM di Kupang bersama Dinkes Belu. Tahun 2014,
kegiatan sosialisasi dilakukan di 6 kelurahan tetapi oprasional food safety masuk desa baru dilaksanakan di 5
Kelurahan yakni Beirafu, Tulamalae, Tenukiik, Kota, dan Rinbesi. Kegiatan yang dilakukan antara lain:
pengawasan hygiene dan sanitasi warung makan, dengan hasil secara umum masih di bawah standar sehingga
langsung diberikan penyuluhan/pembinaan agar segera memperbaikinya, sedangkan pengawasan Ritel juga
masih ditemukan banyaknya makanan dan minuman kedaluwarsa yang tetap dijual, dan cara penyimpanan
pun masih banyak yang tidak sesuai dengan aturan.
Selain itu, pengawasan IRTP juga tetap berjalan untuk menjaga keamanan dan mutu produksi. Setiap
makanan dan minuman produksi lokal maupun dari luar yang didistribusikan harus aman untuk dikonsumsi,
oleh karena itu harus memenuhi persyaratan Tata Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB) seperti: SDM, sanitasi
lingkungan produksi, proses produksi, bahan baku dan hasil produksi, serta persyaratan kesehatan lainnya.
Sarana IRTP di Kabupaten Belu yang telah terdaftar sebanyak 50 sarana dengan perincian 32 sarana
dengan jumlah produk sebanyak 49 jenis telah memiliki ijin operasional dan selebihnya belum memiliki ijin
operasional karena penanggung-jawab sarana IRTP belum memiliki sertifikat PKP.

Tabel 4.27

NO NAMA IRTP NO. IZIN IRTP ALAMAT NAMA PRODUK KET


Susuk RT 12/RW 06, Desa
1 Lemm Susuk 202530601011 Abon Ikan Tuna A
Dualaus, Atapupu
2 Rotiku 206530601005 Jln. Pramuka Pasar Baru, Atb Roti A
3 Chelsia Snack 206530601006 Jln. Moruk Pasunan, Atb Kiri-Kiri A
4 Gracia Snack 206530602002 Kufeu RT 02/RW 01, Atb Kue Kering A
5 Cahaya Segeri 206530607002819 Jln. Pramuka Pasar Baru, Atb Aneka Kue Kering A
215530608002919 Aneka Kacang A
6 Anti YN 215530601001 Tini RT 02/RW 01, Atb Kacang Teng-Teng A
Semangat Dua
7 215530603004019 Jln K.H.Dewantoro, Atb Jagung Marning A
Putera
8 Melati 206530622001719 Jl.R.Suprapto (dpn SDK Motabuik) Kue kering, A
214530623001819 Manisan Asam A
215530624002019 Aneka Kacang A
206530625001919 Dodol A
Jln. Sukarno No.9 Rt.o18/ Rw.06
9 UD. Primadona 212530610001319 Abon Ikan A
Kel. Berdao Blkg Mesjid
215530611001519 Kacang Asin A
214530612001419 Kripik Pisang A
10 Cap Mawar 215530613001619 Jln. D.C. Saudale- Atb Kripik Singkong A
11 Cahaya Kota 615530614001219 Jl. Sudirman No. 30 Atb Lampar Ayam A
112530615001119 Sambal Luat A
12 Mahkota 206530616003019 Jl. Soekarno No. 31 Atb Kue kering A
206530617003119 Roti A
206530618003219 Kue Basa A
13 Indah Jaya 206530619003519 Lingk.Lainhat, Tini-Manuaman kue kering A
Lingk.Mauriku Tenukiik, RT/RW
14 Flamboyan 214530620002119 Aneka Kripik A
08/03
215530621002219 Aneka Kacang A
206530652002319 Kiri-kiri & Jistik A

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 86


NO NAMA IRTP NO. IZIN IRTP ALAMAT NAMA PRODUK KET
15 Matak Malirin 201530627002619 Jl. Apodeti Sukabiren Dendeng Abon Sapi A
16 Putri Bidadari 206530629003619 Jl. Adam Malik Pasar Baru Atb Kue Kering A
215530630003719 Kripik Singkong A
215530653003819 Aneka Kacang A
215530654003919 Cakar Ayam A
17 Bintang Mas 206530635002419 Jl.Merdeka Atb Aneka Kue A
18 Barokah 206530634004419 Kampung Baru- Berdao Kue Kering A
19 Anugrah 215530635004119 Jl. Kartini, RT/RW 07/03-Berdao Kacang Asin A
20 Azka 215530636002719 Jl. Dewi Sartika Kripik A
21 Berkat 202530632003319 Depan SMU Kristen Atb Krupuk Ikan A
212530633003419 Instan Jahe A
22 Sriwijaya Bakery 206530645003819 Kampung Jati Aneka Roti A
23 Nadory 215530626003919 Jl. K.H. Dewantoro, Kel. Tulamalae, Emping Jagung A
24 Sejahtera 206530640004219 Jl. Kartini, RT/RW 07/03-Berdao KueBasah A
206530641004319 Kue Kering A
25 Golden Bakery 206530655004519 Jl. Soekarno – Hatta Aneka Kue Basa & Kering A
215530656004619 Aneka Kacang A
26 Manumean 206530625004819 Jln. Jend.Sudirman, Roti Asin (paun) A
27 Paris Bakery 215530628007019 Jl. Moh. Yamin - Atambua Kacang Telur A
206530631007119 Kue Kering A
206530637007219 Aneka Roti A
28 UD Pison 206530623005519 Jl. Yos Sudarso, Sesekoe Kue Kering A
29 Jaya Industri Indo 211530639005919 Jl. Lau Suberu – Umanen Cuka A
Bumbu Masak Kampung Baru – Berdao Aneka Bumbu masakan
30 211530657006019 A
Alanus (asam)
Sumber : Bidang Yankes, Dinkes Belu
b. Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Keamanan pangan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
wanita dan anak-anak, perlu memperoleh pangan yang cukup, aman, dan bergizi. Program keamanan pangan
perlu dikembangkan di sekolah, terutama sekolah dasar dan menengah. Berkaitan dengan itu pemerintah telah
mencanangkan Aksi Nasional PJAS, dengan harapan dapat dilaksanakan di sekolah secara terpadu, terencana,
dan berkesinambungan.
PJAS harus aman dari cemaran yang merugikan kesehatan. PJAS harus bermutu dan memenuhi kriteria
keamanan pangan, bernilai gizi, dan memenuhi standar lainnya. PJAS harus bergizi karena mengandung zat gizi
yang bermanfaat bagi tumbuh kembang anak.
Pangan jajanan termasuk dalam kategori pangan siap saji, yang biasanya tahap akhir pengolahannya
dilakukan di tempat penjualan. Misalnya: pisang goreng, tahu goreng, gado-gado, es campur, bakso, dll.
Pangan jajanan yang digoreng, beberapa diantaranya masih digoreng dengan minyak jelantah, dan
masih ada jajanan yang dibungkus dengan kertas bekas atau koran. Kantong plastik yang digunakan umumnya
kantong plastik untuk makanan, walaupun masih ada yang menggunakan kantong plastik berwarna
(merah/hitam).
Diduga masih ada pangan jajan yang menggunakan BTP terlarang seperti borax, rodamin B, Formalin,
dan mungkin belum terdeteksi saat ini, sehingga pembinaan dan pengawasan harus terus dilakukan. Tahun
2014, Dinkes Provinsi juga telah mengambil sampel makanan jajanan di SDI Tenubot, namun hasil
pemeriksaannya belum dikirim sampai akhir tahun 2014.
Selama Tahun 2014, BPOM bersama Dinkes Belu juga melakukan sosialisasi PJAS di 3 SD yakni SDI
Motaain (Silawan), SDI Aitaman (Wedomu), SDI Asuulun (Atsel).

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 87


IV.3 PERILAKU HIDUP MASYARAKAT
3.1 Program Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan
Keberhasilan program pendidikan dan penyuluhan kesehatan masyarakat dapat diukur dengan 4
(empat) indikator SPM (Stándar Pelayanan Minimal) yaitu : 1)Rumah Tangga Sehat, 2)Bayi yang mendapat Asi
Eksklusif, 3)Desa dengan Garam Beryodium, 4)Penyuluhan Napza.
Tingkat pencapaian program Pendidikan dan penyuluhan untuk setiap indikator dapat dilihat pada grafik
berikut ini :
Grafik 4.81

Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu

Grafik 4.81 terlihat bahwa jumlah rumah tangga di Kabupaten Belu sebanyak 43.822 rumah tangga dan
dipantau/dikaji sebanyak 31.108 rumah tangga (71,0 %), yang memenuhi syarat atau berperilaku hidup bersih
dan sehat sebanyak 22.346 Rumah tangga (71,8%) dari target 65% (Renstra). Hal ini disebabkan karena pada
umumnya rumah tangga yang ada di kabupaten Belu telah melakukan 7–8 indikator dari 10 indikator PHBS
sedangkan rumah tangga yang tidak ada ibu hamil, bayi dan balita menggunakan 4-5 indikator dari indikator
PHBS.

3.2 Bayi Yang Mendapat ASI Eksklusif


Dari grafik 4.82 dapat dilihat bahwa cakupan bayi yang mendapat Asi Eksklusif untuk tingkat kabupaten masih
di bawah target yaitu hanya mencapai 72.5% dari target 80% (Target SPM) hal ini dipengaruhi oleh beberapa
puskesmas yang tingkat pencapaian Asi Eksklusif masih rendah namun ada 5 Puskesmas cakupan Asi Eksklusif
sudah mencapai target. Penyebab dari rendahnya cakupan Asi Eksklusif antara lain masih rendahnya kesadaran
masyarakat, keluarga, ibu menyusui dan tokoh masyarakat serta kurangnya sosialisasi dan pendampingan
petugas kepada sasaran.
Grafik 4.82

Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu

3.3 Desa dengan Garam Beryodium


Dari grafik 4.83 terlihat bahwa desa dengan garam beryodium sebanyak 62 desa/kelurahan (76,6%) dari 81
desa/kelurahan. Cakupan ini masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan target SPM (90 %.). Hal ini
disebabkan karena masih ada puskesmas yang desanya tidak beryodium dan ada 6 puskesmas yang tidak
melaporkan kegiatan. Selain itu kurangnya sosialisasi manfaat garam beryodium terhadap kesehatan serta
minimnya informasi atau penyuluhan tentang pentingnya garam yodium bagi kesehatan.
| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 88
Grafik 4.83

Target
90%

Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu


3.4 Penyuluhan Napza
Dari grafik 4.84 diketahui Jumlah desa yang mendapatkan Grafik 4.84
informasi tentang Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif
Tahun 2014 ada 40 desa (49,4 % ) dari 81 desa /
kelurahan. Cakupan penyuluhan NAPZA, telah melebihi
target Program 15 %. Namun perlu ditingkatkan kegiatan
pada kelompok resiko, yang belum mendapatkan
informasi tentang Napza terutama pada daerah yang
topografinya sulit terjangkau dengan sarana transportasi.

3.5 Program Peran Serta Masyarakat (PSM) Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu

Keberhasilan program peran serta masyarakat dapat diukur dengan 2 (tiga) indikator SPM (Stándar
Pelayanan Minimal) dan 2 (dua) indikator Renstra yaitu : 1)Posyandu Purnama dan mandiri, 2) Desa Siaga,
3)Desa Siaga Aktif, 4)Pembinaan UKBM
Pencapaian program Peran Serta Masyarakat dapat dilihat pada grafik berikut ini :
1. Posyandu Purnama dan Mandiri
Data grafik 4.85 terlihat bahwa jumlah posyandu di Grafik 4.85
Kabupaten Belu sebanyak 415 posyandu, yang tersebar
di 12 Kecamatan. Dari posyandu yang ada di bagi
menjadi empat strata yakni strata pratama 6 posyandu
(1,45%), Madya 166 posyandu (40%), Purnama 228
posyandu (54,94%) dan Mandiri 15 posyandu (3,61%)
dari target (Renstra 80%). Sedangkan masih ada 172
Posyandu yang belum mencapai strata purnama hal ini
disebabkan karena belum ada program tambahan dan
cakupan dana sehat yang rendah. Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu

Grafik 4.86 Bila dilihat dari hasil capaian strata posyandu per
puskesmas pada grafik 4.86, ternyata capaian
posyandu Purnama dan Mandiri masih rendah,
hal ini terlihat dari perbandingan jumlah
posyandu purnama dan mandiri dengan jumlah
seluruh posyandu di wilayah puskesmas. Dari
17 puskesmas, ada 3 Puskesmas yang
cakupannya telah mencapai target dan lainnya
berada di bawah target. Sedangkan cakupan
posyandu purnama dan mandiri terendah di
Puskesmas Atapupu, Silawan, Rafae, Aululik dan
Webora hal ini disebabkan karena beberapa
faktor antara lain kurangnya kelengkapan
administrasi, program tambahan dan pasifnya
pengembangan program dana sehat di
Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu posyandu.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 89


2. Desa Siaga
Grafik 4.87

Target 100%

Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu


Dari Grafik 4.87 di atas dapat diketahui bahwa jumlah Desa / Kelurahan diKabupaten Belu Tahun 2014
sebanyak 81 Desa/Kelurahan. Dari jumlah tersebut yang sudah menjadi Desa/Kelurahan Siaga berjumlah 60
(74,1%) dari target 100% (SPM). Hal ini disebabkan karena keterbatasan biaya dari pemerintah dan kurangnya
dukungan masyarakat dalam pembentukan serta pengembangan desa/Kelurahan siaga secara partisipatif.
Selama ini pengembangan desa /Kelurahan siaga masih bertumpu pada bantuan LSM seperti dukungan
AIPMNH dan BOK sedangkan dari Pemerintah sangat kurang.

3. Desa/Kelurahan Siaga Aktif


Grafik 4.88

Target 80%

Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu


Dari grafik 4.88 di atas, terdapat 60 desa/kelurahan siaga yang tersebar di 17 puskesmas, nanum sudah ada 5
puskesmas yang telah mencapai target desa/kelurahan siaga aktif (SPM 100%). Selain itu masih ada puskesmas
yang desa/kelurahannya belum aktif ( Puskesmas Kota, Umanen dan Haekesak ). Hal ini disebabkan karena
rendahnya peran lintas sektor, minimnya regulasi tentang KIBBLA yang mengatur desa/kelurahan serta
kurangnya dukungan dana untuk kegiatan penguatan kapasitas di desa siaga.

4. Pembinaan UKBM
Grafik 4.89
100,0
100,0
100,0

100,0

100,0

92,4
95,7

92,0
94,1

95,0

90,9

90,9
91,9

90,7

90,0

89,3

87,9
86,0

Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu

Dari grafik 4.89 di atas, dapat dilihat bahwa cakupan UKBM yang dibina untuk kabupaten belu sebanyak 92.4%
dari target Renstra (75%). Hal ini menggambarkan bahwa hampir semua UKBM yang berada di setiap wilayah
puskesmas sudah mendapat pembinaan dari puskesmas, bahkan ada beberapa puskesmas yang sudah membina
seluruh UKBM yang ada di wilayahnya yaitu Puskesmas Silawan, Ainiba, Laktutus, Rafae dan Dilumil.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 90


3.6 Program Penyehatan Lingkungan (PL)
Dalam program Penyehatan Lingkungan ada 12 indikator kegiatan untuk mengukur keberhasilan
program berdasarkan indikator Rencana Stratetgi Dinas Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2014 yaitu : 1)
Prosentase Pengawasan Perumahan, 2) Prosentase Tempat-Tempat Umum (TTU), 3) Institusi yang dibina, 4)
Prosentase Tempat Pengolahan Makanan (TPM), 5) Prosentase Sarana Air Bersih yang memenuhi syarat, 6)
Prosentase Kualitas Bakteriologis Air Minum, 7) Prosentase Kualitas Bakteriologis Air Bersih, 8) Prosentase
Pengawasan dan Pemeriksaan Sarana Air Bersih Perkotaan, 9) Prosentase Pengawasan dan Pemeriksaan Sarana
Air Bersih Pedesaan, 10) Prosentase Kelompok Pemakai Air (POKMAIR), 11) Prosentase Penggunaan Jamban
Keluarga, 12) Prosentase Tempat Sampah Keluarga.
Tingkat Pencapaian Program Penyehatan Lingkungan untuk masing masing indikator sebagai berikut :
1. Pengawasan Perumahan.
Cakupan Pengawasan Perumahan
Grafik 4.90 Data grafk 4.90 terlihat bahwa jumlah rumah sebanyak
42.169 rumah dan diperiksa sebanyak 34.8671 (82,7
50000 42169 %), dengan hasil yang memenuhi syarat sebanyak 25.985
34867
40000
25985 (74,5 %) dan tidak memenuhi syarat 8.882 (25,4 %),
30000
sedangkan target Renstra tahun 2014 adalah 80%. Sesuai
20000 8882 grafik di atas terlhat bahwa capaian rumah tangga yang
10000

0
diperiksa sudah diatas target, namun masih banyak
Jumlah Rumah Diperiksa Memenuhi Syarat Tidak memenuhi rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan, hal ini
Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu Syarat
disebabkan karena banyak hal seperti rendahnya tingkat
pendapatan masyarakat, kurang memahami konsep rumah sehat, penempatan tenaga sanitarian di puskesmas
yang tidak merata dan kurangnya sosialisasi tentang rumah sehat serta kurangnya koordinasi multi sektor.
2. Tempat-Tempat Umum (TTU).
Hasil Rekapitulasi pemeriksaan tempat-tempat umum (TTU) per Puskesmas tahun 2014 terbagi atas
hotel dan pasar.
a) Hotel.
Grafik 4.91 Dari grafik 4.91, dapat dilihat bahwa jumlah hotel
yang ada di Kabupaten Belu tahun 2014 berjumlah
9 hotel yang terdiri 4 hotel berbintang dan 5 hotel
Melati. Cakupan pemeriksaan hotel telah mencapai
100% bila dibanding target Renstra (80%.)

Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu


b) Pasar.
Dari Grafik 4.92, dapat dilihat bahwa jumlah pasar di Grafik 4.92
Cakupan Pemeriksaan Pasar
Kabupaten Belu tahun 2014 berjumlah 13 pasar dan
semuanya telah dilakukan pemeriksaan sehingga cakupan 13 13
100% dari target Renstra 80%, namun dari hasil 15
10
pemeriksaan, ditemukan bahwa semua pasar yang ada5 0
masih belum memenuhi syarat (0%). Hal ini disebabkan0
karena pembangunan Pasar yang tidak memenuhi syarat, Jumlah Pasar Diperiksa Memenuhi
kurangnya dana untuk pengawasan dan belum menjadi Syarat
prioritas program di Puskesmas. Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu

3. Institusi Yang Dibina


Cakupan Institusi Yang Dibina
Grafik 4.93 Dari grafik 4.93 dapat dilihat
bahwa jumlah institusi di
600 532
487 Kabupaten Belu tahun 2014
500 berjumlah 532 sarana dengan total
400
sarana yang dibina sebanyak 487
300
184 164 (91,5 %) sarana hal ini berarti
200 99 78 sudah mencapai target Renstra
100 7 70%, dari hasil pemeriksaan
0
Jumlah Sarana Sarana Sarana Sarana Sarana Yang Dibina menunjukkan semua institusi
Institusi Pendidikan Kesehatan Ibadah Perkantoran
Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu
Lainnya sudah memenuhi syarat.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 91


4. Tempat Pengolahan Makanan (TPM)
Grafik 4.94 Data grafik 4.94 diketahui jumlah TPM pada tahun 2014
sebanyak 142 sarana dan sudah dilakukan diperiksa dengan
hasil memenuhi syarat sebanyak 88 sarana (61,9%) dan 54
sarana (38,0%) dan tidak memenuhi syarat. Berdasarkan
capain TPM yang memenuhi syarat dari Target Renstra
80%, artinya masih rendah, hal ini disebabkan karena
kurangnya pemahaman dan kesadaran pemilik/pengelola
TPM menerapkan perilaku higiene dan sanitasi,
Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu
pemilik/pengelola TPM tidak mematuhi petunjuk dari
petugas untuk peningkatan TPM tersebut dan kurangnya anggaran untuk pelatihan/kursus penjamah
makanan bagi pengelola/pemilik TPM.

5. Sarana Air Bersih yang Memenuhi Syarat


Grafik 4.95 diketahui jumlah sarana air bersih yang ada sebanyak 43731 sarana dan diinspeksi sanitasi (IS)
sebanyak 2.154 (5%). Hasil inspeksi Sanitasi digolongkan berdasarkan resiko pencemaran antara lain Rendah
sebanyak 984 (45,6 %) sarana, Sedang 731 (33,9%) sarana, Tinggi 269 (12,4%) sarana, Amat Tinggi 170 (7,8%)
sarana. Sarana air bersih yang memenuhi syarat adalah sarana air bersih yang diisnpeksi sanitasi dengan resiko
pencemaran rendah dan sedang sebanyak 1.715 sarana (79,6%) dari target Renstra 50%., artinya sarana air
bersih yang di Inspeksi Sanitasi telah melebihi target. Bila dilihat dari semua sarana air bersih yang ada di
kabupaten Belu yang IS dengan jumlah sarana yang ada berarti masih ada yang belum memenuhi syarat.
Grafik 4.95 Grafik 4.96

Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu

6. Sarana Air Bersih yang Memenuhi Syarat


Grafik 4.97 Kualitas Bakterilogis Air Minum di Kabupaten
Belu Tahun 2014 dihitung berdasarkan
pemeriksaan bakteriologis terhadap depot air
minum isi ulang (DAMIU), dengan hasil pada
grafik yang menunjukkan jumlah Depot Air
Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten Belu
tahun 2014 terdapat 46 depot. Yang diperiksa
sebanyak 37 depot (80,5%) semuanya
Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu memenuhi syarat yaitu total MPN coliform
(Most Probability Number/perkiraan terdekat jumlah kuman) = 0 (Nol) Per 100 ml sampe air) sesuai Permenkes
No. 492/Menkes/IV/2010 tentang Persyaratn Kualitas Air Minum.
7. Kualitas Bakteriologis Air Bersih
Gafik 4.98 terlihat hasil pemeriksaan kualitas bakteriologi air bersih yang memenuhi syarat, yakni resiko
rendah dan sedang sebanyak 1.673 sarana. Yang di periksa sampelnya sebanyak 510 sarana (30,5%) dari Renstra
50%. Hasil pemeriksaan bakteriologis air bersih memenuhi syarat berdasarkan kategori berikut :
Kelas Kategori Pemeriksaan Kualitas Bakteriologi Jumlah Sampel %
A Baik total MPN coliform 0 – 50 per 100 ml 208 40,8
B Sedang total MPN coliform 51 – 100 per 100 ml 116 22,7
C Jelek total MPN coliform 101 -1000 per 100 ml 89 17,5
D Amat Jelek total MPN coliform 1001- 2400 per 100 ml 47 9,2
E Amat Sangat Jelek total MPN coliform >2400 per 100ml 50 9,8

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 92


Dari grafik 4.99 total yang berisiko jelek, amat jelek dan sangat amat jelek sebanyak 186 sarana (36,5%),
hal ini disebabkan karena kurangnya pengawasan, rendahnya biaya pengambilan dan pemeriksaan sampel serta
kurangnya kesadaran kelompok pemakai air untuk menghindari pencemaran bakteri.
Grafik 4.98 Grafik 4.99

Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu

8. Pengawasan dan Pemeriksaan Sarana Air Bersih Perkotaan


Grafik 4.100 Hasil rekapitulasi jumlah penduduk perkotaan
Atambua tahun 2014 sebanyak 68.993 jiwa
dengan pemilik akses air bersih sebanyak 59.634
jiwa (86,4%) dan tidak memiliki akses air bersih
sebanyak 9.359 jiwa (13,6 %) jiwa, rendahnya
akses air bersih di perkotaan disebabkan karena
letak geografis, kurangnya pemerataan akses air
bersih dan jumlah kebutuhan air bersih di
perkotaan yang tidak diimbangi dengan
persedian air bersih. Lebih jelasnya dapat dilihat
Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu pada grafik 4.100
9. Pengawasan dan Pemeriksaan Sarana Air Bersih Pedesaan
Data dari grafik 4.101, Grafik 4.101
jumlah penduduk desa tahun
2014 sebanyak 113.969 jiwa
dan yang memiliki akses air
bersih sebanyak 84.077 jiwa
(73,8 %) dari atrget renstra
70%, berarti akses air bersih
di pedesaan sudah mencapai
target, namun masih ada
beberapa kendala antara lain: Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu
 Kelompok pemakai air (POKMAIR) belum dibentuk atau yang sudah terbentuk tidak aktif dalam pemeliharaan
sarana air bersih yang ada.
 Luas dan banyaknya sarana air bersih yang perlu dilakukan pengawasan.

10. Keaktifan Kelompok Pemakai Air (POKMAIR)


Grafik 4.102 Jumlah kelompok pemakai air (POKMAIR) di
Kabupaten Belu Tahun 2014 sebanyak 377 kelompok,
yang aktif sebanyak 150 (39,7%), tidak aktif 227
(60,3%) Target Renstra 50%. Data tersebut
menggambarkan bahwa keaktifan POKMAIR belum
mencapai target, disebabkan karena kesadaran
masyarakat untuk memelihara dan mengembangkan
sarana air bersih (SAB) yang ada masih kurang dan
belum optimal pendampingan POKMAIR oleh petugas.
Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 93


11. Prosentase Penggunaan Jamban Keluarga
Grafik 4.103 Berdasarkan grafik 4.103 diketahui
jumlah jamban keluarga (JAGA) yang
ada di Kabupaten Belu sebanyak
126.392 sarana (66,8%) dengan hasil
pemeriksaan yang memenuhi syarat
sebanyak 76.825 sarana (40,6 %) dan
yang tidak memenuhi syarat sebanyak
49.567 sarana (26,2%). Sedangkan
masyarakat yang tidak memiliki
jamban atau yang masih buang air
besar di sembarang tempat (BABS)
sebanyak 62.846 jiwa (33,2%). Hal ini
Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu disebabkan karena :
 Pemberdayaan masyarakat untuk perubahan perilaku tidak buang air besar di sembarang tempat (BABS)
masih kurang.
 Pemicuan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) yang dilakukan oleh puskesmas belum merata ke semua
desa dalam wilayah kerja Puskesmas.
 Pendataan yang tidak akurat oleh puskesmas.
 Laporan progress/kemajuan STBM tidak rutin dilakukan oleh sanitarian.
 Belum optimalnya pemanfaatan anggaran desa untuk kegiatan sanitasi.
 Sulitnya masyarakat untuk mendapatkan akses sumber air bersih di daerah tertentu

12. Tempat Sampah Keluarga (TPK)


Garfik 4.104 terlihat bahwa jumlah KK diperiksa Grafik 4.104
TSK tahun 2014 sebanyak 14.275 KK, yang TSK
sebanyak 4.464 KK (31,3%) dengan kondisi sehat
sebanyak 3.180 kk (71,2%) dan tidak sehat
sebanyak 1.284 kk (28,8%) sedangkan yang tidak
memiliki TSK sebanyak 9.811 kk (68,7%). Hasil
capaian program bila di banding target rentra 30%
telah mencapai target namun masih banyak kk
yang tidak memiliki TSK disebabkan kerena
kesadaran masyarakat untuk memiliki TSK masih
kurang, kurangnya pendampingan petugas dan
terbatasnya anggaran untuk pengawasan TSK di Sumber : Bidang Promkes & PL, Dinkes Belu
puskesmas minim.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 94


V.1 Sarana Kesehatan

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan


kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya
dapat terwujud. Untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang mulia ini diperlukan upaya kesehatan
melalui penyelenggaraan pembangunan di bidang kesehatan secara berkesinambungan dan paripurna
meliputi : upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan hingga pemulihan, serta rujukan yang
membutuhkan sarana/fasilitas kesehatan. Penyediaan sarana/fasilitas pelayanan kesehatan yang
berkeadilan dan merata merupakan kewajiban pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan
masyarakat di bidang kesehatan.
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Salah satu diantaranya adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu lembaga dalam mata rantai
sistem kesehatan nasional yang mengemban tugas pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat.
Kesehatan besar artinya bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan
sebagai modal bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakikatnya adalah pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Kesehatan sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 melalui pembangunan
nasional yang berkesinambungan berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
Sarana pelayanan kesehatan di era globalisasi ini berupaya meningkatkan kualitas jasa yang
ditawarkan kepada masyarakat. Hal ini disebabkan karena kualitas jasa dapat digunakan sebagai alat
untuk mencapai keunggulan kompetitif. Implementasi kualitas jasa yang dilakukan oleh sarana
pelayanan kesehatan dengan cara memberikan pelayanan yang terbaik bagi pasien dengan tujuan
menciptakan kepuasan pasien. Diharapkan sarana pelayanan kesehatan hendaknya berorientasi pada
kepuasan pasien.
Pusat kesehatan masyarakat atau yang biasa disebut puskesmas merupakan salah satu unit
pelaksanaan teknis Dinas Kesehatan Kabupaten. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat
pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib
(basic six) dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan,
tuntutan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas mempunyai
fungsi sebagai : 1). Pusat pembangunan berwawasan kesehatan; 2). Pusat pemberdayaan masyarakat;
3). Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan 4). Pusat pelayanan kesehatan perorangan
primer.
Kabupaten Belu Tahun 2014 setelah terjadi pemekaran dengan Kabupaten Malaka jumlah
rumah sakit 4 dengan 1 rumah sakit Daerah dan 3 rumah sakit swasta. Selain itu juga terdapat 17
puskesmas yang tersebar di 12 kecamatan di daerah Kabupaten Belu. Dari 17 puskesmas tersebut 2
puskesmas rawat inap dan 15 puskesmas non rawat inap.
Wilayah puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan
penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan
pertimbangan dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Dilihat dari letak geografis wilayah
kabupaten Belu yang terdiri dari 12 kecamatan dengan luas wilayah 1.248,94 Km2 dan jumlah
penduduk 197.002 jiwa dengan ketersediaan puskesmas, satu kecamatan berbanding satu sampai dua
puskesmas dalam menyediakan pelayanan kesehatan. Disamping itu agar jangkauan pelayanan
puskesmas lebih merata dan meluas juga perlu didukung dengan adanya puskesmas pembantu,
polindes dan poskesdes yang dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat serta
penempatan bidan-bidan desa yang belum terjangkau, oleh pelayanan yang ada, ketersediaan pusling,
selain itu juga, dengan pengelolaan posyandu dan membina kader oleh masyarakat. Secara konseptual
puskesmas menganut konsep wilayah dan diharapkan dapat melayani sasaran penduduk rata-rata
11.000 jiwa. Dengan jumlah penduduk 197.002 jiwa tersebut artinya satu puskesmas di kabupaten
Belu rata-rata melayani sekitar 11.588 jiwa.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 95


Tabel 5.1
Luas Wilayah dan Jumlah Sarana Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2014

Jumlah
Luas
No Kecamatan Rumah BP
Wilayah
Sakit Puskesmas Pustu Polindes Poskesdes Swasta
1 Raimanuk 179,42 - 2 1 2 6 -
2 Tasifeto Barat 224,19 1 1 2 6 - 1
3 Nanaet Dubesi 187,54 - 1 - 2 3 -
4 Kakuluk Mesak 60,25 - 3 2 7 2 1
5 Kota Atambua 24,9 1 - 1 1 - 2
6 Atambua Selatan 15,55 - 1 1 4 1 2
7 Atambua Barat 15,73 2 2 - 2 - -
8 Tasifeto Timur 211,37 - 2 2 7 3 -
9 Raihat 87,2 - 1 1 2 2 -
10 Lasiolat 64,48 - 1 1 5 2 1
11 Lamaknen 105,9 - 2 3 5 3 1
12 Lamaknen Selatan 108,41 - 1 2 5 4 -
1284,94 4 17 16 48 26 8
Sumber : Bidang Yankes

1. Puskesmas dan Jejaringannya


Peraturan Menteri Kesehatan RINomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
mendefinisikan puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tinggi
diwilayah kerjanya. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat.
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh bangsa Indonesia
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dalam menjalankan fungsinya sebagai pusat
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan
masyarakat primer dan pusat pelayanan kesehatan perorangan primer, puskesmas berkewajiban
memberikan upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib
terdiri dari :
a. Upaya promosi kesehatan
b. Upaya kesehatan lingkungan
c. Upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana
d. Upaya perbaikan gizi
e. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
f. Upaya pengobatan.

Berikut ini adalah gambaran peningkatan jumlah puskesmas di wilayah kabupaten Belu.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 96


Grafik 5.1
Jumlah Puskesmas Kabupaten Belu Dari gambar disamping diketahui bahwa terjadi
Tahun 2010-2014 peningkatan jumlah puskesmas wilayah kabupaten Belu
dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Peningkatan
14
12 jumlah puskesmas tidak mengindikasikan secara langsung
17 17 17 seberapa baik keberadaan puskesmas mampu memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan primer di masyarakat.
Indikator yang mampu menggambarkan secara kasar
tercukupinya kebutuhan pelayanan kesehatan primeroleh
2010 2011 2012 2013 2014
puskesmas adalah rasio puskesmas terhadap 30.000
Sumber : Subag Perencanaan dan Laporan
penduduk. Rasio puskesmas terhadap 30.000 penduduk
pada tahun 2014 kabupaten Belu sebesar 2,59 puskesmas per 30.000 penduduk. Rasio ini
menunjukkan kecenderungan peningkatan setidaknya sejak tahun 2010 sampai dengan 2014, yaitu
1,91 puskesmas per 30.000 penduduk menjadi 2,59 puskesmas per 30.000 penduduk. Kecenderungan
peningkatan dapat dilihat sebagai berikut.

Grafik 5.2
Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Kabupaten Belu
Tahun 2010-2014
2,67 2,64
2,22
2,59
1,91

2010 2011 2012 2013 2014


Sumber : Subag Perencanaan dan Laporan

Rasio puskesmas per 30.000 penduduk pada tahun 2014 sebesar 2,59. Angka ini tidak menunjukkan
peningkatan maupun penurunan dibandingkan tahun 2013. Kecamatan dengan rasio tertinggi adalah
Kecamatan Nanaet Dubesi sebesar 6,99 per 30.000 penduduk, sedangkan kecamatan Kota Atambua
memiliki rasio terendah sebesar 1,04 per 30.000 penduduk. Rasio puskesmas per 30.000 penduduk
belum menggambarkan kondisi real aksessibilitas masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar.
Sebagai contoh 3 Kecamatan (Nanaet Dubesi, Lamaknen dan Lasiolat) dengan rasio tertinggi semuanya
berada di wilayah kecamatan dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit namun mempunyai
wilayah kerja sangat luas.

Grafik 5.3
Rasio Puskesmas Per 30.000 Penduduk Kabupaten Belu Menurut Kecamatan Tahun 2014

Nanaet Dubesi 6,99


Lamaknen 5,17
Lasiolat 4,80
Kakuluk Mesak 4,77
Raimanuk 3,91
Lamaknen Selatan 3,86
Tasifeto Timur 2,73
Raihat 2,37
Atambua Barat 1,31
Atambua Selatan 1,29
Tasifeto Barat 1,29
Kota Atambua 1,04
Kabupaten Belu 2,59
Sumber : Subag Perencanaan dan Laporan

Pada gambar di atas nampak bahwa selain Kota Atmabua, Tasifeto Barat dan Atambua Selatanjuga
memiliki rasio rendah yaitu sebesar 1,04 dan 1,29 per 30.000 penduduk. Selain tiga kecamatan
tersebut seluruh kecamatan dengan jumlah penduduk lebih dari 20.000 penduduk memiliki rasio
puskesmas yang rendah. Hal ini disebabkan karena jumlah dan kepadatan populasi yang tinggi.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 97


Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan dasar, puskesmas
melaksanakan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan
kesehatan perorangan yang diberikan terdiri dari pelayanan rawat jalan dan rawat inap untuk
puskesmas tertentu jika dianggap diperlukan. Meskipun pelayanan kesehatan masyarakat merupakan
inti dari puskesmas, pelayanan kesehatan perorangan juga menjadi perhatian dari pemerintah. Bagi
daerah yang termasuk DTPK, Dana Alokasi Khusus (DAK) digelontorkan kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk, pembangunan pustu dan puskesmas serta peningkatan puskesmas non rawat
inap menjadi puskesmas rawat inap. Bagi daerah di luar kategori DTPK, DAK bisa digunakan untuk
rehabilitasi puskesmas/rumah dinas, dan peningkatan Poned. Salah satu Kabupaten/Kota yaitu
Kabupaten Belu.
Selain enam upaya kesehatan wajib yang harus diberikan, puskesmas juga menyelenggarakan
upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dapat berupa pelayanan
obstetrik dan neonatal emenrgensi dasar (PONED), pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR), upaya
kesehatan kerja, upaya kesehatan olahraga dan tatalaksana kasus kekerasan terhadap anak (KtA).
Upaya kesehatan pengembangan diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan yang ada di wilayah kerja.
Sebagai contoh upaya kesehatan kerja dibutuhkan pada puskesmas dengan wilayah kerja yang
memiliki banyak pusat industri.

2. Rumah Sakit

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga diperlukan upaya kuratif dan
rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif. Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif dapat diperoleh melalui rumah sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan
kesehatan rujukan. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/Per/I/2010 tentang perizinan
Rumah Sakit mengelompokkan Rumah Sakit berdasarkan kepemilikan, yaitu rumah sakit publik dan
rumah sakit privat. Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelolah pemerintah, Pemerintah
daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Sedangkan rumah sakit privat adalah rumah sakit
yang dikelolah oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau
persero.
Jumlah rumah sakit Kabupaten Belu pada tahun 2014 berjumlah 4 unit yang terdiri dari 1
Rumah sakit Pemerintah (RSUD), 1 Rumah sakit TNI/POLRI dan 2 rumah sakit swasta. Terpenuhi atau
Grafik 5.4 tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap
Rasio Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit Per 1.000 pelayanan kesehatan rujukan dan perorangan
Penduduk di Kabupaten Belu di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio
Tahun 2011-2014 tempat tidur terhadap 1.000 penduduk. Rasio
tempat tidur di rumah sakit di Kabupaten Belu
1,83 1,81
pada tahun 2014 adalah 1,54per 1.000
1,76 penduduk. Rasio ini lebih rendah
dibandingkan tahun 2013 sebesar 1,81 per
1,54 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur di rumah
sakit di kabupaten Belu sejak tahun 2011
sampai dengan tahun 2014 ditampilkan pada
gambar berikut ini.
Jika dilihat dari gambar disamping diketahui
2011 2012 2013 2014
Sumber : Subag Perencanaan dan Laporan bahwa kabupaten Belu jumlah tempat tidur
telah mencukupi, dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2014, rata-rata di rumah sakit 1 buah tempat tidur dapat disediakan untuk 1.000
penduduk. Hal ini berarti bahwa jumlah ketersediaan pelayanan kesehatan rujukan di kabupaten Belu
tercukupi.

V.2 Tenaga Kesehatan


Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 21 menyebutkan bahwa
pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan, pembinaan dan pengawasan mutu
tenaga kesehatan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Dalam peraturan Presiden
Nomot 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional dijelaskan bahwa untuk melaksanakan
upaya kesehatan dalam rangka pembangunan kesehatan diperlukan sumber daya manusia kesehatan
yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya serta terdistribusi secara adil dan merata.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 98


1. Jumlah dan Rasio Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan /atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk
jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Pendataan tenaga
kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Belu menggunakan pendekatan pendidikan
terakhir tenaga kesehatan tersebut. Berdasarkan pendekatan tersebut, pada tahun 2014 jumlah SDM
Kesehatan kabupaten Belu berjumlah 716 yang dapat dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 5.2 Berdasarkan data disamping diketahui
Jumlah dan Proporsi Tenaga Kesehatan Berdasarkan bahwa presentasi terbesar proporsi
Kategori Di Kabupaten Belu Tahun 2014 tenaga kesehatan di Kabupaten Belu
pada tahun 2014 adalah perawat.
No Kat eg o ri J um l ah %
1 Perawat 346 48,32
Dengan jumlah presentase 48,32%
2 Bidan 170 23,74 sedangkan yang paling sedikit adalah
3 Medis 55 7,68 proporsi keterapian Fisik 0,7%. Jumlah
4 Teknisi Medis 55 7,68
5 Kefarmasian 39 5,45
perawat ini tersebar baik di unit
6 Kesehatan Lingkungan 22 3,07 puskesmas maupun di sarana Rumah
7 Tenaga Gizi 16 2,23 sakit. Sedangkan keterapian fisik hanya
8 Kesehatan Masyarakat 8 1,12
9 Keterapian Fisik 5 0,70 ditemukan 1 di puskesmas Haliwen dan
T o t al 7 16 100 yang lainnya terdapat di Rumah sakit.
Sumber : Subag Kepegawaian Dinkes Belu

Rincian lengkap Jumlah tenaga kesehatan kabupaten Belu tahun 2014 yang terdiri dari tenaga medis,
bidan, perawat, tenaga kefarmasian, kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, tenaga gizi,
keterapian fisik dan teknisi medis dapat dilihat pada lampiran 72 sampai dengan 80.
Berdasarkan pendidikan terakhir yang dimiliki tenaga kesehatan Jumlah tenaga medis di
kabupaten Belu berjumlah 55 orang. Yang tersebar di seluruh unit pelayanan kesehatan di kabupaten
Belu, baik dokter umum, dokter gigi maupun dokter spesialis. Berdasarkan jumlah dokter tersebut dan
jumlah penduduk disusun rasio dokter per 100.000 penduduk. Jumlah dokter umum di kabupaten
Belu sebesar 40. Rasio dokter umum tahun 2014 sebesar 20,3 terhadap 100.000 penduduk. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 5.5 Berdasarkan grafik disamping
Rasio Dokter Umum terhadap 100.000 Penduduk Kabupaten Belu diketahui bahwa kabupaten Belu
Tahun 2010-2014 rasio dokter umum rata-rata
dalam 100.000 penduduk 1
17,43 19,12 orang dokter umum dapat
melayani 19 sampai dengan 20
20,95 20,30 penduduk. Untuk lebih jelasnya
14,83 jumlah dan proporsi tenaga
medis dapat dilihat pada
2010 2011 2012 2013 2014 lampiran 72.
Sumber : Subag Kepegawaian Dinkes Belu
Jenis kesehatan berikutnya adalah tenaga keperawatan, yang terdiri dari tenaga perawat dan
Bidan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Pratik Perawat, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat
baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Jumlah perawat pada tahun 2014 yang dibiayai dan tercatat (mempunyai SK penugasan)
sebesar 416 yang terdiri dari 403 perawat dan 13 perawat gigi.
Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang
Standar Profesi Bidan, bidan adalah seseorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang
diakui oleh pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia serta memiliki
kompetensi dan kualifikasi untuk register, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk
menjalankan praktik kebidanan. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggungjawab dan
akuntabel, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasihat
selama hamil, masa kehamilan dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggungjawab sendiri dan
memberikan asuhan kepada bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, akses bantuan medis atau bantuan
lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. Jumlah bidan pada tahun 2014 yang
dibiayai dan tercatat (mempunyai SK penugasan) sebesar 186 bidan. Rasio perawat dan bidan terhadap
jumlah penduduk dapat dijabarkan sebagai berikut.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 99


Grafik 5.6 Grafik 5.7
Rasio Perawat terhadap 100.000 Penduduk Rasio Bidan terhadap 100.000 Penduduk
Kabupaten Belu Tahun 2011-2014 Kabupaten Belu Tahun 2011-2014
94,42
201,10 211,17 90,60
243,96
210,20

87,87
85,56

2011 2012 2013 2014 2011 2012 2013 2014


Sumber : Subag Kepegawaian Dinkes Belu

Dari grafik di atas diketahui bahwa Rasio perawat dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014, rata-
rata di atas 200, yang artinya di kabupaten Belu satu perawat diantara 100.000 penduduk mampu
melayani di atas 200 penduduk. Sedangkan untuk tenaga bidan rasio bidan dari tahun 2011 sampai
dengan tahun 2014, rata-rata di atas 80, yang artinya di kabupaten Belu satu bidan diantara 100.000
penduduk mampu melayani di atas 80 penduduk.

V.3 Anggaran Kesehatan


Penyelenggaraan pembangunan kesehatan memerlukan komponen pembiayaan. Undang-
undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan bahwapembiayaan kesehatan
bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang
mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan. Pembiayaan kesehatan terdiri dari pembiayaan
bersumber pemerintah dan pembiayaan bersumber masyarakat.

1. Anggaran Kesehatan
Anggaran kesehatan Tahun 2014 kabupaten Belu sebesar Rp. 109.811.425.549,- yang terdiri
dari APBD kabupaten Belu sebesar Rp. 90.080.946.836,- ; APBN sebesar Rp.18.916.469.000,- ; dan
Pinjaman/hibah luar negeri (PHLN) sebesar Rp. 814.009.713,-untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
lampiran 81. Berikut ini adalah gambaran pembiayaan kesehatan kabupaten Belu.

Grafik 5.8
Alokasi Anggaran Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2011-2014

Rp162.693.373.930 Rp171.562.236.839
Rp167.996.679.253

Rp109.811.425.549

2.011
2.012
2.013
2.014

Sumber : Subag Keuangan Dinkes Belu

Keterangan :
Alokasi anggaran kesehatan Kabupaten Belu tahun 2011 sampai dengan tahun 2013
masih termasuk wilayah kabupaten Malaka. Sedangkan tahun 2014 alokasi anggaran
kesehatan kabupaten belu telah berdiri sendiri.

Dari grafik diatas diketahui bahwa alokasi anggaran tahun 2014 kabupaten Belu lebih rendah dari
pada alokasi anggaran tahun sebelumnya 2013, karena terjadi pemekaran antara kabupaten Belu dan
kabupaten Malaka. Sehingga untuk tahun 2014 tidak termasuk dengan kabupaten Malaka.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 100


2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bidang Kesehatan

Pembiayaan kesehatan harus mampu menjamin kesinambungan jumlah yang mencukupi,


teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdayaguna sehingga
pembangunan kesehatan demi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya dapat
terlaksana. Sesuai dengan undang-undang kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, anggaran
kesehatan pemerintah daerah propinsi, kabupaten/kota memiliki alokasi minimal sepuluh persen dari
total anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) di luar gaji (belanja pegawai). Berikut ini
adalah gambaran anggaran kesehatan pemerintah daerah Kabupaten Belu terhadap total APBD
Kabupaten Belu.
Grafik 5.9
Anggaran Kesehatan Kabupaten Belu Terhadap APBD Kabupaten Belu Tahun 2011-2014

Anggaran Kesehatan APBD Total Anggaran APBD %


Rp878.372.021.785
Rp786.413.545.447

Rp734.591.621.561 Rp604.389.367.396

9,00 11,06
11,97
14,90

Rp66.077.521.843
Rp87.010.376.307 Rp105.113.267.91
2011
2012 9
2013 Rp90.080.946.836
2014
Sumber : Subag Keuangan Dinkes Belu

Presentase anggaran kesehatan Kabupaten Belu terhadap total APBD di atas termasuk dengan
gaji pegawai. Dari grafik di atas diketahui bahwa Tahun 2014 total anggaran kesehatan kabupaten
Belu dialokasikan 14,9% dari total APBD Kabupaten Belu. Namun masih termasik dengan belanja gaji
pegawai. Dan anggaran kesehatan kabupaten Belu cenderung selalu meningkat dari tahun ke tahun.
Anggaran kesehatan kabupaten Belu lebih lengkapnya dapat dilihat pada lampiran 81.
Berdasarkan presentase alokasi dan realisasi anggaran kesehatan kabupaten Belu tahun 2011
sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat pada grafik dibawah ini.

Grafik 5.10
Alokasi Dan Realisasi Anggaran Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2011-2014

Realisasi Alokasi Rp44.382.518.623

Rp22.483.107.040 Rp24.832.208.679

Rp12.353.732.000

Rp11.679.785.225
2011 Rp12.658.551.666
2012 Rp20.615.834.369
2013 Rp36.650.453.816
2014
Sumber
Sumber: :Subag
SubagKeuangan
KeuanganDinkes
DinkesBelu
Belu

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 101


Grafik 5.11 Berdasarkan gambar di atas dan
Presentase Realisasi Anggaran Kesehatan Kabupaten Belu disamping diketahui bahwa
Tahun 2011-2014 presentase realisasi anggaran
kesehatan kabupaten Belu tahun
56,30 2014 lebih rendah dibandingkan
94,54 dengan realisasi anggaran kesehatan
83,02 82,58
tahun 2013. Tahun 2013 presentase
realisasi anggaran kesehatan
kabupaten Belu mencapai 83,02%
2011 2012 2013 2014
menurun menjadi 82,58%.
Sumber : Subag Keuangan Dinkes Belu

3. Jaminan Kesehatan Nasional


Mulai 1 Januari 2014 sistem Jaminan Sosial terbaru atau JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)
resmi diberlakukan. JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan
kepanjangan dari Jaminan Kesehatan Nasional yang sistemnya menggunakan sistem asuransi. Artinya,
seluruh warga Indonesia nantinya wajib menyisihkan sebagian kecil uangnya untuk jaminan kesehatan
di masa depan. Semua rakyat miskin atau PBI (Penerima Bantuan Iuran) ditanggung kesehatannya oleh
pemerintah. Sehingga tidak ada alasan lagi bagi rakyat miskin untuk memeriksakan penyakitnya ke
fasilitas kesehatan. Sementara BPJS adalah singkatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. BPJS ini
adalah perusahaan asuransi yang kita kenal sebelumnya sebagai PT Askes. Begitupun juga BPJS
Ketenagakerjaan merupakan transformasi dari Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja). Antara JKN
dan BPJS tentu berbeda. JKN merupakan nama programnya, sedangkan BPJS merupakan badan
penyelenggaranya yang kinerjanya nanti diawasi oleh DJSN (Dewan Jaminan Sosial Nasional).
Sesuai Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN),
dengan adanya JKN, maka seluruh masyarakat Indonesia akan dijamin kesehatannya. Dan juga
kepesertaanya bersifat wajib tidak terkecuali juga masyarakat tidak mampu karena metode pembiayaan
kesehatan individu yang ditanggung pemerintah. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013
jenis Iuran dibagi menjadi:
 Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah daerah dibayar oleh
Pemerintah Daerah (orang miskin dan tidak mampu).
 Iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta Pekerja Penerima Upah (PNS, Anggota TNI/POLRI, Pejabat
Negara, Pegawai pemerintah non pegawai negeri dan pegawai swasta) dibayar oleh Pemberi Kerja
yang dipotong langsung dari gaji bulanan yang diterimanya.
 Pekerja Bukan Penerima Upah (pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri) dan Peserta
bukan Pekerja (investor, perusahaan, penerima pensiun, veteran, perintis kemerdekaan, janda,
duda, anak yatim piatu dari veteran atau perintis kemerdekaan) dibayar oleh Peserta yang
bersangkutan.

Untuk jumlah iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang terdiri atas PNS,
Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri akan
dipotong sebesar 5 persen dari gaji atau Upah per bulan, dengan ketentuan 3 persen dibayar oleh
pemberi kerja, dan 2 persen dibayar oleh peserta. Tapi iuran tidak dipotong sebesar demikian secara
sekaligus. Karena secara bertahap akan dilakukan mulai 1 Januari 2014 hingga 30 Juni 2015 adalah
pemotongan 4 persen dari Gaji atau Upah per bulan, dengan ketentuan 4 persen dibayar oleh Pemberi
Kerja dan 0,5 persen dibayar oleh Peserta. Namun mulai 1 Juli 2015, pembayaran iuran 5 persen dari
Gaji atau Upah per bulan itu menjadi 4 persen dibayar oleh Pemberi Kerja dan 1 persen oleh Peserta.
Sementara bagi peserta perorangan akan membayar iuran sebesar kemampuan dan kebutuhannya.
Untuk saat ini sudah ditetapkan bahwa:
 Untuk mendapat fasilitas kelas I dikenai iuran Rp 59.500 per orang per bulan
 Untuk mendapat fasilitas kelas II dikenai iuran Rp 42.500 per orang per bulan
 Untuk mendapat fasilitas kelas III dikenai iuran Rp 25.500 per orang per bulan

Pembayaran iuran ini dilakukan paling lambat tanggal 10 setiap bulan dan apabila ada
keterlambatan dikenakan denda administratif sebesar 2 persen dari total iuran yang tertunggak paling
banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan. Dan besaran iuran Jaminan Kesehatan ditinjau paling lama dua
tahun sekali yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden. Di Kabupaten Belu tahun 2014 jumlah
peserta Jaminan Kesehatan Nasional sebesar 122.970 peserta. Secara lebih terperinci dapat dilihat pada
lampiran 53.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 102


4. Bantuan Operasional Kesehatan
Bantuan operasional kesehatan (BOK) merupakan bantuan dana dari pemerintah melalui
Kemeterian Kesehatan RI dalam membantu pemerintahan kabupaten / kota untuk meningkatkan akses
dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat melalui kegiatan puskesmas untuk mendukung
tercapainya target Millennium Development Goals (MDGs)bidang kesehatan tahun 2015. Selain itu
diharapkan dengan bantuan ini dapat meningkatkan kualitas manajemen puskesmas, terutama dalam
perencanaan tingkat puskesmas dan lokakarya mini puskesmas, meningkatkan upaya untuk
menggerakkan potensi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya, dan meningkatkan
cakupan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang dilakukan oleh puskesmas dan
jaringannya serta poskesdes dan posyandu. Pemanfaatan dana BOK difokuskan pada beberapa upaya
kesehatan promotif dan preventif meliputi KIA, KB, Imunisasi, perbaikan gizi masyarakat, promosi
kesehatan, kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit dan upaya kesehatan lain sesuai resiko
dan masalah utama kesehatan di wilayah setempat. Berikut ini adalah gambaran alokasi dan realisasi
dana BOK Kabupaten Belu.
Grafik 5.12.
Alokasi Dan Realisasi Anggaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Kabupaten Belu
Tahun 2011-2014

Alokasi Realisasi

Rp7.429.243.850 Rp8.028.734.300
Rp5.390.477.200
Rp3.993.888.650

Rp5.750.000.000
Rp7.690.400.000
Rp8.558.600.000
2011 Rp8.558.600.000
2012
2013
2014
Sumber : Satker BOK Dinkes Belu

Grafik 5.13
Presentase Realisasi Anggaran BOK Kabupaten Belu Tahun
2011-2014
Berdasarkan grafik disamping diketahui
96,60 93,81 bahwa realisasi dana BOK tahun 2014
93,75 menurun tajam. Hal ini dilihat dari
presentase realisasi anggaran dana BOK
46,67 tahun 2011 sampai dengan tahun 2013
2011
rata-rata di atas 90%, namun pada tahun
2012 2014 menurun hingga 46,67%. Hal ini
2013
2014 disebabkan karena terjadi pemekaran
Sumber : Satker BOK Dinkes Belu kabupaten di kabupaten Belu. Dimana
dana BOK yang dialokasikan ke
Kabupaten Malaka tidak dicairkan. Sehingga yang direalisasikan hanya merupakan dana BOK
Kabupaten Belu.
BOK merupakan salah satu program strategis Kementerian Kesehatan RI, sehingga terus
diupayakan perbaikan agar BOK dimanfaatkan dengan optimal oleh puskesmas. Dengan kehadiran
BOK diharapkan petugas kesehatan / kader kesehatan tidak lagi mengalami kendala dalam melakukan
kegiatan untuk mendekatkan akses pada masyarakat. Hal penting yang perlu dipahami, BOK bukan
merupakan dana utama penyelenggaraan upaya kesehatan di kabupaten/Kota, namun hanya dana
tambahan yang bersifat bantuan sehingga tidak dapat menjawab semua permasalahan kesehatan.
Sumber pembiayaan kesehatan yang utama tetap harus disediakan oleh pemerintah daerah
kabupaten/kota.

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 103


VI.1 KESIMPULAN
Data dan informasi merupakan sumber daya yang strategis bagi pimpinan dan organisasi
dalam pelaksanaan manajemen. Oleh karena itu penyediaan data dan informasi yang berkualitas
sangat dibutuhkan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Di bidang kesehatan, data
dan informasi ini diperoleh melalui penyelenggaraan sistem informasi kesehatan. Diharapkan Profil
Kesehatan Kabupaten Belu dapat memberikan gambaran secara garis besar dan menyeluruh tentang
seberapa jauh keadaan kesehatan masyarakat yang telah dicapai. Dan Profil Kesehatan Kabupaten Belu
ini juga merupakan salah satu publikasi data dan informasi yang meliputi data capaian Standar
Pelayanan Minimal (SPM).

1. Kabupaten Belu mempunyai jumlah penduduk pada tahun 2014 (setelah pemekaran) yaitu
berjumlah 197.002 jiwa dengan luas wilayah 1.284,9 Km 2 yang terdiri dari jumlah penduduk
laki-laki 97.221 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 99.781 jiwa yang tersebar di 69 desa dan
12 kelurahan di kabupaten Belu.
2. Sarana dan Prasarana puskesmas dan jejaringannya.
Ketersediaan sarana dan prasarana dan dukungan logistic pada sarana pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan telah merata dan dimanfaatkan oleh masyarakat dengan jumlah puskesmas 17
puskesmas yang tersebar di 12 kecamatan di kabupaten Belu, dengan didukung oleh 16 pustu, 50
polindes dan 24 poskesdes.
3. Pegembangan SDM kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan kabupaten Belu tahun 2014 dapat dilihat sebagai berikut : Perawat
48,32%, bidan 23,74%, Tenaga Medis 7,68%, Teknisi medis 7,68%, kefarmasian 5,45%, Kesehatan
lingkungan 3,07%, tenaga gizi 2,23%, Kesehatan masyarakat 1,12% dan keterapian fisik 0,70%.
4. Pengembangan pembiayaan kesehatan
Berdasarkan anggaran kesehatan dalam APBD pada tahun 2014 untuk kabupaten Belu telah
mencapai 14,9%, dengan anggaran kesehatan perkapita berjumlah Rp.567.565,44. Hal ini
menggambarkan kabupaten Belu telah memberikan perhatian khusus dalam bidang pembangunan
kesehatan dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan di wilayah kabupaten Belu khususnya bagi
penduduk miskin.
5. Upaya kesehatan masyarakat
Program upaya kesehatan masyarakat di kabupaten Belu tahun 2014 dapat digambarkan sebagai
berikut : jenis kepesertaan jaminan kesehatan masyarakat kabupaten Belu terdiri dari JKN (Jaminan
Kesehatan Nasional) (62,42%), Jamkesda (Jaminan Kesehatan Daerah) (3,30%), Asuransi swasta
(0,00%) dan asuransi perusahaan (0,02%). Dari jenis kepersertaan tersebut jumlah kunjungan
rawat jalan 192.758 jiwa (99,6%) dan rawat inap 13.262 jiwa (6,9%).
6. Perbaikan gizi masyarakat
Program perbaikan gizi masyarakat di kabupaten Belu dapat dilihat melalui :
a. Jumlah ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe untuk kabupaten Belu tahun 2014 mencapai
3.858 ibu hamil (78,82%).
b. Jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di kabupaten Belu tahun 2014 mencapai 1.111 bayi
usia 0-6 bulan (72,5%).

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 104


c. Jumlah balita gizi buruk yang mendapat perawatan di kabupaten Belu tahun 2014 mencapai
56 kasus dan semuanya mendapatkan perawatan (100%).
7. Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular di kabupaten Belu tahun 2014 dapat dilihat
melalui pencapaian program berikut ini :
a. Jumlah kasus Diare yang ditangani mencapai 2.156 kasus.
b. Jumlah kasus Demam Berdarah mencapai 2 kasus. Dengan IR mencapai 1,0/100.000
penduduk.
c. Tidak ditemukan kasus filariasis di kabupaten Belu tahun 2014.
d. Presentase desa yang mencapai Universal Child Imumnization (UCI) mencapai 76,5%.
e. Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) tahun 2013 mencapai 88,66%.
f. Prevalensi rate kusta kabupaten Belu tahun 2014 mencapai 0,86/10.000 penduduk.
g. Angka kesakitan malaria per 1.000 penduduk kabupaten Belu tahun 2014 mencapai
9,93/1.000 penduduk.
Tujuan program ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena penyakit
menular dan mengembangkan sistem kewaspadaan dini (SKD), kejadian luar biasa (KLB), adanya
sistem laporan mingguan dan laporan harian KLB.
8. Obat dan perbekalan
Program obat dan perbekalan di kabupaten Belu tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut :
a. Stok obat generik berlogo mencapai 84,97%
b. Ketersediaan obat sesuai kebutuhan mencapai 69,00%
c. Pengadaan obat esensial mencapai 100%
d. Pengadaan obat generik mencapai 96,70%
e. Penulisan resep obat generik mencapai 97,17%
Tujuan program ini adalah menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan pemerataan obat yang
bermutu serta melindungi masyarakat dari penyalahgunaan dan penggunaan salah narkoba,
makan minum dan kosmetik alat kesehatan.
9. Kesehatan ibu, anak dan lanjut usia
Program kesehatan ibu, anak dan lanjut usia di kabupaten Belu tahun 2014 dapat digambarkan
sebagai berikut ini.
a. Jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
mencapai 90,0%
b. Jumlah kunjungan ibu hamil K4 mencapai 62,0%
c. Jumlah kunjungan Neonatus mencapai 90,3%
d. Jumlah kunjungan ibu hamil resiko tinggi / komplikasi yang ditangani mencapai 50,36%
e. Jumlah peserta KB aktif mencapai 74,1%
f. Penjaringan kesehatan SD dan setingkat mencapai 100%
g. Jumlah pelayanan kesehatan usia lanjut (60 tahun +) mencapai 94,04%
h. Jumlah murid sekolah dasar (SD) mendapat pelayanan upaya kesehatan gigi sekolah (UKGS)
mencapai 42,9%
Tujuan program ini adalah meningkatkan pelayanan persalinan, meningkatkan cakupan pelayanan
kehamilan, deteksi resti penanganan gawat darurat ibu dan neonatal dan pelayanan kesehatan ibu
nifas, serta meningkatkan kunjungan bayi dan penanganan BBLR serta deteksi Tumbuh kembang
anak.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 105


10. Penyehatan lingkungan
Program penyehatan lingkungan di kabupaten Belu tahun 2014 dapat diketahui sebagai berikut.
a. Presentase rumah sehat mencapai 53,98%
b. Presentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan di kabupaten Belu
mencapai 92,63%
Tujuan program penyehatan lingkungan adalah mewujudkan lingkungan hidup yang sehat untuk
mendukung tumbuh kembang anak dan remaja, memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat
dan memungkinkan interaksi sosial serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang
berasal dari lingkungan sehingga tercapai derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
yang optimal.
11. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat kabupaten Belu tahun 2014 dapat
digambarkan sebagai berikut :
a. Presentasi rumah tangga ber-perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) mencapai 71,8%
b. Presentasi Posyandu purnama mencapai 54,94%
c. Presentasi desa siaga mencapai 74,07%
Tujuan program ini adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
memperbaiki keadaan kesehatan dan akses pelayanan kesehatan di Kabupaten Belu.
12. Program upaya kesehatan perorangan
Program upaya kesehatan perorangan di kabupaten Belu tahun 2014 dapat digambarkan sebagai
berikut :
a. Presentasi rawat jalan mencapai 99,6%
b. Presentasi rawat nginap mencapai 6,9%

VI.2 HAL-HAL YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN


Disamping hasil capaian di atas, beberapa aspek yang masih perlu mendapat perhatian ke
depan antara lain :
1. Pelaksanaan P4K secara adekuat dan Revolusi KIA di semua puskesmas dengan meningkatkan
kemitraan antara bidan, kader dan dukun dalam rangka mendukung persalinan di fasilitas
kesehatan yang memadai.
2. Manajemen kesehatan perlu mendapat prioritas, seperti aspek perencanaan dan penganggaran
yang harus dibangun mulai dari puskesmas, didukung kemampuan analisis petugas sehingga
dokumen perencanaan yang dihasilkan benar-benar berbasis data dan dapat mengurangi
kesenjangan masalah yang ada.
3. Dalam pengembangan sistem informasi, sangat dibutuhkan catatan sebagai data yang akan
dianalisis dan menjadi bahan informasi yang akan disajikan, untuk itu pencatatan sangat berperan
dalam menciptakan data dan informasi, terkait dengan pembuatan perencanaan yang terpadu,
efektif dan efisien dan untuk terus membangun sistem informasi kesehatan yang akurat dan
terpercaya mulai dari unit terkecil perlu didukung dengan SDM (petugas pengolah data) yang
berkualitas.
4. Perlunya upaya-upaya inovasi guna peningkatan cakupan dan jangkauan pelayanan terutama bagi
masyarakat miskin yang ada saat ini dari total keluarga di kabupaten Belu.

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 106


5. Peningkatan akses pelayanan juga merupakan bagian yang perlu mendapat perhatian dalam
bentuk pengadaan sarana, prasarana maupun rehabilitasi sarana mengingat masih ada sarana
pelayanan dengan kondisi yang rusak.
6. Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak hanya menjadi tanggungjawab sektor kesehatan, maka
kontribusi sektor lain termasuk swasta dan pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang perlu
ditingkatkan untuk masa mendatang.

VI.3 PENUTUP
Penyediaan data dan informasi di bidang kesehatan yang berkualitas sangat diperlukan sebagai
masukan dalam proses pengambilan keputusan di lingkungan pemerintahan, organisasi profesi,
akademisi, swasta dan pihak terkait lainnya. Di bidang kesehatan, data dan informasi juga merupakan
sumber daya strategis bagi pimpinan dan organisasi dalam penyelengaraan Sistem Informasi Kesehatan
(SIK). Namun, sangat disadari bahwa saat ini Sistem Informasi Kesehatan masih belum optimal dalam
pemenuhan kebutuhan data dan informasi. Terlebih dalam masa desentralisasi (atau otonomi daerah)
ini dimana proses pengumpulan data dan informasi dari kabupaten/kota atau lintas sektor relatif lebih
sulit. Hal ini berimplikasi pada kualitas data dan informasi yang disajikan dalam Buku Profil Kesehatan
ini masih belum sesuai dengan harapan.
Profil kesehatan Kabupaten Belu disusun berdasarkan hasil kegiatan sepanjang tahun 2014
oleh unit-unit kesehatan serta instansi terkait yang berada dalam wilayah Kabupaten Belu. Berbagai
peningkatan telah dicapai sebagai hasil dari pembangunan kesehatan, sejalan dengan perbaikan
kondisi umum serta keadaan sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Belu. Gambaran tersebut
merupakan fakta yang layak dikomunikasikan baik kepada para penentu kebijakan, kepada pengelolah
program kesehatan maupun kepada instansi Lintas sektor, serta kepada masyarakat umum yang
disajikan dalam format buku profil.
Buku Profil Kesehatan sering kali belum mendapatkan apresiasi yang layak, karena belum
dapat menyajikan data dan informasi kesehatan sesuai yang diharapkan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan dan yang membutuhkan. Oleh karena itu, perlu adanya terobosan dan ide-ide baru
dalam mekanisme penyusunan, baik dimulai dari masa pengumpulan data, proses validasi data serta
dalam tahap analisa data, yang nantinya akan menghasilkan suatu publikasi data dan informasi
pembangunan kesehatan, serta dapat membawa manfaat bagi dunia kesehatan di Kabupaten Belu dan
Indonesia pada umumnya. Harapan kami, saran dan masukan yang membangun dari berbagai pihak
guna penyempurnaan buku ini, sangat kami harapkan.
Terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan
buku Profil Kesehatan Kabupaten Belu ini, kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
menganugerahkan hikmat dan kebijaksanaan bagi kita semua.

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN BELU

Theresia M.B. Saik, SKM.,M.Kes


Pembina TK.I
NIP. 19610809 198603 2 007

| | PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 107


Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten Belu Dalam Angka 2014. BPS Kabupaten Belu. Atambua

Bidang Bina Kesehatan Keluarga. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2014. Dinas Kesehatan Kabupaten

Belu. Atambua

Bidang Bina Pelayanan Kesehatan. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2014. Dinas Kesehatan Kabupaten

Belu. Atambua

Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2014. Dinas

Kesehatan Kabupaten Belu. Atambua

Bidang Promosi Kesehatan dan Penyehatan Lingkungan. 2015. Laporan Tahunan Tahun 2014. Dinas

Kesehatan Kabupaten Belu. Atambua

Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2011. Dinas

Kesehatan Kabupaten Belu. Atambua

Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2012. Dinas

Kesehatan Kabupaten Belu. Atambua

Dinas Kesehatan Kabupaten Belu. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Belu Tahun 2013. Dinas

Kesehatan Kabupaten Belu. Atambua

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten / Kota 2013

(edisi revisi 2014). Kementerian Kesehatan RI. Jakarta

| PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BELU TAHUN 2014 108


RESUME PROFIL KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
A. GAMBARAN UMUM
1 Luas Wilayah 1,285 Km2 Tabel 1
2 Jumlah Desa/Kelurahan 81Desa/Kel Tabel 1
3 Jumlah Penduduk 97,221 99,781 197,002 Jiwa Tabel 2
4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 4.5 Jiwa Tabel 1
5 Kepadatan Penduduk /Km2 153.3 Jiwa/Km
2
Tabel 1
6 Rasio Beban Tanggungan 72.0 per 100 penduduk produktif Tabel 2
7 Rasio Jenis Kelamin 97.4 Tabel 2
8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 3
9 Penduduk 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi
a. SMP/ MTs 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
b. SMA/ SMK/ MA 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
c. Sekolah menengah kejuruan 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
d. Diploma I/Diploma II 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
e. Akademi/Diploma III 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
f. Universitas/Diploma IV 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
g. S2/S3 (Master/Doktor) 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3

B. DERAJAT KESEHATAN
B.1 Angka Kematian
10 Jumlah Lahir Hidup 2,221 2,028 4,249 Tabel 4
11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) 19 16 18 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 4
12 Jumlah Kematian Neonatal 35 19 54 neonatal Tabel 5
13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) 16 9 13 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
14 Jumlah Bayi Mati 40 20 60 bayi Tabel 5
15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) 18 10 14 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
16 Jumlah Balita Mati 43 22 65 Balita Tabel 5
17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) 19 11 15 per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
18 Kematian Ibu
Jumlah Kematian Ibu 5 Ibu Tabel 6
Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 118 per 100.000 Kelahiran Hidup Tabel 6
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan

B.2 Angka Kesakitan


19 Tuberkulosis
Jumlah kasus baru TB BTA+ 225 155 380 Kasus Tabel 7
Proporsi kasus baru TB BTA+ 59.21 40.79 % Tabel 7
CNR kasus baru BTA+ 231.43 155.34 192.89 per 100.000 penduduk Tabel 7
Jumlah seluruh kasus TB 292 247 539 Kasus Tabel 7
CNR seluruh kasus TB 300.35 247.54 273.60 per 100.000 penduduk Tabel 7
Kasus TB anak 0-14 tahun 0.00 % Tabel 7
Persentase BTA+ terhadap suspek 10.00 10.00 10.00 % Tabel 8
Angka kesembuhan BTA+ 103.59 72.58 88.66 % Tabel 9
Angka pengobatan lengkap BTA+ 5.39 4.84 5.12 % Tabel 9
Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+ 108.98 77.42 93.79 % Tabel 9
Angka kematian selama pengobatan 8.23 3.01 5.58 per 100.000 penduduk Tabel 9
20 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani #DIV/0! #DIV/0! 3.94 % Tabel 10
21 Jumlah Kasus HIV 22 18 40 Kasus Tabel 11
22 Jumlah Kasus AIDS 28 32 60 Kasus Tabel 11
23 Jumlah Kematian karena AIDS 6 5 11 Jiwa Tabel 11
24 Jumlah Kasus Syphilis 0 0 0 Kasus Tabel 11
25 Donor darah diskrining positif HIV 0.38 0.40 0.39 % Tabel 12
26 Persentase Diare ditemukan dan ditangani 0.00 0.00 0.00 % Tabel 13
27 Kusta
Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) 6 4 10 Kasus Tabel 14
Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) 6.17 4.01 5.08 per 100.000 penduduk Tabel 14
Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun 0.00 % Tabel 15
Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 10.00 % Tabel 15
Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta 0.51 per 100.000 penduduk Tabel 15
Angka Prevalensi Kusta 1.23 0.50 0.86 per 10.000 Penduduk Tabel 16
Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! % Tabel 17
Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) 66.67 100.00 71.43 % Tabel 17
28 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
AFP Rate (non polio) < 15 th - per 100.000 penduduk <15 tahun Tabel 18
Jumlah Kasus Difteri 0 0 0 Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Difteri #DIV/0! % Tabel 19
Jumlah Kasus Pertusis 0 0 0 Kasus Tabel 19
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) 0 0 0 Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) #DIV/0! % Tabel 19
Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum 0 0 0 Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum #DIV/0! % Tabel 19
Jumlah Kasus Campak 2 2 4 Kasus Tabel 20
Case Fatality Rate Campak 0 % Tabel 20
Jumlah Kasus Polio 0 0 0 Kasus Tabel 20
Jumlah Kasus Hepatitis B 0 0 0 Kasus Tabel 20
29 Incidence Rate DBD 0.00 2.00 1.02 per 100.000 penduduk Tabel 21
30 Case Fatality Rate DBD #DIV/0! 0.00 0.00 % Tabel 21
31 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) 9.23 10.61 9.93 per 1.000 penduduk berisiko Tabel 22
32 Case Fatality Rate Malaria 0.00 0.00 0.00 % Tabel 22
33 Angka Kesakitan Filariasis 0 0 0 per 100.000 penduduk Tabel 23
34 Persentase Hipertensi/tekanan darah tinggi 23.73 14.32 17.98 % Tabel 24
35 Persentase obesitas 24.23 20.96 21.80 % Tabel 25
36 Persentase IVA positif pada perempuan usia 30-50 tahun 2.90 % Tabel 26
37 % tumor/benjolan payudara pada perempuan 30-50 tahun 2.90 % Tabel 26
38 Desa/Kelurahan terkena KLB ditangani < 24 jam #DIV/0! % Tabel 28

C. UPAYA KESEHATAN
C.1 Pelayanan Kesehatan
39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) 97 % Tabel 29
40 Kunjungan Ibu Hamil (K4) 61.96 % Tabel 29
41 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan 89.97 % Tabel 29
42 Pelayanan Ibu Nifas 88.30 % Tabel 29
43 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A 86.90 % Tabel 29
44 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ 33.79 % Tabel 30
45 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 78.82 % Tabel 32
46 Penanganan komplikasi kebidanan 50.36 % Tabel 33
47 Penanganan komplikasi Neonatal 60.08 47.66 53.79 % Tabel 33
48 Peserta KB Baru 30.02 % Tabel 36
49 Peserta KB Aktif 74.09 % Tabel 36
50 Bayi baru lahir ditimbang 100 100 100 % Tabel 37
51 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) 8.01 7.30 7.67 % Tabel 37
52 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) 99.86 88.59 94.16 % Tabel 38
53 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) 94.86 85.88 90.31 % Tabel 38
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
54 Bayi yang diberi ASI Eksklusif 68.90 76.69 72.52 % Tabel 39
55 Pelayanan kesehatan bayi 100.00 106.80 103.25 % Tabel 40
56 Desa/Kelurahan UCI 76.54 % Tabel 41
57 Cakupan Imunisasi Campak Bayi 91.28 93.31 92.31 % Tabel 43
58 Imunisasi dasar lengkap pada bayi 90.59 89.56 90.07 % Tabel 43
59 Bayi Mendapat Vitamin A 91.71 93.06 92.36 % Tabel 44
60 Anak Balita Mendapat Vitamin A 94.11 95.36 94.73 % Tabel 44
61 Baduta ditimbang 79.91 100.44 88.54 % Tabel 45
62 Baduta berat badan di bawah garis merah (BGM) 2.13 1.61 1.88 % Tabel 45
63 Pelayanan kesehatan anak balita 139.71 158.28 148.58 % Tabel 46
64 Balita ditimbang (D/S) 82.42 84.22 83.30 % Tabel 47
65 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 2.90 2.71 2.81 % Tabel 47
66 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan 100.00 100.00 100.00 % Tabel 48
67 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat 90.02 88.54 89.30 %
Tabel 49
68 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap 0.26 Tabel 50
69 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal 100.00 sekolah Tabel 51
70 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi 100.00 sekolah Tabel 51
71 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 41.93 43.90 42.89 % Tabel 51
72 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) 31.18 39.12 35.23 % Tabel 51
73 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan
mulut 31.18 39.12 35.23 % Tabel 51
74 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) 79.04 107.48 94.04 % Tabel 52

C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan


Persentase

75 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan - - 65.74 % Tabel 53


76 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan 60.67 111.61 99.63 % Tabel 54
77 Cakupan Kunjungan Rawat Inap 0.23 0.52 6.85 % Tabel 54
78 Angka kematian kasar/Gross Death Rate (GDR) di RS #DIV/0! #DIV/0! 2.79 per 100.000 pasien keluar Tabel 55
79 Angka kematian murni/Nett Death Rate (NDR) di RS #DIV/0! #DIV/0! 1.70 per 100.000 pasien keluar Tabel 55
80 Bed Occupation Rate (BOR) di RS 45.01 % Tabel 56
81 Bed Turn Over (BTO) di RS 41.35 Kali Tabel 56
82 Turn of Interval (TOI) di RS 4.85 Hari Tabel 56
83 Average Length of Stay (ALOS) di RS - Hari Tabel 56
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan

C.3 Perilaku Hidup Masyarakat


87 Rumah Tangga ber-PHBS 71.83 % Tabel 57

C.4 Keadaan Lingkungan


88 Persentase rumah sehat 69.63 % Tabel 58
89 Penduduk yang memiliki akses air minum yang layak 43.72 % Tabel 59
90 Penyelenggara air minum memenuhi syarat kesehatan 100.00 % Tabel 60
91 Penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) 38.22 % Tabel 61
92 Desa STBM 25.93 % Tabel 62
93 Tempat-tempat umum memenuhi syarat 92.64 % Tabel 63
TPM memenuhi syarat higiene sanitasi 61.97 % Tabel 64
TPM tidak memenuhi syarat dibina 83.78 % Tabel 65
TPM memenuhi syarat diuji petik 21.59 % Tabel 65

D. SUMBERDAYA KESEHATAN
D.1 Sarana Kesehatan
94 Jumlah Rumah Sakit Umum 4.00 RS Tabel 67
95 Jumlah Rumah Sakit Khusus - RS Tabel 67
96 Jumlah Puskesmas Rawat Inap 2.00 Tabel 67
97 Jumlah Puskesmas non-Rawat Inap 15.00 Tabel 67
Jumlah Puskesmas Keliling 17.00 Tabel 67
Jumlah Puskesmas pembantu 16.00 Tabel 67
98 Jumlah Apotek 14.00 Tabel 67
99 RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 25.00 % Tabel 68
100 Jumlah Posyandu 415.00 Posyandu Tabel 69
101 Posyandu Aktif 58.55 % Tabel 69
102 Rasio posyandu per 100 balita 1.74 per 100 balita Tabel 69
103 UKBM
Poskesdes 26.00 Poskesdes Tabel 70
Polindes 48.00 Polindes Tabel 70
Posbindu 4.00 Posbindu Tabel 70
ANGKA/NILAI
NO INDIKATOR No. Lampiran
L P L+P Satuan
104 Jumlah Desa Siaga 60.00 Desa Tabel 71
105 Persentase Desa Siaga 74.07 % Tabel 71

D.2 Tenaga Kesehatan


106 Jumlah Dokter Spesialis 6.00 4.00 10.00 Orang Tabel 72
107 Jumlah Dokter Umum 22.00 18.00 40.00 Orang Tabel 72
108 Rasio Dokter (spesialis+umum) 25.38 per 100.000 penduduk Tabel 72
109 Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Spesialis 1.00 4.00 5.00 Orang Tabel 72
110 Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter Gigi Spesialis) 2.54 per 100.000 penduduk
111 Jumlah Bidan 170.00 Orang Tabel 73
112 Rasio Bidan per 100.000 penduduk 170.37 per 100.000 penduduk Tabel 73
113 Jumlah Perawat 96.00 240.00 336.00 Orang Tabel 73
114 Rasio Perawat per 100.000 penduduk 170.56 per 100.000 penduduk Tabel 73
115 Jumlah Perawat Gigi 2.00 8.00 10.00 Orang Tabel 73
116 Jumlah Tenaga Kefarmasian 5.00 34.00 39.00 Orang Tabel 74
117 Jumlah Tenaga Kesehatan kesehatan - 8.00 8.00 Orang Tabel 75
118 Jumlah Tenaga Sanitasi 8.00 14.00 22.00 Orang Tabel 76
119 Jumlah Tenaga Gizi 5.00 11.00 16.00 Orang Tabel 77

D.3 Pembiayaan Kesehatan


120 Total Anggaran Kesehatan 109,811,425,549 Rp Tabel 81
121 APBD Kesehatan terhadap APBD Kab/Kota 14.90 % Tabel 81
122 Anggaran Kesehatan Perkapita 557,412.74 Rp Tabel 81
TABEL 1

LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA,


DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN


JUMLAH
NO KECAMATAN WILAYAH DESA + RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
DESA KELURAHAN PENDUDUK
(km 2) KELURAHAN TANGGA TANGGA per km 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Raimanuk 179.4 9 0 9 15,335 3,740 4.02 83.75
2 Tasifeto Barat 224.2 8 0 8 23,329 5,253 4.33 101.55
3 Kakuluk Mesak 187.5 6 0 6 18,887 4,650 99.48
4 Nanaet Dubesi 60.3 4 0 4 4,292 1,027 4.10 69.86
5 Kota Atambua 24.9 0 4 4 28,857 5,779 4.94 1146.22
6 Atambua Barat 15.6 0 4 4 22,845 4,080 5.36 1405.21
7 Atambua Selatan 15.7 0 4 4 23,201 4,412 5.24 1470.38
8 Tasifeto Timur 211.4 12 0 12 21,984 5,315 4.08 102.63
9 Raihat 87.2 6 0 6 12,641 3,409 3.58 139.98
10 Lasiolat 64.5 7 0 7 6,253 1,510 4.17 97.58
11 Lamaknen 105.9 9 0 9 11,601 3,205 3.58 108.22
12 Lamaknen Selatan 108.4 8 0 8 7,777 1,811 4.22 70.53
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,284.9 69 12 81 197,002 44,191 4.46 153

Sumber: - Belu Dalam Angka 2014 (Laporan Registrasi Penduduk 2013)


- sumber lain…... (sebutkan)
TABEL 2

JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

JUMLAH PENDUDUK
NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN
1 2 3 4 5 6

1 0-4 11,990 11,923 23,913 100.56


2 5-9 13,824 13,672 27,496 101.11
3 10 - 14 11,970 11,880 23,850 100.76
4 15 - 19 10,101 10,339 20,440 97.70
5 20 - 24 7,385 8,133 15,518 90.80
6 25 - 29 7,232 8,215 15,447 88.03
7 30 - 34 5,786 6,666 12,452 86.80
8 35 - 39 5,544 6,137 11,681 90.34
9 40 - 44 5,363 5,835 11,198 91.91
10 45 - 49 4,708 5,082 9,790 92.64
11 50 - 54 4,236 3,839 8,075 110.34
12 55 - 59 3,078 2,518 5,596 122.24
13 60 - 64 2,254 2,072 4,326 108.78
14 65 - 69 1,648 1,480 3,128 111.35
15 70 - 74 992 923 1,915 107.48
16 75+ 1,110 1,067 2,177 104.03
JUMLAH 97,221 99,781 197,002 97.43
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 72.02

Sumber: - Belu Dalam Angka 2014 (Laporan Registrasi Penduduk 2013)


- Sumber lain…... (sebutkan) 121,743
TABEL 3

PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF


DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

JUMLAH PERSENTASE
NO VARIABEL LAKI-LAKI+ LAKI-LAKI+
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS 0 0

PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG


2 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
MELEK HURUF
PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG
3 0 0
DITAMATKAN:
a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
b. SD/MI 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
c. SMP/ MTs 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
d. SMA/ MA 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
f. DIPLOMA I/DIPLOMA II 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
g. AKADEMI/DIPLOMA III 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
h. UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
i. S2/S3 (MASTER/DOKTOR) 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Sumber: Belu Dalam Angka 2014 (Laporan Registrasi Penduduk 2013)


TABEL 4

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

JUMLAH KELAHIRAN

NO KECAMATAN NAMA PUSKESMAS LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN

HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 58 1 59 60 2 62 118 3 121
2 Rafae 136 3 139 102 2 104 238 5 243
3 Tasifeto Barat Halilulik 188 1 189 193 2 195 381 3 384
4 Kakuluk Mesak Atapupu 120 1 121 117 5 122 237 6 243
5 Haliwen 230 6 236 196 7 203 426 13 439
6 Ainiba 20 0 20 22 0 22 42 0 42
7 Nanaet Dubesi Laktutus 41 2 43 54 0 54 95 2 97
8 Kota Atambua Kota 196 0 196 165 1 166 361 1 362
9 Atambua Barat Umanen 258 5 263 259 2 261 517 7 524
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 322 5 327 293 4 297 615 9 624
11 Tasifeto Timur Wedomu 175 6 181 147 3 150 322 9 331
12 Silawan 41 1 42 45 0 45 86 1 87
13 Raihat Haekesak 168 4 172 145 2 147 313 6 319
14 Lasiolat Aululik 55 4 59 75 0 75 130 4 134
15 Lamaknen Weluli 79 0 79 73 0 73 152 0 152
16 Dilumil 46 0 46 26 2 28 72 2 74
17 Lamaknen Selatan Nualain 88 5 93 56 0 56 144 5 149
JUMLAH (KAB/KOTA) 2,221 44 2,265 2,028 32 2,060 4,249 76 4,325
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN) 19.43 15.53 17.57

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu

Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi
TABEL 5

JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

JUMLAH KEMATIAN

NO KECAMATAN PUSKESMAS LAKI - LAKI PEREMPUAN LAKI - LAKI + PEREMPUAN


ANAK ANAK ANAK
NEONATAL BAYIa BALITA NEONATAL BAYIa BALITA NEONATAL BAYIa BALITA
BALITA BALITA BALITA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Raimanuk Webora 1 1 1 2 1 1 0 1 2 2 1 3
2 Rafae 0 0 0 0 2 2 0 2 2 2 0 2
3 Tasifeto Barat Halilulik 7 7 0 7 3 3 0 3 10 10 0 10
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1 2 1 3 0 0 0 0 1 2 1 3
5 Haliwen 1 1 0 1 1 1 0 1 2 2 0 2
6 Ainiba 0 1 0 1 1 1 0 1 1 2 0 2
7 Nanaet Dubesi Laktutus 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1
8 Kota Atambua Kota 3 3 0 3 0 0 1 1 3 3 1 4
9 Atambua Barat Umanen 4 4 0 4 1 1 0 1 5 5 0 5
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 1 2 0 2 1 1 0 1 2 3 0 3
11 Tasifeto Timur Wedomu 4 5 0 5 3 3 0 3 7 8 0 8
12 Silawan 4 5 0 5 1 1 0 1 5 6 0 6
13 Raihat Haekesak 2 2 0 2 3 3 0 3 5 5 0 5
14 Lasiolat Aululik 2 2 0 2 0 0 0 0 2 2 0 2
15 Lamaknen Weluli 2 2 1 3 1 1 1 2 3 3 2 5
16 Dilumil 1 1 0 1 1 1 0 1 2 2 0 2
17 Lamaknen Selatan Nualain 1 1 0 1 0 1 0 1 1 2 0 2
JUMLAH (KAB/KOTA) 35 40 3 43 19 20 2 22 54 60 5 65
ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN) 15.76 18.01 1.35 19.36 9.37 9.86 0.99 10.85 12.71 14.12 1.18 15.30

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu

Keterangan : - Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKN/AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi
TABEL 6
JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

KEMATIAN IBU
JUMLAH LAHIR JUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU
NO KECAMATAN PUSKESMAS
HIDUP < 20 20-34 ≥35 < 20 20-34 ≥35 < 20 20-34 ≥35 < 20 20-34 ≥35
JUMLAH JUMLAH JUMLAH JUMLAH
tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Raimanuk Webora 118 - - - 0 - - - 0 - 1 - 1 0 1 0 1
2 Rafae 238 - - 1 1 - - 0 - - - 0 0 0 1 1
3 Tasifeto Barat Halilulik 381 - - - 0 1 - - 1 - - - 0 1 0 0 1
4 Kakuluk Mesak Atapupu 237 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
5 Haliwen 426 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
6 Ainiba 42 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 95 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
8 Kota Atambua Kota 361 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
9 Atambua Barat Umanen 517 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 615 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
11 Tasifeto Timur Wedomu 322 - - - 0 - - - 0 - 1 - 1 0 1 0 1
12 Silawan 86 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
13 Raihat Haekesak 313 - - - 0 - 1 - 1 - - - 0 0 1 0 1
14 Lasiolat Aululik 130 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
15 Lamaknen Weluli 152 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
16 Dilumil 72 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 144 - - - 0 - - - 0 - - - 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 4,249 0 0 1 1 1 1 0 2 0 2 0 2 1 3 1 5
ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN) 117.67

Sumber:Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


Keterangan:
- Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas
- Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi
TABEL 7

KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

JUMLAH SELURUH
JUMLAH KASUS BARU TB BTA+ KASUS TB ANAK 0-
JUMLAH PENDUDUK KASUS TB (Case Notification Rate)
NO KECAMATAN PUSKESMAS 14 TAHUN
L P L P
L+P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 2,870 3,033 5,903 2 40.00 3 60.00 5 2 40.00 3 60.00 5 0 0.00
2 Rafae 4,603 4,829 9,432 8 42 11 57.89 19 8 42 11 57.89 19 0 0.00
3 Tasifeto Barat Halilulik 9,567 10,101 19,668 26 72 10 27.78 36 26 72 10 27.78 36 0 0.00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 5,488 5,284 10,772 15 65 8 34.78 23 17 68 8 32.00 25 0 0.00
5 Haliwen 9,968 11,028 20,996 20 48 22 52.38 42 22 49 23 51.11 45 0 0.00
6 Ainiba 1,055 1,084 2,139 2 67 1 33.33 3 2 67 1 33.33 3 0 0.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 2,060 2,232 4,292 3 38 5 62.50 8 3 38 5 62.50 8 0 0.00
8 Kota Atambua Kota 8,914 9,017 17,931 51 61 32 38.55 83 124 51 120 49.18 244 0 0.00
9 Atambua Barat Umanen 11,577 11,268 22,845 22 63 13 37.14 35 22 63 13 37.14 35 0 0.00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 13,224 13,638 26,862 13 57 10 43.48 23 13 57 10 43.48 23 0 0.00
11 Tasifeto Timur Wedomu 7,357 7,000 14,357 28 70 12 30.00 40 18 60 12 40.00 30 0 0.00
12 Silawan 1,779 1,755 3,534 5 71 2 28.57 7 5 71 2 28.57 7 0 0.00
13 Raihat Haekesak 6,206 6,435 12,641 8 47 9 52.94 17 8 47 9 52.94 17 0 0.00
14 Lasiolat Aululik 3,138 3,116 6,254 8 57 6 42.86 14 8 53 7 46.67 15 0 0.00
15 Lamaknen Weluli 3,972 4,429 8,401 6 50 6 50.00 12 6 46 7 53.85 13 0 0.00
16 Dilumil 1,611 1,587 3,198 4 44 5 55.56 9 4 44 5 55.56 9 0 0.00
17 Lamaknen Selatan Nualain 3,832 3,945 7,777 4 100 0 0.00 4 4 80 1 20.00 5 0 0.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 97,221 99,781 197,002 225 59 155 41 380 292 54 247 46 539 0 0

CNR KASUS BARU TB BTA+ PER 100.000 PENDUDUK 231.43 155.34 192.89

CNR SELURUH KASUS TB PER 100.000 PENDUDUK 300.35 247.54 273.60

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
Catatan : Jumlah kolom 6 = jumlah kolom 7 pada Tabel 1, yaitu sebesar: 197,002
TABEL 8

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

TB PARU
SUSPEK % BTA (+)
NO KECAMATAN PUSKESMAS BTA (+)
TERHADAP SUSPEK
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 20 30 50 2 3 5 10.00 10.00 10.00
2 Rafae 80 110 190 8 11 19 10.00 10.00 10.00
3 Tasifeto Barat Halilulik 260 100 360 26 10 36 10.00 10.00 10.00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 150 80 230 15 8 23 10.00 10.00 10.00
5 Haliwen 200 220 420 20 22 42 10.00 10.00 10.00
6 Ainiba 20 10 30 2 1 3 10.00 10.00 10.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 30 50 80 3 5 8 10.00 10.00 10.00
8 Kota Atambua Kota 510 320 830 51 32 83 10.00 10.00 10.00
9 Atambua Barat Umanen 220 130 350 22 13 35 10.00 10.00 10.00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 130 100 230 13 10 23 10.00 10.00 10.00
11 Tasifeto Timur Wedomu 180 120 300 18 12 30 10.00 10.00 10.00
12 Silawan 50 20 70 5 2 7 10.00 10.00 10.00
13 Raihat Haekesak 80 90 170 8 9 17 10.00 10.00 10.00
14 Lasiolat Aululik 80 60 140 8 6 14 10.00 10.00 10.00
15 Lamaknen Weluli 60 60 120 6 6 12 10.00 10.00 10.00
16 Dilumil 40 50 90 4 5 9 10.00 10.00 10.00
17 Lamaknen Selatan Nualain 40 0 40 4 0 4 10.00 #DIV/0! 10.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 2,150 1,550 3,700 215 155 370 10.00 10.00 10.00

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
TABEL 9

ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

ANGKA PENGOBATAN LENGKAP


ANGKA KESEMBUHAN (CURE RATE) ANGKA KEBERHASILAN
(COMPLETE RATE) JUMLAH KEMATIAN
BTA (+) DIOBATI PENGOBATAN (SUCCESS
NO KECAMATAN PUSKESMAS SELAMA PENGOBATAN
L P L+P L P L+P RATE/SR)
JUMLA JUMLA JUMLA JUMLA JUMLA JUMLA
L P L+P % % % % % % L P L+P L P L+P
H H H H H H
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 Raimanuk Webora 2 3 5 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0 0 0
2 Rafae 8 11 19 5 62.50 4 36.36 9 47.37 0 0.00 0 0.00 0 0.00 62.50 36.36 47.37 0 0 0
3 Tasifeto Barat Halilulik 26 10 36 18 69.23 17 170.00 35 97.22 0 0.00 0 0.00 0 0.00 69.23 170.00 97.22 1 0 1
4 Kakuluk Mesak Atapupu 15 8 23 10 66.67 5 62.50 15 65.22 0 0.00 0 0.00 0 0.00 66.67 62.50 65.22 0 0 0
5 Haliwen 20 22 42 27 135.00 14 63.64 41 97.62 0 0.00 0 0.00 0 0.00 135.00 63.64 97.62 0 0 0
6 Ainiba 2 1 3 2 100.00 0 0.00 2 66.67 0 0.00 0 0.00 0 0.00 100.00 0.00 66.67 0 0 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 3 5 8 2 66.67 7 140.00 9 112.50 0 0.00 0 0.00 0 0.00 66.67 140.00 112.50 0 0 0
8 Kota Atambua Kota 170 187 357 212 124.71 132 70.59 344 96.36 18 10.59 15 8.02 33 9.24 135.29 78.61 105.60 7 3 10
9 Atambua Barat Umanen 22 13 35 19 86.36 13 100.00 32 91.43 0 0.00 0 0.00 0 0.00 86.36 100.00 91.43 0 0 0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 13 10 23 6 46.15 5 50.00 11 47.83 0 0.00 0 0.00 0 0.00 46.15 50.00 47.83 0 0 0
11 Tasifeto Timur Wedomu 18 12 30 20 111.11 11 91.67 31 103.33 0 0.00 0 0.00 0 0.00 111.11 91.67 103.33 0 0 0
12 Silawan 5 2 7 5 100.00 3 150.00 8 114.29 0 0.00 0 0.00 0 0.00 100.00 150.00 114.29 0 0 0
13 Raihat Haekesak 8 9 17 6 75.00 5 55.56 11 64.71 0 0.00 0 0.00 0 0.00 75.00 55.56 64.71 0 0 0
14 Lasiolat Aululik 8 6 14 1 12.50 1 16.67 2 14.29 0 0.00 0 0.00 0 0.00 12.50 16.67 14.29 0 0 0
15 Lamaknen Weluli 6 6 12 12 200.00 6 100.00 18 150.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 200.00 100.00 150.00 0 0 0
16 Dilumil 4 5 9 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0.00 0.00 0.00 0 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain 4 0 4 1 25.00 2 #DIV/0! 3 75.00 0 0.00 0 #DIV/0! 0 0.00 25.00 #DIV/0! 75.00 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 334 310 644 346 103.59 225 72.58 571 88.66 18 5.39 15 4.84 33 5.12 108.98 77.42 93.79 8 3 11
ANGKA KEMATIAN SELAMA PENGOBATAN PER 100.000 PENDUDUK 8.23 3.01 5.58

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
TABEL 10

PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

PNEUMONIA PADA BALITA


JUMLAH BALITA JUMLAH PERKIRAAN PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI
NO KECAMATAN PUSKESMAS
PENDERITA L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Raimanuk Webora 582 - - 58 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0
2 Rafae 920 - - 92 1 #DIV/0! 0 #DIV/0! 1 1.1
3 Tasifeto Barat Halilulik 1,915 - - 192 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0.0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1,067 - - 107 0 #DIV/0! 1 #DIV/0! 1 0.9
5 Haliwen 2,098 - - 210 3 #DIV/0! 0 #DIV/0! 3 1.4
6 Ainiba 212 - - 21 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 421 - - 42 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0.0
8 Kota Atambua Kota 1,749 - - 175 4 #DIV/0! 6 #DIV/0! 10 5.7
9 Atambua Barat Umanen 219 - - 22 4 #DIV/0! 1 #DIV/0! 5 22.8
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 268 - - 27 3 #DIV/0! 9 #DIV/0! 12 44.8
11 Tasifeto Timur Wedomu 1,415 - - 142 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0.0
12 Silawan 349 - - 35 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0.0
13 Raihat Haekesak 1,221 - - 122 6 #DIV/0! 7 #DIV/0! 13 10.6
14 Lasiolat Aululik 629 - - 63 6 #DIV/0! 1 #DIV/0! 7 11.1
15 Lamaknen Weluli 829 - - 83 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0.0
16 Dilumil 317 - - 32 4 #DIV/0! 3 #DIV/0! 7 22.1
17 Lamaknen Selatan Nualain 765 - - 77 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0.0
JUMLAH (KAB/KOTA) - - 14,976 - - 1,498 31 #DIV/0! 28 #DIV/0! 59 3.94

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 11

JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT JENIS KELAMIN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

HIV AIDS JUMLAH KEMATIAN AKIBAT AIDS SYPHILIS


NO KELOMPOK UMUR PROPORSI PROPORSI PROPORSI
L P L+P KELOMPOK L P L+P KELOMPOK L P L+P L P L+P KELOMPOK
UMUR UMUR UMUR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 ≤ 4 TAHUN 1 1 2 5.00 0 0 0 0.00 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!

2 5 - 14 TAHUN 0 0 0 0.00 0 0 0 0.00 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!

3 15 - 19 TAHUN 3 0 3 7.50 4 2 6 10.00 0 0 0 0 0 0 #DIV/0!

4 20 - 24 TAHUN 2 2 4 10.00 4 6 10 16.67 1 1 2 0 0 0 #DIV/0!

5 25 - 49 TAHUN 11 12 23 57.50 17 19 36 60.00 4 4 8 0 0 0 #DIV/0!

6 ≥ 50 TAHUN 5 3 8 20.00 3 5 8 13.33 1 0 1 0 0 0 #DIV/0!

JUMLAH (KAB/KOTA) 22 18 40 28 32 60 6 5 11 0 0 0

PROPORSI JENIS KELAMIN 55.00 45.00 46.67 53.33 54.55 45.45 #DIV/0! #DIV/0!

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus baru yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 12

PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV MENURUT JENIS KELAMIN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

DONOR DARAH
SAMPEL DARAH DIPERIKSA/DISKRINING
NO UNIT TRANSFUSI DARAH POSITIF HIV
JUMLAH PENDONOR TERHADAP HIV
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 RSUD Mgr. Gab. Manek,SVD 1,593 1,235 2,828 1,593 100.00 1,235 100.00 2,828 100.00 6 0.38 5 0.40 11 0.39
0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
JUMLAH 1,593 1,235 2,828 1,593 100.00 1,235 100.00 2,828 100.00 6 0.38 5 0 11 0.39

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 13

KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

DIARE
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH TARGET DIARE DITANGANI
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENEMUAN L P L+P
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Raimanuk Webora 2,870 3,033 5,903 61 65 126 7 11 15 23 22 17.42
2 Rafae 4,603 4,829 9,432 99 103 202 19 19 30 29 49 24.28
3 Tasifeto Barat Halilulik 9,567 10,101 19,668 205 216 421 30 15 30 14 60 14.26
4 Kakuluk Mesak Atapupu 5,488 5,284 10,772 117 113 231 81 69 70 62 151 65.50
5 Haliwen 9,968 11,028 20,996 213 236 449 54 25 79 33 133 29.60
6 Ainiba 1,055 1,084 2,139 23 23 46 16 71 23 99 39 85.20
7 Nanaet Dubesi Laktutus 2,060 2,232 4,292 44 48 92 0 0 1 2 1 1.09
8 Kota Atambua Kota 8,914 9,017 17,931 191 193 384 160 84 251 130 411 107.11
9 Atambua Barat Umanen 11,577 11,268 22,845 248 241 489 24 10 24 10 48 9.82
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 13,224 13,638 26,862 283 292 575 47 17 61 21 108 18.79
11 Tasifeto Timur Wedomu 7,357 7,000 14,357 157 150 307 39 25 38 25 77 25.06
12 Silawan 1,779 1,755 3,534 38 38 76 7 18 5 13 12 15.87
13 Raihat Haekesak 6,206 6,435 12,641 133 138 271 164 123 163 118 327 120.88
14 Lasiolat Aululik 3,138 3,116 6,254 67 67 134 84 125 96 144 180 134.49
15 Lamaknen Weluli 3,972 4,429 8,401 85 95 180 156 184 164 173 320 177.99
16 Dilumil 1,611 1,587 3,198 34 34 68 28 81 20 59 48 70.14
17 Lamaknen Selatan Nualain 3,832 3,945 7,777 82 84 166 86 105 84 99 170 102.15
JUMLAH (KAB/KOTA) 97,221 99,781 197,002 2,081 2,135 4,216 1,002 48.16 1,154 54.04 2,156 51.14
ANGKA KESAKITAN DIARE PER 1.000 PENDUDUK 214.00

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 14

KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2,014

KASUS BARU
NO KECAMATAN PUSKESMAS Pausi Basiler (PB)/ Kusta kering Multi Basiler (MB)/ Kusta Basah PB + MB
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora - - - - - - - - -
2 Rafae - - - - - - - - -
3 Tasifeto Barat Halilulik - - - 1 - 1 1 - 1
4 Kakuluk Mesak Atapupu - - - - 1 1 - 1 1
5 Haliwen - - - - 1 1 - 1 1
6 Ainiba - - - - - - - - -
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - - - - - - - -
8 Kota Atambua Kota - - - 1 - 1 1 - 1
9 Atambua Barat Umanen - - - - - - - - -
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - - 2 - 2 2 - 2
11 Tasifeto Timur Wedomu - - - 2 - 2 2 - 2
12 Silawan - - - - - - - - -
13 Raihat Haekesak - - - - - - - - -
14 Lasiolat Aululik - - - - - - - - -
15 Lamaknen Weluli - - - - - - - - -
16 Dilumil - - - - 2 2 - 2 2
17 Lamaknen Selatan Nualain - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) - - - 6 4 10 6 4 10
PROPORSI JENIS KELAMIN #DIV/0! #DIV/0! 60 40 60 40
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE) PER 100.000 PENDUDUK 6.17 4.01 5.076

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 15

KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

KASUS BARU
PENDERITA KUSTA
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENDERITA CACAT TINGKAT 2
0-14 TAHUN
KUSTA
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Raimanuk Webora - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
2 Rafae - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 1 - 0.00 0 0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1 - 0.00 0 0
5 Haliwen 1 - 0.00 0 0
6 Ainiba - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 1 - 0.00 0 0
9 Atambua Barat Umanen - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 2 - 0.00 1 50
11 Tasifeto Timur Wedomu 2 - 0.00 0 0
12 Silawan - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
13 Raihat Haekesak - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
14 Lasiolat Aululik - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
16 Dilumil 2 - 0.00 0 0
17 Lamaknen Selatan Nualain - - #DIV/0! 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 10 - 0.00 1 10.00
ANGKA CACAT TINGKAT 2 PER 100.000 PENDUDUK 0.51

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 16

JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2,014

KASUS TERCATAT
NO KECAMATAN PUSKESMAS Pausi Basiler/Kusta kering Multi Basiler/Kusta Basah JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora - - - - - - - - -
2 Rafae - - - - - - - - -
3 Tasifeto Barat Halilulik - - - 2 - 2 2 - 2
4 Kakuluk Mesak Atapupu - - - - 1 1 - 1 1
5 Haliwen - - - - 1 1 - 1 1
6 Ainiba - - - - - - - - -
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - - - - - - - -
8 Kota Atambua Kota - - - 3 - 3 3 - 3
9 Atambua Barat Umanen - - - - - - - - -
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - - 2 - 2 2 - 2
11 Tasifeto Timur Wedomu - - - 4 - 4 4 - 4
12 Silawan - - - - - - - - -
13 Raihat Haekesak - - - - - - - - -
14 Lasiolat Aululik - - - - - - - - -
15 Lamaknen Weluli - - - 1 1 2 1 1 2
16 Dilumil - - - - 2 2 - 2 2
17 Lamaknen Selatan Nualain - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) - - - 12 5 17 12 5 17
ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK 1.23 0.50 0.86

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 17

PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2,014

KUSTA (PB) KUSTA (MB)


RFT PB RFT MB
PENDERITA PBa PENDERITA MBa
L P L+P L P L+P
NO KECAMATAN PUSKESMAS
L P L+P % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
JUMLAH

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Raimanuk Webora - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
2 Rafae - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
4 Kakuluk Mesak Atapupu - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
5 Haliwen - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
6 Ainiba - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! 2 - 2 2 100 - #DIV/0! 2 100
9 Atambua Barat Umanen - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! 2 - 2 - - - #DIV/0! - -
11 Tasifeto Timur Wedomu - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! 1 - 1 1 100 - #DIV/0! 1 100
12 Silawan - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
13 Raihat Haekesak - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
14 Lasiolat Aululik - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! 1 1 2 1 100 1 100 2 100
16 Dilumil - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! 6 1 7 4 66.67 1 100 5 71.43

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 18

JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KASUS AFP


NO KECAMATAN PUSKESMAS
<15 TAHUN (NON POLIO)
1 2 3 4 5
1 Raimanuk Webora - -
2 Rafae - -
3 Tasifeto Barat Halilulik - -
4 Kakuluk Mesak Atapupu - -
5 Haliwen - -
6 Ainiba - -
7 Nanaet Dubesi Laktutus - -
8 Kota Atambua Kota - -
9 Atambua Barat Umanen - -
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - -
11 Tasifeto Timur Wedomu - -
12 Silawan - -
13 Raihat Haekesak - -
14 Lasiolat Aululik - -
15 Lamaknen Weluli - -
16 Dilumil - -
17 Lamaknen Selatan Nualain - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 121,743 -
AFP RATE (NON POLIO) PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN -

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS

Catatan : Jumlah penduduk < 15 tahun kolom 4 = jumlah penduduk < 15 tahun pada tabel 2, yaitu
121,743
sebesar:
TABEL 19

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2,014

JUMLAH KASUS PD3I


DIFTERI TETANUS (NON NEONATORUM) TETANUS NEONATORUM
NO KECAMATAN PUSKESMAS PERTUSIS
JUMLAH KASUS JUMLAH KASUS JUMLAH KASUS
MENINGGAL MENINGGAL MENINGGAL
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora - - - - - - - - - - - - - - -
2 Rafae - - - - - - - - - - - - - - -
3 Tasifeto Barat Halilulik - - - - - - - - - - - - - - -
4 Kakuluk Mesak Atapupu - - - - - - - - - - - - - - -
5 Haliwen - - - - - - - - - - - - - - -
6 Ainiba - - - - - - - - - - - - - - -
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - - - - - - - - - - - - - -
8 Kota Atambua Kota - - - - - - - - - - - - - - -
9 Atambua Barat Umanen - - - - - - - - - - - - - - -
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - - - - - - - - - - - - - -
11 Tasifeto Timur Wedomu - - - - - - - - - - - - - - -
12 Silawan - - - - - - - - - - - - - - -
13 Raihat Haekesak - - - - - - - - - - - - - - -
14 Lasiolat Aululik - - - - - - - - - - - - - - -
15 Lamaknen Weluli - - - - - - - - - - - - - - -
16 Dilumil - - - - - - - - - - - - - - -
17 Lamaknen Selatan Nualain - - - - - - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) - - - - - - - - - - - - - - -
CASE FATALITY RATE (%) #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 20

JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2,014

JUMLAH KASUS PD3I


CAMPAK
NO KECAMATAN PUSKESMAS POLIO HEPATITIS B
JUMLAH KASUS
MENINGGAL
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Raimanuk Webora - - - - - - - - - -
2 Rafae - - - - - - - - - -
3 Tasifeto Barat Halilulik - - - - - - - - - -
4 Kakuluk Mesak Atapupu - - - - - - - - - -
5 Haliwen - - - - - - - - - -
6 Ainiba - - - - - - - - - -
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - - - - - - - - -
8 Kota Atambua Kota - - - - - - - - - -
9 Atambua Barat Umanen 2 2 4 - - - - - - -
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - - - - - - - - -
11 Tasifeto Timur Wedomu - - - - - - - - - -
12 Silawan - - - - - - - - - -
13 Raihat Haekesak - - - - - - - - - -
14 Lasiolat Aululik - - - - - - - - - -
15 Lamaknen Weluli - - - - - - - - - -
16 Dilumil - - - - - - - - - -
17 Lamaknen Selatan Nualain - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 2 2 4 - - - - - - -
CASE FATALITY RATE (%) -

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 21

JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH KASUS MENINGGAL CFR (%)
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
2 Rafae 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
4 Kakuluk Mesak Atapupu 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
5 Haliwen 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 0 1 1 0 0 0 #DIV/0! 0.0 0.0
9 Atambua Barat Umanen 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
12 Silawan 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
13 Raihat Haekesak 0 1 1 0 0 0 #DIV/0! 0.0 0.0
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 2 2 0 0 0 #DIV/0! 0.0 0.0
INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK 0.00 2.00 1.02

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 22

KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

MALARIA
SEDIAAN DARAH DIPERIKSA
NO KECAMATAN PUSKESMAS SUSPEK MENINGGAL CFR
POSITIF
L P L+P
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 Raimanuk Webora - - 0 509 611 1,120 3 0.59 10 2 13 1.16 - - 0 - 0 0
2 Rafae - - 0 787 655 1,442 9 1.14 13 2 22 1.53 - - 0 0.00 0.00 0.00
3 Tasifeto Barat Halilulik - - 0 1,226 1,317 2,543 10 0.82 20 2 30 1.18 - - 0 0.00 0.00 0.00
4 Kakuluk Mesak Atapupu - - 0 352 976 1,328 11 3.13 5 1 16 1.20 - - 0 0.00 0 0.00
5 Haliwen - - 0 576 455 1,031 17 2.95 12 3 29 2.81 - - 0 0.00 0.00 0.00
6 Ainiba - - 0 112 118 230 - 0.00 5 4 5 2.17 - - 0 #DIV/0! 0 0.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - 0 464 518 982 12 2.59 9 2 21 2.14 - - 0 0.00 0.00 0.00
8 Kota Atambua Kota - - 0 5,412 3,736 9,148 784 14.49 914 24 1,698 18.56 - - 0 0.00 0.00 0
9 Atambua Barat Umanen - - 0 318 411 729 9 2.83 4 1 13 1.78 - - 0 0.00 0.00 0.00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - 0 569 519 1,088 10 1.76 8 2 18 1.65 - - 0 0.00 0.00 0
11 Tasifeto Timur Wedomu - - 0 612 842 1,454 21 3.43 37 4 58 3.99 - - 0 0.00 0.00 0.00
12 Silawan - - 0 504 412 916 1 0.20 7 2 8 0.87 - - 0 0.00 0.00 0.00
13 Raihat Haekesak - - 0 257 312 569 4 1.56 4 1 8 1.41 - - 0 0.00 0.00 0.00
14 Lasiolat Aululik - - 0 287 335 622 - 0.00 2 1 2 0.32 - - 0 #DIV/0! 0.00 0.00
15 Lamaknen Weluli - - 0 216 157 373 2 0.93 - - 2 0.54 - - 0 0.00 #DIV/0! 0.00
16 Dilumil - - 0 296 281 577 3 1.01 4 1 7 1.21 - - 0 0.00 0.00 0.00
17 Lamaknen Selatan Nualain - - 0 387 221 608 1 0.26 5 2 6 0.99 - - 0 0.00 0.00 0.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 12,884 11,876 24,760 897 6.96 1,059 9 1,956 7.90 0 0 0 0 0 0

JUMLAH PENDUDUK BERISIKO 97,221 99,781 197,002

ANGKA KESAKITAN (ANNUAL PARASITE INCIDENCE ) PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO 9.23 10.61 9.93

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 23

PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2,014

PENDERITA FILARIASIS
NO KECAMATAN PUSKESMAS KASUS BARU DITEMUKAN JUMLAH SELURUH KASUS
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Raimanuk Webora - - - - - -
2 Rafae - - - - - -
3 Tasifeto Barat Halilulik - - - - - -
4 Kakuluk Mesak Atapupu - - - - - -
5 Haliwen - - - - - -
6 Ainiba - - - - - -
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - - - - -
8 Kota Atambua Kota - - - - - -
9 Atambua Barat Umanen - - - - - -
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - - - - -
11 Tasifeto Timur Wedomu - - - - - -
12 Silawan - - - - - -
13 Raihat Haekesak - - - - - -
14 Lasiolat Aululik - - - - - -
15 Lamaknen Weluli - - - - - -
16 Dilumil - - - - - -
17 Lamaknen Selatan Nualain - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) - - - - - -
ANGKA KESAKITAN PER 100.000 PENDUDUK (KAB/KOTA) - - -

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
TABEL 24

PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK ≥ 18 TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

DILAKUKAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH HIPERTENSI/TEKANAN DARAH TINGGI


JUMLAH PENDUDUK ≥ 15 TAHUN LAKI-LAKI + LAKI-LAKI +
NO KECAMATAN PUSKESMAS LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN
PEREMPUAN PEREMPUAN
LAKI-LAKI +
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 1,689 1,878 3,567 5 0.30 3 0.16 8 0.22 5 100 3 100.00 8 100.00
2 Rafae 2,629 2,929 5,558 14 0.53 16 0.55 30 0.54 14 100.00 17 106.25 31 103.33
3 Tasifeto Barat Halilulik 5,715 6,197 11,912 17 0.30 29 0.47 46 0.39 19 111.76 29 100.00 48 104.35
4 Kakuluk Mesak Atapupu 3,452 3,430 6,882 56 1.62 78 2.27 134 1.95 62 110.71 78 100.00 140 104.48
5 Haliwen 6,041 6,974 13,015 89 1.47 65 0.93 154 1.18 89 100.00 65 100.00 154 100.00
6 Ainiba 631 689 1,320 20 3.17 22 3.19 42 3.18 20 100.00 22 100.00 42 100.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 1,139 1,264 2,403 8 0.70 6 0.47 14 0.58 8 100.00 8 133.33 16 114.29
8 Kota Atambua Kota 5,736 5,751 11,487 2,211 38.55 3,652 63.50 5,863 51.04 225 10.18 176 4.82 401 6.84
9 Atambua Barat Umanen 7,542 7,292 14,834 37 0.49 43 0.59 80 0.54 37 100.00 43 100.00 80 100.00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 8,333 8,583 16,916 33 0.40 58 0.68 91 0.54 33 100.00 58 100.00 91 100.00
11 Tasifeto Timur Wedomu 4,453 4,279 8,732 19 0.43 9 0.21 28 0.32 19 100.00 9 100.00 28 100.00
12 Silawan 1,202 1,142 2,344 36 3.00 30 2.63 66 2.82 37 102.78 24 80.00 61 92.42
13 Raihat Haekesak 3,644 4,001 7,645 7 0.19 10 0.25 17 0.22 7 100.00 10 100.00 17 100.00
14 Lasiolat Aululik 1,833 1,834 3,667 5 0.27 10 0.55 15 0.41 5 100.00 10 100.00 15 100.00
15 Lamaknen Weluli 2,251 2,714 4,965 26 1.16 21 0.77 47 0.95 26 100.00 23 109.52 49 104.26
16 Dilumil 1,024 1,056 2,080 5 0.49 1 0.09 6 0.29 5 100 1 100 6 100
17 Lamaknen Selatan Nualain 2,123 2,293 4,416 4 0.19 5 0.22 9 0.20 4 100 5 100 9 100
JUMLAH (KAB/KOTA) 59,437 62,306 121,743 2,592 4.36 4,058 6.51 6,650 5.46 615 23.73 581 14.32 1,196 17.98

Sumber: Belu Dalam Angka 2014, Registrasi Penduduk Tahun 2013


Bidang P3 Dinkes Kab. Belu
TABEL 25

PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

JUMLAH PENGUNJUNG PUSKESMAS DAN DILAKUKAN PEMERIKSAAN OBESITAS OBESITAS


JARINGANNYA BERUSIA ≥ 15 TAHUN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS
LAKI-LAKI +
LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 1,149 5,978 7,127 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
2 Rafae 331 5,200 5,531 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 1,195 6,652 7,847 40 3.35 60 0.90 100 1.27 11 27.50 10 16.67 21 21.00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1,557 3,962 5,519 15 0.96 57 1.44 72 1.30 8 53.33 44 77.19 52 72.22
5 Haliwen 2,538 5,906 8,444 52 2.05 230 3.89 282 3.34 8 15.38 25 10.87 33 11.70
6 Ainiba 307 2,914 3,221 15 4.89 15 0.51 30 0.93 7 46.67 9 60.00 16 53.33
7 Nanaet Dubesi Laktutus 295 5,667 5,962 14 4.75 26 0.46 40 0.67 0 - 0 - 0 -
8 Kota Atambua Kota 4,880 8,233 13,113 10 0.20 21 0.26 31 0.24 0 - 0 - 0 -
9 Atambua Barat Umanen 928 3,416 4,344 2 0.22 49 1.43 51 1.17 0 - 0 - 0 -
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 1,491 6,074 7,565 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
11 Tasifeto Timur Wedomu 1,379 11,817 13,196 35 2.54 80 0.68 115 0.87 10 28.57 23 28.75 33 28.70
12 Silawan 413 3,809 4,222 10 2.42 15 0.39 25 0.59 4 40.00 13 86.67 17 68.00
13 Raihat Haekesak 1,996 4,962 6,958 15 0.75 30 0.60 45 0.65 0 - 1 3.33 1 2.22
14 Lasiolat Aululik 3,635 8,917 12,552 17 0.47 43 0.48 60 0.48 5 29.41 6 13.95 11 18.33
15 Lamaknen Weluli 1,033 7,611 8,644 2 0.19 23 0.30 25 0.29 2 100.00 5 21.74 7 28.00
16 Dilumil 405 2,610 3,015 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 138 7,575 7,713 0 0.00 0 0.00 0 0.00 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 23,670 101,303 124,973 227 0.96 649 0.64 876 0.70 55 24.23 136 20.96 191 21.80

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 26

CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE)
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2,014

PEMERIKSAAN LEHER
PEREMPUAN IVA POSITIF TUMOR/BENJOLAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS RAHIM DAN PAYUDARA
USIA 30-49 TAHUN
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Raimanuk Webora 665 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
2 Rafae 1,098 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 2,307 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1,356 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
5 Haliwen 2,733 48 1.76 2.00 4.17 - -
6 Ainiba 246 1 0.41 - - 1.00 100.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 518 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 2,112 19 0.90 - - - -
9 Atambua Barat Umanen 2,818 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 3,348 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
11 Tasifeto Timur Wedomu 1,662 1 0.06 - - 1.00 100.00
12 Silawan 382 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
13 Raihat Haekesak 1,534 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
14 Lasiolat Aululik 676 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli 970 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
16 Dilumil 395 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 900 - - - #DIV/0! - #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 23,720 69 0.29 2.00 2.90 2.00 2.90

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Ket: IVA: Inspeksi Visual dengan Asam asetat
CBE: Clinical Breast Examination
TABEL 27

JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

YANG TERSERANG JUMLAH PENDUDUK


WAKTU KEJADIAN (TANGGAL) JUMLAH PENDERITA KELOMPOK UMUR PENDERITA JUMLAH KEMATIAN ATTACK RATE (%) CFR (%)
JENIS KEJADIAN TERANCAM
NO JUMLAH JUMLAH
LUAR BIASA
KEC DESA/KEL DIKETAHUI DITANGGU- AKHIR L P L+P
0-7 8-28 1-11 1-4 5-9 10-14 15-19 20-44 45-54 55-59 60-69 70+
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
LANGI HARI HARI BLN THN THN THN THN THN THN THN THN THN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!

Sumber:Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 28

KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG DITANGANI < 24 JAM


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

KLB DI DESA/KELURAHAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH DITANGANI <24 JAM %
1 2 3 4 5 6
1 Raimanuk Webora #DIV/0!
2 Rafae #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik #DIV/0!
4 Kakuluk Mesak Atapupu #DIV/0!
5 Haliwen #DIV/0!
6 Ainiba #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota #DIV/0!
9 Atambua Barat Umanen #DIV/0!
10 Atambua Selatan Atambua Selatan #DIV/0!
11 Tasifeto Timur Wedomu #DIV/0!
12 Silawan #DIV/0!
13 Raihat Haekesak #DIV/0!
14 Lasiolat Aululik #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli #DIV/0!
16 Dilumil #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 #DIV/0!

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 29

CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

IBU HAMIL IBU BERSALIN/NIFAS


PERSALINAN MENDAPAT YANKES IBU NIFAS
NO KECAMATAN PUSKESMAS K1 K4
JUMLAH JUMLAH DITOLONG NAKES NIFAS MENDAPAT VIT A
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Raimanuk Webora 147 127 86.4 77 52.4 141 116 82.3 89 63.1 106 75.18
2 Rafae 233 241 103.4 120 51.5 222 230 103.6 229 103.2 241 108.56
3 Tasifeto Barat Halilulik 484 450 93.0 165 34.1 462 367 79.4 369 79.9 382 82.68
4 Kakuluk Mesak Atapupu 270 265 98.1 152 56.3 258 233 90.3 226 87.6 234 90.70
5 Haliwen 531 524 98.7 458 86.3 507 406 80.1 436 86.0 431 85.01
6 Ainiba 54 62 114.8 27 50.0 51 39 76.5 38 74.5 36 70.59
7 Nanaet Dubesi Laktutus 106 98 92.5 51 48.1 102 94 92.2 81 79.4 79 77.45
8 Kota Atambua Kota 443 415 93.7 282 63.7 422 349 82.7 348 82.5 284 67.30
9 Atambua Barat Umanen 553 584 105.6 495 89.5 528 518 98.1 497 94.1 519 98.30
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 677 728 107.5 390 57.6 646 589 91.2 589 91.2 517 80.03
11 Tasifeto Timur Wedomu 358 353 98.6 218 60.9 342 307 89.8 318 93.0 322 94.15
12 Silawan 88 86 97.7 40 45.5 84 70 83.3 72 85.7 73 86.90
13 Raihat Haekesak 309 299 96.8 259 83.8 295 316 107.1 283 95.9 256 86.78
14 Lasiolat Aululik 159 149 93.7 61 38.4 52 130 250.0 129 248.1 132 253.85
15 Lamaknen Weluli 210 174 82.9 98 46.7 200 131 65.5 136 68.0 142 71.00
16 Dilumil 80 68 85.0 43 53.8 77 74 96.1 55 71.4 73 94.81
17 Lamaknen Selatan Nualain 193 146 75.6 97 50.3 185 146 78.9 144 77.8 148 80.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 4,895 4,769 97.43 3,033 61.96 4,574 4,115 89.97 4,039 88.30 3,975 86.90

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 30

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL


JUMLAH IBU
NO KECAMATAN PUSKESMAS TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+
HAMIL
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Raimanuk Webora 147 11 7.5 14 9.5 12 8.2 9 6.1 6 4.1 41 27.9
2 Rafae 233 58 24.9 42 18.0 55 23.6 21 9.0 28 12.0 146 62.7
3 Tasifeto Barat Halilulik 484 0 - 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
4 Kakuluk Mesak Atapupu 270 61 22.6 42 15.6 36 13.3 18 6.7 18 6.7 114 42.2
5 Haliwen 531 79 14.9 56 10.5 28 5.3 12 2.3 21 4.0 117 22.0
6 Ainiba 54 15 27.8 13 24.1 16 29.6 14 25.9 12 22.2 55 101.9
7 Nanaet Dubesi Laktutus 106 7 6.6 5 4.7 1 0.9 1 0.9 1 0.9 8 7.5
8 Kota Atambua Kota 443 90 20.3 56 12.6 20 4.5 7 1.6 11 2.5 94 21.2
9 Atambua Barat Umanen 553 113 20.4 94 17.0 88 15.9 40 7.2 62 11.2 284 51.4
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 677 179 26.4 157 23.2 104 15.4 19 2.8 21 3.1 301 44.5
11 Tasifeto Timur Wedomu 358 90 25.1 75 20.9 42 11.7 28 7.8 15 4.2 160 44.7
12 Silawan 88 1 1.1 1 1.1 1 1.1 1 1.1 1 1.1 4 4.5
13 Raihat Haekesak 309 39 12.6 45 14.6 25 8.1 11 3.6 11 3.6 92 29.8
14 Lasiolat Aululik 159 17 10.7 31 19.5 18 11.3 13 8.2 35 22.0 97 61.0
15 Lamaknen Weluli 210 42 20.0 15 7.1 11 5.2 0 - 10 4.8 36 17.1
16 Dilumil 80 69 86.3 57 71.3 15 18.8 9 11.3 17 21.3 98 122.5
17 Lamaknen Selatan Nualain 193 6 3.1 7 3.6 0 - 0 - 0 - 7 3.6
JUMLAH (KAB/KOTA) 4,895 877 17.92 710 14.50 472 9.64 203 4.15 269 5.50 1,654 33.79

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 31

PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA WUS


JUMLAH WUS
NO KECAMATAN PUSKESMAS TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5
(15-39 TAHUN)
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Raimanuk Webora 930 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
2 Rafae 1,470 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
3 Tasifeto Barat Halilulik 3,059 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1,704 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
5 Haliwen 3,350 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
6 Ainiba 337 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
7 Nanaet Dubesi Laktutus 673 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
8 Kota Atambua Kota 2,793 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
9 Atambua Barat Umanen 3,489 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 4,271 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
11 Tasifeto Timur Wedomu 2,260 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
12 Silawan 557 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
13 Raihat Haekesak 1,949 351 18.0 318 16.3 203 10.4 186 9.5 250 12.8
14 Lasiolat Aululik 1,005 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
15 Lamaknen Weluli 1,323 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
16 Dilumil 507 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
17 Lamaknen Selatan Nualain 1,222 0 - 0 - 0 - 0 - 0 -
JUMLAH (KAB/KOTA) 30,899 351 1.14 318 1.03 203 0.66 186 0.60 250 0.81

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 32

JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

JUMLAH FE1 (30 TABLET) FE3 (90 TABLET)


NO KECAMATAN PUSKESMAS
IBU HAMIL JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Raimanuk Webora 147 107 72.79 129 87.76
2 Rafae 233 185 79.40 183 78.54
3 Tasifeto Barat Halilulik 484 455 94.01 422 87.19
4 Kakuluk Mesak Atapupu 270 256 94.81 247 91.48
5 Haliwen 531 439 82.67 457 86.06
6 Ainiba 54 61 112.96 31 57.41
7 Nanaet Dubesi Laktutus 106 53 50.00 83 78.30
8 Kota Atambua Kota 443 276 62.30 304 68.62
9 Atambua Barat Umanen 553 511 92.41 532 96.20
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 677 641 94.68 418 61.74
11 Tasifeto Timur Wedomu 358 354 98.88 245 68.44
12 Silawan 88 86 97.73 40 45.45
13 Raihat Haekesak 309 302 97.73 303 98.06
14 Lasiolat Aululik 159 147 92.45 104 65.41
15 Lamaknen Weluli 210 174 82.86 160 76.19
16 Dilumil 80 62 77.50 55 68.75
17 Lamaknen Selatan Nualain 193 147 76.17 145 75.13
JUMLAH (KAB/KOTA) 4895 4,256 86.94586313 3,858 78.82

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 33

JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL


MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

PERKIRAAN PENANGANAN
PERKIRAAN NEONATAL PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
BUMIL KOMPLIKASI JUMLAH BAYI
JUMLAH KOMPLIKASI
NO KECAMATAN PUSKESMAS DENGAN KEBIDANAN L P L+P
IBU HAMIL
KOMPLIKASI
KEBIDANAN S % L P L+P L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 Raimanuk Webora 147 29 7 23.81 64 70 134 10 11 20 6 62.5 - 0.0 6 29.9
2 Rafae 233 47 14 30.04 104 107 211 16 16 32 6 38.5 16 99.7 22 69.5
3 Tasifeto Barat Halilulik 484 97 24 24.79 216 224 440 32 34 66 10 30.9 16 47.6 26 39.4
4 Kakuluk Mesak Atapupu 270 54 10 18.52 125 120 245 19 18 37 5 26.7 11 61.1 16 43.5
5 Haliwen 531 106 59 55.56 229 254 483 34 38 72 26 75.7 17 44.6 43 59.4
6 Ainiba 54 11 5 46.30 24 25 49 4 4 7 1 27.8 8 213.3 9 122.4
7 Nanaet Dubesi Laktutus 106 21 1 4.72 46 50 96 7 8 14 6 87.0 2 26.7 8 55.6
8 Kota Atambua Kota 443 89 39 44.02 198 204 402 30 31 60 22 74.1 11 35.9 33 54.7
9 Atambua Barat Umanen 553 111 26 23.51 255 248 503 38 37 75 16 41.8 10 26.9 26 34.5
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 677 135 49 36.19 304 311 615 46 47 92 25 54.8 18 38.6 43 46.6
11 Tasifeto Timur Wedomu 358 72 72 100.6 167 159 326 25 24 49 32 127.7 19 79.7 51 104.3
12 Silawan 88 18 18 102.3 40 40 80 6 6 12 4 66.7 4 66.7 8 66.7
13 Raihat Haekesak 309 62 62 100.3 138 143 281 21 21 42 18 87.0 12 55.9 30 71.2
14 Lasiolat Aululik 159 32 32 100.6 73 72 145 11 11 22 7 63.9 4 37.0 11 50.6
15 Lamaknen Weluli 210 42 20 47.6 90 100 190 14 15 29 11 81.5 7 46.7 18 63.2
16 Dilumil 80 16 16 100.0 37 36 73 6 5 11 2 36.0 1 18.5 3 27.4
17 Lamaknen Selatan Nualain 193 39 39 101.0 87 89 176 13 13 26 1 7.7 5 37.5 6 22.7
JUMLAH (KAB/KOTA) 4,895 979 493 50.36 2,197 2,252 4,449 330 338 667 198 60.08 161 47.66 359 53.79

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 34

PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

PESERTA KB AKTIF
MKJP NON MKJP MKJP +
NO KECAMATAN PUSKESMAS % MKJP +
IM KON OBAT LAIN NON
IUD % MOP % MOW % % JUMLAH % % SUNTIK % PIL % % % JUMLAH % NON MKJP
PLAN DOM VAGINA NYA MKJP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 Raimanuk Webora 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 71 89.9 8 10.1 0 0.0 0 0.0 79 100.0 79 100.0
2 Rafae 8 1.5 4 0.8 24 4.5 21 4.0 57 10.8 0 0.0 446 84.3 26 4.9 0 0.0 0 0.0 472 89.2 529 100.0
3 Tasifeto Barat Halilulik 13 0.8 4 0.2 25 1.5 24 1.5 66 4.0 28 1.7 1,142 69.4 410 24.9 0 0.0 0 0.0 1,580 96.0 1,646 100.0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 7 1.0 24 3.3 25 3.4 18 2.5 74 10.1 0 0.0 642 87.7 16 2.2 0 0.0 0 0.0 658 89.9 732 100.0
5 Haliwen 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 2 0.7 148 51.4 138 47.9 0 0.0 0 0.0 288 100.0 288 100.0
6 Ainiba 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 1 2.1 45 93.8 2 4.2 0 0.0 0 0.0 48 100.0 48 100.0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 39 100.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 39 100.0 39 100.0
8 Kota Atambua Kota 66 9.0 0 0.0 102 13.9 42 5.7 210 28.7 3 0.4 473 64.6 46 6.3 0 0.0 0 0.0 522 71.3 732 100.0
9 Atambua Barat Umanen 163 16.4 2 0.2 53 5.3 69 7.0 287 29.0 19 1.9 602 60.7 83 8.4 0 0.0 0 0.0 704 71.0 991 100.0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 100 5.9 4 0.2 178 10.5 47 2.8 329 19.4 12 0.7 1,273 75.1 81 4.8 0 0.0 0 0.0 1,366 80.6 1,695 100.0
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 111 100.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 111 100.0 111 100.0
12 Silawan 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 69 95.8 3 4.2 0 0.0 0 0.0 72 100.0 72 100.0
13 Raihat Haekesak 0 0.0 0 0.0 43 10.2 202 48.0 245 58.2 2 0.5 166 39.4 8 1.9 0 0.0 0 0.0 176 41.8 421 100.0
14 Lasiolat Aululik 0 0.0 0 0.0 7 1.7 99 23.7 106 25.4 16 3.8 271 65.0 24 5.8 0 0.0 0 0.0 311 74.6 417 100.0
15 Lamaknen Weluli 50 10.6 10 2.1 40 8.5 102 21.6 202 42.8 0 0.0 268 56.8 2 0.4 0 0.0 0 0.0 270 57.2 472 100.0
16 Dilumil 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 45 100.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 45 100.0 45 100.0
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0.0 0 0.0 8 1.4 63 11.3 71 12.7 0 0.0 485 86.9 2 0.4 0 0.0 0 0.0 487 87.3 558 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 407 4.59 48 0.54 505 5.69 687 7.74 1,647 18.56 83 0.94 6,296 70.94 849 9.57 0 0.0 0 0.0 7,228 81.44 8,875 100.0

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
TABEL 35

PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

PESERTA KB BARU
MKJP NON MKJP MKJP + % MKJP
NO KECAMATAN PUSKESMAS
KONDO OBAT LAIN NON + NON
IUD % MOP % MOW % IMPLAN % JUMLAH % % SUNTIK % PIL % % % JUMLAH % MKJP MKJP
M VAGINA NYA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 Raimanuk Webora 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 1 1.1 82 92.1 6 6.7 0 0.0 0 0.0 89 100.0 89 100.0
2 Rafae 1 0.6 0 0.0 5 2.9 12 6.9 18 10.4 0 0.0 144 83.2 11 6.4 0 0.0 0 0.0 155 89.6 173 100.0
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0.0 0 0.0 16 7.4 14 6.5 30 14.0 0 0.0 179 83.3 6 2.8 0 0.0 0 0.0 185 86.0 215 100.0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1 0.5 0 0.0 0 0.0 12 5.8 13 6.3 0 0.0 181 87.0 14 6.7 0 0.0 0 0.0 195 93.8 208 100.0
5 Haliwen 4 1.4 0 0.0 5 1.7 3 1.0 12 4.2 0 0.0 238 82.4 39 13.5 0 0.0 0 0.0 277 95.8 289 100.0
6 Ainiba 0 0.0 0 0.0 1 0.9 17 15.7 18 16.7 0 0.0 90 83.3 0 0.0 0 0.0 0 0.0 90 83.3 108 100.0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0.0 0 0.0 2 1.5 4 3.0 6 4.5 0 0.0 92 68.7 36 26.9 0 0.0 0 0.0 128 95.5 134 100.0
8 Kota Atambua Kota 12 4.7 0 0.0 14 5.4 32 12.4 58 22.5 8 3.1 170 65.9 22 8.5 0 0.0 0 0.0 200 77.5 258 100.0
9 Atambua Barat Umanen 7 2.1 0 0.0 4 1.2 45 13.8 56 17.2 2 0.6 248 76.1 20 6.1 0 0.0 0 0.0 270 82.8 326 100.0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 9 4.9 1 0.5 6 3.3 10 5.5 26 14.3 4 2.2 145 79.7 7 3.8 0 0.0 0 0.0 156 85.7 182 100.0
11 Tasifeto Timur Wedomu 19 4.0 0 0.0 5 1.0 45 9.4 69 14.4 3 0.6 404 84.3 3 0.6 0 0.0 0 0.0 410 85.6 479 100.0
12 Silawan 0 0.0 0 0.0 0 0.0 2 2.1 2 2.1 0 0.0 92 95.8 2 2.1 0 0.0 0 0.0 94 97.9 96 100.0
13 Raihat Haekesak 5 1.4 0 0.0 11 3.1 125 35.6 141 40.2 0 0.0 168 47.9 42 12.0 0 0.0 0 0.0 210 59.8 351 100.0
14 Lasiolat Aululik 0 0.0 0 0.0 0 0.0 23 12.5 23 12.5 17 9.2 115 62.5 29 15.8 0 0.0 0 0.0 161 87.5 184 100.0
15 Lamaknen Weluli 2 0.8 0 0.0 0 0.0 34 13.1 36 13.8 0 0.0 224 86.2 0 0.0 0 0.0 0 0.0 224 86.2 260 100.0
16 Dilumil 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 109 100.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 109 100.0 109 100.0
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0.0 0 0.0 1 0.7 8 5.9 9 6.7 1 0.7 119 88.1 6 4.4 0 0.0 0 0.0 126 93.3 135 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 60 1.67 1 0.03 70 1.95 386 10.73 517 14.38 36 1.00 2,800 77.86 243 6.76 0 0.0 0 0.0 3,079 85.62 3,596 100.0

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
TABEL 36

JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

PESERTA KB BARU PESERTA KB AKTIF


NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH PUS
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Raimanuk Webora 352 89 25.3 79 22.4
2 Rafae 557 173 31.1 529 95.0
3 Tasifeto Barat Halilulik 1,159 215 18.6 1,646 142.0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 645 208 32.2 732 113.5
5 Haliwen 1,269 289 22.8 288 22.7
6 Ainiba 128 108 84.4 48 37.5
7 Nanaet Dubesi Laktutus 255 134 52.5 39 15.3
8 Kota Atambua Kota 1,058 258 24.4 732 69.2
9 Atambua Barat Umanen 1,322 326 24.7 991 75.0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 1,618 182 11.2 1,695 104.8
11 Tasifeto Timur Wedomu 856 479 56.0 111 13.0
12 Silawan 211 96 45.5 72 34.1
13 Raihat Haekesak 738 351 47.6 421 57.0
14 Lasiolat Aululik 381 184 48.3 417 109.4
15 Lamaknen Weluli 775 260 33.5 472 60.9
16 Dilumil 192 109 56.8 45 23.4
17 Lamaknen Selatan Nualain 463 135 29.2 558 120.5
JUMLAH (KAB/KOTA) 11,979 3,596 30.02 8,875 74.09

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 37

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

BAYI BARU LAHIR DITIMBANG BBLR


JUMLAH LAHIR HIDUP
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 58 60 118 58 100 60 100.0 118 100.0 4 6.89655 0 0.0 4 3.4
2 Rafae 136 102 238 136 100.0 102 100.0 238 100.0 5 3.7 16 15.7 21 8.8
3 Tasifeto Barat Halilulik 188 193 381 188 100.0 193 100.0 381 100.0 7 3.7 14 7.3 21 5.5
4 Kakuluk Mesak Atapupu 120 117 237 120 100.0 117 100.0 237 100.0 5 4.2 10 8.5 15 6.3
5 Haliwen 230 196 426 230 100.0 196 100.0 426 100.0 23 10.0 17 8.7 40 9.4
6 Ainiba 20 22 42 20 100.0 22 100.0 42 100.0 1 5.0 6 27.3 7 16.7
7 Nanaet Dubesi Laktutus 41 54 95 41 100.0 54 100.0 95 100.0 5 12.2 2 3.7 7 7.4
8 Kota Atambua Kota 196 165 361 196 100.0 165 100.0 361 100.0 22 11.2 11 6.7 33 9.1
9 Atambua Barat Umanen 258 259 517 258 100.0 259 100.0 517 100.0 14 5.4 10 3.9 24 4.6
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 322 293 615 322 100.0 293 100.0 615 100.0 23 7.1 16 5.5 39 6.3
11 Tasifeto Timur Wedomu 175 147 322 175 100.0 147 100.0 322 100.0 31 17.7 19 12.9 50 15.5
12 Silawan 41 45 86 41 100.0 45 100.0 86 100.0 4 9.8 4 8.9 8 9.3
13 Raihat Haekesak 168 145 313 168 100.0 145 100.0 313 100.0 16 9.5 10 6.9 26 8.3
14 Lasiolat Aululik 55 75 130 55 100.0 75 100.0 130 100.0 5 9.1 2 2.7 7 5.4
15 Lamaknen Weluli 79 73 152 79 100.0 73 100.0 152 100.0 10 12.7 5 6.8 15 9.9
16 Dilumil 46 26 72 46 100.0 26 100.0 72 100.0 2 4.3 1 3.8 3 4.2
17 Lamaknen Selatan Nualain 88 56 144 88 100.0 56 100.0 144 100.0 1 1.1 5 8.9 6 4.2
JUMLAH (KAB/KOTA) 2,221 2,028 4,249 2,221 100.0 2,028 100.0 4,249 100.0 178 8.01 148 7.30 326 7.67

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 38

CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

KUNJUNGAN NEONATAL 1 KALI (KN1) KUNJUNGAN NEONATAL 3 KALI (KN LENGKAP)


JUMLAH BAYI
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P L P L+P
L P L +P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 64 70 134 61 95.3 50 71.4 111 82.8 53 82.8 44 62.9 97 72.4
2 Rafae 104 107 211 135 129.8 102 95.3 237 112.3 125 120.2 98 91.6 223 105.7
3 Tasifeto Barat Halilulik 216 224 440 184 85.2 193 86.2 377 85.7 158 73.1 196 87.5 354 80.5
4 Kakuluk Mesak Atapupu 125 120 245 117 93.6 118 98.3 235 95.9 110 88.0 112 93.3 222 90.6
5 Haliwen 229 254 483 231 100.9 196 77.2 427 88.4 211 92.1 196 77.2 407 84.3
6 Ainiba 24 25 49 20 83.3 20 80.0 40 81.6 17 70.8 18 72.0 35 71.4
7 Nanaet Dubesi Laktutus 46 50 96 40 87.0 54 108.0 94 97.9 37 80.4 49 98.0 86 89.6
8 Kota Atambua Kota 198 204 402 192 97.0 161 78.9 353 87.8 192 97.0 160 78.4 352 87.6
9 Atambua Barat Umanen 255 248 503 254 99.6 257 103.6 511 101.6 239 93.7 249 100.4 488 97.0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 304 311 615 319 104.9 293 94.2 612 99.5 315 103.6 279 89.7 594 96.6
11 Tasifeto Timur Wedomu 167 159 326 168 100.6 146 91.8 314 96.3 166 99.4 142 89.3 308 94.5
12 Silawan 40 40 80 40 100.0 46 115.0 86 107.5 40 100.0 45 112.5 85 106.3
13 Raihat Haekesak 138 143 281 168 121.7 145 101.4 313 111.4 161 116.7 141 98.6 302 107.5
14 Lasiolat Aululik 73 72 145 55 75.3 75 104.2 130 89.7 52 71.2 70 97.2 122 84.1
15 Lamaknen Weluli 90 100 190 72 80.0 66 66.0 138 72.6 72 80.0 65 65.0 137 72.1
16 Dilumil 37 36 73 52 140.5 18 50.0 70 95.9 47 127.0 19 52.8 66 90.4
17 Lamaknen Selatan Nualain 87 89 176 86 98.9 55 61.8 141 80.1 89 102.3 51 57.3 140 79.5
JUMLAH (KAB/KOTA) 2,197 2,252 4,449 2,194 99.86 1,995 88.59 4,189 94.16 2,084 94.86 1,934 85.88 4,018 90.31

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 39

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF


JUMLAH BAYI (0-6 Bulan) USIA 0-6 BULAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 21 18 39 20 95.2 12 66.7 32 82.1
2 Rafae 38 37 75 34 89.5 36 97.3 70 93.3
3 Tasifeto Barat Halilulik 75 75 150 56 74.7 54 72.0 110 73.3
4 Kakuluk Mesak Atapupu 35 38 73 21 60.0 26 68.4 47 64.4
5 Haliwen 82 65 147 59 72.0 69 106.2 128 87.1
6 Ainiba 7 11 18 7 100.0 6 54.5 13 72.2
7 Nanaet Dubesi Laktutus 17 8 25 9 52.9 10 125.0 19 76.0
8 Kota Atambua Kota 62 61 123 41 66.1 53 86.9 94 76.4
9 Atambua Barat Umanen 98 87 185 64 65.3 66 75.9 130 70.3
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 114 88 202 52 45.6 48 54.5 100 49.5
11 Tasifeto Timur Wedomu 69 56 125 63 91.3 50 89.3 113 90.4
12 Silawan 16 18 34 11 68.8 15 83.3 26 76.5
13 Raihat Haekesak 72 55 127 44 61.1 43 78.2 87 68.5
14 Lasiolat Aululik 25 25 50 15 60.0 17 68.0 32 64.0
15 Lamaknen Weluli 29 33 62 19 65.5 14 42.4 33 53.2
16 Dilumil 19 13 32 9 47.4 6 46.2 15 46.9
17 Lamaknen Selatan Nualain 41 24 65 41 100.0 21 87.5 62 95.4
JUMLAH (KAB/KOTA) 820 712 1,532 565 68.90 546 76.69 1,111 72.52

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 40

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

PELAYANAN KESEHATAN BAYI


JUMLAH BAYI
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 64 70 134 93 145.3 103 147.1 196 146.3
2 Rafae 104 107 211 135 129.8 122 114.0 257 121.8
3 Tasifeto Barat Halilulik 216 224 440 191 88.4 226 100.9 417 94.8
4 Kakuluk Mesak Atapupu 125 120 245 80 64.0 95 79.2 175 71.4
5 Haliwen 229 254 483 206 90.0 212 83.5 418 86.5
6 Ainiba 24 25 49 32 133.3 27 108.0 59 120.4
7 Nanaet Dubesi Laktutus 46 50 96 37 80.4 42 84.0 79 82.3
8 Kota Atambua Kota 198 204 402 260 131.3 262 128.4 522 129.9
9 Atambua Barat Umanen 255 248 503 235 92.2 215 86.7 450 89.5
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 304 311 615 170 55.9 144 46.3 314 51.1
11 Tasifeto Timur Wedomu 167 159 326 168 100.6 164 103.1 332 101.8
12 Silawan 40 40 80 39 97.5 34 85.0 73 91.3
13 Raihat Haekesak 138 143 281 151 109.4 143 100.0 294 104.6
14 Lasiolat Aululik 73 72 145 113 154.8 125 173.6 238 164.1
15 Lamaknen Weluli 90 100 190 81 90.0 81 81.0 162 85.3
16 Dilumil 37 36 73 5 13.5 6 16.7 11 15.1
17 Lamaknen Selatan Nualain 87 89 176 225 258.6 165 185.4 390 221.6
JUMLAH (KAB/KOTA) 2,197 2,252 4,449 2,221 101.09 2,166 96.18 4,387 98.61

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 41

CAKUPAN DESA/KELURAHAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

JUMLAH DESA/KELURAHAN % DESA/KELURAHAN


NO KECAMATAN PUSKESMAS
DESA/KELURAHAN UCI UCI

1 2 3 4 5 6
1 Raimanuk Webora 4 4 100.0
2 Rafae 5 3 60.0
3 Tasifeto Barat Halilulik 7 7 100.0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 4 0 0.0
5 Haliwen 5 5 100.0
6 Ainiba 1 1 100.0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4 4 100.0
8 Kota Atambua Kota 3 3 100.0
9 Atambua Barat Umanen 4 4 100.0
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 5 1 20.0
11 Tasifeto Timur Wedomu 8 6 75.0
12 Silawan 1 1 100.0
13 Raihat Haekesak 6 5 83.3
14 Lasiolat Aululik 7 7 100.0
15 Lamaknen Weluli 6 1 16.7
16 Dilumil 3 3 100.0
17 Lamaknen Selatan Nualain 8 7 87.5
JUMLAH (KAB/KOTA) 81 62 76.54

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 42

CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH BAYI
Hb < 7 hari BCG
NO KECAMATAN PUSKESMAS (SURVIVING INFANT)
L P L+P L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 55 59 114 54 98.18 49 83.05 103 90.35 82 149.09 53 89.83 135 118.42
2 Rafae 103 109 212 133 129.13 97 88.99 230 108.49 124 120.39 101 92.66 225 106.13
3 Tasifeto Barat Halilulik 216 224 440 183 84.72 189 84.38 372 84.55 216 100.00 207 92.41 423 96.14
4 Kakuluk Mesak Atapupu 124 120 244 119 95.97 103 85.83 222 90.98 114 91.94 118 98.33 232 95.08
5 Haliwen 229 254 483 185 80.79 188 74.02 373 77.23 217 94.76 250 98.43 467 96.69
6 Ainiba 22 20 42 21 95.45 20 100.00 41 97.62 20 90.91 22 110.00 42 100.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 46 51 97 35 76.09 54 105.88 89 91.75 42 91.30 62 121.57 104 107.22
8 Kota Atambua Kota 198 204 402 139 70.20 110 53.92 249 61.94 259 130.81 249 122.06 508 126.37
9 Atambua Barat Umanen 254 249 503 220 86.61 228 91.57 448 89.07 328 129.13 337 135.34 665 132.21
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 304 311 615 286 94.08 262 84.24 548 89.11 225 74.01 218 70.10 443 72.03
11 Tasifeto Timur Wedomu 165 160 325 177 107.27 134 83.75 311 95.69 167 101.21 143 89.38 310 95.38
12 Silawan 40 40 80 39 97.50 43 107.50 82 102.50 43 107.50 49 122.50 92 115.00
13 Raihat Haekesak 137 144 281 146 106.57 155 107.64 301 107.12 147 107.30 152 105.56 299 106.41
14 Lasiolat Aululik 72 73 145 61 84.72 70 95.89 131 90.34 70 97.22 83 113.70 153 105.52
15 Lamaknen Weluli 92 99 191 83 90.22 82 82.83 165 86.39 76 82.61 65 65.66 141 73.82
16 Dilumil 35 34 69 35 100.00 33 97.06 68 98.55 34 97.14 38 111.76 72 104.35
17 Lamaknen Selatan Nualain 86 90 176 72 83.72 57 63.33 129 73.30 84 97.67 83 92.22 167 94.89
JUMLAH (KAB/KOTA) 2,178 2,241 4,419 1,988 91.28 1,874 83.62 3,862 87.40 2,248 103.21 2,230 99.51 4478 101.34

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


TABEL 43

CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

BAYI DIIMUNISASI
JUMLAH BAYI
DPT-HB/DPT-HB-Hib (DPT/HB1,DPT/HB2,DPT/HB3) POLIO (1,2,3,4) CAMPAK IMUNISASI DASAR LENGKAP
(SURVIVING INFANT)
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P

L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Raimanuk Webora 55 59 114 195 354.55 212 359.32 407 357 264 480.00 272 461.02 536 470.18 68 123.64 58 98.31 126 110.53 68 123.64 58 98.31 126 110.53
2 Rafae 103 109 212 336 326.21 423 388.07 759 358 498 483.50 386 354.13 884 416.98 91 88.35 84 77.06 175 82.55 87 84.47 80 73.39 167 78.77
3 Tasifeto Barat Halilulik 216 224 440 577 267.13 646 288.39 1,223 278 796 368.52 875 390.63 1,671 379.77 190 87.96 225 100.45 415 94.32 190 87.96 225 100.45 415 94.32
4 Kakuluk Mesak Atapupu 124 120 244 328 264.52 318 265.00 646 265 439 354.03 441 367.50 880 360.66 74 59.68 69 57.50 143 58.61 74 59.68 69 57.50 143 58.61
5 Haliwen 229 254 483 604 263.76 559 220.08 1,163 241 801 349.78 830 326.77 1,631 337.68 205 89.52 232 91.34 437 90.48 202 88.21 228 89.76 430 89.03
6 Ainiba 22 20 42 70 318.18 66 330.00 136 324 86 390.91 91 455.00 177 421.43 21 95.45 20 100.00 41 97.62 23 104.55 16 80.00 39 92.86
7 Nanaet Dubesi Laktutus 46 51 97 180 391.30 151 296.08 331 341 214 465.22 221 433.33 435 448.45 59 128.26 51 100.00 110 113.40 59 128.26 51 100.00 110 113.40
8 Kota Atambua Kota 198 204 402 512 258.59 509 249.51 1,021 254 635 320.71 681 333.82 1,316 327.36 187 94.44 192 94.12 379 94.28 169 85.35 175 85.78 344 85.57
9 Atambua Barat Umanen 254 249 503 727 286.22 668 268.27 1,395 277 1,005 395.67 1,030 413.65 2,035 404.57 298 117.32 370 148.59 668 132.80 321 126.38 337 135.34 658 130.82
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 304 311 615 874 287.50 817 262.70 1,691 275 1,142 375.66 1,093 351.45 2,235 363.41 215 70.72 199 63.99 414 67.32 206 67.76 202 64.95 408 66.34
11 Tasifeto Timur Wedomu 165 160 325 474 287.27 464 290.00 938 289 634 384.24 601 375.63 1,235 380.00 138 83.64 157 98.13 295 90.77 139 84.24 154 96.25 293 90.15
12 Silawan 40 40 80 144 360.00 142 355.00 286 358 181 452.50 187 467.50 368 460.00 39 97.50 47 117.50 86 107.50 37 92.50 38 95.00 75 93.75
13 Raihat Haekesak 137 144 281 436 318.25 463 321.53 899 320 573 418.25 612 425.00 1,185 421.71 137 100.00 139 96.53 276 98.22 138 100.73 134 93.06 272 96.80
14 Lasiolat Aululik 72 73 145 213 295.83 231 316.44 444 306 285 395.83 308 421.92 593 408.97 74 102.78 71 97.26 145 100.00 68 94.44 67 91.78 135 93.10
15 Lamaknen Weluli 92 99 191 212 230.43 219 221.21 431 226 290 315.22 270 272.73 560 293.19 68 73.91 72 72.73 140 73.30 67 72.83 62 62.63 129 67.54
16 Dilumil 35 34 69 106 302.86 108 317.65 214 310 136 388.57 143 420.59 279 404.35 36 102.86 30 88.24 66 95.65 41 117.14 35 102.94 76 110.14
17 Lamaknen Selatan Nualain 86 90 176 309 359.30 250 277.78 559 318 423 491.86 359 398.89 782 444.32 88 102.33 75 83.33 163 92.61 84 97.67 76 84.44 160 90.91
JUMLAH (KAB/KOTA) 2,178 2,241 4,419 6,297 289 6,246 279 12,543 284 8,402 385.77 8,400 374.83 16,802 380.22 1,988 91.28 2,091 93.31 4,079 92.31 1,973 90.59 2,007 89.56 3,980 90.07

Sumber: Bidang P3 Dinkes Kab. Belu


Keterangan: a = khusus provinsi yang menerapkan 3 dosis polio maka diisi dengan polio 3
TABEL 44

CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

BAYI 6-11 BULAN ANAK BALITA (12-59 BULAN) BALITA (6-59 BULAN)
MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A MENDAPAT VIT A
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH BAYI (6-11 Bulan) JUMLAH (12-59 BULAN) JUMLAH (6-59 BULAN)
L P L+P L P L+P L P L+P
L P L+P SƷ % S % S % L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Raimanuk Webora 32 33 65 28 87.50 35 106.06 63 96.92 114 129 243 113 99.12 127 98.45 240 98.77 146 162 308 142 97.26 162 100.00 304 98.70
2 Rafae 53 42 95 53 100.00 42 100.00 95 100.00 446 421 867 446 100.00 421 100.00 867 100.00 499 463 962 499 100.00 463 100.00 962 100.00
3 Tasifeto Barat Halilulik 120 118 238 120 100.00 118 100.00 238 100.00 128 146 274 146 114.06 163 111.64 309 112.77 248 264 512 248 100.00 281 106.44 529 103.32
4 Kakuluk Mesak Atapupu 55 67 122 55 100.00 67 100.00 122 100.00 339 345 684 339 100.00 345 100.00 684 100.00 394 412 806 394 100.00 412 100.00 806 100.00
5 Haliwen 120 124 244 118 98.33 112 90.32 230 94.26 532 550 1,082 524 98.50 536 97.45 1,060 97.97 652 674 1,326 650 99.69 648 96.14 1,298 97.89
6 Ainiba 17 11 28 17 100.00 11 100.00 28 100.00 705 710 1,415 705 100.00 710 100.00 1,415 100.00 722 721 1,443 722 100.00 721 100.00 1,443 100.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 24 21 45 - 0.00 - 0.00 - 0.00 242 232 474 255 105.37 225 96.98 480 101.27 266 253 519 242 90.98 225 88.93 467 89.98
8 Kota Atambua Kota 85 76 161 85 100.00 75 98.68 160 99.38 300 293 593 300 100.00 293 100.00 593 100.00 385 369 754 385 100.00 368 99.73 753 99.87
9 Atambua Barat Umanen 150 131 281 107 71.33 99 75.57 206 73.31 81 95 176 71 87.65 95 100.00 166 94.32 231 226 457 188 81.39 194 85.84 382 83.59
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 186 183 369 186 100.00 183 100.00 369 100.00 901 851 1,752 901 100.00 851 100.00 1,752 100.00 1,087 1,034 2,121 1,087 100.00 1,034 100.00 2,121 100.00
11 Tasifeto Timur Wedomu 90 63 153 83 92.22 56 88.89 139 90.85 588 574 1,162 509 86.56 494 86.06 1,003 86.32 678 637 1,315 671 98.97 550 86.34 1,221 92.85
12 Silawan 18 14 32 18 100.00 14 100.00 32 100.00 778 677 1,455 478 61.44 470 69.42 948 65.15 796 691 1,487 796 100.00 484 70.04 1,280 86.08
13 Raihat Haekesak 67 67 134 67 100.00 67 100.00 134 100.00 429 437 866 429 100.00 437 100.00 866 100.00 496 504 1,000 496 100.00 504 100.00 1,000 100.00
14 Lasiolat Aululik 28 25 53 26 92.86 21 84.00 47 88.68 241 219 460 216 89.63 211 96.35 427 92.83 269 244 513 267 99.26 232 95.08 499 97.27
15 Lamaknen Weluli 39 50 89 39 100.00 50 100.00 89 100.00 306 302 608 306 100.00 302 100.00 608 100.00 345 352 697 345 100.00 352 100.00 697 100.00
16 Dilumil 21 15 36 21 100.00 15 100.00 36 100.00 109 125 234 112 102.75 125 100.00 237 101.28 130 140 270 130 100.00 140 100.00 270 100.00
17 Lamaknen Selatan Nualain 53 40 93 39 73.58 40 100.00 79 84.95 364 377 741 364 100.00 377 100.00 741 100.00 417 417 834 403 96.64 417 100.00 820 98.32
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,158 1,080 2,238 1,062 91.71 1,005 93.06 2,067 92.36 6,603 6,483 13,086 6,214 94.11 6,182 95.36 12,396 94.73 7,761 7,563 15,324 7,665 98.76 7,187 95.03 14,852 96.92

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


Keterangan: Pelaporan pemberian vitamin A dilakukan pada Februari dan Agustus, maka perhitungan bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A dalam setahun
dihitung dengan mengakumulasi bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A di bulan Februari dan yang mendapat vitamin A di bulan Agustus
TABEL 45

JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

ANAK 0-23 BULAN (BADUTA)


JUMLAH BADUTA DITIMBANG BGM
NO KECAMATAN PUSKESMAS DILAPORKAN (S) JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P

L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 113 92 205 110 102 212 97.35 110.87 103.41 1 0.9 0 0.0 1 0.5
2 Rafae 215 150 365 202 178 380 93.95 118.67 104.11 6 3.0 3 1.7 9 2.4
3 Tasifeto Barat Halilulik 394 318 712 372 370 742 94.42 116.35 104.21 12 3.2 8 2.2 20 2.7
4 Kakuluk Mesak Atapupu 200 171 371 185 181 366 92.50 105.85 98.65 3 1.6 5 2.8 8 2.2
5 Haliwen 547 292 839 296 294 590 54.11 100.68 70.32 3 1.0 2 0.7 5 0.8
6 Ainiba 44 32 76 42 37 79 95.45 115.63 103.95 4 9.5 2 5.4 6 7.6
7 Nanaet Dubesi Laktutus 77 55 132 74 54 128 96.10 98.18 96.97 0 0.0 0 0.0 0 0.0
8 Kota Atambua Kota 313 233 546 181 160 341 57.83 68.67 62.45 5 2.8 2 1.3 7 2.1
9 Atambua Barat Umanen 606 386 992 336 292 628 55.45 75.65 63.31 9 2.7 7 2.4 16 2.5
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 663 497 1,160 531 493 1,024 80.09 99.20 88.28 5 0.9 6 1.2 11 1.1
11 Tasifeto Timur Wedomu 311 245 556 298 279 577 95.82 113.88 103.78 8 2.7 8 2.9 16 2.8
12 Silawan 81 61 142 80 61 141 98.77 100.00 99.30 4 5.0 1 1.6 5 3.5
13 Raihat Haekesak 263 200 463 259 233 492 98.48 116.50 106.26 5 1.9 3 1.3 8 1.6
14 Lasiolat Aululik 131 108 239 117 120 237 89.31 111.11 99.16 2 1.7 1 0.8 3 1.3
15 Lamaknen Weluli 138 138 276 138 138 276 100.00 100.00 100.00 4 2.9 1 0.7 5 1.8
16 Dilumil 63 43 106 63 43 106 100.00 100.00 100.00 0 0.0 0 0.0 0 0.0
17 Lamaknen Selatan Nualain 197 137 334 197 137 334 100.00 100.00 100.00 3 1.5 2 1.5 5 1.5
JUMLAH (KAB/KOTA) 4,356 3,158 7,514 3,481 3,172 6,653 79.91 100.44 88.54 74 2.13 51 1.61 125 1.88

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 46

CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

ANAK BALITA (12-59 BULAN)


MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (MINIMAL 8 KALI)
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH
L P L+P
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 114 129 243 253 221.9 258 200.0 511 210.3
2 Rafae 446 421 867 260 58.3 241 57.2 501 57.8
3 Tasifeto Barat Halilulik 128 146 274 160 125.0 179 122.6 339 123.7
4 Kakuluk Mesak Atapupu 339 345 684 193 56.9 212 61.4 405 59.2
5 Haliwen 532 550 1,082 540 101.5 510 92.7 1,050 97.0
6 Ainiba 705 710 1,415 20 2.8 32 4.5 52 3.7
7 Nanaet Dubesi Laktutus 242 232 474 52 21.5 47 20.3 99 20.9
8 Kota Atambua Kota 300 293 593 216 72.0 225 76.8 441 74.4
9 Atambua Barat Umanen 81 95 176 78 96.3 80 84.2 158 89.8
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 901 851 1,752 163 18.1 135 15.9 298 17.0
11 Tasifeto Timur Wedomu 588 574 1,162 288 49.0 305 53.1 593 51.0
12 Silawan 778 677 1,455 37 4.8 35 5.2 72 4.9
13 Raihat Haekesak 429 437 866 229 53.4 208 47.6 437 50.5
14 Lasiolat Aululik 241 219 460 200 83.0 205 93.6 405 88.0
15 Lamaknen Weluli 306 302 608 292 95.4 368 121.9 660 108.6
16 Dilumil 109 125 234 7 6.4 8 6.4 15 6.4
17 Lamaknen Selatan Nualain 364 377 741 115 31.6 162 43.0 277 37.4
JUMLAH (KAB/KOTA) 6,603 6,483 13,086 3,103 46.99 3,210 49.51 6,313 48.24

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 47

JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

BALITA
JUMLAH BALITA DITIMBANG BGM
NO KECAMATAN PUSKESMAS DILAPORKAN (S) JUMLAH (D) % (D/S) L P L+P
JUMLA JUMLA JUMLA
L P L+P L P L+P L P L+P % % %
H H H
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Raimanuk Webora 289 283 572 260 274 534 89.97 96.82 93.36 4 1.5 2 0.7 6 1.1
2 Rafae 539 491 1,030 488 449 937 90.54 91.45 90.97 21 4.3 21 4.7 42 4.5
3 Tasifeto Barat Halilulik 886 878 1,764 803 805 1,608 90.63 91.69 91.16 32 4.0 31 3.9 63 3.9
4 Kakuluk Mesak Atapupu 430 446 876 384 392 776 89.30 87.89 88.58 15 3.9 11 2.8 26 3.4
5 Haliwen 731 702 1,433 565 554 1,119 77.29 78.92 78.09 5 0.9 4 0.7 9 0.8
6 Ainiba 102 108 210 92 119 211 90.20 110.19 100.48 8 8.7 9 7.6 17 8.1
7 Nanaet Dubesi Laktutus 182 180 362 181 159 340 99.45 88.33 93.92 2 1.1 0 0.0 2 0.6
8 Kota Atambua Kota 493 464 957 280 262 542 56.80 56.47 56.64 11 3.9 8 3.1 19 3.5
9 Atambua Barat Umanen 1,102 901 2,003 581 518 1,099 52.72 57.49 54.87 17 2.9 14 2.7 31 2.8
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 1,274 1,198 2,472 1,006 950 1,956 78.96 79.30 79.13 20 2.0 21 2.2 41 2.1
11 Tasifeto Timur Wedomu 717 692 1,409 656 625 1,281 91.49 90.32 90.92 35 5.3 34 5.4 69 5.4
12 Silawan 161 167 328 159 166 325 98.76 99.40 99.09 3 1.9 3 1.8 6 1.8
13 Raihat Haekesak 576 543 1,119 549 509 1,058 95.31 93.74 94.55 15 2.7 11 2.2 26 2.5
14 Lasiolat Aululik 288 283 571 258 263 521 89.58 92.93 91.24 3 1.2 7 2.7 10 1.9
15 Lamaknen Weluli 359 375 734 343 370 713 95.54 98.67 97.14 10 2.9 7 1.9 17 2.4
16 Dilumil 139 126 265 138 124 262 99.28 98.41 98.87 0 0.0 0 0.0 0 0.0
17 Lamaknen Selatan Nualain 448 437 885 441 429 870 98.44 98.17 98.31 7 1.6 6 1.4 13 1.5
JUMLAH (KAB/KOTA) 8,716 8,274 16,990 7,184 6,968 14,152 82.42 84.22 83.30 208 2.90 189 2.71 397 2.81

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 48

CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

KASUS BALITA GIZI BURUK


JUMLAH BALITA GIZI BURUK MENDAPAT PERAWATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS
DITEMUKAN L P L+P
L P L+P S % S % S %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora - 2 2 - #DIV/0! 2 100.0 2 100.0
2 Rafae 5 5 10 5 100.0 5 100.0 10 100.0
3
Tasifeto Barat Halilulik 1 1 2 1 100.0 1 100.0 2 100.0
4
Kakuluk Mesak Atapupu 4 4 8 4 100.0 4 100.0 8 100.0
5 Haliwen 1 6 7 1 100.0 6 100.0 7 100.0
6 Ainiba - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
7
Nanaet Dubesi Laktutus - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
8
Kota Atambua Kota 1 - 1 1 100.0 - #DIV/0! 1 100.0
9
Atambua Barat Umanen 2 1 3 2 100.0 1 100.0 3 100.0
10
Atambua Selatan Atambua Selatan 1 3 4 1 100.0 3 100.0 4 100.0
11
Tasifeto Timur Wedomu 1 - 1 1 100.0 - #DIV/0! 1 100.0
12 Silawan 1 - 1 1 100.0 - #DIV/0! 1 100.0
13
Raihat Haekesak 5 4 9 5 100.0 4 100.0 9 100.0
14
Lasiolat Aululik - 2 2 - #DIV/0! 2 100.0 2 100.0
15
Lamaknen Weluli 2 2 4 2 100.0 2 100.0 4 100.0
16 Dilumil - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
17
Lamaknen Selatan Nualain - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
Luar Wilayah 2 - 2 2 100.0 - #DIV/0! 2 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 26 30 56 26 100.0 30 100.0 56 100.0

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 49

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

MURID KELAS 1 SD DAN SETINGKAT


SD DAN SETINGKAT
MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN)
JUMLAH
NO KECAMATAN PUSKESMAS L P L+P MENDAPAT
PELAYANAN
JUMLAH %
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % KESEHATAN
(PENJARINGAN)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 Raimanuk Webora 110 108 218 97 88.2 84 77.8 181 83.0 4 4 100.00
2 Rafae 157 158 315 132 84.1 104 65.8 236 74.9 7 7 100.00
3 Tasifeto Barat Halilulik 293 260 553 273 93.2 218 83.8 491 88.8 12 12 100.00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 115 130 245 115 100.0 130 100.0 245 100.0 7 7 100.00
5 Haliwen 203 193 396 158 77.8 161 83.4 319 80.6 11 11 100.00
6 Ainiba 49 40 89 49 100.0 40 100.0 89 100.0 1 1 100.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 103 103 206 76 73.8 83 80.6 159 77.2 3 3 100.00
8 Kota Atambua Kota 297 299 596 297 100.0 299 100.0 596 100.0 8 8 100.00
9 Atambua Barat Umanen 230 212 442 230 100.0 212 100.0 442 100.0 4 4 100.00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 327 259 586 217 66.4 183 70.7 400 68.3 7 7 100.00
11 Tasifeto Timur Wedomu 220 194 414 204 92.7 161 83.0 365 88.2 12 12 100.00
12 Silawan 53 62 115 53 100.0 62 100.0 115 100.0 2 2 100.00
13 Raihat Haekesak 275 266 541 275 100.0 266 100.0 541 100.0 9 9 100.00
14 Lasiolat Aululik 148 131 279 112 75.7 98 74.8 210 75.3 6 6 100.00
15 Lamaknen Weluli 164 132 296 164 100.0 132 100.0 296 100.0 9 9 100.00
16 Dilumil 28 40 68 28 100.0 40 100.0 68 100.0 3 3 100.00
17 Lamaknen Selatan Nualain 154 152 306 154 100.0 152 100.0 306 100.0 7 7 100.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 2,926 2,739 5,665 2,634 90.02 2,425 88.54 5,059 89.30 112 112 100.00
CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT 90.02 88.54 89.30

Sumber: Bidang Yankes Dinkes Kab. Belu


TABEL 50

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


NO KECAMATAN PUSKESMAS PENCABUTAN GIGI RASIO TUMPATAN/
TUMPATAN GIGI TETAP
TETAP PENCABUTAN
1 2 3 4 5 6
1 Raimanuk Webora - #DIV/0!
2 Rafae - - #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik - - #DIV/0!
4 Kakuluk Mesak Atapupu 4 68 0.1
5 Haliwen 21 12 1.8
6 Ainiba - - #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 5 51 0.1
9 Atambua Barat Umanen - - #DIV/0!
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 3 11 0.3
11 Tasifeto Timur Wedomu 1 9 0.1
12 Silawan - - #DIV/0!
13 Raihat Haekesak 13 15 0.9
14 Lasiolat Aululik - - #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli - 12 0.0
16 Dilumil - - #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain - - #DIV/0!
JUMLAH (KAB/ KOTA) 47 178 0.26

Sumber: Bidang Yankes Dinkes Kab. Belu


TABEL 51

PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

UPAYA KESEHATAN GIGI SEKOLAH

JUMLAH JUMLAH JUMLAH MURID SD/MI MURID SD/MI DIPERIKSA PERLU PERAWATAN MENDAPAT PERAWATAN
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH SD/MI DGN SD/MI
% %
SD/MI SIKAT GIGI MENDAPAT
MASSAL YAN. GIGI L P L+P L % P % L+P % L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 Raimanuk Webora 6 6 100.0 6 100.0 503 540 1,043 97 19.3 84 15.6 181 17.4 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
2 Rafae 7 7 100.0 7 100.0 559 515 1,074 173 30.9 142 27.6 315 29.3 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 17 17 100.0 17 100.0 1,822 1,642 3,464 744 40.8 689 42.0 1,433 41.4 194 110 304 118 60.8 110 100.0 228 75.0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 6 6 100.0 6 100.0 873 775 1,648 378 43.3 357 46.1 735 44.6 115 492 607 100 87.0 492 100.0 592 97.5
5 Haliwen 11 11 100.0 11 100.0 1,393 1,412 2,805 557 40.0 847 60.0 1,404 50.1 350 416 766 112 32.0 115 27.6 227 29.6
6 Ainiba 2 2 100.0 2 100.0 222 175 397 127 57.2 124 70.9 251 63.2 63 71 134 - 0.0 - 0.0 - 0.0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 7 7 100.0 7 100.0 408 447 855 76 18.6 83 18.6 159 18.6 14 9 23 - 0.0 - 0.0 - 0.0
8 Kota Atambua Kota 10 10 100.0 10 100.0 2,130 1,992 4,122 297 13.9 299 15.0 596 14.5 421 473 894 47 11.2 45 9.5 92 10.3
9 Atambua Barat Umanen 7 7 100.0 7 100.0 1,422 1,373 2,795 1,117 78.6 1,043 76.0 2,160 77.3 1,279 1,213 2,492 323 25.3 345 28.4 668 26.8
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 8 8 100.0 8 100.0 1,768 1,622 3,390 351 19.9 316 19.5 667 19.7 47 41 88 - 0.0 - 0.0 - 0.0
11 Tasifeto Timur Wedomu 14 14 100.0 14 100.0 1,126 1,067 2,193 694 61.6 677 63.4 1,371 62.5 777 603 1,380 329 42.3 298 49.4 627 45.4
12 Silawan 2 2 100.0 2 100.0 165 208 373 53 32.1 62 29.8 115 30.8 10 54 64 10 100.0 54 100.0 64 100.0
13 Raihat Haekesak 13 13 100.0 13 100.0 1,230 1,210 2,440 1,100 89.4 1,109 91.7 2,209 90.5 128 130 258 42 32.8 35 26.9 77 29.8
14 Lasiolat Aululik 10 10 100.0 10 100.0 758 721 1,479 112 14.8 98 13.6 210 14.2 40 34 74 - 0.0 - 0.0 - 0.0
15 Lamaknen Weluli 12 12 100.0 12 100.0 847 823 1,670 797 94.1 765 93.0 1,562 93.5 364 319 683 71 19.5 59 18.5 130 19.0
16 Dilumil 4 4 100.0 4 100.0 280 254 534 33 11.8 35 13.8 68 12.7 27 23 50 42 155.6 7 30.4 49 98.0
17 Lamaknen Selatan Nualain 12 12 100.0 12 100.0 854 901 1,755 154 18.0 152 16.9 306 17.4 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0!
JUMLAH (KAB/ KOTA) 148 148 100.0 148 100.0 16,360 15,677 32,037 6,860 41.93 6,882 43.90 13,742 42.89 3,829 3,988 7,817 1,194 31.18 1,560 39.12 2,754 35.23

Sumber: Bidang Yankes Dinkes Kab. Belu


TABEL 52

CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

USILA (60TAHUN+)
NO KECAMATAN PUSKESMAS
JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
L P L+P L % P % L+P %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Raimanuk Webora 33 61 94 21 63.64 57 93.44 78 82.98
2 Rafae 41 45 86 30 73.17 45 100.00 75 87.21
3 Tasifeto Barat Halilulik 108 96 204 70 64.81 187 194.79 257 125.98
4 Kakuluk Mesak Atapupu 69 40 109 50 72.46 37 92.50 87 79.82
5 Haliwen 91 53 144 89 97.80 50 94.34 139 96.53
6 Ainiba 24 30 54 19 79.17 30 100.00 49 90.74
7 Nanaet Dubesi Laktutus 48 44 92 29 60.42 44 100.00 73 79.35
8 Kota Atambua Kota 105 179 284 87 82.86 171 95.53 258 90.85
9 Atambua Barat Umanen 87 109 196 79 90.80 98 89.91 177 90.31
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 88 101 189 70 79.55 181 179.21 251 132.80
11 Tasifeto Timur Wedomu 98 115 213 86 87.76 104 90.43 190 89.20
12 Silawan 27 36 63 18 66.67 29 80.56 47 74.60
13 Raihat Haekesak 53 84 137 51 96.23 78 92.86 129 94.16
14 Lasiolat Aululik 51 47 98 45 88.24 42 89.36 87 88.78
15 Lamaknen Weluli 67 61 128 34 50.75 54 88.52 88 68.75
16 Dilumil 34 53 87 31 91.18 48 90.57 79 90.80
17 Lamaknen Selatan Nualain 54 50 104 43 79.63 39 78.00 82 78.85
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,078 1,204 2,282 852 79.04 1,294 107.48 2,146 94.04

Sumber: Bidang Kesga Dinkes Kab. Belu


TABEL 53

CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PENDUDUK MENURUT JENIS JAMINAN DAN JENIS KELAMIN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

PESERTA JAMINAN KESEHATAN


NO JENIS JAMINAN KESEHATAN JUMLAH %
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8

1 Jaminan Kesehatan Nasional 0 0 122970 0.00 0.00 62.42

1.1 Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN 0 0 79,319 0.00 0.00 40.26

1.2 PBI APBD 0 0 0 0.00 0.00 0.00

1.3 Pekerja penerima upah (PPU) 0 0 35,971 0.00 0.00 18.26

1.4 Pekerja bukan penerima upah (PBPU)/mandiri 0 0 7,680 0.00 0.00 3.90

1.5 Bukan pekerja (BP) 0 0 0 0.00 0.00 0.00

2 Jamkesda 0 0 6,501 0.00 0.00 3.30

3 Asuransi Swasta 0 0 0 0.00 0.00 0.00

4 Asuransi Perusahaan 0 0 33 0.00 0.00 0.02

JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 129,504 0.00 0.00 65.74

Sumber: Bidang Yankes Dinkes Kab. Belu


TABEL 54

JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA


NO SARANA PELAYANAN KESEHATAN RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Webora 2,821 6,089 8,910 0 0 0 6 6 12
2 Puskesmas Rafae 2,212 4,994 7,206 0 0 0 0 0 0
3 Puskesmas Halilulik 2,480 7,267 9,747 0 0 0 0 0 0
4 Puskesmas Atapupu 2,805 4,861 7,666 0 0 0 0 0 0
5 Puskesmas Haliwen 3,202 7,399 10,601 0 0 0 22 6 28
6 Puskesmas Ainiba 1,579 2,440 4,019 0 0 0 5 0 5
7 Puskesmas Laktutus 2,313 4,565 6,878 0 0 0 0 0 0
8 Puskesmas Kota 7,865 12,681 20,546 0 0 0 12 20 32
9 Puskesmas Umanen 1,187 4,260 5,447 0 0 0 0 0 0
10 Puskesmas Atambua Selatan 2,433 6,881 9,314 0 0 0 0 0 0
11 Puskesmas Wedomu 5,977 11,432 17,409 0 0 0 0 0 0
12 Puskesmas Silawan 2,477 3,261 5,738 0 0 0 7 0 7
13 Puskesmas Haekesak 3,044 7,574 10,618 126 350 476 0 0 0
14 Puskesmas Aululik 6,914 8,925 15,839 0 0 0 0 0 0
15 Puskesmas Weluli 5,105 7,375 12,480 96 162 258 0 1 1
16 Puskesmas Dilumil 1,858 2,348 4,206 0 0 0 8 9 17
17 Puskesmas Nualain 3,691 6,960 10,651 0 0 0 0 0 0
SUB JUMLAH I 57,963 109,312 167,275 222 512 734 60 42 102
1 RSUD Mgr. Gabriel Manek,SVD 0 0 11,703 0 0 8,988 0 0 0
2 RS Sito Husada 0 0 0 0 0 1,961 0 0 0
3 Rumkitban 09.08.02 0 0 4,548 0 0 272 0 0 0
4 RSK Marianum Halilulik 0 0 9,232 0 0 1,307 0 0 0
0 0 0
SUB JUMLAH II 0 0 25,483 0 0 12,528 0 0 0
1 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
SUB JUMLAH III 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 57,963 109,312 192,758 222 512 13,262 60 42 102
JUMLAH PENDUDUK KAB/KOTA 95,533 97,945 193,478 95,533 97,945 193,478
CAKUPAN KUNJUNGAN (%) 60.67 111.61 99.63 0.23 0.52 6.85

Sumber: Bidang Yankes Dinkes Kab. Belu


Catatan: Puskesmas non rawat inap hanya melayani kunjungan rawat jalan
TABEL 55

ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

PASIEN KELUAR PASIEN KELUAR MATI


JUMLAH PASIEN KELUAR MATI GDR NDR
NO NAMA RUMAH SAKITa (HIDUP + MATI) ≥ 48 JAM DIRAWAT
TEMPAT TIDUR
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 RSUD Mgr. Gabriel Manek,SVD 150 - - 8,988 - - 278 - - 147 #DIV/0! #DIV/0! 30.9 #DIV/0! #DIV/0! 16.4
2 RS. Sito Husada 58 - - 1,961 - - 36 - - 20 #DIV/0! #DIV/0! 18.4 #DIV/0! #DIV/0! 10.2
3 Rumkitban 09.08.02 25 - - 272 - - - - - - #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! -
4 RSK. Marianum Halilulik 70 - - 1,307 - - 36 - - 46 #DIV/0! #DIV/0! 27.5 #DIV/0! #DIV/0! 35.2
KABUPATEN/KOTA 303 - - 12,528 - - 350 - - 213 #DIV/0! #DIV/0! 2.79 #DIV/0! #DIV/0! 1.70

Sumber: Bidang Yankes Dinkes Kab. Belu


Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
TABEL 56

INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

JUMLAH PASIEN KELUAR JUMLAH HARI JUMLAH LAMA


NO NAMA RUMAH SAKITa BOR (%) BTO (KALI) TOI (HARI) ALOS (HARI)
TEMPAT TIDUR (HIDUP + MATI) PERAWATAN DIRAWAT

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 RSUD Mgr. Gabriel Manek,SVD 150 8,988 35,498 - 64.8 59.92 2.14 0.0
2 RS. Sito Husada 58 1,961 8,315 - 39.3 33.81 6.56 0.0
3 Rumkitban 09.08.02 25 272 784 - 8.6 10.88 30.67 0.0
4 RSK. Marianum Halilulik 70 1,307 5,183 - 20.3 18.67 15.58 0.0
KABUPATEN/KOTA 303 12,528 49,780 45.01 41.34653465 4.85 0

Sumber: Bidang Yankes Dinkes Kab. Belu


Keterangan: a termasuk rumah sakit swasta
TABEL 57

PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BER-PHBS) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

RUMAH TANGGA
NO KECAMATAN PUSKESMAS JUMLAH JUMLAH
JUMLAH % DIPANTAU % BER- PHBS
DIPANTAU BER- PHBS
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Raimanuk Webora 1,482 1,001 67.5 983 98.2
2 Rafae 2,408 1,992 82.7 1,080 54.2
3 Tasifeto Barat Halilulik 3,814 2,542 66.6 1,862 73.2
4 Kakuluk Mesak Atapupu 2,713 1,474 54.3 675 45.8
5 Haliwen 4,326 4,248 98.2 3,704 87.2
6 Ainiba 535 470 87.9 272 57.9
7 Nanaet Dubesi Laktutus 1,066 891 83.6 769 86.3
8 Kota Atambua Kota 3,475 981 28.2 634 64.6
9 Atambua Barat Umanen 4,711 2,768 58.8 1,652 59.7
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 5,349 4,041 75.5 2,617 64.8
11 Tasifeto Timur Wedomu 3,299 2,724 82.6 2,483 91.2
12 Silawan 879 879 100.0 705 80.2
13 Raihat Haekesak 3,470 2,260 65.1 1,219 53.9
14 Lasiolat Aululik 1,510 1,510 100.0 1,070 70.9
15 Lamaknen Weluli 2,058 1,359 66.0 1,021 75.1
16 Dilumil 889 678 76.3 569 83.9
17 Lamaknen Selatan Nualain 1,838 1,290 70.2 1,031 79.9
JUMLAH (KAB/KOTA) 43,822 31,108 70.99 22,346 71.83

Sumber : Bidang PL dan Promkes Dinkes Kab. Belu


TABEL 58

PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

2013 2014
RUMAH MEMENUHI SYARAT JUMLAH RUMAH DIBINA MEMENUHI RUMAH MEMENUHI SYARAT
JUMLAH RUMAH DIBINA
(RUMAH SEHAT) RUMAH SYARAT (RUMAH SEHAT)
NO KECAMATAN PUSKESMAS SELURUH
YANG BELUM
RUMAH
JUMLAH % MEMENUHI JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
SYARAT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Raimanuk Webora 1291 749 58.02 542 200 36.90 89 44.5 838 64.91
2 Rafae 1707 1,052 61.63 655 212 32.37 56 26.42 1,108 64.91
3 Tasifeto Barat Halilulik 3190 1,537 48.18 1,653 1,653 100 650 39.32 2,187 68.56
4 Kakuluk Mesak Atapupu 2007 626 31.19 1,381 1,279 92.61 431 33.70 1,057 52.67
5 Haliwen 4326 1,789 41.35 2,537 2,508 98.86 2130 84.93 3,919 90.59
6 Ainiba 470 300 63.83 170 5 2.94 0 0 300 63.83
7 Nanaet Dubesi Laktutus 956 640 66.95 326 105 32.21 53 50.48 693 72.49
8 Kota Atambua Kota 6664 4,539 68.11 2,125 800 37.65 457 57.13 4,996 74.97
9 Atambua Barat Umanen 4703 1,537 32.68 3,166 1,239 39.13 616 49.72 2,153 45.78
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 4027 3,365 83.56 662 - 0.00 0 #DIV/0! 3,365 83.56
11 Tasifeto Timur Wedomu 3132 2,165 69.13 990 856 86.46 651 76.05 2,816 89.91
12 Silawan 733 617 84.17 116 - 0 0 #DIV/0! 617 84.17
13 Raihat Haekesak 3357 1,016 30.27 2,296 2,233 97.26 1219 54.59 2,235 66.58
14 Lasiolat Aululik 1276 981 76.88 295 83 28.14 35 42.17 1,016 79.62
15 Lamaknen Weluli 2035 879 43.19 1,156 561 48.53 105 18.72 984 48.35
16 Dilumil 871 301 34.56 570 160 28.07 56 35.00 357 40.99
17 Lamaknen Selatan Nualain 1424 671 47.12 753 209 27.76 50 23.92 721 50.63
JUMLAH (KAB/KOTA) 42,169 22,764 53.98 19,393 12,103 62.41 6598 54.52 29,362 69.63

Sumber: Bidang PL dan Promkes Dinkes Kab.


TABEL 59

PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

BUKAN JARINGAN PERPIPAAN


PENDUDUK
DENGAN AKSES
PERPIPAAN (PDAM,BPSPAM) BERKELANJUTAN
SUMUR GALI TERLINDUNG SUMUR GALI DENGAN POMPA SUMUR BOR DENGAN POMPA TERMINAL AIR MATA AIR TERLINDUNG PENAMPUNGAN AIR HUJAN TERHADAP AIR
MINUM LAYAK
PENDUDU
NO KECAMATAN PUSKESMAS
K MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI MEMENUHI
JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA
SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT SYARAT

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
SARANA

SARANA

SARANA

SARANA

SARANA

SARANA

SARANA

%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
1 Raimanuk Webora 5,903 22 4561 13 2,591 - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 7 675 2 425 0 0 0 0.00 0 0 0 - 3016 51.093
2 Rafae 9,432 94 2745 91 2,565 - 0 0 - 2 44 2 44 9 75 9 75.00 0 0 0 - 0 0 0 0.00 25 1858 25 1,858 4542 48.16
3 Tasifeto Barat Halilulik 19,668 230 5750 223 5,573 3 106 3 105 11 950 11 950 0 - - 0.00 15 40 15 40 0 0 0 0.00 93 2325 93 2,325 8993 45.72
4 Kakuluk Mesak Atapupu 10,772 1,194 6015 663 2,153 - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 1 40 1 40 0 0 0 0.00 18 1500 1 900 3093 28.71
5 Haliwen 20,996 326 8246 314 8,191 42 1035 42 1,035 17 1,040 17 1,040 0 - - 0.00 4 398 25 - 30 233 0 0.00 67 2774 67 2,774 13040 62.11
6 Ainiba 2,139 61 2139 45 1,998 - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 0 0 0 - 8 0 0 0.00 0 0 0 - 1998 93.41
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4,292 56 2001 56 1,490 - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 6 2502 6 2,502 43 237 43 237.00 0 0 0 - 4229 98.53
8 Kota Atambua Kota 17,931 54 1529 14 520 - 0 0 - 0 - 0 - 3 135 3 135.00 0 0 0 - 12 802 0 0.00 68 861 68 861 1516 8.45
9 Atambua Barat Umanen 22,845 1,487 6827 879 2,561 - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 0 0 0 - 32 1032 0 0.00 42 908 42 908 3469 15.18
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 26,862 1,393 16465 1393 9,520 8 80 5 73 1 422 1 422 0 - - 0.00 3 246 1 246 55 275 55 275.00 900 4490 900 4,490 15026 55.94
11 Tasifeto Timur Wedomu 14,357 118 4696 412 4,386 - 0 0 - 0 - 0 - 3 180 3 180.00 8 420 4 317 0 0 0 0.00 16 7124 16 7,124 12007 83.63
12 Silawan 3,534 80 1654 48 1,598 12 228 8 214 7 348 4 316 0 - - 0.00 2 592 2 592 0 0 0 0.00 31 736 31 736 3456 97.79
13 Raihat Haekesak 12,641 19 2258 19 2,258 - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 7 1694 1 150 0 0 0 0.00 36 8689 36 8,689 11097 87.79
14 Lasiolat Aululik 6,254 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.00
15 Lamaknen Weluli 8,401 3 80 3 80 - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 0 0 0 - 0 0 0 0.00 0 0 0 - 80 0.95
16 Dilumil 3,198 - 0 0 - - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 2 108 0 - 0 0 0 0.00 10 568 10 568 568 17.76
17 Lamaknen Selatan Nualain 7,777 5 150 0 - - 0 0 - 0 - 0 - 0 - - 0.00 0 0 0 - 0 0 0 0.00 0 0 0 - 0 0.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 197,002 5,142 65,116 4,173 45,484 65 1,449 58 1,427 38 2,804 35 2,772 15 390 15 390.0 55 6,715 57 4,312 180 2,579 98 512.0 1,306 31,833 1,289 31,233 86,130 43.72

Sumber: Bidang PL dan Promkes Dinkes Kab. Belu


TABEL 60

PERSENTASE KUALITAS AIR MINUM DI PENYELENGGARA AIR MINUM YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

JUMLAH MEMENUHI SYARAT


JUMLAH SAMPEL (FISIK, BAKTERIOLOGI, DAN KIMIA)
NO KECAMATAN PUSKESMAS PENYELENGGARA
DIPERIKSA
AIR MINUM
JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7
1 Raimanuk Webora 0 0 0 #DIV/0!
2 Rafae 0 0 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 2 1 1 100
4 Kakuluk Mesak Atapupu 4 4 4 100
5 Haliwen 4 2 2 100
6 Ainiba 0 0 0 #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 8 8 8 100
9 Atambua Barat Umanen 15 10 10 100
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 10 10 10 100
11 Tasifeto Timur Wedomu 1 0 0 #DIV/0!
12 Silawan 1 1 1 100
13 Raihat Haekesak 1 1 1 100
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli 0 0 0 #DIV/0!
16 Dilumil 0 0 0 #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 46 37 37 100.00

Sumber:Bidang PL dan Promkes Dinkes Kab. Belu


TABEL 61

PENDUDUK DENGAN AKSES TERHADAP FASILITAS SANITASI YANG LAYAK (JAMBAN SEHAT) MENURUT JENIS JAMBAN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

JENIS SARANA JAMBAN PENDUDUK


KOMUNAL LEHER ANGSA PLENGSENGAN CEMPLUNG DENGAN AKSES
SANITASI LAYAK

PENDUDUK
MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHI SYARAT (JAMBAN SEHAT)

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA

JUMLAH SARANA
JUMLAH

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK
NO KECAMATAN PUSKESMAS

% PENDUDUK

% PENDUDUK

% PENDUDUK

% PENDUDUK
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA

PENGGUNA
PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK

PENDUDUK
JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
SARANA

SARANA

SARANA

SARANA
JUMLAH %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 Raimanuk Webora 5903 - - - - #DIV/0! 107 954 107 954 100 444 3,017 - - 0 360 1,653 - - 0 954 16.2
2 Rafae 9432 1,155 3,111 466 3,111 100 364 1,820 278 1,820 100 508 1,524 187 374 24.541 284 568 51 102 17.958 5407 57.3
3 Tasifeto Barat Halilulik 19668 1 300 1 300 100 1,537 7,685 1,537 7,685 100 290 1,450 - - 0 772 3,860 - - 0 7985 40.6
4 Kakuluk Mesak Atapupu 10772 93 254 54 140 55.118 604 1,821 489 1,498 82.262 351 1,088 149 459 42.188 157 440 6 19 4.3182 2116 19.6
5 Haliwen 20996 - - - - #DIV/0! 1,374 7,732 384 7,300 94.413 1,378 6,908 100 2,050 29.676 1,496 5,331 - - 0 9350 44.5
6 Ainiba 2139 - - - - #DIV/0! 125 625 100 600 96 6 35 6 35 100 164 820 150 575 70.122 1210 56.6
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4292 - - - - #DIV/0! 428 4,153 428 4,153 100 36 381 - - 0 44 402 - - 0 4153 96.8
8 Kota Atambua Kota 17931 3 315 3 315 100 2,111 1,500 2,111 1,500 100 52 800 30 315 39.375 9 257 - - 0 2130 11.9
9 Atambua Barat Umanen 22845 - - - - #DIV/0! 3,913 15,565 3,913 15,565 100 312 982 - - 0 215 654 - - 0 15565 68.1
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 26862 3,563 10,740 3,241 9,723 90.531 1,919 5,757 1,919 5,757 100 1,263 3,775 1,263 3,651 96.715 303 303 - - 0 19131 71.2
11 Tasifeto Timur Wedomu 14357 1 - - - #DIV/0! 419 2,380 404 2,117 88.95 209 1,045 172 853 81.627 2,178 8,532 - - 0 2970 20.7
12 Silawan 3534 - - - - #DIV/0! 307 1,538 307 1,538 100 92 460 92 460 100 30 150 30 150 100 617 17.5
13 Raihat Haekesak 12641 - - - - #DIV/0! 391 1,955 202 1,010 51.662 372 1,860 99 495 26.613 1,404 7,020 15 75 1.0684 1580 12.5
14 Lasiolat Aululik 6254 - - - - #DIV/0! 197 450 197 450 100 166 235 - - 0 832 1,245 - - 0 450 7.2
15 Lamaknen Weluli 8401 - - - - #DIV/0! 35 675 35 675 100 600 871 - - 0 711 900 - - 0 675 8.0
16 Dilumil 3198 - - - - #DIV/0! 201 651 201 651 100 56 349 - - 0 109 621 - - 0 651 20.4
17 Lamaknen Selatan Nualain 7777 - - - - #DIV/0! 162 350 162 350 100 225 350 - - 0 33 105 - - 0 350 4.5
JUMLAH (KAB/KOTA) 197,002 4,816 14,720 3,765 13,589 92.317 14,194 55,611 12,774 53,623 96.425 6,360 25,130 2,098 8,692 34.588 9,101 32,861 252 921 2.80 75,294 38.22

Sumber: Bidang PL dan Promkes Dinkes Kab. Belu


TABEL 62

DESA YANG MELAKSANAKAN SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM)


JUMLAH DESA/ DESA MELAKSANAKAN DESA STOP BABS
NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA STBM
KELURAHAN STBM (SBS)
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Raimanuk Webora 4 1 25 4 100.00 1 25.00
2 Rafae 5 2 40.0 0.0 - 2 40.00
3 Tasifeto Barat Halilulik 7 7 100.0 0.0 - 7 100.00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 4 3 75.0 0.0 - 3 75.00
5 Haliwen 5 5 100.0 1.0 20.00 1 20.00
6 Ainiba 1 - 0.0 0.0 - - -
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4 1 25.0 0.0 - - -
8 Kota Atambua Kota 3 - 0.0 0.0 - - -
9 Atambua Barat Umanen 4 - 0.0 0.0 - - -
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 5 - 0.0 1.0 20.00 - -
11 Tasifeto Timur Wedomu 8 2 25.0 1.0 12.50 1 12.50
12 Silawan 1 - 0.0 0.0 - - -
13 Raihat Haekesak 6 2 33.3 2.0 33.33 2 33.33
14 Lasiolat Aululik 7 - 0.0 0.0 - - -
15 Lamaknen Weluli 6 1 16.7 6.0 100.00 1 16.67
16 Dilumil 3 1 33.3 0.0 - 3 100.00
17 Lamaknen Selatan Nualain 8 - 0.0 0.0 - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 81 25 30.86 - 21 25.93

Sumber: Bidang PL dan Promkes Dinkes Kab. Belu


TABEL 63

PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

TEMPAT-TEMPAT UMUM
YANG ADA MEMENUHI SYARAT KESEHATAN

SARANA PENDIDIKAN SARANA KESEHATAN HOTEL


SARANA TEMPAT-TEMPAT
SARANA PENDIDIKAN HOTEL
KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM

JUMLAH TTU
NO KECAMATAN PUSKESMAS SD SLTP SLTA PUSKESMAS BINTANG NON BINTANG
UMUM

RUMAH SAKIT
PUSKESMAS

BINTANG

BINTANG

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH

JUMLAH
UMUM

NON
SLTA
SLTP
SD

%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 Raimanuk Webora 6 1 - 1 - - - 8 6 100.0 - - - #DIV/0! 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 7 87.5
2 Rafae 7 3 1 6 - - - 17 5 71.4 1 33.3 - - 6 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 12 70.6
3 Tasifeto Barat Halilulik 17 5 5 1 1 - - 29 17 100.0 5 100.0 5 100.0 1 100.0 1 100.0 0 #DIV/0! - #DIV/0! 29 100.0
4 Kakuluk Mesak Atapupu 6 2 1 1 - - - 10 6 100.0 2 100.0 1 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 10 100.0
5 Haliwen 12 6 6 1 - - - 25 12 100.0 6 100.0 5 83.3 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 24 96.0
6 Ainiba 2 1 - 1 - - - 4 2 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 4 100.0
7 Nanaet Dubesi Laktutus 7 1 - 1 - - - 9 7 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 9 100.0
8 Kota Atambua Kota 10 2 2 1 1 - 4 20 10 100.0 2 100.0 2 100.0 1 100.0 1 100.0 0 #DIV/0! 4 100.0 20 100.0
9 Atambua Barat Umanen 8 4 4 1 1 4 - 22 8 100.0 4 100.0 4 100.0 1 100.0 1 100.0 4 100.0 - #DIV/0! 22 100
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 8 5 4 1 - - 1 19 8 100.0 5 100.0 4 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! 1 100.0 19 100.0
11 Tasifeto Timur Wedomu 14 2 1 1 - - - 18 12 85.7 2 100.0 1 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 16 88.9
12 Silawan 2 1 1 1 - - - 5 2 100.0 1 100.0 1 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 5 100.0
13 Raihat Haekesak 13 1 1 1 - - - 16 4 30.8 1 100.0 1 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 7 43.8
14 Lasiolat Aululik 10 2 2 1 - - - 15 10 100.0 2 100.0 1 50.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 14 93.3
15 Lamaknen Weluli 12 4 1 1 - - - 18 12 100.0 4 100.0 1 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 18 100.0
16 Dilumil 4 1 1 1 - - - 7 4 100.0 1 100.0 1 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 7 100.0
17 Lamaknen Selatan Nualain 12 2 1 1 - - - 16 12 100.0 2 100.0 1 100.0 1 100.0 - #DIV/0! 0 #DIV/0! - #DIV/0! 16 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA) 150 43 31 22 3 4 5 258 137 91.33 40 93.02 28 90.32 22 100.0 3 100.0 4 100.0 5 100.0 239 92.64

Sumber: Bidang PL dan Promkes Dinkes Kab. Belu


TABEL 64

TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI


KABUPATEN/KOTABELU
TAHUN 2014

TPM MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI TPM TIDAK MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI
JUMLAH RUMAH DEPOT AIR RUMAH DEPOT AIR
NO KECAMATAN PUSKESMAS MAKANAN MAKANAN
TPM JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL % JASA BOGA MAKAN/ MINUM TOTAL %
JAJANAN JAJANAN
RESTORAN (DAM) RESTORAN (DAM)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Raimanuk Webora 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
2 Rafae 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik 12 0 0 2 0 2 16.67 0 0 0 0 0 0.00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 8 0 3 4 0 7 87.50 0 1 0 0 1 12.50
5 Haliwen 24 0 3 2 8 13 54.17 0 1 2 8 11 45.83
6 Ainiba 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota 19 0 11 8 0 19 100.00 0 0 0 0 0 0.00
9 Atambua Barat Umanen 31 0 18 10 0 28 90.32 0 13 5 0 18 58.06
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 37 0 4 10 0 14 37.84 0 0 0 0 0 0.00
11 Tasifeto Timur Wedomu 3 0 0 0 0 0 0.00 0 2 1 0 3 100.00
12 Silawan 6 0 4 0 0 4 66.67 0 2 0 0 2 33.33
13 Raihat Haekesak 2 0 0 1 0 1 50.00 0 2 0 0 2 100.00
14 Lasiolat Aululik 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
16 Dilumil 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! 0 0 0 0 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 142 0 43 37 8 88 61.97 0 21 8 8 37 26.06

Sumber: Bidang PL dan Promkes Dinkes Kab. Belu


TABEL 65

TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2,014

JUMLAH TPM DIBINA JUMLAH TPM DIUJI PETIK

JUMLAH TPM TIDAK


MEMENUHI SYARAT

MEMENUHI SYARAT
PERSENTASE TPM

PERSENTASE TPM
HIGIENE SANITASI
JUMLAH TPM
MINUM (DAM)

MINUM (DAM)

DIUJI PETIK
JASA BOGA

JASA BOGA
MAKANAN

MAKANAN
DEPOT AIR

DEPOT AIR
RESTORAN

RESTORAN
DIBINA
JAJANAN

JAJANAN
RUMAH

RUMAH
MAKAN/

MAKAN/
TOTAL

TOTAL
NO KECAMATAN PUSKESMAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Raimanuk Webora - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
2 Rafae - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
3 Tasifeto Barat Halilulik - - - 2 - 2 #DIV/0! 2 - - - - - -
4 Kakuluk Mesak Atapupu 1 - 1 - - 1 100 7 - 2 4 - 6 86
5 Haliwen 11 - 1 2 8 11 100 13 - 3 2 8 13 100
6 Ainiba - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
7 Nanaet Dubesi Laktutus - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
8 Kota Atambua Kota - - - - - - #DIV/0! 19 - - - - - -
9 Atambua Barat Umanen 18 - 8 5 - 13 72 28 - - - - - -
10 Atambua Selatan Atambua Selatan - - - - - - #DIV/0! 14 - - - - - -
11 Tasifeto Timur Wedomu 3 - - - - - - - - - - - - #DIV/0!
12 Silawan 2 - 2 - - 2 100 4 - - - - - -
13 Raihat Haekesak 2 - 2 - - 2 100 1 - - - - - -
14 Lasiolat Aululik - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
15 Lamaknen Weluli - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
16 Dilumil - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
17 Lamaknen Selatan Nualain - - - - - - #DIV/0! - - - - - - #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 37 - 14 9 8 31 84 88 - 5 6 8 19 22

Sumber: Bidang PL dan Promkes Dinkes Kab. Belu


TABEL 66

PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Alopurinol tablet 100 mg tablet 91,500 202,800 294300 #DIV/0!
2 Aminofilin tablet 200 mg tablet 100,000 11,100 88,900 100000.00 100
3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml tablet 1,500 68 1,795 1863.00 124.2
4 Amitripilin tablet salut 25 mg (HCL) tablet #DIV/0!
5 Amoksisilin kapsul 250 mg kapsul 240,000 163,240 469,960 633200.00 263.83
6 Amoksisilin kaplet 500 mg kaplet 550,000 585,100 2,631,800 3216900.00 584.89
7 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg botol 9,000 3,177 9,756 12933.00 143.70
8 Metampiron tablet 500 mg tablet 1,000,000 7,200 1,400,000 1407200.00 140.72
9 Metampiron injeksi 250 mg ampul 1,500 269 9,000 9269.00 617.93
10 Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium tablet 1,000,000 86,400 921,600 1008000.00 100.80
Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg
11 Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500 IU/g + tube 625 700 - 700.00 112.00
polimiksin 10.000 IU/g
12 Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat 150 mg + supp 500 200 200.00 40.00
Heksaklorofen 250 mg
13 Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam pot 4,800 528 13,920 14448.00 301.00
Salisilat 3%
14 Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg tablet 5,000 3,200 4,300 7500.00 150.00
15 Antiparkinson DOEN tablet kombinasi : Karbidopa 25 mg + tablet #DIV/0!
Levodopa 250 mg
16 Aqua Pro Injeksi Steril, bebas pirogen vial 1,000 404 1,500 1904.00 190.40
17 Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg tablet 4,500,000 156,000 4,344,000 4500000.00 100.00
18 Asam Asetisalisilat tablet 100 mg (Asetosal) tablet #DIV/0!
19 Asam Asetisalisilat tablet 500 mg (Asetosal) tablet #DIV/0!
20 Atropin sulfat tablet 0,5 mg tablet #DIV/0!
21 Atropin tetes mata 0,5% botol #DIV/0!
22 Atropin injeksi l.m/lv/s.k. 0,25 mg/mL - 1 mL (sulfat) ampul 600 5 1,505 1510.00 251.67
23 Betametason krim 0,1 % krim 5,000 1,524 3,601 5125.00 102.50
24 Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml ampul 2,578 7,447 10025.00 #DIV/0!
25 Deksametason tablet 0,5 mg tablet 600,000 150,400 469,600 620000.00 103.33
26 Dekstran 70-larutan infus 6% steril botol #DIV/0!
27 Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr) botol #DIV/0!
28 Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) tablet 300,000
29 Diazepam Injeksi 5mg/ml ampul 217 543 760.00 #DIV/0!
30 Diazepam tablet 2 mg tablet 800 1,900 2700.00 #DIV/0!
31 Diazepam tablet 5 mg tablet #DIV/0!
32 Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL) ampul 1,500 1,752 1,817 3569.00 237.93
33 Diagoksin tablet 0,25 mg tablet 5,000 5,500 5500.00 110.00
34 Efedrin tablet 25 mg (HCL) tablet 5,000 25,000 71,250 96250.00 1925.00
35 Ekstrks belladona tablet 10 mg tablet 15,000 20,000 20000.00 133.33
36 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL) ampul 1,000 69 940 1009.00 100.90
37 Etakridin larutan 0,1% botol 2,500 10 10.00 0.40
38 Fenitoin Natriun Injeksi 50 mg/ml ampul #DIV/0!
39 Fenobarbital Injeksi I.m/I.v 50 mg/ml ampul 42 8,098 8140.00 #DIV/0!
40 Fenobarbital tablet 30 mg tablet 2,000
41 Fenoksimetil Penisilin tablet 250 mg tablet #DIV/0!
42 Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg tablet #DIV/0!
43 Fenol Gliserol tetes telinga 10% botol 7,200 4,800 4800.00 66.67
44 Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 10 mg/ml ampul 1,241 20,069 21310.00 #DIV/0!
45 Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg tablet 5,000 4,500 10,500 15000.00 300.00
46 Furosemid tablet 40 mg tablet #DIV/0!
47 Gameksan lotion 1 % botol #DIV/0!
48 Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,70 g, Kalium sach 50,000 1,000 100,000 101000.00 202.00
klorida 0,30 g, Tribatrium Sitrt dihidrat 0,58 g
49 Gentian Violet Larutan 1 % botol 1,000 800 800.00 80.00
50 Glibenklamida tablet 5 mg tablet 15,000 300 24,100 24400.00 162.67
51 Gliseril Gualakolat tablet 100 mg tablet 1,000,000 637,000 7,115,000 7752000.00 775.20
52 Gliserin botol #DIV/0!
53 Glukosa larutan infus 5% botol 3,000 1,502 8,086 9588.00 319.60
54 Glukosa larutan infus 10% botol 8,000 146 8,082 8228.00 102.85
55 Glukosa larutan infus 40% steril (produk lokal) ampul #DIV/0!
56 Griseofulvin tablet 125 mg, micronized tablet 100,000 39,600 62,400 102000.00 102.00
57 Haloperidol tablet 0,5 mg tablet #DIV/0!
58 Haloperidol tablet 1,5 mg tablet #DIV/0!
59 Haloperidol tablet 5 mg tablet #DIV/0!
60 Hidroklorotiazida tablet 25 mg tablet 50,000 7,000 39,000 46000.00 92.00
61 Hidrkortison krim 2,5% tube 4,800 360 - 360.00 7.50
62 Ibuprofen tablet 200 mg tablet #DIV/0!
63 Ibuprofen tablet 400 mg tablet 420,000 79,000 321,700 400700.00 95.40
64 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg tablet 5,000 400 6,700 7100.00 142.00
65 Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg tablet 1,000,000 251,000 670,000 921000.00 92.10
66 Kaptopril tablet 12,5 mg tablet #DIV/0!
67 Kaptopril tablet 25 mg tablet 29,900 149,500 179400.00 #DIV/0!
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
68 Karbamazepim tablet 200 mg tablet #DIV/0!
69 Ketamin Injeksi 10 mg/ml vial #DIV/0!
70 Klofazimin kapsul 100 mg microzine kapsul #DIV/0!
71 Kloramfenikol kapsul 250 mg kapsul 21,380 172,950 194330.00 #DIV/0!
72 Kloramfenikol tetes telinga 3 % botol 6,000 2,503 2503.00 41.72
73 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg tablet 1,500,000 315,000 4,000,000 4315000.00 287.67
74 Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml-2ml (HCL) ampul #DIV/0!
75 Klorpromazin injeksi i.m 25 mg/ml (HCL) ampul #DIV/0!
76 Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCL) tablet 10,000
77 Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCL) tablet 1,300 8,700 10000.00 #DIV/0!
78 Anti Malaria DOEN Kombinasi Pirimetamin 25 mg + tablet 1,300 700 2000.00 #DIV/0!
Sulfadoxin 500 mg
79 Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol 200 mg + botol 5,500 1,157 4,341 5498.00 99.96
Trimetoprim 40 mg/ 5 ml
80 Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi : Sulfametoksazol tablet 600,000 218,000 837,600 1055600.00 175.93
400 mg, Trimetoprim 80 mg
81 Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi : tablet 5,000 5000.00 #DIV/0!
Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim 20 mg
82 Kuinin (kina) tablet 200 mg tablet 2,100 60,240 62340.00 #DIV/0!
83 Kuinin Dihidrokklorida injeksi 25%-2 ml ampul 20 288 308.00 #DIV/0!
84 Lidokain injeksi 2% (HCL) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml vial 1,327 6,000 7327.00 #DIV/0!
85 Magnesium Sulfat inj (IV) 20%-25 ml vial 34 78 112.00 #DIV/0!
86 Magnesium Sulfat inj (IV) 40%-25 ml vial 12 241 253.00 #DIV/0!
87 Magnesium Sulfat serbuk 30 gram sach #DIV/0!
88 Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml botol #DIV/0!
89 Mebendazol tablet 100 mg tablet #DIV/0!
90 Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125 tablet 5,600 104,900 110500.00 #DIV/0!
mg
91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml ampul 454 22,886 23340.00 #DIV/0!
92 Metronidazol tablet 250 mg tablet 50,000 8,000 45,000 53000.00 106.00
93 Natrium Bikarbonat tablet 500 mg tablet 2,000,000 34,000 207,000 241000.00 12.05
94 Natrium Fluoresein tetes mata 2 % botol #DIV/0!
95 Natrium Klorida larutan infus 0,9 % botol 6,000 1,107 5,421 6528.00 108.80
96 Natrium Thiosulfat injeksi I.v. 25 % ampul #DIV/0!
97 Nistatin tablet salut 500.000 IU/g tablet 5,000 1,600 18,400 20000.00 400.00
98 Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g tablet 5,000 2,100 38,400 40500.00 810.00
99 Obat Batuk hitam ( O.B.H.) botol 1,000 2,000 2000.00 200.00
100 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % tube 2,630 3 2633.00 #DIV/0!
101 Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml vial 25,000 699 5,570 6269.00 25.08
102 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml ampul 1,500 3,670 25,869 29539.00 1969.27
103 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml botol 6,000 1,495 4,605 6100.00 101.67
104 Paracetamol tablet 100 mg tablet #DIV/0!
105 Paracetamol tablet 500 mg tablet 1,500,000 811,400 1,313,200 2124600.00 141.64
106 Pilokarpin tetes mata 2 % (HCL/Nitrat) botol #DIV/0!
107 Pirantel tab. Score (base) 125 mg tablet 30,000 3,300 27,700 31000.00 103.33
108 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) tablet 188,000 885,000 1073000.00 #DIV/0!
109 Povidon Iodida larutan 10 % botol 582 4,789 5371.00 #DIV/0!
110 Povidon Iodida larutan 10 % botol #DIV/0!
111 Prednison tablet 5 mg tablet 3,400,000 10,000 500,000 510000.00 15.00
112 Primakuin tablet 15 mg tablet 100,000 65,000 65000.00 65.00
113 Propillitiourasil tablet 100 mg tablet 2,000 2,400 2400.00 120.00
114 Propanol tablet 40 mg (HCL) tablet #DIV/0!
115 Reserpin tablet 0,10 mg tablet #DIV/0!
116 Reserpin tablet 0,25 mg tablet #DIV/0!
117 Ringer Laktat larutan infus botol 10,006 2,464 8,384 10848.00 108.41
118 Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang endap 4% tube 14,400

119 Salisil bedak 2% kotak 7,000 708 6,292 7000.00 100.00


120 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 5 ml (ABU I) vial 16 9 25 34.00 212.50
121 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml (ABU II) vial #DIV/0!
122 Serum Anti Difteri Injeksi 20.000 IU/vial (A.D.S.) vial #DIV/0!
123 Serum Anti Tetanus Injeksi 1.500 IU/ampul (A.T.S.) ampul 20 5 25 30.00 150.00
124 Serum Anti Tetanus Injeksi 20.000 IU/vial (A.T.S.) vial #DIV/0!
125 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg ampul 12,000 500 15,000 15500.00 129.17
126 Sulfasetamida Natrium tetes mata 15 % botol #DIV/0!
127 Tetrakain HCL tetes mata 0,5% botol #DIV/0!
128 Tetrasiklin kapsul 250 mg kapsul 100,000 22,000 78,000 100000.00 100.00
129 Tetrasiklin kapsul 500 mg kapsul 2,000 2000.00 #DIV/0!
130 Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml ampul 9,000 150 24,000 24150.00 268.33
131 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat) tablet 700,000 10,000 1,000,000 1010000.00 144.29
132 Tiopental Natrium serbuk injeksi 1000 mg/amp ampul #DIV/0!
133 Triheksifenidil tablet 2 mg tablet #DIV/0!
134 Vaksin Rabies Vero vial #DIV/0!
135 Vitamin B Kompleks tablet tablet 250,000 874,000 2,402,000 3276000.00 1310.40
VAKSIN
136 BCG vial 2,114 2,114 - 2114.00 100.00
137 TT vial 9,925 9,825 100 9925.00 100.00
138 DT vial 1,203 1,203 - 1203.00 100.00
139 CAMPAK 10 Dosis vial 2,260 2,260 - 2260.00 100.00
140 POLIO 10 Dosis vial 2,260 2,220 40 2260.00 100.00
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

PERSENTASE
SATUAN TOTAL JUMLAH
NO NAMA OBAT KEBUTUHAN SISA STOK KETERSEDIAAN
TERKECIL PENGGUNAAN OBAT/VAKSIN
OBAT/VAKSIN
1 2 3 4 5 6 7 8
141 DPT-HB vial 4,232 4,232 - 4232.00 100.00
142 HEPATITIS B 0,5 ml ADS vial 4,450 4,450 - 4450.00 100.00
143 POLIO 20 Dosis vial - - - #DIV/0!
144 CAMPAK 20 Dosis vial - - - #DIV/0!

Sumber: BidangYankes Dinkes Kab. Belu


TABEL 67

JUMLAH SARANA KESEHATAN MENURUT KEPEMILIKAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

PEMILIKAN/PENGELOLA
NO FASILITAS KESEHATAN
KEMENKES PEM.PROV PEM.KAB/KOTA TNI/POLRI BUMN SWASTA JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9
RUMAH SAKIT
1 RUMAH SAKIT UMUM 0 0 1 1 0 2 4
2 RUMAH SAKIT KHUSUS -
PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
1 PUSKESMAS RAWAT INAP 2 0 0 0 2
- JUMLAH TEMPAT TIDUR 20 0 0 0 20
2 PUSKESMAS NON RAWAT INAP 15 15
3 PUSKESMAS KELILING 17 17
4 PUSKESMAS PEMBANTU 16 16
SARANA PELAYANAN LAIN
1 RUMAH BERSALIN 1 1
2 BALAI PENGOBATAN/KLINIK 4 4
3 PRAKTIK DOKTER BERSAMA 0 -
4 PRAKTIK DOKTER PERORANGAN 60 60
5 PRAKTIK PENGOBATAN TRADISIONAL 1 1
6 BANK DARAH RUMAH SAKIT 1 1
7 UNIT TRANSFUSI DARAH 1 1
SARANA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI KEFARMASIAN
1 INDUSTRI FARMASI -
2 INDUSTRI OBAT TRADISIONAL -
3 USAHA KECIL OBAT TRADISIONAL -
4 PRODUKSI ALAT KESEHATAN -
5 PEDAGANG BESAR FARMASI -
6 APOTEK 14 14
7 TOKO OBAT 27 27
8 PENYALUR ALAT KESEHATAN -

Sumber: Bidang Yankes Dinkes Kab. Belu


TABEL 68

PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I
KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

MEMPUNYAI KEMAMPUAN YAN. GADAR LEVEL I


NO SARANA KESEHATAN JUMLAH SARANA
JUMLAH %
1 2 3 4 5

1 RUMAH SAKIT UMUM 4 1 25.00

2 RUMAH SAKIT KHUSUS 0 0 #DIV/0!

JUMLAH (KAB/KOTA) 4 1 25.00

,
TABEL 69

JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

STRATA POSYANDU
POSYANDU AKTIF
NO KECAMATAN PUSKESMAS PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
JUMLAH
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 Raimanuk Webora 0 0.00 20 100.00 0 0.00 0 0.00 20 0 0.00
2 Rafae 0 0.00 21 75.00 7 25.00 0 0.00 28 7 25.00
3 Tasifeto Barat Halilulik 0 0.00 8 17.02 34 72.34 5 10.64 47 39 82.98
4 Kakuluk Mesak Atapupu 2 12.50 9 56.25 5 31.25 0 0.00 16 5 31.25
5 Haliwen 0 0.00 12 38.71 18 58.06 1 3.23 31 19 61.29
6 Ainiba 0 0.00 2 33.33 4 66.67 0 0.00 6 4 66.67
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4 18.18 10 45.45 8 36.36 0 0.00 22 8 36.36
8 Kota Atambua Kota 0 0.00 7 50.00 4 28.57 3 21.43 14 7 50.00
9 Atambua Barat Umanen 0 0.00 8 42.11 11 57.89 0 0.00 19 11 57.89
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 0 0.00 1 5.26 27 142.11 4 21.05 32 31 96.88
11 Tasifeto Timur Wedomu 0 0.00 12 63.16 32 168.42 1 5.26 45 33 73.33
12 Silawan 0 0.00 5 26.32 2 10.53 0 0.00 7 2 28.57
13 Raihat Haekesak 0 0.00 12 63.16 21 110.53 0 0.00 33 21 63.64
14 Lasiolat Aululik 0 0.00 20 105.26 1 5.26 0 0.00 21 1 4.76
15 Lamaknen Weluli 0 0.00 4 21.05 28 147.37 1 5.26 33 29 87.88
16 Dilumil 0 0.00 3 15.79 8 42.11 0 0.00 11 8 72.73
17 Lamaknen Selatan Nualain 0 0.00 12 63.16 18 94.74 0 0.00 30 18 60.00
JUMLAH (KAB/KOTA) 6 1.45 166 40.00 228 54.94 15 3.61 415 243 58.55
RASIO POSYANDU PER 100 BALITA 1.74

Sumber: Bidang PL dan Promkes Dinkes Kab. Belu


TABEL 70

JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KECAMATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA/ UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)


KELURAHAN POSKESDES POLINDES POSBINDU
1 2 3 4 5 6 7
1 Raimanuk Webora 4 3 1 -
2 Rafae 5 3 1 -
3 Tasifeto Barat Halilulik 7 - 6 -
4 Kakuluk Mesak Atapupu 4 1 3 -
5 Haliwen 5 1 4 1
6 Ainiba 1 - - -
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4 3 2 -
8 Kota Atambua Kota 3 - 1 1
9 Atambua Barat Umanen 4 - 2 1
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 5 1 4 -
11 Tasifeto Timur Wedomu 8 3 7 -
12 Silawan 1 - - 1
13 Raihat Haekesak 6 2 2 -
14 Lasiolat Aululik 7 2 5 -
15 Lamaknen Weluli 6 2 4 -
16 Dilumil 3 1 1 -
17 Lamaknen Selatan Nualain 8 4 5 -
JUMLAH (KAB/KOTA) 81 26 48 4

Sumber: Bidang PL dan Promkes Dinkes Kab. Belu


TABEL 71

JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2,014

DESA/KELURAHAN SIAGA
JUMLAH
NO KECAMATAN PUSKESMAS DESA/
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH %
KELURAHAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Raimanuk Webora 4 - 4 - - 4 100.00
2 Rafae 5 - 2 - - 2 40.00
3 Tasifeto Barat Halilulik 7 1 5 1 - 7 100.00
4 Kakuluk Mesak Atapupu 4 2 2 - - 4 100.00
5 Haliwen 5 2 3 - - 5 100.00
6 Ainiba 1 - 1 - - 1 100.00
7 Nanaet Dubesi Laktutus 4 - 1 - - 1 25.00
8 Kota Atambua Kota 3 1 - - - 1 33.33
9 Atambua Barat Umanen 4 1 - - - 1 25.00
10 Atambua Selatan Atambua Selatan 5 - 2 1 - 3 60.00
11 Tasifeto Timur Wedomu 8 5 2 - - 7 87.50
12 Silawan 1 - 1 - - 1 100.00
13 Raihat Haekesak 6 1 5 - - 6 100.00
14 Lasiolat Aululik 7 - 5 - - 5 71.43
15 Lamaknen Weluli 6 - 4 1 - 5 83.33
16 Dilumil 3 1 1 - - 2 66.67
17 Lamaknen Selatan Nualain 8 4 1 - - 5 62.50
JUMLAH (KAB/KOTA) 81 18 39 3 - 60 74.07

Sumber: Bidang PL dan Promkes Dinkes Kab. Belu


TABEL 72

JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

DOKTER
DR SPESIALIS a DOKTER UMUM TOTAL DOKTER GIGI TOTAL
NO UNIT KERJA GIGI SPESIALIS
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 Puskesmas Webora - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2 Puskesmas Rafae - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
3 Puskesmas Halilulik - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
4 Puskesmas Atapupu - - - - 1 1 - 1 1 - 1 1 - - - - 1 1
5 Puskesmas Ainiba - - - - - - - - - - - - - - - - - -
6 Puskesmas Haliwen - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
7 Puskesmas Laktutus - - - - - - - - - - - - - - - - - -
8 Puskesmas Kota - - - 1 1 2 1 1 2 - 1 1 - - - - 1 1
9 Puskesmas Umanen - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
10 Puskesmas Atambua Selatan - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
11 Puskesmas Wedomu - - - 1 1 2 1 1 2 1 - 1 - - - 1 - 1
12 Puskesmas Silawan - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
13 Puskesmas Haekesak - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
14 Puskesmas Aululik - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
15 Puskesmas Weluli - - - - 1 1 - 1 1 - 1 1 - - - - 1 1
16 Puskesmas Dilumil - - - 1 - 1 1 - 1 - - - - - - - - -
17 Puskesmas Nualain - - - - 1 1 - 1 1 - - - - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - 6 10 16 6 10 16 1 3 4 - - - 1 3 4
1 RSUD Atambua 4 3 7 10 7 17 14 10 24 - 1 1 - - - - 1 1
2 RSKM Halilulik 2 1 3 3 - 3 5 1 6 - - - - -
3 RS Sito Husada - - - 2 - 2 2 - 2 - - - - -
4 RS TNI - - - 1 1 2 1 1 2 - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 6 4 10 16 8 24 22 12 34 - 1 1 - - - - 1 1
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 6 4 10 22 18 40 28 22 50 1 4 5 - - - 1 4 5
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 5.08 20.30 25.38 2.54 0 2.54

Sumber: Subag Kepegawaian Dinkes Kab. Belu


a
Keterangan : termasuk S3
TABEL 73

JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

PERAWATa PERAWAT GIGI


NO UNIT KERJA BIDAN
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Puskesmas Webora 6 4 7 11 - - -
2 Puskesmas Rafae 5 6 4 10 - - -
3 Puskesmas Halilulik 11 4 11 15 - 1 1
4 Puskesmas Atapupu 10 3 6 9 - 1 1
5 Puskesmas Ainiba 3 4 3 7 - 1 1
6 Puskesmas Haliwen 17 2 15 17 - 1 1
7 Puskesmas Laktutus 4 5 5 10 - - -
8 Puskesmas Kota 11 4 12 16 - - -
9 Puskesmas Umanen 9 2 9 11 - - -
10 Puskesmas Atambua Selatan 11 3 8 11 - 1 1
11 Puskesmas Wedomu 10 5 8 13 - - -
12 Puskesmas Silawan 2 4 6 10 - - -
13 Puskesmas Haekesak 7 5 9 14 - 1 1
14 Puskesmas Aululik 6 5 6 11 - - -
15 Puskesmas Weluli 8 5 4 9 1 - 1
16 Puskesmas Dilumil 4 2 4 6 - 1 1
17 Puskesmas Nualain 7 5 5 10 - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 131 68 122 190 1 7 8
1 RSUD Atambua 39 26 115 141 1 1 2
2 RSKM Halilulik - -
3 RS Sito Husada - -
4 RS TNI - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 39 26 115 141 1 1 2
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - 2 3 5 - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 170 96 240 336 2 8 10
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 170.37 170.56 5.08

Sumber: Subag Kepegawaian Dinkes Kab. Belu


Keterangan : a termasuk perawat anastesi dan perawat spesialis
TABEL 74

JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

TENAGA KEFARMASIAN
TENAGA TEKNIS
NO UNIT KERJA APOTEKER TOTAL
KEFARMASIANa
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Webora - - - - - - - - -
2 Puskesmas Rafae - - - - - - - -
3 Puskesmas Halilulik - 2 - - - - 2 2
4 Puskesmas Atapupu - 2 - - - - 2 2
5 Puskesmas Ainiba 1 - - - - 1 - 1
6 Puskesmas Haliwen - 3 - - - - 3 3
7 Puskesmas Laktutus - 1 - - - - 1 1
8 Puskesmas Kota - 4 - - - - 4 4
9 Puskesmas Umanen 1 4 5 - - - 1 4 5
10 Puskesmas Atambua Selatan - 1 1 - - - - 1 1
11 Puskesmas Wedomu - 1 1 - - - - 1 1
12 Puskesmas Silawan - 1 1 - - - - 1 1
13 Puskesmas Haekesak 1 1 2 - - - 1 1 2
14 Puskesmas Aululik - - - - - - - - -
15 Puskesmas Weluli - 1 1 - - - - 1 1
16 Puskesmas Dilumil - - - - - - - - -
17 Puskesmas Nualain - 1 1 - - - - 1 1
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 3 22 12 - - - 3 22 25
1 RSUD Atambua 2 8 10 - 4 4 2 12 14
2 RSKM Halilulik - - - - -
3 RS Sito Husada - - - - -
4 RS TNI - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 2 8 10 - 4 4 2 12 14
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 5 30 22 - 4 4 5 34 39
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 11.17 2.03 19.80

Sumber: Subag Kepegawaian Dinkes Kab. Belu


Keterangan : a termasuk analis farmasi, asisten apoteker, sarjana farmasi
TABEL 75

JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

KESEHATAN MASYARAKATa KESEHATAN LINGKUNGANb


NO UNIT KERJA
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Puskesmas Webora - - - 1 - 1
2 Puskesmas Rafae - - - - 1 1
3 Puskesmas Halilulik - - - 1 1 2
4 Puskesmas Atapupu - - - - 1 1
5 Puskesmas Ainiba - 1 1 - 1 1
6 Puskesmas Haliwen - 1 1 2 - 2
7 Puskesmas Laktutus - - - 1 - 1
8 Puskesmas Kota - 1 1 - 2 2
9 Puskesmas Umanen - 1 1 - - -
10 Puskesmas Atambua Selatan - - - 1 - 1
11 Puskesmas Wedomu - - - - 2 2
12 Puskesmas Silawan - - - 1 - 1
13 Puskesmas Haekesak - - - 1 1 2
14 Puskesmas Aululik - 1 1 - - -
15 Puskesmas Weluli - - - - 1 1
16 Puskesmas Dilumil - 1 1 - 1 1
17 Puskesmas Nualain - - - - 1 1
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - 6 6 8 12 20
1 RSUD Atambua - 2 2 - 2 2
2 RSKM Halilulik - -
3 RS Sito Husada - -
4 RS TNI - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) - 2 2 - 2 2
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - -
JUMLAH (KAB/KOTA) - 8 8 8 14 22
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 4.06 11.17

Sumber: Subag Kepegawaian Dinkes Kab. Belu


Keterangan :
a
termasuk tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga biostatistik dan kependudukan,
tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, epidemiolog kesehatan
b
termasuk tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan
TABEL 76

JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

NUTRISIONIS DIETISIEN TOTAL


NO UNIT KERJA
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Webora - - - - - - - - -
2 Puskesmas Rafae - - - - - - - - -
3 Puskesmas Halilulik 1 1 2 - - - 1 1 2
4 Puskesmas Atapupu 1 1 2 - - - 1 1 2
5 Puskesmas Ainiba - - - - - - - - -
6 Puskesmas Haliwen 1 - 1 - - - 1 - 1
7 Puskesmas Laktutus - - - - - - - - -
8 Puskesmas Kota - 1 1 - - - - 1 1
9 Puskesmas Umanen - 1 1 - - - - 1 1
10 Puskesmas Atambua Selatan - 1 1 - - - - 1 1
11 Puskesmas Wedomu 1 - 1 - - - 1 - 1
12 Puskesmas Silawan - 1 1 - - - - 1 1
13 Puskesmas Haekesak - - - - - - - - -
14 Puskesmas Aululik - - - - - - - - -
15 Puskesmas Weluli 1 1 2 - - - 1 1 2
16 Puskesmas Dilumil - 1 1 - - - - 1 1
17 Puskesmas Nualain - 1 1 - - - - 1 1
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 5 9 14 - - - 5 9 14
1 RSUD Atambua - 2 2 - - 2 2
2 RSKM Halilulik - - - - -
3 RS Sito Husada - - - - -
4 RS TNI - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) - 2 2 - - - - 2 2
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - 4 4 - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 5 15 20 - - - 5 11 16
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 8.12

Sumber: Subag Kepegawaian Dinkes Kab. Belu


TABEL 77

JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

TENAGA KETERAPIAN FISIK


TOTAL
NO UNIT KERJA FISIOTERAPIS OKUPASI TERAPIS TERAPIS WICARA AKUPUNKTUR
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Puskesmas Webora - - - - - - - - - - - - - - -
2 Puskesmas Rafae - - - - - - - - - - - - - - -
3 Puskesmas Halilulik - - - - - - - - - - - - - - -
4 Puskesmas Atapupu - - - - - - - - - - - - - - -
5 Puskesmas Ainiba - - - - - - - - - - - - - - -
6 Puskesmas Haliwen - 1 1 - - - - - - - - - - 1 1
7 Puskesmas Laktutus - - - - - - - - - - - - - - -
8 Puskesmas Kota - - - - - - - - - - - - - - -
9 Puskesmas Umanen - - - - - - - - - - - - - - -
10 Puskesmas Atambua Selatan - - - - - - - - - - - - - - -
11 Puskesmas Wedomu - - - - - - - - - - - - - - -
12 Puskesmas Silawan - - - - - - - - - - - - - - -
13 Puskesmas Haekesak - - - - - - - - - - - - - - -
14 Puskesmas Aululik - - - - - - - - - - - - - - -
15 Puskesmas Weluli - - - - - - - - - - - - - - -
16 Puskesmas Dilumil - - - - - - - - - - - - - - -
17 Puskesmas Nualain - - - - - - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - 1 1 - - - - - - - - - - 1 1
1 RSUD Atambua 2 2 4 - - - 2 2 4
2 RSKM Halilulik - - - - - - -
3 RS Sito Husada - - - - - - -
4 RS TNI - - - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 2 2 4 - - - - - - - - - 2 2 4
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 2 3 5 - - - - - - - - - 2 3 5
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 2.54

Sumber: Subag Kepegawaian Dinkes Kab. Belu


TABEL 78

JUMLAH TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

TENAGA KETEKNISIAN MEDIS

NO UNIT KERJA REKAM MEDIS DAN


TEKNISI REFRAKSIONIS TEKNISI TRANSFUSI TEKNISI
RADIOGRAFER RADIOTERAPIS TEKNISI GIGI ANALISIS KESEHATAN ORTETIK PROSTETIK INFORMASI JUMLAH
ELEKTROMEDIS OPTISIEN DARAH KARDIOVASKULER
KESEHATAN
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Puskesmas Webora - - - - - - - - - - - - 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - 1 - 1
2 Puskesmas Rafae - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
3 Puskesmas Halilulik - - - - - - - - - - - - 1 1 2 - - - - - - - - - - - - - - - 1 1 2
4 Puskesmas Atapupu - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
5 Puskesmas Ainiba - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
6 Puskesmas Haliwen - - - - - - - - - - - - 1 3 4 - - - - - - - - - - - - - - - 1 3 4
7 Puskesmas Laktutus - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
8 Puskesmas Kota - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - 2 2 - - - - - - - 4 4
9 Puskesmas Umanen - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
10 Puskesmas Atambua Selatan - - - - - - - - - - - - - 3 3 - - - - - - - - - - - - - - - - 3 3
11 Puskesmas Wedomu - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
12 Puskesmas Silawan - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
13 Puskesmas Haekesak - - - - - - - - - - - - 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - 1 - 1
14 Puskesmas Aululik - - - - - - - - - - - - 1 - 1 - - - - - - - - - - - - - - - 1 - 1
15 Puskesmas Weluli - - - - - - - - - - - - 1 2 3 - - - - - - - - - - - - - - - 1 2 3
16 Puskesmas Dilumil - - - - - - - - - - - - - 2 2 - - - - - - - - - - - - - - - - 2 2
17 Puskesmas Nualain - - - - - - - - - - - - - 1 1 - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - - - - - - - - - - 6 20 26 - - - - - - - 2 2 - - - - - - 6 22 28
1 RSUD Atambua 2 2 4 - - - 1 2 3 - 1 1 3 6 9 - - - - - - 2 1 3 2 5 7 - - - 10 17 27
2 RSKM Halilulik - - - - - - - - - - - - -
3 RS Sito Husada - - - - - - - - - - - - -
4 RS TNI - - - - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 2 2 4 - - - 1 2 3 - 1 1 3 6 9 - - - - - - 2 1 3 2 5 7 - - - 10 17 27
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 2 2 4 - - 1 2 3 - 1 1 9 26 35 - - - - - - 2 3 5 2 5 7 - - - 16 39 55
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK 27.92

Sumber: Subag Kepegawaian Dinkes Kab. Belu


TABEL 79

JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

TENAGA KESEHATAN LAIN


TOTAL
NO UNIT KERJA PENGELOLA PROGRAM KESEHATAN TENAGA KESEHATAN LAINNYA

L P L+P L P L+P L P L+P


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Webora - - - - -
2 Puskesmas Rafae
3 Puskesmas Halilulik
4 Puskesmas Atapupu
5 Puskesmas Ainiba
6 Puskesmas Haliwen
7 Puskesmas Laktutus
8 Puskesmas Kota
9 Puskesmas Umanen
10 Puskesmas Atambua Selatan - - - - -
11 Puskesmas Wedomu - - - - -
12 Puskesmas Silawan - - - - -
13 Puskesmas Haekesak - - - - -
14 Puskesmas Aululik - - - - -
15 Puskesmas Weluli - - - - -
16 Puskesmas Dilumil - - - - -
17 Puskesmas Nualain - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - - - - - - -
1 RSUD Atambua - - - - -
2 RSKM Halilulik - - - - -
3 RS Sito Husada - - - - -
4 RS TNI - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) - - - - - - - - -
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - -
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - -
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) - - - - - - - - -

Sumber: Subag Kepegawaian Dinkes Kab. Belu


TABEL 80

JUMLAH TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN

STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG STAF PENUNJANG TENAGA TENAGA PENUNJANG TOTAL
NO UNIT KERJA PEJABAT STRUKTURAL TENAGA PENDIDIK JURU
ADMINISTRASI TEKNOLOGI PERENCANAAN KEPENDIDIKAN KESEHATAN LAINNYA

L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
1 Puskesmas Webora - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
2 Puskesmas Rafae - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
3 Puskesmas Halilulik - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
4 Puskesmas Atapupu - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
5 Puskesmas Ainiba - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 1 2 1 1 2
6 Puskesmas Haliwen - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
7 Puskesmas Laktutus - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
8 Puskesmas Kota - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 1 3 4 1 3 4
9 Puskesmas Umanen - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
10 Puskesmas Atambua Selatan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
11 Puskesmas Wedomu - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
12 Puskesmas Silawan - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
13 Puskesmas Haekesak - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
14 Puskesmas Aululik - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
15 Puskesmas Weluli - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
16 Puskesmas Dilumil - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
17 Puskesmas Nualain - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2 4 6 2 4 6
1 RSUD Atambua - - - - - - - - - - -
2 RSKM Halilulik - - - - - - - - - - -
3 RS Sito Husada - - - - - - - - - - -
4 RS TNI - - - - - - - - - - -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - -
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - - -
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 2 4 6 2 4 6

Sumber: Subag Kepegawaian Dinkes Kab. Belu


TABEL 81

ANGGARAN KESEHATAN KABUPATEN/KOTA


KABUPATEN/KOTA BELU
TAHUN 2014

ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN


NO SUMBER BIAYA
Rupiah %
1 2 3 4

ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER:

1 APBD KAB/KOTA Rp 90,080,946,836 82.03


a. Belanja Langsung Rp 60,659,570,691
Dinkes Belu Rp 26,416,140,816
Akper Belu Rp 1,897,425,000
RSUD Atambua Rp 32,346,004,875

b. Belanja Tidak Langsung Rp 29,421,376,145


Dinkes Belu Rp 17,966,377,807
RSUD Atambua Rp 11,454,998,338

2 APBD PROVINSI Rp - 0.00


- Dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi Rp -

3 APBN : Rp 18,916,469,000 17.23


- Dana Dekonsentrasi (Bidang Kesga) Rp 50,690,000 0.05
- Dana Tugas Pembantuan Dinkes (BOK) Rp 8,558,600,000 7.79
- Dana Tugas Pembantuan RSUD Rp 10,000,000,000 9.11
- PAMSIMAS (Bidang Promkes) Rp 70,469,000 0.06
- Bidang P3 (Kusta dan Frambusia) Rp 167,630,000 0.15
- Bidang P3 (Imunisasi) Rp 69,080,000 0.06

4 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI (PHLN) Rp 814,009,713 0.74


aipmnh (Dinas Kesehatan) Rp 136,877,000
GF (Bidang P3) Rp 677,132,713

5 SUMBER PEMERINTAH LAIN Rp - 0.00

TOTAL ANGGARAN KESEHATAN Rp 109,811,425,549


TOTAL APBD KAB/KOTA Rp 604,389,367,396
% APBD KESEHATAN THD APBD KAB/KOTA 14.90
ANGGARAN KESEHATAN PERKAPITA Rp 567,565

Sumber: LKPJ Dinkes Kab.Belu Tahun 2014 dll

Anda mungkin juga menyukai