Anda di halaman 1dari 23

PRESENTASI KASUS

FORENSIK KLINIK
Jennifer Christanty

DEPT. ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
Surat Permintaan Visum

• Nomor Polisi : VER/33/IV/2019/RES.JAK-BAR


• Instansi : Polres Metro Jakarta Barat
• Tanggal : Jumat, 19 April 2019
• Permintaan : Permohonan Visum et
Repertum Pencabulan pasal 82
UURI No. 35 Th. 2014 tentang
perubahan atas UURI No. 23 Th.
2002 tentang Perlindungan
Anak.
Pemeriksaan Pasien
• Tanggal : 19 April 2019
• Pukul : 20.30 WIB
• Tempat : RSUPN Cipto Mangunkusumo
• DPJP/ PPDS : dr. Yudy, SpF / dr. Rahmatsyah
Identitas Pasien
• Nama : An. A. A.
• Usia / TL : 16 tahun / 17 Mei 2002
• Jenis kelamin : Laki-laki
• Alamat : Komp. Duta Merlin Harmoni, Jakarta
Pusat
• Pekerjaan : Pelajar
• Kewarganegaraan : Indonesia
• NRM : 437 – 56 – 57
Anamnesis Pasien
• Korban mengaku, sekitar akhir Juli – Agustus 2018, di
apartemen milik pelaku, korban dipaksa melakukan
aktivitas seksual oleh pelaku wanita berusia sekitar 60
tahun yang diakui korban sebagai majikannya.
• Pelaku menarik tangan korban, membawanya ke
kamar pelaku dan korban diiming – imingi akan
diberikan uang.
Anamnesis Pasien
• Saat di kamar, dada dan kemaluan korban diraba – raba
dari luar. Setelah itu, korban didorong ke kasur dan pelaku
melepaskan baju serta celana korban. Dada korban
kemudian dicium-cium dan kemaluan korban dihisap-hisap
oleh pelaku hingga sperma korban keluar di dalam mulut
pelaku.
• Aktivitas seksual ini terjadi sebanyak 6 kali dan 2 kali di
antaranya, korban diminta untuk menyetubuhi pelaku.
Korban mengeluarkan spermanya di luar kemaluan pelaku.
• Korban tidak pernah menggunakan kondom selama
aktivitas seksual.
Anamnesis Pasien
• Pelaku meminta korban untuk tidak menceritakan ke
siapa-siapa dan mengatakan bahwa bila korban
bercerita ke orang lain, korban akan tahu sendiri
akibatnya.
• Setiap sesudah melakukan aktivitas seksual tanpa
persetubuhan, korban diberi uang sejumlah Rp
500.000, sedangkan setiap selesai bersetubuh, korban
diberi uang sejumlah Rp 1.000.000.
• Korban mengatakan bahwa pelaku tidak pernah
melakukan kekerasan fisik ataupun memberi
makanan/minuman/obat-obatan yang membuat
korban tidak sadarkan diri.
Anamnesis Pasien
• Korban mendapatkan informasi dari asisten suami
pelaku bahwa pelaku mengidap penyakit sifilis dan HIV.
Korban melakukan pemeriksaan darah di Klinik
Globalindo pada 18 Agustus 2018 dengan hasil
sifilisnya + dan HIV –
• Korban sudah menjalani pengobatan dengan disuntik
antibiotik pada bokongnya sekali seminggu selama tiga
minggu pada September 2018, namun korban belum
pernah dinyatakan sembuh dari sifilisnya
• Korban mengaku tidak pernah bersetubuh dengan
orang lain.
Pemeriksaan Fisis
Status Generalis
• Keadaan umum : Tampak baik
• Kesadaran : Compos Mentis
• Penampilan : rapi, pakaian sudah berganti dan tidak
ada yang robek
• Tekanan darah : 169/130 mmHg
• Nadi : 80 kali per menit
• Pernafasan : 20 kali per menit
• Suhu : 36,7 0C
• Tinggi badan : 165 cm
• Berat badan : 56 kg
Pemeriksaan Fisis
1. Gigi geligi berjumlah 29 buah dan
semuanya merupakan gigi tetap
2. Perkembangan seks sekunder: rambut
ketiak dan rambut kemaluan sudah 7654321 1234567
tumbuh sesuai dengan usia 7654321 12345678
3. Pemeriksaan genitalia: tidak ditemukan
luka – luka
4. Pemeriksaan anus: lipatan lubang
pelepas masih jelas, tidak ditemukan
adanya luka ataupun jaringan parut,
kekuatan otot lubang pelepas masih baik
5. Tidak ditemukan luka – luka di tempat
lain
Diagnosis
• Request for Expert Evidence
• Child Sexual Abuse

Tatalaksana
• Anjuran konsultasi ke bagian anak dan bagian
kesehatan jiwa/psikiatri
• Anjuran kontrol di Poliklinik Kulit dan Kelamin
untuk pemeriksaan sifilis
Kesimpulan
Pada pemeriksaan terhadap seorang laki-laki
berusia 16 tahun ini, tidak ditemukan kekerasan
pada tubuh, alat kelamin maupun lubang
pelepasnya. Keterangan mengenai kondisi medis
terkait penyakit kulit dan kelamin yang diduga
akibat persetubuhan masih memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut.
Tinjauan Pustaka
Dasar Hukum
• Pasal 289 KUHP
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan
dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan
perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan, dengan
pidana paling lama sembilan tahun.

• UU Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak Pasal


1 (15a):
Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap Anak yang
berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk
ancaman untuk melakukanperbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.
Dasar Hukum
• UU Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak
Pasal 69A:
Perlindungan khusus bagi Anak korban kejahatan seksual
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 ayat (2) huruf j
dilakukan melalui upaya:
a. edukasi tentang kesehatan reproduksi, nilai agama, dan
nilai kesusilaan;
b. rehabilitasi sosial;
c. pendampingan psikososial pada saat pengobatan
sampai pemulihan; dan
d.pemberian perlindungan dan pendampingan pada
setiap tingkat pemeriksaan mulai dari penyidikan,
penuntutan, sampai dengan pemeriksaan di sidang
pengadilan.
Dasar Hukum
• Pasal 133 KUHAP Ayat 1
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang
diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
• Pasal 133 KUHAP Ayat 2
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu
disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
• Pasal 179 KUHAP Ayat 1
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli
kedokteran kehakiman atau dokter atau ahli lainnya wajib
memberikan keterangan ahli demi keadilan.
Klasifikasi Temuan Fisik dan Data Lainnya (Alat Bantu
Diagnosis untuk Kasus Kekerasan Seksual pada Anak)

Kesimpulan diagnosis Bukti

Penemuan sperma atau cairan mani di tubuh anak


Kehamilan
Kultur N. Gonorrheae +
Bukti adanya infeksi sifilis atau HIV (di luar transmisi
Kekerasan atau kontak
perinatal dan transmisi melalui produk darah atau jarum
seksual definit
terkontaminasi)
Bukti yang jelas mengenai adanya trauma tumpul atau
trauma penetrasi pada area himen
Adanya bukti video atau foto atau saksi mata saat kejadian
Kultur positif C. Trachomatis
Kultur positif HSV tipe II
Infeksi trichomoniasis
Probable
Anak memberikan jawaban spontan, jelas, konsisten dan
detail mengenai kekerasan seksual, baik disertai maupun
tanpa hasil pemeriksaan fisik yang abnormal
Klasifikasi Temuan Fisik dan Data Lainnya (Alat Bantu
Diagnosis untuk Kasus Kekerasan Seksual pada Anak)

Kesimpulan diagnosis Bukti

Pemeriksaan fisik yang normal atau tidak spesifik


dikombinasi dengan perubahan perilaku, terutama perilaku
seksual
Possible
HSV Tipe I
Adanya kondiloma akuminata
Pernyataan anak yang tidak mendetail
Tidak ada riwayat, perubahan perilaku maupun saksi. Hasil
pemeriksaan fisik normal.
Tidak mengindikasikan
Tidak ada temuan spesifik seperti yang disebutkan di atas
kekerasan seksual
Temuan fisik adanya luka yang tidak disengaja disertai
keterangan yang jelas.
Sifilis
Sifilis Primer Sifilis Sekunder
• Ulkus soliter, bulat atau • Ruam pada kulit, selaput
lonjong, dasar bersih lendir, dan organ tubuh
dengan indurasi di bagian • Gejala  anoreksia, ↓
tepi, tidak ada rasa nyeri BB, malaise, nyeri,
• KGB regional membesar demam
umumnya bilateral, • Lesi kulit simetris
kenyal, tidak ada nyeri & • Tidak gatal
tidak disertai eritema
• Pria  sulkus koronarius • Bentuk lesi: roseola,
papul, pustul
• Wanita  labia minor &
mayor
Sifilis
Sifilis Laten Sifilis Tersier
• Tidak ada gejala klinis, • Melibatkan kulit, SSP,
tetapi infeksi masih ada sistem kardiovaskular
& aktif • Gumma: infiltrat
• Anjuran  tes VDLR, sirkumskrip, kronis,
TPHA biasanya melunak,
destruktif, nodul
subkutan, seperti karet
Sifilis
Pemeriksaan T.pallidum Follow up
• Black field examination • Pemeriksaan untuk sifilis
primer dan sekunder: VDRL
atau RPR 6 dan 12 bulan
Tes Serologik Sifilis (TSS) setelah pengobatan.
• Non-Treponemal: • Pemeriksaan untuk sifilis
– VDRL laten dan tersier: VDRL atau
RPR 6, 12 dan 24 bulan
– RPR setelah pengobatan.
• Treponemal • Keberhasilan terapi → kadar
– FTA-Abs serologik menurun 4 kalinya
– TPHA
– TTPA
Referensi
• Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kompilasi peraturan perundang-undangan terkait
praktik kedokteran. Jakarta: Departemen Ilmu
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2014.
• World Health Organization. Guidelines for medico-legal
care of victims of sexual violence. Geneva; 2003.
• Kasper, D.L., Hauser, S.L., Jameson, J.L., et al. Harrison’s
principles of internal medicine. 19th ed. McGraw-Hill
Education; 2015.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai