Pembimbing:
dr. Herman W Hadiprodjo, Sp. Rad
Disusun oleh:
Ingriani Wionika
406182048
Torsio testis merupakan suatu keadaan dimana
funikulus spermatikus terpuntir → gangguan
vaskularisasi → infark daripada testis.
biasanya terjadi pada laki-laki usia 12-20 tahun dan
terjadinya mendadak.
bila dibiarkan berlangsung lebih dari 3-4 jam,
menyebabkan terjadinya infark → atrofi dari organ-
organ bersangkutan.
Testis adalah organ genitalia
pria yang terletak di skrotum.
Ukuran testis pada orang
dewasa adalah 4×3×2,5 cm
dengan volume 15-25 ml
Pembungkus testis sendiri di
antaranya adalah kulit,
muskulus kremaster, tunika
dartos, fascia infundibuliform,
fascia intercrural, dan tunika
vaginalis.
Adanya kelainan sistem penyangga testis
menyebabkan testis dapat mengalami torsio
jika bergerak secara berlebihan, seperti :
perubahan suhu yang mendadak (seperti
pada saat berenang)
ketakutan
latihan yang berlebihan
Batuk
celana yang terlalu ketat
Defekasi
atau trauma yang mengenai skrotum
Faktor predisposisi lain terjadinya torsio
meliputi peningkatan volume testis (sering
dihubungkan dengan pubertas) :
tumor testis
testis yang terletak horisontal
riwayat kriptorkismus,
dan pada keadaan dimana spermatic
cord intrascrotal yang panjang
nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya mendadak
dan diikuti pembengkakan pada testis.
Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah
bawah
Gejala lain yang juga dapat muncul adalah mual dan
muntah, kadang-kadang disertai demam ringan
PATOGENESIS
Torsio Ekstravaginal
• pada masa janin dan neonatus lapisan yang
menempel pada muskulus dartos masih
belum banyak jaringan penyangganya
sehingga testis epididimis dan tunika
vaginalis mudah sekali bergerak dan
memungkinkan untuk terpeluntir pada
sumbu funikulus spermatikus.
PATOGENESIS
Torsio Intravaginal
• terjadi pada 95% dari semua torsio testis.
• Tunika vaginalis yang seharusnya
mengelilingi sebagian dari testis pada
permukaan anterior dan lateral testis pada
keadaan ini tunika mengelilingi seluruh
permukaan testis (anomali bell clapper)
sehingga mencegah insersi epididimis ke
dinding skrotum.
• Keadaan ini menyebabkan testis dan
epididimis dengan mudahnya bergerak di
kantung tunika vaginalis.
PEMERIKSAAN FISIK
INSPEKSI PAPALSI
Tumor testis Benjolan tidak dirasakan nyeri kecuali terjadi perdarahan di dalam testis.
Terapi
NON-OPERATIF
• Detorsi Manual adalah mengembalikan posisi
testis ke asalnya, dengan jalan memutar testis ke arah
berlawanan dengan arah torsio.
• Karena arah torsio biasanya ke medial maka
dianjurkan untuk memutar testis ke arah lateral dahulu,
kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba detorsi
ke arah medial.
• Hilangnya nyeri detorsi telah berhasil.
• Jika detorsi berhasil operasi harus tetap dilaksanakan.
Terapi
OPERATIF
• Operasi untuk mengembalikan posisi testis
pada arah yang benar (reposisi) dan setelah itu
dilakukan penilaian apakah testis yang
mengalami torsio masih viable (hidup) atau sudah
mengalami nekrosis.
• Jika testis masih hidup orkidopeksi (fiksasi
testis) pada tunika dartos kemudian
orkidopeksi pada testis kontralateral.
• Orkidopeksi dilakukan dengan mempergunakan
benang yang tidak diserap pada 3 tempat untuk
mencegah agar testis tidak terpluntir kembali
• sedangkan pada testis yang sudah mengalami
nekrosis pengangkatan testis (orkidektomi)
dan kemudian disusul orkidopeksi pada testis
kontralateral
Bila dilakukan penangan sebelum 6 jam hasilnya baik
8 jam memungkinkan pulih kembali
12 jam meragukan
24 jam dilakukan orkidektomi.
Viabilitas testis sangat berkurang bila dioperasi setelah 6 jam.