oleh
Teodhora, M.Farm., Apt
Institut sains dan teknologi nasional
Prodi s1 farmasi
1. KLASIFIKASI KERACUNAN
2. PENYEBAB KERACUNAN
3. GEJALA DAN DIAGNOSIS KERACUNAN
4. PERANAN LABORATORIUM
5. TERAPI INTOKSIKASI
KLASIFIKASI KERACUNAN
Tdk ada Batasan yg tegas tentang keracunan berbagai macam obat dan zat kimia praktis
setiap zat kimia mungkin menjadi penyebabnya
Accidental poisoning terutama terjadi pd anak di bawah umur 5 tahun krn
kebiasaannya memasukkan segala benda yg dijumpai ke dalam mulut
Obat berlapis gula atau asetosal pun menarik bagi mereka. minyak tanah merupakan
penyebab keracunan terbesar pd anak
Barbiturat dan hipnotik –sedative lain merupakan pilihan pertama untuk bunuh diri pd
orang dewasa, sedangkan opiate biasanya merupakan penyebab pd anak muda yg
menyalah-gunakannya.
Keracunan insektisida dpt terjadi krn self poisoning atau suatu kecelakaan krn kurang
berhati-hati dlm penggunaanya
• Enteroktosin stafilokokus sering mencemari makanan dan menyebabkan
keracunan
• Demikian pula toksin botulinus mungkin terdapat dlm makanan kaleng yg
sudah rusak krn pengawetan yg kurang sempurna.
• Makanan sehari-hari dpt mengandung racun yg amat kuat seperti sianida pd
singkong , muskarin atau faloidin pd jamur , ichtysosarcotoxin pd ikan dan
sebagainya
• Kandungan asam jengkolat pd jengkol dpt menyebabkan penyumbatan
tubuli ginjal sehingga hematuria dan anuria
• Boraks dan formalin sbg pengawet makanan
• Sebetulnya, kedua zat kimia ini tdk memenuhi syarat badan POM sbg bahan
tambahan dlm makanan , namun entah krn ketidaktahuan atau kesengajaan ,
banyak produsen makanan (tahu, baso, mi basah, dan ikan segar)
menggunakannya.
GEJALA DAN DIAGNOSIS KERACUNAN
Gejala yg mengarah ke suatu diagnosis keracunan sebanding dgn banyaknya
jumlah golongan obat yg beredar.
Makin banyak golongan obat yg beredar makin beragam gejala keracunan
obat. Suatu gejala sering bersifat spesifik, misal koma yg dapat disebabkan
oleh hipnotik , obat perangsang SSP, salisilat, antidepresi dan lain-lain
Dalam hal ini anamnesis (ket. Mlalui wawancara) dpt membantu
menegakkan diagnosis, walaupun harus selalu dicocokkan dgn tanda-tanda
yg ditemukan , krn suatu yg digenggam oleh pasien mungkin bukan berisi zat
penyebab keracunan.
Jadi diagnosis memang sulit ditegakkan krn harus dikenal segala efek
farmakodinamik dari semua obat yg potensial bersifat racun
• Keracunan biasanya menyangkut golongan obat tertentu dan
beberapa diantaranya mempunyai gejala yg pasti obat-obat
hipnotik misalnya menimbulkan koma dgn tonus dan reflex otot
menurun seperti dlm anastesia
• Antikolinergik jg perlihatkan gejala khas midriasis, takikardi, kulit
merah dan panas. Pada pengelolaan pasien keracunan yg paling
penting adalah penilaian klinis walaupun sebabnya blm diketahui .
• Hal ini disebabkan krn pengobatan simtomatik sdh dpt dilakukan
terhadap gejala-gejalanya
• Diantaranya sangat penting pd permulaan keracunan ialah derajat
kesadaran dan respirasi, tekanan darah, kejang, jantung, lain-lain
• Penurunan kesadaran dibagi atas 4 tingkat :
• Tingkat I : Pasien mengantuk ,tapi masih bisa diajak bicara
• Tingkat II : Pasien dlm keadaan sopor/ dapat dibangunkan
dengan rangsangan minimal. Misal bicara dgn keras atau
tangan nya digoyang
• Tingkat III : Pasien dlm keadaan soporokoma-
komatus,bereaksi dengan rangsangan maksimal yaitu dgn
menekan sternum dgn kepalan tangan
• Tingkat IV : pasien koma, tidak ada reaksi sedikitpun trhdp
ransangan maksimal di atas
Respirasi seringkali hambatan pd pusat nafas merupakan sebab
kematian pd keracunan krn itu frekuensi nafas dan volume semenit
harus diperhatikan. Jalan nafas jg sering terhambat oleh sekresi mucus
yg dpt berbahaya bila tdk segera dibersihkan (keracunan insektisida
organofosfat, atau karbamat)
TD syok sering dijumpai pd keracunan, biasanya keadaan syok tdk bgitu
berat dan dapat diatasi dgn tindakan sederhana. Syok berat biasanya
berkaitan dgn kerusakan vasomotor dan prognosisnya buruk
Kejang menandakan adanya perangsangan SSP (amfetamin) , medulla
spinalis (striking) atau hbgn saraf otot (insektisida organofosfat)
keadaan ini hrs dibedakan dr penyakit yg menimbulkan kejang misalnya
epilepsy, demam kejang dll
Jantung kelainan ritme jantung shgga dpt terjadi gejala payah jantung
atau henti jantung.
KERACUNAN DENGAN
TINDAKAN TERAPINYA
Alkohol
• MK Keracunan : Depresi SSP merupakan efek utama keracunan etanol,
hipoglikemik dpt trjd krn gangguan gluconeogenesis pd pasien dgn
kondisi kehabisan glikogen
• Perkiraan dosis toksik : kons etanol dlm darah 100 mg/dL (0,7 kg etanol
murni) cukup untuk menghambat gluconeogenesis dan menyebabkan
hipoglikemi namun blm sebabkan koma
• Tanda dan gejala : muntah, depresi ssp
• Terapi : simtomatik beri kopi , emetic dgn mustard 1 sendok makan
dlm air atau garam dapur
Antihistamin
• MK keracunan : antihistamin H1 bloker bhubungan scara struktur dgn
histamin dgn mengantagoniskan efek histamin pd reseptor H1 . Memiliki
efek antikolinergik serta dpt menstimulasi atau menekan ssp
• Perkiraan dosis toksik : dosis fatal oral difenihidramin 20-40 mg/kg ,
umumnya toksisitas trjd stelah menelan 3-5 kali dosis lazim harian , anak-
anak lbh sensitive trhdp efek toksik antihistamin dibandingkan dgn
dewasa
• Tanda dan gejala : depresi SSP sampai koma . Kejang disusul dgn depresi
pernapasan , mulut kering , takikardi
• Terapi : simtomatik , perhatikan pernapasan, bila kejang diberi
antikonvulsan , gunakan 3-4 ml thiopental 2-5% scra IV , luminal jgn
diberikan
ARSEN TRIOKSIDA
• Mk : senyawa arsen brsifat iritan pd kulit, membrane mukosa saluran nafas
dan saluran cerna. Stlh diabsorpsi senyawa arsen menganggu metabolism
seluler dgn cara berikatan dgn gugus sulfidril berbagai enzim . Karsinogenik
• Perkiraan dosis toksik : akut 120 mg
• Tanda dan gejala : akut tenggorokan tercekik dan sukar menelan, kolik
usus , dinding perut sakit , diare berdarah, muntah, kejang, koma, syok.
Kronik lemah, mual, ginjal rusak, hepatomegaly, sirosis, edema pd
kelopak mata dan pergelangan kaki
• Terapi : morfin (antinyeri), bilas lambung , beri susu
Asetaminofen
• Mk kracunan slh 1 produk metabolism asetaminofen oleh sitokrom
p450 bersifat hepatoksik. Normalnya metabolit reaktif ini scara cepat
didetoksifikasi oleh glutation di hati, namun dlm kejadian over dosis
produksi metabolit toksik melebihi kapasitas glutation dan metabolit
bereaksi scara lgsg dgn makromolekul hati sebabkan kerusakan hati,
dan ginjal
• Perkiraan dosis toksik : anak lbh dr 140 mg/kg BB, dewasa 6 gram
• Tanda dan gejala : tergantung pd waktu setelah menelan asetaminofen,
gejala awal anoreksia, mual, muntah, 24-48 jam nekrosis hati gagal
hati sebabkan kematian
• Terapi : karbon aktif srta katartik, antidotum spesik : N-asetilsistein 140
mg/kg BB (PO) efektif bergantung pd kec pemb terapi sblm trjd
akumulasi metabolit toksik
Peranan laboratorium
Diagnosis akhir keracunan ditentuka oleh pemeriksaan analisis darah,
urin atau muntahan pasien
Pemeriksaan lab tdklah mudah krn obat di dlm tubuh mengalami proses
biotransformasi
Spesimen biologic dpt diperiksa secara kualitatif dan kuantitatif
Pemeriksaan Kualitatif dan semikuantitatif sdh cukup untuk diagnosis
Pemeriksaan kuantitatif memerlukan Teknik dan alat yg lbh canggih
terbatas nilainya shgga tdk begitu praktis dilakukan kecuali untuk
penelitian