Anda di halaman 1dari 23

KEPEMIMPINAN

DALAM ORGANISASI
KEPEMIMPINAN VS MANAJEMEN

• Kepemimpinan adalah kemampuan


mempengaruhi orang untuk mencapai
tujuan organisasional
• Kekuasaan adalah kemampuan yang
berpotensi untuk mempengaruhi
perilaku orang lain.
KEPEMIMPINAN VS MANAJEMEN
Karakteristik pemimpin dan manajer
JIWA PIKIRAN
Visioner Rasional
Penuh gairah Berkonsultasi
Kreatif Persisten
Fleksible Menyelesaikan masalah
Penuh Inspirasi Berwatak keras
Inovatif Analitikal
Berani Terstruktur
Imaginatif Tenang
Suka mencoba Berkuasa
Mencetuskan perubahan Menstabilkan
Kekuatan pribadi Kekuasaan Posisi
KEPEMIMPINAN VS MANAJEMEN
• Kekuasaan Posisi
Kekuasaan manajer tradisional datang dari organisasi. Posisi
manajer memberinya kekuasaan untuk memberikan penghargaan
atau hukuman.
1. Kekuasaan sah
2. Kekuasaan penghargaan
3. Kekuasaan koersif
• Kekuasaan Pribadi
Kekuasaan pribadi berasal dari sumber-sumber internal seperti
pengetahuan khusus, karakteristik kepribadian.
KEPEMIMPINAN VS MANAJEMEN
•Dua tipe kekuasaan pribadi adalah :
1. kekuasaan ahli : kekuasaan yg berasal dari
pengetahuan khusus atau ketrampilan dalam
tugas-tugas yang dikerjakan oleh para
bawahan.
2. Kekuasaan pengacu : kekuasaan yang
berasal dari karakteristik –karakteristik yang
membangkitkan pengenalan, rasa hormat dan
kekaguman para bawahan.
KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN :
Karakteristik (traits) : karakteristik pribadi yang istimewa, seperti
intelijensi,nilai-nilai dan penampilan.
Karakteritik-karakteristik fisik Kepribadian Karakteristik yang
berhubungan dengan
pekerjaan
Energi Kepercayaan diri
Stamina fisik Kejujuran dan integritas Dorongan
keberhasilan,keinginan untuk
unggul
Antusiasme Sifat berhati-hati dalam
mengejar tujuan-tujuan
Keinginan untuk memimpin Tekun menghadapi rintangan-
rintangan,keuletan
Kemandirian
Intelejensi dan kemampuan Karakteristik sosial Latar belakang sosial
Intelejensi,kemampuan kognitif Keramahan,ketrampilan Pendidikan
antarpersonal
Pengetahuan Kemauan untuk berkooperatif Mobilitas
Penilaian, ketegasan Kemmapuan untuk
bekerjasana
Kebijaksanaan,diplomasi
Pemimpin Otoriter Vs Demokratis
• Pemimpin Otoriter adalah seorang pemimpin
yg cenderung memusatkan otoritas dan
mengandalkan kekuasaan sah,penghargaan
dan koersif untuk mengatur bawahannya.
• Pemimpin demokratis adalah seorang
pemimpin yang mendelegasikan otoritas untuk
orang lain,mendorong adanya partisipasi dan
mengandalkan kekuasaan ahli serta kekuasaan
pengacu untuk mengatur para bawahannya.
Univ. Ohio melakukan survey untuk memahami perilaku pemimpin
dalam mempengaruhi bawahan. Hasil survey mengemukakan 2
kategori luas dari demensi perilaku pemimpin, yaitu :

yang menggambarkan perilaku pemimpin yang empati &


sensitif terhadap bawahan, menghormati ide & perasaan
mereka, berusaha menciptakan kepercayaan timbal balik
dengan bawahan.

menggambarkan perilaku pemimpin yang berorientasi pada penyelesaian


tugas, mengarahkan aktivitas org secara ketat untuk mencapai tujuan tertinggi
Peneliti UNIV MICHIGAN meneliti demensi perilaku
pemimpin melalui produktivitas kelompok atau
bawahan, sehingga secara langsung membandingkan
mana perilaku pemimpin yg efektif dan mana perilaku
pemimpin yg tdk efektif, hasilnya adalah dua demensi
perilaku pemimpin, yaitu : berpusat pd bawahan
(employee centered) dan berpusat pd tugas (job
centered)
Keyakinan dasar pendekatan kontigensi
adalah perilaku pemimpin yang efektif pada
situasi tertentu belum tentu efektif dalam
situasi lainnya.
FIEDLER cs mencari hubungan antara gaya kepemimpinan dengan
situasi organisasional. Pokok t. Fiedler berfokus pada apakah
seorang pemimpin menekankan pada gaya orientasi hubungan atau
tugas.

Untuk menentukan apakah seorang pemimpin berorientasi pada


tugas atau hubungan.

Jika orientasi hubungan, pemimpin menekankan pada terciptanya


kepercayaan & penghormatan timbal balik, mendengar kebutuhan
bawahan & komunikasi 2 arah.

Jika orientasi tugas, pemimpin menekankan pada penyelesaian


tugas dan prestasi tinggi dari bawahan.
1. Kualitas hubungan pemimpin - bawahan

2. Struktur tugas, yaitu apakah tugas yang


dikerjakan bawahan terdefinisi, melibatkan
prosedur yang spesifik, jelas, mempunyai tujuan
pasti

3. Kedudukan kekuasaan, berhubungan dengan


apakah pemimpin memiliki wewenang formal
yang kuat pada bawahan.

Dari 3 elemen di atas menghasilkan 8 situasi kepemimpinan, yang


dibedakan menjadi situasi yang favorable dan non favorable, seperti
berikut :
1. Pemimpin dengan gaya berorientasi tugas lebih efektif ketika
situasi yang dihadapi sangat favorable atau unfavorable

2. Pemimpin dengan gaya berorientasi hubungan akan efektif


jika situasi yang dihadapi menengah.

1. Pemimpin harus memahami orientasi seperti apa yang sedang


diperankannya dan

2. Pemimpin harus mendiagnosa situasi dan menentukan gaya yang


sesuai dengan situasinya
Teori ini berfokus pada karakteristik kematangan
bawahan sebagai kunci pokok situasi yang
menentukan keefektifan perilaku pemimpin

1. Gaya memberitahu (telling)

2. Mempromosikan (selling)

3. Berpartisipasi (partisipating)
4. Mendelegasikan (delegating)
Ditandai dengan komunikasi satu arah, bersifat
instruksi yang mengarahkan bawahan, secara ketat
dalam menyelesaikan tugas.

Ditandai dengan komunikasi dua arah dari pemimpin,


walaupun masih memberikan pengarahan, tetapi
pemimpin masih meminta masukan dari bawahan
sebelum mengambil keputusan.
4. GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL
@ Gaya berpartisipasi, ditandai dengan kerjasama
antara pemimpin dan bawahan dalam
pengambilan keputusan melalui komunikasi 2
arah dan memberikan kemudahan akses
informasi penting
@ Gaya mendelegasikan, ditandai dengan
kebebasan dan pendelegasian tugas serta
wewenang yang luas kepada bawahan.
Pemimpin hanya memberikan sedikit
pengarahan dan pengawasan, karena bawahan
mempunyai kemampuan yang tinggi dalam
menyelesaikan tugasnya dengan efektif dan
efisien.
TINGGI

ORIENTASI
HUBUNGAN
S3 S2

S4 S1

RENDAH TINGGI

ORIENTASI PADA TUGAS

KESIAPAN BAWAHAN

TINGGI MENENGAH RENDAH

R4 R3 R2 R1 R1= TDK MAMPU &


TDK MAU

R4= MAMPU & MAU R3= MAMPU TAPI TDK MAU R2= TDK MAMPU TAPI MAU
TEORI PATH GOAL

Teori ini menekankan tanggung jawab pemimpin untuk


meningkatkan motivasi karyawan agar tujuan personal
dan organisasional tercapai.

Pemimpin meningkatkan motivasi bawahan dengan


cara :
1. Mengklarifikasikan jalan menuju reward yang
tersedia, atau
2. Meningkatkan reward yang diinginkan &
diharapkan bawahan.
TEORI PATH GOAL
Klarifikasi jalan, artinya pemimpin bekerja
dengan bawahan utk menolong mereka
mengidentifikasi dan belajar tentang perilaku apa
saja yang membawa penyelesaian tugas yang
efektif serta mencapai reward organisasi.

Meningkatkan reward, artinya pemimpin


berbicara kepada bawahan untuk belajar
memahami hadiah seperti apa yang diinginkan
bawahan, apakah mereka menginginkan hadiah
intrinsik atau lebih menginginkan hadiah
ekstrinsik, seperti gaji dan promosi.
TEORI PATH GOAL MEMBERIKAN 4
KLASIFIKASI PERILAKU KEPEMIMPINAN,
SBB :

1. Kepemimpinan suportif, digambarkan sebagai pemimpin


yang menunjukkan perhatian besar pada kesejahteraan dan
pemenuhan kebutuihan bawahan.
2. Kepemimpinan direktif, digambarkan sebagai pemimpin
yang menunjukkan dominasi dalam mengarahkan,
mengawasi & mengatur bawahan,
3. Kepemimpinan partisipatif, digambarkan sebagai pemimpin
yang lebih banyak mengkonsultasikan dan mendiskusikan
masalah dengan bawahan sebelum mengambil keputusan.
4. Kepemimpinan orientasi berprestasi, digambarkan sebagai
pemimpin yang menetapkan tujuan yang jelas & mempunyai
tantangan besar untuk bawahan.
PRINSIP PENERAPAN TEORI PATH GOAL :
1. Pemimpin harus memahami kebutuhan
bawahannya dan berusaha merangsang
bawahan mencapai kebutuhan tersebut melalui
reward yang tersedia.

2. Pemimpin berusaha meningkatkan hadiah bagi


bawahannya ketika berhasil mencapai tujuan
kerjanya.

3. Pemimpin berusaha menyediakan jalur/jalan


yang mudah bagi bawahan untuk mencapai
tujuannya dengan memberikan bimbingan dan
pengarahan maksimal.

4. …….
PRINSIP PENERAPAN TEORI PATH GOAL :

4. Pemimpin harus menolong bawahan


mengklarifikasikan harapannya, agar bawahan
tidak mempunyai harapan yang terlalu tinggi.

5. Pemimpin harus berusaha mengurangi


hambatan yang menimbulkan frustasi bagi
proses pencapaian tujuan kinerja bawahan.

6. Pemimpin harus berusaha meningkatkan


kesempatan pada bawahan untuk merasakan
kepuasan pribadi melalui pencapaian kinerja
yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai