Anda di halaman 1dari 18

PAPULOERITROSKUAMOSA

Pembimbing : dr. Prasti Adhi Dharmasanti,, Sp. KK


Dewi Kusuma Wangsa
112018104
Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
RS BHAYANGKARA H.S SAMSOERI
MERTOJOSO SURABAYA
PERIODE 27 Januari – 29 Februari 2020
PAPULOERITROSKUAMOSA

Golongan penyakit kulit


PENYEBAB
1. Psoriasis
2. Ptiriasis Rosea
3. Dermatitis Seboroik
4. Eritroderma

Effloresensi terutama :
papula, eritema, skuama

Eritema : berwarna merah

Papula : penonjolan padat di atas Skuama : pelepasan lapisan tanduk dari


permukaan kulit, batas tegas, <1 cm permukaan kulit, bisa halus – kasar
PSORIASIS
DEFINISI
• penyakit kulit kronik, residif, dan dasar genetik yang kuat
• bercak-bercak eritema berbatas tegas, ditutupi oleh skuama tebal berlapis-lapis berwarna putih
mengkilat.

ETIOPATOGENESIS
Penyebab pasti belum diketahui
Faktor – faktor:
• Pemendekan turn over epidermis
• Predisposisi genetik
Faktor pencetus : stress dan emosi, infeksi,
obat tertentu, perubahan iklim, trauma

EPIDEMIOLOGI
• Eropa 3 – 7%, Amerika Serikat 1 – 2%, dan
Jepang 0,6%
• Semua usia, dewasa muda >>
• Pria = wanita
Indonesia
• 10 rumah sakit besar dengan angka
prevalensi pada tahun 1996, 1997 dan 1998
berturut-turut 0.62%, 0.59%, 0.92%.
GAMBARAN KLINIS
Keluhan : gatal (panas/burning sensation)
Predileksi : Siku, lutut, kulit kepala, telapak kaki dan ta
ngan, punggung, tungkai atas dan bawah, serta kuku
KULIT :
- Makula eritematus, batas jelas, skuama tebal, trans
paran, lepas dibagian tepi, lekat dibagian tengah
- fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner
KUKU :
- pitting nail/nail pit, kuku keruh, tebal
- kuku tangan >>
SENDI : distal interfalang, poliartikular
MUKOSA : geographic tongue
BENTUK KLINIS

1. Psoriasis Vulgaris
2. Psoriasis Gutata
3. Psoriasis Inversa/Fleksural
4. Psoriasis Eksudativa
5. Psoriasis Seboroik : skuama agak berminyak dan lunak
6. Psoriasis Pustulosa
a. Psoriasis pustulosa palmoplantar (Barber) : lokalisata, pustul di atas kulit yang eritematosa, gatal
b. Psoriasis pustulosa generalisata akut (von Zumbusch) : generalisata, kulit nyeri, hiperalgesia, gejala
prodormal, plak eritema  muncul pustul miliar  lake of pus
7. Eritroderma psoriatik : lesi psoriasis tidak tampak, eritema dan skuama tebal universal

HISTOPATOLOGI
 Akantosis
 Papilomatosis
 Hilangnya stratum granulosum
 Hiperkeratosis
 parakeratosis
 Pada dermis : infiltrasi sel-sel polinuklear, limfo
sit dan monosit & pelebaran ujung-ujung pem
buluh darah.
DIAGNOSIS BANDING PROGNOSIS
 Dermatofitosis Meskipun psoriasis tidak menyebabkan
 Siflis stadium Il kematian, tetapi bersifat kronis dan residif
 Dermatitis seboroik

PENATALAKSANAAN
A. SISTEMIK
1. Kortikosteroid : prednison 30 mg/hari  tap off
2. Obat sitostatik (metotreksat) : 3 x 2,5 mg. Indikasi psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis artritis deng
an lesi kulit, dan eritroderma karena psoriasis
3. Levodopa 2 x 250 mg - 3 x 500 mg (pada pasien Parkinson + psoriasis)
4. Diaminodifenilsulfon (DDS) 2 x 100 mg/hari : psoriasis pustulosa tipe Barber
5. Etretinat dan asitretin : psoriasis yang sukar disembuhkan
6. Siklosporin 6 mg/kgBB/hari : imunosupresif
7. Terapi biologik (adalimumab, ustekimumab) : efeknya memblok langkah molecular spesifik
B. TOPIKAL
1. Preparat ter 2-5%* : antiradang
2. Kortikosteroid (krim/salap)
3. Ditranol 0,2 - 0,8%
4. Pengobatan dengan penyinaran (UVA/UVB) : menghambat mitosis
5. Calcipotriol salap/krim 50 mg/g : antiproliferasi
6. Tazaroten 0,05 – 1% : menghambat proliferasi & sel radang
7. Emolien : melembutkan permukaan kulit
BAGAN ALUR

Sumber : PPK Perdoski 2017


PTIRIASIS ROSEA
DEFINISI
• kelainan kulit akut
• Timbulnya makula/plak soliter berwarna merah muda dengan skuama halus (“herald patch”),  lesi ber
ukuran lebih kecil di badan & ekstremitas proksimal (christmas tree pattern)

EPIDEMIOLOGI

• semua umur (antara 15-40 tahun)


• jarang pada usia < 2 tahun dan > 65 tahun
• Ratio perempuan : laki-laki = 1.5:1

ETIOLOGI

- Penyebab belum diketahui


- Diduga reaktivasi Human Herpes Virus
(HHV) -7 dan HHV-6
GEJALA KLINIS
Predileksi : tersebar di seluruh tubuh (tertutup pakaian)
Gejala prodromal ringan (badan lemah, sakit kepala, sakit tenggoroka
n)
Efloresensi : Makula eritroskuamosa anular dan solitar, lonjong, sentra
l bersisik, agak berkeringat
Lesi inisial (“herald patch”) : solitar, oval, anular, diameter 2-6 cm

DIAGNOSIS BANDING

PENATALAKSANAAN
Prinsip: penyakit dapat sembuh spontan, pengobatan bersifat simtomatis
• Obat topikal : asam salisilat yang dibubuhi mentol ½ -1%
• Gatal : antihistamin (setirizin 1x10 mg/hari)

PROGNOSIS
• Prognosis baik karena penyakit sembuh spontan, biasanya dalam waktu 3-8 minggu.
• Ptiriasis rosea jarang kambuh, tetapi dapat terjadi kekambuhan pada 2% kasus
BAGAN ALUR

Sumber : PPK Perdoski 2017


DERMATITIS SEBOROIK
DEFINISI
peradangan kulit pada daerah yang banyak mengandung kelenjar sebasea.

EPIDEMIOLOGI

- 3-5% pada populasi umum


- Lesi ditemui pada kelompok bayi, remaja dan
memuncak pada umur 40 tahun
- laki-laki > perempuan
- 36% pasien HIV mengalami dermatitis seboroik

ETIOPATOGENESIS
• Penyebab pasti belum diketahui
• Dugaan :
- peranan kelenjar sebasea
- faktor kelelahan, stres emosional, infeksi,
atau defisiensi imun
• Sering pada : HIV/AIDS
GAMBARAN KLINIS & DIAGNOSA
Predileksi : daerah kel. Sebasea >> (kuli
t kepala, wajah, badan atas, lipatan)
- Kepala tampak eritema, skuama halu
s – kasar (ketombe), rasa gatal yang
hebat
Efloresensi : Makula eritematosa ditutup
i papula miliar, skuama halus putih ber
minyak, erosi dengan krusta kekuningan
.

DIAGNOSIS BANDING
 Psoriasis  Kandidosis
 Psoriasis inversa  Otomikosis dan otitis eksterna
PENATALAKSANAAN

PROGNOSIS
• Pada bayi prognosis baik dapat sembuh dengan sendirinya
• Pasien dermatitis seboroik dewasa berat, dapat persisten
BAGAN ALUR

Sumber : PPK Perdoski 2017


ERITRODERMA (DERMATITIS ESKFOLIATIVA)

DEFINISI
• kelainan kulit yang ditandai dengan adanya eritema universalis (90%-100%), disertai skuama
• Bila eritemanya antara 50-90% disebut pre-eritroderma

PATOFISIOLOGI EPIDEMIOLOGI
- Belum jelas, tergantung faktor penyebab:
a. Alergi obat sistemik : riwayat minum obat/jamu, <10 hari
• pasien eritroderma makin bertambah
b. Perluasan penyakit kulit : karena penyakitnya sendiri/peng
obatan terlalu kuat (psoriasis, Leiner’s disease) • Penyebab utama : psoriasis (psoriasis
meningkatnya  eritroderma mening
c. Penyakit sistemik : Sindrom sezary kat)

Eritema terjadi akibat pelebaran pembuluh darah → aliran da


rah ke kulit meningkat → kehilangan panas bertambah :
1. Penderita kedinginan / menggigil
2. Hipotermi (akibat peningkatan perfusi kulit) DIAGNOSIS BANDING
3. Dehidrasi (akibat penguapan cairan yang meningkat)
4. Pengaturan suhu terganggu.
GEJALA KLINIS & DIAGNOSIS
Predileksi : Seluruh atau hampir seluruh tubuh
• Demam, menggigil, malaise, teraba panas, gatal
Efloresensi : eritematus, skuama kasar, mengkilap
a. Alergi obat sistemik : eritema universalis dan skuama pada stadium penyembuhan
b. Perluasan penyakit kulit : psoriasis (eritema tidak merata), Leiner’s disease (eritema universal deng
an skuama kasar)
c. Penyakit sistemik : Sindrom sezary (eritema universal merah membara, skuama dan sangat gatal)

PENATALAKSANAAN
- Eliminasi faktor pencetus (alergi obat)
- Pengobatan eritroderma : kortikosteroid sistemik (tappering
off)
- Antihistamin/antipruritus
- Topikal : salap lanolin 10% atau krim urea10%
* pengobatan dengan kortikosteroid > 1bulan lebih baik metilprednisolo
ne dibanding prednison

PROGNOSIS
• Eritroderma oleh alergi obat sistemik  baik
• Eritroderma yang belum diketahui sebabnya, pengobatan
kortikosteroid untukmengurangi gejala
• Sindrom sezary  buruk
KESIMPULAN

Papuloeritroskuamosa merupakan golongan penyakit kulit


dengan effloresensi papula, eritema dan skuama. Beberapa
diantaranya adalah psoriasis, ptiriasis rosea, dermatitis seb
oroik dan eritroderma. Gambaran histologis dari beberapa
kelainan seperti psoriasis cukup dugunakan untuk diagno
stik, sementara beberapa kelainan kulit seperti Ptiriasis ros
ea mungkin menunjukkan beberapa kemiripian dengan kel
ainan lainnya. Kadang pemeriksaan histopatologi mungkin
tidak memberikan gambaran yang khas. Sehingga dapat di
katakan, diagnosis yang akurat adalah yang paling berkore
lasi erat dengan hasil klinis dan paling membantu mengar
ahkan intervensi klinis yang sesuai.
Daftar Pustaka
1. Narayankar SL, Pandit GA. Papulasquomous:clinicopathologica
l. Int J Res Med Sci. 2018 Jan;6(1):309-316. Diunduh dari:http:// j
urnal.unair.ac.id.
2. Fox JB, Odon RB. Papulosquamous diseases: A review. Jurnal o
f the aremican academy of dermatology. Volume 12, Issue 4, Pa
ges 597–624. Diunduh dari://https www.jaad.org
3. Menaldi SL. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.
4. Menaldi SL, Novianto E, Sampurna AT. Atlas berwarna dan si
nopsis penyakit kulit dan kelamin. Bagian Penerbit Fakultas Ked
okteran Universitas Indonesia; 2015.
5.Widaty S, Soebono H, Nilasari H, Listiawan MY, et al. Panduan
praktik klinis bagi dokter spesialis kulit dan kelamin di indonesia.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PER
DOSKI); 2017.

Anda mungkin juga menyukai