2
ANATOMI
3
• Colon ascendens panjangnya sekitar 13 cm, dimulai dari caecum pada
fossa iliaca dextra sampai flexura coli dextra
4
• Colon sigmoideum terletak didalam fossa iliaca sinistra.
• Colon sigmoid membentuk lipatan-lipatan yang tergantung isinya
didalam lumen, bila terisi penuh dapat memanjang dan masuk ke
dalam cavum pelvis melalui aditus pelvis, bila kosong lebih pendek
dan lipatannya ke arah ventral dan ke kanan dan akhirnya ke dorsal
lagi.
5
• Mesokolon transversum adalah duplikatur peritoneum yang
memfiksasi colon transversum sehingga letak alat ini intraperitoneal.
• Pangkal mesokolon transversa disebut radix mesokolon transversa,
yang berjalan dari flexura coli sinistra sampai flexura coli dextra.
6
• Karena panjang dari mesokolon transversum inilah yang
menyebabkan letak dari colon transversum sangat bervariasi, dan
kadangkala mencapai pelvis.
7
• Mukosa usus besar terdiri dari epitel selapis silindris dengan sel goblet
dan kelenjar dengan banyak sel goblet.
• Otot bagian sebelah dalam sirkuler dan sebelah luar longitudinal yang
terkumpul pada tiga tempat membentuk taenia koli.
• Di dalam mukosa dan submukosa banyak terdapat kelenjar limfa,
terdapat lipatan-lipatan yaitu plica semilunaris
8
• Diantara dua plica semilunares terdapat saku yang disebut haustra
coli.
9
EPIDEMIOLOGI
• Kanker kolorektal menduduki peringkat ketiga di dunia pada tingkat
insiden dan mortalitas
• Perkiraan insiden kanker di Indonesia adalah 100 per 100.000
penduduk. Hanya 3,2% dari kasus kanker yang baru mencari
perawatan di Rumah Sakit
• Insidensi pria sebanding dengan wanita dan lebih banyak terjadi pada
usia produktif
Zahari A : Deteksi dan Diagnosa Dini Kanker kolon dan Rektum: Majalah Kedokteran Andalas Vol 10
26.Ed Suplemen 2002;S63-70
http://usebrains.files..com/2008/11/clip-image009.jpg 11
ETIOLOGI
Faktor genetik
Kelompok yang diturunkan (inherated) <10% (ex. FAP & HNPCC)
Kelompok sporadik sekitar 70% >35% terjadi pada umur muda
Kelompok familial mencakup 20%
Faktor lingkungan
Bereaksi terhadap predisposisi genetik atau defek yang didapat
berkembang menjadi karsinoma kolorektal
Loss of heterozygosty
(LOH)
Dua jalur utama inisiasi
pembentukan dan progresi
tumor
Replication error
(RER)
Zahari A : Deteksi dan Diagnosa Dini Kanker kolon dan Rektum: Majalah Kedokteran Andalas Vol 14
26.Ed Suplemen 2002;S63-70
15
16
Tipe polipoid atau
vegetatif
Secara
Tipe skirus
makroskopik
Tipe Ulseratif
17
MANIFESTASI KLINIS
• Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak
spesifik.
20
Letak keganasan kolorektal
21
Kolon kanan
• Kelemahan yang tidak dapat dijelaskan / anemia
• Tes darah samar pada feses
• Gejala dispepsia
• Ketidaknyamanan abdomen kanan persisten
• Teraba massa abdominal
Kolon kiri
• Gangguan pola buang air besar
• Darah makro pada feses
• Gejala obstruksi
22
Rektum
• Pendarahan per rektal
• Gangguan pola buang air
• Adanya sensasi tidak lampias
• Teraba tumor intrarectal
23
KOLON KANAN KOLON KIRI REKTUM
ASPEK KLINIS Kolitis Obstruksi Proktitis
NYERI Karena penyusupan Obstruksi Obstruksi
Tenesmi terus
DEFEKASI Diare/diare berkala Konstipasi progresif
menerus
OBSTRUKSI Jarang Hampir selalu Hampir selalu
DARAH PADA FESES Samar Samar/makroskopik Makroskopik
Normal/diare
FESES Normal Perubahan bentuk
berkala
DISPEPSIA Sering Jarang Jarang
ANEMIA Hampir selalu Lambat Lambat
MEMBURUKNYA Hampir selalu Lambat Lambat
KEADAAN UMUM
24
25
http://www.bcmj.org/articles/surgery-colorectal-cancer-current-trends
Gambar 9. Gambaran kedalaman tumor
26
Stadium
Bertahan 5
Dukes TNM Derajat Deskripsi histopatologis
tahun (%)
Kanker terbatas pada
A T1N0M0 I >90
mukosa/submukosa
Kanker mencapai
B1 T2N0M0 I 85
muskularis
Kanker cenderung
B1 T3N0M0 II masuk / melewati 70-80
lapisan serosa
C TxN1M0 III Metastasis 35-65
D TxNxM1 IV 5
28
PEMERIKSAAN FISIK
• Adanya bekas operasi
• Penonjolan massa
Inspeksi • Darm kontur
• Darm steifung
Perkusi • Redup
Sumber : Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2010. Pemeriksaan Fisik. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC.
29
Hal289-293.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Lab
• Umumnya pemeriksaan laboratorium pada pasien adenoma kolon
memberikan hasil normal.
• Perdarahan samar
• Kadar CEA tinggi pada 70% pasien dengan ca colon
Radiologi
• Proctoscopy untuk mengevaluasi kanal anal, rektum dan kolon
sigmoid.
• Rectosigmoidoscopy
• Colonoscopy, sangat sensitif dalam mendeteksi polip kecil sekalipun
• Barium enema kontra, sensitif dalam mendeteksi polip > 1cm yaitu
sekitar 90%.
CTC
• Sensitifitas 88% dan spesifisitas 95% untuk mendeteksi polip ukuran >
10mm.
Sumber : Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2010. Kolon dan anorektum. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC.
30
Hal762-65.
Kolonoskopi dan sigmoidoskopi
Proctoscopy
31
Pemeriksaan Barium Enema
32
Tata laksana
• Tata laksana yang dapat diberikan ialah reseksi operasi luas
dari lesi dan drainase regional limfatik
Karena alasan ini, maka polip dieksisi lengkap dan batasnya harus
bebas dari displasia.polip bertangkai harus dilepaskan secara komplit
secara endoskopi
34
Stage I: Malignant Polyp (T1, N0, M0)
35
Stages I and II: Localized Colon Carcinoma (T1-3, N0, M0)
36
Stage III: Lymph Node Metastasis (Tany, N1, M0)
37
Stage IV: Distant Metastasis (Tany, Nany, M1)
Terapi paliatif yang digunakan ialah stenting untuk lesi obstruksi kolon
kiri.
38
Reseksi kolorektal
Reseksi kolorektal dilakukan pada kondisi bervariasi termasuk
neoplasma ( jinak dan ganas), inflamatori bowel disease dan kasus lain.
Reseksi
Secara umum, ligasi proksimal mesenterik akan mengelimnasi aliran darah pada bagian
kolon lebih besar dan membutuhkan kolektomi.
Pada reseksi proses benign, tidak diperlukan reseksi mesenterika dan omentum dapat
tetap dipertahankan.
39
Emergensi reseksi
40
Reseksi laparoskopik
41
Anastomosis
Anastomosis dapat dibentuk melalui 2 segemen usus. Teknik yang
digunakan dapat berupa handsewn atau stapled.
1.End to end
42
2. End to side
Digunakan bila salah satu bagian usus lebih besar dari lainnya.
Teknik ini dilakukan pada obstruksi kronik.
3. Side to end
Dilakukan ketika usus proksimal lebih kecil daripada bagian
distalnya.
4. Side to side
Dilakukan bila menyambung kontinuitas diantara 2 pembuluh
darah atau segmens usus dimana tempat terakhirnya telah ditutup.
43
Colostomy
• Bentuk kolostomi yang sering digunakan ialah end kolostomi dibanding dengan
loop kolostomi. Kolostomi dibuat pada sisi kiri kolon.
• Defek pada dinding abdomen dibuat dan akhir dari kolon dimobilisasi melalui
lubang itu. Usus bagian distal yang dikeluarkan melalui dinding abdomen sebagai
mucus fistula atau di dalam abdomen sebagai Hartmann’s pouch.
44
Gambar 14. Kolostomi
45
Sistemik kemoterapi
46
5-Fluorouracil + leucovorin
o 5-Fluorouracil: 500 mg/m2 IV seminggu sekali untuk 6
minggu
o Leucovorin: 20 mg/m2 IV seminggu sekali untuk 6
minggu, diberikan sebelum 5-FU
o Siklus diulang setiap 8 minggu untuk total 24 minggu
47
LV5FU2 (de Gramont regimen)
o 5-Fluorouracil: 400 mg/m2 IV bolus, diikuti 600 mg/m2 IV
continuous infusion untuk 22 jam hari 1 dan 2
o Leucovorin: 200 mg/m2 IV pada hari 1 dan 2 sebagai 2 jam
infusion sebelum 5-fluorouracil
o Siklus diulang setiap 2 minggu untuk total 12 minggu
48
Oxaliplatin + 5-fluorouracil + leucovorin (FOLFOX4)
o Oxaliplatin: 85 mg/m2 IV pada hari 1
o 5-Fluorouracil: 400 mg/m2 IV bolus, diikuti 600 mg/m2 IV
continuous infusion untuk 22 jam hari 1 dan 2
o Leucovorin: 200 mg/m2 IV pada hari 1 dan 2 sebagai 2 jam
infusion sebelum 5-fluorouracil
o Siklus diulang setiap 2 minggu untuk total 12 minggu
49
Gambar 15. Terapi adjuvan kemoterapi kanker kolon 50
Regimen untuk metastasis :
51
Oxaliplatin + 5-fluorouracil + leucovorin (FOLFOX6)
o Oxaliplatin: 100 mg/m2 IV pada hari 1
o 5-Fluorouracil: 400 mg/m2 IV bolus on day 1, diikuti
dengan 2400 mg/m2 IV continuous infusion untuk 46 jam
o Leucovorin: 400 mg/m2 IV pada hari 1 sebagai 2 jam
infus sebelum 5-fluorouracil
o Mengulang siklus setiap 2minggu
52
Oxaliplatin + 5-fluorouracil + leucovorin (mFOLFOX7)
o Oxaliplatin: 100 mg/m2 IV pada hari 1
o 5-Fluorouracil: 3000 mg/m2 IV continuous infusion
pada hari 1 untuk 46 jam
o Leucovorin: 400 mg/m2 IV pada hari 1 sebagai 2 jam
infus sebelum 5-fluorouracil
o Mengulang siklus setiap 2minggu
53
Capecitabine + oxaliplatin (XELOX)
o Capecitabine: 850-1000 mg/m2 PO terbagi 2 dosis pada
hari 1-14
o Oxaliplatin: 100-130 mg/m2 IV pada hari 1
o Mengulang siklus setiap 21 hari
54
FOLFOX4 + bevacizumab
o Oxaliplatin: 85 mg/m2 IV pada hari 1
o 5-Fluorouracil: 400 mg/m2 IV bolus, diikuti dengan
600 mg/m2 IV continuous infusion pada hari 1 dan 2
o Leucovorin: 200 mg/m2 IV pada hari 1 sebagai 2 jam
infus sebelum 5-fluorouracil
o Bevacizumab: 10 mg/kg IV setiap 2 minggu
o Mengulang siklus setiap 2 minggu
55
Agen biologis
57
Terapi radiasi
58
Penyebaran Tumor
• Penyebaran langsung
• Metastasis hematogen
• Metastasis kelenjar getah bening regional
• Metastasis transperitoneal
• Metastasis intraluminal
59
Prognosis
• Tergantung ada tidaknya metastase jauh klasifikasi penyebaran
tumor dan tingkat keganasan sel tumor
• Terbatas pada dinding usus tanpa penyebaran 80% dalam lima tahun
• Menembus dinding tanpa penyebaran 75%
• Penyebaran kelenjar 32%
• Metastasis jauh 1 %
• Bila disertai differensiasi sel tumor buruk, prognosis sangat buruk.
60
Kesimpulan
Karsinoma kolorektal merupakan penyebab kematian kedua
setelah keganasan di paru-paru di USA. diperkirakan pada tahun 2008
ditemukan 150.000 kasus baru dan 60.000 diantaranya meninggal
karena karsinoma kolorektal. Tingginya angka kematian tersebut
menyebabkan berbagai upaya untuk menguranginya, salah satunya
dengan kebijakan deteksi dini atau skrining terhadap kelompok berisiko
yang asimptomatis.
61
Sebagian besar dari modalitas skrining yang dimaksud adalah
radiologic imaging: Flexible Sigmoidoscopy (FS), Colonoscopy, Double
Contrast Barium Enema dan CT Colonography (CTC). Pemilihan
modalitas skrining tersebut tergantung pada kondisi pasien, teknologi
yang dimiliki, resiko dan keuntungan modalitas terhadap pasien, serta
kemampuan operator.
62
Penanganan karsinoma kolorektal membutuhkan kecermatan
pemeriksaan preoperatif untuk dapat memutuskan modalitas terapi
baik pembedahan, kemoterapi maupun radioterapi. Penanganan
postoperatif dan follow-up sangat tergantung pada pemeriksaan dan
penanganan yang dapat dilakukan sebelumnya
63
Hal ini sangat ditentukan oleh staging karsinoma, yang salah
satunya dapat ditentukan oleh imaging seperti ultrasonografi, CT Scan,
maupun MRI. Pada prinsipnya, semakin dini diagnosis karsinoma
kolorektal, semakin baik prognosisnya karena penanganannya dapat
dengan pembedahan kuratif.
64
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn Bam
• Usia : 48 tahun
• Jenis kelamin : Laki laki
• No RM : 334987
• Pekerjaan : Wiraswasta (Pekerja Aluminium)
• Status : Menikah
• Suku : Jawa
• Tanggal datang : 12 September 2019
• Tanggal pemeriksaan : 13 September
• Alamat : Tempel, Krian
65
Anamnesis
Keluhan Utama
• Nyeri seluruh perut
Anamnesis (Heteroanamnesis)
Pasien datang ke IGD RSI Jemursari diantar oleh istrinya dalam keadaan perut terasa nyeri
seluruh lapang perut dan mual. Nyeri perut dirasa sudah mulai awal hari raya lalu diperiksakan ke
dokter dan diobati dengan obat asam lambung karena diperkirakan karena asam lambung karena
beliau suka telat makan dan saat tidak makan lebih memilih ngopi dan ngerokok. Lalu satu minggu
ini nyeri perutnya sering timbul dan semakin nyeri dibanding biasanya. Nyeri hilang timbul tidak
dipengaruhi apapun, tiba-tiba muncul dan tiba-tiba hilang. Nyeri perut teasa seperti diremas-remas
diseluruh lapang perut. Saat dibuat makan kadang makin nyeri kadang tidak. Nyeri perut terasa
tembus sampai belakang. Mual muntah dirasa sudah dua hari dan satu hari ini semakin memberat
yaitu tiap dibuat makan minum langsung mual muntah dan tidak ada makanan ataupun minuman
yang masuk. Saat muntah yang dikeluarkan makanannya sisanya air saja. BAB sudah tiga sampai
empat hari ini tidak keluar dan sebelum sebelumnya BAB terasa sulit dan keluar hanya sedikit-
sedikit. BAK akhir akhir ini tidak sebanyak biasanya karena napsu makan minum juga sudah mulai
berkurang akhir-akhir ini (tepatnya kapan pasien lupa). Penurunan BB disangkal. Pasien merasa
keluar keringat dingin jika perut sudah mulai merasa nyeri dan terasa badannya sumer. Nyeri kepala
disangkal. 66
• Riwayat penyakit dahulu
• Asam Lambung
• Riwayat penyakit keluarga
• Hipertensi -
• DM -
• Riwayat Alergi -
• Riwayat kebiasaan, sosial
• Minum Kopi
• Merokok
• Riwayat pengobatan
•-
67
PEMERIKSAAN FISIK
• Status generalis
• Keadaan Umum : Cukup dan Lemah
• Kesadaran : Compos Mentis
• GCS : E4 V5 M6
• Tekanan Darah : 142/80 mmHg
• Nadi : 90 bpm lemah
• Temperatur : 37,4o C
• Respiration Rate : 20 x/menit
• SpO2 : 99 %
68
Pemeriksaan fisik
• Kepala leher : a -/i -/d -/c – , Pupil Bulat Isokhor 3mm, Reflek
Cahaya +/+, Tidak ada pembesaran kelenjar getah
bening
• Thorax : Cor S1/S2 tunggal, murmur -, gallop –
• Pulmo Vesikular, Rhonkhi -/-, Wheezing -/-
• Abdomen : Sikatrik -, Bising Usus meningkat, Distended,
Hipertympani
• Extremitas : Hangat Kering Merah, Capillary Refill Time <2 detik
69
B1
• Airway bebas, O2 Mask 8lpm SPO2: 99%
B2
• Tekanan darah 159/80, Nadi 94 bpm lemah teratur, Respiration Rate 20 x/menit, T : 36,7o C
B3
• GCS 456, nyeri 3-4, compos mentis
B4
• Produksi urin +, DC+
B5
• Bising Usus + Meningkat
B6
• Akral Hangat kering merah, CRT <2 detik
70
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Darah lengkap
PEMERIKSAAN Leukosit 18,23 Ribu/uL 3,80 – 10,6
Basophil 1,945 % 0–1
PENUNJANG
Neutrophil 75,88 % 39,3 – 73,7
Limfosit 8,606 % 25 – 40
Limfosit 9,668 % 25 – 40
72
FOTO THORAX :
73
BOF
74
Subjective Objective Assesment
Keadaan Umum : Cukup dan Lemah Clinical Dx:
Kesadaran
GCS
: Compos Mentis
: E4 V5 M6 • Susp. Ca Colon
Nyeri perut seluruh lapang perut Tekanan Darah : 142/80 mmHg
Nadi : 90 bpm lemah
Mual muntah tiap makan minum Temperatur : 37,4o C
BAB 3-4 hari tidak keluar Respiration Rate : 20 x/menit
SpO2 : 99 %
Demam +
Kepala leher : a -/i -/d -/c – , Pupil Bulat Isokhor 3mm, Reflek Cahaya +/+, Tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening
Thorax : Cor S1/S2 tunggal, murmur -, gallop –
Pulmo Vesikular, Rhonkhi -/-, Wheezing -/-
Abdomen : Sikatrik -, Bising Usus meningkat, Distended, Hipertympani
Extremitas : Hangat Kering Merah, Capillary Refill Time <2 detik
Leukosit 18,23
Kesimpulan BOF : sugestif ileus obstruksi letak tinggi
75
Planning
Diagnostic Monitoring
DL, BUN SK, ALBUMIN, BGA, SGOT SGPT, SE, GDA, HBs Ag Rapid, Anti Vital sign
HIV Rapid, BOF, Foto Thorax. Balance cairan
Produksi urin
Therapy Education
Bedrest, puasa 2-3 hari post OP, minum hanya clear water
Airways : Bebaskan jalan napas, chin lif selama puasa 2 sedok makan (air mineral, air gula)
Breathing : O2 masker 8 lpm
Circulation : Iv Line
inf. RL 2000cc/24Jam
Ketorolsc inj 3x30mg
Tramadol inj 3x100mg
Cefriaxon inj 2x1gr
Pantoprazol inj 1x40mg
Metoklopramid inj 1x40mg
Candesartan 8mg 1x1Tab
ISDN 2x1/2Tab
Disability : Kateter Urine, Foto Thorax, BOF
Exposure : Bed Rest
Konsul dr bedah
76
14/11/19 - 08.00 - post op herniectomy
• S : Sudah baikan, Pusing -, Mual -, Muntah -, Lemas –, Perut sudah tidak nyeri hanya terasa sedikit njarem di area OP
• B1 : Airway bebas, O2 Mask 6lpm RR=22x/mnt SPO2: 99%
• B2 : Tekanan darah 150/87, Nadi 90 bpm lemah teratur, Respiration Rate 22 x/menit, T : 36,7o C
• B3 : GCS 456, nyeri 2, compos mentis
• B4 : Produksi urin +, DC+
• B5 : Bising Usus + Meningkat
• B6 : Akral Hangat kering merah, CRT <2 detik
77
JAZAKUMULLOH
KHOIRON KATSIR
78