Anda di halaman 1dari 42

INSOMNIA

dr. E. Listyaningsih S., M.Kes., SpAk.


Insomnia merupakan gangguan tidur yang
berdampak buruk terhadap keadaan sosial
ekonomi. Walaupun ada banyak terapi obat
dan perilaku tetapi kebanyakan insomnia
diberi obat. Namun harus diperhatikan
bahwa pemberian obat jangka panjang untuk
insomnia mempunyai efek samping.
Prevalensinya 40% menyerang orang dewasa.
10 – 15% dari populasi mengalami insomnia kronis.
25 – 35% lainnya mengalami insomsia sementara.

Saat ini banyak penderita insomnia yang mencari


terapi akupunktur dan cukup banyak laporan
tentang terapi akupunktur untuk insomnia.

Tampaknya kebanyakan penderita insomnia yang


diberi akupunktur menderita juga ansietas.
Insomnia merupakan gangguan tidur di
malam hari yang dapat mengakibatkan rasa
tidak sehat di siang harinya.

Berdasarkan penyebab, insomnia dapat


dikelompokkan menjadi insomnia primer
dan insomnia sekunder.
Insomnia primer terjadi tanpa penyakit
penyerta sedangkan insomnia sekunder
disertai penyakit lain, baik jasmani maupun
jiwa (psikiatri).

Sebagian besar kasus insomnia termasuk


insomnia sekunder.
Makin bertambah umur makin tinggi prosentase
penderita insomnia, diduga mencapai 80%
populasi lanjut usia.

Penderita wanita berjumlah sekitar dua kali pria.

Di Amerika terdapat lebih dari 60 juta penderita


insomnia dan diperkirakan dapat menjadi 100
juta pada pertengahan abad 21.
Insomnia dapat ditangani secara farmakoterapi,
psikoterapi, maupun terapi alternatif dan
komplementer seperti akupunktur.

Akupunktur yang dipergunakan dapat akupunktur


badan, akupunktur perut atau akupunktur telinga.

Akupunktur telinga dinilai potensial positif untuk


mengobati insomnia dan banyak dipilih oleh
penderita insomnia.
TINJAUAN UMUM
Definisi

A.DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual for


Mental Disorders –IV)mendefinisikan insomnia
sebagai keluhan kesukaran mulai tidur dan
atau mempertahankan keadaan tidur atau
kembali tidur yang berlangsung selama paling
sedikit 1 bulan.
ETIOLOGI
Insomnia dapat disebabkan oleh:
1.Kondisi atau penyakit fisik.

2.Faktor ekstrinsik seperti suara atau bunyi,


suhu udara, ketinggian suatu daerah,
penggunaan bahan-bahan perangsang susunan
saraf pusat, penyakit jasmani tertentu.

3.Penyakit psikiatrik.
B. International Classification of Sleep Disorders-
Revised (ICSD-R) menyebutnya sebagai
insomnia psikofisiologi yang disertai
penurunan fungsi setelah bangun.

Bila gangguan ini berlangsung lebih dari


6 bulan disebut sebagai insomnia kronis.
GEJALA DAN TANDA
1.Penderita mengalami kesulitan masuk tidur
selama 1 – 3 jam sampai kelelahan dan
akhirnya tertidur.
2.Penderita mudah tertidur tetapi 2-3 jam
kemudian sering terjaga di malam hari,
3.Penderita terbangun sangat dini dan tidak
dapat tidur lagi.

Sepanjang siang hari penderita merasakan


kelelahan.
PATOFISIOLOGI

Insomnia terjadi karena gangguan kontrol


irama tidur-jaga pada hipotalamus,
forebrain, brainstem dan mesopontin serta
neurohormon yang diproduksi oleh nucleus
suprachiasma dan pineal gland.
Irama tidur-jaga yang merupakan pola tingkah laku
berhubungan dengan interaksi di dalam sistem aktivasi
retikuler.

Sistem aktivasi retikuler bekerjanya diatur oleh pontine dan


nucleus raphe dan locus coeruleus.

Perangsangan daerah formasio retikularis akan menyebabkan


kondisi jaga, sedangkan perusakan pada daerah itu
menyebabkan koma.
Sel-sel dari nucleus raphe mensekresi serotonin dan locus
coeruleus mensekresi epinefrin.

Jika nucleus raphe dirusak atau sekresinya dihambat, dapat


timbul kondisi kurang tidur yang mirip dengan kejadian
insomnia.

Sedangkan bila lokus coeruleus yang dirusak, akan terjadi


penurunan hilangnya tidur REM (Rapid Eye Movement),
sedangkan tidur non-REM (NREM) tidak berubah.
Sistim limbik, pusat emosi, juga berhubungan dengan kondisi
kewaspadaan / jaga.

Neurohormon melatonin yang diproduksi oleh pineal gland


juga berperan pada mekanisme ini.

Melatonin berefek penekan sistem saraf pusat disertai


ansiolitik, hipnotik ringan dan antikonvulsan yang bekerja
menguatkan transmisi GABA dan dopamine.
Pola sekresi melatonin selama 24 jam telah diakui sebagai alat
ukur aktivitas sirkadian pada manusia. Irama Sirkandian
merupakan irama yang seiring dengan rotasi bola dunia.
Irama kehidupan sesuai dengan beredarnya waktu dalam
siklus 24 jam. Pusat kontrol irama sirkandian terletak pada
bagian “Ventral Anterior Hypothalamus”.

Pola sekresi melatonin yang terganggu akan menyebabkan


keadaan insomnia.

Sekresi melatonin di malam hari pada penderita insomnia


terbukti menurun.
Selain itu, melatonin juga berinteraksi dengan peptida opioid
endogen yang mengurangi rasa sakit sehingga membantu
proses tidur yang dipengaruhi oleh rasa sakit.

SSP yang mengadakan sinkronisasi terletak pada Substansia


Ventrikulo Retikularis Medula Oblongata sebagai “ Pusat
Tidur”
Pada keadaan normal: antara fase NREM dan REM terjadi
secara bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Orang
dewasa normal total tidur kira-kira 7 – 7,5 jam/hari.
Gambaran klinis
Keadaan penderita insomnia dipengaruhi oleh
penyebabnya.
Insomnia primer awal umumnya hanya mengeluh tidak bisa
tidur tanpa tanda-tanda kegelisahan, dan tampak sehat.
Bila sudah berlangsung agak lama dapat disertai konstipasi,
lemas dan lesu, lamban, cepat lupa dan tidak mempunyai
gairah.
Jika tidak dapat tidur lebih dari 60 jam akan
tampak tanda kurang tidur, cepat marah,
cepat tersinggung, kurang cepat
menangkap pengertian dan kurang gesit
bereaksi disertai tremor jari-jari, ptosis
ringan, nistagmus adaptif, raut muka
hampa, suara bernada rendah, artikulasi
kurang jelas dan konjungtiva bola mata
merah, berat badan menurun.
Insomnia sekunder dapat seperti insomnia
primer tetapi diserta gejala dan tanda
penyakit penyebabnya, seperti insomnia
sekunder psikoneurotik akan ada tambahan
keluhan sakit kepala, pusing, perut
kembung, badan pegal dsb.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah, urin dan tinja rutin.
2. Foto Rontgen Thorax
3. EKG
4.Polysomnography (PSG) yang meliputi
monitoring EEG, EMG, EOG, respirasi
dan saturasi oksigen darah.

5.Actigraphy yang mengukur gangguan


fungsi ritme sirkadian.

6.Pemeriksaan kadar serotonin dan


melatonin.
Diagnosis
Diagnosis insomnia mengikuti beberapa sistem, antara lain :

1. Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorders (DSM)


terbitan America Psychiatric Association.
2. International Classification of Sleep Disorders (ICSD).

3. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di


Indonesia PPDGJ yang diterbitkan oleh Direktorat
Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI.
Diagnosis Banding
 Gangguan jadwal tidur-jaga
 Hipersomnia.
 Somnabulisme.
 Teror tidur.
 Mimpi buruk
 Akibat penyakit jasmani tertentu seperti arteriosclerosis,
tumor otak, demensia presenil, tirotoksikosis, sindrom
Cushing, demam, kehamilan normal trimester ketiga,
rasa nyeri, dibetes mellitus, ulkus duodeni, arthritis
reumatika, cacing kremi pada anak, tuberculosis paru
yang berat, penyakit jantung koroner tertentu.
□ Akibat penyakit psikiatrik seperti gangguan afektif,
gangguan neurotik, beberapa gangguan kepribadian,
gangguan stres pasca trauma dsb.
Terapi
 Farmakoterapi
 Psikoterapi
 Akupunktur
Terapi Akupunktur
Penjaruman titik akupunktur dipercaya dapat mengobati
insomnia melalui mekanisme :

1.Mempengaruhi tiga jaras umpan balik, yaitu jaras ke korteks


serebri, ke medulla supra renalis dan ke otot.
2.Memobilisasi pertahanan dan dan regenerasi jaringan
karena kerusakan jaringan akibat penjaruman akupunktur
penimbulkan produk antara lain serotonin, histamine,
bradikinin.

Penelitian oleh Omura menunjukkan kenaikan serum


serotonin 30-40% sesudah akupunktur.
3.Merangsang pelepasan morfin endogen yang menimbulkan
efek sedasi.

4.Meningkatkan aktifitas Nirtric Oxide Synthase (NOS) dan


kadar Nitric Oxide (NO) di otak yang berperan dalam
proses homeostatik dan siklus sirkadian pada pengaturan
tidur-jaga.
5.Meningkatkan sekresi melatonin di malam hari sehingga
menimbulkan efek sedasi dan hipnotik, ansiolitik dan
meningkatkan peptida opioid endogen
Pemilihan Titik Akupunktur
Beberapa macam akupunktur telah dilakukan untuk
mengobati insomnia yaitu titik-titik akupunktur tubuh,
akupunktur perut dan akupunktur telinga.

Akupunktur telinga mempunyai keuntungan bagi penderita


yang merasa takut melihat penjaruman dengan jarum
akupunktur panjang yang tampak masuk cukup dalam ke
tubuhnya.
Terdapat 6 titik akupunktur telinga yang paling sering
dipergunakan yaitu Shenmen (100%),
Heart (83,33%),
Occiput (66,67%),
Subcortex (50%),
Brain dan Kidney masing-masing 33,33%.

Ada yang hanya menggunakan 2 titik saja, yaitu Shenmen dan


Heart dengan hasil yang baik
 Titik akupunktur badan antara lain:

Baihui (GV20), Sishenchong (EX-HN-1),


Taichong (LR3), Zusanli (ST36), Shenting
(DU24), Hegu (LI4).
Pada keadaan sakit kepala, pusing dan
pandangan kabur dapat diberikan: Fengchi
(GB20).
Walaupun belum semua mekanisme kerja
akupunktur dalam mengatasi insomnia
diketahui tetapi beberapa hipotesis telah
diajukan.

Misalnya,
Penjaruman titik-titik akupunktur
mempengaruhi tiga jaras umpan balik
(korteks serebri, medula suprarenalis dan
otot),
mobilisasi pertahanan dan regenerasi
jaringan akibat penjaruman yang
menghasilkan antara lain serotonin,
histamin, bradikinin dan sebagainya,
pelepasan morfin endogen, baroreflex,
peningkatan NOS dan NO, peningkatan
sekresi melatonin pada malam hari.
Akupunktur telinga ternyata menjadi pilihan
utama pada penderita insomnia yang
bersedia mendapat terapi akupunktur dan
pilihan titiknya tidak sebanyak akupunktur
badan.
Melatonin mengurangi kolesterol, mengurangi
tendensi pembentukan jendalan darah,
menurunkan tekanan darah, menangkap radikal
bebas serta meningkatkan efektifitas sistem
imun, terutama meningkatkan jumlah sel T
helper dan sel T killer.

Melatonin juga berefek ansiolitik sehingga baik


untuk insomnia ansietas.

Anda mungkin juga menyukai