Anda di halaman 1dari 57

HUBUNGAN PERILAKU

MEROKOK DIDALAM RUMAH


DENGAN KEJADIAN ISPA PADA
BALITA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MAMBORO
MOH. SAHRUL SIDDIQ
DIAH PUSPITASARI

PEMBIMBING:
drg. ELLI YANE BANGKELE, M.Kes
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan
penyakit yang sering terjadi pada anak. Infeksi Saluran
Pernapasan Akut juga merupakan salah satu penyebab utama
kunjungan pasien di sarana kesehatan.
Sebanyak 40%-50% kunjungan berobat di puskesmas dan
15%-30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan inap di
rumah sakit disebabkan oleh ISPA
Kebiasaan merokok orang tua di dalam rumah menjadikan
balita sebagai perokok pasif yang selalu terpapar asap rokok.
Rumah yang orang tuanya mempunyai kebiasaan merokok
berpeluang meningkatkan kejadian ISPA sebesar 7,83 kali
dibandingkan dengan rumah balita yang orang tuanya tidak
merokok di dalam rumah.
■ Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah
tentang kejadian ISPA yaitu pada tahun 2015 berjumlah 115.185
kasus dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 120.177 kasus.
■ Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas
Mamboro jumlah kasus ISPA yang ditemukan di wilayah kerja
Puskesmas Mamboro tahun dari 2015-2019, yaitu:

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019

Jumlah kasus ISPA 1.024 757 876 960 1.005


■ Dengan demikian cukup banyak kejadian ISPA di
Puskesmas Mamboro, baik pada bayi, pada anak
balita maupun semua umur.
■ Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Hubungan Perilaku Merokok
Orang Tua Dan Anggota Keluarga Yang Tinggal
Serumah Dengan Kejadian ISPA Pada
Balita Di Puskesmas Mamboro”.
B. Rumusan Masalah

■ Apakah ada hubungan perilaku merokok orang tua


dan anggota keluarga yang tinggal serumah
dengan kejadian ISPA pada balita di Puskesmas
Mamboro?
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan perilaku merokok didalam rumah dengan
kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Mamboro.
2.Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui perilaku merokok didalam rumah di
Puskesmas Mamboro
b. Untuk mengetahui kejadian ISPA pada balita di Puskesmas
Mamboro
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Mamboro


Penelitian kiranya dapat digunakan sabagai bahan
pertimbangan dalam rangka meningkatkan program penyuluhan
kesehatan terutama tentang hubungan perilaku merokok orang
tua dan anggota keluarga yang tinggal serumah dengan kejadian
ISPA pada balita.

2. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako


Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu
pengetahuan dan merupakan salah satu bacaan bagi peneliti
berikutnya terutama tentang ISPA pada balita.
3. Bagi Masyarakat
Penelitian ini kiranya menambah wawasan masyarakat
tentang bahaya merokok bagi tubuh manusia dan kesehatan.

4. Bagi Peneliti
Penelitian ini kiranya dapat menambah pengalaman dan
pengetahuan dalam bidang penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
■ Tinjauan Tentang ISPA

a. Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sering disebut juga
dengan Infeksi Respiratori Akut (IRA). Infeksi respiratori akut
terdiri dari Infeksi Respiratori Atas Akut (IRAA) dan Infeksi
Respiratori Bawah Akut (IRBA). Disebut akut, jika infeksi
berlangsung hingga 14 hari
Klasifikasi penyakit ISPA menurut (Widoyono, 2011) :
1) Bukan Pneumonia, mencakup kelompok pasien balita dengan batuk
yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekwensi napas dan tidak
menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke arah
dalam. Contohnya adalah common cold, faringitis, tonsilitis, dan otitis.
2) Pneumonia, didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran
bernapas. Diagnosis gejala ini berdasarkan usia. Batas frekwensi napas
cepat pada anak berusia dua bulan sampai <1 tahun adalah 50 kali per
menit dan untuk anak usia 1 sampai <5 tahun adalah 40 kali per menit.
3) Pneumonia berat, didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran
bernapas disertai sesak napas atau tarikan dinding dada bagian bawah
ke arah dalam (chest indrawing) pada anak berusia 2 bulan sampai <5
tahun. Untuk anak berusia <2 bulan, diagnosis pneumonia berat
ditandai dengan adanya napas cepat yaitu frekuensi pernapasan
sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat
pada dinding dada bagian bawah ke arah dalam (severe chest
indrawing).
Faktor resiko ISPA

Terdapat banyak faktor yang mendasari perjalanan penyakit


ISPA pada anak. Hal ini berhubungan dengan host, agent penyakit
dan environment.
1. Ventilasi Rumah
2. Kepadatan Hunian
3. Pencahayaan
4. Kebiasaan Merokok
5. Berat badan lahir rendah
6. Imunisasi
7. Status Gizi
Tanda dan Gejala

Menurut Djojodibroto (2014) mengatakan bahwa derajat


keparahan ISPA dapat dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
1. ISPA ringan bukan pneumonia
2. ISPA sedang, pneumonia
3. ISPA berat, pneumonia berat
1. Gejala ISPA ringan :
a. Batuk
b. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan
suara (misalnya pada waktu berbicara atau menangis)
c. Pilek
d. Demam, suhu badan lebih dari 37⁰C
e. Jika anak menderita ISPA ringan maka perawatan cukup
dilakukan di rumah tidak perlu dibawa ke dokter atau Puskesmas.
Di rumah dapat diberi obat penurun panas yang dijual bebas di
toko-toko atau Apotek tetapi jika dalam dua hari gejala belum
hilang, anak harus segera di bawa ke dokter atau Puskesmas
terdekat (Djojodibroto, 2014).
2. Gejala ISPA sedang :
a. Pernapasan lebih dari 50 kali/menit pada anak umur kurang
dari satu tahun atau lebih dari 40 kali/menit pada anak satu
tahun atau lebih
b. Suhu lebih dari 39⁰C
c. Tenggorokan berwarna merah
d. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
e. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
f. Pernafasan berbunyi seperti mendengkur
g. Dari gejala ISPA sedang ini, orang tua perlu hati-hati karena
jika anak menderita ISPA ringan, sedangkan anak badan panas
lebih dari 39⁰C, gizinya kurang, umurnya empat bulan atau
kurang maka anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus
mendapat pertolongan petugas kesehatan (Djojodibroto, 2014).
3. Gejala ISPA berat :
a. Bibir atau kulit membiru
b. Pernapasan cuping hidung
c. Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
d. Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak
gelisah
e. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
f. Nadi cepat lebih dari 60 x/menit atau tidak teraba
g. Tenggorokan berwarna merah.
h. Pasien ISPA berat harus dirawat di rumah sakit atau
Puskesmas karena perlu mendapat perawatan dengan
peralatan khusus seperti oksigen dan infus
(Djojodibroto, 2014).
Tinjauan Tentang Anak Balita

a. Pengertian anak balita


Anak balita yaitu mereka yang mencapai umur 0-59 bulan
(infant dan pra school).
Tinjauan Tentang Perilaku
Merokok
a. Konsep Perilaku
Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau
aktivitas organisme yang bersangkutan.

b. Perilaku Merokok
1. Definisi Rokok
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan
dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya
atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
bahan tambahan.
Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihisap isinya,
baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa.
Dampak Rokok Bagi
Kesehatan
Menurut Center of Disease Control (CDC) dalam merokok
membahayakan setiap organ di dalam tubuh. Merokok
menyebabkan penyakit dan memperburuk kesehatan, seperti
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

Asap rokok dari orang tua atau penghuni rumah yang satu
atap dengan balita merupakan bahan pencemaran dalam ruang
tempat tinggal yang serius serta akan menambah resiko
kesakitan dari bahan toksik pada anak-anak.
Paparan yang terus-menerus akan menimbulkan
gangguan pernapasan terutama memperberat timbulnya infeksi
saluran pernafasan akut dan gangguan paru-paru pada saat
dewasa. Semakin banyak rokok yang dihisap oleh keluarga
semakin besar memberikan resiko terhadap kejadian ISPA.

Perokok pasif adalah orang yang menghirup asap rokok


yang dikeluarkan oleh perokok aktif pada saat merokok.
Menghirup asap rokok orang lain lebih berbahaya dibandingkan
menghisap rokok sendiri. Bahkan bahaya yang harus
ditanggung perokok pasif tiga kali lipat dari perokok aktif.
Kerangka Teori
Paparan yang terus-menerus akan menimbulkan gangguan pernapasan
terutama memperberat timbulnya infeksi saluran pernafasan akut dan

Kerangka Konsep
gangguan paru-paru pada saat dewasa. Untuk lebih jelasnya, kerangka konsep
tersebut dibuat dalam skema sebagaimana gambar di bawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku Merokok Orang Tua Dan Penyakit ISPA Pada


Anggota Keluarga Yang Tinggal Balita
Serumah

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan : Diteliti
Mencari Hubungan
Landasan Teori

Asap rokok yang dikeluarkan oleh seorang perokok


mengandung bahan toksik yang berbahaya dan akan
menimbulkan penyakit serta menambah resiko kesakitan dari
bahan toksik tersebut.
Pada uji statistik penelitian Lindawaty (2010) menyatakan
bahwa balita yang tinggal bersama penghuni yang merokok
beresiko 2,04 kali lebih besar untuk menderita ISPA dibanding
dengan balita yang tidak terdapat penghuni rumah yang
merokok.
Hipotesis
C. Hipotesis
Nursalam (2014) mengatakan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara
dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Hipotesis pada penelitian ini
yaitu:
H1 : Ada hubungan perilaku merokok didalam rumah dengan kejadian ISPA
pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Donggala.
H0 : Tidak ada hubungan perilaku merokok didalam rumah dengan
kejadian ISPA pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Donggala.
BAB III
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian yang dipakai adalah penelitian
analitik, dengan pendekatan cross sectional yaitu
penelitian yang dilakukan pada saat yang bersamaan
antara variabel independen dan variabel dependen.

Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan


penelitian tentang hubungan perilaku merokok orang tua
dan anggota keluarga yang tinggal serumah dengan
kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Mamboro.
Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Mamboro.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Februari
2020
Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2014). Populasi
dalam penelitian ini adalah semua orang tua yang memiliki
balita di Puskesmas Mamboro berjumlah 989 orang.

2. Sampel
Sampel terdiri atas sebagian populasi terjangkau yang
dapat dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui
sampling. Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari
populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam,
2014). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian populasi
yaitu sebagian orang tua yang memiliki balita di Puskesmas
Mamboro yang telah memenuhi kriteria inklusi.
Besar Sampel
■ Besar sampel dihitung menggunakan rumus Slovin yaitu sebagai
berikut (Setiawan, 2011):

Keterangan :
■ N = besar populasi
■ n = besar sampel
■ d = tingkat kesalahan absolute yang dikehendaki 10%

Dimana dari perhitungan didapatkan n = 90,81 sampel


Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 91 responden
Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini, tehnik pengambilan sampel


yang digunakan adalah non random sampling
dengan cara accidental sampling, yaitu orang tua
yang memiliki anak balita dan kebetulan bertemu
dengan peneliti di Puskesmas Mamboro dijadikan
sebagai responden.
1. Kriteria Inklusi
a. Orang Tua Balita 0 – 5 Tahun
b. Balita di wilayah kerja Puskesmas Mamboro

2. Kriteria Ekslusi
a. Balita yang orang tuanya tidak bersedia menjadi
responden
b. Orang tua pasien tidak bias baca tulis
Variabel Penelitian
Variabel Bebas (independent variable)
Variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependent (variabel
terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
adalah perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga
yang tinggal serumah.

Variabel Terikat (dependent variable)


Variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel terikatnya adalah kejadian ISPA pada balita.
Definisi Operasional
Variabel Independen
■ Perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal
serumah
Definisi : Perilaku merokok yang dilakukan oleh orang tua
dan anggota keluarga yang tinggal serumah yang menyebabkan
anaknya menjadi perokok pasif.
■ Alat ukur : Kuesioner
■ Cara ukur : Membagi kuesioner
■ Skala ukur : Nominal
■ Hasil ukur :
1. Perokok pasif (jika skor jawaban responden ≥14)
2. Tidak terpapar asap rokok (jika skor jawaban
responden < 14)
Variabel Dependen
■ Kejadian ISPA pada Balita
■ Definisi : Penyakit ISPA merupakan kejadian ISPA bada balita
berdasarkan hasil wawancara dengan responden
tentang tanda dan gejala penyakit ISPA yang pernah dialami
dalam waktu ≤ 2 minggu terakhir.
■ Alat Ukur : Ceklist
■ Cara ukur : Pengisian Ceklist
■ Skala ukur : Ordinal
■ Hasil ukur :
1. Pernah Menderita ISPA (jawaban responden lebih dari atau
sama dengan 3 tanda dan gejala seperti batuk, pilek/flu,
demam, sesak nafas).
2. Tidak Pernah Menderita ISPA (jawaban responden kurang
dari 3 tanda dan gejala seperti batuk, pilek/flu, demam, sesak
nafas).
Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini


adalah kuesioner yang diadopsi dari jurnal penelitian
terdahulu yang disusun oleh Cahyaningtias (2015).
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner yang berisi 10 pertanyaan tentang
perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga
yang tinggal serumah dan 5 pertanyaan tentang
kejadian ISPA yang telah divalidasi dan diuji
reliabilitasnya.
Teknik Pengumpulan Data

Data Primer
Data primer, yaitu data yang dikumpulkan langsung
melalui pembagian kuesioner pada orang tua yang
memiliki balita yang merokok atau memiliki keluarga
serumah yang merokok di wilayah kerja puskesmas
Mamboro
Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Puskesmas
Donggala tentang jumlah orang tua yang memiliki balita.
Cara pengukuran
Cara pengukuran dilakukan dengan wawancara dan observasi
menggunakan ceklist yang berisi pertanyaan tentang tentang
perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang
tinggal serumah dan kejadian penyakit ISPA pada balita.
Pengolahan Data

Menurut Narbuko (2002) dalam Setiawan (2011) tahap-


tahap pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Editing
2. Coding
3. Tabulating
4. Entry
5. Cleaning
6. Describing
Analisis Data
Analisis Univariat
Analisa data yang dilakukan dengan cara analisis
univariat, yang dilakukan terhadap tiap variabel penelitian.
Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan presentase
dari tiap variabel. Analisa data dilakukan dengan formulasi
distribusi frekuensi dengan rumus sebagai berikut (Notoatmodjo,
2010):
P = f/n x 100%

Keterangan : P = Presentase
f = Frekuensi
n = Sampel
Analisis Bivariat

Dilakukan untuk melihat kemaknaan hubungan antara


variabel bebas dengan variabel terikat. Uji yang digunakan
adalah uji Chi-Square (X2) mengunakan fasilitas pengolahan data
program SPSS dengan derajat kemaknaan 95%. Bila nilai p ≤
0,05, berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan)
(Ho ditolak) dan nilai > 0,05, berarti hasil perhitungan statistik
tidak bermakna (signifikan) (Ho diterima) (Notoatmodjo, 2010).
Etika Penelitian
Informed Consent (lembar persetujuan)
Lembar persetujuan yang diberikan kepada responden oleh peneliti
dengan menyertakan judul penelitian agar subjek mengerti maksud
dan tujuan penelitian. Bila subjek menolak, maka peneliti tidak
akan memaksa dan tetap menghargai atau menghormati hak-hak
yang dimiliki responden (subjek).

Anonymity (tanpa nama)


Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan
nama responden tetapi lembar tersebut diberikan kode.

Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (Nursalam, 2014).
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian


– Puskesmas Mamboro merupakan salah satu dari tiga buah
Puskesmas yang ada di wilayah Kecamatan Palu Utara.
Puskesmas Mamboro berjarak ±13 Km Kota Palu dan ±10
Km dari ibu kota Kecamatan Palu Utara. Luas wilayah kerja
adalah ± 29.67 Km2

– Pada tahun 2017 berdasarkan data BPS, jumlah penduduk di


wilayah kerja Puskesmas Mamboro sedikit bertambah
menjadi 16.204 jiwa.(UPTD Mamboro, 2017)
Hasil Penelitian
Hasil penelitian tentang hubungan perilaku
merokok dengan terjadinya penyakit ISPA pada balita
dari 91 responden yang dilakukan di Puskesmas
Mamboro pada bulan Januari dianalisis secara univariat
dan analisis bivariat yaitu sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
■ Pada penelitian ini, hasil analisis univariat akan
menggambarkan variabel independen perilaku
merokok serta variabel dependen yaitu kejadian ISPA
pada balita.
a. Perilaku Merokok
b. Kejadian ISPA Pada Balita
Analisis Bivariat

Dalam penelitian ini, hasil analisis bivariat


dilakukan untuk memberi gambaran hubungan antara
variabel indepenen dan variabel dependen. Pada
penelitian ini digunakan uji statiatik Chi-square
dengan tingkat kemaknaan 95%. Pada analisis
bivariat ini dilakukan pengujian untuk melihat
hubungan perilaku merokok orang tua dan anggota
keluarga yang tinggal serumah dengan kejadian ISPA
pada balita yang dapat diuraikan sebagai berikut:
■ Pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa balita yang menderita penyakit
ISPA banyak terjadi pada balita yang perokok pasif yaitu 95,3%,
sedangkan balita yang menderita penyakit ISPA pada balita yang
tidak terpapar asap rokok yaitu 16,7%.

■ Hasil uji statistic Chi Square didapatkan nilai p=0,000 (p Value


<0,05), ini berarti secara statistik ada hubungan perilaku merokok
dengan terjadinya penyakit ISPA pada balita (H0 ditolak). Dengan
nilai Odd Ratio (OR) 5,718 berarti ISPA pada balita berpeluang
5,718 kali terjadi pada balita yang menjadi perokok pasif
dibandingkan dengan balita yang tidak terpapar asap rokok.
BAB V
PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Perilaku Merokok
■ Hasil penelitian menunjukkan bahwa 91
responden, balita yang menjadi perokok pasif lebih
besar jumlahnya dari pada balita yang tidak
terpapar asap rokok. Artinya sebagian besar balita
menjadi perokok pasif. Hal ini terjadi karena balita
besar di lingkungan orang yang merokok dan hal ini
sangat berbahaya bagi kesehatan anak.
Anak yang tinggal serumah dengan orang yang merokok
sangat berbahaya karena asap rokok dari orang tua atau
penghuni rumah yang satu atap dengan balita merupakan
bahan pencemaran dalam ruang tempat tinggal yang serius
serta akan menambah resiko kesakitan dari bahan toksik pada
anak-anak.
Paparan yang terus-menerus akan menimbulkan
gangguan pernapasan terutama memperberat timbulnya infeksi
saluran pernafasan akut dan gangguan paru-paru pada saat
dewasa. Semakin banyak rokok yang dihisap oleh keluarga
semakin besar memberikan resiko terhadap kejadian ISPA.
■ Ketika perokok membakar sebatang rokok dan
menghisapnya, asap yang diisap oleh perokok disebut
asap utama (mainstream), dan asap yang keluar dari
ujung rokok (bagian yang terbakar) dinamakan
sidestream smoke atau asap samping. Asap samping ini
terbukti mengandung lebih banyak hasil pembakaran
tembakau dibanding asap utama. Asap ini mengandung
karbon monoksida 5 kali lebih besar, tar dan nikotin 3
kali lipat, ammonia 46 kali lipat, nikel 3 kali lipat,
nitrosamine sebagai penyebab kanker kadarnya
mencapai 50 kali lebih besar pada asap sampingan
dibanding dengan kadar asap utama.
Penyakit ISPA pada Balita

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 91


responden, balita yang pernah menderita
ISPA lebih besar jumlahnya dari pada balita
yang tidak pernah menderita ISPA. Jumlah
balita yang menderita ISPA cukup tinggi dan
hal ini kurang baik karena menderita ISPA
pada balita akan mempengaruhi kesehatan
sepanjang hidupnya.
■ Sejalan dengan pendapat Djojodibroto (2014), yang mengatakan
bahwa penyakit ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita
oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di negara
maju dan banyak dari mereka perlu masuk rumah sakit karena
penyakitnya cukup gawat.

■ Penyakit ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang atau


ISPA berat jika keadaan memungkinkan misalnya pasien kurang
mendapatkan perawatan atau daya tahan tubuh pasien sangat
kurang. Oleh karena pengetahuan sangat penting dalam upaya
mencegah terjadinya komplikasi penyakit ISPA.
Analisis Bivariat
■ Hubungan Perokok Pasif Dengan Terjadinya Penyakit ISPA Pada
Bayi

Berdasarkan hasil dari uji statistic Chi Square didapatkan nilai


p=0,000 (p Value <0,05), ini berarti secara statistik ada
hubungan perilaku merokok didalam rumah dengan kejadian ISPA
pada balita. ISPA pada balita lebih banyak terjadi pada balita yang
menjadi perokok pasif dibandingkan dengan balita yang tidak
terpapar asap rokok.

Hal ini terjadi karena kebiasaan merokok orang tua di dalam


rumah menjadikan balita sebagai perokok pasif yang selalu
terpapar asap rokok. Rumah yang orang tuanya mempunyai
kebiasaan merokok berpeluang meningkatkan kejadian ISPA. Faktor
perilaku keluarga yang bisa menyebabkan kejadian ISPA pada
balita.
Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan atau kuisioner yang
telah diberikan ke 91 responden, ada beberapa faktor yang
menyebabkan balita yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Mamboro menjadi perokok pasif atau terpapar asap rokok.

Faktor tertinggi yang menyebabkan balita terpapar asap


rokok yaitu orang tua atau keluarga balita merokok dalam
rumah (61,5%), orang tua atau keluarga balita menghabiskan ≥
20 batang perhari (60,4%) dan rumah yang terpapar asap rokok
lebih dari 30 menit setiap hari (60,4%).
BAB VI PENUTUP
Kesimpulan
■ Terdapat bahwa dari 91 responden, balita yang menjadi perokok
pasif lebih besar jumlahnya yaitu 85 responden (93,4%), sedangkan
balita yang tidak terpapar asap rokok yaitu 6 responden (6,6%).

■ Terdapat bahwa dari 91 responden, balita yang pernah menderita


ISPA lebih besar jumlahnya yaitu 82 responden (90,1%), sedangkan
balita yang tidak pernah menderita ISPA yaitu 9 responden (9,9%).

■ Berdasarkan hasil uji statistic Chi Square didapatkan nilai p=0,000


(p Value <0,05), ini berarti secara statistik ada hubungan perilaku
merokok dengan terjadinya penyakit ISPA pada balita (H0 ditolak).
Dengan nilai Odd Ratio (OR) 5,718. Berarti ISPA pada balita
berpeluang 5,718 kali terjadi pada balita yang menjadi perokok pasif
dibandingkan dengan balita yang tidak terpapar asap rokok.
Saran
Bagi Puskesmas Mamboro
■ Perlu ditingkatkan mengenai program penanggulangan penyakit
ISPA yang dapat bekerja sama dengan beberapa lintas program
agar dapat melakukan promosi kesehatan mengenai bahaya rokok
terhadap balita agar dapat mencegah kejadian ISPA di wilayah
kerja Puskesmas Mamboro.
Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako
■ Penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan penyakit ISPA.
Bagi Masyarakat
■ Masyarakat diharapkan dapat berperan serta untuk mewujudkan
lingkungan sehat bagi anak-anak terutama lingkungan yang
terbebas akan asap rokok, sehingga kejadian ISPA dapat
berkurang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai

  • Fui
    Fui
    Dokumen1 halaman
    Fui
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen7 halaman
    Tutorial
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Fui
    Fui
    Dokumen1 halaman
    Fui
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Halaman Pengesahan
    Halaman Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Halaman Pengesahan
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Huhu
    Huhu
    Dokumen1 halaman
    Huhu
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Ji
    Ji
    Dokumen2 halaman
    Ji
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Referat Intoksikasi Minyak Tanah
    Referat Intoksikasi Minyak Tanah
    Dokumen12 halaman
    Referat Intoksikasi Minyak Tanah
    Herdyansyah usman
    Belum ada peringkat
  • Oi
    Oi
    Dokumen28 halaman
    Oi
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Refarat ADHD
    Refarat ADHD
    Dokumen22 halaman
    Refarat ADHD
    Jeane Adelia
    Belum ada peringkat
  • Op
    Op
    Dokumen5 halaman
    Op
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Hu
    Hu
    Dokumen8 halaman
    Hu
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • HB
    HB
    Dokumen1 halaman
    HB
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Yh
    Yh
    Dokumen20 halaman
    Yh
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Po
    Po
    Dokumen37 halaman
    Po
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Ss
    Ss
    Dokumen1 halaman
    Ss
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Ok
    Ok
    Dokumen46 halaman
    Ok
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Refleksi Kasus OBGYN Diah Puspitasari N111 17 161 Tifoid Dalam Kehamilan
    Refleksi Kasus OBGYN Diah Puspitasari N111 17 161 Tifoid Dalam Kehamilan
    Dokumen19 halaman
    Refleksi Kasus OBGYN Diah Puspitasari N111 17 161 Tifoid Dalam Kehamilan
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • As
    As
    Dokumen1 halaman
    As
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Refleksi Kasus OBGYN Diah Puspitasari N111 17 161 Tifoid Dalam Kehamilan
    Refleksi Kasus OBGYN Diah Puspitasari N111 17 161 Tifoid Dalam Kehamilan
    Dokumen19 halaman
    Refleksi Kasus OBGYN Diah Puspitasari N111 17 161 Tifoid Dalam Kehamilan
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Lapmen
    Lapmen
    Dokumen13 halaman
    Lapmen
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • SPV KLL
    SPV KLL
    Dokumen1 halaman
    SPV KLL
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • HJ
    HJ
    Dokumen11 halaman
    HJ
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • WWW
    WWW
    Dokumen1 halaman
    WWW
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • VER Luka Tembak
    VER Luka Tembak
    Dokumen4 halaman
    VER Luka Tembak
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • F
    F
    Dokumen15 halaman
    F
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Deskripsi Luka
    Deskripsi Luka
    Dokumen5 halaman
    Deskripsi Luka
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Patron Anamnesis Tenggelam
    Patron Anamnesis Tenggelam
    Dokumen2 halaman
    Patron Anamnesis Tenggelam
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Referat Forensik
    Referat Forensik
    Dokumen12 halaman
    Referat Forensik
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat
  • Y
    Y
    Dokumen6 halaman
    Y
    diah puspitasari
    Belum ada peringkat