Anda di halaman 1dari 80

RESUSITASI BAYI BARU LAHIR & ASFIKSIA

PENDAHULUAN
• Kebutuhan resusitasi dapat diantipasi pada sejumlah
besar BBL, kadang2 tak dapat diduga.
• Oleh karena itu tempat, peralatan untuk resusitasi
harus memadai, petugas terlatih/terampil harus
tersedia setiap saat, di semua tempat kelahiran bayi.

TUJUAN
•Memperbaiki fungsi pernafasan dan jantung bayi yang
tidak bernafas
DEFINISI
 Resusitasi BBL:
• Prosedur yang diaplikasikan pada BBL yang tak dapat
bernafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir.
• Istilah BBL  bayi baru lahir pada menit-menit pertama
s/d beberap jam selanjutnya
 Neonatal:
• Bayi lahir s/d 28 hari
DEFINISI
Asfiksia pada bayi:
 Hipoksemia, hiperkarbia, asidosis

AAP/ACOG (2004)  asfiksia perinatal pada bayi sbb:


1. Asidemia metabolik atau campuran (metabolik &
respiratorik), pH < 7 pada sampel darah yang diambil
dari a. Umbilicalis.
2. Nilai APGAR 0-3 pada menit ke-5.
3. Manifestasi neurologi pada periode BBL segera,
termasuk kejang, hipotonia, koma, atau ensefalopati
hipoksik iskemik.
4. Terjadi disfungsi sistem multiorgan segera pada periode
BBL.
PENILAIAN ASFIKSIA
 Dibuat berdasarkan keadaan klinis
 Harus dilakukan pada semua BBL
 Penataksanaan selanjutnya berdasarkan hasil
pemeriksaan tersebut.
 Penilaian berkala setiap langkah resusitasi dilakukan
setiap 30 detik
ABC RESUSCITATION
 Airway (posisikan dan bebaskan jalan nafas)
 Breathing (rangsang bayi untuk bernafas)
 Circulation (nilai frekuensi jantung dan
oksigenasi)
TEKNIK ATAU CARA MELAKUKAN RESUSITASI BBL
Persiapan & antisipasi sebelum tindakan
Persiapan petugas yang terampil melakukan resusitasi:
 Semua petugas yang mendampingi kelahiran harus dilatih dalam
keterampilan resusitasi BBL.
 Paling sedikit 1 orang bertanggung jawab untuk setiap bayi &
petugas ini tak merangkap tugas lain bila sedang melakukan asuhan
BBL
 Bila sudah diantipasi kebutuhan resusitasi, maka perlu disiapkan
petugas terampil resusitasi lebih dari 1 orang
TEKNIK ATAU CARA MELAKUKAN RESUSITASI BBL
Pencegahan infeksi dengan melakukan standar pencegahan
infeksi:
 Setiap cairan tubuh harus dianggap sebagai bahan berpotensi
menyebabkan infeksi.
 Petugas harus mencuci tangan, memakai sarung tangan dan
alat proteksi lain seperti kaca mata, celemek, baju khusus,
selama prosedur penanganan.

Persiapan peralatan dan obat-obatan:


 Peralatan dan obat untuk resusitasi harus lengkap dan harus
tersedia pada setiap persalinan, diperiksa secara reguler.
 Pada setiap akan berlangsung persalinan, peralatan resusitasi
BBL harus diperiksa, diuji, diyakinkan fungsinya baik,
demikian juga obat-obatan
PERALATAN UNTUK RESUSITASI BBL
Perlengkapan penghisap:
 Balon penghisap (Bulb syringe), alat penghisap lendir
 Penghisap mekanik dengan selangnya
 Kateter penghisap no. 5F, 6F, 8F, 10F, 12F, 14F.
 Pipa lambung no. 8F, semprit 20 ml
 Penghisap mekonium/konektor
Peralatan balon dan sungkup:
 Balon resusitasi yang dapat memberikan oksigen s/d kadar 90-100%
 Sungkup dengan ukuran untuk bayi cukup bulan & kurang bulan
(dianjurkan yg memiliki bantalan di pinggirnya)
 Sumber oksigen dengan pengatur aliran (ukuran s/d 10 L/m) dan
selang oksigen
PERALATAN UNTUK RESUSITASI BBL
Peralatan intubasi:
 Laringoskop dengan daun lurus no. 00 dan no.0 (untuk bayi kurang bulan)
dan No. 1 (bayi cukup bulan).
 Lampu cadangan & baterai cadangan untuk laringoskop
 Pipa endotrakeal no. 2,5; 3,0; 3,5; 4,0 mm diameter internal
 Stilet (bila tersedia)
 Gunting
 Plester atau alat fiksasi endotrakeal
 Kapas alkohol
 Alat pendeteksi CO2 atau kapnograf
 Sungkup larings (LMA) (bila tersedia)
Alat untuk memberikan obat-obatan:
 Pipa orogastrik no. 5F
 Kateter umbilikal no. 3,5F; 5F
 Three way stopcock
 Semprit 1 ml, 2 ml, 3 ml, 5 ml, 10 ml, 20 ml, 50 ml
 Jarum ukuran 25, 21, 18
 Sarung tangan steril, skalpel/gunting, lrutan yodium, pita/plester/tape
umbilikal
PERALATAN UNTUK RESUSITASI BBL
Lain-lain:
 Sarung tangan dan alat pelindung lain
 Alat pemancar panas atau sumber panas lainnya
 Alat resusitasi yang cukup keras
 Jam
 Kain (hangat)
 Stetoskop neonatus
 Plester
 Monitor jantung dan pulse oksimetri dengn probe serta elektrodanya (bila
tersedia di kamar bersalin)
 Oropharyngeal airways (0,00 dan ukuran 000 atau panjang 30, 40, 50 mm)
Untuk bayi kurang bulan (bila tersedia):
 Sumber udara bertekanan
 Blender oksigen untuk mencampur oksigen dan udara tekanan
 Pulse oksimetri dan probe oksimeter
 Kantung plastik makanan (1 galon) atau pembungkus plastik yang dapat
ditutup dan trasnparan
 Alat pemana kimia
 Inkubator transpor untuk mempertahankan suhu bayi ke ruang perawatan
PERALATAN UNTUK RESUSITASI BBL
Obat-obatan untuk resusitasi BBL:
 Epinefrine 1:10.000 (0,1 mg/ml)
 Kristaloid isotonik (NaCl 0,9% atau ringer laktat) untuk penambah
volume
 Natrium bikarbonat 4,2% (5 meq/10 ml)/8,4% (1 mEq/L/1 ml)
 Nalokson hidroklorida
 Dekstrose 10%, 5%
 Larutan NaCl 0,9% untuk bilas
TEKNIK ATAU CARA MELAKUKAN RESUSITASI BBL
Persiapan keluarga:
Komunikasi sangat penting
Pada setiap persalinan resiko tinggi, perlu komunikasi antara
petugas yang merawat & bertanggung jawab terhadap ibu &
bayinya dengan ibu bayi, suami, keluarga.

Persetujuan tindakan medis:


Petugas harus mendiskusikan rencana tatalaksana bayi & memberikan
informasi kepada keluarga.
Apabila keluarga setuju  petugas meminta persetujuan tindakan
medis secara tertulis.
TEKNIK ATAU CARA MELAKUKAN RESUSITASI BBL
Persiapan & antipasi untuk menjaga bayi tetap hangat:
BBL beresiko hipotermia  peningkatan kebutuhan oksigen
& kebutuhan resusitasi. Karena itu pencegahan kehilangan
panas  hal penting.
Lingkungan/ruangan tempat melahirkan harus dijaga suhunya
Bila bayi tak memerlukan resusitasi , bayi dapat diletakkan
ditubuh ibunya,didada, perut, kontak kulit ke kulit
Faktor resiko antepartum:
 Diabetes pada ibu
 Hipertensi dalam kehamilan
 Hipertensi kronik
 Anemia janin
 Riwayat kematian janin atau neonatus
 Perdarahan pada trimester II atau III
 Infeksi ibu
 Ibu dengan penyakit jantung, ginjal, paru, atau kelainan neurologik
 Polihidramnion,oligohidramnion
 Ketuban pecah dini
 Hidrops fetalis
 Kehamilan lewat waktu
 Kehamilan ganda
 Berat janin tak sesuai masa kehamilan
 Terapi obat seperti magnesium karbonat, beta bloker
 Ibu pengguna obat bius
 Malformasi atau anomali janin (trisomi 18,13)
 Berkurangnya gerakan janin
 Tanpa pemeriksaan antenatal
 Usia ibu < 16 tahun atau > 35 tahun
Faktor resiko intrapartum:
 Seksio sesaria darurat
 Kelahiran dengan ekstraksi forsep atau vakum
 Letak sunsang atau presentasi abnormal
 Kelahiran kurang bulan
 Partus presipitatus
 Korioamnionitis
 Ketuban pecah lama (> 18 jam sebelum persalinan)
 Partus lama (>24 jam)
 Kala dua lama
 Makrosomia
 Bradikardia janin persisten
 Frekuensi jantung janin yang tak beraturan
 Penggunaan anestesi umum
 Hiperstimulus uterus
 Penggunaan obat narkotika pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinan
 Air ketuban bercampur mekonium
 Prolaps tali pusat
 Solusio plasenta
 Plasenta praevia
 Perdarahan intrapartum
Target SpO2 pra-Duktus setelah lahir:

Waktu Target spO2


(%)
1 menit 60-65
2 menit 65-70
3 menit 70-75
4 menit 75-80
5 menit 80-85
10 menit 85-95
LANGKAH AWAL RESUSITASI
Bila tidak ada mekonium
 Lendir dibersihkan
 Mulut & hidung : usap; hisap
 Lendir kental  kepala dimiringkan  lendir berkumpul
di pipi  mudah dibersihkan
 Alat penghisap mekanik  tekanan negatif 100 mmHg
 Mulut & hidung
 Terlalu kuat / terlalu dalam  refleks vagus 
bradikardi/ apnea
 Penghisapan singkat & lembut  cukup u/
membersihkan lendir

 
Bila ada mekonium & bayi tidak
aktif
Langkah - langkah
 Pasang laringoskop, hisap dgn kateter penghisap
no.12F/14F
 Masukkan pipa ET
 Sambung pipa ET ke alat penghisap
 Lakukan penghisapan sambil menarik keluar pipa
ET: perhitungan satu-sribu,...., tiga-sribu cabut
 Ulangi bila perlu atau bila resusitasi harus segera
dilanjutkan
LANGKAH AWAL RESUSITASI
KERINGKAN, RANGSANG, PERBAIKI
POSISI
 Setelah jalan napas bersih  keringkan, rangsang
pernapasan, letakkan pada posisi yang benar
 Posisi & menghisap lendir  cukup merangsang
pernapasan
 Mengeringkan tubuh & kepala bayi  memberi
rangsangan dan mengurangi kehilangan panas
 Sambil mengeringkan, pastikan posisi kepala agar jalan
napas tetap terbuka
 Rangsang taktil  membantu bayi bernapas
 Cara yang aman :
1. Menepuk / menyentil telapak kaki
2. Menggosok punggung, perut, dada atau ekstremitas
Tindakan berbahaya Kemungkinan akibat

Menepuk punggung Perlukaan


Menekan rongga dada Patah tulang pnemotoraks,
distres pernapasan, kematian
Menekankan paha ke perut Pecahnya hati atau limpa

Mendilatasi sfingter ani Robeknya sfingter ani


Menggunakan kompres Hipotermi, hipertermi, luka
dingin bakar
Menggoyang-goyang tubuh Kerusakan otak
RANGSANGAN TAKTIL
PERLU DIPERHATIKAN!
 Perangsangan yang terlalu bersemangat tidak
menolong & dapat menimbulkan cedera yang berat.
Bayi jangan digoyang-goyang

 Meneruskan perangsangan taktil pada bayi yang


tidak bernapas membuang waktu yang berharga.
Untuk bayi yang tetap tidak bernapas, berikan VTP.
Karakteristik balon resusitasi
untuk ventilasi BBL
 Ukuran balon:  750 mL
 Bayi perlu: 15-25 mL tiap ventilasi (5-8 mL/kg)

 Dapat memberikan O2 90%-100%


 Sumber O2 100% disambungkan ke B.T.M.S atau B.M.S +
reservoar
 Catatan: udara kamar

 Dapat menghindari tekanan yang ber >>an


 alat penyelamat

 Ukuran sungkup sesuai


 menutupi dagu, mulut, hidung
 tidak menutupi mata
Reservoar Oksigen

Reservoar

Ujung tertutup

Ujung terbuka
… CARA KERJA Balon mengembang sendiri
 Besarnya tekanan & volume yang
diberikan pada setiap napas
tergantung pada:
Kekuatan meremas balon
Adanya kebocoran antara sungkup & wajah
bayi.
Batas tekanan yang dipasang pada katup
pelepas tekanan
SUNGKUP
 Ukuran
 Tepi


 Bentuk
Sebelum ventilasi dgn balon &
sungkup, perlu dipikirkan:
 Pilih sungkup ukuran yang sesuai
 Jalan napas terbuka

 Posisi kepala bayi

 Posisi penolong
Tekanan pada ventilasi
 Pernapasan awal segera setelah
lahir : > 30 cmH2O

 Paru normal: 15 - 20 cmH2O

 Paruyang sakit atau imatur :


20 – 40 cmH2O
Kecepatan Melakukan Ventilasi
 40-60 kali/menit

remas lepas remas lepas


(pompa) (dua…tiga) (pompa) (dua…tiga)
Ada 3 tanda perbaikan:

 Peningkatan frekuensi jantung

 Perbaikan warna kulit

 Adanya napas spontan


Bila bayi tidak menunjukkan perbaikan
 Dengan VTP, sebagian besar bayi membaik
 Bila tidak membaik:
 Apakah gerakan dada adekuat?
Apakah lekatan sungkup & wajah cukup erat?
Adakah sumbatan jalan napas karena posisi kepala
tidak benar atau sekresi dalam hidung, mulut, atau
farings?
Apakah balon berfungsi baik?
Apakah tekanan adekuat?
Apakah udara dalam lambung mengganggu
pengembangan dada
Bila FJ tidak meningkat atau dada
tidak mengembang
Kondisi Tindakan

 Lekatan tidak • Pasang kembali sungkup


adekuat ke wajah.

• Reposisi kepala.
 Jalan napas • Periksa sekresi, hisap bila ada
tersumbat • Lakukan ventilasi dengan mulut
sedikit terbuka.

 Tidak cukup • Naikkan tekanan sampai tampak


tekanan gerakan naik turun dada yang
mudah
• Pertimbangkan intubasi ET.
SR IBTA
TINDAKAN LANGKAH KOREKSI
M (S) Mask adjusment Pastikan ada lekatan yang baik antara sungkup
(S)ungkup melekat rapat) dan wajah
R (R) Reposition airway Kepala pada posisi menghidu (setengah
(R)eposisi jalan nafas tengadah)
S(I) Suction mouth and nose Periksa sekresi; isap jika ada
(I)sap mulut dan hidung
O (B) Open mouth Ventilasi dengan mulut bayi sedikit terbuka dan
(B)uka mulut angkat dagu ke depan
P (T) Pressure increase Naikkan tekanan bertahap setiap beberapa nafas,
(T)ekanan dinaikkan sampai terdengar suara nafas bilateral dan
tampak gerakan dada pada setiap nafas
A (A) Airway alternative Pertimbangkan intubasi endotrakeal atau
(A)lternatif jalan nafas sungkup laring
MENILAI SIANOSIS DENGAN OKSIMETRI
 Oksimetri sangat membantu ketepatan penilaian anda, tetapi jangan
menunda tindakan resusitasi. Stabilisasi ventilasi, frekuensi jantung,
& oksigenasi harus didahulukan
 Selama resusitasi neonatus, dianjurkan untuk menempatkan probe
oksimetri pada tangan atau pergelangan tangan kanan agar
menampilkan saturasi praduktus
Target SpO2 pra-Duktus setelah lahir:

Waktu Target spO2


(%)
1 menit 60-65
2 menit 65-70
3 menit 70-75
4 menit 75-80
5 menit 80-85
10 menit 85-95
Ingat! Melakukan ventilasi
yang efektif merupakan kunci
keberhasilan hampir semua
resusitasi neonatus
 Bila kondisi tetap buruk atau gagal
membaik & FJ < 60 kali/menit setelah 30
detik VTP yang adekuat
 langkah selanjutnya:
1. Pertimbangkan intubasi
2. Kompresi dada
3. Koordinasikan dengan VTP
Apa itu kompresi dada?

Disebut sebagai: External Cardiac Massage


Kompresi yang teratur pd tulang dada, termasuk:
 Kompresi jantung ke arah tulang belakang
 Meningkatkan tekanan intratorak
 Memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ
vital

Dilakukan bersama VTP


Berapa orang u/ kompresi
dada?
 Diperlukan 2 orang:
1 orang  kompresi dada,
1 orang lagi  melanjutkan ventilasi
 Pelaksana kompresi  menilai dada &
menempatkan posisi tangan dgn benar
 Pelaksana ventilasi  mengambil posisi
di kepala bayi agar dapat menempatkan
sungkup wajah secara efektif & memantau
gerakan dada
Bagaimana melakukan kompresi
dada?
 Ada 2 teknik: 1) Teknik ibu jari , 2) Teknik dua
jari
 Teknik ibu jari  kedua ibu jari u/ menekan
tulang dada, sementara kedua tangan
melingkari dada & jari-jari tangan menopang
bagian belakang bayi.
 Teknik dua jari  ujung jari tengah & jari
telunjuk atau jari tengah & jari manis dari satu
tangan u/ menekan tulang dada. Tangan yang
lain untuk menopang bagian belakang bayi.
Utk ke2 teknik kompresi dada:
 Posisi bayi:
Topangan yang keras pada bagian
belakang bayi
Leher sedikit tengadah
 Kompresi:
Lokasi, kedalaman penekanan &
frekuensi sama

51
52
Lokasi u/ kompresi dada
Cara : 1/3 bawah tulang
dada, antara tulang
sifoid & garis khayal yg
menguhungkan ke-2
puting susu; kemudian
tempatkan ibu jari/kedua
jari sedikit diatas sifoid;
jangan menekan
langsung sifoid
Tekanan saat kompresi dada

 Kedalaman + 1/3 diameter anteroposterior


dada
 Lama penekanan << lama pelepasan
 curah jantung maksimal

sepertiga
Frekuensi
 90 kompresi + 30 ventilasi dalam 1 menit
 Rasio 3 : 1
 11/2 detik 3 kompresi dada, 1/2 detik 1 ventilasi  2
detik (1 siklus)  30 detik = 15 siklus

“Satu” “Dua” “Tiga” “Pompa”

55
Kapan kompresi dada dihentikan

Jika FJ > 60 kali/menit


 Setelah 30 detik kompresi dada dan ventilasi,
periksa FJ. Jika FJ:
 Lebih dari 60 x/menit, hentikan kompresi dada
dan lanjutkan ventilasi pada 40-60 kali/menit.
 Lebih dari 100 x/menit, hentikan kompresi
dada dan hentikan ventilasi secara bertahap jika
bayi bernapas spontan.
 Kurang dari 60 x/menit, lakukan intubasi, jika
belum dilakukan  cara yang lebih terpercaya
u/ melanjutkan ventilasi dan memberikan
epinefrin.
TIDAK MELAKUKAN & MENGHENTIKAN
RESUSITASI
 Tidak melakukan resusitasi dapat diterima pada
kehamilan < 23 minggu atau BB lahir < 400 gram,
terbukti trisomi 13/18 (AHA & AAP 2006)
 Resusitasi dinyatakan gagal dan dihentikan bila bayi
menunjukkan asistole selama 10 menit setelah
dilakukan resusitasi ekstensif. (AHA & AAP 2006)
1. Laringoskop dengan lampu dean batere
2. Bilah laringoskop no. 1 (cukup bulan), no. 0 (prematur), no. 00 ( atau alat fiksasi lain
bblasr), dianjurkan bilah lurus
3. Pipa endotrakeal diameter dalam 2,5; 3; 3,5; 4 mm
4. Stilet yang cocok dengan ukuran pipa endotrakeal
5. Pemantauan atau pendeteksi CO2
6. Alat penghisap dengan kateter penghisap ukuran 10f (faring), 8f, 5f, 6f
7. Plester kedap air
8. Gunting
9. Jalan nafas per-oral
10. Aspirator mekonium
11. Stetoskop
12. Alat ventilasi tekanan positif (balon resusitasi atau T-piece resuscitation) & selang
aliran udara/oksigen tambahan, balon mengembang sendiri + reservoar oksigen +
manometer tekanan
13. Oksimeter nadi dengan sensor probe
14. Sungkup laring ukuran 1 dan semprit 5 ml
Ukuran pipa endotrakeal menurut berat badan bayi & usia gestasi

Berat (g) Usia gestasi Ukuran pipa


(minggu) (diameter dalam
Dibawah 1.000 Dibawah 28 2,5
1.000-2.000 28-34 3,0
2.000-3.000 34-38 3,5
Diatas 3.000 Di atas 38 3,5-4,0

Ukuran Ukuran kateter Kedalaman pipa masuk


pipa ET Berat (kg) Kedalaman pipa (cm dari
2,5 5f atau 6f bibir atas)
3,0 6f atau 8f 1 7
3,5 8f 2 8
4,0 8f atau 10f 3 9
4 10
PEMBERIAN OBAT & CAIRAN
INDIKASI:
 BJA tetap < 60x/menit meskipun telah diberi VTP,
kompresi dada & oksigen 100%  obat perlu
diberikan
 Bila kehilangan darah  perlu diberikan cairan
penambah vol darah
Cara Pemberian Obat
1. Vena umbilicalis (epinefrine, nalokson, natrium
bikarbonas)
2. Pipa endotrakeal  hanya epinefrine
3. Vena perifer  sulit pada bayi yang syok
4. Intramuskuler (Nalokson)
5. Akses intraoseus  bila akses vena tak didapat
Epinefrine
 Pemicu jantung,  kekuatan kontraksi otot jantung,
vasokontriksi perifer  aliran darah a. Koronaria &
aliran darah ke otak
 Indikasi: BJA < 60x/menit setelah VTP selama 30”
dilanjutkan VTP + kompresi dada 30”
 Do & cara pemberian: 1:10000 IV/pipa endotrakeal (0,1
cc efinefrine + 0,9 cc NaCl 0,9%); 0,1 – 0,3 ml/kg BB
 Bila BJA tetap <60x/menit  Do dapat diulang tiap 3-5
menit
Cairan Penambah Vol darah (plasma expander)
 Penyebab: mungkin kehilangan sirkulasi darah ibu 
syok (bayi tampak pucat, pengisian kembali kapiler
lambat, nadi lemah, takikardi, bradikardi
 Indikasi: bila bayi tampak pucat, ada bukti kehilangan
darah, respon resusitasi baik
 Cairan: kristaloid isotonik: NaCL 0,9%, RL,
 Do & cara pemberian: awal 10 ml/kgBB, kecepatan 5-10
menit IV  perbaikan minimal  ulang 10 ml/kgBB
Nalokson
 Indikasi: Bayi tetap depresi nafas setelah BJA & warna
kulit normal & ibu mendapat obat narkotik pada 4 jam
sebelum persalinan
 Tidak dianjurkan sebagai bagian dari resusitasi awal
 Do & cara pemberian: 0,1 ml/kg IV/IM  monitor ketat
NATRIUM BIKARBONAT
 Diberikan bila ventilasi & kompresi dada tidak efektif
dalam memperbaiki sirkulasi. Bila mungkin AGD
 Do & cara pemberian: Nat Bik 4,25 atau 8,4% (1 mEq/L);
diencerkan 1:1 dengan air steril untuk membuat 4,2%;
do: 1-2 mEq/KgBB IV, kecepatan 1 mEq/kg/menit.
TINDAKAN SETELAH RESUSITASI
Setelah melakukan resusitasi , maka harus dilakukan
tindakan :
A.Pemantauan Pasca Resusitasi
B.Dekontaminasi, mencuci dan mensterilkan alat
C. Membuat Catatan Tindakan Resusitasi
D. Konseling pada Keluarga

71
PEMANTAUAN PASCA RESUSITASI
Sering sekali kejadian bahwa setelah dilakukan resusitasi dan berhasil,
bayi dianggap sudah baik dan tidak perlu dipantau( dimonitor), pada
hal bayi masih mempunyai potensi atau risiko terjadinya hal yang fatal ,
misalnya : karena kedinginan , hipoglikemia dan kejang. Untuk itu,
pasca resusitasi harus tetap dilakuka pengawasan sebagai berikut :
Bayi harus dipantau secara khusus :
Bukan dirawat secara Rawat gabung
Pantau tanda vital : napas, jantung ,kesadaran dan kencing
Jaga bayi agar senantiasa hangat (Lihat cara menghangatkan )
 Bila tersedia fasilitas, periksa kadar gula darah
Perhatian khusus diberikan pada waktu malam hari
Berikan imunisasi Hepatitis B pada saat bayi masih dirawat dan Polio pada saat
pulang

72
KAPAN HARUS MERUJUK :
Rujukan yang paling ideal adalah rujukan antepartum untuk ibu risiko tinggi
/komplikasi .
Bila Puskesmas tidak mempunyai fasilitas lengkap,maka
Lakukan rujukan bila bayi tidak memberi respons terhadap tindakn resusitasi
selama 2- 3 menit
Bila Puskesmas mempunyai fasilitas lengkap dan kemampuan melakukan
pemasangan ET dan pemberian obat-obatan serta bayi tidak memberikan
respons terhadap tindakan resusitasi, maka segera lakukan rujukan
Bila oleh karena satu dan lain hal bayi tidak dapat dirujuk, maka dilakukan tindakan
yang paling optimal di Puskesmas dan berikan dukungan emosional kepada
ibu dan keluarga
Bila sampai dengan 10 menit bayi tidak dapat dirujuk, jelaskan kepada orang tua
tentang prognosis bayi yang kurang baik dan pertimbangan manfaat rujukan
untuk bayi ini kurang bila terlalu lama tidak segera dirujuk

73
Kapan menghentikan resusitasi

Resusitasi dinilai tidak berhasil jika:


 Bayi tidak bernapas spontan dan tidak
terdengar denyut jantung setelah
dilakukan resusitasi secara efektif
selama 10 menit.

74
RESUSITASI BBL PADA BEBERAPA KEADAAN
KHUSUS
Resusitasi pada BKB:
Pertahankan suhu  hipotermia
Rekomendasi intubasi elektif dini, CPAP (Continous
Positive Airway Pressure) melalui sungkup/nasal prongs
Rekomendasi intubasi elektif & surfaktan  bayi <30-
31 minggu, setelah langkah awal resusitasi, dilanjutkan
ektubasi dini & CPAP
Pemberian O2 harus hati2
Oksimetri

Anda mungkin juga menyukai