Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 10

LEININGIER

FIRMANSYAH ADIPRADANA USMAN


FRISKA PAKAYA
SITI NURANDA BUHANG
Konsep Teori Medeleine
Leininger
Teori Leininger adalah untuk
menyediakan langkah-langkah
perawatan yang selaras dengan
individu atau kelompok budaya
kepercayaan, praktik, dan nilai-
nilai
. Budaya perawatan sebangun
adalah mungkin bila tindakan
terjadi dalam hubungan perawat-
klien (Leininger, 1981).
Leininger mengusulkan bahwa ada tiga modus untuk
membimbing penilaian asuhan keperawatan, keputusan,
atau tindakan untuk memberikan perawatan yang tepat,
bermanfaat, dan bermakna yaitu :
a. pelestarian dan / atau pemeliharaan
b. akomodasi dan / atau negosiasi
c. re-pola dan / atau restrukturisasi
Teori Madeleine Leininger menyatakan bahwa kesehatan
dan care dipengaruhi oleh elemen-elemen berikut yaitu :
Struktur sosial seperti teknologi, kepercayaan dan factor
filosofi, sistem sosial, nilai-nilai cultural, politik dan factor-
faktor legal, factor-faktor ekonomi, dan factor-faktor
pendidikan
Hubungan Teori Model
Leininger dengan Konsep
Caring
Alasan utama untuk mempelajari caring adalah :
1. Konsep ”care” muncul secara kritis pada pertumbuhan manusia,
perkembangan manusia, dan kemampuan bertahan pada makhluk
hidup.
2. Untuk secara eksplisit mengerti secara menyeluruh aturan-aturan
pemberi pelayanan dan penerima pelayanan pada kultur yang
berbeda untuk memenuhi kebutuhan pelayanan secara kultural
3. ”Care” adalah studi untuk memenuhi kebutuhan yang esensial
untuk proses penyembuhan, perbaikan dan untuk bertahan pada
manusia dan kelompok sepanjang waktu.
4. Profesi keperawatan telah mempelajari ”care” secara terbatas tetapi
secara sistematis dari persfektif kultural dan telah melupakan
aspek-aspek epistemology dan ontology yg berlandaskan pada
pengetahuan keperawatan.
Hubungan Teori Model
Leininger dengan Konsep
Holism
Leininger dengan teori modelnya telah dengan jelas
memaparkan bahwa asuhan keperawatan yang diberikan
pada klien atau kelompok harus mengikutsertakan
individu/kelompok secara keseluruhan termasuk aspek bio-
psiko-sosio-spiritual dengan menitikberatkan konsep terapi
pada kondisi kultural klien.
Hubungan Teori Model
Leininger dengan Konsep
Humanism
Hubungan dari teori Leininger dan konsep humanism ini
bahwa memberikan pelayanan kesehatan pada klien dengan
memandang klien sebagai invidu sebagai personal lengkap
dengan fungsinya.
Kelebihan dan Kekurangan Teori
Transcultural dari Leininger
A. Kelebihan :

1. Teori ini bersifat komprehensif dan holistik yang dapat memberikan


pengetahuan kepada perawat dalam pemberian asuhan dengan latar belakang
budaya yang berbeda.
2. Teori ini sangat berguna pada setiap kondisi perawatan untuk
memaksimalkan pelaksanaan model-model teori lainnya (teori Orem, King,
Roy, dll).
3. Penggunakan teori ini dapat mengatasi hambatan faktor budaya yang akan
berdampak terhadap pasien, staf keperawatan dan terhadap rumah sakit.
4. Penggunanan teori transcultural dapat membantu perawat untuk membuat
keputusan yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan.
5. Teori ini banyak digunakan sebagai acuan dalam penelitian dan
pengembangan praktek keperawatan .
Kelemahan :

1. Teori transcultural bersifat sangat luas sehingga tidak


bisa berdiri sendiri dan hanya digunakan sebagai
pendamping dari berbagai macam konseptual model
lainnya.
2. Teori transcultural ini tidak mempunyai intervensi
spesifik dalam mengatasi masalah keperawatan
sehingga perlu dipadukan dengan model teori lainnya.
CONTOH KASUS

Klien
Nama Ny.W,30 tahun,Islam,SMP,petani,suku
jawa,diagnosis medis abortus.Klien hamil 12 minggu,klien
sangat mengharapkan memiliki anak.Klien mengeluh
mengalami pendarahan dan perut mulas-mulas selama 3
hari.Klien dianjurkan untuk kuratase.
Klien memeriksakan kehamilannya di dukun dan berencana
akan melahirkan si sana.Klien mendapati informasi tentang
kehamilan dari mertua.Klien masih percaya pada sihir dan
hal-hal gaib,mereka percaya banyak anak banyak rejeki dan
percaya bahwa abortus merupakan perbuatan dosa.
Setelah di diagnosis abortus,klien tidak menerima dan
merencanakan akan berobat kedukun.Mereka menganggap
hal itu akibat ibunya melanggar pantangan dalam
menyediakan sesaji.Hubungan kekerabatan yang lebih
dominan adalah pihak laki-laki,pola pengambilan keputusan
di pihak laki-laki.Pantangan makanan jantung
pisang,gurita,dan air kelapa sedangkan suaminya pantang
memanjat pohon kelapa atau pohon yang tinggi.Aturan dan
kebijakan di atur oleh pemuka agama dan para santri.Ada
tabungan yang sudah di persiapkan oleh keluarga untuk
persalinan ini.
 Data subyektif
1. Keluarga mengatakan Ny W sejak 3 hari lalu mengalami
pendarahan dan perut mulas-mulas.
2. Keluarga mengatakan bahwa Ny W di diagnosis medis abortus.

 Data obyektif

1. 3 hari lalu Ny W mengalami pendarahan dan perut mulas-mulas.


2. Hasil pemeriksaan medis,Ny W di diagnosis abortus.

 Data subyektif

1. Keluarga mengatakan Ny W di bawa ke dukun dulu.


2. Keluarga mengatakan bahwa Ny W akan di rencanakan melahirkan
di sana.
• Daftar diagnosis keperawatan

1. Resiko terjadinya abortus berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga merawat keluarga yang sakit.
2. Resiko terjadinya kesalahan dalam pengobatan di sana
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
3. Perubahan pemeliharaan kesehatan Ny W berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan
fasilitas kesehatan.
• Rencana keperawatan
A. Cultural care preservation/maintenance

1. Identifikasi perbedaan konsep antara perawat dan Ny W


tersebut
2. Perbedaan konsep perawat dan Ny W terletak pada
kepercayaan Ny W yang masih percaya pada sihir dan
hal-hal gaib.
3. Perawat harus tenang dan tidak terburu-buru
berinteraksi dengan Ny W.Perawat bisa perlahan-lahan
untuk berkomunikasi dengan Ny W.
4. Lalu perawat bisa mendiskusikan perbedaan budaya
yang dimilikinya dengan Ny W yang masih percaya
kepada dukun serta sihir dan hal-hal gaib.
B. Cultural care accomodation/negotiation
1. Perawat bisa menggunakan bahasa yang mudah di
pahami oleh Ny W seperti bahasa sehari-harinya.
2. Kemudian dalam perencanaan perawatan perawat bisa
melibatkan keluarga Ny W seperti suami,ibunya atau
mertua Ny W.
3. Jika konflik tidak terselesaikan,lakukanlah negosiasi
dengan Ny W berdasarkan pengetahuan biomedis
perawat tersebut.
C. Cultural care repartening/reconstruction

1. Selanjutnya perawat bisa memberikan kesempatan pada


Ny W untuk memahami informasi yang telah diberikan
dan melakukannya.
2. Lalu tentukan tingkat perbedaan Ny W melihat dirinya
dari budaya kelompoknya sendiri.
3. Kemudian gunakan pihak ketiga bila perlu,seperti
tetangga atau kerabat dekat Ny W.
4. Dan terjemahkan terminologi gejala Ny W tersebut ke
dalam bahasa kesehatan yang mudah dipahami Ny W
dan orang tuanya.
5. Terakhir berikan informasi pada Ny W tentang sistem
pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai