Hidup Sehat
Hidup Sehat
KOTA TASIKMALAYA
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata
bagimu “ ( Al-Baqarah : 168)
Tidak akan masuk surga siapa saja yang
dagingnya tumbuh dari makanan yang haram.
Neraka lebih utama untuknya.(HR Ahmad).
1. Bangkai
1
2. Darah
3. Babi
4. Binatang yang disembelih selain menyebut
nama Allah
5. Khamer atau minuman yang memabukkan
1. Bergizi tinggi
2. Makanan lengkap dan berimbang. Waktu SD kita belajar makanan 4
sehat 5 sempurna seperti nasi/jagung, lauk/pauk, sayuran, buah-
buahan, dan terakhir susu. Semua makanan tersebut mengandung
karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan oleh
tubuh kita.
3. Tidak mengandung zat-zat yang membahayakan bagi kesehatan
kita, misalnya kolesterol tinggi atau bisa memicu asam urat kita.
4. Alami. Tidak mengandung berbagai zat kimia seperti pupuk kimia,
pestisida kimia, pengawet kimia (misalnya formalin), pewarna
kimia, perasa kimia (misalnya biang gula/aspartame, MSG, dsb)
5. Masih segar. Tidak membusuk atau basi sehingga warna, bau, dan
rasanya berubah
6. Tidak berlebihan. Makanan sebaik apa pun jika berlebihan, tidak
baik.
Food Rules:
- Don’t eat anything your great-grandmother wouldn’t
recognise as food.
- Eat only foods that eventually will rot.
- Get out of the supermarket whenever you can.
Artinya, jangan makan makanan yang tidak pernah
dimakan oleh nenek anda.Contohnya berbagai makanan
kemasan yang ada di super market.Jangan juga makan
makanan yang tidak membusuk selama berbulan-bulan.
Itu artinya makanan tersebut mengandung banyak
pengawet kimia yang akan merusak hati, ginjal, bahkan
otak anda. Ada yang menulis, makanan yang tidak
membusuk dalam 1 minggu, berarti itu busuk.Hindari
membeli makanan di supermarket.Karena umumnya masa
kadaluwarsanya bisa berbulan-bulan (memakai pengawet).
Selain itu di Pasar Tradisional pun
harus hati-hati dalam membeli
tahu, ikan, bahkan ketupat.Jika
kenyal, bisa jadi diberi
formalin.Apalagi jika ditaruh di
luar, tak ada lalat yang mau
hinggap, berarti ada racunnya.
Tapi kalau lalat hinggap kita juga
jijik..Yang bagus ditaruh di tempat
kaca, atau beli ikan yang masih
hidup.
Hendaknya jika anak anda sekolah, beri
bekal agar tidak jajan sembarangan di
sekolah.Karena banyak penjual
makanan di sekolah yang tidak
bertanggung-jawab seperti memakai
biang gula, pewarna tekstil yang
berbahaya, formalin, dan
sebagainya.Pernah saat ada
pengecekkan dari BPP POM, pada
kabur para pedagang makanan tersebut.
Allah SWT sudah mengatur
kehidupan kita, maka apa lagi
yang harus kita bingungkan??
Aturan Allah semakin
memudahkan kita untuk
hidup sehat
Makanan halal ialah : halal disini
dalam subtansinya, cara
mendapatkannya ,cara mengolahnya
,kualitasnya dan kuantitasnya
Thoyib/Baik adalah yang
apabila dimakan akan
meyehatkan dan tidak
menimbulkan mudharat
Mengandung Zat additif yang beracun dalam jangka pendek maupun
jangka panjang ,misalnya : Borak,formalin,dll
* Mengandung bahan halal namun dalam jumlah yang berlebihan
sehingga dapat menggangu kesehatan ,misalnya minuman kesehatan
yang mengandung kadar caffein yang tinggi, mengandung kadar gula
yang Tinggi
dll
* Makanan atau minuman yang tidak di ketahui kandungan bahannya
karena ini bisa jadi mengandung bahan yang tidak halal atau subhat
* Makanan dan minuman yang dibuat oleh orang yang berpeyakit
menular .
* Makanan dan minuman yang meyebabkan ketergantungan
* Makanan dan minuman yang halal namun mengandung zat yang
menggangu kesehatan orang yang akan memakannya, misalnya gula
bagi penderita kencing manis , lemak bagi penderita
hipercholestrolemia dan
lain-lain, yang menurut dokter /tabib tidak boleh dinikmati oleh
orang tersebut
Sembilan hak Konsumen , yaitu:
1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan.
2. Hak untuk memilih barang.
3. Hak atas informasi.
4. Hak untuk didengar pendapatnya.
5. Hak untuk mendapatkan advokasi.
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan
pendidikan.
7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar
dan jujur serta tidak diskriminatif.
8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan
atau penggantian.
9. Hak-hak yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan lainnya.
1. MENINGKATKAN KESADARAN, KEMAMPUAN DAN
2. KEMANDIRIAN KONSUMEN.
3. MENGANGKAT HARKAT DAN MARTABAT KONSUMEN.
MENINGKATKAN PEMBERDAYAAN KONSUMEN DALAM
MEMILIH, MENENTUKAN, DAN MENUNTUT HAK-HAKNYA
SEBAGAI KONSUMEN.
4. MENCIPTAKAN SISTEM PERLINDUNGAN KONSUMEN YANG
MENGANDUNG UNSUR KEPASTIAN HUKUM DAN
KETERBUKAAN INFORMASI.
5. MENUMBUHKAN KESADARAN PELAKU USAHA MENGENAI
PENTINGNYA PERLINDUNGAN KONSUMEN.
6. MENINGKATKAN KUALITAS BARANG DAN ATAU JASA.
1. BERITIKAT BAIK.
2. MEMBERIKAN INFORMASI YANG BENAR, JELAS DAN
3. JUJUR MEGENAI KONDISI BARANG.
4. MEMPERLAKUKAN KONSUMEN SECARA JUJUR, BENAR
DAN TIDAK DISKRIMINATIF.
5. MENJAMIN MUTU PRODUK SESUAI STANDAR.
6. MEMBERIKAN KESEMPATAN KEPADA KONSUMEN
UNTUK MENGUJI.
7. MEMBERI KOMPENSASI, GANTI RUGI ATAU
PENGGANTIAN BARANG ATAS KERUGIAN KONSUMEN
AKIBAT PENGGUNAAN, PEMAKAIAN, PEMANFAATAN ,
ATAU AKIBAT TIDAK SESUAI DENGAN YANG
DIPERJANJIKAN
1. Hendaknya yang menyembelih adalah shohibul kurban sendiri, jika dia
mampu. Jika tidak maka bisa diwakilkan orang lain, dan shohibul kurban
disyariatkan untuk ikut menyaksikan.
2. Gunakan pisau yang setajam mungkin. Semakin tajam, semakin baik.
Ini berdasarkan hadis dari Syaddad bin Aus radhiallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan dalam segala hal.Jika
kalian membunuh maka bunuhlah dengan ihsan, jika kalian menyembelih,
sembelihlah dengan ihsan.Hendaknya kalian mempertajam pisaunya dan
menyenangkan sembelihannya.” (HR. Muslim).
3. Tidak mengasah pisau dihadapan hewan yang akan disembelih.
Karena ini akan menyebabkan dia ketakutan sebelum disembelih.
Berdasarkan hadis dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma,
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk
mengasah pisau, tanpa memperlihatkannya kepada hewan.” (HR.
Ahmad, Ibnu Majah ).
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah melewati seseorang yang meletakkan kakinya di leher
kambing, kemudian dia menajamkan pisaunya, sementar binatang itu
melihatnya. Lalu beliau bersabda (artinya): “Mengapa engkau tidak
menajamkannya sebelum ini ?! Apakah engkau ingin mematikannya
sebanyak dua kali?!.” (HR. Ath-Thabrani dengan sanad sahih).
4. Menghadapkan hewan ke arah kiblat.
Disebutkan dalam Mausu’ah Fiqhiyah:
Hewan yang hendak disembelih dihadapkan ke kiblat pada posisi
tempat organ yang akan disembelih (lehernya) bukan wajahnya.
Karena itulah arah untuk mendekatkan diri kepada Allah. (Mausu’ah
Fiqhiyah Kuwaitiyah, 21:196).
Dengan demikian, cara yang tepat untuk menghadapkan hewan ke
arah kiblat ketika menyembelih adalah dengan memosisikan kepala di
Selatan, kaki di Barat, dan leher menghadap ke Barat.
5. Membaringkan hewan di atas lambung sebelah kiri.
Imam An-Nawawi mengatakan,
Terdapat beberapa hadis tentang membaringkan hewan (tidak
disembelih dengan berdiri, pen.) dan kaum muslimin juga sepakat
dengan hal ini. Para ulama sepakat, bahwa cara membaringkan hewan
yang benar adalah ke arah kiri. Karena ini akan memudahkan
penyembelih untuk memotong hewan dengan tangan kanan dan
memegangi leher dengan tangan kiri. (Mausu’ah Fiqhiyah Kuwaitiyah,
21:197).
Penjelasan yang sama juga disampaikan Syekh Ibnu Utsaimin. Beliau
mengatakan, “Hewan yang hendak disembelih dibaringkan ke sebelah
kiri, sehingga memudahkan bagi orang yang menyembelih. Karena
penyembelih akan memotong hewan dengan tangan kanan, sehingga
hewannya dibaringkan di lambung sebelah kiri. (Syarhul Mumthi’,
7:442).
6. Menginjakkan kaki di leher hewan. Sebagaimana disebutkan dalam
hadis dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkurban dengan dua ekor
domba. Aku lihat beliau meletakkan meletakkan kaki beliau di leher
hewan tersebut, kemudian membaca basmalah …. (HR. Bukhari dan
Muslim
7. Bacaan ketika hendak menyembelih.
Beberapa saat sebelum menyembelih, harus membaca basmalah.Ini hukumnya
wajib, menurut pendapat yang kuat. Allah berfirman,
‘Janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah
ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu
kefasikan. (QS. Al-An’am: 121).