Anda di halaman 1dari 39

Laporan Kasus

Infark Miokard dengan Segmen


ST Elevasi
SYARIFAH ULIEYA ZUHRA
SILVIRA NAZZAI
DEVI NATASYA
NURUL AFNIDA FAJRI

Pembimbing:
dr. Marwan Nasri, M.ked(cardio), Sp.JP, FIHA

Bagian / SMF KARDIOLOGI RSUD CUT NYAK


DHIEN MEULABOH/FK ABULYATAMA
PENDAHULUAN
• Sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari
• 1. Angina pektoris tidak stabil
• 2. IMA tanpa elevasi ST
• 3. IMA dengan elevasi ST
 Di Indonesia pada tahun 2015 ada sekitar 478.000 pasien di
diagnosa dengan penyakit jantung koroner.

 Prevalensi STEMI meningkat dari 25% ke 40% dari
presentasi infark miokard.

 Komplikasi terberat yang paling ditakutkan pada SKA adalah


syok kardiogenik.

 Kasus syok kardiogenik paling sering terjadi bersamaan


dengan terjadinya infark miokard dengan ST elevasi(STEMI).
IDENTITAS PASIEN
Identitas
•Nama : Tn. K
•Umur : 39 tahun
•Jenis Kelamin : Laki-laki
•Alamat : Blang Pidie
•Pekerjaan : Petani
•Tgl. Masuk RS : 02 Februari 2020
ANAMNESIS
KU: nyeri dada
RPS:
Pasien datang ke rumah sakit cut nyak dhien Meulaboh diantar oleh
keluarganya dengan keluhan nyeri dada kiri disertai keringat dingin dialami
sejak 1hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dada dirasakan seperti
tertekan dan tembus ke belakang dan menjalar ke lengan kiri. Durasi nyeri
lebih dari 20 menit. Riwayat nyeri dada sebelumnya ada di sebelah kiri
seperti tertekan, menjalar ke lengan dan tembus ke belakang, durasi lebih
dari 20 menit. Keluhan lain menyesak dan jantung berdebar . Riwayat sesak
sebelumnya (+). Demam(-), Nyeri ulu hati (-), BAB dan BAK dalam batas
normal
ANAMNESIS

RPD RPO RPK RKS

DM (-) Obat Tidak ada Merokok (+)


Hipertensi(+) menderita Alkohol (-)
jantung
Sesak dan penyakit
Nyeri dada
yang sama.
sebelumnya
(+)
VITAL SIGN
LABORATURIUM Hasil Lab
Hasil pemeriksaan laboratorium
tanggal 03 februari 2020
PEMERIKSAAN HASIL NORMAL

Leukosit 10,1x 103/mm3 4.0-10.0 x 103


Eritrosit 7,00 x 106/mm3 4.0-6.0 x 106
Hb 18 gr/dL 12-16
HT 52% 37-48
Trombosit 248 x 103/mm3 150-400 x 103
Ureum 130,6 15.0-45.0 mg/dl
Creatinin 3.40 0.60-1.10 mg/dl
SGOT 4289,1 <0,0-50,0 U/L
SGPT 4511,6 <0,0-50,0
GDS 115,8 200 mg/dl
Troponin T 9.59 0,00 – 0,02 ng/ml
Kolesterol total 106 200 mg/dl
HDL 28,3 L>55; P>65
EKG (03/02/2020)
EKG (03/02/2020)
• Interpretasi EKG :
• Irama dasar : Sinus Rythm
• P wave :Sinus
• Heart Rate :110 x/ menit
• PR Interval : 0,08s
• Axis : Normoaxis
• QRS Kompleks :QRS duration 0,08 s
• ST Segmen :Elevasi segmen ST pada sadapan III-AVF
• Kesimpulan :Sinus rythm, normoaksis, ST elevasi miokard inferior
Foto Thorax PA
 a = 4 cm
 b = 7 cm
 c = 17 cm
 CTR =63 %
EKOKARDIOGRAFI

Interpretasi:
Fungsi sistolik ventrikel : menurun Ejeksi Fraksi 36%
Wall motion : akinetik posterior, inferior,
tipe kinetik septal
Katup-katup jantung : MR mild, TR mild
Kontraktilitas RV : Baik

Kesimpulan
HR reduced EF dengan MR mild TR mild
DIAGNOSA
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• DARAH RUTIN
• EKG
• FOTO THORAX
• EKOKARDIOGRAFI
Penatalaksa
naan
• O2 2-4 lpm via nasal kanul
• IVFD NaCl 0.9% 10 tpm
• Bolus amiodaron 300 mg + dex 5% jadikan 10 cc, setelah 30
menit ekg ulang, apabila hasil masih VT, bolus ulang 300mg
jika td > 90 mmhg bolus pelan
• Inj arixtra 2,5 mg / 12 jam
• Aspilet tab 1x 100mg
• Cpg 1x 300mg
• Atorvastatin 1x20mg
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanactionam: dubia ad malam
PEMBAHASAN
STEMI

STEMI merupakan sindrom klinis yang


didefinisikan sebagai karakteristik gejala iskemia
miokard disertai dengan hasil EKG persisten
disertai biomarker jantung yang positif.

Elevasi segmen ST secara diagnostik tanpa disertai adanya left


ventricular hyperthrophy (LVH) ataupun left bundle branch block
(LBBB) menurut European Society of Cardiology/ACCF/AHA/World
Heart Federation Task Force for the Universal Defintion of Myocardial
Infaction yaitu elevasi segmen ST baru dengan kenaikan J point ≥2
mm (0.2 mV) pada laki-laki dan ≥1,5 mm (0.15 mV) pada wanita di
lead V2-V3 dan atau ≥ 1 mm (0,10 mV) pada sadapan dada atau
sadapan ekstremitas.
Di dunia, Penyakit jantung kororner (PJK) adalah
penyakit yang paling sering menyebabkan kematian.
Sebanyak 7 juta penduduk dunia meninggal akibat
PJK, mencakup 12,8% dari keseluruhan penyebab
kematian.

Kejadiannya lebih sering pada pria dengan umur antara 45


sampai 65 tahun, dan tidak ada perbedaan dengan wanita
setelah umur 65 di tahun ke 4–6

Mortalitas dan morbiditas STEMI di Indonesia masih tinggi akibat tingginya


prevalensi diabetes, hipertensi, merokok, serta lamanya durasi keterlambatan
antara onset gejala dengan penanganan pertama karena alasan logistic maupun
finansial
Faktor Resiko

tidak dapat diubah dapat diubah


(unmodifiable) (modifiable)
1. Usia: Kerentanan
terhadap aterosklerosis 1. Hiperlipidemia
koroner meningkat 2. Hipertensi
seiring bertambahnya 3. Merokok
usia. 4. Diabetes mellitus
2. Jenis kelamin laki-laki 35- 5. Obesitas
44 tahun memiliki 6. Hiperhomosisteinemia
kecenderungan 5-6 kali
dibanding perempuan
3. Riwayat penyakit
penyakit jantung koroner
pada keluarga
Klasifikasi Sindroma Koroner Akut
PATOGENESIS
3. Pembentukan
1. Aterosklerosis 2. Disfungsi endotel
bercak lemak

4. Ateroma Matur 5. Lesi aterosklerosis 6. Komplikasi plak


komplikata lanjut ateromatosa
Gambar 8. Proses Oklusi Pembuluh Darah
Perbedaan patogenesis pada unstable angina, NSTEMI dan STEMI
(12)
;Tabel 1. Perbedaan Patogenesis pada Sindrom Koroner Akut

Arsitektur Vaskular Aliran Darah Manifestasi Klinis

Plak awal Tidak ada obstruksi Asimptomatik

Stenosis arterri koroner kritis (≥70%) Aliran darah terbatas pada waktu Stable angina

latihan fisik

Ruptur plak yang tidak stabil Trombus mulai terbentuk dan kondisis Unstable angina

spasme mengurangi aliran daah saat

istirahat

Pembentukan thrombus tidak stabil Oklusi vascular transien atau inkomplit NSTEMI

pada rupture plak (terjadi proses lisis)

Thrombus pada rupture plak Oklusi vaskuler komplit (tidak terjadi STEMI

proses lisis)
Diagnosis STEMI
Anamnesis
•Angina tipikal
•Angina Atipikal
•Pria
•Diketahui memiliki penyakit aterosklerosis non coroner (penyakir arterial perifer)
•Memiliki riwayat pernah mengalami infark miokard, coronary bypass ataupun PCI
(Percutaneous Coronary Intervention)
•Memiliki faktor resiko ; hipertensi, merokok, dyslipidemia, diabetes mellitus, riwayat
penyakit jantung coroner dikeluarga, atau klasifikasi resiko menurut NCEP
***Nyeri bukan khas iskemia berupa nyeri
pleuritik (tajam saat inspirasi atau respirasi),
nyeri abdomen tengah atau bawah, nyeri dada
yang dapat ditunjuk dengan 1 jari, nyeri dada
akibat pergerakan tubu, nyeri dada dengan
durasi beberapa detik, nyeri dada yang
menjalar ke ekstremitas bawah.

EKG
•Gambaran infark miokard menjadi kuat jika
ditemukan gambaran EKG ;
1. Concordant, spesifisitas tinggi dan
sensitivitas rendah :
•Gambaran LBBB baru + elevasi segmen ST ≥ 1
mm pada sadapan dengan QRS kompleks
positif
•Gambaran depresi segmen ST ≥ 1 mm di V1-
V3
2. Discordant, spesifisitas dan sensitivitas
rendah :
•ST segmen diskordan dengan kompleks QRS
negative
3. Jika tidak didapatkan elevasi segmen ST, maka kemungkinan dapat berupa
NSTEMI / Angina pektoris tidak stabil, spesifisitas tinggi :
Depresi segmen ST ≥ 0,05 mm di sadapan V1-V3 dan ≥ 0,1mV di sadapan lainnya.
Elevasi segmen ST yang persisten (<20 menit)
Inversi gelombang T yang simetris ≥ 0,2 mV

4. Pemeriksaan marka jantung


Pemeriksaan marka jantung yang digunakan dalam diagnosis SKA adalah Creatinine-
Kinase MB (CK-MB) dan Troponin I/T. CK-MB dapat meningkat pada kerusakan sel
otot skeletal, menyebabkan spesifisitas lebih rendah dengan waktu paruh yang
singkat (48 jam). Sementara Troponin I/T merupakan marka terhadap nekrosis sel
miosit jantung. Peningkatan marka jantung hanya menunjukkan adanya nekrosis
miosit, tidak dapat membedakan etiologi (koroner atau nonkoroner). Pada disfungsi
ginjal tropoin I memiliki spesifisitas yang lebih tinggi dbandingkan dengan troponin T
Penyebab Tanda

Non- Kardiak Sepsis, luka bakar, gagal napas, penyakit neurologic

akut, emboli paru, hipertensi pulmone, kemoterapi,

insufisiensi ginjal

Troponin I/T 

Kardiak Takiaritmia, trauma kardiak, gagal jantung,

Tabel 2. Marka Jantung (Troponin I)


**Pada nekrosis miokard, pemeriksaan CK-MB atau
troponin I/T memiliki kadar yang normal 4-6 jam
setelah awitan SKA. Dapat diulang 8-12 jam setelah
awitan angina, jika awitan tidak dapat jelas ditentukan
maka pemeriksaan diulang 4-6 jam setelah awitan
SKA.

**Definitif sindrom koroner akut jika ;


Angina tipikal
EKG dengan gambaran elevasi yang diagnostic untuk
STEMI, depresi ST atau inversi gelombang T yang
diagnostic
Peningkatan marka jantung
Gejala Klinis
TATALAKSANA
Gambar 11. Algoritma Penanganan Sindrom Koroner Akut
Terapi Fibrinolitik:

Terapi fibrinolitik diindikasikan dalam 12 jam sejak awitan gejala pada


pasien tanpa kontraindikasi apabila PCI tidak dapat dilakukan oleh tim
yang berpengalaman dalam 120 menit sejak kontak medis pertama.
Perlu dipertimbangkan apabila pasien datang lebih awal <2 jam sejak
awitan gejala dengan infark luas dan resiko perdarahan rendah apabila
kontak medis pertama hingga balloon inflation >90 menit
Tatalaksana Setelah
Penanganan STEMI
Komplikasi
Gambar 13. Komplikasi Miokard Infark
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanactionam: dubia ad malam
TERIMA KASIH
^_^

Anda mungkin juga menyukai