Anda di halaman 1dari 78

MANUAL CSL IV

SISTEM NEUROPSIKIATRI

PEMERIKSAAN NEUROLOGIK LAINNYA


DETEKSI KAKU KUDUK
PENILAIAN FONTANEL
PEMERIKSAAN SINDROMA JEBAKAN
 TINNEL TEST DAN PHALEN TEST
 TANDA LASEQUE
TANDA PATRICK DAN KONTRA PATRICK
TANDA CHVOSTEK

PENYUSUN:
dr. Ashari Bahar, M.Kes, Sp.S, FINS
dr. Devi Wuysang, M.Si, Sp.S

DEPARTEMEN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

0
PENDAHULUAN

Keterampilan medik adalah keterampilan motorik yang harus dikuasai


oleh seorang tenaga medik agar dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-
baiknya. Melalui fasilitas berupa skill lab mahasiswa dapat berlatih keterampilan–
keterampilan medik yang mereka perlukan dalam situasi latihan di laboratorium,
bukan dalam suasana kontak antara dokter-pasien di rumah sakit. Latihan
keterampilan klinik ini mengajar mahasiswa agar dapat berlatih secara trial and
error, dapat mengulang-ulang kegiatan atau tindakan yang sama (dengan kadang-
kadang melakukan kekeliruan) sampai betul-betul terampil. Keadaan seperti ini
hampir tidak mungkin dilakukan pada penderita yang sedang dirawat di rumah
sakit.
Apabila keterampilan motorik sudah dikuasai, dilanjutkan dengan latihan
yang mengandung unsur emosi. Latihan ini diteruskan sampai menjadi suatu
rangkaian keterampilan medik yang kompleks.
Karena mahasiswa telah menguasai keterampilan dalam melakukan
penatalaksanaan, rasa percaya diri menjadi lebih besar, dan mahasiswa dapat
bersikap lebih baik terhadap pasien, serta mengurangi kendala-kendala
emosional antara mahasiswa dengan pasien pada waktu koass harus kontak
dengan pasien.

1
TATA TERTIB KEGIATAN CSL (CLINICAL SKILL LABORATORY)

SEBELUM PELATIHAN
Membaca penuntun belajar (manual) keterampilan Klinik Sistem Neuropsikiatri
dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.

SETELAH PELATIHAN
1. Datang 15 menit sebelum CSL dimulai
2. Wajib mengikuti seluruh kegiatan CSL sesuai dengan jadwal rotasi yang telah
ditentukan.
3. Mengenakan jas laboratorium yang bersih dan dikancing rapi pada setiap
kegiatan CSL.
4. Memakai atribut / nama yang ditempelkan pada jas laboratorium
5. Berpartisipasi aktif pada semua kegiatan latihan
6. Bagi kegiatan yang menggunakan model memperlakukan model tersebut
seperti manusia atau bagian tubuh manusia.
7. Tidak diperkenankan menghilangkan, mengambil atau meminjam tanpa ijin
setiap alat / bahan yang ada pada ruang CSL.
8. Setiap selesai kegiatan CSL mahasiswa harus merapikan kembali alat dan
bahan yang telah digunakan.
9. Bagi mahasiswa yang kehadirannya kurang dari 100 % maka wajib hadir
pada saat review CSL

PADA SAAT UJIAN CSL


1. Ujian dapat diikuti apabila kehadiran pada kegiatan CSL minimal 100%.
2. Membawa kartu kontrol yang telah ditandatangani oleh koordinator
instruktur CSL.
3. Bagi yang tidak ikut ujian karena sakit diwajibkan membawa keterangan
bukti diagnosis dari dokter paling lambat 3 hari setelah tanggal sakit.

SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB CSL

1. Bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan CSL tidak sesuai dengan jadwal
rotasinya dianggap tidak hadir.
2. Bagi mahasiswa yang presentase kehadiran CSLnya <100% dari seluruh
jumlah tatap muka CSL, maka mahasiswa tidak dapat mengikuti ujian CSL.

2
DAFTAR ISI

NEUROLOGI
K
E
T
E
R
A
M
P
IL
TIN
AGK
N
NAT
CSL O.
P
E
M
E
R
I
K
S
A
A
N
KE
F TE
I RA
SMP
I ILA
KN
VI.
PEMERIKSA
AN FISIK
NEUROLOGI
LAINNYA
De
te
ksi
ka
ku
ku
du
k 4A
Pe 4A
nil
ai
an
fo
nt
an
el
Ta
nd
a
La
se
gu
e 4A
Ta
nd
a
Pa
tri
ck
da
n 4A
ko
nt
ra-
Pa
tri
ck
Ta
nd
a
Ch
vo
st
ek 4A
Te
s
sin
dr
o
m
a
je
ba
ka
n 4A
(Ti
ne
l’s
te
st
da
n
Ph
al
en
t’s
te
st)

3
DESKRIPSI KEGIATAN

W
Keg
a
iata
kt Deskri
nu psi
1.
Pe
ng 5
an m
ta en Penga
r it ntar
2.
B
er
m
ai
n
Pe
ra Mengatur posisi
n 20 1. duduk mahasiswa
T
a
n
y
a

&

J
a
wm
a en Dua orang dosen
b it 2. memberikan contoh
ba
ga c
im a
an r
a a melakukan
pemeriks
aan
neurologi
s.
M menga peraga
a mati an
h
as
is
w
a
dengan menggunakan
Penuntun Belajar.
M
e
m
be
rik kesem
3. an patan kepada
mahasiswa untuk
bertanya dan dosen
memberikan penjelasan
tentang aspek-
aspek
yang
penti
ng
3.
Pr M
ak a
te h
k a
b s
er i
m s
ai w menjad
n 70 1. adibagi i
p
er
a
n
d
e
ng m
a en pasangan-pasangan.
n it Diperlukan minimal
U
m
p
a
n seora
B ng
ali Instru
k ktur untuk mengamati
setiap langkah yang
dilakukan oleh
paling banyak
4 pasangan.
2. Se berpraktek
tia
p
pa
sa
ng
an
m
el
ak
uk langkah-
an langkah
pemeriksaan serenta
neurologis secara k
Instruktur
berkeliling
3. diantara
ma-hasiswa dan
melakukan supervisi
menggun
akan
check list.
Instr
uktu
4. r memberikan
pertanyaan dan umpan
balik kepada
setiap
pasan
gan
4
.
C
u
r
a
h
P
e
n
d
a
p
a Curah Pendapat/Diskusi
t/ 10 1. : Apa yang
D
is
km
uen dirasakan mudah? Apa
siit yang sulit?
M bagai perasa
en mana an
an
ya
ka
n
mahasiswa
yang pada
saat melakukan
pemeriksaan Apa yang
dapat dilakukan
oleh
dokte lebi
r agar klien merasa h
ny
a
m
an
?
Instruktur membuat
2. kesimpulan dengan
m
en
ja
w pertan
ab yaan terakhir dan
memperjelas hal-hal
yang masih belum
di
m
en
ge
rti
To
ta
l
w
ak 10
tu 5
m
en
it

4
PEMERIKSAAN KAKU KUDUK
(TANDA RANGSANG MENINGES)

PENGERTIAN
Rangsangan selaput otak adalah gejala yang timbul akibat peradangan
pada selaput otak (meningitis) atau adanya benda asing pada ruang suarachnoid
(darah), zat kimia (kontras) dan invasi neoplasma (meningitis carcinoma).
Manifestasi subyektif adalah sakit kepala, kuduk kaku, fotofobia dll.
Yang perlu diperhatikan adalah timbulnya gejala yang disebut
meningismus, yaitu pada pemeriksaan fisik terdapat rangsangan selaput otak,
tetapi tidak ada proses patologis di daerah selaput otak tersebut melainkan di
luar kranium (misalnya mastoiditis)

DASAR TEORI
Adanya penyakit yang menyebabkan iritasi pada meninges akan
menyebabkan timbulnya tanda rangsang meninges. Pemeriksaan tanda rangsang
meninges yang diajarkan pada manual ini antara lain: pemeriksaan kaku kuduk,
Kernig’s sign, Brudzinski I, II, III, dan IV.
Proses iritasi meninges yang menimbulkan gambaran meningismus (kaku
kuduk) terjadi akibat refleks spasme otot-otot paravertebral. Posisi medulla
spinalis yang terletak di bagian belakang vertebra membuat medulla
spinalismeregangapabilaterjadigerakanfleksi. Oleh karena batang otak relative
terfiksir, menyebabkan hanya medulla spinalis dan menginges yang inflamasi
semakin tertarik keatas. Regangan maksimal terjadi pada struktur paling bawah
dari vertebra, seperti nervus femoralis dan nervus sciatik yang melalui cauda
ekuina. Pada pasien dengan inflamasi dan iritasi meninges, peregangan pada
struktur yang mengalami inflamasi memberikan stimulasi pada radiks nervus
afferent dan kemudian pada pusat refleks intraspinal. Stimulasi ini
mengakibatkan impuls tonik pada muskulus aksialis posterior yang menimbulkan
spasme muskulus ekstensor sebagai mekanisme protektif. Manifestasi klinis dari
spasme otot inilah yang disebut kaku kuduk, oleh karena manuver yang
meregangkan elemen neural dan meninges pada canalis spinalis memberikan
mekanisme protektif untuk meminimalisir tekanan pada struktur yang
terinflamasi. Sebagai contoh, spasme otot servikal menimbulkan kaku kuduk, dan
spasme otot-otot lumbal bermanifestasi sebagai Kernig’s sign.
Meskipun meningeal sign sangat indikasi untuk mendiagnosis meningitis,
tetapi hal tersebut tidaklah patognomonik. Meningitis bacterial mempunyai
kontribusi sekitar 30% dari kasus dengan tanda meningeal, virus 13%, pneumonia
8%, infeksi bakteri lain 2% dan infeksi saluran napas atas dan penyakit autoimun
46% dari kasus yang ada. Adanya rangsang meningeal menandakan adanya gejala
iritasi mengingeal.

5
Sasaran Belajar :
Setelah mengikuti proses belajar ini mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan patomekanisme kuduk kaki, penyakit-penyakit yang
menyebabkan kuduk kaku, dan pemeriksaan klinis kaku kuduk.

SASARAN PEMBELAJARAN
 Memberi pengetahuan dan keterampilan mengenai gejala dan cara
pemeriksaan tanda rangsang menings.
 Menentukan penyebab timbulnya tanda rangsang menings sehingga
dapat membedakan apakah gejala tersebut adalah suatu meningismus.
 Memberikan penanganan awal serta persiapan rujukan pasien.

MEDIA DAN ALAT BANTU


 Penuntun belajar

STRATEGI DAN CARA PELATIHAN


Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar.

6
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN RANGSANG MENINGES

LANGKA
H KLINIK
PEMERI
KSAAN
TANDA
RANGSA
NG
N MENINGE
O S KASUS
A
.
K
A
K
U

K
U
D
U
K 1 2 3
Pemer
iksa
berad
a di
sebela
h
kanan
pasien
.
Mintal
1. ah
pa
sie
n
be
rb
ari
ng
tel
en
ta
ng
ta
np
a
ba
nt
al.
Temp
atkan
tanga
n kiri
di
bawa
h
kepala
pasien
2 yang
sedan
g
berba
ring,
tanga
n
kanan
berad
a
diatas
dada
pa
sie
n.
Rotasi
kan
kepala
pasien
ke kiri
dan
ke
kanan
3. untuk
mema
stikan
pasien
sedan
g
dalam
keada
an
rileks .
4. Tekuk
kan
(fleksi
kan)
kepala
pasien
secara
pasif
dan
us
ah
ak
an
ag
ar
da
gu
m
en
ca
pa
i
da
da
.
M
el
ak
uk
an
Int
er
pr
et
asi
5 :

K
a
k
u
k
u
d
u
k
n
e
g
a
tif
(n
or
m
al
)

Kaku
kudu
k
positi
f
(abno
rmal)
bila
terda
pat
t
a
h
a
n
a
n
a
t
a
u
d
a
g
u
ti
d
a
k
m
e
n
c
a
p
ai
d
a
d
a.

Meni
ngism
us
apabi
la
pada
saat
kepal
a
dirota
sikan
k
e
ki
ri
,
k
e
k
a
n
a
n,
d
a
n
di
-
fl
e
k
site
- rd
ka
a pa
n,t
t
a
h
a
n
a
n
.
B
.
K
E
R
N
I
G

S
S
I
G
N 1 2 3
1. Pasien
berba
ring
telent
ang.
Pemer
iksa
berad
a di
se
be
la
h
ka
na
n
pa
sie
n.
Fleksi
kan
salah
satu
paha
pasien
pada
perse
2. ndian
pa
ng
gu
l
sa
m
pa
i
m
e
m
bu
at
su
du
t
90
de
raj
at.
3. Eksten
sikan
tungk
ai
bawa
h sisi
yang
sama
pada
perse
ndian
lutut
samp
ai
memb
uat
sudut
135
deraja
t
at
au
le
bi
h.
La
ku
ka
n
Int
er
pr
et
asi
4. :
Kernig
’s
sign:
negati
f (=
Norm
al,
apabil
a
ekten
si
lutut
m
en
ca
pa
i
mi
ni
m
al
13
5
de
raj
at)
Kernig
’s sign
positif
(=
Abnor
mal,
yaitua
pabila
tidak
dapat
menc
apai
135
deraja
t atau
terda
pat
rasa
nyeri.
Lakuk
an hal
yang
sama
untuk
tungk
ai
sebela
hnya
5. dan
int
er
pr
et
asi
ka
n
ha
sil
ny
a.
C 1 2 3
.
B
R
U
D
Z
I
N
S
K
I
I
Pasien
berba
ring
telent
ang
tanpa
bantal
kepala
1. .
Pe
m
eri
ks
a
be
ra
da
di
se
be
la
h
ka
na
n
pa
sie
n.
Letakk
an
tanga
n kiri
di
bawa
h
kepala
,
tanga
n
kanan
2. di
atas
dada
kemu
dian
lakuka
n
fleksi
kepala
denga
n
cepat
ke
ar
ah
da
da
pa
sie
n
sej
au
h
m
un
gki
n.

7
La
ku
ka
n
Int
er
pr
et
asi
3. :
Brudzi
nski I
negati
f
(Norm
al)
bila
pada
saat
fleksi
kepala
, tidak
terjadi
fleksi
involu
nter
kedua
tungk
ai
pa
da
se
nd
i
lut
ut
Br
ud
zin
ski
I
po
siti
f
(a
bn
or
m
al)
bil
a
ter
ja
di
fle
ksi
in
vo
lu
nt
er
ke
du
a
tu
ng
kai
pa
da
se
nd
i
lut
ut.
D
.
B
R
U
D
Z
I
N
S
K
I
II 1 2 3
Pasien
berba
ring
telent
ang.
Pemer
iksa
berad
1. a di
se
be
la
h
ka
na
n
pa
sie
n.
Fl
ek
sik
an
sa
tu
tu
ng
kai
pa
da
se
nd
i
lut
2. ut,
kemu
dianse
cara
pasif
lakuka
n
fleksi
maksi
mal
pada
pe sat
rs u
en
di
an
pa
ng
gu
l,
se
da
ng
ka
n
tu
ng
kai
ya
ng
be
ra
da
da
la
m
ke
da
an
ek
st
en
si
(lu
ru
s).
Lakuk
an
Interp
retasi
:Brudz
inski II
positif
(abno
3 rmal)
bila
tungk
ai
yangd
alam
posisi
ekste
nsi
terjadi
fleksi
involu
nter
pada
sendi
pangg
ul dan
lutut.
Brudzi
nski II
ne
ga
tif
(n
or
m
al)
ap
ab
ila
tid
ak
te
rja
di
ap
a-
ap
a.
Lakuk
an hal
yang
sama
untuk
tungk
ai
yang
satuny
4 a.
Int
er
pr
et
asi
ka
n
ha
sil
pe
m
eri
ks
aa
n
An
da
.
E 1 2 3
.
B
R
U
D
Z
I
N
S
K
I
II
I
Pasien
berba
ring
telent
ang.
Pemer
iksa
berad
1. a di
se
be
la
h
ka
na
n
pa
sie
n.
Lakuk
an
penek
anan
padak
edua
os
zygom
atikus
kiri
2. dan
kanan
denga
n
meng
gunak
an ibu
jari
peme
riksa.
3. La
ku
ka
n
Int
er
pr
et
asi
:
Brudzi
nski III
positif
(abno
rmal)
apabil
a
terjadi
fleksi
involu
nter
kedua
ekstre
mitas
superi
or
pada
sendi
siku.
Brudzi
nski III
negati
f
(norm
al)
apabil
a
tidak
terjadi
apa-
ap
a
sa
at
pe
ne
ka
na
n
os
zy
go
m
ati
cu
s.
F 1 2 3
.
B
R
U
D
Z
I
N
S
K
I
I
V
Pasien
berba
ring
telent
ang.
Pemer
iksa
berad
1. a di
se
be
la
h
ka
na
n
pa
sie
n.
Lakuk
an
penek
ananp
ada
symph
ysis os
pubis
denga
2. n
ta
ng
an
ka
na
n
pe
m
eri
ks
a.
3. La
ku
ka
n
Int
er
pr
et
asi
:
Brudzi
nski IV
positif
(abnr
mal)
apabil
a
terjadi
fleksi
involu
nterke
dua
tungk
ai
pada
sendi
lutut.
Brudzi
nski IV
ne
ga
tif
(n
or
m
al)
ap
ab
ila
tid
ak
te
rja
di
ap
a-
ap
a.
8
PEMERIKSAAN FONTANEL/KEPALA

PENGERTIAN
Fontanel (latin: fonticuli cranii) adalah bagian lunak di antara tulang
tengkorak kepala pada bagian atas dan belakang kepala bayi. Fontanel berasal
dari bahasa Italia, yaitu Fontanella yang berarti air mancur kecil. Fontanel akan
berubah sedikit mengecil pada saat proses kelahiran dan akan menghilang seiring
dengan pertumbuhan bayi.
Fontanel terdiri dari dua bagian yaitu bagian belakang yang disebut
posterior dan bagian atas yang disebut anterior. Lebar fontanel anterior dapat
mencapai 5 cm. Posterior memiliki bentuk segitiga dan lebih kecil dari fontanel
bagian atas atau anterior. Bagian ini akan tertutup dan terbentuk sempurna saat
bayi berusia 6 – 8 minggu. Bentuknya menyerupai segitiga dan ukuran
diameternya kurang dari 1,25 cm. Sedangkan Anterior umumnya baru akan
tertutup saat bayi berusia 18 bulan. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi
otak anak untuk berkembang maksimal. Karena teksturnya yang lunak, fontanel
dapat mempengaruhi bentuk kepala bayi.

Gambar 1.
Tengkorang bayi baru lahir yang menunjukan anterior dan posterior fontanel.

Gambar 2.
Tengkorang bayi baru lahir yang menunjukan fontanel bagian samping

9
DASAR TEORI
Fontanel bisa digunakan untuk mendiagnosis kesehatan bayi. Pada
pemeriksaan fisik kepala untuk menilai fontanel, seorang pemeriksa harus
menilai garis sutura dan fontanel, apakah ukuran dan tampilannya normal. Sutura
yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm, moulding yang buruk atau
hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering terlihat tulang kepala
tumpang tindih yang disebut moulding/moulase. Keadaan ini normal kembali
setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba.
Perhatikan ukuran dan ketegangannya. Fontanel anterior harus diraba,
fontanel yang besar dapat terjadi akibat prematuritas atau hidrosefalus,
sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal
ini diakibatkan peningkatan tekanan intakranial (misalnya pada meningitis atau
terjadi infeksi), sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat dehidrasi. Terkadang
teraba fontanel ketiga antara fontanel anterior dan posterior, hal ini terjadi
karena adanya trisomi 21.

TUJUAN PEMBELAJARAN
 Memberi pengetahuan dan keterampilan mengenai cara pemeriksaan
fontanel.
 Memberi pengetahuan tentang hal-hal patologis yang berhubungan dengan
ukuran fontanel, cepat dan lambatnya penutupan fontanel serta tekanan
pada fontanel.
 Memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang hal-hal yang
merupakan kondisi emergensi yang terkait dengan masalah fontanel.

MEDIA DAN ALAT BANTU


Manekin bayi/bayi umur kurang dari 2 tahun

10
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FONTANEL

L
A
N
G
K
A
H

K
L
I
N
I
K

P
E
M
E
R
I
K
S
A
A
N
F
O
N
T
A
N
E
L

/
K
E
P
A
L
NO A KASUS
1 2 3
A. IN
SP
EK
SI
DA
ER
AH
KE
PA
LA
Lakuk
an
penila
ian
pada
bagia
n
kepala
antara
lain :
Maula
ge
yaitu
tulang
tengk
orak
yang
saling
menu
1 mpuk
pada
saat
lahir,
asime
tris
atau
tidak
tid
akn
ya
cap
ut
suk
sed
an
um
,
yait
u
ed
em
Ad a
2 a di
kepala
,
lunak
dan
tidak
berflu
ktuasi,
batas
nya
tegas
dan
meny
ebera
ngi
sutura
dan
akan
hilang
dalam
beber
apa
hari.
tid
akn
ya
cep
hal
he
ma
to
ma
,
yan
g
terj
adi
Ad ses
3 a aat
setela
h lahir
dan
tidak
tampa
k
pada
hari
perta
ma
karen
a
tertut
up
oleh
caput.
Akan
hilang
dalam
waktu
2-
6
bulan.
Ada
tidakn
ya
perda
rahan,
yang
terjadi
karen
4 a
pecah
nya
vena
yang
meng
hubun
gkan
jaring
an
diluar
sinus
dalam
tengk
orak.
Batas
nya
tidak
tegas.
PA
LP
AS
I
KE
PA
B. LA
Lakuk
an
palpas
i
sepanj
ang
garis
sutura
dan
fontan
el
pada
saat
bayi
duduk
dan
tenan
g
Nilai
ukura
n
lebarn
1 ya
Fonta
nel
bayi
norm
al
adala
h
datar
atau
sedikit
cekun
g
dan
berde
nyut,
namu
n
bayi
norm
al
dapat
memp
erlihat
kan
penon
jolan
fontan
el saat
mena
ngis
atau
berba
ring.
Fonta
nel
anteri
or/ata
s
berbe
ntuk
segi
empat
dan
umum
nya
berdia
meter
5 cm
Fonta
nel
poster
ior
berbe
ntuk
segi
tiga
dan
berdia
meter
sekita
r 1, 25
cm
Sutura
yang
berjar
ak
lebar
mengi
ndikas
ikan
bayi
preter
m,
mould
ing
yang
buruk
atau
hydro
cepha
lus
Sutura
dan
fontan
el
yang
terlalu
cepat
menu
tup
sebelu
m
masan
ya
diseb
ut
Cranio
synost
osis.
Nilai
penon
jolann
ya/ce
kunga
2 nnya
Fonta
nel
yang
meno
njol
mengi
ndikas
ikan
penin
ggian
tekan
an
intra
krania
l (TIK)
pada
bayi
misaln
ya
pada
menin
gitis
atau
hydro
cepha
lus.
Fonta
nel
yang
cekun
g
menu
njukka
n
keada
an
dehidr
asi
Apaka
h
fonta
nel
masih
terbu
ka
atau
sudah
tertut
3 up

1
1
Fontanel anterior umumnya menutup pada saat bayi
berumur 6 – 8 minggu
Fontanel posterior umumnya menutup pada saat bayi
berumur sekitar 18 bulan

12
PEMERIKSAAN SINDROMA JEBAKAN

PENGERTIAN
Sindroma jebakan yang sering disebut juga sebagai neuropati akibat
penekanan/kompresi atau entrapment neuropathies adalah suatu kondisi dimana
terjadi neuropati akibat kompresi yang lama atau cedera mekanik pada daerah
tertentu. Contoh sindroma jebakan yang paling sering kita dapatkan adalah
carpal tunnel syndrome dan tarsal tunnel syndrome serta sciatika atau iskialgia.

DASAR TEORI

CARPAL TUNNEL SYNDROME (SINDROMA TEROWONGAN KARPAL)/CTS


Sindroma terowongan Karpal adalah entrapment neuropathy yang paling
sering terjadi. Sindroma ini terjadi akibat adanya tekanan terhadap nervus
medianus pada saat melewati terowongan karpal di pergelangan tangan.
Beberapa penyebabnya telah diketahui seperti trauma, infeksi, gangguan
endokrin dan lain-lain, tetapi sebagian tidak diketahui penyebabnya. Penggunaan
tangan/pergelangan tangan yang berlebihan dan berulang diduga berhubungan
dengan terjadinya sindroma ini. Gejala awal umumnya berupa gangguan sensorik
(nyeri, rasa tebal, parastesia dan tingling). Gejala motorik akan dijumpai pada
stadium lanjut dan umumnya berupa atrofi otot thenar.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik yang
didukung oleh pemeriksaan elektrodiagnostik, radiologi dan laboratorium.
Pemeriksaan fisik yang baik dan benar akan memudahkan dalam menegakkan
diagnosis penyakit. Terdapat beberapa tes provokasi untuk membantu
menegakkan diagnosis penyakit ini di antaranya adalah Phalen test dan Tinnel
test.

TARSAL TUNNEL SYNDROME (SINDROMA TEROWONGAN TARSAL)/TTS


Sindroma terowongan Tarsal disebut juga neuralgia tibialis posterior
adalah neuropati akibat penekanan dan menimbulkan nyeri pada kaki yang
disebabkan oleh tekanan nervus tibialis pada saat melewati terowongan tarsal.
Terowongan ini terdapat pada bagian dalam dari tungkai/kaki kanan di belakang
malleolus medialis.
Pasien dengan TTS umumnya mengeluh berupa rasa baal/kram pada kaki
yang menjalar ke ibu jari kaki dan 3 jari berikutnya. Rasa nyeri, terbakar, sensasi
seperti kesetrum listrik pada telapak kaki dan tumit. Penyebab yang umum
adalah trauma, vena varikosa, neuropati atau adanya kompresi akibat kelainan
anatomi pada daerah sekitar terowongan tarsal.

13
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik, radiologi dan
neurofisiologi. Berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yaitu Tinel’s
sign adalah langkah awal untuk melakukan evaluasi lebih lanjut pada pasien
dengan seperti ini.

SCIATICA (SIATIKA)/ISKHIALGIA
Sciatika (siatika) adalah rasa nyeri yang menjalar dari punggung bawah
hingga ke paha, betis, tumit dan telapak kaki baik pada satu sisi maupun kedua
sisi kaki. Rasa nyeri tersebut bisa ”tumpul” seperti kram atau ”tajam” seperti
ditusuk-tusuk dan terbakar, terus-menerus atau pun hilang-timbul tetapi semakin
lama semakin parah sakitnya. Rasa nyeri dapat meningkat saat penderita duduk,
batuk, bersin atau tertawa. Sebaliknya, berjalan, berbaring, dan gerakan yang
meregangkan tulang punggung (seperti mengangkat bahu) mungkin mengurangi
nyeri.
Sciatika disebabkan oleh iritasi atau peradangan nervus
(neuropati/radikulopati) sciatic/iskhiadikus, saraf terbesar dan terpanjang dalam
tubuh yang menjalar dari punggung bawah melewati belakang sendi panggul dan
bercabang hingga ke kedua belah paha, betis, tumit dan telapak kaki.
Neuropati/radikulopati sciatic dapat disebabkan oleh hernia nucleus pulposus
pada discus intervertebralis, sindroma piriformis (terjadi ketika otot piriformis)
menjadi kaku dan tegang sehingga menekan dan mengiritasi nervus sciatic,
lumbar spinal stenosis (terjadi karena penyempitan kanalis spinalis pada daerah
punggung bawah yang menekan nervus sciatic, spondilolistesis dan lain-lain.
Untuk menegakkan diagnosis apa yang menjadi penyebab dari keluhan ini
berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik (antara lain pemeriksaan motorik,
sensorik dan test-test khusus seperti Laseque test) dan pemeriksaan radiologik.
Tanda Lasegue adalah salah satu tanda yang didapatkan pada pemeriksaan
Laseque test berupa rasa nyeri menjalar yang dimulai dari bokong dan mengikuti
persarafan nervus sciatic.

14
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN SINDROMA JEBAKAN

LA
NG
KA
H
KLI
NIK
PE
ME
RIK
SA
AN
SIN
DR
O
MA
JEB
AK
NO AN KASUS
1 2 3
A
.
N
E
R
V
U
S
M
E
D
I
A
N
U
S
TI
NE
L’S
TE
I ST
1 M
el
ak
uk
an
pe
ne
ka
na
n
pa
da
pe
rt
en
ga
ha
n
lig
a
m
en
tu
m
ca
rpi
tra
ns
ve
rs
u
m
(v
ol
ar
e)
2 Int
er
pr
et
asi
:Ti
ne
l’s
te
st
po
si
tif
jik
a
ti
m
bu
l
ny
eri
ya
ng
m
en
jal
ar
da
ri
te
m
pa
t
pe
ne
ka
na
n
hi
ng
ga
ke
da
er
ah
se
su
ai
in
er
va
si
ne
rv
us
m
ed
ia
nu
s
(ja
ri
I,
jar
i
II,
Jar
i
III
da
n
se
te
ng
ah
jar
i
IV)
ILU
ST
RA
SI
SEP
ER
TI
PA
DA
GA
MB
AR
DI
BA
WA
3 H:

PH
AL
EN
’S
TE
II ST
1 M
el
ak
uk
an
hi
pe
rfl
exi
pa
da
pe
rg
el
an
ga
n
ta
ng
an
de
ng
an
m
e
m
pe
rt
e
m
uk
an
ke
du
a
pu
ng
gu
ng
ta
ng
an
(d
or
su
m
m
an
us
).
2 Int
er
pr
et
asi
:
Jik
a
ti
m
bu
l
ny
eri
ya
ng
m
en
jal
ar
se
su
ai
in
er
va
si
n.
m
ed
ia
nu
s
be
rar
ti
ph
al
en
t’s
te
st
po
si
tif
yai
tu
ter
da
pa
t
pe
ne
ka
na
n
n.
m
ed
ia
nu
s
pa
da
ca
na
lis
ca
rpi
(c
ar
pa
l
tu
nn
el)

15
I
L
U
S
T
R
A
S
I
S
E
P
E
R
T
I
P
A
D
A
G
A
M
B
A
R
D
I
B
A
W
A
H
3 :
Hi
pe
r-
fle
ksi
pa
da
pe
rg
el
an
ga
n
ta
ng
an
m
en
im
bu
lk
an
pa
re
st
esi
a
da
n
ny
eri
se
pa
nj
an
g
pe
rja
la
na
n
n.
m
ed
ia
nu
s.

II PE
I M
ER
IK
SA
A
N
SE
NS
IBI
LIT
AS
Kli
en
di
mi
nt
a
un
tu
k
m
en
ut
up
m
at
a
ke
m
ud
ia
1n
m
el
ak
uk
an
pe
m
eri
ks
aa
n
se
nsi
bil
ita
s
pa
da
jar
i I,
II,
III
da
n
½
jar
i
IV
pa
da
ba
gi
an
vo
lar
m
an
us
de
ng
an
m
en
gg
un
ak
an
jar
u
m.
Int
er
pr
et
asi
:
ter
da
pa
t
ga
ng
gu
an
se
nsi
bil
ita
s
jik
a
su
bj
2 ek
m
er
as
a
ku
ra
ng
ra
sa
at
au
tid
ak
sa
m
a
se
kal
i
(hi
pe
st
esi
/a
ne
st
esi
)
3 I
L
U
S
T
R
A
S
I
S
E
P
E
R
T
I
P
A
D
A
G
A
M
B
A
R
D
I
B
A
W
A
H
:

16
B. N. ULNARIS
I TINEL’S TEST
1 Melakukan penekanan pada sulcus n.ulnaris yaitu
dibagian posterior epicondylus medialis humeri (sulcus
n.ulnaris).
2 Interpretasi: jika terjadi jebakan n.ulnaris pada daerah
tersebut maka akan timbul nyeri yang dirasakan
berpangkal pada tempat penekanan dan menjalar
sepanjang perjalanan n.ulnaris yaitu sebelah medial
lengan bawah hingga ke setengah jari IV dan V (Tinel’s
test positif)

17
3 ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH :

TINEL’S TEST (CARA LAIN)


1 Tinel’s test dapat juga dilakukan dengan melakukan
penekanan pada tepi lateral os pisiformis (Guyan’s
canal).
2 Interpretasi: jika terjadi jebakan n.ulnaris pada daerah
Guyan’s canal maka subjek akan merasakan nyeri yang
menjalar dari tempat penekanan hingga ke jari V dan
setengah jari IV (Tinel’s test positif)
3

18
I
L
U
S
T
R
A
S
I
S
E
P
E
R
T
I
P
A
D
A
G
A
M
B
A
R
D
I
B
A
W
A
H
:
PEMERIKS
AAN
I SENSIBILIT
I AS
Su
bj
ek
di
mi
nt
a
un
tu
k
m
en
ut
up
m
at
a
lal
u
m
el
ak
uk
an
pe
m
eri
ks
aa
n
se
nsi
bil
ita
s
pa
da
te
pi
ul
na
r
tel
ap
ak
ta
ng
an
(h
yp
ot
he
na
r),
se
te
ng
ah
jar
i
IV
da
n
V
de
ng
an
m
en
gg
un
ak
an
jar
u
m.
I
L
U
S
T
R
A
S
I
S
E
P
E
R
T
I
P
A
D
A
G
A
M
B
A
R
D
I
B
A
W
A
H
:

C
.
N
E
R
V
U
S
R
A
D
I
A
L
I
S
TI
NE
L’S
TE
I ST
M
el
ak
uk
an
pe
ne
ka
na
n
pa
da
ba
gi
an
pr
ox
im
al
da
1n
se
di
kit
ke
po
st
eri
or
da
ri
pr
oc
es
su
s
sty
loi
de
us
os
ra
dii
.
Int
er
pr
et
asi
:
jik
a
te
rja
di
je
ba
ka
n
n.r
ad
iali
s
pa
da
da
er
2 ah
ter
se
bu
t
m
ak
a
su
bj
ek
ak
an
m
er
as
ak
an
ny
eri
ya
ng

19
menjalar dari tempat penekanan hingga ke dorsum
manus sesuai inervasi n.radialis (Tinel’s test positif)
3 ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH :

II PEMERIKSAAN SENSIBILITAS
1 Sambil subjek menutup mata, lakukan pemeriksaan
sensibilitas pada kulit lengan bawah bagian posterior
dan kulit bagian lateral dari dorsum manus
ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH :

20
D. NERVUS SCIATIKA (NERVUS ISKHIADIKUS)
I LASEQUE’S TEST (STRAIGH LEG RAISE)
1 Klien berbaring pada meja pemeriksaan dengan kedua
tungkai diluruskan (diekstensikan).
2 Kemudian mengangkat tungkai subjek sambil
mempertahankan lutut tetap lurus.
Pada orang nomal, subjek tidak merasakan nyeri dan
tahanan hingga sudut 70°.
3 Interpretasi : jika subjek merasakan nyeri menjalar dari
bokong hingga ke tungkai sesuai dengan inervasi
n.ischiadicus sebelum mencapai 70° dikatakan laseque’s
test positif yang biasanya didapatkan pada penderita
herniasi discus L5, S1 atau S2.
INTERPRETASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH :

21
PENUNTUN PEMBELAJARAN
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS NYERI PUNGGUNG BAWAH
(SELAIN LASEQUE’S TEST)

TEST PATRICK
Tindakan pemeriksaan ini dilakukan untuk membangkitkan nyeri di sendi
panggul yang mengalami gangguan. Pada iskialgia diskogenik test ini adalah
negatif.

TEST KONTRA PATRICK


Tindakan pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan lokasi patologik di
sendi sakroiliaka jika terasa nyeri di daerah bokong, baik yang menjalar sepanjang
tungkai maupun yang terbatas pada daerah gluteal dan sakral saja.

TUJUAN PEMBELAJARAN
 Memberi pengetahuan dan keterampilan mengenai gejala dan cara
pemeriksaan sistem motorik
 Mampu melakukan pemeriksaan motorik secara sistematik
 Menentukan letak lesi kelumpuhan otot

MEDIA DAN ALAT BANTU


 Penuntun belajar
 Manekin otot dan saraf

STRATEGI DAN CARA PELATIHAN


Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar.

LA
NG
KA
H
KLI
NIK
PE
ME
RIK
SA
AN
FISI
K
KH
US
US
NO NY KASUS
ERI
PU
NG
GU
NG
BA
WA
H
1 2 3
A
.
T
E
S
T
P
A
T
R
I
C
K
Te
m
pa
tk
an
tu
mi
t
at
au
m
all
eo
lus
ek
st
er
na
tu
ng
kai
kli
1 en
ya
ng
sa
kit
pa
da
lut
ut
tu
ng
kai
lai
nn
ya
.
La
ku
ka
n
pe
ne
ka
na
n
pa
da
lut
ut
ya
ng
dif
els
ika
2 n.
Int
er
pr
et
asi
:
Ak
an
ti
m
bu
l
ny
eri
pa
da
se
nd
i
pa
ng
gu
3 l
ips
ila
ter
al
pa
da
sa
at
dil
ak
uk
an
pe
ne
ka
na
n
pa
da
lut
ut
ya
ng
di
fle
ksi
ka
n
ter
se
bu
t.
ILU
ST
RA
SI
SEP
ER
TI
PA
DA
GA
MB
AR
DI
BA
WA
4 H:

22
B. TES KONTRA PATRICK
1 Lipat tungkai klien yang sakit dan endorotasikan serta
aduksikan.
2 Lakukan penekanan sejenak pada lutut tungkai
tersebut.
3 Interpretasi : Akan timbul rasa nyeri pada garis sendi
sakroiliaka bila di situ terdapat suatu keadaan patologis
(arthritis), baik berupa nyeri yang menjalar sepanjang
tungkai maupun yang terbatas pada daerah bluteal atau
sacral saja.
4 ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH :

23
PEMERIKSAAN CHVOSTEK

PENGERTIAN
Manifestasi klinik dari tetani antara lain spasme dan kontraksi tonik otot
skletal yang umumnya dapat ditemukan pada bagian distal ekstremitas. Hal ini
dapat terlihat sebagai spasme karpopedal berupa kontraksi tonik dari otot-otot
pergelangan tangan, tangan, jari-jari dan ibu jari. Ini disebabkan oleh hiper-
eksitabilitas sistem saraf perifer termasuk otot walaupun diberikan rangsangan
minimal. Saraf sensorik dapat terlibat dengan gejala seperti parastesia pada
tangan, kaki dan daerah sekitar mulut.

DASAR TEORI
Tetani berhubungan dengan dengan gangguan metabolisme kalsium atau
alkalosis, yang menyebabkan penurunan kadar ion kalsium. Adanya kelainan
neurologik hanya dapat ditemukan dengan pemeriksaan fisik saja. Pemeriksaan
ini sangat mudah dilakukan pada pasien yang hipersensitif dalam beberapa menit
saja (tetani laten). Tetani yang berat dapat menyebabkan seizure, spasme laring,
stridor, dan kegagalan nafas.
Chvostek’s sign. Ketukan pada nervus facialis dapat menyebabkan spasme
atau tetani, kontraksi yang melibatkan beberapa atau semua otot facialis. Dua
titik yang dapat dijadikan tempat untuk memberikan stimulasi/ketokan yaitu di
bawah processus zygomaticus os temporal, di depan telinga (Chvostek’s sign) dan
pada pertengahan antara arkus zygomaticus dan sudut mulut (Schultz’s sign).
Kadang-kadang respon yang sama dapat ditimbulkan dengan menggores kulit di
depan telinga. Tanda minimal dapat hanya berupa kedutan/tarikan minimal pada
sudut bibir atas atau sudut mulut, maksimal jika terdapat kontraksi pada daerah
frontal wajah, otot sekitar mata, dan pipi. Kontraksi otot juga dapat melibatkan
otot yang disuplai nervus trigeminus. Chvostek’s sign adalah akibat dari
hipereksitabilitas saraf motorik yang dipersarafi oleh nervus facialis terhadap
stimulasi mekanik. Tanda ini sangat penting pada tetani, tetapi dapat juga terjadi
pada kondisi hiper-refleks seperti pada lesi traktus kortikospinalis.

TUJUAN PEMBELAJARAN
 Memberi pengetahuan dan keterampilan mengenai gejala dan cara
pemeriksaan tetani
 Mampu melakukan pemeriksaan chvostek secara sistematis.

MEDIA DAN ALAT BANTU


 Penuntun belajar
 Manekin otot dan saraf

24
STRATEGI DAN CARA PELATIHAN
Demonstrasi kompetensi sesuai dengan penuntun belajar.

25
PENUNTUN PEMBELAJARAN PEMERIKSAAN FISIK KHUSUS
TANDA CHVOSTEK (CHVOSTEK’S SIGN)

L
A
N
G
K
A
H

K
L
I
N
I
K
KA
N SU
O S
12 3
1 Jelaskan maksud pemeriksaan kepada klien
2 Identifikasi titik dimana akan dilakukan ketokan.
Titik I di bawah processus zygomaticus os temporal, di
depan telinga.
Titik II pada pertengahan antara arkus zygomaticus dan
sudut mulut.
3 Dilakukan ketokan pada titik tersebut
4 Interpretasi :
Respon yang didapat berupa kedutan/tarikan minimal
pada subut bibir atas atau sudut mulut, maksimal jika
terdapat kontraksi pada daerah frontal wajah, otot
sekitar mata dan pipi.
5 ILUSTRASI SEPERTI PADA GAMBAR DI BAWAH :
26
27

Anda mungkin juga menyukai