Anda di halaman 1dari 91

PENYAKIT PARU

AKIBAT KERJA
Faisal Yunus

Bagian Pulmonologi & Ilmu Kedokteran


Respirasi FKUI - RS Persahabatan
Jakarta
PENDAHULUAN
 SKRT 1992
 Penyakit paru dan saluran napas
merupakan penyebab utama kesakitan
dan kematian
 Kemajuan industrialisasi
~ Dampak positif
~ Dampak negatif
PENDAHULUAN
 Industrialisasi
 Dampak pada pekerja  penyakit paru

akibat kerja
PENYAKIT PARU KERJA
 Di negara maju
Penyebab utama
~ Kecacatan
~ Kehilangan hari kerja
~ Kematian
PENYAKIT PARU KERJA
 Di Indonesia
~ Belum banyak dilaporkan
~ Penyakit paru infeksi masih banyak
 Kemajuan industri
~ Kasus penyakit paru kerja akan
banyak
~ Perlu perhatian dan pengetahuan
PENYAKIT KARENA DEBU
 Tergantung pada
~ Jenis debu
~ Lama pajanan
~ Sifat debu
~ Kepekaan tubuh
SIFAT DEBU
Penyakit saluran napas akibat inhalasi
debu, dipengaruhi oleh :
~ Faktor debu : sifat kimiawi, bentuk,
ukuran partikel, daya larut,
konsentrasi dan lama pajanan
~ Faktor individu : mekanisme
pertahanan paru
UKURAN DEBU
 0,1 - 10 mikron mudah dihirup
 5 - 10 mikron tertahan di saluran
napas atas
 3 - 5 mikron tertahan di saluran
napas tengah
 1 - 3 mikron paling berbahaya,
karena tertahan dan tertimbun di
saluran napas kecil
< 1 mikron tidak mudah
mengendap
 0,1 - 0,5 mikron dengan gerak Brown
MEKANISME
PERTAHANAN PARU
 Anatomi saluran napas
 Refleks batuk
 Refleks bersin
 Sistem mukosilier
 Sistem fagositosis/makrofag alveolar
DIAGNOSIS
 Agak sulit ditegakkan, karena
~ Gejala dan tanda mirip dengan
penyakit paru yang tidak
berhubungan dengan pekerjaan
~ Perlu waktu lama antara adanya
pajanan dan timbulnya penyakit
 Diperlukan
~ Anamnesis yang teliti
~ Pemeriksaan fisis
~ Pemeriksaan penunjang
- pemeriksaan faal paru
- foto toraks
~ Faktor riwayat pekerjaan &
lingkungan
~ Waktu yang lama antara
pajanan dan penyakit
DIAGNOSIS
Agak sulit ditegakkan karena

Mirip dengan penyakit lain

* perlu waktu lama antara pajanan


dan timbulnya penyakit
DIAGNOSIS
Anamnesis yang teliti
 Riwayat pekerjaan
 Tempat kerja
 Penyakit sekarang
 Penyakit dahulu
 Riwayat lingkungan
Faktor kunci riwayat
pekerjaan dan lingkungan
Penyakit sekarang
Tempat kerja
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat lingkungan
Tinjauan semua sistem organ
Perhatian khusus
FAKTOR RIWAYAT PEKERJAAN
DAN LINGKUNGAN
 Penyakit sekarang :
~ Gejala yang berhubungan
dengan pekerjaan
~ Pekerja dengan gejala sama
~ pajanan berbahaya
~ Riwayat kecelakaan kerja
 Riwayat pekerjaan : semua pekerjaan
terdahulu
 Tempat kerja :
~ Ventilasi, higiene industri
~ Pemeriksaan pekerja- proteksi
 Riwayat penyakit dahulu
~ pajanan ~ Radiasi
 Riwayat lingkungan
~ Rumah
~ Polusi udara
~ Pekerjaan lain
~ Pemakaian pestisida
~ Limbah berbahaya
~ Hobi
 Tinjauan semua sistem
 Perhatian khusus :
~ Perubahan waktu kerja
~ Kebosanan
PEMBAGIAN PENYAKIT
PARU KERJA
Penyakit paru interstitial
Asbestosis, pneumokoniosis batubara,
silikosis, berilliosis dan pneumoniotis
hipersensitif
Edema paru
Inhalasi asap gas toksik akut (NO2, klorin)
Penyakit pleura
Penebalan dan efusi pleura yang berhubungan dengan
asbes, mesotelioma
Bronkitis
Debu tepung, debu berat (pekerja
tambang batubara)
Asma
Toluen diisosianat, garam platina, tepung formalin, debu
kapas, “western red cadar”
Karsinoma bronkus
Uranium, asbes, krom, nikel, khlor, metil eter
Penyakit infeksi
anthrax (penyortir kayu, kulit impor)
Coccidiodomycosis
(pekerja bangunan, arkeologis)
Penyakit mikobakteri
(silikosis)
Psitakosis
(pemilik toko binatang)
Echinococcus
(penggembala biri-biri dan anjing)
Q Fever
(penyamak biri-biri dan anjing)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

 Pemeriksaan radiologis

 Pemeriksaan faal paru


PEMERIKSAAN FAAL PARU
Dianjurkan dilakukan secara rutin dan
berkala
Pemeriksaan sebelum bekerja
berkala setelah bekerja

Dapat mengidentifikasi penyakit dan


perkembangannya pada orang yang tidak
mempunyai gejala
PEMERIKSAAN FAAL PARU

 Penunjang diagnosis
 Melihat laju perjalanan penyakit
 Evaluasi pengobatan
 Menentukan prognosis
PEMERIKSAAN FAAL PARU

Kelainan ventilasi

Restriksi KV < 80% nilai prediksi

Obstruksi VEP1 / KVP < 75%


PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
 Foto standar (ILO)
~ Perselubungan halus :
* lingkar p, q, r
* ireguler s, t, u
~ Kategori 0 / - sampai 3 / +
~ Perselubungan kasar kategori A, B, C
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
untuk mendapat kualiti teknik yang baik
 Densiti cahaya
 Kontras bayangan
 Potensial tabung rontgen & pemakaian grid
 Voltage  high KV
 Waktu pengambilan foto
 Kombinasi layar dan film
 Proses pencucian film
 Kebersihan film, posisi subyek
KUALITI TEKNIK FOTO
Dinyatakan dalam 4 kategori
 Baik
 Dapat diterima  tidak ada kelainanan
teknik yang dapat mengganggu klasifikasi
radiologi untuk pneumokoniosis
 Buruk  terdapat kelainan teknik yang
dapat mengganggu klasifikasi radiologi
untuk pneumokoniosis
 Tidak dapat diterima
PERSELUBUNGAN YANG DITEMUKAN
DIBAGI ATAS 2 KATEGORI

A. Perselubungan halus (small opacities)


 Digolongkan menurut bentuk, ukuran
banyak dan luasnya
 Menurut bentuk dibedakan
 Perselubungan halus bentuk lingkar
 Perselubungan halus bentuk ireguler
 Perselubungan lingkar dibagi berdasarkan
diameternya
p = diameter sampai 1,5 mm
q = diameter 1,5 – 3 mm
r = diameter 3 - 10 mm
 Bentuk ireguler dibagi berdasarkan
lebarnya
s = lebar sampai 1,5 mm
t = lebar antara 1,5 – 3 mm
u = lebar antara 3 - 10 mm
B. Perselubungan kasar (large opacities)
Dibagi dalam 3 kategori
Kategori A : satu perselubungan dengan diamater
antara 1-5 cm, atau beberapa perselubungan
dengan diamater masing-masing lebih dari 1 cm,
tetapi bila diameternya semuanya dijumlahkan
tidak melebihi 5 cm
Kategori B : satu atau beberapa
perselubungan yang lebih
besar atau lebih banyak dari A dengan luas
perselubungan tidak melebihi luas
lapangan paru kanan atas

Kategori C : satu atau beberapa


perselubungan yang jumlah luasnya
melebihi luas lapangan paru kanan atas
atau sepertiga lapangan paru kanan
Kerapatan (profusion)
Kelaianan didasarkan pada konsentrasi atau
jumlah perselubungan halus persatuan area
Dibagi 4 kategori
Kategori 0 : tidak ada perselubungan atau kerapatan kurang dari 1
Kategori 1 : ada perselubungan tetapi sedikit
Kategori 2 : perselubungan banyak, tetapi
corakan paru masih tampak
Kategori 3 : perselubungan sangat banyak shg corakan paru kabur
Foto toraks pada pneumokoniosis
Mempunyai 12 kategori, yaitu :
0/- 0/0 0/1
1/01/1 1/2
2/12/2 2/3
3/23/3 3/+
PEMERIKSAAN FAAL PARU
 Spirometri
~ Kapasiti vital (KV)
~ Volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP - 1)
 Cukup sensitif
 Sederhana
 Reproduksibel
KV  - restriksi
VEP – 1  - obstruksi
BRONKITIS INDUSTRI
 1985 : daerah sekitar pabrik semen Cibinong
~ 25 Km : laki-laki 14,66%, perempuan
23,46%
~ 5 Km : laki-laki 33,33%, perempuan
22,35%
 1987 pabrik semen Cibinong : tidak ada
 1991 : pabrik semen 0,5%
BRONKITIS INDUSTRI
Partikel debu 5 - 10 mikron
 Penumpukan di proksimal
 Paralisis silia
 Hipertrofi, hiperplasi kelenjar
batuk produktif
BRONKITIS INDUSTRI
Debu ukuran 5 - 10 mikron
 Paralisis silia
 Hipersekresi kelenjar
 Hipertrofi kelenjar

Debu batubara, arang batu, keramik,


kayu tepung
BRONKITIS INDUSTRI
Ditentukan oleh :
 Zat pajanan
 Status imunologis
 Hipereaktiviti bronkus
 Faktor rokok sangat penting
BRONKITIS INDUSTRI

 Pajanan debu yang lama


 Pekerja tambang batubara dan tepung
 Awal --- pajanan stop --- gejala hilang
 Tepung : antigen padi-padian, kembang
padi, tungau, endotoksin bakteri
BRONKITIS INDUSTRI

Foto toraks
 Normal
 Corakan bertambah

Faal paru
 Awal - normal
 Obstruksi ireversibel
ASMA KERJA
 Penyakit paru kerja yang paling banyak di
negara industri
 Kekerapan di AS 15% dari kasus asma
 Penelitian di Eropa, Amerika Utara, Jepang,
Australia, Selandia Baru prevalensi 3% - 30%
 50% pada pekerja terpajan enzim proteolitik
 5% pada pekerja terpajan isosianat atau
debu kayu
 30% pada pekerja pembuat roti
ASMA KERJA
Di Indonesia belum jelas
Beberapa penelitian :
 Pabrik tekstil 27,3%
 Pabrik semen daerah Cibinong 5,5%
 Pabrik baja 5,1%
ASMA KERJA
Bernstein : Penyakit yang ditandai oleh
keterbatasan aliran udara ekspirasi yang
bervariasi atau hipereaktiviti bronkus
nonspesifik disebabkan oleh penyebab dan
keadaan di lingkungan kerja. Rangsangan itu
tidak dijumpai di luar tempat kerja
ACCP – 1 Asma di tempat kerja
2 Asma yang memberat di tempat
kerja
BAHAN PENYEBAB
ASMA KERJA
 200 – 400 jenis bahan organik dan
nonorganik
 Bahan yang bekerja melalui mekanisme
imunologis dan mekanisme
nonimunologis
 Mekanisme imunologis :
 IgE dependent
 IgE independent
BAHAN PENYEBAB ASMA KERJA
SERTA MEKANISME KERJANYA
Mekanisme kerja Bahan

Tanpa sensitisasi
Efek endotoksin Debu kapas
Efek antikolesterase Pestisida organofosfat
Respons antiinflamasi Amonia, klorin
Respons iritan Debu, fumes, vapors,
dingin

Dengan sensitasi
Bahan dengan berat molekul Binatang, tanaman
tinggi
IgE mediated (alergen lengkap) Protein bakteri
Bahan dengan berat molekul
rendah
IgE mediated (hapten) Platina, antibiotik
Mekanisme ? Isosianat, amines, asam
anhidrida, asam plikatik
BAHAN PENYEBAB ASMA KERJA
SERTA MEKANISME KERJANYA
Bahan Industri atau pekerjaan

Bahan kimia berat molekul rendah


Isosianat
Toluen diisosianat Poliuretan, penyekat,
pelapis, tukang atap
Defenilmetan diisosianat Pelapis, busa poliuretan
Heksametilen diisosianat Pengecat, plastik
Naftalen diisosianat Ahli kimia, pekerja karet
Anhidrid
Trimelitik anhidrid Pekerja kimia
Ftalik anhidrid Cat plastik
Heksahidroftalik anhidrid Epoksi resin
Tetrakloroftalik anhidrid Epoksi resin
BAHAN PENYEBAB ASMA KERJA
SERTA MEKANISME KERJANYA
Bahan Industri atau pekerjaan

Logam
Asam krom Pelapis logam, pengelas
Potassium kromat dan Pekerja krom, pekerja semen
dikromat
Garam platinum Pemurnian platinum
Asam kloroplatinum Pemurnian platinum, ahli kimia
Nikel sulfat Pelapis nikel, pengelas
Nikel karboksil Pekerja kimia, pelapis nikel,
pengelas
Vanadium Pembersih boiler, pembersih
turbin
Aluminium? Pekerja pot aluminum ruangan
BAHAN PENYEBAB ASMA KERJA
SERTA MEKANISME KERJANYA
Bahan Industri atau pekerjaan

Obat-obatan
Benzil penicilin Farmasi
Ampisilin Farmasi
Sulfatiazol Farmasi
Tetrasiklin Farmasi
Psilium Farmasi
Metildopa Farmasi
Salbutamol Farmasi
Piperazin Farmasi
dihidroklorid
Kloramin T Farmasi, pekerja laboratorium
Organofosfat Pekerja pertanian, peracik pestisida,
Pengasap
BAHAN PENYEBAB ASMA KERJA
SERTA MEKANISME KERJANYA
Bahan Industri atau pekerjaan

Miscellneous kimia
Formaldehid Pekerja laboratorium, pengawet mayat,
Penyekat, pekerja tekstil
Dimetiletanolamin Penyemprot cat
Etilendiamin Pekerja karet, prosesor film
Garam persulfat Pekerja kimia, ahli kecantikan
Etilen Oksida Pensteril medik
Piretrin Pengasap
Amonium tioglikat Ahli kecantikan
Monoetanolamin Ahli kecantikan
Heksametilenamin Ahli kecantikan
Uap polivinil klorida Pembungkus daging
Aminoetiletanolamin Pematri aluminium
BAHAN PENYEBAB ASMA KERJA
SERTA MEKANISME KERJANYA
Bahan Industri atau pekerjaan

Bahan organik berat molekul tinggi

Binatang
Binatang rumah Petani, peternak, pengolah
daging
Burung Pengembang biak unggas,
pemagar burung
Kelelawar, tikus, guinea Pekerja laboratorium
pigs
Sea squirt Petani tiram
Ulat sutera Pengembang biak ulat sutera
Kutu padi-padian, bubuk Pekerja pabrik dan peyimpanan
padi-padian tukang roti
ISOSIANAT
 Penyebab asma kerja tersering di beberapa
negara
 Isosianat ‘BM rendah’, untuk membuat
poliuretan
 Heksametilen diisosianat (MDI) dan toluen
diisosianat (TDI) dipakai untuk cat semprot
dan pernis
 Isosianat digunakan untuk busa, perekat,
lapisan permukaan, bahan pengikat
pasir, dan peleburan logam
TEPUNG DAN ENZIM
 Pembuatan roti
 Mengayak, pembuatan adonan dan
pembersihan
 Enzim pada proses bioteknologi,
produksi makanan dan obat
KOLOFONI
 Kolofoni / resin menimbulkan asma
pada proses solder elektronik,
campuran perekat panas, dan bahan
kertas
PELAYAN KESEHATAN

 Memakai bahan mengandung tepung


 Sarung tangan dan lateks
 Glutaraldehid dan formaldehid – untuk
larutan sterilisasi
PATOGENESIS ASMA
KERJA
 Mekanisme imunologi

 Inflamasi jalan napas

 Hiperesponsif jalan napas nonspesifik


DIAGNOSIS
 Keluhan timbul setelah tiba di tempat kerja,
menghilang bila meninggalkan tempat kerja
 Keluhan mulai beberapa jam setelah
pulang dan kemudian menghilang
 Keluhan ringan pada awal minggu kerja,
memberat pada hari selanjutnya
 Makin lama bekerja keluhan makin berlanjut
 Tidak ada keluhan waktu libur
 Keluhan timbul di tempat kerja yang baru
KESULITAN DIAGNOSIS
ASMA KERJA
 Banyak kemungkinan penyebab
 Keluhan dan pola reaksi fase lambat
bervariasi
 Butuh prosedur diagnostik secara
spesifik
 Onset dan resistensi keluhan tidak
dapat diperkirakan
PNEUMOKONIOSIS PEKERJA
TAMBANG BATUBARA

Inhalasi debu batubara > 10 tahun


Simple coal workers pneumoconiosis
 Gejala minimal
 Perselubungan halus
 Spirometri normal atau VEP - 1 
PNEUMOKONIOSIS PEKERJA
TAMBANG BATUBARA
Complicated coal workers pneumoconiosis
 Fibrosis masif progresif

Faktor :
 Terdapat silika bebas
 Konsentrasi debu tinggi
 Infark mikobakterium
 Imunologi buruk
COMPLICATED COAL
WORKERS PNEUMOKONIOSIS
~ Fibrosis ~ KV  ~ Restriksi
~ Emfisema ~ VEP-1 ~ Obstruksi

Gejala :
 Melonoptisis
 Batuk
 Sesak
 Kor pulmonal
 Gagal napas
SILIKOSIS
 Inhalasi debu silika
~ Tambang logam dan batubara
~ Industri keramik, batubara
~ Pemotongan batu
~ Penggalian terowongan
~ Penuangan besi, baja
~ Pembuatan gigi enamel
~ Pabrik semen
SILIKOSIS KRONIK
 Inhalasi 20 - 45 tahun
 Bentuk yang paling sering
Paparan dihentikan, penyakit terus
berjalan
~ Spirometri : restriksi, obstruksi
~ Radiologis : EGG shell cacification
~ Sering infeksi tuberkulosis
SILIKOSIS TERAKSELERASI
 Menyerupai silikosis kronik
 Berkembang lebih cepat  fibrosis masif
 Biasa ada infeksi mikobakteri tipik atau
atipik
 Pajanan berlangsung 10 tahun
 Radiologis – fibrosis yang lebih difus dan
iregular
 Gagal napas karena hipoksemia
SILIKOSIS AKUT
 Inhalasi konsentrasi tinggi
 Gejala timbul beberapa minggu - 5 tahun
~ Sesak napas progresif
~ Batuk
~ Berat badan turun
 Spirometri :
~ Restriksi
~ Kapasiti difusi
 Foto toraks
~ Fibrosis difus
SILIKOSIS AKUT
 Pajanan silika konsentrasi tinggi, masa
pajanan beberapa minggu -- 4 atau 5 tahun
 Klinis : sesak napas progresif
demam, batuk
penurunan berat badan
 Radiologis : fibrosis interstitial difus
 Fibrosis masif diffuse ground – glass
appearance
 Faal paru : restriksi berat-hipoksemia
penurunan kapasiti difusi
BISSINOSIS
 Penyakit jalan napas akut dan kronik
 Pekerja kapas, kain linen, serat rami
 Rasa dada tertekan, mengi dan sesak
napas waktu kembali bekerja
 Monday chest tightness atau Monday
fever
BISSINOSIS
 Foto toraks normal
 Kapisiti difusi biasanya normal
 Gejala biasa timbul pada hari pertama
kerja, berkurang pada hari kedua dan
selanjutnya
 Pajanan berlanjut gejala akan makin
berat
BISSINOSIS
Derajat 0 tidak ada gejala
Derajat 1/2 kadang-kadang dada
tertekan pada hari pertama kerja
Derajat 1 Dada tertekan pada hari pertama mingg
kerja
Derajat 2 Dada tertekan pada hari pertama dan
seterusnya
Derajat 3 Derajat 2 & toleransi aktiviti menurun a
kapasiti ventilasi
turun
ASBESTOSIS
 Inhalasi asbes :
~ Tambang
~ Penggilingan
~ Transportasi
~ Pengapalan
Paparan dihentikan penyakit
berjalan terus
Sering ditemukan kanker bronkus,
mesotelioma
ASBESTOSIS
 Gejala :
~ Sesak napas progresif
~ Batuk
~ Berat badan 
~ Kor pulmonal
 Faal paru :
~ Kelainan restriksi
~ Kapasiti difusi 
 Foto toraks :
~ Dapat normal
~ Bayangan difus
~ Penebalan pleura
~ Fibrosis
Biopsi paru untuk konfirmasi
KANKER PARU
AKIBAT KERJA

Kanker paru  - mineral

- zat-zat kimia
 Waktu pajanan  gejala 15-25 th
Zat Jenis kerja

Asbes Tambang
Radioaktif Tambang uranium, logam
Gas mustard Pabrik
Arsen Penyulingan logam
Nikel Penyulingan
Haloeter Industri kimia
INHALASI GAS DAN UAP
DI TEMPAT KERJA
Efek iritasi ditentukan oleh :
 Konsentrasi zat dalam udara
 Struktur kimia zat
 Lama kontak
 Daya larut zat dalam air
GAS YANG MEMPUNYAI
EFEK IRITASI
~ SO2, H2SO4 ~ Amonia
~ NOx ~ Asam asetat
~ Ozon ~ Aktolen
~ Brom dan Jodium ~ Formaldehid
~ Klor dan turunannya:
HCL
~ Fluor dan turunannya
SULFUR DIOKSIDA (SO2)

 Pajanan 0.4 ppm selama 1 jam


dapat mencetuskan bronkospasme
 Pajanan 0.4 ppm selama 20 menit
menimbulkan reaksi inflamasi
(pemeriksaan BAL)
OZON
Sumber
 Reaksi fotokimia antara bahan

organik dengan Nitrogen Oksida


 Asap kendaraan bermotor
 Proses dry cleaning
 Industri kimia
OZON
Pajanan ozon  respons fisiologik akut
 Penurunan kapasiti paru
 Peningkatan resistensi jalan napas
 Peningkatan permeabiliti kapiler
 Peningkatan sensitiviti terhadap

bronkokonstriktor
OZON
 Pajanan 0.12 ppm selama 1-2 jam
penurunan VEP1 > 10% pada 10 -
25% orang sehat
 Pajanan konsentrasi tinggi serangan
asma
OZON
 Pajanan < 0.12 ppm selama 6,6 jam
meningkatkan respons jalan napas
terhadap metakolin
 BAL setelah pajanan ozon 0.4 ppm
selama 2 jam  peningkatan jumlah
leukosit
NITROGEN DIOKSIDA
Sumber :
 Pembakaran minyak
 Pemakaian kompor gas
 Pemanas air
 Pemanas ruangan

Dampak kelainan bersifat kronik


NITROGEN DIOKSIDA
 Pajanan 0.5 ppm selama 1 jam dapat
meningkatkan respons saluran napas
terhadap metakolin
 Pajanan konsentrasi tinggi > 150 ppm
menimbulkan kematian
 Pajanan NO2 meningkatkan risiko
infeksi saluran napas
NITROGEN OKSIDA (NOX)
Sumber :
 Asap industri
 Asap kendaraan bermotor
 Pada daerah perkotaan lebih banyak
meningkatkan risiko infeksi saluran
napas
SULFUR DIOKSIDA (SO2)
Sumber :
 Pembakaran batubara dan minyak bumi
 Di udara membentuk H2SO4 dll

Inhalasi SO2, 90% akan diabsorpsi di


nasofaring
PENCEGAHAN
 Penatalaksanaan terpenting
 Pencegahan primer : melakukan
usaha atau tindakan agar pekerja
tidak terpajan zat-zat berbahaya
 Peraturan tenaga kerja
PENCEGAHAN
 Modifikasi alat-alat industri
 Seleksi calon pegawai :
 Pemeriksaan pekerja sebelum
mulai bekerja
PENCEGAHAN
 Pencegahan sekunder : usaha
menghindari pekerja yang terpajan
zat tidak menjadi sakit
 Identifikasi zat
 Menurunkan kadar debu : ventilasi
yang baik, uap air
 Substitusi zat yang berbahaya
 Alat pelindung diri (APD) :

~ filtrasi
~ adsorbsi pekerjaan singkat dan
risiko pajanan tinggi
~ kenyamanan pemakaian
~ cara pemakaian dan pemeliharaan
 Pemeriksaan faal paru dan radiologis

berkala
 Pencegahan tersier: mencegah terjadi
komplikasi pada pekerja yang sudah terkena
penyakit paru akibat kerja
 Mengistirahatkan pekerja
 Memindahkan dari tempat yang
terpajan
 Pemeriksaan berkala untuk
evaluasi penyakit

Anda mungkin juga menyukai