Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Etiologi AHP
Saluran empedu (terbanyak) Vena porta
– Batu empedu – Apendisitis
– – Divertikulitis
Kolangiokarsinoma
– Penyakit Crohn
– Striktur
– Kolangitis piogenik rekuren
Trauma
Arteri hepatica
Infeksi gigi Kriptogenik (15% kasus)
Endokarditis bakterialis
Kista hepar terinfeksi
Penyebaran langsung
Empiema kandung empedu Iatrogenik
Perforasi ulkus peptikum Biopsi hepar
Blocked biliary stent
Abses subfrenik
Endoscopic sphincterotomy
Biliary-intestinal anastomosis
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Patofisiologi Abses Hati Piogenik
Infeksi bakteri
Aliran V. porta,
arteri, saluran
empedu, infeksi
langsung
Penetrasi
jaringan
Infeksi
menyebar ke
hati
Peralta R, Lisgaris MV, Salata RA. Liver abscess. [updated 2014 Apr 25; cited 2014 Oct 25]. Available
at: http://emedicine.medscape.com/article/188802-overview
Kelomp
Mikroba
Contoh spesies
Patogen
Kelompok Contoh spesies
ok Bakteri
Bakteri
Bakteri Eschericia coli Bakteri Streptococci viridans
aerobik Klebsiella aerobik (pada infeksi
gram (-) pneumoniae (pada gram (+) polimikrobial)
pasien DM dan Staphylococcus
intoleransi glukosa; aureus (pada infeksi
infeksi sistem bilier) monomikrobial,
Pseudomonas trauma)
aeruginosa Enterococcus sp.
Proteus sp. (pada infeksi
Enterobacter sp. polimikrobial)
Citrobacter freundii Beta-hemolytic
Morganella sp. streptococci (pada
Serratia sp. trauma)
Haemophilus sp. Streptococcus
Legionella pneumoniae
pneumophila Listeria
Yersinia sp. monocytogenes
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Kelompok
Mikroba
Contoh spesies
Patogen
Bakteri
Kelompo Contoh spesies
Bakteri Anaerobic streptococci k Bakteri
anaerobik Bacteroides sp. (pada
penyakit kolon)
Fusobacterium sp. Bakteri Streptococcus milleri
Peptostreptococcus sp. mikroaer group
Prevotella sp. ofilik
Actinomyces
Eubacterium
Propionibacterium acnes Lainnya Mycobacterium sp.
Clostridium sp. (pada Chlamydia sp.
infeksi sistem bilier, Candida sp.
penyakit kolon) Cryptococcus sp.
Lactobacillus sp. Verticillium sp.
Peptococcus sp.
Eubacterium sp.
Sphaerophorus sp.
Capnocytophaga sp.
(anaerob fakultatif)
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW,
Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF,
editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Diagnosis Abses Hati Piogenik
Pemeriksaan Fisik :
• Hepatomegali
• Nyeri pada abdomen kuadran kanan atas
• Ikterus (bila penyakit telah lanjut)
• Beberapa pasien → tidak ada nyeri perut kuadran kanan atas,
tidak terdapat hepatomegali, demam (fever of unknown
origin/FUO)
• Bila proses penyakit terjadi pada segmen superior lobus kanan
dan menyebabkan kelainan paru kanan :
– Pekak pada perkusi
– Penurunan suara napas
• Kelainan PF paru (20 – 30% kasus)
• Anemia
• Dehidrasi
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Diagnosis Abses Hati Piogenik
Pemeriksaan Pencitraan
• Ultrasonografi (USG)
• Computerized tomography scan (CT scan)
• Magnetic resonance imaging (MRI)
• Foto rontgen dada
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014
Entamoeba histolytica
• Rhizopoda
• Hospes : manusia
• Amebiasis, pada iklim sedang dan kosmopolit
• Ada 2 stadium : trofozoit dan kista
• Infektif : kista inti 4 (matang)
• Trofozoit (belah pasang) dapat patogen dan
invasi jar. Colon tersebar lwt darah hati,
paru ,otak, kulit dan vagina rusak
• Trofozoit (diare) dlm colon kista (feses padat)
Buku Parasitologi Kedokteran FKUI
• Inkubasi 1-4 minggu • Dapat terjadi
• Asimptomatik (90%) 1. Amebiasis kolon akut
10% simptomatik Amebiasis kolon kronik
diare 2. Amebiasis hati(ektra
• Bisa terbentuk ulkus di intestinal)
usus tinja disentri – Gejala 2-4 minggu,
demam, batuk, sakit kka,
– Sekum, sigmoid dan ggn GIT, hepatomegali
rektum (predileksi)
– Nanah warna coklat
– Sering lobus kanan, soliter
2. Drainase perkutan
• Dilakukan bila aspirasi perkutan tidak dapat mengambil cairan yang kental /
aspirasi perkutan gagal
• Dilakukan dengan tuntunan USG / CT scan abdomen
• Penyulit : perdarahan, perforasi organ intraabdomen, infeksi, kesalahan
penempatan kateter untuk drainase
3. Reseksi hepar
• Jika didapatkan abses hepar dengan karbunkel disertai dengan hepatolitiasis,
terutama pada lobus kiri hepar
Tatalaksana Farmakologi AHA
TATALAKSANA FARMAKOLOGI
• Antibiotik spektrum luas sebelum ada hasil kultur
• Ampisilin, amoksisilin, dan aminoglikosida → bila sumber infeksi
terdapat di saluran empedu
• Sefalosporin generasi ke-3 → pilihan bila sumber infeksi terdapat di
usus
• Metronidazol → diberikan pada semua AHP dengan berbagai sumber
infeksi → mengatasi infeksi anaerobik
• Kombinasi beta-lactam + penghambat aktivitas beta-lactamase → untuk
AHP dengan sumber infeksi terdapat di usus; juga dapat mengatasi
infeksi anaerobik
• Sudah ada hasil kultur → antibiotika disesuaikan dengan kuman spesifik
• Antibiotika IV diberikan terlebih dahulu minimal selama 2 minggu,
dilanjutkan antibiotika oral selama 6 minggu
• Infeksi Streptococcus → pemberian antibiotika oral dosis tinggi > 6
minggu Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editors. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2014.
Penatalaksanaan
Aspirasi jarum perkutan Drainase perkutan
Indikasi aspirasi jarum perkutan: • Dilakukan dengan tuntunan
• Resiko tinggi terjadinya ruptur USG abdomen atau CT scan
abses yg didefinisikan dengan abdomen
ukuran kavitas >5cm
• Abses pd lobus kiri hati yg • Penyulit yg dapat terjadi :
dihubungkan dengan mortalitas perdarahan, perforasi organ
tinggi dan frekuensi tinggi bocor intraabdomen, infeksi,
ke peritoneum atau perikardium ataupun terjadi kesalahan
• Tak ada respons klinis terhadap dalam penempatan kateter
terapi dalam 3-5 hari
untuk drainase
• Untuk menyingkirkan
kemungkinan AHP, khususnya
pasien dengan lesi multipel
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 34
Penatalaksanaan
Drainase secara operasi Reseksi Hati
• Tindakan ini sekarang jarang • Indikasi spesifik : abses hati
dikerjakan kecuali pada dengan karbunkel (liver
kasus tertentu seperti abses carbuncle) dan disertai
dengan ancaman rupture dengan hepatolitiasis,
atau secara teknis susah terutama pada lobus kiri
dicapai atau gagal dengan hati
aspirasi biasa/
drainase perkutan.
Fase dekompensasi,
– Terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi
portal dengan manifestasi seperti eritema palmaris, spider
naevi, vena kolateral pada dinding perut, ikterus, edema
pretibial, ascites.
Gambaran Klinik
1. Umum → Kelelahan, anoreksia, malaise,
penurunan berat badan, otot mengecil, demam
2. Gastrointestinal → Perdarahan saluran cerna
3. Hematologi → Anemia, Trombositopenia,
Lekopenia, DIC, Gangguan fungsi koagulan
4. Paru → Sindrom hepato – Pulmoner
5. Ginjal → Sindrom hepatorenal, Hiperaldosteron
sekunder
6. Jantung → Sirkulasi hiperdinamik
7. Endokrin → Hipogonadisme, Feminisisasi,
Diabetes, Hiperparatiroidisme
8. Neurologi → Ensepalopati, Neuropati perifer
9. Muskuloskeletal → Clubbing, Penurunan massa
otot, Kejang otot
10.Kulit → Palmar eritem, Spider naevi, Ikterik
GAMBARAN LABORATORIS
SIROSIS
•Anemia normokrom normositer
•Anemia hipokrom mikrositer/makrositer
Kelainan •Trombositopenia
hematologi •Lekopenia
•Netropenia
AST (SGOT) ↑↑
ALT (SGPT) ↑
Alkali fosfat ↑↑
GGT ↑↑
Bilirubin N/↑
Albumin ↓
Globulin ↑
Waktu protrombin Memanjang
Natrium serum ↓
Diagnosis
• Pada stadium kompensasi sempurna kadang-kadang
sangat sulit menegakkan diagnosis SH. Pada proses
lanjutan dari kompensasi sempurna mungkin bisa
ditegakkan diagnosis dengan bantuan pemeriksaan
klinis yang cermat, laboratorium biokimia / serologi
marker dan pemeriksaan penunjang lainnya. Pada
kasus tertentu diperlukan pemeriksaan biopsi hati /
peritoneoskopi. Sulit membedakan hepatitis kronik
aktif yang berat dengan SH dini.
Pada stadium dekompensasi kadang tidak sulit
menegakkan diagnosis SH dengan adanya :
– Splenomegali
– Ascites
– Edema pretibial
– Laboratorium biokimia khususnya albumin
– Tanda kegagalan hati berupa : eritema palmaris,
spider naevi, vena kolateral
Suharyono Soebandiri memformulasikan bahwa 5 dari 7
tanda dibawah ini sudah dapat menegakkan diagnosis
SH dekompensasi, tanda-tandanya antara lain :
– Ascites
– Splenomegali
– Perdarahan varises (hematemesis)
– Penurunan albumin
– Spider naevi
– Eritema palmaris
– Vena kolateral
DIAGNOSIS
Sirosis Postnekrotik
•Besar hati terkadang normal, kadang2 juga
mengecil
Makrosko •
Pada keadaan lanjut : mengecil & tidak teratur
pis •Makronodul (θ=5-7 cm)
•Warna kecoklatan dengan daerah berwarna
kehijau2an karena statis empedu atau
kemerah2an karena perdarahan
•Daerah kolagen licin & kepucat2an
•Jaringan parut ebar & tidak teratur destruksi
total sejumlah lobul
•Fibroblast, sel infalamasi, pembuluh darah ,
Mikrosko pseudoduktuli pada beberapa keadaan
pis terlihat
•Gambaran KHAS : cicatrix hati + nekrosis masif
+ saluran empedu & pembuluh darah tersebar &
sel radang mononuklear
Sirosis Nutrisi/mikronoduler, alkoholik,
fatty/Laennec Sirosis
Makrosk •Hati membesar
opis •Nodul kecil merata dan seragam (θ 2-3mm)
•Warna kekuningan seperti emas
•Sel hati mengalami perlemakan dengan inti sel
terdesak ke tepi
Mikrosko •Sel ghati membengkak akibat degenerasi
pis hidropik
•Statis empedu ringan di dalam kanalikuli
•VC menghilang (perlemakan mikronoduler)
Sirosis Posthepatik
Makrosk •Hati normal atau sedikit mengecil
opis •Warna merah kecoklatan
•Besar nodul antara 0,5-1,5 cm
•Fibrosis
•Penyempitan trabekuler
Mikrosko •parenkim, meluas dari daerah portal satu ke
Serabut jaringan ikat fibrosa melewati
pis
daerah portal lain
•Sel PMN (dalam septa)
•Tidak ada statis empedu
Komplikasi
prognosis dan pengobatan tergantung pada 2 kelompok besar
komplikasi :Kegagalan hati (hepatoselular)
Hipertensi portal
– Kegagalan hati timbul spider naevi, eritema palmaris, atrofi testis, ginekomastia,
ikterus, ensefalopati, dll.
– Hipertensi portal dapat menimbulkan splenomegali, pemekaran pembuluh vena
esofagus / cardia, caput medusae, hemorrhoid, vena kolateral dinding perut
Bila penyakit berlanjut maka dari kedua komplikasi tersebut dapat timbul
komplikasi lain, berupa :
– Ascites
– Ensefalopati
– SBP
– Sindrom hepatorenal
– Transformasi ke arah kanker hati primer (hepatoma)
Penatalaksanaan
Tirah baring
Diet rendah protein (DH III : protein 1 g/kgBB, maksimal 55 kg)
– Bila ada ascites Diet rendah garam II (600 – 800 mgNa/hari) atau III
(1000 – 1200 mgNa/hari).
– Bila proses tidak aktif, diperlukan diet tinggi kalori (2000 - 3000 kal) dan
tinggi protein (80 - 125 g/hari).
– Bila ada tanda-tanda ensefalopati / koma hepatikum protein dalam
makanan dihentikan (DH I).
SH yang diketahui etiologinya :
– Alkohol
Intake alkohol dihentikan dan untuk menghambat perkembangan
kolagenik dapat dicoba pemberian D penicilamine (helating agent) dan
Colchicine. Diet tinggi kalori (3000 kal) dengan kandungan protein 70 –
90 g/hari.
– Hemokromatosis
Dihentikan pemakaian preparat besi dan dilakukan venaseksi 2x/minggu
sebanyak 500 cc selama setahun.
– Penyakit Wilson
Diberikan D Penicilamine 20 mg/kgBB/hari yang akan mengikat kelebihan
cuprum dan menambah ekskresi melalui urin.
– Hepatitis kronik autoimun
Diberikan kortikosteroid
Complications of cirrhosis
Portal hypertension
• elevation of the hepatic venous pressure
gradient (HVPG) to >5 mmHg
• Etiology or pathogenesis
– increased intrahepatic resistance to the passage
of blood flow through the liver due to cirrhosis
and regenerative nodules
– increased splanchnic blood flow secondary to
vasodilatation within the splanchnic vascular bed
– Pathogenesis
– Clinical features
• increase in abdominal girth + development of
peripheral edema
• usually have at least 1–2 L of fluid in the abdomen
before they are aware that there is an increase
• Massive fluid respiratory function can be
compromised shortness of breath
• Malnourished
• Muscle wasting
• Fatigue & weakness
– Diagnosis
• aided by abdominal imaging
• bulging flanks
• Fluid wave / shifting dullness +
• Patient with cirrhosis protein concentration of the
ascitic fluid low
• Patient with portal hypertension ascitic fluid
albumin level is >1.1 g/dL
Treatment
• Dietary • Refractory ascites
– dietary sodium
restriction
– eat fresh or frozen
foods
– avoiding canned or
processed foods
preserved with
sodium
• spironolactone at
100–200 mg/d
• furosemide may be
added at 40–80
mg/d
Spontaneous bacterial peritonitis
• severe complication of ascites characterized by
spontaneous infection of the ascitic fluid without
an intraabdominal source
• Cirrhosis 25-30%
• Most common organisms E. Coli & other gram
positive bacteria (Streptococcus viridans,
Staphococcus aureus, and Enterococcus sp)
• Clinical features
– fever, altered mental status, elevated white blood cell
count, and abdominal pain or discomfort, or
• Clinical features
– acute liver failure mental status can occur within weeks to
months, brain edema cerebral hernia
• Th/ mannitol & IV fluids
– Cirrhosis confused or exhibit a change in personality, quite violent
and difficult to manage, very sleepy and difficult to arouse, asterixis
• Treatment
– management of the precipitating factors (hypokalemia,
infection, an increased dietary protein load, or
electrolyte disturbances)
– restriction of dietary protein discouraged
– vegetable-based protein
– Lactulose colonic acidification promote 2–3 soft
stools per day
– neomycin and metronidazole; rifaximin
– Zinc supplementation
Malnutrition in Cirrhosis
• liver is principally involved in the regulation of protein
and energy metabolism in the body
• Cirrhosis catabolic muscle protein is metabolized