Anda di halaman 1dari 69

Terapi Nutrisi Pada Obesitas: Ditinjau

dari FAD dan Diet Gizi Seimbang


Disusun oleh:
Reinhart Eugene S 406191061
Maria Meilani 406192002
Laurensia 406192004
Hayuningrat Odyssey 406192007
Giovani Hanjaya 406192009
Triwenti Indrian 406192010
Della Candra 406192012
Michelle Witedja 406192014 Olivia Margaretha 406192093
Angelica Gunadi 406192055 Vanessa Gosal 406192099
Kezia Susanti 406192092 Edwin Destra 406192101
Angelica Isabella 406192103
Febri Angreani Wilyo 406192104
Felita Shella Irawan 406192105
Alicia – 6 September
Kepaniteraan Klinik Ilmu Gizi Periode 24 Agustus 406192106
2020
Chindy
Fakultas Kedokteran UniversitasJeffry Tjandra
Tarumanagara 406192107
Trialimas 406192108
Jonathan Edbert A 406192109
PENDAHULUAN
BAB 1
Latar Belakang
• Obesitas  peningkatan atau akumulasi lemak abnormal atau
berlebihan yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
• Obesitas  IMT ≥ 25 kg/m2 (WHO Asia Pasific)

• Komorbid dari berbagai penyakit kronis (jantung,

Permasalaha DM, HT, stroke, penyakit empedu, infertilitas, sleep


apnea, kanker hormonal, OA dan lainnya
• Faktor risiko  katarak, gangguan pernafasan,
n Klinis NAFLD, kanker, infertilitas, PCOS, phlebitis,
gangguan penyembuhan luka, respon yang buruk
terhadap antibodi dalam vaksin Hepatitis B
Obesitas • Psikososial  stigma dan diskriminasi masyarakat
Latar Belakang

Tahun 2016 sebanyak 18%


Tahun 2016, 39% populasi
remaja mengalami overweight
dewasa berusia lebih dari 18
Prevalensi obesitas di seluruh dan obesitas
tahun yakni sebesar lebih dari
dunia sejak tahun 1975 hingga Tahun 2019 sebanyak 38,2 juta
1,9 milyar orang dewasa
tahun 2016 telah meningkat anak-anak dibawah usia 5 tahun
menderita overweight. 13%
sebanyak tiga kali lipat mengalami overweight dan
yakni 650 juta di antaranya
mengalami obesitas obesitas

Seiring waktu, anak-anak dan remaja yang overweight dan obesitas juga akan
semakin menambah angka prevalensi obesitas populasi dewasa di dunia
Latar Belakang
• Seiring meningkatnya prevelansi dan kesadaran masyarakat akan
kondisi obesitas dan dampaknya terhadap kesehatan dan psikososial,
 muncul pola diet yang ditawarkan di masyarakat  fad diets
• Fad diets  diet ketogenik, diet paleolitik, intermittent fasting, diet
vegan/plant-based dan lainnya

Meski sangat popular, bagaimana kefektifannya?


Bagaimana dampaknya terhadap kesehatan?
TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2
Obesitas
• Obesitas  kondisi akumulasi lemak abnormal atau berlebihan akibat
dari ketidakseimbangan energy intake dengan energy expenditure
dalam waktu lama  multifaktorial  menyebabkan gangguan
kesehatan
• Obesitas di Indonesia 13,5% orang dewasa berusia 18 tahun ke atas
mengalami overweight, 28,7% orang dewasa mengalami obesitas
• Anak usia 5-12 tahun di Indonesia juga mengalami kelebihan berat
badan yakni sebanyak 18,8% dan obesitas yakni sebanyak 10,8%
Etiologi dan Faktor Risiko Obesitas
Pola makan
• Pergeseran pola makan menjadi konsumsi makanan tinggi energi yang mengandung lemak dan gula
yang tinggi

Pola hidup
• Aktifitas fisik menurun  pola hidup sedentary baik dalam pekerjaan, modal transportasi dan seiring
peningkatan urbanisasi

Obat-obatan dan hormonal


• Konsumsi steroid jangka waktu lama ( pasien osteoarthritis, alergi dan asma)

Genetic
• Belum ada teori yang pasti yang dapat ditetapkan pada setiap individu
Patogenesis & Patofisiologi Obesitas
Faktor hormonal dan neural yang berperan dalam regulasi berat badan yang
ditentukan oleh hereditas dan genetik  menentukan tingkat kenyang / satiety,
aktifitas makan, ukuran adiposit

Jika defek pada ekspresi atau interaksinya  peningkatan berat badan dan
obesitas
• Gen Ob  produksi leptin
• Gen adiponectin (ADIPOQ)  obesitas atau sindrom metabolik pada diet tinggi lemak jenuh
• Gen FTO (“fat mass and obesity associated” gene)  berefek pada massa tubuh & predisposisi
diabetes
• Gen beta3-adrenoreceptor  regulasi RMR (Resting Metabolic Rate) dan oksidasi lemak
Patogenesis & Patofisiologi Obesitas
Aktifitas Fisik Tak Adekuat
• Kurangnya exercise dan pola hidup sedentary ditambah dengan kebiasaan overeating yang
kronis menjadi penyebab dari obesitas

Inflamasi
• jaringan adiposa mengalami perubahan menjadi lebih aktif dalam sekresi berbagai macam
sitokin proinflamasi  kenaikan berat badan dan resistensi insulin

Pola tidur, stres, dan irama sirkadian


• Pola tidur yang tidak cukup  hormon yang mempengaruhi nafsu makan  memicu
asupan makan berlebih
• Stres  hormon kortisol dilepaskan  pelepasan insulin
Patogenesis & Patofisiologi Obesitas
• Satiety  berkaitan dengan hormon
• Leptin  hormon di adiposa  supresor nafsu makan. Kadar hormone leptin lebih tinggi
pada individu obesitas dan resistensi efek leptin
• Hormon lainnya :
Patogenesis & Patofisiologi Obesitas
Mikroflora saluran cerna

• Firmicutes  dalam pemecahan nutrisi dan penyerapan


kalori  cenderung meningkat pada obesitas
• Bacteroides  lebih tinggi dapat membantu untuk
mempertahankan berat badan normal  pada obesitas
jumlahnya rendah
• Disregulasi dari flora normal usus diperkirakan dapat
menyebabkan peningkatan risiko penyakit inflamasi 
obesitas, IBD, DM tipe 2, artritis dan kanker
Pemeriksaan
• Pengukuran Lemak tubuh dan circumference/lingkar:
(1) Indeks massa tubuh/IMT atau Berat badan (BB)/tinggi badan (TB)2, dimana
BB dalam kg dan TB dalam meter
(2) Lingkar pinggang: Lingkar pinggang >90cm pada laki-laki dan >80cm pada
perempuan setara dengan IMT 25-34. Apabila lingkar pinggang dan
persentase lemak tubuh keduanya tinggiobesitas
(3) Lingkar leher
(4) Rasio pinggang-panggul
(5) Rasio pinggang-tinggi badan
(6) Rasio leher-pinggang
Klasifikasi IMT Asia Pasifik WHO8
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Underweight <18,5
Normal 18,5 – 22,9
Overweight  
Dengan Risiko 23,0 – 24,9
Obesitas kelas I 25,0 – 29,9
Obesitas kelas II ≥ 30,0
Pemeriksaan
• Rumus Deurenberg:
Rumus Deurenberg menggunakan IMT, usia dan jenis kelamin dari individu
untuk menentukan lemak tubuh adalah sebagai berikut:
% lemak tubuh = (1,2 x IMT) + (0,23 x usia (tahun)) – (10,8 x G) – 5,4
G = 1 (laki-laki); G = 0 (perempuan)

Persentase lemak tubuh 20-25% atau lebih pada laki-laki dan 25-35% atau
lebih pada perempuan baisanya dianggap berlebih dan dihubungkan
dengan risiko metabolik dari obesitas
Pemeriksaan
• Indeks Bentuk Tubuh A / A Body Shape Indeks (ABSI):
Mengukur lingkar pinggang dan berat serta tinggi badan dalam 1 rumus untuk
menentukan laju mortalitas. ABSI dianggap merupakan prediktor mortalitas yang
lebih baik karena adanya tambahan lemak abdominal yang diukur, yang seiring usia
berubah dari lemak coklat menjadi putih dan menjadi ukuran dari adipositas sentral
dan bentuk tubuh.
• Deposisi lemak
Dua jenis utama dari deposisi lemak yang kini dikenal adalah: lemak subkutan
badan-abdominal (bentuk apel; distribusi lemak android) dan lemak berleebih pada
regio gluteofemoral pada paha dan bokong (bentuk pir; distribusi lemak ginoid).
Komplikasi
• Kanker (payudara, • asma • Gangguan kognitif
endometrium, • chronic back pain ringan
ovarium, kolorektal, • Polycystic ovary
esofageal, renal, • osteoarthritis
Syndrome (PCOS)
pancreas, prostat) • emboli pulmonal
• Impotensi dan
• Diabetes mellitus • penyakit kantong infertilitas
tipe 2 (DMT2) empedu
• Gastroesophageal
• Hipertensi • Resiko disabilitas Reflux disease
• stroke (GERD)
• penyakit arteri
coroner
• gagal jantung
kongestif
Tatalaksana Farmakologi
• Indikasi untuk menggunakan farmakoterapi pada usaha menurunkan berat badan adalah
riwayat gagal untuk mencapai penurunan berat yang bermakna >5% total berat badan
dan untuk menurunkan berat badan lebih lanjut pada pasien yang membutuhkan obat
berdasarkan panduan (IMT ≥27 kg/m2 dengan 1 atau lebih komorbid atau BMI >30 kg/m2
tanpa efek metabolik)
• Panduan pemberian obat untuk menurunkan berat badan.
1.Gaya hidup yang efektif untuk mendukung penurunan berat badan harus tersedia
selama penggunaan obat.
2. Pemberi obat dan pasien harus mengenali obat dan potensi efek sampingnya.
3. Penurunan berat badan tidak bermakna secara klinis setelah 3 – 4 bulan, (didefinisikan
sebagai penurunan sebanyak 4-5% dari berat total pasien (tanpa diabetes); 3% pada
pasien dengan diabetes), maka rencana terapi baru harus diimplementasikan.
Obat yang berdampak pada berat badan dan alternatifnya

Obat BB naik BB netral BB turun


Antidiabetik Insulin, sulfonylurea, meflitinid, DPP4 inhibitor Metformin, pramlintide GLP1
glitazon agnosi (exenatide, liraglutide),
SGLT2 inhibitor (canaglifozin)

Antidepresan dan mood MAO-inhibitor, trisiklik Citaprolam, fuvoxamin, Venlafaxine, bupropion,


stabilizers (doxepin), SSRI (paroxetine), vortionzetin, duloxetine, fluoxetine (jangka panjang)
mirtazapine, litium venlafaxine, nefazodone,
sertraline (<1 tahun)

Antipsikotik Klozapin, risperidone, Ziprasidone, aripiprazole --


olanzapine, quetiapine,
haloperidol, perfenazin

Antikonvulsan Karbamazepin, gabapentin, Lamotrigin Topiramat, zonisamid


valproate
Antihistamin Sikloheptadin, difenhidramin, Inhaler steroid, dekongestan --
doxepin
Bloker adrenergic Propanolol, doxazosin ACE inhibitor/ ARBs, CCBs --
Steroid adrenal Kortikosteroid NSAIDs --
Kontrasepsi oral -- -- --
Obat yang disetujui untuk manajemen obesitas

Obat Mekanisme Keuntungan Kerugian


Phentermin 15-30 mg PO Simpatomimetik Murah Tidak ada data jangka panjang
Orlistat; 120 mg PO 3x1 sebelum Inhibitor lipase pankreas Tidak diabsorbsi Penurunan BB sedang, efek
makan samping gastrointestinal, feses
berlemak
Lorcaserin 10 mg PO 2x1 5HT 2c serotonin agonis dengan Efek samping ringan Mahal, penurunan BB sedang,
afinitas ringan pada reseptor nyeri kepala, pusing, fatigue,
serotonergik konstipasi, nausea, batuk,
mulut kering
Phentermin/topiramate Extended Antikonvulsan simpatomimetik Penurunan berat badan Mahal, teratogen, kesemutan,
release; 7,5 mg/46 mg atau 15 mg/92 (modulasi GABA reseptor, signifikan pusing, konsipasi, mulut kering
mg PO (butuh titrasi) inhibisi carbonic anhydrase,
antagonis glutamate)
Naltrexone Sustained Antagonis reseptor opioid; Menekan keingingan makan Mahal
release/bupropion SR; 32 mg/360 mg inhibitor dopamine dan
PO (butuh titrasi) reuptake noradrenaline
Liraglutid 3 mg injeksi (butuh titrasi) GLP-1 reseptor agonis   Mahal, obat suntik
Tatalaksana non Farmakologi
• Modifikasi gaya hidup
Fokus utama adalah mengubah struktur lingkungan, asupan nutrisi, dan
aktivitas fisik menggunakan goal setting, kontrol stimulus, restruktur
kognitif, dan mencegah relaps.
• Aktivitas fisik
Aktivitas fisik yang cukup adlaah 60 – 90 menit perhari (sesuai rekomendasi
USDA). Latihan aerobik dan resistensi direkomendasikan. Penelitian dalam
menjaga berat badan adalah aktivitas fisik sedang-berat 150-250
menit/minggu setara dengan 1200 – 2000 kkal/minggu (sekitar 12-20 mil
per minggu jogging/lari) cukup untuk mencegah peningkatan berat badan.
Tatalaksana non Farmakologi
• Prosedur Bedah
Operasi bariatrik telah berkembang dengan pesat sebagai tatalaksana
obesitas yang berat dengan IMT 40 atau lebih. Bedah dengan
gastroplasty, gastric banding dan Roux-en-Y gastric bypass dengan
laparotomi telah digantikan oleh laparoskopi.
Terapi Nutrisi
Angka Kecukupan Gizi (makronutrien dan mineral makro)
Kelompok BB (kg) TB (cm) Energi Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kelompok Umur Kalsium Fosfor Magnesium (mg) Natrium Kalium Mangan
Umur (kkal) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg)

Bayi/anak            
0-6 bulan 6 61 550 12 34 58 Bayi/anak            
7-11 bulan 9 71 725 18 36 82 0-6 bulan 200 100 30 120 500 -
1-3 tahun 13 91 1125 26 44 155 7-11 bulan 250 250 55 200 700 0,6
4-6 tahun 19 112 1600 35 62 220 1-3 tahun 650 500 60 1000 3000 1,2
7-9 tahun 27 130 1850 49 72 254 4-6 tahun 1000 500 95 1200 3800 1,5
Laki-laki             7-9 tahun 1000 500 120 1200 4500 1,7
10-12 34 142 2100 56 70 289 Laki-laki            
13-15 36 158 2475 72 83 340 10-12 1200 1250 150 1500 4500 1,9

16-18 56 165 2675 66 89 368 13-15 1200 1250 200 1500 4700 2,2

19-29 60 168 2725 62 91 375 16-18 1200 1250 250 1500 4700 2,3

30-49 62 168 2625 65 73 394 19-29 1100 700 350 1500 4700 2,3

50-64 62 168 2325 65 65 394 30-49 1000 700 350 1500 4700 2,3

64-80 60 168 1900 62 53 309 50-64 1000 700 350 1300 4700 2,3

80+ tahun 58 168 1525 60 42 248 64-80 1000 700 350 1200 4700 2,3

Perempuan             80+ tahun 1000 700 350 1200 4700 2,3

10-12 36 145 2000 60 10 275 Perempuan            

13-15 46 155 2125 69 11 292


10-12 1200 1250 155 1500 4500 1,6
16-18 50 158 2125 59 11 292
13-15 1200 1250 200 1500 4500 1.6
19-29 54 159 2250 56 12 309
16-18 1200 1250 220 1500 4700 1,6
30-49 55 159 2150 57 12 323
19-29 1100 700 310 1500 4700 1,8
50-64 55 159 1900 57 11 285
30-49 1000 700 320 1500 4700 1,8
64-80 54 159 1550 56 11 252
50-64 1000 700 320 1300 4700 1,8
80+ tahun 53 159 1425 55 11 253
64-80 1000 700 320 1200 4700 1,8
80+ tahun 1000 700 320 1200 4700 1,8
Angka Kecukupan Gizi (serat, vitamin dan air)
Kelompok Umur BB (kg) TB (cm) Serat Air Vitamin A Vitamin D Vitamin E Vitamin K (mcg) Kelompok Umur Vit B1 Vit B2 Vit B3 Vit B5 Vit B6 Folat (mcg) Vit B12 Vit C (mg)
(g) (ml) (mcg) (mcg) (mcg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mg) (mcg)
Bayi/anak                
0-6 bulan 6 61 0 - 375 5 4 5
Bayi/anak                
7-11 bulan 9 71 10 800 400 5 5 10
1-3 tahun 0-6 bulan 0,3 0,3 2 1,7 0,1 65 0,4 40
13 91 16 1200 400 15 6 15
4-6 tahun 7-11 bulan 0,4 0,4 4 1,8 0,3 80 0,5 50
19 112 22 1500 450 15 7 20
7-9 tahun 1-3 tahun 0,6 0,7 6 2 0,5 160 0,9 40
27 130 26 1900 500 15 7 25
Laki-laki 4-6 tahun 0,8 1,0 9 2 0,6 200 1,2 45
               
10-12 34 142 30 1800 600 15 11 35 7-9 tahun 0,9 1,1 10 3 1,0 300 1,2 45
13-15 Laki-laki                
36 158 35 2000 600 15 12 55
16-18 10-12 1,1 1,3 12 4 1,3 400 1,8 50
56 165 37 2200 600 15 15 55
19-29 13-15 1,2 1,5 14 5 1,3 400 2,4 75
60 168 38 2500 600 15 15 65
30-49 16-18 1,3 1,6 15 5 1,3 400 2,4 90
62 168 38 2600 600 15 15 65
50-64 19-29 1,4 1,6 15 5 1,3 400 2,4 90
62 168 33 2600 600 15 15 65
64-80 30-49 1,3 1,6 14 5 1,3 400 2,4 90
60 168 27 1900 600 20 15 65
80+ tahun 50-64 1,2 1,4 13 5 1,7 400 2,4 90
58 168 22 1600 600 20 15 65
64-80 1,0 1,1 10 5 1,7 400 2,4 90
Perempuan                
80+ tahun 0,8 0,9 8 5 1,7 400 2,4 90
10-12 36 145 28 1800 600 15 11 35
Perempuan                
13-15 46 155 30 2000 600 15 15 55
10-12 1,0 1,2 11 4 1,2 400 1,8 50
16-18 50 158 30 2100 600 15 15 55
13-15 1,1 1,3 12 5 1,2 400 2,4 65
19-29 54 159 32 2300 500 15 15 55
16-18 1,1 1,3 12 5 1,2 400 2,4 75
30-49 55 159 30 2300 500 15 15 55
19-29 1,1 1,4 12 5 1,3 400 2,4 75
50-64 55 159 28 2300 500 15 15 55
30-49 1,1 1,3 12 5 1,3 400 2,4 75
64-80 54 159 22 1600 500 20 15 55
50-64 1,0 1,1 10 5 1,5 400 2,4 75
80+ tahun 53 159 20 1500 500 20 15 55
64-80 0,8 0,9 9 5 1,5 400 2,4 75
80+ tahun 0,7 0,9 8 5 1,5 400 2,4 75
Terapi Nutrisi Medis Obesitas
• Metode yang paling banyak digunakan untuk penurunan berat badan
adalah diet seimbang, dengan restriksi energi
• Defisit kalori sebanyak 500-1000 kkal/hari dapat membantu mencapai
tujuan tersebut
• Karbohidrat: 50-55%, Protein: 15-25%, Lemak: <30%
• Membatasi alkohol dan makanan tinggi gula
• Suplementasi vitamin dan mineral yang dibutuhkan sesuai usia
direkomendasikan jika asupannya <1200 kkal (perempuan) dan 1800
(laki-laki) atau jika sulit memilih makanan yang dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi pada saat merestriksi asupan makan
Fad Diets
• Diet fad dideskripsikan sebagai rencana penurunan berat badan yang
menjamin hasil yang dramatis dalam jangka pendek (lebih dari 1 kg
per minggu) dan tanpa usaha yang berlebihan
Jenis diet Fad
Jenis diet Contoh
Rendah karbohidrat (<100 g/hari) Atkins Diet Revolution
South Beach Diet
Rendah lemak (<20% kcal lemak/hari) Pritikin Diet
Pasta diet
Kombinasi Fit for life
Zone diet
Rendah kkalori (<800 kcal/hari) Cambridge diet
Rotation diet
Novelty (nutrient atau makanan tertentu) Beverly Hills diet
Junk food diet
Formula Slim fast
Last Chance diet
Pre-measured Jenny Craig
Nutri-system
Detox The Master Cleanse
Tinggi lemak Ketogenic diet
Tinggi protein Dukan diet
Bodybuilder diet
Diet Ketogenik / Very Low Carbohydrate
Ketogenic Diet (VLCK) Asupan karbohidrat dibatasi

• Intervensi nutrisional yang Glikogen digunakan sumber energi


mengutamakan puasa dengan restriksi
karbohidrat dan lemak dengan
Cadangan glikogen akan habis
peningkatan relatif asupan protein 
penurunan berat badan dan massa otot
tetap terjaga Lipolisis akan meningkat

• Umumnya diet VLCK  membatasi


Keton tubuh dihasilkan untuk produksi energi
asupan karbohidrat kurang dari 10% dari
kebutuhan kalori atau kurang dari 30
gram dan mengurangi asupan kalori Badan keton menggantikan glukosa sebagai sumber energi

hingga sekitar 500-1000 kkal/hari


Diet Ketogenik / Very Low Carbohydrate
Ketogenic Diet (VLCK)
Skema Intervensi Program Diet VLCK
Dampak Diet VLCK
Studi oleh Moreno B et al
Studi oleh Diego GA et al
Diet VLCK vs Diet rendah kalori :
• pengurangan massa lemak tubuh • Penurunan BMI dalam 1 tahun 7,0
hingga 20 kg yang sebagian besar ± 3,9, sedangkan kelompok diet
berasal dari jaringan lemak rendah kalori hanya sebesar 2,6 ±
visceral, sedangkan penurunan 2,2 (p<0,00001)
massa otot minim (sekitar 1 kg) • Dengan DEXA scan  penurunan
massa lemak dari 44,3 kg menjadi
28,3 kg, sedangkan diet rendah
kalori mereduksi dari 42,3 kg
menjadi 36,7 kg
Dampak Diet VLCK

Studi oleh Ebbeling CB et al


• Peningkatan total energy expenditure  total energy
expenditure 209 kkal/hari (91 kkal menjadi 326 kkal) lebih
tinggi dibandingkan dengan diet rendah kalori biasa
• Peningkatan total energy expenditure sebesar 50-70
kkal/hari pada setiap 10% penurunan pada karbohidrat
dalam asupan
Dampak Diet VLCK
Pada kadar glukosa darah
• GDP dalam 4 minggu dapat menurun sebesar 8,7 ± 15,3 mg/dL (p<0,001)

Pada HbA1c
• HbA1c dalam 3 minggu menurun sebesar 0,3 ± 0,7 mg/dL (p<0,001).

Pada pengobatan Diabetes Mellitus


• Diet VLDK dapat menghentikan obat-obatan diabetes pada 44% penderita
DM dibandingkan 11% pada kelompok diet karbohidrat sedang
Dampak Diet VLCK
Pada profil lipid
• Diet VLCK VS diet rendah lemak + Orlistat 3x120 mg selama 30 hari menunjukkan hasil efektivitas
yang sama dalam memperbaiki profil lipid
• Hasil profil lipid pada studi oleh Yancy WS et al
Dampak Diet VLDK
Pada TD
• SBP 3 bulan penurunan sebesar 10,5 ± 6,4 mmHg (p<0,001)
• DBP 3 bulan penurunan sebesar 2,2 ± 3,1 mmHg (p<0,001)
• Mekanisme  efek diuretic dari diet VLCK dan kondisi penurunan serum insulin  efek berlawanan dari
kondisi hyperinsulinemia (retensi natrium, proliferasi otot polos pembuluh darah, peningkatan aktifitas
saraf simpatetis dan penurunan pelepasan nitrit oksida dari endotel vascular)

Pada Fungsi Liver


• AST penurunan sebesar 2,2 ± 3,2 U/L (p<0,001) dalam 3 bulan
• Gamma-GT penurunan sebesar 4,1 ± 5,2 mg/dL (p<0,001) dalam 1 bulan

Pada Fungsi ginjal


• eGFR (estimated glomerular filtration rate), kadar kreatinine dan mikroalbuminuria, tidak ditemukan
adanya perubahan signifikan
Dampak Diet VLDK

Pada Satiety
• Menurunkan ghrelin  nafsu makanpun berkurang, meningkatkan energy
expenditure & deposit lemak menurun
• Menurunkan leptin & peningkatan sensitivitas  supresi nafsu makan &
penurunan berat badan cenderung berisiko rendah untuk mengalami kenaikan
berat badan kembali

Pada Microbiota Usus


• Diet VLCK dengan pemberian protein bervariasi dari whey protein, protein nabati
dan protein hewani  penurunan jumlah Firmicutes dan peningkatan jumlaj
Bacteroidetes  terutama pada protein whey dan protein nabati
Diet VLDK
• Salah satu kunci keberhasilan dari suatu diet adalah tingkat kesulitan
untuk dipatuhi oleh individu
• Diet VLCK  menginduksi ketosis yang berkaitan dengan timbulnya
rasa kenyang  lebih mudah ditoleransi pasien
• Efek samping :
• Formasi batu empedu, konstipasi, nyeri kepala, halitosis, keram otot, diare,
tubuh lemas dan ruam-ruam
• Pentingnya menginformasikan kepada pasien mengenai efek samping
tersebut agar pasien benar-benar memahami dan mengerti
konsekuensi diet VLCK dan tidak berhenti di tengah jalan
Diet Paleo
• Prinsip: Tinggi protein dan rendah karbohidrat
Pilihan makanan Yang harus dihindari
 Buah  Gandum, oat dan barley
 Sayur  Tumbuhan polong seperti kacang polong, lentil
 Kacang dan biji-bijian  Produk susu
 Daging tanpa lemak (terutama herbivora)  Gula
 Ikan (terutama yang kaya omega 3 seperti  Garam
salmon, makerel dan tuna)  Kentang
 Minyak dari buah dan kacang seperti minyak  Makanan terproses
zaitun, rapeseed atau kenari
Pantangan makanan diet Paleo
• Diet paleo menghindari konsumsi gandum-ganduman dan quinoa
karena mengandung banyak anti-nutrien seperti saponin dan lectin
yang dapat menginvasi pertahanan usus dan meningkatkan
permeabilitas usus sehingga dapat meningkatkan inflamasi usus.
• Diet paleo juga tidak menggunakan garam karena makanan tinggi
garam dapat menyebabkan kondisi asam yang menyebabkan inflamasi
dan osteporosis.
Perbandingan dengan jenis diet lain
• Paleo: 30% protein, 40% lemak dan 30% karbohidrat dengan
kandungan tinggi PUFA dan MUFA
• Nordic Nutrition Recommendations (NNR): 15% protein, 25-30%
lemak dan 55-60% karbohidrat dengan produk susu rendah lemak dan
produk tinggi serat
• Australian Guide to Healthy Eating (AGHE): Gandum-ganduman dan
produk susu rendah lemak
Kelebihan diet Paleo
Penelitian yang dilakukan oleh Melberg et al (2014) kepada perempuan post-menopause
dengan obesitas selama 24 bulan:
1. Penurunan asupan energi sebanyak 20% dibandingkan 12% pada kelompok subjek yang
menggunakan metode diet NNR
2. memiliki kandungan High Density Lipoprotein (HDL) yang lebih tinggi dan tingkat dropout
yang lebih rendah dibandingkan NNR

Penelitian yang dilakukan oleh Otten et al (2019) yang melakukan penelitian


perbandingan antara diet paleo dengan NNR pada 70 perempuan post-
menopause :
1. Penurunan berat badan lebih tinggi pada subjek diet paleo
2. Menurunkan HbA1c, trigliserida dan tekanan darah pada pasien diabetes
Kelebihan diet Paleo
Penelitian yang dilakukan oleh Genoni et al (2016) membandingkan diet paleo dengan (AGHE)
pada 39 perempuan selama 4 minggu:
Penurunan berat badan lebih signifikan pada diet paleo yaitu penurunan 4,3% di berat badan
dan 3,8 di lingkar pinggang meskipun tidak ada perbedaaan yang berarti pada penanda
metabolik dan kardiovaskuler di kedua kelompok.

Penelitian yang dilakukan oleh Otten et al (2019) menunjukkan hubungan antara penurunan
berat badan oleh diet paleo dengan perubahan GLP-1, GIP dan glukagon:
Peningkatkan GLP-1 dan dianggap berhubungan dengan penurunan berat badan serta
peningkatan rasa kenyang. Kadar glukagon dalam penelitian ini dalam kadar tidak terlalu
mengalami penurunan dikarenakan tingginya reaksi katabolik
Kelebihan diet Paleo
Penelitian yang dilakukan oleh Otten et al (2017) membandingkan diet paleo dengan atau
tanpa latihan fisik 1 jam selama 3 kali seminggu (aerobik dan latihan daya tahan) pada 32
subjek dengan diabetes mellitus:
1. Diet paleo saja cukup signifikan untuk menurunkan massa lemak dan meningkatkan
keseimbangan metabolik terutama sensitivitas insulin, indeks glikemik dan leptin.
2. Penurunan HbA1c sebesar 0,4% dibandingkan diet diabetes yang tradisional.
3. Penambahan aktivitas fisik kurang memberikan dampak tambahan namun dapat menjaga
massa tanpa lemak pada laki-laki dan meningkatkan daya tahan kardiovaskuler
Penelitian lain oleh Otten et al (2018) mengenai perbandingan diet paleo dengan atau tanpa aktivitas fisik
terhadap deposisi lemak ektopik dan sensitivitas insulin :
1. Diet paleo yang rendah karbohidrat dan tinggi kandungan MUFA-PUFA efektif dalam menurunkan
kandungan lemak ektopik seperti di liver dan di otot.
2. latihan fisik juga tidak memberikan dampak signifikan dalam menurunkan lemak liver dibandingkan
dengan diet paleo saja
Kekurangan diet Paleo
1. Metode diet paleo yang menghindari konsumsi gandum dan polong mengubah profil serat
yang bisa dikonsumsi dan dapat menurunkan asupan Resistant Starch (RS) yang
meningkatkan penanda kesehatan usus seperti peningkatkan SCFAs. Penurunan RS juga
berhubungan dengan penurunan bakteri di usus seperti Bifidobacterium yang berperan
menyebabkan IBS dan obesitas.
2. Eliminasi sumber protein seperti gandum, produk susu dan polong menyebabkan tingginya
konsumsi protein hewan sehingga dapat meningkatkan kadar Trimethylamin-N-oxide
(TMAO) di serum yang berhubungan dengan kejadian penyakit serebrovaskular dan plak
aterosklerotik di model hewan maupun manusia
Diet paleo juga berhubungan dengan defisiensi iodin karena diet paleo tidak mengonsumsi
garam.
Penelitian yang dilakukan oleh Manousou et al (2018) membandingkan kadar iodin subjek
dengan diet paleo dan NNR menunjukkan subjek dengan diet paleo mengalami penurunan 24
urinary iodine concentration (24-UIC) dan penurunan FT3 di bulan ke 6
Intermittent Fasting
3 tipe intermittent fasting yaitu Alternate Day Fasting (ADF), the 5:2 diet dan
Time-restricted Feeding (TRF).
• ADF: mencakup hari puasa dimana pada hari itu asupan energi sangat
dibatasi dan hari dimana asupan kalori tidak dibatas atau ad libitum.
• the 5:2 diet: variasi dari ADF dimana mencakup 2 hari puasa diikuti dengan
5 hari ad libitum dalam seminggu.
• TRF: mencakup eating window beberapa jam sehari dan puasa di sisa jam
dalam sehari. Selama eating window, individual tidak diharuskan untuk
menghitung atau mengawasi asupan kalori sedangkan saat puasa, individu
tidak boleh mengonsumsi apapun kecuali minuman yang tidak mengandung
kalori.
• Pemilihan waktu eating window yang paling baik masih belum
diketahui secara pasti namun beberapa penelitian menunjukkan
sensitivitas insulin, responsivitas sel beta dan efek termik makanan
paling tinggi saat pagi hari dibandingkan siang dan sore karena itu
eating window yang lebih awal mungkin dapat memberikan efek
metabolisme lebih tinggi.
Kelebihan Time-restricted Feeding
Penelitian yang dilakukan oleh Kesztyus et al (2019) pada 40 individu dengan obesitas:
1. Penurunan lingkar pinggang sebesar rata-rata 5,3±3,1 cm dan penurunan HbA1c sebesar
1,4±3,5 mmol/mol.
2. Meningkatkan kualitas tidur, anti-aging dan menurunkan resiko terjadinya kanker payudara

Metode TRF terbukti cukup bisa ditoleransi dengan tingkat kepatuhan yang cukup tinggi
terutama untuk periode yang singkat, terbukti dari:
Penelitian yang dilakukan oleh Gabel et al (2018) kepada 23 subjek dengan obesitas selama 12
minggu  penurunan berat badan dan tekanan darah sistolik
Angka dropout bukan karena metode dietnya, karena TRF terbukti dapat menurunkan asupan
kalori hingga 300 kkal/hari tanpa harus menghitung jumlah asupan kalori harian, sehingga
lebih memungkinkan untuk dilakukan oleh individu dengan obesitas yang kesusahan
mengurangi asupan kalori harian pada metode restriksi kalori
Kelebihan Time-restricted Feeding
Penelitian lain yang dilakukan oleh Zouhal et al (2020) mengenai Ramadhan Intermittent Fasting (RIF)
selama 30 hari kepada 30 subjek laki-laki dengan gaya hidup sedenter:
Penurunan massa lemak terutama lemak viseral dan perubahan hormon-hormon seperti peningkatan
leptin, penurunan Glucagon-like Peptide 1 (GLP-1), Peptide YY dan Cholecystokinin (CCK) tanpa perubahan
dari ghrelin

Penelitian lain yang berhubungan dengan RIF dilakukan oleh Aksungar et al (2016) kepada 23 subjek perempuan dengan
Indeks Masa Tubuh (IMT) 29-39 selama total 24 bulan kombinasi antara restriksi kalori dan IF :
1. Penurunan berat badan sebesar 1250±372 gram setiap bulan selama restriksi kalori, sedangkan hanya mengalami
penurunan sebesar 473±146 gram
2. Namun IF terbukti dapat meningkatkan resistensi neuronal terutama dalam proses penuaan untuk menghindari
penyakit Alzheimer dan Parkinson. Selain itu meskipun IF hanya dilakukan 1 bulan, efeknya bertahan selama 11
bulan.
Metode IF tidak selalu dianggap sebagai metode penurunan berat badan namun lebih ke program
regenerasi atau detoksifikasi
Kelebihan Alternate Day Fasting
Penelitian yang dilakukan oleh Ooi dan Pak (2019) terhadap dewasa yang sehat
menunjukkan penurunan berat badan dan penanda inflamasi akut dalam
periode waktu singkat namun tidak memengaruhi rasio lemak tubuh dan profil
lipid

Penelitian lain dilakukan oleh Varady et al (2013) terhadap 32 subjek dengan


berat badan normal atau lebih menunjukkan efektifitas ADR dalam penurunan
berat badan dan efek kardioproteksi melalui penurunan triasilgliserol, CRO dan
leptin.
Kekurangan Alternate Day Fasting
Penelitian yang dilakukan oleh Pinto et al (2019) yang melakukan
pembandingan restriksi kalori dan ADR tidak memberikan perbedaan dari hasil
restriksi dan ADR dari segi penurunan berat badan maupun dari profil lipid

Penelitian lain oleh Trepanowsky et al (2017) terhadap 100 subjek obesitas yang menunjukkan
tidak ada perbedaan antara subjek yang melakukan ADR dan restriksi kalori pada bulan ke 6
dan bulan ke 12 terutama dari segi penurunan berat badan, tekanan darah, kadar glukosa
puasa, resistensi insulin, penanda inflamasi akut dan trigliserida.
Selain itu angka droput lebih tinggi pada ADR dibandingkan kelompok restriksi kalori dan
kontrol
Plant-based diet
• PBDs adalah diet yang menggunakan bahan dasar biji-bijian dan kacang-kacangan.
• Pola diet PBD adalah
1. Diet vegan (mengeksklusi semua produk hewani)
2. vegetarian (veg/ mengeksklusi semua produk hewani dan seafood, tetapi masih
konsumsi telur dan produk susu)
3. pesco-vegetarian (pesco-veg/ menghindari semua produk hewani kecuali
seafood)
4. semi-vegetarian (semi-veg/ mengkonsumsi hewani sesekali)
5. omnivore (omni/ tidak ada makanan yang dieksklusi).
Deskripsi tiap jenis diet PBD
Kelompok diet Definisi pola diet Contoh makanan
Tidak mengkonsumsi produk hewani apapun. Menekankan Sarapan: oatmeal + kayu manis + susu kedelai + stroberi
Vegan makanan berbasis tumbuhan (buah, sayur, whole grains,
Makan siang: sandwich hummus + selada + tomat + mustard + roti whole grain &
keripik jagung & wortel
kacang) Makan malam: taco whole wheat, kacang hitam, paprika, salsa + salad buah

Tidak mengandung daging, ikan, unggas. Sarapan: oatmeal dengan kayu manis & 1% susu ditambah stroberi
Veg Masih mengkonsumsi telur dan produsk susu + produk berbasis Makan siang: sandwich hummus + selada + tomat + + keju feta rendah lemak +
mustard + roti whole grain & keripik jagung & wortel
tumbuhan Makan malam: taco whole wheat, kacang hitam, paprika, keju cheddar rendah
lemak, salsa + salad buah

Tidak makan daging atau unggas, tetapi makan seafood + Sarapan: oatmeal dengan kayu manis & 1% susu ditambah stroberi
Pesco-veg produk tumbuhan
Makan siang: sandwich hummus + selada + tomat + + keju feta rendah lemak +
mustard + roti whole grain & keripik jagung & wortel
Makan malam: taco whole wheat, ikan, paprika, keju cheddar rendah lemak, salsa
+ salad buah

Mengandung semua makanan termasuk daging, unggas, Sarapan: oatmeal dengan kayu manis & 1% susu ditambah stroberi
Semi veg seafood + produk tumbuhan, tetapi daging merah dibatasi 1
Makan siang: sandwich hummus + selada + tomat + + keju feta rendah lemak +
mustard + roti whole grain & keripik jagung & wortel
kali/minggu dan unggas 5 kali/minggu atau kurang Makan malam: taco whole wheat, ayam, paprika, keju cheddar rendah lemak,
salsa + salad buah

Semua jenis makanan Sarapan: oatmeal dengan kayu manis & 1% susu ditambah stroberi
Omni Makan siang: sandwich dada ayam + selada + tomat + keju feta rendah lemak +
mustard + roti whole grain & keripik jagung & wortel
Makan malam: taco whole wheat, stik sapi, paprika, keju cheddar rendah lemak,
salsa + salad buah
Penelitian PBD
Gabrielle dkk melakukan penelitian randomisasi pada 5 kelompok diet PBDs
tersebut untuk melihat perbedaannya dalam penurunan BB dengan intervensi 2
bulan penurunan berat badan dengan 4 bulan periode kunjungan/follow up. Orang
dewasa overweight atau obes (IMT 25 – 49,9 kg/m2) yang ingin menurunkan BB,
berusia 18-65 tahun dengan status medis yang stabil.
Hasil signifikan yang didapatkan adalah penurunan BB pada ke 5 kelompok dalam 2 bulan dan 6
bulan kunjungan, dengan penurunan terbesar pada kelompok vegan (-7,5%), diikuti veg (-6,3%),
pesco-veg (-3,2%± 3,4), semi veg (-3,2%±3,8) dan omni (3,1%).
Peserta vegan mengalami penurunan kadar lemak dan lemak jenuh dibandingkan kelompok lain
pada bulan ke 2 dan ke 6.
Vegan jmengalami peningkatan kadar serat dan penurunan kolestrol dibandingkan kelompok lain
• Mengubah pola diet menjadi PBDs tampaknya protektif terhadap kenaikan berat
badan. Terdapat asosiasi yang positif dari konsumsi daging hewani total dan
kenaikan BB setelah menyesuaikan asupan energi: peningkatan 250 g/hari
hewani menghasilkan 2 kg kenaikan BB dalam 5 tahun.

Penelitian kohort pada 49,098 dewasa di Taiwan menunjukkan persentase peserta


dengan BMI ≥ 27 kg/m2 secara signifikan lebih rendah pada vegetarian (10,9%)
dibandingkan non veg (15,4%). Penelitian ini juga menemukan bahwa risiko
obesitas menurun 7% pada diet vegan
• PBDs dapat menyediakan nutrisi adekuat pada semua tahap
kehidupan termasuk lanjut usia. Penelitian pada dewasa yang tua
menemukan bahwa PBDs memiliki densitas nutrien yang lebih tinggi
dibandingkan diet omni, tetapi mencapai asupan adekuat nutrien
tertentu agak sulit, karena berkurangnya asupan kalori pada lanjut
usia.
• Nutrien yang perlu diperhatian pada lansia adalah zinc, kalsium, besi,
dan vitamin B12. Lansia mungkin memiliki kesulitan absorpsi vitamin
B12, maka suplementasi direkomendasikan.
• Mishra dkk melakukan penelitian kepada karyawan dari 10 perusahaan besar di
Amerika Serikat dengan IMT ≥25 kg/m2 dan atau terdiagnosa DMT2 mengikuti
diet vegan rendah lemak dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak
merubah pola makannya selama 18 minggu.
• Penurunan berat badan yang tampak dapat disebabkan oleh rasa kenyang yang
dirasakan lebih cepat karena tingginya asupan serat. Peningkatan sensitivitas
insulin dalam sel dapat memetabolisme glukosa lebih cepat dibandingkan
disimpan menjadi lemak, oleh karena itu diet vegan menunjukkan peningkatan
pembakaran kalori post prandial
1. Berat badan rerata menurun sebanyak 2,9 kg pada kelompok vegan dan 0,05 kg pada kontrol.
2. IMT turun sekitar 1,04 kg/m2 pada vegan dan 0,01 kg/m2 pada kontrol.
3. Perubahan kolestrol total adalah se-8,0 mg/dl pada vegan dan -0,01 mg/dl pada kontrol. Kolestrol LDL turun
8,1 mg/dl pada vegan dan 0,9 mg/dl pada kontrol. Kolestrol HDL menurun 1,8 mg/dl pada vegan dan
meningkat 0,9 mg/dl pada kontrol.
4. Trigliserida menurun 9,9 mg/dl pada vegan dan 1,4 mg/dl pada kontrol.
• Kahleova dkk melakukan penelitian pada 75 peserta dewasa dengan IMT antara
28-10 kg/m2. Peserta vegan mengkonsumsi protein nabati secara signifikan lebih
banyak (efek terapi +19,2 gram) dan penurunan asupan protein hewani (efek
terapi -36,2 g).
• Asam amino esensial lebih banyak ditemukan pada protein hewani. Tetapi,
asupan tinggi asam amino non-esensial dihubungkan dengan down regulation
dari sekresi insulin sehingga meningkatkan sekresi glucagon dan memicu
gluconeogenesis  penurunan BB dan LDL

Penurunan IMT dan BB terlihat pada kelompok vegan (efek terapi -6,5; interval kepercayaan -8,9 -
-4,1 kg/m2, p<0,001). Massa lemak dan volume lemak visceral juga berkurang pada kelompok vegan
(efek terapi -224; CI 328 - -120 cm3, p <0,001). Hanya kelompok vegan yang menunjukkan
penurunan HOMA-IR secara signifikan (efek terapi -1,0; CI -1,2 - -0,8; p = 0,004)
• Diet WFPB adalah diet tinggi densitas mikronutrien dan rendah lemak
(7-15% total energi). Intervensi sebelumnya menggunakan diet WFPB
(tunggal, disertai latihan fisik dan reduksi stress) telah menunjukkan
perbaikan dari penyakit jantung iskemik, perbaikan dari kontrol
glikemik, penurunan BB.
• Wright dkk meneliti efektivitas dari suatu program diet berbasis
komunitas dengan hasil akhir IMT dan kolestrol yang diukut pada 6
bulan berikutnya. Peserta yang dimasukkan penelitian adalah berusia
35-70 dan memiliki status gizi obes (IMT ≥30 kg/m2) atau overweight
(IMT ≥25 kg/m2) dengan penyakit tertentu.
Hasil IMT didapatkan lebih rendah secara signifikan pada kedua waktu pada kelompok intervensi (-
4,4 pada 6 bulan, -4,2 pada bulan 12). Berat badan pada kelompok intervensi berkurang -12,2 kg
pada 6 bulan dan -11,5 kg pada 12 bulan. Kadar kolestrol secara signifikan berkurang pada
kelompok intervensi pada tiap waktu pengambilan data (0,71 mmol/l pada 6 bulan, 0,55 mmol/l
pada 12 bulan).

Kelompok intervensi mengalami penurunan HbA1c sebanyak 5 mmol/mol pada bulan ke 6 dan 2
peserta intervensi bebas diagnosis DMT2 setelah 6 bulan.
Hasil sekunder yang didapatkan adalah penggunaan obat selama 6 bulan yang tampak berkurang
pada kelompok intervensi yaitu dari 94 menjadi 74 pada 6 bulan, dan menjadi 67 pada 12 bulan
(29% menurun), sedangkan kelompok kontrol menunjukkan peningkatan penggunaan obat dari 74
menjadi 80 pada 6 bulan (8% meningkat)
• Penelitian oleh Banard dkk membandingkan diet restriksi kalori
American Diabetes Association (ADA) dengan diet vegan ad libitum
pada 49 subjek selama 74 minggu. Keduanya mengkonsumsi kalori
yang serupa (1366 kkal vegan vs 1422 kkal ADA), tidak terdapat
perbedaan antara BB antar 2 kelompok.

Penurunan HbA1c secara signifikan pada vegan dibandingkan ADA (-0,40% vegan vs
+0,01% ADA).
Subhjek vegan memiliki pengurangan lingkar pinggang sebesar -4,2 cm
dibandingkan ADA -1,8 cm, yang berarti berkurangnya massa lemak.
Mekanisme fisiologis dan biokimiawi yang berpotensi berkontribusi
terhadap penurunan lemak tubuh pada pasien overweight dan obes
pada PBDs
Serat & fermentasi mikroba usus
meningkatkan
hormone
difermentasi
Serat dalam meningkatkan kenyang &
mikroba usus
usus halus sintesis SCFA menunda
(Bacteroidetes)
pengosongan
lambung

Konsumsi fermentasi
rasa kenyang Bacteriodetes menyebabkan
produk nabati bakteri usus
absorpsi kalori lebih sedikit
(sekitar 150 kkal), sedangkan
Firmicutes menyebabkan
berkurang menurunkan sintesis TMAO absorpsi kalori yang lebih
konsumsi (trimetilamin-N-oksida) yang banyak (sekitar 150 kkal lebih
produk merupakan jaringan adiposa banyak)
hewani aktif & risikp aterosklerosis
Densitas kalori Contoh:
3 apel, 3 pir atau 3 biskuit oat 
• Peserta yang mengkonsumsi apel & pir
Densitas kalori = kkal/unit berat makanan asupan kalori nya berkurang sebesar 25 &
20 kkal/hari; menurunkan BB signifikan
(-0,92 kg dan -0,84 kg
• biskuit oat yang memiliki kandungan
Makanan PBDs kebanyakan mengandung
berat dari air  densitas kalori rendah serat yang setara (6 gram), tidak
menunjukkan perubahan BB dan asupan
energi.
Produk fermentasi serat oleh bakteri usus Kandungan air dari buah
hanya berkontribusi sekitar 2 kkal/gram memberikan efek kenyang
lebih karena 3 apel dan 3 pir
Makanan PBDs yang memiliki tekstur adalah 300 gram, sedangkan
kering & padat (seperti roti gandum atau biscuit oat hanya memiliki
oatmeal) memiliki densitas kalori lebih
tinggi
60 gram.
Diet Hawaii tradisional (makan umbi, buah, sayur, restriksi konsumsi ayam
dan ikan)  mengurangi asupan energi sehati sebanyak 1,025 kkal

Efek second meal = makanan yang dikonsumsi sebelumnya menekan nafsu


makan pada waktu makan berikutnya sehingga asupan kalori lebih sedikit
• Contoh: 43 laki-laki sehat makan kacang fava & polong  kenyang dan lebih puas dibandingkan
makan protein hewani

Mekanisme efek second meal = serat yang tidak dapat dicerna  membentuk
biturat, propionate, asetat, SCFA  substrat reseptor yang melepas PYY &
GLP-1 (hormone kenyang & penunda pengosongan lambung)
Kandungan lemak pada kacang
Lemak pada kacang tidak berhubungan dengan peningkatan BB

Kacang mengandung banyak lemak tidak jenuh


• Penelitian Piers dkk
• 8 subjek yang diberikan diet tinggi lemak jenuh (24,4% SFA vs
Penelitian kacang
12,5% MUFA) dibandingkan diet tinggi MUFA (11% SFA, walnut 5 g/hari,
22,3% MUFA). hazelnut 7,5 g/hari,
• Kedua diet melebihi kebutuhan kalori (sekitar 3000 kkal/hari; almond atau
3003 kkal pada diet SFA, 2843 kkal pada diet MUFA), tetapi minyak zaitun 50
konsumsi SFA tidak meningkatkan BB secara signifikan (+0,6 g/hari  tidak
kg) dan % lemak tubuh (+0,8) & konsumsi MUFA menurunkan memingkatkan BB
BB secara signifikan (-1,6 kg) dan lemak tubuh (-1,1%)
Sumber makanan tumbuhan kaya
fitokimia
Penelitian dgn ekstrak 370
mg/hari grapefruit, teh hijau,
• Buah beri anggur, wortel hitam, biji guarana
• Anggur selama 12 minggu pada pasien
obes wanita dan laki2 dewasa 
• Bawang penurunan 6,7% massa tubuh &
7,1% massa lemak
• Apel
• Kakao
• Teh hijau Yerba mate/guarana diberikan
pada tikus lemak tinggi 12
• Kedelai minggu 1 gr/kg  menurunkan
BB, massa lemak & ekspresi
• Whole grain PPAR-y
Hormon kenyang pada PBDs

Rasa puas dan kenyang lebih banyak dirasakan pada peserta yang mengkonsumsi
makanan vegan terutama pada peserta sehat non –obes karena konsentrasi
amylin paling tinggi ditemukan setelah konsumsi makanan vegan.

Amilin = untuk metabolism glukosa dan homeostasis energi & merupakan salah
satu signal rasa kenyang

Penelitian menunjukkan sekresi GLP-1 & PYY postprandial lebih tinggi pada pasien
obesitas dibandingkan pasien sehat normal, dan paling tinggi pada pasien DMT2
karena terdapat resistensi GLP-1 (efek incretin hilang pada pasien DMT2)
Apakah peserta penelitian yang ikut uji acak diet vegan/vegetarian memiliki
perbedaan karakteristik, asupan makan, dan aktivitas fisik dibandingkan
peserta kontrol/uji dengan makanan biasa?
Penelitian turner mcgrievy dkk menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada
data dermografis dasar, dan eating behavior inventory (kebiasaan makan) tetapi
kebanyakan peserta diet vegan lebih tua dan IMT lebih tinggi.

Perbedaan paling jelas pada intentional physical activities (dinilai dengan Paffenbarger
kuesioner) dimana pada
• Penelitian yang justru menganjurkan aktivitas fisik rutin teratur memiliki peserta
yang lebih banyak yang memiliki sedentary lifestyle pada awalnya, atau
• pada peserta penelitian yang dianjurkan tidak melakukan kegiatan fisik rutin
teratur justru telah meningkatkan level aktivitas fisiknya sebelum memulai
penelitian.

Anda mungkin juga menyukai