Seiring waktu, anak-anak dan remaja yang overweight dan obesitas juga akan
semakin menambah angka prevalensi obesitas populasi dewasa di dunia
Latar Belakang
• Seiring meningkatnya prevelansi dan kesadaran masyarakat akan
kondisi obesitas dan dampaknya terhadap kesehatan dan psikososial,
muncul pola diet yang ditawarkan di masyarakat fad diets
• Fad diets diet ketogenik, diet paleolitik, intermittent fasting, diet
vegan/plant-based dan lainnya
Pola hidup
• Aktifitas fisik menurun pola hidup sedentary baik dalam pekerjaan, modal transportasi dan seiring
peningkatan urbanisasi
Genetic
• Belum ada teori yang pasti yang dapat ditetapkan pada setiap individu
Patogenesis & Patofisiologi Obesitas
Faktor hormonal dan neural yang berperan dalam regulasi berat badan yang
ditentukan oleh hereditas dan genetik menentukan tingkat kenyang / satiety,
aktifitas makan, ukuran adiposit
Jika defek pada ekspresi atau interaksinya peningkatan berat badan dan
obesitas
• Gen Ob produksi leptin
• Gen adiponectin (ADIPOQ) obesitas atau sindrom metabolik pada diet tinggi lemak jenuh
• Gen FTO (“fat mass and obesity associated” gene) berefek pada massa tubuh & predisposisi
diabetes
• Gen beta3-adrenoreceptor regulasi RMR (Resting Metabolic Rate) dan oksidasi lemak
Patogenesis & Patofisiologi Obesitas
Aktifitas Fisik Tak Adekuat
• Kurangnya exercise dan pola hidup sedentary ditambah dengan kebiasaan overeating yang
kronis menjadi penyebab dari obesitas
Inflamasi
• jaringan adiposa mengalami perubahan menjadi lebih aktif dalam sekresi berbagai macam
sitokin proinflamasi kenaikan berat badan dan resistensi insulin
Persentase lemak tubuh 20-25% atau lebih pada laki-laki dan 25-35% atau
lebih pada perempuan baisanya dianggap berlebih dan dihubungkan
dengan risiko metabolik dari obesitas
Pemeriksaan
• Indeks Bentuk Tubuh A / A Body Shape Indeks (ABSI):
Mengukur lingkar pinggang dan berat serta tinggi badan dalam 1 rumus untuk
menentukan laju mortalitas. ABSI dianggap merupakan prediktor mortalitas yang
lebih baik karena adanya tambahan lemak abdominal yang diukur, yang seiring usia
berubah dari lemak coklat menjadi putih dan menjadi ukuran dari adipositas sentral
dan bentuk tubuh.
• Deposisi lemak
Dua jenis utama dari deposisi lemak yang kini dikenal adalah: lemak subkutan
badan-abdominal (bentuk apel; distribusi lemak android) dan lemak berleebih pada
regio gluteofemoral pada paha dan bokong (bentuk pir; distribusi lemak ginoid).
Komplikasi
• Kanker (payudara, • asma • Gangguan kognitif
endometrium, • chronic back pain ringan
ovarium, kolorektal, • Polycystic ovary
esofageal, renal, • osteoarthritis
Syndrome (PCOS)
pancreas, prostat) • emboli pulmonal
• Impotensi dan
• Diabetes mellitus • penyakit kantong infertilitas
tipe 2 (DMT2) empedu
• Gastroesophageal
• Hipertensi • Resiko disabilitas Reflux disease
• stroke (GERD)
• penyakit arteri
coroner
• gagal jantung
kongestif
Tatalaksana Farmakologi
• Indikasi untuk menggunakan farmakoterapi pada usaha menurunkan berat badan adalah
riwayat gagal untuk mencapai penurunan berat yang bermakna >5% total berat badan
dan untuk menurunkan berat badan lebih lanjut pada pasien yang membutuhkan obat
berdasarkan panduan (IMT ≥27 kg/m2 dengan 1 atau lebih komorbid atau BMI >30 kg/m2
tanpa efek metabolik)
• Panduan pemberian obat untuk menurunkan berat badan.
1.Gaya hidup yang efektif untuk mendukung penurunan berat badan harus tersedia
selama penggunaan obat.
2. Pemberi obat dan pasien harus mengenali obat dan potensi efek sampingnya.
3. Penurunan berat badan tidak bermakna secara klinis setelah 3 – 4 bulan, (didefinisikan
sebagai penurunan sebanyak 4-5% dari berat total pasien (tanpa diabetes); 3% pada
pasien dengan diabetes), maka rencana terapi baru harus diimplementasikan.
Obat yang berdampak pada berat badan dan alternatifnya
Bayi/anak
0-6 bulan 6 61 550 12 34 58 Bayi/anak
7-11 bulan 9 71 725 18 36 82 0-6 bulan 200 100 30 120 500 -
1-3 tahun 13 91 1125 26 44 155 7-11 bulan 250 250 55 200 700 0,6
4-6 tahun 19 112 1600 35 62 220 1-3 tahun 650 500 60 1000 3000 1,2
7-9 tahun 27 130 1850 49 72 254 4-6 tahun 1000 500 95 1200 3800 1,5
Laki-laki 7-9 tahun 1000 500 120 1200 4500 1,7
10-12 34 142 2100 56 70 289 Laki-laki
13-15 36 158 2475 72 83 340 10-12 1200 1250 150 1500 4500 1,9
16-18 56 165 2675 66 89 368 13-15 1200 1250 200 1500 4700 2,2
19-29 60 168 2725 62 91 375 16-18 1200 1250 250 1500 4700 2,3
30-49 62 168 2625 65 73 394 19-29 1100 700 350 1500 4700 2,3
50-64 62 168 2325 65 65 394 30-49 1000 700 350 1500 4700 2,3
64-80 60 168 1900 62 53 309 50-64 1000 700 350 1300 4700 2,3
80+ tahun 58 168 1525 60 42 248 64-80 1000 700 350 1200 4700 2,3
Pada HbA1c
• HbA1c dalam 3 minggu menurun sebesar 0,3 ± 0,7 mg/dL (p<0,001).
Pada Satiety
• Menurunkan ghrelin nafsu makanpun berkurang, meningkatkan energy
expenditure & deposit lemak menurun
• Menurunkan leptin & peningkatan sensitivitas supresi nafsu makan &
penurunan berat badan cenderung berisiko rendah untuk mengalami kenaikan
berat badan kembali
Penelitian yang dilakukan oleh Otten et al (2019) menunjukkan hubungan antara penurunan
berat badan oleh diet paleo dengan perubahan GLP-1, GIP dan glukagon:
Peningkatkan GLP-1 dan dianggap berhubungan dengan penurunan berat badan serta
peningkatan rasa kenyang. Kadar glukagon dalam penelitian ini dalam kadar tidak terlalu
mengalami penurunan dikarenakan tingginya reaksi katabolik
Kelebihan diet Paleo
Penelitian yang dilakukan oleh Otten et al (2017) membandingkan diet paleo dengan atau
tanpa latihan fisik 1 jam selama 3 kali seminggu (aerobik dan latihan daya tahan) pada 32
subjek dengan diabetes mellitus:
1. Diet paleo saja cukup signifikan untuk menurunkan massa lemak dan meningkatkan
keseimbangan metabolik terutama sensitivitas insulin, indeks glikemik dan leptin.
2. Penurunan HbA1c sebesar 0,4% dibandingkan diet diabetes yang tradisional.
3. Penambahan aktivitas fisik kurang memberikan dampak tambahan namun dapat menjaga
massa tanpa lemak pada laki-laki dan meningkatkan daya tahan kardiovaskuler
Penelitian lain oleh Otten et al (2018) mengenai perbandingan diet paleo dengan atau tanpa aktivitas fisik
terhadap deposisi lemak ektopik dan sensitivitas insulin :
1. Diet paleo yang rendah karbohidrat dan tinggi kandungan MUFA-PUFA efektif dalam menurunkan
kandungan lemak ektopik seperti di liver dan di otot.
2. latihan fisik juga tidak memberikan dampak signifikan dalam menurunkan lemak liver dibandingkan
dengan diet paleo saja
Kekurangan diet Paleo
1. Metode diet paleo yang menghindari konsumsi gandum dan polong mengubah profil serat
yang bisa dikonsumsi dan dapat menurunkan asupan Resistant Starch (RS) yang
meningkatkan penanda kesehatan usus seperti peningkatkan SCFAs. Penurunan RS juga
berhubungan dengan penurunan bakteri di usus seperti Bifidobacterium yang berperan
menyebabkan IBS dan obesitas.
2. Eliminasi sumber protein seperti gandum, produk susu dan polong menyebabkan tingginya
konsumsi protein hewan sehingga dapat meningkatkan kadar Trimethylamin-N-oxide
(TMAO) di serum yang berhubungan dengan kejadian penyakit serebrovaskular dan plak
aterosklerotik di model hewan maupun manusia
Diet paleo juga berhubungan dengan defisiensi iodin karena diet paleo tidak mengonsumsi
garam.
Penelitian yang dilakukan oleh Manousou et al (2018) membandingkan kadar iodin subjek
dengan diet paleo dan NNR menunjukkan subjek dengan diet paleo mengalami penurunan 24
urinary iodine concentration (24-UIC) dan penurunan FT3 di bulan ke 6
Intermittent Fasting
3 tipe intermittent fasting yaitu Alternate Day Fasting (ADF), the 5:2 diet dan
Time-restricted Feeding (TRF).
• ADF: mencakup hari puasa dimana pada hari itu asupan energi sangat
dibatasi dan hari dimana asupan kalori tidak dibatas atau ad libitum.
• the 5:2 diet: variasi dari ADF dimana mencakup 2 hari puasa diikuti dengan
5 hari ad libitum dalam seminggu.
• TRF: mencakup eating window beberapa jam sehari dan puasa di sisa jam
dalam sehari. Selama eating window, individual tidak diharuskan untuk
menghitung atau mengawasi asupan kalori sedangkan saat puasa, individu
tidak boleh mengonsumsi apapun kecuali minuman yang tidak mengandung
kalori.
• Pemilihan waktu eating window yang paling baik masih belum
diketahui secara pasti namun beberapa penelitian menunjukkan
sensitivitas insulin, responsivitas sel beta dan efek termik makanan
paling tinggi saat pagi hari dibandingkan siang dan sore karena itu
eating window yang lebih awal mungkin dapat memberikan efek
metabolisme lebih tinggi.
Kelebihan Time-restricted Feeding
Penelitian yang dilakukan oleh Kesztyus et al (2019) pada 40 individu dengan obesitas:
1. Penurunan lingkar pinggang sebesar rata-rata 5,3±3,1 cm dan penurunan HbA1c sebesar
1,4±3,5 mmol/mol.
2. Meningkatkan kualitas tidur, anti-aging dan menurunkan resiko terjadinya kanker payudara
Metode TRF terbukti cukup bisa ditoleransi dengan tingkat kepatuhan yang cukup tinggi
terutama untuk periode yang singkat, terbukti dari:
Penelitian yang dilakukan oleh Gabel et al (2018) kepada 23 subjek dengan obesitas selama 12
minggu penurunan berat badan dan tekanan darah sistolik
Angka dropout bukan karena metode dietnya, karena TRF terbukti dapat menurunkan asupan
kalori hingga 300 kkal/hari tanpa harus menghitung jumlah asupan kalori harian, sehingga
lebih memungkinkan untuk dilakukan oleh individu dengan obesitas yang kesusahan
mengurangi asupan kalori harian pada metode restriksi kalori
Kelebihan Time-restricted Feeding
Penelitian lain yang dilakukan oleh Zouhal et al (2020) mengenai Ramadhan Intermittent Fasting (RIF)
selama 30 hari kepada 30 subjek laki-laki dengan gaya hidup sedenter:
Penurunan massa lemak terutama lemak viseral dan perubahan hormon-hormon seperti peningkatan
leptin, penurunan Glucagon-like Peptide 1 (GLP-1), Peptide YY dan Cholecystokinin (CCK) tanpa perubahan
dari ghrelin
Penelitian lain yang berhubungan dengan RIF dilakukan oleh Aksungar et al (2016) kepada 23 subjek perempuan dengan
Indeks Masa Tubuh (IMT) 29-39 selama total 24 bulan kombinasi antara restriksi kalori dan IF :
1. Penurunan berat badan sebesar 1250±372 gram setiap bulan selama restriksi kalori, sedangkan hanya mengalami
penurunan sebesar 473±146 gram
2. Namun IF terbukti dapat meningkatkan resistensi neuronal terutama dalam proses penuaan untuk menghindari
penyakit Alzheimer dan Parkinson. Selain itu meskipun IF hanya dilakukan 1 bulan, efeknya bertahan selama 11
bulan.
Metode IF tidak selalu dianggap sebagai metode penurunan berat badan namun lebih ke program
regenerasi atau detoksifikasi
Kelebihan Alternate Day Fasting
Penelitian yang dilakukan oleh Ooi dan Pak (2019) terhadap dewasa yang sehat
menunjukkan penurunan berat badan dan penanda inflamasi akut dalam
periode waktu singkat namun tidak memengaruhi rasio lemak tubuh dan profil
lipid
Penelitian lain oleh Trepanowsky et al (2017) terhadap 100 subjek obesitas yang menunjukkan
tidak ada perbedaan antara subjek yang melakukan ADR dan restriksi kalori pada bulan ke 6
dan bulan ke 12 terutama dari segi penurunan berat badan, tekanan darah, kadar glukosa
puasa, resistensi insulin, penanda inflamasi akut dan trigliserida.
Selain itu angka droput lebih tinggi pada ADR dibandingkan kelompok restriksi kalori dan
kontrol
Plant-based diet
• PBDs adalah diet yang menggunakan bahan dasar biji-bijian dan kacang-kacangan.
• Pola diet PBD adalah
1. Diet vegan (mengeksklusi semua produk hewani)
2. vegetarian (veg/ mengeksklusi semua produk hewani dan seafood, tetapi masih
konsumsi telur dan produk susu)
3. pesco-vegetarian (pesco-veg/ menghindari semua produk hewani kecuali
seafood)
4. semi-vegetarian (semi-veg/ mengkonsumsi hewani sesekali)
5. omnivore (omni/ tidak ada makanan yang dieksklusi).
Deskripsi tiap jenis diet PBD
Kelompok diet Definisi pola diet Contoh makanan
Tidak mengkonsumsi produk hewani apapun. Menekankan Sarapan: oatmeal + kayu manis + susu kedelai + stroberi
Vegan makanan berbasis tumbuhan (buah, sayur, whole grains,
Makan siang: sandwich hummus + selada + tomat + mustard + roti whole grain &
keripik jagung & wortel
kacang) Makan malam: taco whole wheat, kacang hitam, paprika, salsa + salad buah
Tidak mengandung daging, ikan, unggas. Sarapan: oatmeal dengan kayu manis & 1% susu ditambah stroberi
Veg Masih mengkonsumsi telur dan produsk susu + produk berbasis Makan siang: sandwich hummus + selada + tomat + + keju feta rendah lemak +
mustard + roti whole grain & keripik jagung & wortel
tumbuhan Makan malam: taco whole wheat, kacang hitam, paprika, keju cheddar rendah
lemak, salsa + salad buah
Tidak makan daging atau unggas, tetapi makan seafood + Sarapan: oatmeal dengan kayu manis & 1% susu ditambah stroberi
Pesco-veg produk tumbuhan
Makan siang: sandwich hummus + selada + tomat + + keju feta rendah lemak +
mustard + roti whole grain & keripik jagung & wortel
Makan malam: taco whole wheat, ikan, paprika, keju cheddar rendah lemak, salsa
+ salad buah
Mengandung semua makanan termasuk daging, unggas, Sarapan: oatmeal dengan kayu manis & 1% susu ditambah stroberi
Semi veg seafood + produk tumbuhan, tetapi daging merah dibatasi 1
Makan siang: sandwich hummus + selada + tomat + + keju feta rendah lemak +
mustard + roti whole grain & keripik jagung & wortel
kali/minggu dan unggas 5 kali/minggu atau kurang Makan malam: taco whole wheat, ayam, paprika, keju cheddar rendah lemak,
salsa + salad buah
Semua jenis makanan Sarapan: oatmeal dengan kayu manis & 1% susu ditambah stroberi
Omni Makan siang: sandwich dada ayam + selada + tomat + keju feta rendah lemak +
mustard + roti whole grain & keripik jagung & wortel
Makan malam: taco whole wheat, stik sapi, paprika, keju cheddar rendah lemak,
salsa + salad buah
Penelitian PBD
Gabrielle dkk melakukan penelitian randomisasi pada 5 kelompok diet PBDs
tersebut untuk melihat perbedaannya dalam penurunan BB dengan intervensi 2
bulan penurunan berat badan dengan 4 bulan periode kunjungan/follow up. Orang
dewasa overweight atau obes (IMT 25 – 49,9 kg/m2) yang ingin menurunkan BB,
berusia 18-65 tahun dengan status medis yang stabil.
Hasil signifikan yang didapatkan adalah penurunan BB pada ke 5 kelompok dalam 2 bulan dan 6
bulan kunjungan, dengan penurunan terbesar pada kelompok vegan (-7,5%), diikuti veg (-6,3%),
pesco-veg (-3,2%± 3,4), semi veg (-3,2%±3,8) dan omni (3,1%).
Peserta vegan mengalami penurunan kadar lemak dan lemak jenuh dibandingkan kelompok lain
pada bulan ke 2 dan ke 6.
Vegan jmengalami peningkatan kadar serat dan penurunan kolestrol dibandingkan kelompok lain
• Mengubah pola diet menjadi PBDs tampaknya protektif terhadap kenaikan berat
badan. Terdapat asosiasi yang positif dari konsumsi daging hewani total dan
kenaikan BB setelah menyesuaikan asupan energi: peningkatan 250 g/hari
hewani menghasilkan 2 kg kenaikan BB dalam 5 tahun.
Penurunan IMT dan BB terlihat pada kelompok vegan (efek terapi -6,5; interval kepercayaan -8,9 -
-4,1 kg/m2, p<0,001). Massa lemak dan volume lemak visceral juga berkurang pada kelompok vegan
(efek terapi -224; CI 328 - -120 cm3, p <0,001). Hanya kelompok vegan yang menunjukkan
penurunan HOMA-IR secara signifikan (efek terapi -1,0; CI -1,2 - -0,8; p = 0,004)
• Diet WFPB adalah diet tinggi densitas mikronutrien dan rendah lemak
(7-15% total energi). Intervensi sebelumnya menggunakan diet WFPB
(tunggal, disertai latihan fisik dan reduksi stress) telah menunjukkan
perbaikan dari penyakit jantung iskemik, perbaikan dari kontrol
glikemik, penurunan BB.
• Wright dkk meneliti efektivitas dari suatu program diet berbasis
komunitas dengan hasil akhir IMT dan kolestrol yang diukut pada 6
bulan berikutnya. Peserta yang dimasukkan penelitian adalah berusia
35-70 dan memiliki status gizi obes (IMT ≥30 kg/m2) atau overweight
(IMT ≥25 kg/m2) dengan penyakit tertentu.
Hasil IMT didapatkan lebih rendah secara signifikan pada kedua waktu pada kelompok intervensi (-
4,4 pada 6 bulan, -4,2 pada bulan 12). Berat badan pada kelompok intervensi berkurang -12,2 kg
pada 6 bulan dan -11,5 kg pada 12 bulan. Kadar kolestrol secara signifikan berkurang pada
kelompok intervensi pada tiap waktu pengambilan data (0,71 mmol/l pada 6 bulan, 0,55 mmol/l
pada 12 bulan).
Kelompok intervensi mengalami penurunan HbA1c sebanyak 5 mmol/mol pada bulan ke 6 dan 2
peserta intervensi bebas diagnosis DMT2 setelah 6 bulan.
Hasil sekunder yang didapatkan adalah penggunaan obat selama 6 bulan yang tampak berkurang
pada kelompok intervensi yaitu dari 94 menjadi 74 pada 6 bulan, dan menjadi 67 pada 12 bulan
(29% menurun), sedangkan kelompok kontrol menunjukkan peningkatan penggunaan obat dari 74
menjadi 80 pada 6 bulan (8% meningkat)
• Penelitian oleh Banard dkk membandingkan diet restriksi kalori
American Diabetes Association (ADA) dengan diet vegan ad libitum
pada 49 subjek selama 74 minggu. Keduanya mengkonsumsi kalori
yang serupa (1366 kkal vegan vs 1422 kkal ADA), tidak terdapat
perbedaan antara BB antar 2 kelompok.
Penurunan HbA1c secara signifikan pada vegan dibandingkan ADA (-0,40% vegan vs
+0,01% ADA).
Subhjek vegan memiliki pengurangan lingkar pinggang sebesar -4,2 cm
dibandingkan ADA -1,8 cm, yang berarti berkurangnya massa lemak.
Mekanisme fisiologis dan biokimiawi yang berpotensi berkontribusi
terhadap penurunan lemak tubuh pada pasien overweight dan obes
pada PBDs
Serat & fermentasi mikroba usus
meningkatkan
hormone
difermentasi
Serat dalam meningkatkan kenyang &
mikroba usus
usus halus sintesis SCFA menunda
(Bacteroidetes)
pengosongan
lambung
Konsumsi fermentasi
rasa kenyang Bacteriodetes menyebabkan
produk nabati bakteri usus
absorpsi kalori lebih sedikit
(sekitar 150 kkal), sedangkan
Firmicutes menyebabkan
berkurang menurunkan sintesis TMAO absorpsi kalori yang lebih
konsumsi (trimetilamin-N-oksida) yang banyak (sekitar 150 kkal lebih
produk merupakan jaringan adiposa banyak)
hewani aktif & risikp aterosklerosis
Densitas kalori Contoh:
3 apel, 3 pir atau 3 biskuit oat
• Peserta yang mengkonsumsi apel & pir
Densitas kalori = kkal/unit berat makanan asupan kalori nya berkurang sebesar 25 &
20 kkal/hari; menurunkan BB signifikan
(-0,92 kg dan -0,84 kg
• biskuit oat yang memiliki kandungan
Makanan PBDs kebanyakan mengandung
berat dari air densitas kalori rendah serat yang setara (6 gram), tidak
menunjukkan perubahan BB dan asupan
energi.
Produk fermentasi serat oleh bakteri usus Kandungan air dari buah
hanya berkontribusi sekitar 2 kkal/gram memberikan efek kenyang
lebih karena 3 apel dan 3 pir
Makanan PBDs yang memiliki tekstur adalah 300 gram, sedangkan
kering & padat (seperti roti gandum atau biscuit oat hanya memiliki
oatmeal) memiliki densitas kalori lebih
tinggi
60 gram.
Diet Hawaii tradisional (makan umbi, buah, sayur, restriksi konsumsi ayam
dan ikan) mengurangi asupan energi sehati sebanyak 1,025 kkal
Mekanisme efek second meal = serat yang tidak dapat dicerna membentuk
biturat, propionate, asetat, SCFA substrat reseptor yang melepas PYY &
GLP-1 (hormone kenyang & penunda pengosongan lambung)
Kandungan lemak pada kacang
Lemak pada kacang tidak berhubungan dengan peningkatan BB
Rasa puas dan kenyang lebih banyak dirasakan pada peserta yang mengkonsumsi
makanan vegan terutama pada peserta sehat non –obes karena konsentrasi
amylin paling tinggi ditemukan setelah konsumsi makanan vegan.
Amilin = untuk metabolism glukosa dan homeostasis energi & merupakan salah
satu signal rasa kenyang
Penelitian menunjukkan sekresi GLP-1 & PYY postprandial lebih tinggi pada pasien
obesitas dibandingkan pasien sehat normal, dan paling tinggi pada pasien DMT2
karena terdapat resistensi GLP-1 (efek incretin hilang pada pasien DMT2)
Apakah peserta penelitian yang ikut uji acak diet vegan/vegetarian memiliki
perbedaan karakteristik, asupan makan, dan aktivitas fisik dibandingkan
peserta kontrol/uji dengan makanan biasa?
Penelitian turner mcgrievy dkk menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan pada
data dermografis dasar, dan eating behavior inventory (kebiasaan makan) tetapi
kebanyakan peserta diet vegan lebih tua dan IMT lebih tinggi.
Perbedaan paling jelas pada intentional physical activities (dinilai dengan Paffenbarger
kuesioner) dimana pada
• Penelitian yang justru menganjurkan aktivitas fisik rutin teratur memiliki peserta
yang lebih banyak yang memiliki sedentary lifestyle pada awalnya, atau
• pada peserta penelitian yang dianjurkan tidak melakukan kegiatan fisik rutin
teratur justru telah meningkatkan level aktivitas fisiknya sebelum memulai
penelitian.