SKENARIO 2
Seorang perempuan berusia 45 tahun sering mengeluh pegal linu pada sendi-sendi tubuh di eluruh
tubuh. Menurut tetangganya, kalau pegal linu dibelikan jamu pegal linu di toko obat. Karena mersa cocok,
pasien tersebut sering membeli jamu pegal linu di toko obat tesebut selama beberapa tahun terakhir setiap
mengalami keluhan. Ternyata, jamu tersebut dinyatakan mengandung obat steroid.
Akhir-akhir ini, pasien merasakn nafsu makannya meningkat dan berat badan nya bertambah
dibandingkan sebelumnya. Muka dan kaki pasien membengkak. Timbul pula garis-garis putih di paha dan
perut. Kemudian pasiean periksa ke dokter dengan keluhan-keluhan di atas. Dari pemeriksaan ditemukan
muka moon face. Dokter mengatakan bahwa kemungkinan pasien mengkonsumsi jamu pegal linu yang
berlebihan. Oleh dokter, pasiean disarankan untuk melakukan pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging
(MRI) pada hipofise-hipotalamus serta pemeriksaan laboratorium ACTH (Adeno Cortiotropic Hormone)
dan kortisol serum. Dokter memberikan terapi smemtara sebelum dirujuk.
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
Penyebab striae secara umum dapat berasal dari Cushing Syndrome, kehamilan, berat
badan yang meningkat secara cepat dan peningkatannya besar, pubertas, Marfan
Syndrome, serta penggunaan kortikosteroid yang irrasional. Pada Cushing Syndrome,
karena terjadi katabolisme protein yang berlebihan, terjadi kekurangan protein dan
pembuluh darah menjadi rapuh serta terlihat striae.
5. Sudah terjawab di no. 3.
6. Belum terjawab pada pertemuan pertama.
7. Cara kerja hormon steroid adalah dengan hipothalamus merelease Corticotrophin Releasing
Hormon (CRH). Pengeluaran CRH dapat menstimulasi hipofise anterior untuk mengeluarkan
hormn ACTH. Hormon ACTH yang dikeluarkan tadi, dapat merangsang korteks adrenal zona
fasiculata untuk mengeluarkan hormon kortisol yang akan bekerja diikat protein atau bisa juga
berada dalam darah. Mekanisme feedback negative adalah mekanisme fisiologis untuk mengatur
kadar kortisol agar tidak berlebihan dengan cara sata kortisol sudah berlebih, maka akan dikirimkan
feedback menuju hipothalamus dan hipofise anterior untuk mengurangi produksi CRH dan ACTH.
8. Pada kasus tersebut, penderita mengarah ke Cushing Syndrome. Hal ini dapat didukung dengan
pemeriksaan MRI dan Pemeriksaan ACTH :
● MRI : adalah pemeriksaan untuk mengecek kerusakan dari hipofise. Hasilnya jika (+) maka
pasien terkena Cushing Disease, adalah keadaan dimana ACTH meningkat akibat
kerusakan di hipofise di sella tursica. Jika hasilnya (-) maka tidak ada gangguan pada
hipofise pasien. Tetapi terjadi gangguan pada organ yang terkait yaitu korteks adrenal dan
menyebabkan hormon kortisol yang berlebih atau hiperkortisoldisme. Untuk hasil (-) harus
dibantu dengan pemeriksaan penunjang lainnya.
● Pemeriksaan ACTH : jika pemeriksaan kadar ACTH hanya mencapai 10 mg/dl maka dapat
digolongkan ACTH non-dependent (adalah kerusakan atau kelainan organ hanya di korteks
adrenal, tidak sampai ke hipofise). Sedangkan kadar ACTH normal di angka 15 mg/dl atau
bahkan lebih dapat menjadi indikasi adanya kerusakan di hipofisis.
9. Diagnosis yang mungkin adalah Cushing Syndrome yang merupakan keadaan dimana kadar
ACTH meningkat dan banyak terdapat di wanita dengan usia 20-40 tahun. Sedangkan Cushing
Disease adalah keadaan ACTH meningkat karena ada kerusakan di hipofise. ACTH dibagi menjadi
:
● Dependent: adalah kadar ACTH yang tinggi akibat ada kerusakan di hipofise.
Dalam kasus dapat terjadi 80% karena tumor dan 20% karena ektopik.
● Non-Dependent :adalah kadar ACTH yang tinggi karena kerusakan bukan di
hipofise tapi terjadi kerusakan di korteks adrenal. Dalam kasus 60% akibat tumor
jinak adrenal, 35% akibat tumor ganas adrenal dan 5% akibat adanya kerusakan
yang disebabkan faktor lain.
10. Pada kasus, edukasi yang dapat diberikan ialah menjelaskan kepada pasien untuk tidak
sembarangan meminum obat, perlu dicari lebih dahulu mengenai komposisi dari obat tersebut,
Apabila nyeri amat parah, dapat berkonsultasi ke dokter.
11. Pada pertemuan pertama belum terjawab.
12. Pada pertemuan pertama belum terjawab.
13. Contoh obat kortikosteroid adalah prednison, metilprednison, dexametason dan juga
hidrokortison. Dapat berupa oral, injeksi, krim serta inhalasi. Pemberian obat tersebut tidak stagnan
dalam dosisnya, alias dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan. Pada penderita kronis, dapat
diberikan dosis awal yang tinggi dan dapat ditambahkan jika tak terlihat efeknya. Jika tidak urgent,
maka pemberian dosis tinggi dibatasi hanya dalam waktu yang singkat saja.
D. Langkah IV : Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan pernyataan
sementara mengenai permasalahan dalam langkah III
2. Fluorkortikoid
B. Cushing Syndrome
Sindrom cushing adalah sekumpulan gejala dan tanda klinis akibat peningkatan
kadar glukokortikoid ( kortisol) dalam darah.
Gejala klinis
Gejala klinis yang umumnya muncul pada Sindrom Cushing ialah
a. Terbentuknya striae di bagian abdomen
b. Moonface
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan konsentrasi
e. Osteopeni
f. Perlemakan di sekitar jar. Leher
g. Pembengkakan pada kaki
h. Luka susah sembuh
Patofisiologi
Keadaan hiperglukokortikoid pada sindrom Cushing menyebabkan katabolisme protein
yang berlebihan sehingga tubuh kekurangan protein. Kulit dan jaringan subkutan
menjadi tipis, pembuluh-pembuluh darah menjadi rapuh sehingga tampak sebagai stria
berwarna ungu di daerah abdomen, paha, bokong, dan lengan atas. Otot-otot menjadi
lemah dan sukar berkembang, mudah memar, luka sukar sembuh, serta rambut tipis dan
kering.
Tata laksana
1. Penyakit Cushing
Tujuan tata laksana penyakit Cushing adalah mengendalikan hipersekresi hormon
adrenokortikotropik (ACTH) yang bisa ditempuh dengan tindakan bedah, radiasi, dan
obat-obatan.
· Bedah
Tindakan bedah yang dinilai cukup berhasil sekarang ini adalah bedah mikro
transfenoid (transphenoidal microsurgery).
· Radiasi
Ada beberapa cara radiasi yang bisa digunakan seperti radiasi konvensional, gamma
knife radiosurgery, dan implantasi radioaktif dalam sela tursika. Kerugian pemakaian
radiasi ini adalah kerusakan sel-sel yang mensekresi hormon pertumbuhan.
· Obat-obatan
Obat yang digunakan untuk mengendalikan sekresi ACTH misalnya siproheptadin.
Obat ini bisa dipakai sebelum tindakan bedah atau bersama-sama dengan radiasi. Obat
yang digunakan untuk menghambat sekresi glukokortikoid adrenal adalah ketokonazol,
metirapon, dan aminoglutetimid.
C. Cushing Disease
Cushing's disease merupakan salah satu penyebab endogen paling umum dari
Cushing Syndrome. Namun, patofisiologi dari adenoma kortikotropin belum
diketahui hingga saat ini. Cushing disease menunjukkan gejala klinis yang serupa
dengan Cushing syndrome yaitu:
a. Hiperkortisolism
b. Moonface
c. Facial plethora
d. obesitas sentral
e. dll
DAFTAR PUSTAKA
Tan, H. T & Rahardja, K., 2002, ACTH dan Kortikosteroid dalam Obat Obat Penting, Edisi V,
PT Elex Media Komputindo, Jakarta, hal. 679-92.
Katzung, B. G., 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi VIII, Penerbit Salemba Medika,
Jakarta, hal. 573-602.
Hur, K. Y., Kim, J. H., Kim, B. J., Kim, M.-S., Lee, E. J., & Kim, S.-W. (2015). Clinical
Guidelines for the Diagnosis and Treatment of Cushing’s Disease in Korea. Endocrinology and
Metabolism, 30(1), 7. doi:10.3803/enm.2015.30.1.7
Juszczak A, Sulentic P, Grossman A. Cushing’s Syndrome. [Updated 2017 Jul 17]. In: De Groot
LJ, Chrousos G, Dungan K, et al., editors. Endotext [Internet]. South Dartmouth (MA):
MDText.com, Inc.; 2000-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK279088/