Anda di halaman 1dari 27

Sistem Fase Ganda

Sebagian besar unit operasi  Aliran masuk


maupun keluar terdiri dari campuran beberapa
senyawa dan fase.
Proses pemisahan berdasarkan fase biasanya
melibatkan fase gas dan cairan.
Akan dibahas sifat-sifat fisika dan hukum-hukum
yang mengatur tentang sistem fase ganda 
neraca massa dalam sistem pemisahan
Kesetimbangan Fase Komponen Tunggal

Zat murni pada suhu dan tekanan tertentu 


fasa gas, cair, atau padat  tetapi juga dapat
berada dalam dua fase ataupun tiga fase
secara bersamaan.
Untuk menggambarkan keberadaan fase zat
murni pada suhu dan tekanan tertentu 
diagram fase.
Diagram fase air dapat dilihat pada gambar
berikut. 2
Sistem Fase Ganda
Proses pembentukan diagram fasa air

 Air ditempatkan pada silinder


tertutup yang dilengkapi dgn
piston mudah bergerak (tidak
ada gesekan antara piston
dengan dinding silinder).

 Panas dapat masuk dan keluar


dari silinder sehingga suhu
dalam silinder dapat diatur

 Tekanan absolut dalam


silinder dapat diatur dengan
gaya F.
Sistem Fase Ganda

Proses perubahan fase dimulai dari kondisi


sistem 20oC dan tekanan 3 mmHg pada kondisi
uap (lihat diagram fase air). Urutan proses
perubahan fase digambarkan seperti berikut:
 Secara teori hubungan antara tekanan uap zat
murni P* dengan suhu absolut dapat digunakan
persamaan Clapeyron:
dP  H ˆ
 v
dT T (Vˆg  Vˆl )

 T  suhu absolute;
 Vg dan Vl masing masing volume molar gas dan uap
 Ĥ v adalah panas laten penguapan, atau energi
yang diperlukan untuk menguapkan 1 mol cairan
 Harga Hˆ V  Hˆ l  Hˆ v karena harga sangat
Ĥ l kecil
berbanding Ĥ v . Persamaan Clapeyron menjadi
dP 
 Hˆ
VˆV  Vˆl  v
dT TVˆv
 Bila dianggap panas penguapan tidak tergantung

pada T, maka persamaan diatas dapat diintegralkan


sehingga diperoleh persamaan Clausius-Clapeyron:
Hˆ v
ln p  
*
B
RT
 dimana B konstanta. Persamaan ini dapat diplotkan

hubungan linier antara ln p* dan 1/T, dengan slope


Hˆ v . dan intersep B

R
Contoh: tekanan uap benzene yang diukur pada dua
temperature adalah sebagai berikut:
◦ T1 = 7,6oC dan p1* = 40 mm Hg
◦ T2 = 15,4oC dan p2* = 60 mmHg
Hitung parameter persamaan Clausius-Clayperon
dan perkirakan tekanan uap pada 42,2oC.
Penyelesaian:
T ('C) P (mmHg) 1/T (1/K) ln P

7.6 40 0.003562 3.6889


15.4 60 0.003466 4.0943
Persamaan akhir menjadi:
Untuk T = 15,4oC = 288,6K diperoleh:

Dari Perry diperoleh tekanan uap benzen pada suhu 42,2oC adalah
200 mmHg, ini bermakna ada perbedaan antara keduanya sebesar
3,5%.
Persamaan Antoine

B
log p  A 
*

T C

•A, B, dan C adalah konstanta


Estimasi Teka. Uap berdasarkan Diagram Cox
 Plot dua atau lebih tekanan uap suatu zat

dengan tekanan uap air sebagai referensi


pada suhu yang sama 
emplot antara dua atau lebih tekanan uap suatu zat, kemudian tekanan uap air sebagai referensi pada suhu yang sama sehingga diperoleh gambar beriku

 Kemudianpada absis tekanan uap referensi


ganti dengan suhu  hubungan suhu dan
tekanan uap 
 Dalam satu bejana tertutup berisi air (satu
komponen) dan suhu T
◦ Jika T > Tb  uap
Tb  suhu titik didih
◦ T < Tb  cairan
 Lebih dari 1 (satu) komponen ?
Tergantung pada
◦ Contoh  sistem udara (A) – air (W) suhu &jumlah W
◦ Uap air dalam udara pada udara

 udara  gas
 air  cairan mudah menguap
 Uap air dapat mencapai kelembapan 100%.
 Kondisi kesetimbangan  laju penguapan =

laju kondensasi
 Uap ideal:

PH20 = yH20 P
◦ yH20 = fraksi mol uap air
◦ PH20 = tekanan parsial uap air
 Simbol
◦ y : fraksi mol uap
◦ x : fraksi mol cairan
 P* (tekanan uap)  gaya penggerak menjadi cairan  hanya
bergantung pada suhu  P* = f(T)
 PH20 (tekanan parsial)  gaya penggerak menjadi uap
bergantung pada fraksi mol uap
 Jika P* = PH20  jenuh (saturated)

PH20 = P*H2O(T) atau  yH2O P = P*H2O (T)


 Bila fraksi mol air dalam fase uap cukup tinggi atau suhu cukup
rendah  P* kecil  yH2OP > P*H2O(T)  laju kondensasi akan
lebih tinggi dibanding laju penguapan.
 Sebaliknya bila udara kering dan/atau suhu tinggi  yH2OP <
P*H2O(T)  laju penguapan lebih tinggi dibanding laju kondensasi.
 Jika suhu relatif tinggi harga P*H2O(T) akan besar 
meningkatkan penguapan air ke udara dan juga menaikkan
tekanan parsial air di udara.
Humiditi
 Humiditi (absolute humidity) = jumlah air di udara.

  Perbandingan berat air terhadap udara


 Humidity (kg/kg),
H = (mass of water) / (mass of dry air)

Humiditi Jenuh dan Relatif


 Bila udara (P & T) pada keadaan kesetimbangan
termodinamik dengan air  jenuh.
 Fraksi uap air (yo) pada keadaan setimbang ditentukan
dari rumus:yo = P*(T)/P
 Pada keadaan jenuh  humidity udara = Ho
  % humidity adalah 100%.
Persentase humiditi didefinisikan :
%humiditi = H / Ho x 100%
Bila kandungan air kurang dari kandungan setimbang
 % humiditi kurang dari 100%
Humiditi relatif
 udara kurang dari jenuh juga dapat digambarkan

sebagai persentase
 didefinisikan dalam fraksi mol 

Humiditi Relatif(%) = 100 x (fraksi mol air di


udara) / (fraksi mol air di udara jenuh)
 % humidity and humidity relatif tergantung pada
suhu yang menggambarkan jumlah air di udara.
 Relative humidity (relative saturation)

 Molar humidity (molar saturation)

 Absolute humidity (absolute saturation)

 Percentage humidity (percentage saturation)


% humiditi = humiditi relatif x (1-yo) / (1 - y)
 Contoh: Berapa fraksi mol H2O di udara bila hr =
70%, T = 30oC dan P = 1 atm?
 Penyelesaian:
hr = 100% x [PH2O / P*H2O(T)]
hr = 100% x [yH2OP / P*H2O(T)]
T = 30 oC  P*H2O(30) = 31,824 mm Hg (Appendix B
Table B.3 hal. 639)
70% = 100% x [yH2O x (760 mmHg)/(31,824 mmHg)]
0,7 = yH2O x (760 mmHg)/(31,824 mmHg)
yH2O= 0.0293
 Contoh : udara pada suhu 20oC dan tekanan 750
mmHg mempunyai humiditi relatif 80%.
a) Hitung humiditi molal udara
b) Hitung humiditi molal udara ini bila suhunya
dikurangi menjadi 10oC dan tekanan menjadi 35
psi, terjadi kondensasi.
c) Hitung berat air yang terkondensasi dari 1000 ft 3
udara basah di atas dengan adanya pendinginan
dan kompresi seperti pada soal b.
d) Hitung volume akhir udara basah pada soal c.
 Diketahui: Tekanan uap air pada 20oC = 17,55
mmHg dan pada 10oC= 9,2 mmHg
 Penyelesaian
a) Tekanan parsial awal uap air = 0,80 x 17,5 = 14,0 mmHg
Humiditi molal awal = 14/(750-14) = 0,0190
b) Tekanan parsial uap akhir = 9,2 mmHg
760 mmHg atm
 Tekanan total akhir =
(35 psi)  1810 mmHg
14,7 psi atm
 Humiditi molal akhir = 9,2/(1810 – 9,2) = 0,0051
c) Basis perhitungan 1000 ft3 udara basah awal
 Tekanan udara kering awal = 750 – 14 = 736 mmHg
 Volume udara kering pada STP = 1000 x (736/760) x
273/293 = 903 ft3
 Mol udara kering = 903/359 = 2,52 lb mol
 Jumlah air pd keadaan awal = 2,52 x 0,0190 = 0,0478 lb
mol
 Jumlah air keadaan akhir = 2,52 x 0,0051 = 0,0128 lb mol
 Air yang terkondensasi = 0,0350 lb mol = 0,63 lb

Anda mungkin juga menyukai