Anda di halaman 1dari 13

KIMIA ANALISIS I

Kelompok VII
Titrasi Pengendapan

Titrasi merupakan salah satu Dalam proses titrasi


cara yang dilakukan untuk pengendapan, ada beberapa hal yang
mengetahui jumlah zat kimia yang mesti diperhatikan yaitu sebagai
luas pemakaiannya. Pada dasarnya berikut :
cara titrimetri ini terdiri dari 1. Terjadinya kesetimbangan, zat
pengukuran volume larutan pereaksi yang akan ditentukan harus
yang dibutuhkan untuk bereaksi bereaksi secara stoikiometri
secara stoikiometri dengan zat yang dengan zat pentiter,
akan ditentukan. 2. Endapan yang terbentuk harus
cukup sukar larut, sehingga
Larutan pereaksi ini biasanya terjamin kesempurnaan reaksi
diketahui kepekatannya dengan pasti sampai 99,9%,
dan disebut pentiter atau larutan 3. Harus tersedia cara penentuan
baku. titik akhir yang sesuai
Argentometri

Merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam


yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. diperlukan pencapaian
keseimbangan pembentukan endapan yang cepat setiap kali titran
ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu
titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati.

Argentometri melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-,


Br-) dengan ion perak Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai
Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada
umumnya) dengan menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO3.

Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak


mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak
dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag⁺ dari titran akan
bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah
larut AgCl.
Merkurimetri artinya reaksi titrasi
menggunakan garam merkuri (Hg2+ 2+) sebagai

titrannya sementara titrannya biasanya


menggunakan garam-garam halogen, ion CN--,
dan ion CNS-- yang mana dalam hal ini juga
biasanya yang termasuk ke dalam titrat
adalah yang biasanya senyawa yang akan
ditetapkan kadarnya. Dalam hal ini juga,
indikator yang biasa digunakan antara lain Na
nitroprussid, difenil carbazon, dan difenil
carbazid yang mana ketiga indikator tersebut
memiliki pH antara 1,5 – 2

Merkurimetri
Indikator Titrasi Pengendapan

Titrasi argentometri dengan


menggunakan indicator ini biasa disebut
sebagai argentoetri dengan metode Mohr.
Indikator kalium Ini merupakan titrasi langsung titrant
dengan menggunakan larutan standar
kromat K2CrO4 AgNO3. Titik akhir titrasi diamati dengan
terbentuknya endapan Ag2CrO4 yang
brwarna kecoklatan.

Titrasi argentometri dengan indicator


ini disebut sebagai titrasi argentometri
dengan metode volhard. Titrasi ini
Indikator Fe3+ merupakan titrasi tidak langsung dimana
larutan standar AgNO3 ditambahkan
secara berlebih dan kelebihan ini dititrasi
dengan larutan standart SCN-.

Titrasi argentometri dengan indicator


adsorbsi disebut sebagai titrasi
argentometri dengan menggunakan
Indikator adsorbsi metode Fajans. Indikator yang dipakai
adalah indicator adsorbsi Dimana
indicator ini akan berubah warnanya jika
teradsorbsi pada permukaan endapan.
Kurva Titrasi

Asam Kuat dan Basa Kuat

Pada gambar di samping, awalnya pH


naik sedikit demi sedikit. Hal ini dikarenakan
skala naiknya pH bersifat logaritmik dimana
log 10 adalah 1, yang berarti pH 1 mempunyai
keasaman 10 kali lipat dari pada pH 2. Dengan
demikian, konsentrasi ion hidronium pada pH
1 adalah 10 kali lipat konsentrasi ion
hidronium pada pH 2. Kemudian naik tajam di
dekat titik ekivalen.

Gambar kurva titrasi asam kuat basa kuat


Asam lemah dan Basa kuat.

Inilah kurva titrasi yang dihasilkan ketika


asam lemah dititrasi dengan basa kuat.
Kurva titrasi asam lemah dan basa kuat di
samping dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Asam lemah mempunyai pH yang rendah


pada awalnya.
2. pH naik lebih cepat pada awalnya, tetapi
kurang cepat saat mendekati titik ekivalen.
3. pH titik ekivalen tidak tepat 7.

pH yang dihasilkan oleh titrasi asam lemah dan basa kuat lebih dari 7. Pada titrasi
asam lemah dan basa kuat, pH akan berubah agak cepat pada awalnya, naik sedikit demi
sedikit sampai mendekati titik ekivalen. Kenaikan sedikit demi sedikit ini adalah karena
larutan buffer (penyangga) yang dihasilkan oleh penambahan basa kuat. Sifat penyangga
ini mempertahankan pH sampai basa yang ditambahkan berlebihan. Dan kemudian pH
naik lebih cepat saat titik ekivalen.
Asam kuat dan basa lemah

Kurva titrasi asam kuat dan basa lemah di


atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Asam kuat mempunyai pH yang
rendahi pada awalnya.
2. pH naik perlahan saat permulaan,
namun cepat saat mendekati titik
ekivalen.
3. pH titik ekivalen tidak tepat 7.
4. Titik ekivalen untuk asam kuat dan
basa lemah mempunyai pH kurang dari
7.
Asam lemah dan Basa lemah

Asam lemah dan basa lemah


pada gambar di atas tidak
menghasilkan kurva yang tajam,
bahkan seperti tidak beraturan.
Dalam kurva titrasi asam lemah dan
basa lemah ada sebuah titik infleksi
yang hampir serupa dengan titik
ekivalen.
PENAMBAHAN METODE

1. Metode Mohr

Metode ini di pakai terutama dalam penentuan klorida dan bromida.Suatu


larutan klorida dititrasi dengan larutan AgNO3 ,maka akan terjadi :

           Ag+ + Cl-         ->            AgCl

Titik akhir titrasi dapat dinyatakan dengan indicator larutan K22CrO44 dengan ion
Ag+ berlebih menghasilkan endapan merah dari AgCrO 4. Kelebihan dari AgCl yang
berwarna putih mulai berubah warna menjadi kemerah-merahan. Titrasi ini harus
dilakukan dalam suasana netral agar dapat diperoleh dalam keadaan murni. Sebagai
larutan baku primer mempunyai bobot equivalen yang tinggi.
2. Metode Volhard

Titrasi ini dilakukan secara tak langsung di mana ion halogen di


endapkan oleh ion Ag+ berlebih-lebihan.Kelebihan ion perak dititrasi dengan
larutan KCNS atau NH2CNS.Titk akhir titrasi dapat dinyatakan dengan
indicator ion FE3+ yang dengan ion CNS berlebihan menghasilkan larutan
berwarna merah.Titrasi dilakukan dalam suasana asam yang berlebihan.

3. Metode Vajans

Metode ini adalah suatu halogen dengan AgNO3 membentuk endapan


perak halogenida yang pada titik equivalen dapat mengabsorpsi berbagai zat
warna,dengan demikian terjadi perubahan warna. Klorida dapat dititrasi
dengan indicator flouresen bromida,iodide dan thiosianat dapat dititrasi dalam
suasana asam lemah
4. Metode Liebieg

Titrasi ini khusus digunakan dengan CN–.Prinsip reaksinya adalah


pembentukan kompleks Ag argentocyanida yang tidak larut. Jika Ag+ berlebih
direaksikan dengan CN–, maka endapan AgCN yang telah terbentuk akan larut
akan larut kembali karena terbentuknya kompleks Ag(CN)2+. Jika reaksi
pembentukan kompleks tersebut sudah sempurna, maka kelebihan Ag+ akan
menimbulkan komples AgArgentosianidayang tidak larut.
Titik akhir tercapai apabila terbentuk endapan yang tidak larut atau bila
terjadi kekeruhan.

5. Metode Deniges

Metode ini merupakan modifikasi dari metode Liebieg, yaitu dengan


menambahkan KI sebagai indikator dan larutan ammonia encer untuk
melarutkan endapan Ag-cyanida. Kelebihan ion Ag+ setelah bereaksi dengan ion
CN– akan bereaksi dengan I–membentuk endapan AgI yang menunjukkan titik
akhir titrasi.
6. Metode kolthof

Penentuan kadar Zn2+ (sebagai titran) diendapkan dg larutan baku K-


Ferosianida besi(II) sianida, kalium seng besi(II) sianida TAT dapat ditentukan
dengan indikator eksternal seperti uranil nitrat, ammonium molibdat, FeCl 3, dll,
namun diperlukan ketrampilan khusus, sehingga lebih baik gunakan indikator
internal seperti difenilamin, difenilbenzidin, dan difenilaminsulfonat.

Anda mungkin juga menyukai