Anda di halaman 1dari 15

TRAUMA MEDULA

SPINALIS

KELOMPOK 3
1. Pengertian Trauma/Cedera Medula Spinalis

 Medula spinalis terdiri atas 31 segmen jaringan saraf dan masing-masing


memiliki sepasang saraf spinal yang keluar dari kanalis vertebralis melalui
foramen inverterbra. Terdapat 8 pasang saraf servikalis, 12 pasang torakalis, 5
pasang lumbalis, 5 pasang sakralis, dan 1 pasang saraf  kogsigis.
 Trauma spinal atau cedera pada tulang belakang adalah cedera yang mengenai
servikalis, vertebralis dan lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai
tulang belakang, seperti jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan
olahraga, dan sebagainya. Trauma pada tulang belakang dapat mengenai jaringan
lunak pada tulang belakang yaitu ligamen dan diskus, tulang belakang sendiri dan
susmsum tulang belakang atau spinal kord. .Apabila Trauma itu mengenai daerah
servikal pada lengan, badan dan tungkai mata penderita itu tidak tertolong. Dan
apabila saraf frenitus itu terserang maka dibutuhkan pernafasan buatan,
sebelum alat pernafasan mekanik dapat digunakan. (Muttaqin, 2008).
 Trauma medula spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan oleh benturan pada daerah medulla spinalis (Brunner & Suddarth,
2001). Trauma medulla spinalis adalah kerusakan tulang dan sumsum yang
mengakibatkan gangguan sistem persyarafan didalam tubuh manusia yang
diklasifikasikan sebagai : 
 Komplet (kehilangan sensasi dan fungsi motorik total)
 Tidak komplet (campuran kehilagan sensori dan fungsi motorik)
 Trauma Medulla Spinalis adalah Trauma yang terjadi pada jaringan medulla
spinalis yang dapat menyebabkan fraktur  atau pergeseran satu atau lebih
tulang vertebrata atau kerusakan jaringan medulla spinalis lainnya termasuk
akar-akar saraf yang berada sepanjang medulla spinalis sehingga
mengakibatkan defisit neurologi.
 Trauma medulla spinalis dapat terjadi bersamaan dengan trauma pada tulang
belakang yaitu terjadinya fraktur pada tulang belakang, ligamentum
longitudainalis posterior dan duramater bisa robek, bahkan dapat menusuk ke
kanalis vertebralis serta arteri dan vena-vena yang mengalirkan darah
kemedula spinalis dapat ikut terputus .
 Beberapa yang berhubungan dengan trauma medula spinalis seperti :
 Quadriplegia adalah keadaan paralisis/kelumpuhan pada ekstermitas dan
terjadi akibat trauma pada segmen thorakal 1 (T1) keatas. Kerusakan pada
level akan merusak sistem syaraf otonom khsusnya syaraf simpatis
misalnya adanya gangguan pernapasan.
 Komplit Quadriplegia adalah gambaran dari hilangnya fungsi modula karena
kerusakan diatas segmen serfikal 6 (C6).
 Inkomplit  Quadriplegia adalah hilangnya fungsi neurologi karena kerusakan
dibawah segmen serfikan 6 (C6).
 Refpiratorik Quadriplegia (pentaplagia) adalah kerusakan yang terjadi
pada serfikal pada bagian atas (C1-C4) sehingga terjadi gangguan
pernapasan.
 Paraplegia adalah paralisis ekstermitas bagian bawah, terjadi akibat
kerusakan pada segmen parakal 2 (T2) kebawah.
2. Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan
(Medulla Spinalis)

Secara garis besar susunan sistem saraf manusia dijelaskan pada diagram
berikut.
Otak besar
Otak tengah
Otak Otak depan
Sistem saraf Jembatan Varol
pusat Otak kecil
Sistem saraf Sumsum lanjutan
Sadar Sumsum Sumsum tulang
Sistem saraf belakang

31 pasang saraf sumsum tulang


Sistem saraf tepi belakang (saraf spinal)
(kraniospinal)
12 pasang saraf otak (saraf kranial)

Sistem saraf Sistem saraf simpatetik


tidak sadar
Sistem saraf parasimpatetik
(otonom)
a. Medula Spinalis
Medulla Spinalis terdiri dari 31
segmen jaringan saraf dan masing-
masing memiliki sepasang saraf spinal
yang keluar dari kanalis vertebralis
melalui voramina intervertebralis
(lubang pada tulang vertebra). Saraf-
saraf spinal diberi nama sesuai
dengan foramina intervertebralis
tempat keluarnya saraf- saraf
tersebut, kecuali saraf servikal
pertama yang keluar diantara tulang
oksipital dan vertebra servikal
pertama. Dengan demikian, terdapat
8 pasang saraf servikal, 12 pasang
torakalis, 5 pasang saraf lumbalis, 5
pasang saraf skralis, dan 1 pasang
saraf koksigeal.
b. Penyebab atau Etiologi dan Faktor
Resiko trauma Medula Spinalis

 Cedera Medula Spinalis disebapkan oleh trauma langsung


yang mengenai tulang belakang dimana trauma tersebut
melampaui batas kemampuan tulang belakang dalam
melindungi saraf-saraf di dalamnya
 Cedera sumsum tulang belakang terjadi akibat patah tulang
belakang dan terbanyak mengenai daerah servikal dan
lumbal.cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi,
kompressi, atau rotasi tulang belakang.didaerah torakal
tidak banyak terjadi karena terlindung dengan struktur
toraks.
 Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompressi,
kominutif, dan dislokasi, sedangkan kerusakan pada sumsum
tulanmg belakang dapat beruypa memar, contusio, kerusakan
melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran
darah, atau perdarahan.Kelainan sekunder pada sumsum
belakang dapat doisebabkan hipoksemia
dana iskemia.iskamia disebabkan hipotensi, oedema, atau
kompressi.
Menurut Arif muttaqin (2005, hal. 98) penyebab dari cedera  medula spinalis adalah
 Kecelakaan dijalan raya (penyebab paling sering).
 Olahraga
 Menyelan pada air yang dangkal
 Kecelakaan lain, seperti jatuh dari pohon atau bangunan
 Trauma karena tali pengaman (Fraktur Chance)
 Kejatuhan benda keras
 Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi patologis yang menimbulkan
penyakit tulang atau melemahnya tulang. (Harsono, 2000).
 Luka tembak atau luka tikam
 Gangguan lain yang dapat menyebabkan cedera medulla spinalis slompai, yang seperti
spondiliosis servikal dengan mielopati, yang menghasilkan saluran sempit dan
mengakibatkan cedera progresif terhadap medulla spinalis dan akar mielitis akibat
proses inflamasi infeksi maupun non infeksi osteoporosis yang disebabkan oleh fraktur
kompresi pada vertebra, singmelia, tumor infiltrasi maupun kompresi, dan penyakit
vascular.
 Keganasan yang menyebabkan fraktur patologik
 Infeksi
 Osteoporosis
 Mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan saat mengendarai mobil atau sepeda motor.
c. Patofisiologi Trauma Medula Spinalis

 Tulang belakang yang mengalami gangguan trauma dapat menyebabkan kerusakan pada medulla
spinalis, tetapi lesi traumatic pada medulla spinalis tidak selalu terjadi karena fraktur dan
dislokasi. Efek trauma yang tidak langsung bersangkutan tetapi dapat menimbulkan lesi pada
medulla spinalis disebut “whiplash”/trauma indirek.
 Whiplash adalah gerakan dorsapleksi dan anterofleksi berlebihan dari tulang belakang secara
cepat dan mendadak.Trauma whiplash terjadi pada tulang belakang bagian servikalis bawah
maupun torakalis bawah misal; pada waktu duduk dikendaraan yang sedang cepat berjalan
kemudian berhenti secara mendadak. Atau pada waktu terjun dari jarak tinggi, menyelam dan
masuk air yang dapat mengakibatkan paraplegia.
 Trauma tidak langsung dari tulang belakang berupa hiperekstensi, hiperfleksi, tekanan vertical
(terutama pada T.12 sampai L.2), rotasi. Kerusakan yang dialami medulla spinalis dapat
bersifat sementara atau menetap. Akibat trauma terhadap tulang belakang, medula spinalis
dapat tidak berfungsi untuk sementara (komosio medulla spinalis), tetapi dapat sembuh
kembali dalam beberapa hari. Gejala yang ditimbulkan adalah berupa oedema, perdarahan peri
vaskuler dan infark disekitar pembuluh darah. Pada kerusakan medulla spinalis yang menetap,
secara makroskopis kelainannya dapat terlihat dan terjadi lesi, contusio, laserasio dan
pembengkakan daerah tertentu di medulla spinalis.
Akibat suatu trauma mengenai vertebrata mengakibatkan patah tulang belakang. Paling
banyak servikalis, lumbalis. Fraktur dapat berupa  patah tulang sederhana kompresi
dislokasia, sedangkan pada sumsum tulang belakang dapat berupa memar / kontusio laserasi
dengan / tanpa perdarahan. Blok syaraf simpatis pelepasan mediator  kimia iskemia, dan
hipoksemia, syok spinal, gangguan fungsi kandung kemih. Lokasi cedera medula spinalis
umumnya mengenai C1 dan C2,C4,C6, dan T11 atau L2. Trauma medulla spinalis dapat terjadi
pada lumbal 1-5
 Lesi L1: Kehilangan sensorik yaitu sama menyebar sampai lipat paha dan bagian dari
bokong.
 Lesi L2: Ekstremitas bagian bawah kecuali 1/3 atas dari anterior paha.
 Lesi L3: Ekstremitas bagian bawah.
 Lesi L4: Ekstremitas bagian bawah kecuali anterior paha.
 Lesi L5: Bagian luar kaki dan pergelangan kaki.
  
Mekanisme utama terjadinya cedera vertebra adalah karena hiperekstensi, hiperfleksi,
trauma kompresi vertikal dan rotasi, bisa sendiri atau kombinasi. Cedera karena
hiperekstensi paling umum terjadi pada area cervikal dan kerusakan terjadi akibat kekuatan
akselerasi – deselerasi. Cedera akibat hiperfleksi terjadi akibat regangan atau tarikan yang
berlebihan, kompresi dan perubahan bentuk dari medula spinalis secara tiba – tiba
TABEL Kondisi Patologis Saraf Spinal Akibat Cedera

Batas Cedera Fungsi yang Hilang


Hilangnya fungsi motorik dan sensorik
C1 –C 4 leher ke bawah. Paralisis pernafasan,
tidak terkontrolnya bowel dan blader.
Hilangnya fungsi motorik dari atas bahu
ke bawah. Hilangnya sensasi di bawah
C5
klavikula. Tidak terkontrolnya bowel dan
blader.
Hilangnya fungsi motorik di bawah
C6 batas bahu dan lengan. Sensasi lebih
banyak pada lengan dan jempol.
Fungsi motorik yang kurang sempurna
pada bahu, siku, pergelangan dan bagian
dari lengan. Sensasi lebih banyak pada
C7
lengan dan tangan dibandingkan pada
C6. Yang lain mengalami fungsi yang
Batas Cedera Fungsi yang Hilang
Mampu mengontrol lengan tetapi beberapa hari lengan
C8
mengalami kelemahan. Hilangnya sensai di bawah dada.
Hilangnya kemampuan motorik dan sensorik di bawah
dada tengah. Kemungkinan beberapa otot interkosta
T1-T6
mengalami kerusakan. Hilangnya kontrol bowel dan
blader.
Hilangnya kemampuan motorik dan sensasi di bawah
T6 – T12 pinggang. Fungsi pernafasan sempurna tetapi hilangnya
fngsi bowel dan blader.
Hilannya fungsi motorik dari plevis dan tungkai.
L1 – L3 Hilangnya sensasi dari abdomen bagian bawah dan
tungkai. Tidak terkontrolnya bowel dan blader.

L4 – S1 Hilangnya bebrapa fungsi motorik pada pangkal paha,

lutut dan kaki. Tidak terkontrolnya bowel dan blader.

Hilangnya fungsi motorik ankle plantar fleksor.

S2 – S4 Hilangnya sensai pada tungkai dan perineum. Pada


d. Mekanisme Terjadinya Trauma
Medulla Spinalis

1. Fleksi
Trauma terjadi akibat fleksi dan disertai dengan sedikit kompresi pada
vertebra. Vertebra mengalami tekanan berbentuk remuk yang dapat
menyebabkan kerusakan atau tanpa kerusakan ligamen posterior. Apabila
terdapat kerusakan ligamen posterior, maka fraktur bersifat tidak stabil dan
dapat terjadi subluksasi
 
2. Fleksi dan rotasi
Trauma jenis ini merupakan suatu trauma fleksi yang bersama-sama dengan
rotasi. Terdapat strain dari ligamen dan kapsul, juga ditemukan fraktur faset.
Pada keadaan ini terjadi pergerakan kedepan/dislokasi vertebra di atasnya.
Semua fraktur dislokasi bersifat tidak stabil.
3. Kompresi Vertikal (aksial)
Suatu trauma vertikal yang secara langsung mengenai vertebra yang akan
menyebabkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan memecahkan permukaan
serta badan vertebra secara vertikal. Material diskus akan masuk dalam badan
vertebra dan menyebabkan vertebra menjadi rekah (pecah). Pada trauma ini
elemen posterior masih intak sehingga fraktur yang terjadi bersifat stabil
 
4. Hiperekstensi atau retrofleksi
Biasanya terjadi hiperekstensi sehingga terjadi kombinasi distraksi dan
ekstensi. Keadaan ini sering ditemukan pada vertebra servikal dan jarang pada
vertebra torako-lumbalis. Ligamen anterior dan diskus dapat mengalami
kerusakan atau terjadi fraktur pada arkus neuralis. Fraktur ini biasanya bersifat
stabil.
 
5. Fleksi lateral
Kompresi atau trauma distraksi yang menimbulkan fleksi lateral akan
menyebabkan fraktur pada komponen lateral, yaitu pedikel, foramen vertebra, dan
sendi faset.
 
6. Fraktur dislokasi
Suatu trauma yang menyebabkan terjadinya fraktur tulang belakang dan
terjadi dislokasi pada ruas tulang belakang
 
SEKIAN DARI KELOMPOK 3
SALAM KIND3R7OY

Anda mungkin juga menyukai