Jika: di Jepang ada washi, di Korea ada hanji, dan di Mesir ada
papyrus, maka di Indonesia ada daluwang sebagai kertas khas
Nusantara.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa serat kayu daluwang
tergolong dalam pohon paper mulberry adalah serat yang paling
bagus sebagai media tulis ada POTENSI u/ dikembangkan sbg
media ESTETIK/SENI & bahan dasar TALI.
Dalam konteks dunia pernaskahan, serat murni daluwang kini banyak
digunakan di berbagai pusat restorasi dan pengarsipan di dunia
karena proses pembuatannya BEBAS ASAM mampu BERTAHAN
LAMA UNDANG-UNDANG TANJUNG TANAH ( + 1400 M ) & Kozo
(sebutan kertas daluwang di Jepang mampu bertahan selama 1300
Latar Belakang #2
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah daerah Kampung Tunglis, Desa Cinunuk, Garut – Jawa Barat; Pesantren Tegal
Sari di Kecamatan Jetis, Ponorogo – Jawa Timur; serta Ambunten, dan Gulu-gulu di Sumenep – Jawa Timur.
B. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah masyarakat atau orang-orang yang bertempat tinggal di daerah Kampung
Tunglis, Desa Cinunuk, Garut; Pesantren Tegal Sari di Kecamatan Jetis, Ponorogo; serta Ambunten, dan
Gulu-gulu di Sumenep, Jawa Timur.
Sampel penelitian ini adalah orang-orang tua atau muda yang diperkirakan memiliki pengetahuan terkait
dengan pembuatan kertas daluwang. Sampel ini ditetapkan sebagai responden. Dalam pemilihan sampel
ini digunakan teknik sampling, yaitu purposive sampling.
C. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian ini merupakan skriptorium penghasil kertas daluwang, yaitu Kampung Tunglis,
Desa Cinunuk, Garut – Jawa Barat; Pesantren Tegal Sari di Kecamatan Jetis, Ponorogo – Jawa Timur; serta
Ambunten, dan Gulu-gulu di Sumenep, Jawa Timur.
Metode Penelitian #2
No Proposal Realisasi
1. Model Pembuatan Model : Cara & Alat-alat
Pembuat Kertas Daluwang
Para penari mulai beraksi mengelilingi pedupaan yang mengawali upacara adat Balia
Bukti Keberadaan Daluwang #1
Manuskrip Kakawin Ramayana yang berasal dari abad ke-9. Dalam naskah
itu, disebutkan bahwa daluwang sebagai bahan pakaian pandita (sebutan
untuk orang yang bijaksana).
Pada abad ke-18, daluwang dipergunakan bukan hanya sebagai pakaian
pandita, melainkan juga kertas suci, ketu (mahkota penutup kepala), dan
pakaian untuk menjauhkan dari ikatan duniawi.
Pra Islam Daluwang
digunakan sbg Media Wayang
Beber
Islam Daluwang Media
tulis pengajaran agama
Abad 19 Daluwang media
Wayang Beber Pacitan
Bukti Keberadaan Daluwang #2
Batu Ike & kayu dari batang enau sebagai pemukul serta balok kayu
besar sbg landasan pukul kulit kayu
Batu Ike yang digunakan sbg pemukul ini diduga sudah ada ribuan
tahun yang lalu (Neolitikum = 10.000 th lalu). Bahkan, diperkirakan
batu Ike ini mrp peninggalan dari orang-orang Austronesia.
Hal ini dibuktikan dg penemuan 5 buah batu Ike oleh Balai Arkeologi
Sulawesi Utara & Tengah di Situs Watunongko Lore Timur, Kabupaten
Poso, Sulawesi Tengah
Upaya
Rekonstruksi
#1
Rekonstruksi #2
Rekonstruksi #3
Rotan yg dibalut
Kuningan dg Karet Ban
/ dalam
Perungg
u
Rekonstruksi
#4
Pembuatan Kertas Daluwang
Ibu Marsudi memperagakan cara mengupas kulit kayu pohon glugu “papermulberry“
Kulit kayu yang sudah dikelupas direndam selama 1 (satu) malam di dalam air agar kulitnya menjadi lunak (= cara ke-1)
Pengukuran panjang, lebar, & tebal kulit kayu sebelum dilakukan pemukulan
Pengukuran lebar kulit kayu setelah dilakukan proses pemukulan tahap pertama (= lembar ke-1)
Tampak panjang kulit kayu (56 cm) sebagai hasil pemukulan tahap ke-2 (= pelebaran bagian lebar kulit kayu)
rbandingan kulit kayu, sebelum dan sesudah proses pemukulan tahap ke-2
Kulit kayu dijemur di terik matahari pada permukaan batang pohon pisang
Ibu Marsudi memperagakan proses penghalusan kertas DALUWANG dengan menggunakan kulit kewuk
FGD ... [ Mba Astri Damayanti – Yayasan Kriya & Prof Sakamoto – Jepang
]
FGD : BAPPENAS – PERPUSNAS – MANASSA Lor
in Hotel, 15 Nov 2018
Naskah Nusantara Koleksi Perpusnas
?
No Jenis Naskah Jumlah
1 Aceh 61
2 Banjar 7
3 Batak 12
4 Bugis 81
5 Gorontalo 2
6 Jawa 247
7 Melayu 303
Present
8 Minang 83
9 Sasak 15
10 Sunda 292
Jumlah 1103
Sumber, Ekadjati (2000). Direktori Edisi Naskah Nusantara. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. Aceh, Riau, Medan, Padang, Palembang, Lampung
Banten, Jakarta, Bandung, Cirebon, Jogja, Solo
Penghimpunan 11.745 Manuskrip, 1.849 Semarang, Surabaya, Malang, Jember,
naskah telah didigitalkan, dan 3.466 Bali, Mataram, Bima, Makasar, Ternate,
naskah telah dikaji. Kutai, Banjarmasin, dll.
Rekomendasi FGD :
Daluwang ditetapkan sbg WBTB (Warisan Budaya Tak Benda) mrp wujud komitmen
Indonesia yang telah meratifikasi Konvensi Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda
(Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage) tahun 2003.
Ratifikasi disahkan melalui Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2007 tentang Pengesahan
Konvensi Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda.
Perlu upaya dari seluruh STAKEHOLDER agar Daluwang Daftar Warisan Budaya Takbenda
UNESCO (UNESCO Intangible Cultural Heritage Lists)
Perlu sosialisasi & diseminasi metode & cara pembuatan daluwang agar pengetahuan +
keterampilan tsb hilang ditelan zaman.
Selain itu, perlu diupayakan juga budidaya papermulbery agar tetap lestari.
Daluwang masih digunakan dalam upacara keagamaan umat Hindu Bali, seperti Ngaben,
dsb
Simpulan
Pertama, dluwang merupakan kertas tradisional Nusantara yang dibuat dengan teknologi
yang sangat sederhana, tetapi mampu menghasilkan kertas yang sudah terbukti sanggup
bertahan lama. Justru proses “primitif” itulah yang membuatnya mampu bertahan lama.
Proses mekanik dalam pembuatan kertas, tanpa pembuburan dan penambahan zat kimia
lain membuatnya acid-free sehingga tidak mudah melapuk padahal ia merupakan bahan
organik. Namun, tentu saja umur sepanjang itu diraih dengan perawatan memadai. Sebagai
bahan organik, ia masih rentan penjamuran, dan lain sebagainya sehingga harus dijaga
agar tidak lembab atau terkena air.
Kedua, saat ini dluwang telah ditetapkan sebagai WBTB (Warisan Budaya Tak Benda). Hal ini
merupakan wujud komitmen Indonesia yang telah meratifikasi Konvensi Perlindungan
Warisan Budaya Tak Benda (Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural
Heritage) tahun 2003. Ratifikasi disahkan melalui Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2007
tentang Pengesahan Konvensi Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda.
Terimakasih