Anda di halaman 1dari 25

SYSTEMIC LUPUS

ERYTHEMATOSUS
Perseptor: Dr. Eddy Haryadi S, Sp.PD
Shiva Valeska A – 4151181480
DEFINISI
 Merupakan penyakit inflamasi sistemik autoimmune kompleks yang ditandai dengan
adanya autoantibody terhadap inti sel, dengan gambaran klinik yang bervariasi
KLASIFIKASI
 Jenis :
 Derajat :

Ringan
• Secara klinis tenang
• Tidak terdapat tanda atau gejala yang mengancam nyawa
• Fungsi organ normal atau stabil
• Contoh: SLE dengan manifestasi arthritis dan kulit

Sedang
• Nefritis ringan sampai sedang (Lupus nefritis kelas I dan II)
• Trombositopenia (20 – 50 x 103/mm3)
• Serositis mayor

Berat
• Jantung: Endokarditis, vaskulitis arteri koronaria, miokarditis
• Gastrointestinal: Pankreatitis, vaskulitis mesenterika
• Ginjal: Nefritis proliferatif dan/atau membranous
• Kulit: Vaskulitis berat, ruam difus disertai ulkus melepuh (Blister)
• Neurologi: Kejang, koma, stroke, neuritis optik
• Hematologi: Anemia hemolitik, neutropenia (leukosit <1000/mm 3), trombositopenia
(<20.000/mm3), purpura trombotik trombositopenia, trombosis vena atau arteri
ETIOLOGI & FAKTOR RISIKO
 Etiologi: Belum sepenuhnya diketahui
 Namun, terdapat beberapa faktor yang berperan dengan terjadinya SLE.

Genetik

Faktor
Hormonal
Risiko

Lingkunga
n
Genetik Hormonal Lingkungan

• Interaksi • DHEA/DHEAS, • Faktor fisik/kimia


(Merokok, sinar UV,
banyak gen Progesteron, obat-obatan)
• Riwayat Testosteron, • Stress emosional
keluarga (+) Estradiol, • Faktor makanan
prolactin (Konsumsi lemak
jenuh berlebih)
• Perempuan • Agen infeksi
usia produktif (Retrovirus, DNA
bakteri/endotoksin)
• Hormon dan
estrogen
lingkungan (Pil
kontrasepsi)
TANDA DAN GEJALA
 Gejala yang pertama muncul dapat berbeda pada setiap orang
 Kecurigaan akan penyakit SLE perlu dipikirkan bila dijumpai 2 (dua) atau lebih kriteria dibawah ini
(American College of Rheumatology, 1999):

 Wanita usia muda


 Gejala konstitusional: Kelelahan, demam (tanpa bukti infeksi), penurunan BB
 Muskuloskeletal: Artritis, artralgia, miositis
 Kulit: Ruam kupu-kupu (Malar rash), fotosensitivitas, lesi membrana mukosa,
alopesia, purpura, urtikaria, vaskulitis
 Ginjal: Hematuria, proteinuria, silinder, sindrom nefrotik
 Gastrointestinal: Mual, muntah, nyeri abdomen
 Paru-paru: pleurisy, hipertensi pulmonal, lesi parenkim paru
 Jantung: Perikardisit, endokarditis, miokarditis
 Retikuloendotelial: Organomegali (limfadenopati, spleenomegali,
hepatomegali)
 Hematologi: Anemia, leukopenia, dan trombositopenia
 Neuropsikiatri: Psikosis, kejang, gangguan kognitif neuropati kranial dan
perifer
BUTTERFLY RASH (KULIT)
PERADANGAN KULIT
(VASKULER)
KRITERIA DIAGNOSIS
 Bila dijumpai 4 atau lebih dari kriteria diatas, diagnosis SLE memiliki sensitivitas
85% dan spesifisitas 95%
 Bila hanya 3 kriteria dan salah satunya ANA positif, maka sangat mungkin SLE
dan diagnosis bergantung pada pengamatan klinis
 Bila hasil tes ANA negatif, maka kemungkinan bukan SLE
 Bila hanya tes ANA positif dan manifestasi klinis tidak ada, maka belum tentu
SLE dan memerlukan observasi jangka panjang
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Hemoglobin, leukosit, HJ, LED*


 Urin rutin dan mikroskopik, protein kuantitatif 24 jam, dan
kreatinin urin bila diperlukan
 Kimia darah (ureum, kreatinin, fungsi hati, profil lipid)*
 PT, aPTT pada sindrom antifosfolipid
 Serologi ANA (Anti nuclear antibody)x, anti-dsDNAz, komplemenz
(C3, C4)
 Foto Polos Thorax

x  Pemeriksaan hanya untuk awal diagnosis, tidak perlu monitoring


*  Setiap 3-6 bulan bila stabil
z  Setiap 3 – 6 bulan pada pasien dengan penyakit ginjal aktif
DIAGNOSIS BANDING

 Undifferentiated connective tissue diseasse


 Sindrom Sjorgen
 Sindom antibodi antifosfolipid (APS)
 Fibromialgia (ANA positif)
 Purpura trombositopenik idiopatik
 Lupus imbas obat
 Artritis reumatoid dini
 Vaskulitis
IMUNOPATOGENESIS
TATALAKSANA
NONFARMAKOLOGI

1. Edukasi
Diarhakan untuk memangkas dampak stigmata
psikologik.
Edukasi terkait:
- Perjalanan penyakit dan kompleksitasnya
- Mengurangi atau mencegah kekambuhan
- Mengenali bila adanya infeksi
- Pengaturan diet
2. Program Rehabilitasi
- Secara garis besar, tujuan, indikasi, dan teknis pelaksanaan program rehabilitasi
melibatkan beberapa maksud dibawah ini:
a) Istirahat
b) Terapi fisik
c) Terapi dengan modalitas
d) Ortotik
e) Dan lainnya

- Modalitas fisik seperti pemberian panas atau dingin diperlukan untuk mengurangi
rasa nyeri, menghilangkan kekakuan atau spasme otot. TENS merupakan modalitas
yang juga memberikan manfaat yang cukup besar pada pasien dengan nyeri atau
kekakuan otot.
- Pasien dengan SLE dapat mengalami penurunan masa otot hingga 30% bila
dibiarkan dalam kondisi immobilitas selama lebih dari 2 minggu.
FARMAKOLOGI

Medikamentosa, yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Anda mungkin juga menyukai