Anda di halaman 1dari 27

FARMAKOLOGI NYERI

Referensi
 Wells, B. G., Dipiro, J.T., et al. 2017. Pharmacotherapy Handbook. Tenth Edition.
 DiPiro, et al. 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiology Approach.
 Dipiro, J.T., Wells, B.G., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Posey, L.M.,
2005, Pharmacotherapy, 6th Edition, Appleton ang Lange, New York.
 Dagenais S., Caro J., Haldeman S., 2008. A systematic Review of Low Back Pain
cost of Illness Studies in the United States and Internationally. Spine. Vol : 8. pp :
8-20.
 Wheeler, A.H. 2013. Low Back Pain and Sciatica. Available
from:http://emedicine.medscape.com/article/1144130-overview[Accesed 15
April2013]
 Persatuan Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI).
 Latief, S. A., 2001, Petunjuk Praktis Anestesiolog, Edisi II, Jakarta: Bag.
Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.
 Nanda.2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima Medika.
DEFINISI NYERI

 Nyeri (Pain) berasal dari bahasa Latin yaitu Peone dan dari


bahasa Yunani yaitu Poine yang berarti penalti atau hukuman.
 Nyeri: pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan berhubungan dengan rusaknya jaringan atau
keadaan yang menggambarkan kerusakan jaringan tersebut.
 Berdasarkan definisi tersebut nyeri merupakan suatu gabungan
dari komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan
komponen subjektif (aspek emosional dan psikologi) (IASP).
MORBIDITAS DAN MORTALITAS

 World Health Organization (WHO) tahun 2011,


melaporkan bahwa sekitar 80% orang yang
mengeluh menderita nyeri .

 Diantaranya Low Back Pain merupakan masalah


yang cukup besar karena menurunkan kualitas
hidup sehingga berpengaruh besar pada
pertumbuhan ekonomi di Negara barat (Dagenais,
2008).
Perkembangan Prevalensi Penyakit di Dunia dan di
Indonesia

 Prevalensi nyeri kronis adalah 20% dari populasi dunia, dan di


Eropa tercatat jumlah pasien nyeri sebanyak 55% (JMJ, 2014).

 Prevalensi nyeri akut di inggris mencapai 42% dengan angka


kejadian pada pria sebanyak 17% dan wanita sebanyak 25%
(Murphy, 2015).

 Sembilan dari 10 orang Amerika berusia 18 tahun atau lebih


menderita nyeri minimal sekali dalam satu bulan dan sebanyak
42% merasakannya setiap hari (Latief dalam Sinardja, 2013).
Lanjutan..

 Data Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia


(PERDOSSI) tahun 2002:
 Terdapat 4.456 orang mengalami nyeri
 Sekitar 819 orang (35,86%) dari 4.456 orang tersebut
mengeluhkan nyeri punggung bawah
 Sekitar 1.598 orang menderita nyeri kepala di Indonesia.

 Diperkirakan nyeri kanker dialami oleh sekitar 12,7 juta


orang atau sekitar 5% dari penduduk Indonesia (WHO,
2014).
ETIOLOGI PENYAKIT

 Kelainan yang mengakibatkan rasa nyeri mencakup


 Infeksi
 Inflamasi
 Trauma
 Kelainan degenerasi
 Keadaan toksik metabolik atau neoplasma.
 Meningkatnya tekanan di dinding organ.

 Nyeri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya


yaitu:
 umur,
 lingkungan,
 kelelahan,
 riwayat nyeri sebelumnya, dll.
Lanj..
 Penyakit penyebab nyeri adalah:
- Chondromalacia patellae atau kerusakan tulang rawan di
belakang tempurung lutut.
 Haemarthrosis atau perdarahan di dalam ruang sendi akibat
tempurung lutut retak atau ligamen robek.
 Penyakit asam urat (gout).
 Traumatic synovitis atau peradangan pada jaringan yang
melapisi sendi dan tendon karena cedera.
 Patah tulang.
 Dislokasi sendi yang terjadi secara berulang.
 Kanker
 Infeksi.
 Hemofilia
 Avascular necrosis. Kondisi yang ditandai dengan gejala
kerusakan tulang akibat kurangnya pasokan darah.
PATOFISIOLOGI NYERI

(Bahrudin, 2018).
Lanjutan..

• Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung


syaraf.

• Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor (nosiceptor).

• Mekanismenya sebagai berikut ;


- Sumber mengeluarkan zat kimia bradykinin, prostaglandin
- Reseptor nyeri akan menerima rangsangan nyeri
- Impuls kemudian dibawa ke spinal cord melalui nervus ke
kornu dorsalis
- Dilanjutkan ke traktus spinothalamikus
- Pesan diterima oleh thalamus sebagai pusat sensori pada otak
- dan selanjutnya impuls dikirim ke korteks serebri dimana
intensitas dan lokasi nyeri dirasakan.
MANIFESTASI KLINIS

 Gangguan Tidur
 Posisi menghindari nyeri
 Gerakan menghindari nyeri
 Raut wajah kesakitan
 Perubahan nafsu makan
 Tekanan darah meningkat
 Denyut nadi meningkat
 Pernafasan meningkat
 Depresi, frustasi
Lanjutan..
• Manifestasi klinis nyeri harus ditangani oleh asesmen nyeri yang tepat.

• Karakterisasi dasar nyeri dapat diperoleh dengan menilai karakteristik PQRST.

• Perhatian juga harus diberikan kepada faktor mental yang mengubah ambang
nyeri.

• Kecemasan, depresi, kelelahan, marah, dan takut secara khusus diketahui dapat
menurunkan ambang batas ini.

Tabel 1: Karakteristik P, Q, R, S, T (Dipiro, 2008).


Diagnosis: Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium

 Pemeriksaan Fisik
A. Pemeriksaan umum.
 Tanda vital: tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu
tubuh.
 Periksa apakah terdapat lesi / luka di kulit seperti jaringan
parut akibat operasi, hiperpigmentasi, ulserasi, tanda bekas
jarum suntik.
 Perhatikan juga adanya ketidaksegarisan tulang
(malalignment), atrofi otot, fasikulasi, diskolorasi, dan
edema (Kurniawan, S.N, 2015).
Lanjutan..

B. Pemeriksaan sendi.
 Menilai kesimetrisan sendi
 Nilai dan catat pergerakan aktif semua sendi
 Perhatikan adanya keterbatasan gerak, diskinesis, raut
wajah meringis, atau asimetris.
 Nilai dan catat pergerakan pasif dari sendi yang
terlihat abnormal / dikeluhkan oleh pasien (saat
menilai pergerakan aktif).
 Palpasi setiap sendi untuk menilai adanya nyeri
 Pemeriksaan stabilitas sendi untuk mengidentifikasi
adanya cedera ligament (Kurniawan, S.N, 2015).
Lanjutan..

C. Pemeriksaan motorik.
 Nilai dan catat kekuatan motorik pasien dengan
menggunakan kriteria di bawah ini.
Derajat Definisi

5 Tidak terdapat keterbatasan gerak, mampu melawan tahanan kuat

4 Mampu melawan tahanan ringan

3 Mampu bergerak melawan gravitasi

2 Mampu bergerak / bergeser ke kiri dan kanan tetapi tidak mampu melawan gravitasi

1 Terdapat kontraksi otot (inspeksi / palpasi), tidak menghasilkan pergerakan

0 Tidak terdapat kontraksi otot


 Numeric Rating Scale. Lanjutan..
 Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun yang
dapat menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang
dirasakannya.

 Wong Baker FACES Pain Scale.


 Indikasi: Pada pasien (dewasa dan anak > 3 tahun) yang tidak dapat menggambarkan
intensitas nyerinya dengan angka, gunakan asesmen. 
 Instruksi: pasien diminta untuk menunjuk / memilih gambar mana yang paling sesuai
dengan yang ia rasakan. Tanyakan juga lokasi dan durasi nyeri.
 0 – 1  = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali.
 2 – 3 = sedikit nyeri.
 4 – 5 = cukup nyeri.
 6 – 7 = lumayan nyeri.
 8 – 9 = sangat nyeri.
 10     = amat sangat nyeri (tak tertahankan).

Sumber: Wong-Baker FACES Foundation


Lanjutan..
- Pemeriksaan sensorik kuantitatif.
a. Pemeriksaan sensorik mekanik (tidak nyeri): getaran
b. Pemeriksaan sensorik mekanik (nyeri): tusukan jarum, tekanan
c. Pemeriksaan sensasi suhu (dingin, hangat, panas)
d. Pemeriksaan sensasi persepsi

- Pemeriksaan radiologi.
A. Foto polos: untuk skrining inisial pada tulang belakang (fraktur,
ketidaksegarisan vertebra, spondilolistesis, spondilolisis, neoplasma).

B. MRI:gold standard dalam mengevaluasi tulang belakang (herniasi diskus,


stenosis spinal, osteomyelitis, infeksi ruang diskus, keganasan, kompresi tulang
belakang, infeksi)

C. CT-scan: evaluasi trauma tulang belakang, herniasi diskus, stenosis spinal.

D. Radionuklida bone-scan: sangat bagus dalam mendeteksi perubahan


metabolisme tulang (mendeteksi osteomyelitis dini, fraktur kompresi yang
kecil/minimal, keganasan primer, metastasis tulang) (Kurniawan, S.N,
2015).
ALGORITMA
TERAPI
NYERI 

(Baumann, 2016)
TERAPI NYERI
Terapi Farmakologi
ANALGESIK NON-
OPIOID
ANALGESIC OPIOID
Lanjutan..

Analgesik Adjuvant
Analgesik adjuvan adalah agen farmakologis yang
berguna dalam pengelolaan nyeri tetapi biasanya tidak
diklasifikasikan sebagai analgesik. Contoh adjuvant
analgesik termasuk antidepresan dan antikonvulsan  
Lanjutan..

TERAPI NON FARMAKOLOGI


 Relaksasi dengan cara dipijat di bagian sekitar luka secara
perlahan
 Kompres Dingin (Cold Pack), Kompres dingin (Cold Pack) eektif
digunakan untuk menurunkan nyeri yang dirasakan oleh pasien.
 Minum air putih yang banyak

 Range of Motion (ROM), diberikan untuk mengatasi gangguan


fungsi gerak, mecegah komplikasi, mengurangi nyeri.
 Relaksasi nafas dalam merupakan salah satu terapi non
farmakologi yang mmberikan efek relaksasi yang dapt
menurunkan skala nyeri.
PEMANTAUAN TERAPI

Manajemen efek samping:


• opioid :
– Mual dan muntah: antiemetic
– Konstipasi: berikan stimulant buang air besar, hindari laksatif yang mengandung
serat karena dapat menyebabkan produksi gas-kembung-kram perut.
– Gatal: pertimbangkan untuk mengganti opioid jenis lain, dapat juga menggunakan
antihistamin.
– Mioklonus: pertimbangkan untuk mengganti opioid, atau berikan benzodiazepine
untuk mengatasi mioklonus.
– Depresi pernapasan akibat opioid: berikan nalokson (campur 0,4mg nalokson
dengan NaCl 0,9% sehingga total volume mencapai 10ml). Berikan 0,02 mg (0,5ml)
bolus setiap menit hingga kecepatan pernapasan meningkat. Dapat diulang jika
pasien mendapat terapi opioid jangka panjang.
• OAINS:
– Gangguan gastrointestinal: berikan PPI (proton pump inhibitor)
– Perdarahan akibat disfungsi platelet: pertimbangkan untuk mengganti OAINS yang
tidak memiliki efek terhadap agregasi platelet.
Lanjutan..
Follow-up / asesmen ulang.
 a. Asesmen ulang sebaiknya dilakukan dengan interval yang teratur.
b. Panduan umum:
   1. Pemberian parenteral: 30 menit
   2. Pemberian oral: 60 menit
   3. Intervensi non-farmakologi: 30-60 menit.

Edukasi pasien:
1. Berikan informasi mengenai kondisi dan penyakit pasien, serta
tatalaksananya.
2. Diskusikan tujuan dari manajemen nyeri dan manfaatnya untuk
pasien
3. Beritahukan bahwa pasien dapat mengubungi tim medis jika
memiliki pertanyaan / ingin berkonsultasi mengenai kondisinya.
4. Pasien dan keluarga ikut dilibatkan dalam menyusun manajemen
nyeri (termasuk penjadwalan medikasi, pemilihan analgesik, dan
jadwal control).
5. Kepatuhan pasien dalam menjalani manajemen nyeri dengan baik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai