maupun horizontal – Penularan vertikal merupakan penularan perinatal (dalam rahim atau selama kelahiran) atau melalui ASI – Penularan horizontal merupakan penularan melalui jarum yang tidak steril (penggunaan obat IV dan Tato) atau hubungan seksual • Bayi umumnya terinfeksi melalui ibunya, • remaja melalui aktivitas seksual atau penggunaan obat IV • Penularan perinatal, infeksi HIV akibat perbaikan deteksi dan terapi maternal, dan terapi bayi baru lahir Patofisiologi • HIV memengaruhi fungsi imun melalui perubahan/gangguan terutama dalam fungsi sel T, tetapi HIV juga mengenai sel B, sel natural killer, dan fungsi monosit/makrofag. • HIV menginfeksi sel CD4 (T-helper) • Virus mereplikasi dirinya melalui sel CD 4 dan menyebabkan disfungsional sel. • Defisiensi imun terjadi akibat penurunan jumlah sel CD4 yang berfungsi dg normal • Awalnya, karena hitung CD4 menurun, jumlah T- suppresor (CD8) meningkat kmd CD 8 juga menurun • Fungsi sel T helper menurun meskipun pada bayi dan anak asimtomatis yang tidak mengalami penurunan yang tidak signifikan dalam hitung sel CD4. • Sel T kehilangan respon untuk mengingat antigen dan kehilangan ini berkaitan dengan peningkatan risiko infeksi bakteri serius • Defek sel B juga terjadi pada anak yang terinfeksi HIV, yang berkontribusi terhadap tingginya angka infeksi bakteri serius • Sel B menunjukkan gangguan respon terhadap mitogen dan antigen • Sel B juga menunjukkan produksi antibodi yang defektif sebagai rspon terhadap pajanan antigen atau vaksinasi • Bayi yang mengalami kekurangan sekelompok sel B memori untuk mengingat antigen (hanya karena kurangnya pajanan) • Sel Natural killer juga terpengaruh oleh infeksi HIV, karena mereka bergantung pada sitokin yang disekresi oleh CD4 untuk perkembangan secara fungsional • Sel killer fungsional berperan dalam melawan virus dan penting untuk imunitas pada BBL sel T mulai dikembangkan • Penurunan fungsi sel natural Killer kemudian berkontribusi terhadap peningkatan keparahan infeksi virus pada bayi atau anak yang terinfeksi HIV • Meskipun virus tidak menghancurkan monosit dan makrofag, fungsi mereka terpengaruh • Makrofag pada anak yang terinfeksi HIV menunjukkan antigen tergolong defektif • Tanpa fungsi sel T, sel B, sel natural killer, monosit dan makrofag yang tepat, sistem imun bayi atau anak tidak dapat melawan infeksi yang seharusnya dapat dilakukan • Infeksi berulang oleh organisme umum terjadi lebih sering pada anak yang terinfeksi HIV, dan infeksi lebih berat dari pada anak yang tidak terinfeksi • Infeksi oportunistik juga terjadi pada anak yang terinfeksi HIV, serupa dengan pada orang dewasa yang mengalami infeksi HIV • HIV secara cepat menyerang sistem saraf pusat pada bayi dan anak serta bertanggung jawab terhadap terjadinya ensefalopati HIV • Akibat enselopati, dapat terjadi mikrosefali dapatan, defisit motorik, atau penurunan/kehilangan penanda perkembangan yang dicapai sebelumnya. • Pada anak yang mengalami enselopati, terdapat gejala neurologik dapat terjadi sebelum supresi imun • Managemen terapeutik – Pada anak: • Penggunaan kombinasi obat antiretrovirus – Terapi obat tunggal pada BBL yang terpajan HIV yang asimptomatis hingga highly active antiretroviral therapy (HAART) . Terdiri dari kombinasi obat antiretrovirus – Tujuan HAART adalah mencegah atau menghentikan progresivitas ensefalopati HIV Pengkajian • Kaji deskripsi penyakit saat ini dan keluhan utama • Tanda dan gejala umum yang dilaporkan selama riwayat kesehatan meliputi: – Gagal tumbuh – Infeksi bakteri berulang – Infeksi oportunistik – Diare kronik atau berulang – Demam kambuhan atau menetap – Keterlambatan perkembangan – Kandidiasis yang lama • Tanda gejala ini dapat terjadi pada anak yang baru saja didiagnosis atau anak yang mengidap infeksi HIV • Kaji riwayat medis saat ini dan sebelumnya untuk mengetahui faktor risiko, seperti infeksi HIV atau AIDS maternal, menerima transfusi darah (tanpa skrining yang adekuat), kekerasan seksual pada masa remaja atau kanak-kanak, penggunaan atau penyalah gunaan obat IV • siapa pengasuh primer, tentukan medikasi dan dosis anak serta hasil kunjungan asuhan kesehatan atau hospitalisasi Pemeriksaan fisik • Lakukan pemeriksaan fisik yang menyeluruh dan lengkap pada anak yang dicurigai atau diketahui mengalami infeksi HIV • Pemeriksaan virologik untuk bayi yang terpajan HIV (dengan reaksi rantai polimerase) – Saat lahir – Usia 4 hingga 7 minggu – Usia 8 hingga 16 minggu – Pemeriksaan serologik pada usia 12 bulan atau lebih untuk mencatat ketiadaan antibodi HIV-1 • Inspeksi dan observasi – Catat adanya demam – Ukur BB, lingkar kepala (pada anak yang berusia kurang dari 3 tahun) catat pada KMS apakah berada pada di bawah persentil rendah? – Pemeriksaan perkembangan – Inspeksi rongga oral adanya kandidiasis – Observasi fungsi pernafasan ( meningkat jika terdapat pneumonitis atau pneumonia) – Tentukan tingkat kesadaran (menurun jika terjadi ensefalopati HIV) Auskultasi dan palpasi • Auskultasi paru, catat suara napas tambahan yang berkaitan dengan pneumonia atau pneumonitis • Palpasi adanya pembesaran nodus limfe (limfadenopati) atau pembengkakan kelj tiroid • Palpasi abdomen, catat hepatosplenomegali Pemerikasan laboratorium dan diagnostik • Uji reaksi rantai polimerasi (polymerase chain reaction, PCR): positif pada bayi yang terinfeksi lebih dari usia 1 bulan • Tes enzyme-linked immunoabsorbant assay (ELISA): positif pada bayi yang berasal dari ibu yang terinfeksi HIV karena antibodi yang diterima secara transplasenta. – Antibodi ini dapat ada dan tetap dapat terdeteksi hingga 24 bulan, membuat pemeriksaan ELISA kurang akurat • Hitung trombosit: di atas 500.000 (pada infeksi HIV berat) • Hitung CD4 (rendah pada infeksi HIV) Managemen Keperawatan • Diarahkan pada – menghindari infeksi – Meningkatkan kepatuhan terhadap program medikasi – Meningkatkan nutrisi – Managemen nyeri dan tindakan kenyamanan – Edukasi pada anak dan pemberi asuhan – Dukungan psikososial terus menerus • Mencegah infeksi HIV pada anak – Semua Bu Mil diberikan konseling HIV rutin dan pemeriksaan HIV sukarela – Jika HIV positif, diberikan obat antiretrovirus sesuai tahapan kehamilannya – BBL dari ibu yang terinfeksi HIV harus mendapat terapi zidovudin (ZDV) selama 6 minggu – Ibu yang HIV dilarang menyusui bayinya – Pengenalan dini tentang infeksi, supaya terapi dapat dimulai, pencegahan ensefalopati HIV dan perkembangan menjadi AIDS dapat dicegah • Pada remaja – Edukasi tentang pencegahan tertular HIV – Edukasi tentang bahaya sek bebas – Larang penggunaan obat terlarang • Meningkatkan kepatuhan pada terapi antiretrovirus penting – Sebelum HAART tersedia sebagai pilihan terapi, ensefalopati HIV progresive bersifat fatal, biasanya terjadi 2 tahun setelah diagnosis ditegakkan – Edukasi pada keluarga tentang pentingnya kepatuhan pada regimen medikasi • Mengurangi Risiko Infeksi – Lakukan pemeriksaan dan terapi pada BBL yang lahir dari ibu terinfeksi TBC, sifilis, toxoplasmosis, CMV, hapatitis B atau C, atau virus herpes simplek – Antibiotik profilaksis sesuai program – Lakukan skreening TBC dan Imunisasi TBC pada masa kanak-kanak sesuai dengan pedoman nasional – Jangan memberikan vaksin hidup pada anak yang mengalami penurunan sistem imun tanpa konsultasi pada spesialis penyakit infeksi atau imunologi (imunosupresi adalah kontra indikasi untuk vaksinasi menggunakan vaksin hidup) • Meningkatkan Nutrisi – Untuk bayi, berikan formula dengan kalori yang ditingkatkan sesuai toleransi. – Untuk anak, berikan makanan dan kudapan yang tinggi kalori, tinggi protein – Suplemen dapat ditambahkan ke milk-shakes untuk meningkatkan asupan protein – Pastikan anak mampu memilih makanan yang ia sukai dari menu RS – Dokumentasikan pertumbuhan (pengukuran BB dan panjang badan setiap minggu • Meningkatkan kenyamanan – Anak mengalami nyeri akibat infeksi, ensefalopati, efek samping obat, dan prosedur dan terapi yang diperlukan, (pungsi vena, biopsi, atau pungsi lumbal – Managemen nyeri • Edukasi dan dukungan keluarga – Berikan edukasi pada pemberi asuhan mengenai program medikasi, tindak lanjut berkelanjutan yang diperlukan dan kapan menghubungi penyedia Yan Kes – Keluarga mengalami stress dari banyak sumber: • Diagnosis penyakit yang tidak dapat disembuhkan, kesulitan keuangan,beberapa klg yang mengidap HIV, stigma yang berkaitan dengan HIV, keinginan untuk merahasiakan infeksi HIV, dan banyak kontrak pertemuan dengan medis dan hospitalisasi – Edukasi tentang cara penularan HIV padaTempat anak tinggal (penitipan anak dan sekolah) jika pengasuh setuju