Anda di halaman 1dari 44

ULKUS KORNEA

Oleh
Kurnia Handayani, S.Ked G1A218058
Muti’ah Siregar, S.Ked G1A219126

Dosen Pembimbing
Dr.Gita Mayani, SP.M

Program Studi Profesi Dokter


Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universirtas Jambi
Tahun 2020
ANATOMI KORNEA
 Kornea berasal dari bahasa latin, “kornu” yang berarti tanduk. Kornea adalah
selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya dan merupakan
lapisan jaringan yang menutup bola mata bagian depan.

 Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada


persambungan ini disebut sulkus skelaris.

 Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di


tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm.

 Kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda dari anterior ke posterior


yaitu lapisan epitel, lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan lapisan
endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea.

 Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri


LANJUTTAN …
 Kornea bertanggung jawab terhadap ¾ kekuatan optik dari mata.

 Dengan tidak adanya pembuluh darah maka untuk memenuhi kebetuhan


nutrisi dan pembuangan produk metabolik pada kornea dilakukan melalui
aqueous humor pada bagian posterior dan melalui air mata yang melewati
air mata pada bagian anterior.

 Kornea diinervasi oleh cabang pertama dari nervus trigeminus yang


menyebabkan segala kerusakan pada kornea (abrasi kornea, keratitis, dll)
menimbulkan rasa sakit, fotofobia, dan refleks lakrimasi. 3
HISTOLOGI KORNEA
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam:
1. Lapisan epitel
 Tebalnya 50 µm , terdiri atas 5 lapis sel epitel pipih tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
 Lapisan ini merupakan lapisan kornea terluar yang langsung kontak
dengan dunia luar dan terdiri atas 5-6 lapis sel. Basal sel kolumnar pada
lapis sel pertama melekat dengan membran basement dibagian
bawahnya dengan hemidesmosome. Dua lapisan diatas sel basal
tersebut merupakan sel ”wing”, atau sel payung, dan dua lapisan diatas
berikutnya merupakan sel gepeng.
 Epitel berasal dari ectoderm permukaan.
LANJUTTAN …

2. Membran Bowman
 Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma
 Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
LANJUTTAN …

3. Jaringan Stroma
 Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen tipe 1 yang sejajar satu
dengan yang lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak
diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan
serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. Ketebalan
stroma kornea mencakup 90% dari ketebalan kornea. Stroma kornea tidak
dapat beregenerasi.
LANJUTTAN …

4. Membran Descement
o Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
o Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 µm.

5. Endotel
 Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula
okluden.
ULKUS KORNEA
 Definisi
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif
disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang
dapat terjadi dari epitel sampai stroma
EPIDEMIOLOGI
 Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insidensi
ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia,
sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena
trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui
penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada
tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan.
 Banyak laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan
dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan obat
imunosupresif dan lensa kontak.
 Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22
beretiologi jamur. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak
menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian
yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki
ETIOLOGI
A. INFEKSI
 Infeksi Bakteri
Disebabkan oleh P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia, spesies
Moraxella, dan Moraxella liquefaciens merupakan penyebab paling sering.
Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak
dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas
menunjukkan infeksi P. aeruginosa.

 Infeksi Jamur
Disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan
spesies mikosis fungoides.
LANJUTTAN …
 Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas
dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila
pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk
disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya
varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).

 Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna
lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri.
Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang
terpapar air atau tanah yang tercemar.
B. NON INFEKSI
 Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik
dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi
pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi
maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial
saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang
mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi
penghancuran kolagen kornea.

 Radiasi atau suhu


Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang akan
merusak epitel kornea.
LANJUTTAN …
 Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin
A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun
pemanfaatan oleh tubuh. Kekurangan vitamin A menyebabkan keratinisasi
generalisata pada epitel di seluruh tubuh. Perubahan pada konjunctiva dan
kornea bersama-sama dikenal sebagai xerofthalmia.

 Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.

 Pajanan (exposure)

 Neurotropik
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu :
1. Ulkus kornea sentral
 Ulkus kornea bakterialis
 Ulkus kornea fungi
 Ulkus kornea virus
 Ulkus kornea acanthamoeba

2. Ulkus kornea perifer


 Ulkus marginal
 Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
 Ulkus cincin (ring ulcer)
1. Ulkus Kornea Sentral
A. Ulkus Kornea Bakterialis
 Ulkus Pneumokokus : Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral
yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan
sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut Ulkus Serpen.
Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuning-
kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang
menggaung dan di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di
temukan hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus
yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.
ULKUS STREPTOKOKUS :
 Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
(serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram
dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan
menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang dihasilkan oleh
streptokok pneumonia.
ULKUS STAFILOKOKUS :
 Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan disertai infiltrat
berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara
adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi
sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus seringkali indolen yaitu
reaksi radangnya minimal.
ULKUS PSEUDOMONAS :
 Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini
dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam
dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. gambaran
berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan
berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam
bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.
(Gambar. A) Ulkus
Kornea Bakterialis

(Gambar. B) Ulkus
Kornea Pseudomonas
B. ULKUS KORNEA FUNGI

 Mata dapat tidak memberikan gejala selama


beberapa hari sampai beberapa minggu sesudah trauma
yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini. Sering terjadi
pada petani. Penggunaan kortikosteroid yang lama
merupakan faktor predisposisi
Gambar Ulkus Kornea Fungi
C. ULKUS KORNEA VIRUS

 Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada


kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum
timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem
palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat
subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya
berbeda dengan dendrit herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna
abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan
rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai dengan infeksi
sekunder.
 Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan
oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala
dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu
dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau
bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian
menyeluruh. Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit
herpes simplex kecil, ulceratif, jelas diwarnai dengan fluoresin dengan
benjolan diujungnya
(Gambar a) Ulkus
Kornea Dendritik

(Gambar b) Ulkus
Kornea Herpetik
D. ULKUS KORNEA ACANTHAMOEBA

Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya,


kemerahan dan fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen,
cincin stroma, dan infiltrat perineural.

Gambar Ulkus KorneaAcanthamoeba


2. ULKUS KORNEA PERIFER

a.Ulkus Marginal
 Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk
ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi
stafilococcus, toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza
disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk
cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita
leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.
LANJUTTAN …
 b. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah
sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya
sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu
adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun.
Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang
seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat
pada bagian yang sentral.
 c. Ring Ulcer
 Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus
yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal
atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi. Ulkus marginal yang banyak
kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring
ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral.
Perjalanan penyakitnya menahun.
PATOLOGI ULKUS KORNEA LOKAL
1. Tahap Infiltrasi Progressif
 Ditandai dengan infiltrasi polimorfonuklear dan limfosit dalam epitel dari
sirkulasi perifer dengan sel dari stroma. Selanjutnya nekrosis jaringan dapat
terjadi , tergantung pada virulensi agen penyebab dan kekuatan host
mekanisme pertahanan.

2. Tahap ulserasi aktif


 Ulserasi dari nekrosis dan pengelupasan dari epitel , membran Bowman.
Terjadi hiperemi jaringan circumcorneal dan eksudat purulen pada
kornea. Ada juga terjadi kemacetan vaskular dari iris dan tubuh ciliary
dan beberapa derajat iritis karena penyerapan racun dari ulkus. Eksudasi
ke ruang anterior dari pembuluh iris dan ciliary tubuh dapat
menyebabkan pembentukan hypopyon.
3. Tahap regresi
Regresi disebabkan oleh mekanisme pertahanan host alami (produksi
antibodi humoral dan imunitas seluler pertahanan ) dan respon host normal.

4. Tahap sikatrik
Dalam tahap ini penyembuhan dilanjutkan dengan epitelisasi progresif
yang membentuk penutup permanen. Di bawah epitel, jaringan fibrosa
yang diganti sebagian oleh kornea fibroblast dan sebagian oleh sel
endotel. Bekas luka yang dihasilkan disebut 'nebula'. Proses
memperdalam dan mencapai hingga lapisan membran descemet ini
membentuk suatu tonjolan sebagai Descemetocele.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa

Gejala Subjektif
 Silau (akibat kontraksi iris meradang yang nyeri)
 Nyeri
 Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat
pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea
 Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
 Sekret mukopurulen (pada ulkus bakteri purulen)
 Merasa ada benda asing di mata
 Pandangan kabur
 Mata berair
 Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
LANJUTTAN …

Gejala Objektif
 Injeksi siliar
 Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
 Hipopion
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan
laboratorium.

Anamnesis
Pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya
riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang
bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang
sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal
oleh pasien seperti kortikosteroid
LANJUTTAN …
Pemeriksaan Fisik
Didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea edema,
terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi
iritis yang disertai dengan hipopion. Disamping itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan diagnostik seperti :
 Ketajaman penglihatan
 Tes refraksi
 Tes air mata
 Pemeriksaan slit-lamp
 Keratometri (pengukuran kornea)
 Respon reflek pupil

Gambar 9. Kornea ulcer dengan


fluoresensi
Pemeriksaan Penunjang
 Perwarnaan kornea dengan zat fluorensensi
 Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH)

Gambar. Pewarnaan gram ulkus


kornea fungi
Pewarnaan gram ulkus kornea Pewarnaan gram ulkus kornea
herpes simplex herpes zoster

Pewarnaan gram ulkus kornea Pewarnaan gram ulkus kornea


bakteri bakteri akantamoeba
TERAPI UMUM
 Hilangkan segala macam benda asing dan bahan yang dapat merangsang.
 Kompres hangat : mereduksi nyeri, memberikan kenyamanan,
menyebabkan vasodilatasi.
 Kacamata hitam : untuk menghindari fotofobia.
 Istirahat yang cukup, diet yang bergizi, lingkungan yang bersih dan sehat.
 Bila terdapat ulkus yang disertai dengan pembentukan secret yang banyak,
jangan dibalut. Karena dapat menghalangi pengaliran secret infeksi dan
memberikan media yang baik untuk perkembangbiakan kuman
penyebabnya.
 Sekret yang terbentuk dibersihkan 4 kali sehari.
TERAPI SPESIFIK
Ukuran ulkus Lokasi Cara pengobatan
3mm Tidak axial ­ Rawat jalan
­ Antibiotik topikal tiap jam

3mm Axial ­ Rawat inap


­ Antibiotik topikal tiap jam
­ Antibiotik subkonjungtiva

3mm + hypopyon Dimana saja ­ Rawat inap


­ Antibiotik topikal tiap jam
­ Antibiotik subkonjungtiva
­ Antibiotik parenteral
 Antibiotik topikal.
Terapi utama sebelum hasil kultur dan hasil uji sensitifitas keluar harus d
berikan antibiotik spektrum luas. Dapat diberikan Gentamycin 14 mg/ml
atau Tobramycin 14 mg/ml dengan cephazoline 50mg/ml tiap setengah
hingga satu jam untuk beberapa hari pertama kemudian dikurangi menjadi
per dua jam. Setelah respon yang diinginkan tercapai, tetes mata dapat
diganti dengan ciprofloxacin (0,3%), Ofloxacin (0,3%), atau Gatifloxacin
(0,3%)

 Antibiotik sistemik.
Biasanya tidak diperlukan. Tapi diperlukan untuk kasus yang berat dengan
perforasi atau jika sclera ikut terkena dapat diberikan cephalosporine dan
aminoglycoside atau oral ciprofloxacin (750 mg dua kali sehari).
Ulkus kornea jamur
 Antifungi topikal diberikan secara tetes digunakan dalam jangka yang
lama :
 Natamycin tetes mata (5%)
 Fluconazol tetes mata (0,2%)
 Nystatin salep mata (3,5%)
 Antifungi sistemik diperlukan untuk kasus ulkus kornea karena jamur
dengan derajat berat, dapat diberikan dengan tablet Fluconazole atau
ketoconazole selama 2-3 minggu.
Ulkus kornea virus
 Antivirus topikal selalu dimulai dengan 1 jenis obat dahulu dan dilihat
responnya. Biasanya setelah 4 hari, lesi mulai membaik dimana akan
sembuh total dalam 10 hari. Setelah sembuh, pemberian dosis obat dapat
diturunkan setiap 5 hari. Jika sampai hari ke 7 pemberian antivirus tidak
berespon berarti virus sudah resisten terhadap obat tersebut, sehingga dapat
diganti dengan antivirus yang lain atau dapat dilakukan mekanik
debridement. Antivirus yang paling sering digunakan :
 Aciclovir salep mata (3%), diberikan 5 kali sehari sampai ulcer sembuh lalu
dilanjutkan 3 kali sehari selama 5 hari. Obat ini paling sering digunakan
selain efek samping paling sedikit, Aciclovir juga dapat penetrasi ke epitel
kornea dan ke stroma.
 Ganciclovir gel (0.15%), diberikan 5 kali sehari sampai ulcer sembuh lalu
dilanjutkan 3 kali sehari selama 5 hari.

Anda mungkin juga menyukai