Oleh
Kurnia Handayani, S.Ked G1A218058
Muti’ah Siregar, S.Ked G1A219126
Dosen Pembimbing
Dr.Gita Mayani, SP.M
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma
Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.
LANJUTTAN …
3. Jaringan Stroma
Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen tipe 1 yang sejajar satu
dengan yang lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang
dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat
kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak
diantara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan
serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma. Ketebalan
stroma kornea mencakup 90% dari ketebalan kornea. Stroma kornea tidak
dapat beregenerasi.
LANJUTTAN …
4. Membran Descement
o Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma
kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membrane basalnya.
o Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai
tebal 40 µm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula
okluden.
ULKUS KORNEA
Definisi
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif
disertai defek kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang
dapat terjadi dari epitel sampai stroma
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika insiden ulkus kornea bergantung pada penyebabnya. Insidensi
ulkus kornea tahun 1993 adalah 5,3 per 100.000 penduduk di Indonesia,
sedangkan predisposisi terjadinya ulkus kornea antara lain terjadi karena
trauma, pemakaian lensa kontak, dan kadang-kadang tidak di ketahui
penyebabnya. Walaupun infeksi jamur pada kornea sudah dilaporkan pada
tahun 1879 tetapi baru mulai periode 1950 keratomikosis diperhatikan.
Banyak laporan menyebutkan peningkatan angka kejadian ini sejalan
dengan peningkatan penggunaan kortikosteroid topikal, penggunaan obat
imunosupresif dan lensa kontak.
Singapura melaporkan selama 2.5 tahun dari 112 kasus ulkus kornea 22
beretiologi jamur. Berdasarkan kepustakaan di USA, laki-laki lebih banyak
menderita ulkus kornea, yaitu sebanyak 71%, begitu juga dengan penelitian
yang dilakukan di India Utara ditemukan 61% laki-laki
ETIOLOGI
A. INFEKSI
Infeksi Bakteri
Disebabkan oleh P. aeraginosa, Streptococcus pneumonia, spesies
Moraxella, dan Moraxella liquefaciens merupakan penyebab paling sering.
Hampir semua ulkus berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak
dijumpai, hanya sekret yang keluar bersifat mukopurulen yang bersifat khas
menunjukkan infeksi P. aeruginosa.
Infeksi Jamur
Disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan
spesies mikosis fungoides.
LANJUTTAN …
Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas
dendrit dapat diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila
pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk
disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus lainnya
varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).
Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang
tercemar yang mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh
acanthamoeba adalah komplikasi yang semakin dikenal pada pengguna
lensa kontak lunak, khususnya bila memakai larutan garam buatan sendiri.
Infeksi juga biasanya ditemukan pada bukan pemakai lensa kontak yang
terpapar air atau tanah yang tercemar.
B. NON INFEKSI
Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik
dan organik anhidrat. Bila bahan asam mengenai mata maka akan terjadi
pengendapan protein permukaan sehingga bila konsentrasinya tidak tinggi
maka tidak bersifat destruktif. Biasanya kerusakan hanya bersifat superfisial
saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih yang
mengandung kalium/natrium hidroksida dan kalium karbonat akan terjadi
penghancuran kolagen kornea.
Pajanan (exposure)
Neurotropik
KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu :
1. Ulkus kornea sentral
Ulkus kornea bakterialis
Ulkus kornea fungi
Ulkus kornea virus
Ulkus kornea acanthamoeba
(Gambar. B) Ulkus
Kornea Pseudomonas
B. ULKUS KORNEA FUNGI
(Gambar b) Ulkus
Kornea Herpetik
D. ULKUS KORNEA ACANTHAMOEBA
a.Ulkus Marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk
ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi
stafilococcus, toksit atau alergi dan gangguan sistemik pada influenza
disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain. Yang berbentuk
cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita
leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.
LANJUTTAN …
b. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah
sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya
sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu
adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun.
Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang
seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat
pada bagian yang sentral.
c. Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus
yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal
atau dalam, kadang-kadang timbul perforasi. Ulkus marginal yang banyak
kadang-kadang dapat menjadi satu menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring
ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan konjungtivitis kataral.
Perjalanan penyakitnya menahun.
PATOLOGI ULKUS KORNEA LOKAL
1. Tahap Infiltrasi Progressif
Ditandai dengan infiltrasi polimorfonuklear dan limfosit dalam epitel dari
sirkulasi perifer dengan sel dari stroma. Selanjutnya nekrosis jaringan dapat
terjadi , tergantung pada virulensi agen penyebab dan kekuatan host
mekanisme pertahanan.
4. Tahap sikatrik
Dalam tahap ini penyembuhan dilanjutkan dengan epitelisasi progresif
yang membentuk penutup permanen. Di bawah epitel, jaringan fibrosa
yang diganti sebagian oleh kornea fibroblast dan sebagian oleh sel
endotel. Bekas luka yang dihasilkan disebut 'nebula'. Proses
memperdalam dan mencapai hingga lapisan membran descemet ini
membentuk suatu tonjolan sebagai Descemetocele.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa
Gejala Subjektif
Silau (akibat kontraksi iris meradang yang nyeri)
Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat
pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
Sekret mukopurulen (pada ulkus bakteri purulen)
Merasa ada benda asing di mata
Pandangan kabur
Mata berair
Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
LANJUTTAN …
Gejala Objektif
Injeksi siliar
Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
Hipopion
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan
laboratorium.
Anamnesis
Pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya
riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang
bermanfaat, misalnya keratitis akibat infeksi virus herpes simplek yang
sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat pemakaian obat topikal
oleh pasien seperti kortikosteroid
LANJUTTAN …
Pemeriksaan Fisik
Didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea edema,
terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi
iritis yang disertai dengan hipopion. Disamping itu perlu juga dilakukan
pemeriksaan diagnostik seperti :
Ketajaman penglihatan
Tes refraksi
Tes air mata
Pemeriksaan slit-lamp
Keratometri (pengukuran kornea)
Respon reflek pupil
Antibiotik sistemik.
Biasanya tidak diperlukan. Tapi diperlukan untuk kasus yang berat dengan
perforasi atau jika sclera ikut terkena dapat diberikan cephalosporine dan
aminoglycoside atau oral ciprofloxacin (750 mg dua kali sehari).
Ulkus kornea jamur
Antifungi topikal diberikan secara tetes digunakan dalam jangka yang
lama :
Natamycin tetes mata (5%)
Fluconazol tetes mata (0,2%)
Nystatin salep mata (3,5%)
Antifungi sistemik diperlukan untuk kasus ulkus kornea karena jamur
dengan derajat berat, dapat diberikan dengan tablet Fluconazole atau
ketoconazole selama 2-3 minggu.
Ulkus kornea virus
Antivirus topikal selalu dimulai dengan 1 jenis obat dahulu dan dilihat
responnya. Biasanya setelah 4 hari, lesi mulai membaik dimana akan
sembuh total dalam 10 hari. Setelah sembuh, pemberian dosis obat dapat
diturunkan setiap 5 hari. Jika sampai hari ke 7 pemberian antivirus tidak
berespon berarti virus sudah resisten terhadap obat tersebut, sehingga dapat
diganti dengan antivirus yang lain atau dapat dilakukan mekanik
debridement. Antivirus yang paling sering digunakan :
Aciclovir salep mata (3%), diberikan 5 kali sehari sampai ulcer sembuh lalu
dilanjutkan 3 kali sehari selama 5 hari. Obat ini paling sering digunakan
selain efek samping paling sedikit, Aciclovir juga dapat penetrasi ke epitel
kornea dan ke stroma.
Ganciclovir gel (0.15%), diberikan 5 kali sehari sampai ulcer sembuh lalu
dilanjutkan 3 kali sehari selama 5 hari.