Anda di halaman 1dari 30

BAKTERIOLOGI

INFEKSI
SALURAN CERNA
DR. TITIEK SULISTYOWATI, M. KED KLIN., SP. MK
KULIAH BAKTERIOLOGI 2
BARIER INFEKSI
• Asam lambung (pH < 4 
99,9% bakteri koliform mati 
30 menit)
• Peristaltik
• Antibodi  IgA
• Normal flora  1012
organisme/g feses
NORMAL
FLORA
DIARE
• Diare merupakan penyebab kematian tertinggi kedua didunia
• Infeksi merupakan penyebab utama dari diare  pada anak-anak dan
usia lanjut
• Diare sering terjadi di negara berkembang asia dan afrika
• Sindrom diare akut biasanya dapat sembuh sendiri
• Diare yang disebabkan infeksi memerlukan uji mikrobiologis untuk
penegakan diagnosis dan terapi definitif
DIARE
• Definisi "perubahan pergerakan usus yang normal ditandai dengan adanya kenaikan kadar air,
volume, atau frekuensi tinja. “
• Sebagian besar infeksi pada GIT diperoleh melalui :
Makanan yang terkontaminasi dan keracunan makanan (food poisoning)
 Infeksi makanan
o Bakteri (kolera, E. coli, salmonella, shigella)
o Virus (enterovirus, rotavirus, hepatitis A dan E)
o Parasit seperti G. lamblia
 Keracunan makanan - S. aureus , B. cereus, Cl. perfringens, cl. botulinum
DIAGNOSIS DIARE
Riwayat
• Perjalanan ke daerah endemik dunia
• Aktivitas rekreasi
• Paparan terhadap pasien sakit

Makanan
• Detil sejarah makanan dimakan 3 hari sebelum timbulnya gejala

Pemeriksaan fisik
• Dehidrasi
• Toksik megakolon
• Kenaikan denyut jantung atau penurunan tekanan darah setelah berdiri tegak

Pemeriksaan laboratorium
• CBC
• WBC fekal
• Kultur feses
• Ova & Parasit
• Panel elektrolit
SPESIMEN
FESES (pada fase akut) SWAB REKTAL
• Volume • Kurang sensitif daripada feses
 Cairan atau lunak ± 5 ml • Terutama : bayi dan anak kecil
 PADAT ± 0,5 - 2 gram • Recovery shigella
• Wadah bersih dan kering dengan penutup
• Cara : dimasukkan cukup dalam ke dalam
RAPAT
rektum, ± 1 inchi di atas sfingter anus,
• Tidak boleh terkontaminasi dengan urin,
diputar hati-hati, kotoran dapat
barium, atau kertas toilet (yang mungkin
mengandung garam barium) dikumpulkan dan terlihat di atas swab
• Label jelas • Masukkan swab ke media transport

Dalam kasus dugaan infeksi Salmonella ekstraintestinal, spesimen darah dan urin harus dikumpulkan selain tinja.
Pada kasus tersangka demam tifoid, spesimen darah dan / atau sumsum tulang harus dikumpulkan pada minggu pertama
demam dan tinja dan urin pada minggu-minggu berikutnya.
MEDIA TRANSPORTASI DAN PENYIMPANAN

• Media transportasi yang digunakan untuk spesimen tinja  media stuart, aimes,
atau cary-blair.
• Spesimen tinja segar harus segera dibawa ke laboratorium dan diproses dalam 2
jam  untuk kelangsungan hidup Shigella dan Campylobacter.
• Jika tidak dapat diproses dalam 2 jam, sebaiknya ditempatkan di media
transportasi cary-blair.
• Spesimen di media cary-blair pada suhu 4°C  melindungi bakteri
enteropatogen bakteri, kecuali Shigella.
PENGOLAHAN SPESIMEN
• Spesimen feses segar dan tanpa pengawet 
makroskopis lihat area berlendir/darah  dikultur
untuk patogen enterik
• Pengecatan gram tidak perlu  kecuali
campylobacteriosis
• Campylobacter sp.  bakteri bentuk koma, gram
negatif ramping, memiliki satu atau lebih putaran
heliks. Terkadang dua campylobacter muncul
dalam pola "V" yang menyerupai sayap burung
camar.
• Pengecatan gram pada campylobacter mempunyai
sensitivitas 66 - 94% pada pasien enteritis akut.
PENGOLAHAN SPESIMEN
• Media plating primer untuk kultur bakteri rutin 
bervariasi  tergantung populasi pasien dan organisme
yang rutin diisolasi.
• Pilihan medium  tergantung permintaan uji.
• Minimal, kultur rutin untuk mengoptimalkan recovery
Salmonella, Shigella, Campylobacter, dan STEC
• Spesimen tinja yang diterima untuk kultur harus
ditanam ke 4 media:
1. agar MacConkey (MAC),
2. media selektif / diferensial untuk recovery
Salmonella dan Shigella,
3. media untuk recovery Campylobacter,
4. media untuk recovery STEC O157 dan / atau media
broth enrichment untuk uji toksin Shiga.
• Banyak laboratorium juga menyertakan agar darah
(BAP),  bakteri Aeromonas spp., Plesiomonas spp.,
dan Vibrio spp.
CAMPYLOBACTERIOSIS
• Penyebab paling umum diare bakterial
• Unggas yang tidak dimasak dengan baik, air yang
tidak diolah, susu yang tidak dipasteurisasi, dan
paparan dengan diare hewan
• Sembuh sendiri, tidak butuh antibiotik
• Manifestasi klinis : demam, diare dan kram perut
• Infeksi Campylobacter juga terkait dengan beberapa
penyakit autoimun:
Sindrom Guillain-Barré
Artritis reaktif
Sindrom Reiter
CAMPYLOBACTER JEJUNI
• Tumbuh paling baik di 42˚C
• Mikroaerofilik
• Capnophilic
• Media campy agar
• Batang bentuk koma, gram-negatif,
"sayap camar"
• Ampitrichous (bipolar) flagella
• Oksidase positif
SALMONELLOSIS

Gastroenteritis dan Keracunan Demam Enterik


Makanan

Demam tifoid paling parah


konsumsi daging matang, unggas, telur, dan
produk susu yang terkontaminasi
Makanan dan air yang terkontaminasi

Mual, muntah, dan diare 6-48 jam setelah Gejalanya meliputi sakit kepala, demam,
konsumsi malaise dan nyeri tekan perut

Menyerang usus kecil dan jaringan kolon,


hidup dan reproduksi di monosit, dapat
Sembuh sendiri; antibiotik bisa menginduksi menyerang kandung empedu dan
"carrier state" menghasilkan "carrier state"
SALMONELLA SPP
• Membutuhkan jumlah mikroba tinggi untuk menyebabkan infeksi
• Kultur
 Koloni non lactose fermenter (colourless) di MAC conkey
 Koloni hijau biru dengan pusat warna hitam di media HE
 Koloni merah dengan pusat warna hitam di media XLD
• Uji laboratorium wbc tinja
 Lihat RBC dan WBC di feses
UJI BIOKIMIA
SHIGELLOSIS
• Diare, mungkin ada darah dan nanah, nyeri perut, nyeri BAB
• Komplikasi : artritis, sepsis, kejang, dan sindrom uremik hemolitik
• Gejala muncul 12-50 jam setelah terpapar
• Sebagian besar menular dari feses
• Gejala lain: demam, malaise, kelelahan dan anoreksia
PENULARAN
• Shigella ditularkan melalui makanan  salad
(kentang, tuna, udang, makaroni, dan ayam), sayuran
mentah, susu dan produk susu, dan daging.
• Kontaminasi makanan ini biasanya melalui jalur
fecal-oral.
• Air yang terkontaminasi feses dan higeini makanan
kurang baik  penyebab paling umum kontaminasi.
• Selain infeksi dari tangan ke mulut, shigellosis
ditularkan melalui fomites, vektor air dan mekanik
seperti luka.
SHIGELLA SPP

Membutuhkan jumlah mikroba rendah


Tes laboratorium
• Amati darah, pus dan WBC
Kultur
• Koloni tak berwarna/colourless (NLF/ Non
lactose fermenter) di MAC
• Koloni hijau biru HE
• Koloni merah / tidak berwarna pada XLD
ESCHERICHIA COLI
• Diarrheogenic escherichia coli
• ETEC: Entero Toxigenic E. coli
•  menyebab kan traveler’s diarrhea
• EIEC: Entero Invasive E. coli
• EPEC: Entero Pathogenic E. coli
• KLB diare pada bayi di RS
• EHEC: Entero Hemorrhagic E. coli
• E. Coli 0157:H7
• Ada shiga-like toxin
• Berkaitan dengan HUS (Hemorrhagic Uremic Syndrome)
• EAEC: Entero Aggregative E. coli
• Diare kronik pada pasien HIV, travelers, & anak pada negara miskin
KOLERA
• Penyakit diare akut karena infeksi usus oleh bakteri Vibrio
cholerae
• Transmisi melalui konsumsi makanan atau air yang
terkontaminasi.
• Infeksi ini sering ringan / tanpa gejala, tapi bisa parah dan
mengancam nyawa.
• 1 dari 10 (5-10%) orang terinfeksi menjadi parah dengan gejala
awal :
 diare berair, banyak, seperti air cucian beras
 muntah
 tanda dehidrasi (denyut jantung cepat, kehilangan elastisitas kulit, selaput lendir
kering, tekanan darah rendah, haus)
 kram otot
 gelisah / mudah tersinggung
• Komplikasi : gagal ginjal akut, dehidrasi berat  syok 
meninggal
VIBRIO CHOLERAE
• Membutuhkan jumlah banyak untuk menyebabkan
infeksi
• Feses tidak terdapat RBC dan WBC  toxin
mediated dan non inflamatory
• Menggunakan media tcbs agar (
thiosulfate-citrate-bile salts-sucrose agar)
 Menghambat pertumbuhan flora normal
 Membedakan sucrose fermenter terhadap Vibrio
spp lain yang non sucrose fermenter
• APW (Alkaline peptone water)  Media transport
dan enrichment untuk recovery Vibrio spp
• Infeksi simtomatik karena bakteri pembentuk spora,
Clostridium difficile
• Gejala: diare berair, demam, mual, dan sakit perut
• Sekitar 20% kasus diare terkait antibiotik
• Komplikasi : kolitis pseudomembran, megakolon
toksik, perforasi usus besar, dan sepsis
• Transmisi : spora bakteri di dalam kotoran →
permukaan terkontaminasi spora → penyebaran lebih
lanjut melalui tangan petugas layanan kesehatan.
• Faktor risiko : penggunaan antibiotik, obat lambung
(proton pump inhibitor), rawat inap, usia tua.

CLOSTRIDIUM DIFFICILE
DIAGNOSIS C. DIFFICILE

• Kultur tinja atau pengujian DNA bakteri atau toksin


• Jika tes positif tapi tidak memiliki gejala 
kolonisasi C. difficile
• Media CCFA agar (cycloserine cefoxitin fructose
agar  kondisi anaerob  inkubasi 72-96 jam 
sulit
• Uji antigen glutamat dehidrogenase (GDH) atau tes
Toksin A / B saat ini digunakan untuk diagnosis
infeksi Clostridium difficile.
• Antigen GDH dihasilkan oleh semua C. difficile,
toksin (A dan B) yang dihasilkan oleh beberapa
strain toxigenik C. difficile.
AGEN LAIN YANG JARANG
• YERSINIA ENTEROCOLITA
• PLESIOMONAS SHIGELLOIDES
• AEROMONAS HYDROPHILIA
• LISTERIA MONOCYTOGENES
FOOD POISONING
• Banyak kasus keracunan makanan yang disebabkan oleh toksin bakteri
• Bakteri mungkin tidak lagi hidup, tapi toksin bisa menyebabkan keracunan makanan
• Contoh: Staphylococcus aureus, Clostridium botulinum, Bacillus cereus

Sumber
Agen Toksin Jenis makanan
kontaminasi

Foods with mayonnaise, eggs,


Nasal passages of Staphylococcal
S. aureus or dairy products, canned food,
asymptomatic carriers enterotoxin
frozen food, processed meats

Clostridium Mushrooms, salami, improperly


Soil & water Botulism neurotoxin
botulinum canned foods

Heat-stable enterotoxin
Environmental
Bacillus cereus & Grains, especially rice
contaminant
heat-labile enterotoxin
MATUR
NUWUN

Anda mungkin juga menyukai