Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN MORBILI / CAMPAK


Dosen pembimbing
Erni Nuryanti, Skep., Ns., MKes

Disusun oleh:
KELOMPOK 8
1. Siti A’isyah (P1337420418029)
2. Tyania Awalia Maharani (P1337420418031)

 
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA
T.A 2019/2020
APA ITU CAMPAK ???
A. Definisi MORBILI /campak
• Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3

stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium

konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan

bercak koplik ( Ilmu Kesehatan Anak Edisi 2, th 1991. FKUI ).

• Penyakit Campak ditandai dengan gejala awal demam, batuk, pilek,

dan konjungtivitis yang kemudian diikuti dengan bercak kemerahan pada

kulit (rash).
B. Etiologi
• Penyebab dari virus morbili yang terdapat dalam sekret

nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24

jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa virus

RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus

Morbilivirus. Cara penularannya adalah dengan droplet

infeksi. Virus campak termasuk golongan paramyxovirus


C. Manifestasi Klinis
•Gejala-gejalanya yang dibagi dalam 3 stadium :

1. Stadium kataral (prodiomal) gejala menyerupai influenza yaitu


demam, batuk, fotofobia, konjungtiva.
2. Stadium erupsi gejala pada stadium kataral bertambah dan
timbulnya enantema dipalatum durum dan palatum mole.
3. Stadium kovalensi : gejala-gejala pada stadium kataral mulai
menghilang, erupsi menghilang dan meninggalakan bekas dikulit
berupa hiperpigmentasi dan kulit bersisik yang bersifat patogenik.
D. Patofisiologi
• - Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan yang mulai timbul pada
bagian belakang telinga, dahi, dan menjalar ke wajah dan anggota badan. Selain
itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair dan kemerahan (konjungtivis).
Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai hilang dan berubah menjadi kehitaman yang
akan tampak bertambah dalam 1-2 minggu, dan apabila sembuh kulit akan tampak
seperti bersisik. Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius
sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang.
• - Penularan campak terjadi melalui droplet melalui udara, terjadi antara 1-2
hari sebelum timbul gejala klinis sampai 4 hari setelah timbul ruam. Virus masuk
kedalam limfatik lokal, bebas maupun berhubungan dengan sel mononuklear
mencapai kelenjar getah bening lokal. Di tempat ini virus memperbanyak diri
dengan sangat perlahan dan dari tempat ini mulailah penyebaran ke sel jaringan
limforetikular seperti limpa.
e. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan penunjang penyakit morbili adalah pemeriksaan IgM
campak, kenaikan titer signifikan dari Ig G pada fase akut (4 hari timbul
ruam) dan masa konvalesensi (2-4 minggu kemudian), pemeriksaan Ig M
spesifik campak, dan pemeriksaan lisa deteksi Ig M dan Ig G.
- Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau
meningkat apabila ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi
IgM merupakan cara tercepat untuk m emastikan adanya infeksi campak
akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2 hari pertama
munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM
dilakukan pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative
F. PATHWAY
g. Therapi
a. terapi suportif
Pengobatan yang diberikan bersifat suportif terdiri dari pemberian cairan yang
cukup, suplemen nutrisi, antibiotic diberikan apabila terjadi infeksi sekunder,
antikonvulsi jka terdapat kejang dan pemberian vitamin A.
Pada kasus campak tanpa komplikasi penatalaksanaan berupa:
-Tirah baring di tempat tidur
-Diet makanan cukup cairan dan cukup kalori
-Antipiretik bila demam: parasetamol 10-15 mg/kgBB/dosis dapat diulang
pemberiannya setiap 4 jam.
Pada pasien dengan campak juga sebaiknya diberikan vitamin A.
 Vitamin A berfungsi sebagai imunomodulator yang meningkatkan respons
antibodi terhadap virus campak. Pemberian vitamin A dapat menurunkan angka
kejadian komplikasi, seperti diare dan bronkopneumonia. Vitamin A diberikan
satu kali dengan dosis sebagai berikut:
-200.000 IU pada anak usia 12 bulan atau lebih
-100.000 IU pada anak usia 6-11 bulan
-Pada anak dengan defisiensi vitamin A, diberikan tambahan pemberian vitamin
A dosis tunggal sesuai usia penderita antara minggu ke-2 sampai ke-4 setelah
pemberian pertama.
 Pada kasus campak dengan komplikasi Ensefalopati dapat diberikan:

-Kloramfenikol dosis75 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100 mg/kgbb/hari selama 7-10 hari
-Kortikosteroid : deksametason 1 mg/kgBB/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5
hari memerlukan tapering off)
-Kebutuhan jumlah cairan dikurangi ¾ dari kebutuhan dan lakukan koreksi jika terdapat
gangguan elektrolit.
 Pada kasus campak dengan komplikasi Bronkopneumonia dapat diberikan:

-Kloramfenikol dosis 75 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100 mg/kgbb/hari selama 7-10 hari
-Oksigen 2 liter/menit.
• b. Terapi Antivirus
• Terapi antivirus dengan Ribavirin terbukti secara in vitro bermanfaat terhadap infeksi
campak berat pada individu dewasa yang imunokompromais serta pada kasus Subacute
sclerosing panencephalitis (SSPE). Namun penggunaan Ribavirin belum memiliki izin dari
US Food and Drug Administration (FDA) dan sifatnya masih eksperimental.
A. Pengkajian
1. Identitas diri
2. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
3. Riwayat Penyakit Keluarga
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
· Kondisi umum
· TTV
- Suhu : peningkatan suhu
- RR : penurunan RR
- TD : 108/ 58 mmHg
- Nadi : 90 x per menit
2. HEENT :
· Head ( kepala ) : sakit kepala
· Eye ( mata ) : terdapat konjungtivitis, fotophobia
· Ear ( telinga ) : terdapat ruam, rash pada telinga bagian belakang
· Nose (hidung) : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza,
perdarahan hidung ( pada stad erupsi ).
· Mouth ( mulut ) : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit
2. HEENT :
· Head ( kepala ) : sakit kepala
· Eye ( mata ) : terdapat konjungtivitis, fotophobia
· Ear ( telinga ) : terdapat ruam, rash pada telinga bagian belakang
· Nose (hidung) : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza,
perdarahan hidung ( pada stad erupsi ).
· Mouth ( mulut ) : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit
. Terdapat Koplik’s Spot.
3. Leher :
· Terdapat eritema makulopapuler.
· Terjadi hiperplasia jaringan limfe pada tonsil, adenoid, dan hiperplasia.
4. Nodus Limfe :
· Terdapat eritema makulopapuler
· terjadi pembesaran karena mengalami hiperplasia jaringan limpatik.
5. Paru :
· terdapat sputum mukopurulent
· dispnea
· kongesti dapat didengar, tetapi tampak dari jalan napas atas ( lebih keras didekat mulut)
· wheezing, ronchi, batuk
6. Kardiovaskular :
· titik impuls maksimum (TIM) pada ruang antar iga ke 4 atau ke 5 dan garis
mediastinum
· S1 dan S2 normal
· tidak ada murmur atau bunyi jantung abnormal
· nadi femoralis normal, nadi dorsalis pedis dapat diraba bilateral
7. Payudara :
normal, dengan beberapa lemak dibawah keduanya
8. Abdomen :
· menonjol, tapi lunak tidak ada rasa nyeri tekan
· hepar meluas 2 cm di bawah margin kosta kanan (MKKa) dan tidak ada nyeri tekan
9. Genetalia :
· tanner I penis yang disirkumsisi
· tidak ada rambut pubis, lesi, atau rabas
· testis turun, sulit untuk memalpasi karena reflek kresmaterik aktif
· skrotum normal di kedua sisi
10. Muskuloskeletal :
· rentang gerak normal pada ekstermitas atas dan bawah serta semua sendi
· tulang belakang lurus
· cara berjalan normal
11. Neurologis :
- status mental, gembira (anak yang kooperatif)
- perkembangan (DDDST) motorik kasar
12. Integumen:
Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makulopapular merah pada leher, muka,
lengan dan kaki, eritema, panas demam).
Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas inefektif b/d adanya
penumpukan sekret
2. Hipertermi b/d adanya proses inflamasi.
3. Resiko kekurangan volume cairan tubuh
b/d diare
Intervensi / Implementasi
A. Dx 1.Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan adanya penumpukan sekret
• Intervensi :
1) Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis., mengi, krekles, ronki.

R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak

dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, mis., penyebaran, krekles basah (bronkitis); bunyi

napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas
2) Kaji frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi / ekspirasi

R/ Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau

selama stres / adanya proses infeksi memanjang dibanding inspirasi


3) Catat adanya dispnea, gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu

R/ Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses

akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.
4) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran
tempat tidur.

R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.

Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas.
5) Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu
bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.

R/ Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger


episode akut

6) Dorong / bantu latihan napas abdomen atau bibir.

R/ Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol


dispnea dan menurunkan jebakan udara

Kolaborasi:
1. Berikan obat sesuai indikasi

Bronkodilator, mis., β-agonis : epinefrin (Adrenalin, Vaponefrin);


albuterol (Proventil, Ventolin); terbutalin (Brethine, Brethaire); isotetarin
(Brokosol, Bronkometer); Xantin, mis., aminofilin, oxitrifilin (Choledyl);
teofilin (Bronkodyl, Theo-Dur)
B. Dx 2. Hipertermi berhubungan dengan adanya proses inflamasi
• Intervensi:
1) Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas yang berlebihan bila suhu naik / bedrest total.
R/ aktivitas berlebih saat suhu sedang naik akan mengakibatkan metabolisme juga meningkat.
2) Berikan kompres air hangat
R/ air hangat dapat menyebabkan vasodilatasi. Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan
yang mempercepat penurunan suhu tubuh.
3) Anjurkan pasien untuk banyak minum.
R/ peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi
dengan asupan cairan yang banyak.
4) Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
R/ pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
5) Beri cairan sesuai kebutuhan bila tidak kontraindikasi
R / pemberian cairan sangat penting untuk pasien dengan suhu tunggi.
• Kolaborasi :
Berikan analgesic sedative saat tidur sesuai indikatornya.
C. Dx 3. Resiko kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diare

1) Pantau turgor kulit setiap giliran jaga dan catat penurunanya

R/ turgor kulit buruk merupakan suatu tanda dehidrasi

2) Periksa membran mukosa mulut setiap giliran jaga

R/ Membran mukosa yang kering merupakan suatu tanda dehidrasi

3) Pantau tanda tanda vital setiap 4 jam

R/ takikardia, hipotensi, dispnea, atau demam dapat mengindikasikan defisit volume cairan

4) Ukur berat badan pasien setiap hari dan catat hasilnya

R/ pengukuran berat badan setiap hari dapat membantu memperkirakanstatus cairan tubuh

5) Berikan dan pantau cairan parenteral, sesuai anjuran

R/ untuk mengembalikan kehilangan cairan

6) Pantau nilai elektrolit dan laporkan ketidaknormalanya

R/ kehilangan cairan dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit signifikan

• Kolaborasi

Berikan pengobatan antiemetik dan antidiare

R/ untuk mencegah kehilangan cairan.


evaluasi
Sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai