Disusun oleh:
KELOMPOK 8
1. Siti A’isyah (P1337420418029)
2. Tyania Awalia Maharani (P1337420418031)
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA
T.A 2019/2020
APA ITU CAMPAK ???
A. Definisi MORBILI /campak
• Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3
kulit (rash).
B. Etiologi
• Penyebab dari virus morbili yang terdapat dalam sekret
-Kloramfenikol dosis75 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100 mg/kgbb/hari selama 7-10 hari
-Kortikosteroid : deksametason 1 mg/kgBB/hari sebagai dosis awal dilanjutkan 0,5
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis sampai kesadaran membaik (bila pemberian lebih dari 5
hari memerlukan tapering off)
-Kebutuhan jumlah cairan dikurangi ¾ dari kebutuhan dan lakukan koreksi jika terdapat
gangguan elektrolit.
Pada kasus campak dengan komplikasi Bronkopneumonia dapat diberikan:
-Kloramfenikol dosis 75 mg/kgBB/hari dan ampisilin 100 mg/kgbb/hari selama 7-10 hari
-Oksigen 2 liter/menit.
• b. Terapi Antivirus
• Terapi antivirus dengan Ribavirin terbukti secara in vitro bermanfaat terhadap infeksi
campak berat pada individu dewasa yang imunokompromais serta pada kasus Subacute
sclerosing panencephalitis (SSPE). Namun penggunaan Ribavirin belum memiliki izin dari
US Food and Drug Administration (FDA) dan sifatnya masih eksperimental.
A. Pengkajian
1. Identitas diri
2. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
3. Riwayat Penyakit Keluarga
4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum :
· Kondisi umum
· TTV
- Suhu : peningkatan suhu
- RR : penurunan RR
- TD : 108/ 58 mmHg
- Nadi : 90 x per menit
2. HEENT :
· Head ( kepala ) : sakit kepala
· Eye ( mata ) : terdapat konjungtivitis, fotophobia
· Ear ( telinga ) : terdapat ruam, rash pada telinga bagian belakang
· Nose (hidung) : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza,
perdarahan hidung ( pada stad erupsi ).
· Mouth ( mulut ) : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit
2. HEENT :
· Head ( kepala ) : sakit kepala
· Eye ( mata ) : terdapat konjungtivitis, fotophobia
· Ear ( telinga ) : terdapat ruam, rash pada telinga bagian belakang
· Nose (hidung) : Banyak terdapat secret, influenza, rhinitis/koriza,
perdarahan hidung ( pada stad erupsi ).
· Mouth ( mulut ) : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit
. Terdapat Koplik’s Spot.
3. Leher :
· Terdapat eritema makulopapuler.
· Terjadi hiperplasia jaringan limfe pada tonsil, adenoid, dan hiperplasia.
4. Nodus Limfe :
· Terdapat eritema makulopapuler
· terjadi pembesaran karena mengalami hiperplasia jaringan limpatik.
5. Paru :
· terdapat sputum mukopurulent
· dispnea
· kongesti dapat didengar, tetapi tampak dari jalan napas atas ( lebih keras didekat mulut)
· wheezing, ronchi, batuk
6. Kardiovaskular :
· titik impuls maksimum (TIM) pada ruang antar iga ke 4 atau ke 5 dan garis
mediastinum
· S1 dan S2 normal
· tidak ada murmur atau bunyi jantung abnormal
· nadi femoralis normal, nadi dorsalis pedis dapat diraba bilateral
7. Payudara :
normal, dengan beberapa lemak dibawah keduanya
8. Abdomen :
· menonjol, tapi lunak tidak ada rasa nyeri tekan
· hepar meluas 2 cm di bawah margin kosta kanan (MKKa) dan tidak ada nyeri tekan
9. Genetalia :
· tanner I penis yang disirkumsisi
· tidak ada rambut pubis, lesi, atau rabas
· testis turun, sulit untuk memalpasi karena reflek kresmaterik aktif
· skrotum normal di kedua sisi
10. Muskuloskeletal :
· rentang gerak normal pada ekstermitas atas dan bawah serta semua sendi
· tulang belakang lurus
· cara berjalan normal
11. Neurologis :
- status mental, gembira (anak yang kooperatif)
- perkembangan (DDDST) motorik kasar
12. Integumen:
Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makulopapular merah pada leher, muka,
lengan dan kaki, eritema, panas demam).
Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas inefektif b/d adanya
penumpukan sekret
2. Hipertermi b/d adanya proses inflamasi.
3. Resiko kekurangan volume cairan tubuh
b/d diare
Intervensi / Implementasi
A. Dx 1.Bersihan jalan nafas inefektif berhubungan dengan adanya penumpukan sekret
• Intervensi :
1) Auskultasi bunyi napas. Catat adanya bunyi napas, mis., mengi, krekles, ronki.
R/ Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak
dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, mis., penyebaran, krekles basah (bronkitis); bunyi
napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); atau tak adanya bunyi napas
2) Kaji frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi / ekspirasi
R/ Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau
R/ Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses
akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, mis., infeksi, reaksi alergi.
4) Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, mis., peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran
tempat tidur.
R/ Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.
Namun, pasien dengan distres berat akan mencari posisi yang paling mudah untuk bernapas.
5) Pertahankan polusi lingkungan minimum, mis., debu, asap, dan bulu
bantal yang berhubungan dengan kondisi individu.
Kolaborasi:
1. Berikan obat sesuai indikasi
R/ takikardia, hipotensi, dispnea, atau demam dapat mengindikasikan defisit volume cairan
R/ pengukuran berat badan setiap hari dapat membantu memperkirakanstatus cairan tubuh
• Kolaborasi