Anda di halaman 1dari 25

TETANUS

DINNA KARLINA
030.15.061
DEFINISI

• Tetanus adalah penyakit


dengan tanda kekakuan
otot(spasme) tanpa
disertai penurunan
kesadaran
ETIOLOGI

TETANUS DISEBABKAN OBLIGAT ANAEROB,


OLEH BERBENTUK BATANG
BAKTERI CLOSTRIDIUM GRAM POSITIF.
TETANI. 

SPORA MEMILIKI
GAMBARAN DRUM-
STICK APPEARANCE
PADA PEWARNAAN
C. tetani pada pewarnaan Gram.
Bentuk vegetative C tetani
Clostridium tetani menghasilkan dua jenis toxin:
1.Tetanolysin hemolisin dan bersifat oxygen labile (mudah
diinaktivasi oleh oksigen)
2.Tetanospasmin. neurotoxin yang bersifat heat labile (tidak
tahan panas) yang berhubungan dengan manifestasi penyakit
tetanus
EPIDEMIOLOGY

• Rare in USA secondary to tetanus


vaccination
• 200 cases/year

• Serious problem in developing world


• 350,000 cases/year
• 50,000 deaths annually

 
EPIDEMIOLOGY

• Pada anak laki – laki lebih tinggi angka


kejadiannya dibandingkan perempuan
• Pada tetanus neonatorum angka kematian sangat
tinggi yaitu 400.000 kematian di seluruh dunia
• merupakan penyebab kematian neonatus sebesar
23% sampai 73% dan 25 sampai 30% di tahun
pertama pada negara berkembang.
PATOGENESIS

Spora akan masuk ke dalam tubuh melalui luka


terbuka kemudian akan melepaskan toksin
tetanus

Spora dapat bertahan di berbagai kondisi dan


memungkinkan transmisi bakteri. Spora dapat
bertahan dari perubahan pH maupun suhu,
bahkan dapat bertahan selama autoclaving
PATOGENESIS

Tetanospasmin adalah toxin


Begitu toxin ini terikat
yang berperan dalam
dengan saraf, toxin tidak
manifestasi klinis dari
dapat dieliminasi.
tetanus.

Penyebaran tetanospasmin
dapat melalui hematogen
ataupun limfogen yang
kemudian mencapai
targetnya di ujung saraf
motorik.
PATOGENESIS

• Toxin ini menghambat pelepasan inhibitory neurotransmitter, yaitu glycine dan


GABA (gamma-amino butyric acid).
• Aktifitas motor neuron menjadi tidak terinhibisi dan memberikan gambaran
kekakuan otot, spasme dan paralisis spastik.
PATOGENESIS

• Proses ini terjadi di semua sinaps, termasuk neuromuscular junction (NMJ).


• Otot-otot yang memiliki jaras persarafan (neuronal pathways) terpendek akan
terkena lebih dahulu, seperti otot-otot mastikasi.
• Sehingga pada awal gejala timbul trismus (kaku rahang) dan disfagia
TETANUS - CLINICAL MANIFESTATIONS

Masa inkubasi

• 7-10 hari  prognosis

Gejala

• Tetanus generalized: trismus, kekakuan otot maseter,


opistotonus, defans muscular
• Tetanus localized: terdapat kekauan didaerah yang
terdapat luka, biasanya ringan
• Tetanus cephalic: disfagia, trismus, dan dapat timbul
parese wajah serta gangguan otot ekstraokular
• Tetanus neonatal: kelemahan dan ketidakmampuan
untuk menyusu, kadang disertai opistotonus
CLINICAL MANIFESTATIONS

Come in painful spasms


Tonic contractions of Opisthotonus
various muscle groups Laryngospasm
Respiratory paralysis

Induced by stimuli like Dark quiet room


light and sound

Secondary to respiratory
Mortality rate high failure
KLASIFIKASI TETANUS
Derajat I (tetanus ringan)
• Trismus ringan sampai sedang, kaku kuduk, opistotonus, perut
papan
• Disfagia ringan atau (-), kejang (-), gangguan respirasi (-)

Derajat II (tetanus sedang)


• Trismus sedang, kejang rangsang (+), kejang spontan (-)
• Takipne, disfagia ringan

Derajat III (tetanus berat)


• Trismus berat, otot spastis, kejang spontan, takipnea, takikardia
• Serangan apne, disfagia berat, aktivitas sistem autonom meningkat

Derajat IV (stadium terminal), derajat III (+) dengan


• Gangguan autonom berat
• Hipertensi berat dan takikardi, atau
• Hipotensi dan bradikardi
• Hipertensi berat atau hipotensi berat
DIAGNOSIS
TATALAKSANA
Pencegahan
TATALAKSAN
A TETANUS
• Perawatan luka
• Dilakukan terutama pada luka tusuk, luka kotor, atau luka
yang diduga tercemar spora tetanus, perawatan luka juga
dilakukan guna mencegah timbul jaringan anaerob
• Pemberian ATS dan Toksoid Tetanus pada luka
• Profilaksis pemberian ATS hanya efektif pada luka baru
yaitu luka < 6 jam, dan harus segera dilanjutkan dengan
imunisasi aktif
• Pasang jalur IV dan beri cairan dengan dosis rumatan.
TATALAKSAN • Berikan diazepam 10 mg/kgBB/hari IV dalam 24 jam atau
A TETANUS bolus IV setiap 3 jam (0.5 mL per kali pemberian), maksimum
40 mg/kgBB/hari.
• Jika jalur IV tidak terpasang, berikan diazepam melalui rektum.
• Jika frekuensi napas < 20 kali/menit, obat dihentikan, meskipun
bayi masih mengalami spasme. Jika bayi mengalami henti
napas selama spasme atau sianosis sentral setelah spasme,
berikan oksigen dengan kecepatan aliran sedang.
• Jika belum bernapas spontan lakukan resusitasi dan jika belum
berhasil dirujuk ke rumah sakit yang mempunyai fasilitas
NICU.
• Jika ada, beri human tetanus immunoglobulin 500 IU
TATALAKSAN IM atau tetanus antitoksin 5 000 IU IM
A TETANUS
• Tetanus toksoid 0.5 mL IM diberikan pada tempat yang
berbeda dengan tempat pemberian antitoksin
• Penisilin prokain 50 000 IU/kgBB/hari IM dosis
tunggal atau Metronidazol IV selama 10 hari
• Jika terjadi kemerahan dan/atau pembengkakan pada
kulit sekitar pangkal tali pusat, atau keluar nanah dari
permukaan tali pusat, atau bau busuk dari area tali
pusat, berikan pengobatan untuk infeksi lokal tali pusat.
Sistem skor untuk menentukan prognosis Tetanus
Nomor Faktor Prognosis 1 point 0 point

1 Masa Inkubasi < 7 hari >7 hari

2 Masa Onset < 2 hari >2hari

3 Situs masuk kuman (port of entry) Umbilikus, uterus, luka Situs lain atau tidak
bakar, fraktur terbuka, injeksi diketahui
intramuskular

4 Spasme yang muncul mendadak, dan bertambah ya Tidak


buruk (paroxysm)

5 Suhu (diukur melalui rectal) >38,4o C ≤38,4o C

6 Nadi : pada dewasa : > 120x/menit <120x/menit


pada neonatus : > 150x/ menit <150x/menit

Semakin tinggi nilai yang didapat, semakin buruk prognosisnya.


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai