Anda di halaman 1dari 50

LANJUTAN KU

TEKNIK PEMBUATAN KISI-


KISI
PENGERTIAN KISI-KISI

Kisi-kisi (test blue print atau table of


specification) merupakan deskripsi mengenai
ruang lingkup dan isi materi yang akan
diujikan.

Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk


menentukan ruang lingkup dan tekanan tes
yang setepat-tepatnya, sehingga dapat
menjadi petunjuk dalam menulis soal.
Adapun wujudnya dapat berbentuk format
atau matrik.
SYARAT-SYARAT KISI-KISI
YANG BAIK

1. Mewakili isi kurikulum yang akan


diujikan
2. Komponen-komponennya rinci, jelas,
dan mudah dipahami
3. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai
dengan Indikator dan bentuk yang yang
ditetapkan
JENIS PERILAKU YANG DAPAT DIUKUR

Ranah kognitif yang dikembangkan Benjamin S. Bloom adalah:


1. Ingatan di antaranya seperti: menyebutkan, menentukan,
menunjukkan, mengingat kembali, mendefinisikan;
2. Pemahaman di antaranya seperti:membedakan, mengubah,
memberi contoh, memperkirakan, mengambil kesimpulan;
3. Penerapan di antaranya seperti: menggunakan,
menerapkan;
4. Analisis di antaranya seperti: membandingkan,
mengklasifikasikan, mengkategorikan, menganalisis; (
5. Sintesis antaranya seperti: menghubungkan,
mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun;
6. (Evaluasi di antaranya seperti: menafsirkan, menilai,
memutuskan.
Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M.
Gagne

1) kemampuan intelektual: diskriminasi,


identifikasi/konsep yang nyata, klasifikasi,
demonstrasi, generalisasi/menghasilkan sesuatu;
2) strategi kognitif: menghasilkan suatu
pemecahan;
3) informasi verbal: menyatakan sesuatu secara
oral;
4) keterampilan motorist
melaksanakan/menjalankan sesuatu;
5) sikap: kemampuan untuk memilih sesuatu.
KISI-KISI YANG BAIK HARUS MEMENUHI
PERSYARATAN

1.Kisi-kisi harus dapat mewakili isi


silabus/kurikulum atau materi yang telah
diajarkan secara tepat dan proporsional.
2.Komponen-komponennya diuraikan secara
jelas dan mudah dipahami.
3.Materi yang hendak ditanyakan dapat
dibuatkan soalnya.
Perumusan Indikator Soal

1) menggunakan kata kerja operasional (perilaku


khusus) yang tepat,
2) menggunakan satu kata kerja operasional untuk
soal objektif, dan satu atau lebih kata kerja
operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,
3) dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk
soal pilihan ganda).
Penulisan indikator yang lengkap

A = audience (peserta didik) ,


B = behaviour (perilaku yang harus
ditampilkan),
C = condition (kondisi yang diberikan),
D = degree (tingkatan yang diharapkan).
Langkah-langkah Penyusunan Butir Soal

(1)menentukan tujuan tes,


(2)menentukan kompetensi yang akan diujikan,
(3)menentukan materi yang diujikan, (
(4)menetapkan penyebaran butir soal berdasarkan kompetensi,
materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan
ganda, uraian; dan tes praktik),
(5)menyusun kisi-kisinya,
(6)menulis butir soal,
(7)memvalidasi butir soal atau menelaah secara kualitatif, (
(8)merakit soal menjadi perangkat tes, (
(9)menyusun pedoman penskorannya
(10) uji coba butir soal, (
(11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil
uji coba, dan
(12) perbaikan soal berdasarkan hasil analisis
Keunggulan dan kelemahan pilihan ganda

Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah


dapat mengukur kemampuan/perilaku secara objektif,
sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah dapat
mengukur kemampuan mengorganisasikan gagasan dan
menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat
sendiri

Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah


sulit menyusun pengecohnya, sedangkan untuk soal uraian
di antaranya adalah sulit menyusun pedoman
penskorannya.
Penulisan Soal Bentuk Uraian

uraian objektif
suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan
jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga
penskorannya dapat dilakukan secara objektif
Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara
dikotomus (benar - salah atau 1 - 0
uraian non-objektif
suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan
pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing
peserta didik, sehingga penskorannya sukar untuk
dilakukan secara objektif
Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor
ini, maka dalam menentukan perilaku yang diukur dibuatkan
skala
KAIDAH PENULISAN SOAL URAIAN
1. Materi
a. Soal harus sesuai dengan indikator.
b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang
diharapkan.
c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan
peugukuran.
d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis
sekolah atau tingkat kelas.
2. Konstruksi
a. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut
jawaban terurai.
b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya
disajikan dengan jelas, terbaca, dan berfungsi.
LANJUTAN

3. Bahasa
a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik
dan benar (baku).
c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat/tabu.
e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang
menyinggung perasaan peserta didik.
KAIDAH PENULISAN SOAL PILIHAN GANDA
1.Materi
a.Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus
menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai
dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
b.Pengecoh harus bertungsi
c.Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar.
Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban.
2. Konstruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pernyataan yang diperlukan saja.
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang
benar.
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat
negatif ganda.
.
LANJUTAN
e.Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi
materi.
f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
g. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan
jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas
benar".
h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis.
i. Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang
terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
j. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata
yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya,
kadang-kadang.
k. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
Ketergantungan pada soal sebelumnya menyebabkan peserta
didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak akan
dapat menjawab benar soal berikutnya.
LANJUTAN

3. Bahasa/budaya
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia. Kaidah bahasa
Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi:
 pemakaian kalimat: (1) unsur subyek, (2) unsur
predikat, (3) anak kalimat;
 pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2) penulisan kata,
dan
 pemakaian ejaan: (1) penulisan huruf, (2)
penggunaan tanda baca.
b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga
pernyataannya mudah dimengerti warga belajar/peserta
didik.
c. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang
bukan merupakan satu kesatuan pengertian. Letakkan
kata/frase pada pokok soal.
 
DEFINISI ABS

Analisis butir soal merupakan analisis


hubungan antara skor-skor butir soal denga
skor keseluruhan, membandingkan jawaban
siswa terhadap suatu butir soal dengan
jawaban terhadap kese luruhan tes
(Tuckman, 1975:271).).
MACAM & FUNGSI ABS
A ●
Daya pembeda

B ●
Tingkat kesulitan soal

C ●
Reliabilitas Butir Soal

D ●
Pengecoh
A. DAYA PEMBEDA

Pengertian dari daya beda adalah suatu yang


mengukur sejauh mana suatu butir soal mampu
membedakan peserta didik yang sudah menguasai
kompetensi dengan peserta didik yang
belum/kurang menguasai kompetensi berdasarkan
kriteria tertentu.
Keterangan :
 · DB : daya pembeda.
 · BA : jumlah jawab benar tiap soal kelompok atas.
 · BB : jumlah jawab benar tiap soal kelompok bawah.
 · N : Jumlah testee kel atas dan kelompok bawah

Indeks hasil perhitungan di atas dikonsultasikan dengan


tabeltingkat daya pembeda, yaitu:
 · 0,40 ≤ DB ≤ 1,00 = soal diterima (baik)
 · 0,30 ≤ DB ≤ 0,39 = soal diterima tetapi perlu diperbaiki
 · 0,20 ≤ DB ≤ 0,29 = soal diperbaiki
 · DB ≤ 0,19 = soal tidak dipakai (dibuang)
SOAL PILIHAN GANDA DARI
SEKOLAH
KESIMPULAN DAYA BEDA
Soal diterima = 20%
Soal diterima tapi diperbaiki = 15 %
Perbaiki = 15 %
Dibuang = 50 %
berdasarkan data diatas disimpulkan
bahwa soal matematika kelas X tkr smkn 1
jatirogo daya bedanya jelek
B. TINGKAT KESUKARAN SOAL
(DIFFICULTY INDEX)
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran
seberapa besar derajat kesukaran suatu soal.
Keterangan :
 · TK : indeks tingkat kesukaran.
 · BA : jumlah jawab benar tiap soal kelompok atas.
 · BB : jumlah jawab benar tiap soal kelompok bawah.
 · N : Jumlah peserta tes (testee) kelompok atas dan
kelompok bawah.

Indeks hasil perhitungan di atas, dikonsultasikan


dengan tabel tingkat kesukaran, yaitu:
 · 0,00 ≤TK≤ 0,30 = sukar
 · 0,31 ≤TK≤ 0,70 = sedang
 · 0,71≤TK≤ 1,00 = mudah
SOAL PILIHAN GANDA DARI
SEKOLAH
KESIMPUAN TINGKAT
KESUKARAN
 Sangat sukar = 25 %
 Sukar = 20 %
 Sedang = 30 %
 Mudah = 25 %
berdasarkan data diatas disimpulkan bahwa
soal matematika kelas X tingkat kesukarannya
baik
C. RELIABILITAS BUTIR SOAL
Reliabilitas suatu tes adalah tingkat atau
derajat konsistensi tes yang bersangkutan.
1. Reliabilitas Soal Bentuk Pilihan Ganda
ditentukan menggunakan Rumus Kuder Richadson
20 (KR-20)
Rumus Kuder Richadson 20 (KR-20):
Keterangan:
 k = banyaknya butir soal
 p = proporsi peserta tes yang menjawab benar
 SD = varians total simpangan baku
Reliabilitas Soal Bentuk Uraian ditentukan menggunakan Rumus Alfa Cronbach.
Rumus:

Keterangan:
 r = koefisien reliabilitas seluruh tes
 n = jumlah soal dalam tes
 2
 t SD = varian skor-skor total pada tes
 Σ2
 i SD = jumlah varian butir tes

Nilai Korelasi di atas dikonsultasikan dengan tabel kriteria korelasi


koefisien, yaitu:
 o 0,00 ≤ r11 ≤ 0,20 = korelasi sangat rendah
 o 0,20 ≤ r11 ≤ 0,40 = korelasi rendah

 o 0,40 ≤ r11 ≤ 0,70 = korelasi cukup


 o 0,70 ≤ r11 ≤ 0,90 = korelasi tinggi

 o 0,90 ≤ r11 ≤ 1,00 = korelasi sangat tinggi (sempurna)


SOAL PILIHAN GANDA DARI SEKOLAH
KESIMPULAN REABILITAS
 rata2 = 8,31
 Simpangan baku = 1,53
 Korelaxy XY = - 0,14
 Reabilitas tes = -0,32 (korelasi sangat rendah)

Jadi dapat disimpulkan soal dari smkn x tkr mata


pelajaran matematika reabilitasnya sangat rendah
D. PENGECOH
Suatu pola yang menggambarkan bagaimana menentukan
pilihan jawabannya terhadap kemungkinan jawaban yang
telah dipasangkan pada setiap butir item.
PENGERTIAN KONVERSI SKOR
Konversi adalah  adalah kegiatan
mengubah atau mengolah skor mentah
menjadi huruf. Jika tidak ada kegiatan
konversi ini, maka nilai tidak bisa
dinterpretasikan.
Konversi nilai dapat dilakukan dengan
menggunakan Mean dan SD atau dikenal juga
dengan batas lulus Mean (Mean = SD). Cara
yang kedua adalah dengan Mean Ideal dan SD
Ideal atau Remmers.
LANJUTAN ??
Untuk cara pertama, langkah pertama
yang harus dilakukan adalah mencari nilai
Mean dan SD, kemudian menentukan
besarnya SUD (Skala Unit Deviasi), dan
langkah terakhir adalah menentukan batas
atas dan batas bawah.
MACAM- MACAM KONVERSI NILAI
1. Konversi Nilai dalam Bentuk Norma Relatif
Konversi nilai dalam bentuk norma relatif
merupakan bagian dari Penilaian Acuan Norma
(PAN). Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah
penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada
norma kelompok; nilai-nilai yang diperoleh siswa
diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa yang lain
yang termasuk di dalam kelompok itu (Ngalim
Purwanto: 2010).
Norma dalam hal ini mengacu pada kapasitas
atau prestasi kelompok, dan kelompok disini
adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut.
2. Konversi Nilai dalam Bentuk Absolut
           Penentuan nilai hasil tes belajar dengan
menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP),
mengandung arti bahwa nilai yang akan
diberikan kepada testee itu harus didasarkan
pada standar mutlak (standard absolut) artinya,
pemberian nilai kepada testee itu dilaksanakan
dengan jalan membandingkan antara skor
mentah hasil tes yang dimiliki oleh masing-
masing individu testee, dengan skor maksimum
ideal (SMI) yang mungkin dapat dicapai oleh
testee, kalau saja seluruh soal tes dapat
dijawab dengan betul.
3.   Konversi Nilai dalam Bentuk Kombinasi
Dalam menentukan nilai dengan menggunakan
konversi nilai kombinasi berarti  kita menggabungkan
antara PAP (penilaian acuan patokan) dan PAN
(penilaian acuan norma).
Dalam mengkonversi nilai dengan menggunakan
metode kombinasi antara PAP dan PAN, hal pertama
yang kita lakukan adalah membandingkan terlebih
dahuluantara jumlah siswa yang mencapai nilai A, B, C,
D, dan E pada penentuan nilai yang menggunakan
standar mutlak(PAP : Penilaian Acuan Patokan) dengan
penentuan nilai yang menggunakan standar relatif
(PAN : Penilaian Acuan Norma
Dengan mengkombinasikan PAP dan PAN, maka
kita akan bisa melihat lebih jelas kelemahan dan
kelebihan dari dua pendekatan tersebut. Sehingga,
hasil penilaian akan lebih sempurna.
CARA MENGKONVERSI NILAI NORMA
KELOMPOK SKALA 5 DAN SKALA 11

a. Menentukan rentang
Rentang (r) = data terbesar – data terkecil
                
b. Menentukan banyak kelas interval
Banyak kelas (k) = 1+ 3,3 . log n
Catatan : nilai “k” dibulatkan
c.      Menentukan panjang kelas
Catatan : Khusus untuk panjang kelas
pembulatan dapat tidak mengikuti rekuensi
kelompok kaidah matematik, jadi kalau
pembulatan ke atas (=10) atau ke bawah
(=9). Alasan : supaya semua skor dapat masuk
ke dalam setiap kelas interval.
d. Membuat tabel distribusi frekuensi kelompok
Mula-mula menentukan ujung bawah kelas
interval pertama. Ujung bawah kelas interval
pertama=35 (diambil skor terkecil). Dengan
banyak kelas interval 7 serta panjang kelas 9
dan 10 dapat disusun dua buah rencana kelas
interval sebagai berikut :
  MEMBUAT DAN MENGKONVERSI NILAI DENGAN  PAN SKALA 5
MENENTUKAN BATAS NILAI :


+ 1,5 s                               

 76 + 1,5 . 14 = 97               A


+ 0,5 s

76 + 0,5 . 14 = 83            B


 + -0,5 s                                  

 76 -0,5 . 14  = 69                C


MEMBUAT DAN MENGKONVERSI NILAI DENGAN PAN SKALA-11
MENENTUKAN BATAS NILAI:
 + 2,25s =76 + 2,25 . 14         108
                                                             9
  +1,75s = 76 + 1,75 . 14       101
                                                             8
  + 1,25s = 76 + 1,25 . 14       94
                                                             7
  + 0,75s = 76 + 0,75 . 14       87
                                                             6
 + 0,25s = 76 + 0,25 . 14        80
                                                             5
 - 0,25s = 76 - 0,25 . 14          73
                                                             4
 - 0,75s = 76 – 0,75 . 14        66
                                                             3
 - 1,25s = 76 – 1,25 . 14        59
                                                             2
 - 1,75s = 76 - 1,75 . 14         52
                                                             1
 - 2,25s = 76 + 2,25 . 14        45
                                                             0
PENGISIAN FORMAT/TABEL LAPORAN HASIL BELAJAR

1. Identitas Peserta Didik


2. Tabel Nilai Hasil Belajar
a. Kolom PENGETAHUAN diisi dengan nilai kumulatif dari hasil pencapaian SK dan KD
untuk
aspek kompetensi pengetahuan peserta didik setiap mata pelajaran dan muatan lokal
per semester.
Nilai pengetahuan mencakup aspek pengetahuan konsep sampai dengan aspek
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi, yang diperoleh melalui berbagai teknik
penilaian berupa tes
tertulis dan lisan (wawancara/presentasi dll), observasi atau pengamatan, penugasan
perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran.
Nilai pengetahuan harus sesuai tuntutan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh
pesertadidik.
Nilai Pengetahuan ditulis secara kuantitatif dalam bentuk bilangan bulat dan huruf,
denganmenggunakan skala 0 ‐ 100. Contoh: dalam angka : 75 dalam huruf Tujuh
Lima
b. Kolom PRAKTIK diisi dengan nilai kumulatif dari
hasil pencapaian SK dan KD yang penilaian
hasil belajarnya dilakukan melalui tes praktik atau
tes kinerja. Nilai praktik hanya diberlakukan untuk
mata pelajaran tertentu yang SK dan KD nya
menuntut peserta didik
untuk mampu mempraktikkan atau melaksanakan
tugas dengan cara yang benar dan hasil yang baik,
seperti mata pelajaran: Fisika, Kimia, Biologi,
Pendidikan Jasmani, Olahraga
dan Kesehatan, Seni Budaya, Bahasa, dan Teknologi
Informasi dan Komunikasi. Sedangkan untuk mata
pelajaran Pendidikan Agama disesuaikan dengan
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan di masing‐
masing satuan pendidikan.
c. Kolom SIKAP diisi dengan hasil penilaian sikap pada
setiap mata pelajaran dan muatan
lokal, yang diperoleh melalui observasi atau pengamatan
guru terhadap peserta didik
selama proses pembelajaran berlangsung.
Kriteria penilaian sikap peserta didik ditunjukkan dalam
bentuk antara lain:
motivasi dan minat belajar, kerjasama, disiplin,
ketekunan, ulet (tidak mudah
menyerah), sportif, percaya diri (kemandirian),
ketelitian, kemampuan memecahkan
masalah, kritis, berfikir logis dan ilmiah, kreatifitas,
santun dalam berkomunikasi,
responsif dalam mendengarkan dan mampu
menyampaikan pendapat/pertanyaan sesuai
3. Tabel Ketercapaian Kompetensi Peserta Didik
Kolom ketercapaian Kompetensi diisi dengan
uraian singkat/deskripsi yang menggambarkan
tingkat pencapaian kompetensi utuh peserta didik
untuk setiap mata pelajaran.
Deskripsi pencapaian kompetensi mencakup
seluruh SK/KD yang telah mencapai ketuntasan
belajar atau SK/KD yang belum mencapai ketuntasan
belajar. Apabila pada salah satu semester terdapat
SK/KD mata pelajaran tertentu yang belum
mencapai ketuntasan belajar dalam semester yang
bersangkutan, maka laporan hasil pencapaian
kompetensi peserta didik setelah dilakukan program
remidi, dicantumkan pada semerter berikutnya.
4. Tabel Pengembangan Diri
Kegiatan Pengembangan diri bertujuan untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan
diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat
setiap peserta didik sesuai dengan kondisi
sekolah. Kegiatan pengembangan diri
difasilitasi (dibimbing dan dinilai) oleh
konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang
diberi tugas.
5. Tabel Penilaian Akhlak Mulia dan Kepribadian
a. Penilaian akhlak mulia dan kepribadian peserta
didik, harus dilaksanakan secarakomprehensif
dan berkesinambungan, karena kedua komponen
dimaksud merupakan salah satu persyaratan
kelulusan peserta didik pada akhir jenjang
satuan pendidikan. Berkaitan dengan hal
dimaksud, dalam Permendiknas Nomor: 20 tahun
2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan,
telah diatur sebagai berikut:
1) Penilaian akhlak mulia yang merupakan aspek
afektif dari kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, sebagai perwujudan
sikap dan perilaku beriman dan bertakwa
2) Penilaian kepribadian, yang merupakan
perwujudan kesadaran dan tanggungjawab
sebagai warga masyarakat dan warganegara yang
baik sesuai dengan norma dan nilainilai luhur
yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat
dan berbangsa, adalah bagian dari kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dengan
memanfaatkan informasi dari pendidik mata
pelajaran lain dan sumber lain yang relevan.
Hasil penilaian kepribadian sudah termasuk
penilaian kelompok mata pelajaran Pendidikan
Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan serta kelompok mata pelajaran
Estetika
6. Tabel Ketidakhadiran
Kolom keterangan pada tabel ketidakhadiran
peserta didik diisi dengan lama waktu (hari, jam
atau satuan waktu lainnya).

Anda mungkin juga menyukai