Anda di halaman 1dari 17

OBESITAS

Pembimbing : Kombes.Pol. Dr. Dasril Nizam Sp.PD-


KGEH

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


FK Universitas YARSI Jakarta
Periode 24 April – 2 Juli 2017
RS Bhayangkara TK. I R. Said Sukanto
DEFINISI
◦ Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi
lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa
sehingga dapat mengganggu kesehatan.
◦ Menurut World Health Organization (WHO) 2006, obesitas
didefenisikan sebagai kumpulan lemak berlebih yang dapat
mengganggu kesehatan dengan Body Mass Index (BMI) ≥ 30
kg/m2.
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi nasional obesitas pada penduduk dewasa berusia
≥ 15 tahun di 10 provinsi di Indonesia tahun 2007 adalah
Sulawesi Utara (33,3%), Jakarta (26,9%), Gorontalo
(26,3%), Maluku Utara (22,2%), Kalimantan Timur
(23,5%), Papua Barat (23,0%), Kepulauan Riau (22,8%),
Papua (22,2%), Bangka Belitung (22,2%), dan Sumatera
Utara (20,9%).
Wanita > Pria
ETIOLOGI
◦ Pola makan
◦ Aktifitas fisik
◦ Neurogenik
◦ Faktor Genetik
◦ Hormon
PATOFISIOLOGI OBESITAS
1. Obesitas dan keseimbangan energi
◦ Obesitas telah lama dipandang sebagai penyakit dari keseimbangan energi. Dapat
terjadi karena masukan energi yang berlebihan ataupun kurangnya energi yang
dikeluarkan.
◦ Leptin merupakan adipokin yang dibebaskan dari jaringan adiposa, berfungsi
menekan nafsu makan dan sebagai regulator utama keseimbangan energi dan berat
badan. Leptin selain bekerja di sinyal kenyang, juga bekerja dalam pengeluaran
energi. Kadar leptin yang tinggi akan menyebabkan penurunan kadar uncoupling
protein (UCP1).
◦ Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa
meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah.
Kemudian, leptin merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan
produksi Neuro Peptida Y (NPY) sehingga terjadi penurunan nafsu makan.
Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi,
maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di
hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan.
2. Obesitas dan kelainan adiposit
Abnormalitas penyimpanan dan mobilisasi lemak adalah mekanisme lain yang
juga berpotensi dalam patofisiologi obesitas. Ketika kelebihan makronutrient
terutama glukosa dalam darah, akan terjadi perubahan glukosa menjadi glikogen.
Bila simpanan dalam hati dan otot telah memenuhi kapasitas, maka glukosa akan
dirubah menjadi asam lemak dan selanjutnya disimpan dalam adiposit.
Penyimpanan lemak yang terus menerus akan membuat hipertrofi atau
pembesaran adiposit. Pada orang dewasa, adiposit akan mengalami pembesaran
namun tidak bertambah jumlahnya. Berbeda dengan obesitas yang terjadi pada
anak-anak, adiposit tidak hanya mengalami hipertrofi namun juga hiperplasia. Hal
inilah yang menyebabkan 75% anak yang mengalami obesitas akan berlanjut
hingga dewasa.
KLASIFIKASI OBESITAS

Antropometri berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)/ Body


Mass Index (BMI) 

IMT = BB (kg)
TB2 (m)
Kriteria IMT menurut WHO
Jaringan adiposa tidak terisolasi pada area tertentu di tubuh,
melainkan tersebar menyeluruh. Pada wanita 18% berat badan adalah
lemak sedangkan pada pria 16% berat badan adalah lemak.
Pada tubuh manusia, lemak didistribusikan menjadi 2 kategori yaitu
disimpan pada area panggul dan kaki (“pear-shaped” – obesitas perifer)
atau disimpan terpusat disekitar abdomen (“apple-shaped” – obesitas
sentral) (WHO, 2008).

Rasio Lingkar Perut (LPe) dan Lingkar Panggul (LPa) merupakan


cara sederhana untuk membedakan obesitas bagian bawah tubuh
(panggul) dan bagian atas tubuh (pinggang dan perut). Jika rasio antara
lingkar pinggang dan lingkar panggul untuk perempuan diatas 0.85 dan
untuk laki-laki diatas 0.95 maka berkaitan dengan obesitas sentral /
apple-shaped obesity dan memiliki faktor resiko stroke, DM, dan
penyakit jantung koroner. Sebaliknya jika rasio lingkar pinggang dan
lingkar panggul untuk perempuan dibawah 0,85 dan untuk laki-laki
dibawah 0,95 maka disebut obesitas perifer / pear-shaped obesity
(WHO, 2008).
BENTUK TUBUH BERDASARKAN CIRI
FISIK DAN RESIKO
Bentuk Tubuh Ciri Fisik Resiko

Lemak disimpan di sekitar pinggul Resiko terhadap penyakit pada tipe


dan bokong Tipe ini cenderung gynoid umumnya kecil, kecuali
Gynoid (Bentuk Peer) dimiliki wanita. resiko terhadap penyakit arthritis
dan varises vena (varicose veins).

Biasanya terdapat pada pria. dimana Resiko kesehatan pada tipe ini lebih
lemak tertumpuk di sekitar perut. tinggi dibandingkan dengan tipe
Pria kurus dengan perut gendut Gynoid, karena sel-sel lemak di
Apple Shape (Android) lebih beresiko dibandingkan dengan sekitar perut lebih siap melepaskan
. pria yang lebih gemuk dengan perut lemaknya ke dalam pembuluh darah
lebih kecil dibandingkan dengan sel-sel lemak
di tempat lain.
Ciri dari tipe ini adalah “besar
di seluruh bagian badan”. Tipe
Resiko sama dengan tipe
Ovid (Bentuk Kotak Buah) Ovid umumnya terdapat pada
Gynoid.
orang-orang yang gemuk secara
genetik
Penatalaksanaan obesitas
1. Olahraga
Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang bersifat aerobik, yaitu
olahraga yang menggunakan oksigen dalam sistem pembentukan
energinya. Atau dengan kata lain olahraga yang tidak terlalu berat
namun dalam waktu lebih dari 15 menit. Contoh olahraga yang
dianjurkan antara lain berjalan selama 20- 30 menit setiap harinya,
berenang, bersepeda santai, jogging, senam aerobik.

2. Diet
Kurangi konsumsi makanan cepat saji dan banyak mengandung lemak
terutama asam lemak tak jenuh dan mengurangi makanan yang manis-
manis.
KARBOHIDRA
T
Utamakan jenis karbohidrat kompleks seperti
yang terdapat pada : beras, berah merah,
gandum kentang, dll.

Roti gandum, beras merah ,


GI RENDAH gandum, ubi, buncis, brokoli,
apel, pir

GI SEDANG
Biskuit, sereal , kentang ,
stroberi, kismis

Roti tawar putih,minuman soda,


GI TINGGI
gula, manisan, semangka, tomat
Kacang-kacangan (kedelai,
PROTEIN Nabati kacang hijau, kacang merah )

Daging merah, daging


Hewani ungags, telur, ikan, produk
susu.

Anda mungkin juga menyukai