Anda di halaman 1dari 260

MATEMATIKA

DISKRIT

Tian Abdul Aziz, Ph.D.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


LOGO
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
Tian Abdul Aziz, Ph.D.
0318108506

Mathematics Education

Undergraduate: Universitas Pendidikan Indonesia (2004-2008)


Graduate: Middle East Technical University (2011-2016)

 0813 1325 3192


 tian_aziz@uhamka.ac.id
Silabus

 Topik
 Relasi (4 pertemuan)
 Graph (5 pertemuan)
 Pohon (2 pertemuan)
 Pewarnaan graph (2 pertemuan)

 Buku yang digunakan


 Deo, N. (1989). Graph Theory with Applications to Engineering and
Computer Sciense.New Delhi: Prentice-Hall.
 Munir, R. (2005). Matematika Diskrit. Bandung: Informatika Bandung.
 Rosen, K. H. (2003). Discrete Mathematics and its Applications. New York:
McGrawHill.
 Wilson, R. J. and Watkins, J. J. (1990). Graphs an Introductory Approach.
New York:John Wiley & Sons.

 Dalam perkuliahan: Penjelasan, Diskusi, Latihan, dan Problem Solving.


Ketentuan

 Penilaian
 Tugas 25%
 Keaktifan 10%
 UTS 25%
 UAS 40%

 Mahasiswa yang tidak tercantum dalam daftar hadir setelah 4 kali tatap
muka berturut-turut tidak diperkenankan mengikuti perkuliahan.

 Mahasiswa yang mengikuti UAS adalah mahasiswa yang hadir


mengikuti tatap muka perkuliahan minimal 75% dari jumlah tatap muka.

 Tugas: Tugas Relasi (8%), Tugas Graph (9%), Tugas Pohon (8%)
Pendahuluan

 Apa itu matematika diskrit?

 Contoh aplikasi matematika diskrit?

 Mengapa perlu belajar matematika diskrit?

 Topik bahasan matematika diskrit?

 Tujuan perkuliahan matematika diskrit?


Apa itu matematika diskrit?

 Discrete:
“having a clear independent shape or form; separate”
(Cambridge Advances Learners Dict)

 Example:
 The number of people in a city is discrete, because there is no such
thing as a fractional person.
 Measurements of time and distance, however, are not discrete,
because they can vary over a continuous range.
(Dictionary of Mathematics Terms: Downing, 2009)

 Matematika Diskrit: Kumpulan topik matematika yang mengkaji dan


menggunakan objek-objek diskrit.
Discrete: The Opposite of Continuous
Aplikasi Matematika Diskrit
 Komputer digital bekerja secara diskrit. Informasi yang disimpan dan
dimanipulasi oleh komputer adalah dalam bentuk diskrit.

 Kamera digital menangkap gambar (analog) lalu direpresentasikan dalam


bentuk diskrit berupa kumpulan pixel atau grid. Setiap pixel adalah elemen
diskrit dari sebuah gambar.
 
Mengapa Mempelajari Matematika Diskrit?

 Mengajarkan mahasiswa untuk berpikir secara matematis


 mengerti argumen matematika
 mampu membuat argumen matematika.

 Matematika diskrit memberikan landasan matematis untuk


kuliah-kuliah lain di informatika.
 algoritma, struktur data, basis data, otomata dan teori bahasa
formal, jaringan komputer, keamanan komputer, sistem operasi,
teknik kompilasi, dsb.

 Matematika Tradisional: Calculus, Algebra, Geometry


 Matematika Modern: Discrete Mathematics

9
Tujuan perkuliahan Matematika Diskrit

 Mathematical reasoning
 Mampu membaca dan membentuk argumen matematika

 Combinatorial analysis
 Mampu menghitung atau mengenumerasi objek-objek

 Discrete Structure
 Mampu bekerja dengan struktur diskrit: Himpunan, barisan, fungsi, graf, pohon,
dan relasi.

 Algorithmic Thinking
 Mampu memecahkan persoalan dengan menspesifikasikan algoritmanya

 Application and Modelling


 Mampu mengaplikasikan matematika diskrit pada hampir setiap area bidang
studi, dan mampu memodelkan persoalan dalam rangka problem-solving skill.
Topik Bahasan Matematika Diskrit

Logika (logic)

Teori Himpunan (set)

Relasi dan Fungsi (relation and function)

Induksi Matematik (mathematical induction)

Algoritma (algorithms)

Teori Bilangan Bulat (integers)

Teori Grup dan Ring (group and ring)

Aljabar Boolean (Boolean algebra)

Kombinatorial (combinatorics)

Teori Graf (graph – included tree)


Contoh-contoh Persoalan

 Berapa banyak kemungkinan jumlah password yang dapat dibuat dari


8 karakter?
 Bagaimana nomor ISBN sebuah buku divalidasi?

 Bagaimana menentukan lintasan terpendek dari satu kota a ke kota


b?
 Diberikan dua buah algoritma untuk menyelesaian sebuah persoalan,
algoritma mana yang terbaik?
 Dapatkah kita melalui semua jalan di sebuah kompleks perubahan
tepat hanya sekali dan kembali lagi ke tempat semula?
 “Makanan murah tidak enak”, “makanan enak tidak murah”. Apakah
kedua pernyataan tersebut menyatakan hal yang sama?

12
Contoh-contoh Persoalan

How to color this map so that no two


adjacent regions have the same color?
Analisis Pembelajaran Individu
1. Tuliskan identitas Anda: Nama, IPK, dan semester.
2. Menurut Anda apa itu matematika? Mengapa perlu dipelajari?
3. Apa motivasi Anda meminati matematika?
4. Apa motivasi menjadi guru matematika?
5. Mata kuliah/ topik matematika apa saja yang disukai dan yang tidak disukai? Alasannya?
6. Bagaimana cara Anda ketika menemui kesulitan dalam belajar matematika?
7. Apa target Anda dalam menyelesaikan mata kuliah? Nilai atau pemahaman atau yang
lainnya?
8. Bagaimana cara Anda dalam belajar matematika?
9. Apa sebab-sebab kegagalan dan keberhasilan Anda dalam belajar matematika?
10. Rata-rata berapa jam waktu yang Anda gunakan untuk belajar matematika di luar jam
kuliah? Pagi, siang, sore, atau malam? Rutin atau tidak?
11. Apa kebiasaan Anda ketika berada di kelas, mencatat lalu memahami, memahami lalu
mencatat, atau hanya salah satu?
12. Menurut Anda, bagaimana belajar aktif itu?
Topik

1. Relasi

2. Graf

3. Pohon

4. Pewarnaan Graf
Relasi
Relasi Biner
9 Maret 2017 & 16 Maret 2017
Relasi Biner

● PERKALIAN KARTESIAN himpunan A dengan B dinyatakan A  B ialah


himpunan pasangan terurut (a,b) dengan a  A dan b  B.
● Notasi: A  B = {(a,b) | a  A, b  B}

● RELASI BINER R antara himpunan A dan B adalah himpunan bagian dari


A  B.
● Notasi: R  (A  B).

● a R b adalah notasi untuk (a, b)  R, yang artinya a dihubungankan dengan


b oleh R
● a R b adalah notasi untuk (a, b)  R, yang artinya a tidak dihubungkan oleh
b oleh relasi R.
● Himpunan A disebut daerah asal (domain) dari R, dan himpunan B
disebut daerah hasil (range) dari R.
Contoh Relasi Biner

● Misalkan A = {2, 3, 4} dan B = {2, 4, 8, 9, 15}

● Tentukan A x B

● Jika relasi R dari A ke B didefinisikan dengan (a,b)  R, jika a habis


membagi b.
● Tentukan a R b dan a R b

● Jika relasi R dan A ke B didefinisikan dengan (a,b)  R, jika ab perkalian


ganjil.
● Tentukan a R b dan a R b
Relasi Khusus

 DEFINISI: Relasi pada sebuah himpunan adalah relasi yang khusus


 DEFINISI: Relasi pada himpunan A adalah relasi dari A  A.
 IMPLIKASI: Relasi pada himpunan A adalah himpunan bagian dari A  A.
 CONTOH:

Misalkan R adalah relasi pada A = {2, 3, 4, 8, 9} yang didefinisikan oleh


(x, y)  R jika x adalah faktor prima dari y.

Maka R = {(2, 2), (2, 4), (2, 8), (3, 3), (3, 9)}
Representasi Relasi

 DIAGRAM PANAH
 TABEL
 MATRIKS
 GRAF BERARAH
Representasi Relasi: DIAGRAM PANAH
Representasi Relasi: TABEL

A B A A
2 2 2 2
2 4 2 4
4 4 2 8
2 8
3 3
4 8
3 3
3 9
3 15

Kolom pertama tabel menyatakan daerah asal, sedangkan kolom


kedua menyatakan daerah hasil.
Representasi Relasi: MATRIKS
 Misalkan R adalah relasi dari A = {a1, a2, …, am} dan B =
{b1, b2, …, bn}.
 Relasi R dapat disajikan dengan matriks M = [mij],
b1 b2  bn
a1  m11 m12  m1n 
a2  m21 m22  m2 n 
M=  
    
 
am mm1 mm 2  mmn 

yang dalam hal ini

1, (a i , b j )  R
mij  
0, (a i , b j )  R
Representasi Relasi: MATRIKS

Relasi R dapat dinyatakan dengan matriks

1 1 1 0 0 
0 0 0 1 1 
 
0 1 1 0 0

yang dalam hal ini,


a1 = 2, a2 = 3, a3 = 4,
b1 = 2, b2 = 4, b3 = 8, b4 = 9, b5 = 15.
Representasi Relasi: GRAF BERARAH

 Graf berarah tidak didefinisikan untuk merepresentasikan relasi dari


suatu himpunan ke himpunan lain.

 Tiap elemen himpunan dinyatakan dengan sebuah titik (simpul atau


vertex), dan tiap pasangan terurut dinyatakan dengan busur (arc)

 Jika (a, b)  R, maka sebuah busur dibuat dari simpul a ke simpul b.


Simpul a disebut simpul asal (initial vertex) dan simpul b disebut
simpul tujuan (terminal vertex).

 Pasangan terurut (a, a) dinyatakan dengan busur dari simpul a ke


simpul a sendiri. Busur semacam itu disebut gelang atau kalang
(loop).
Representasi Relasi: GRAF BERARAH

Misalkan R = {(a, a), (a, b), (b, a), (b, c), (b, d), (c, a), (c, d), (d, b)}
adalah relasi pada himpunan {a, b, c, d}.

R direpresentasikan dengan graf berarah sbb:

b
a

c d
Sifat-sifat Relasi Biner

1. Refleksif (reflexive)

2. Setangkup (symmetric) dan Tolak-setangkup (anti-symmetric)

3. Menghantar (Transitive)
Sifat-sifat Relasi Biner: Refleksif
DEFINISI

 Relasi R pada himpunan A disebut refleksif jika (a, a)  R untuk setiap a 


A.
 Relasi R pada himpunan A tidak refleksif jika ada a  A sedemikian
sehingga (a, a)  R.

CONTOH-CONTOH

 Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada


himpunan A, maka
 Relasi R = {(1, 1), (1, 3), (2, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4) }
bersifat refleksif karena terdapat elemen relasi yang berbentuk (a, a),
yaitu (1, 1), (2, 2), (3, 3), dan (4, 4).
 Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (2, 3), (4, 2), (4, 3), (4, 4) } tidak bersifat
refleksif karena (3, 3)  R.
Sifat-sifat Relasi Biner: Refleksif
CONTOH-CONTOH

 Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif bersifat


refleksif karena setiap bilangan bulat positif habis dibagi dengan dirinya
sendiri, sehingga (a, a)R untuk setiap a  A.

 Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan
bulat positif N.
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 5, T : 3x + y = 10
Tidak satupun dari ketiga relasi di atas yang refleksif karena, misalkan (2,
2) bukan anggota R, S, maupun T.

PERTANYAAN
 Bagaimana karakteristik representasi dari relasi yang bersifat refleksif?
KARAKTERSTIK RELASI REFLEKSIF

 Relasi yang bersifat refleksif mempunyai matriks yang elemen


diagonal utamanya semua bernilai 1, atau mii = 1, untuk i = 1, 2, …,
n,

1 
 1 
 
  
 
 1 
 1

 Graf berarah dari relasi yang bersifat refleksif dicirikan adanya


gelang pada setiap simpulnya.
Sifat-sifat Relasi Biner: Setangkup & Tolak

DEFINISI SETANGKUP
 Relasi R pada himpunan A disebut setangkup jika (a, b)  R, maka (b, a) 
R untuk a, b  A.

 Relasi R pada himpunan A tidak setangkup jika (a, b)  R sedemikian


sehingga (b, a)  R.

DEFINISI TOLAK-SETANGKUP
 Relasi R pada himpunan A sedemikian sehingga (a, b)  R dan (b, a)  R
hanya jika a = b untuk a, b  A disebut tolak-setangkup.

 Relasi R pada himpunan A tidak tolak-setangkup jika ada elemen berbeda a


dan b sedemikian sehingga (a, b)  R dan (b, a)  R.
Sifat-sifat Relasi Biner: Setangkup & Tolak

CONTOH

Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan
A, maka
 Relasi R = {(1, 1), (1, 2), (2, 1), (2, 2), (2, 4), (4, 2), (4, 4) } bersifat
setangkup karena jika (a, b)  R maka (b, a) juga  R. Di sini (1, 2) dan (2,
1)  R, begitu juga (2, 4) dan (4, 2)  R.
 Relasi R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak setangkup karena (2, 3)  R,
tetapi (3, 2)  R.
 Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3) } tolak-setangkup karena 1 = 1 dan (1, 1) 
R, 2 = 2 dan (2, 2)  R, dan 3 = 3 dan (3, 3)  R. Perhatikan bahwa R juga
setangkup.

Sifat-sifat Relasi Biner: Setangkup & Tolak

CONTOH (LANJUTAN)

Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan A,
maka
 Relasi R = {(1, 1), (1, 2), (2, 2), (2, 3) } tolak-setangkup karena (1, 1)  R dan 1
= 1 dan, (2, 2)  R dan 2 = 2 dan. Perhatikan bahwa R tidak setangkup.
 Relasi R = {(1, 1), (2, 4), (3, 3), (4, 2) } tidak tolak-setangkup karena 2  4
tetapi (2, 4) dan (4, 2) anggota R. Relasi R pada (a) dan (b) di atas juga tidak
tolak-setangkup.
 Relasi R = {(1, 2), (2, 3), (1, 3) } tidak setangkup tetapi tolak-setangkup.

 Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (2, 3), (3, 2), (4, 2), (4, 4)} tidak setangkup dan tidak
tolak-setangkup. R tidak setangkup karena (4, 2)  R tetapi (2, 4)  R. R tidak
tolak-setangkup karena (2, 3)  R dan (3, 2)  R tetap 2  3.
Sifat-sifat Relasi Biner: Setangkup & Tolak
CONTOH

Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif tidak setangkup
karena jika a habis membagi b, b tidak habis membagi a, kecuali jika a = b.
Sebagai contoh, 2 habis membagi 4, tetapi 4 tidak habis membagi 2. Karena
itu, (2, 4)  R tetapi (4, 2)  R. Relasi “habis membagi” tolak-setangkup karena
jika a habis membagi b dan b habis membagi a maka a = b. Sebagai contoh, 4
habis membagi 4. Karena itu, (4, 4)  R dan 4 = 4.
Sifat-sifat Relasi Biner: Setangkup & Tolak
CONTOH

Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan bulat
positif N.
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 6, T : 3x + y = 10
 R bukan relasi setangkup karena, misalkan 5 lebih besar dari 3 tetapi 3
tidak lebih besar dari 5.
 S relasi setangkup karena (4, 2) dan (2, 4) adalah anggota S.
 T tidak setangkup karena, misalkan (3, 1) adalah anggota T tetapi (1, 3)
bukan anggota T.
 S bukan relasi tolak-setangkup karena, misalkan (4, 2)  S dan (4, 2)  S
tetapi 4  2.
 Relasi R dan T keduanya tolak-setangkup (tunjukkan!).
KARAKTERSTIK RELASI SETANGKUP
 Relasi yang bersifat setangkup mempunyai matriks yang elemen-
elemen di bawah diagonal utama merupakan pencerminan dari
elemen-elemen di atas diagonal utama, atau mij = mji = 1, untuk i
= 1, 2, …, n :

 1 
 0

1 
 
 
 0 

 Sedangkan graf berarah dari relasi yang bersifat setangkup dicirikan


oleh: jika ada busur dari a ke b, maka juga ada busur dari b ke a.
KARAKTERSTIK RELASI TOLAK SETANGKUP

 Matriks dari relasi tolak-setangkup mempunyai sifat yaitu jika mij = 1


dengan i  j, maka mji = 0. Dengan kata lain, matriks dari relasi
tolak-setangkup adalah jika salah satu dari mij = 0 atau mji = 0 bila i
j:
 1 
 0 

0 1
 
 1 
 0 
 

 Sedangkan graf berarah dari relasi yang bersifat tolak-setangkup


dicirikan oleh: jika dan hanya jika tidak pernah ada dua busur
dalam arah berlawanan antara dua simpul berbeda.
Sifat-sifat Relasi Biner: Menghantar
DEFINISI
Relasi R pada himpunan A disebut menghantar jika (a, b)  R dan (b, c)  R,
maka (a, c)  R, untuk a, b, c  A.

CONTOH
Misalkan A = {1, 2, 3, 4}, dan relasi R di bawah ini didefinisikan pada himpunan
A, maka
 R = {(2, 1), (3, 1), (3, 2), (4, 1), (4, 2), (4, 3) } bersifat menghantar. Lihat
tabel berikut:

Pasangan berbentuk
(a, b) (b, c) (a, c)

(3, 2) (2, 1) (3, 1)


(4, 2) (2, 1) (4, 1)
(4, 3) (3, 1) (4, 1)
(4, 3) (3, 2) (4, 2)
Sifat-sifat Relasi Biner: Menghantar
CONTOH-CONTOH

 R = {(1, 1), (2, 3), (2, 4), (4, 2) } tidak manghantar karena (2, 4) dan (4, 2) 
R, tetapi (2, 2)  R, begitu juga (4, 2) dan (2, 3)  R, tetapi (4, 3)  R.
 Relasi R = {(1, 1), (2, 2), (3, 3), (4, 4) } jelas menghantar
 Relasi R = {(1, 2), (3, 4)} menghantar karena tidak ada (a, b)  R dan (b, c)
 R sedemikian sehingga (a, c)  R.
 Relasi yang hanya berisi satu elemen seperti R = {(4, 5)} selalu
menghantar.
Sifat-sifat Relasi Biner: Menghantar
CONTOH-CONTOH

 Relasi “habis membagi” pada himpunan bilangan bulat positif bersifat


menghantar. Misalkan bahwa a habis membagi b dan b habis membagi c.
Maka terdapat bilangan positif m dan n sedemikian sehingga b = ma dan c
= nb. Di sini c = nma, sehingga a habis membagi c. Jadi, relasi “habis
membagi” bersifat menghantar.
 Tiga buah relasi di bawah ini menyatakan relasi pada himpunan bilangan
bulat positif N.
R : x lebih besar dari y, S : x + y = 6, T : 3x + y = 10
R adalah relasi menghantar karena jika x > y dan y > z maka x > z.
S tidak menghantar karena, misalkan (4, 2) dan (2, 4) adalah anggota S
tetapi (4, 4)  S.
T = {(1, 7), (2, 4), (3, 1)} menghantar.
Refleksif dan Setangkup
Tidak Refleksif dan Setangkup
Tidak Refleksif dan Tolak Setangkup
Refleksif, Tidak Setangkup, Tidak Tolak
Setangkup
Tidak tolak setangkup, tidak setangkup, tidak refleksif
Perbedaan Tolak Setangkup dengan Refleksif
Perbedaan Tolak Setangkup dengan Refleksif
Sifat-Sifat Relasi
• Refleksif
Relasi R pada himpunan A disebut refleksif jika (a, a)  R untuk setiap a
 A.
• Setangkup
Relasi R pada himpunan A disebut setangkup jika (a, b)  R, maka (b, a)
 R untuk a, b  A.
• Anti Setangkup
Relasi R pada himpunan A sedemikian sehingga (a, b)  R dan (b, a)  R
hanya jika a = b untuk a, b  A disebut tolak-setangkup.
• Menghantar
Relasi R pada himpunan A disebut menghantar jika (a, b)  R dan (b, c)
 R, maka (a, c)  R, untuk a, b, c  A.

Company name
Latihan 1

Diberikan himpunan A = {1, 2, 3, 4}


Untuk setiap relasi di bawah ini, tentukan apakah relasi tersebut bersifat
refleksif, setangkup, tolak setangkup, atau menghantar
Latihan 1

Diberikan himpunan A = {1, 2, 3, 4}


Untuk setiap relasi di bawah ini, tentukan apakah relasi tersebut bersifat
refleksif, setangkup, tolak setangkup, atau menghantar
Latihan 2

Tentukan apakah relasi R pada himpunan semua bilangan bulat


bersifat refleksif, setangkup, tolak setangkup, dan/atau
menghantar dimana (x, y)  R jika dan hanya jika
Relasi Inversi
 DEFINISI
Invers dari relasi R, dilambangkan dengan R–1, adalah relasi dari B ke A
yang didefinisikan oleh
R–1 = {(b, a) | (a, b)  R}

 CONTOH
Misalkan P = {2, 3, 4} dan Q = {2, 4, 8, 9, 15}.
Jika kita definisikan relasi R dari P ke Q dengan (p, q)  R jika p habis
membagi q
R = {(2, 2), (2, 4), (4, 4), (2, 8), (4, 8), (3, 9), (3, 15) }

R–1 adalah invers dari relasi R, yaitu relasi dari Q ke P dengan


(q, p)  R–1 jika q adalah kelipatan dari p
Relasi Inversi
Jika M adalah matriks yang merepresentasikan relasi R,

1 1 1 0 0 
M = 0 0 0 1 1 
 
0 1 1 0 0

maka matriks yang merepresentasikan relasi R–1, misalkan N,


diperoleh dengan melakukan transpose terhadap matriks M,

1 0 0
1 0 1
T
 
N = M = 1 0 1
 
0 1 0
0 1 0
Mengkombinasikan Relasi

• Karena relasi biner merupakan himpunan pasangan terurut, maka operasi


himpunan seperti irisan, gabungan, selisih, dan beda setangkup antara
dua relasi atau lebih juga berlaku.

• Jika R1 dan R2 masing-masing adalah relasi dari himpunan A ke himpunan


B, maka
• R1  R 2
• R1  R 2 ,
• R1 – R 2
• R1  R 2
juga adalah relasi dari A ke B.
Operasi pada Himpunan
Mengkombinasikan Relasi

Misalkan A = {a, b, c} dan B = {a, b, c, d}.


 
Relasi R1 = {(a, a), (b, b), (c, c)}
Relasi R2 = {(a, a), (a, b), (a, c), (a, d)}

 R1  R2 = {(a, a)}
 R1  R2 = {(a, a), (b, b), (c, c), (a, b), (a, c), (a, d)}
 R1  R2 = {(b, b), (c, c)}
 R2  R1 = {(a, b), (a, c), (a, d)}
 R1  R2 = {(b, b), (c, c), (a, b), (a, c), (a, d)}
Komposisi Relasi

Misalkan R adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B, dan S adalah


relasi dari himpunan B ke himpunan C. Komposisi R dan S, dinotasikan
dengan S  R, adalah relasi dari A ke C yang didefinisikan oleh
 
S  R = {(a, c)  a  A, c  C, dan untuk beberapa b  B, (a, b)  R
dan (b, c)  S }
Komposisi Relasi

Misalkan
R = {(1, 2), (1, 6), (2, 4), (3, 4), (3, 6), (3, 8)}
adalah relasi dari himpunan {1, 2, 3} ke himpunan {2, 4, 6, 8} dan S = {(2, u),
(4, s), (4, t), (6, t), (8, u)} adalah relasi dari himpunan {2, 4, 6, 8} ke himpunan
{s, t, u}.

Maka komposisi relasi R dan S adalah

S  R = {(1, u), (1, t), (2, s), (2, t), (3, s), (3, t), (3, u) }
Komposisi Relasi

Komposisi relasi R dan S lebih jelas jika diperagakan dengan


diagram panah:

2
1
4 s

2 t
6
3 8 u
Kombinasi Relasi
Diberikan A={1, 2, 3} dan B = {1, 2, 3, 4}.
Relasi R1={(1,1), (2,2), (3,3)} dan
R2={(1,1), (1,2), (1,3), (1,4)} dapat dikombinasikan
Kombinasi Relasi
Diberikan A={1, 2, 3} dan B = {1, 2, 3, 4}.
Relasi R1={(1,1),(2,2),(3,3)} dan
R2={(1,1),(1,2),(1,3),(1,4)} dapat dikombinasikan
Relasi Kesetaraan

DEFINISI. Relasi R pada himpunan A disebut relasi kesetaraan


(equivalence relation) jika ia refleksif, setangkup dan menghantar.

 Secara intuitif, di dalam relasi kesetaraan, dua benda berhubungan jika


keduanya memiliki beberapa sifat yang sama atau memenuhi beberapa
persyaratan yang sama.

 Dua elemen yang dihubungkan dengan relasi kesetaraan dinamakan setara


(equivalent).
Relasi Kesetaraan
Contoh:
A = himpunan mahasiswa, R relasi pada A:
(a, b)  R jika a satu angkatan dengan b.

R refleksif: setiap mahasiswa seangkatan dengan dirinya sendiri


R setangkup: jika a seangkatan dengan b, maka b pasti seangkatan dengan
a.
R menghantar: jika a seangkatan dengan b dan b seangkatan dengan c,
maka pastilah a seangkatan dengan c.

Dengan demikian, R adalah relasi kesetaraan.


Relasi Kesetaraan
Diberikan R adalah relasi pada himpunan bilangan riil sedemikian sehingga
aRb jika dan hanya jika a - b adalah bilangan bulat.
Apakah R sebuah relasi kesetaraan?
Relasi Kesetaraan
Diberikan R adalah relasi pada himpunan bilangan riil sedemikian sehingga
aRb jika dan hanya jika a-b adalah bilangan bulat.
Apakah R sebuah relasi kesetaraan?
Poset
Partial Order on a Set
Himpunan Terurut Parsial
Matematika Diskrit
23 Maret 2017
Definisi

Suatu relasi biner R pada himpunan S (R: S  S) dinamakan sebagai suatu


relasi pengurutan tak lengkap atau relasi pengurutan parsial (partial ordering
relation) jika ia bersifat reflexive, antisymmetric, dan transitive.

Refleksif : aRa, ∀a ϵ S
Tolak Setangkup : jika aRb dan bRa, maka a = b
Menghantar : jika aRb dan bRc, maka aRc

Himpunan S bersama relasi R disebut poset.

Jadi (S,R) poset jika relasi R pada S reflektif, tolak setangkup dan menghantar.
Contoh

Misalkan A sebuah himpunan bilangan bulat positif dan R sebuah relasi biner
pada A sedemikian rupa sehingga (a, b) ada di dalam R jika a membagi habis
b.

 Karena jika a membagi habis b berarti b tidak membagi habis a kecuali


a=b, R adalah sebuah relasi tolak setangkup.
 Karena setiap bilangan bulat membagi habis dirinya sendiri, R merupakan
suatu relasi refleksif.
 Karena jika a membagi habis b, dan b membagi habis c, maka a membagi
habis c, R adalah sebuah relasi menghantar.

Dengan demikian R adalah sebuah relasi pengurutan parsial (POSET).


Contoh


 sedemikianArupa
 Misalkan sebuah himpunan orang-orang dan R sebuah relasi biner pada A
sehingga (x, y) ada di dalam R, jika x dan y adalah orang-orang
dan x lebih tua dari y. Buktikan bahwa R bukan POSET.

 Misalkan B sebuah himpunan bilangan bulat dan R sebuah relasi biner pada B
sedemikian sehingga (a,b) ada di dalam R, jika a dan b adalah bilangan bulat dan a
b. Buktikan bahwa (Z, ) adalah sebuah POSET.
Contoh

 sedemikianArupa
 Misalkan sebuah himpunan orang-orang dan R sebuah relasi biner pada A
sehingga (x, y) ada di dalam R, jika x dan y adalah orang-orang
dan x lebih tua dari y. Buktikan bahwa R bukan POSET.
 Misalkan B sebuah himpunan bilangan bulat dan R sebuah relasi biner pada B
sedemikian sehingga (a,b) ada di dalam R, jika a dan b adalah bilangan bulat dan a
b. Buktikan bahwa (Z, ) adalah sebuah POSET.
Urutan Parsial Ketat
Urutan Parsial ketat / Quasy Order / Strict Partial Order

Definisi:
Suatu relasi biner pada sebuah himpunan disebut urutan parsial ketat jika relasi
tersebut bersifat :

Tidak Refleksif
a R a atau tidak berrelasi dengan , untuk setiap a ∈ S
Menghantar
Jika aRb dan bRc, maka aRc

Contoh:

Notasi relasi urutan parsial ketat: “<”


Urutan Total atau Urutan Linier
Urutan Total atau Urutan Linier/ Total Order atau Linear Order

Definisi:
Suatu urutan parsial ≤ pada himpunan disebut suatu urutan total atau urutan
linier/ total order atau linear order, jika berlaku:
 ∀ x, y ∈ S|x ≤ y atau y ≤ x, artinya setiap pasangan di S comparable.

 Pasangan < S, ≤> seperti diatas disebut himpunan terurut linier/ linearly ordered
set atau sebuah rantai/ CHAIN.
Diagram Hasse
Diagram Hasse

 Diagram Hasse dari POSET (S, ≤) digambarkan sebagai suatu graph tak
berarah tanpa loop, dimana node menunjukkan elemen dari S dan edge
menunjukkan relasi.

 Aturan membuat Diagram Hasse:


 Jika a ≤ b dan a ≠ b, maka a
terletak di bawah b.
 Jika a ≤ b dan tidak ada c ∈ S
sedemikian sehingga a ≤ b dan b ≤
c maka dari a ke b ditarik sebuah
edge/garis.
 Jika a ≤ b dan a ≤ c maka b dan c
terletak pada level yang sama.
Minimal dan Maksimal

Bila (S , ≤) adalah sebuah POSET, A ⊆ S dan A ≠ ∅ ,maka:

a. a ∈ A disebut elemen minimal dari A jika: tidak ada x ∈ A sedemikian


sehingga x ≤ a
b. a ∈ A disebut elemen maksimal dari A jika: tidak ada x ∈ A
sedemikian sehingga a ≤ x
c. a ∈ A disebut elemen terkecil dari A jika: a ≤ x, ∀ x ∈ A
d. a ∈ A disebut elemen terbesar dari A jika: x ≤ a, ∀ x ∈ A

e. It is possible to have multiple minimals and maximals.


Contoh
Misalkan A = {1,2,3,4,6,8,9,12,18,24} himpunan terurut oleh pembagian.
Diagram Hasse
Contoh:
Misalkan A = {1,2,3,4,6,8,9,12,18,24} himpunan terurut oleh pembagian. Maka
diagram hasse nya adalah:

Dari diagram di samping, diperoleh:


 1 adalah elemen minimal dan elemen
terkecil dari A
 18 dan 24 adalah elemen maksimal dari A,
karena tidak ada elemen A yang dapat
dibagi oleh 18 maupun 24.
 A tidak memiliki elemen terbesar, karena
tidak ada elemen A yang dapat dibagi oleh
semua elemen lain di A.
Diagram Hasse
Contoh:
Misalkan B = {2,3,4,6,8,12,24} himpunan terurut oleh pembagian. Maka diagram
hasse nya adalah:

Dari diagram di samping, diperoleh:


 2 dan 3 adalah elemen minimal dari B,
karena tidak elemen B yang membagi 2
dan 3.

 B tidak memiliki elemen terkecil, karena


tidak ada elemen yang dapat membagi
semua elemen lain di B.

 24 adalah elemen maksimal dan elemen


terbesar dari B.
Batas Atas, Batas Bawah, Infimum, Supremum

Bila (S , ≤) adalah sebuah POSET, A ⊆ S dan A ≠ ∅ ,maka:

a. b ∈ S disebut batas bawah dari A jika: b ≤ x, ∀ x ∈ A


b. b ∈ S disebut batas atas dari A jika: x ≤ b , ∀ x ∈ A
c. b ∈ S disebut batas bawah terbesar/infimum dari A jika: untuk setiap c
yang merupakan batas bawah lain dari A, berlaku c ≤ b.
d. b ∈ S disebut batas atas terkecil/supremum dari A jika: untuk setiap c
yang merupakan batas atas lain dari A, berlaku b ≤ c.
Batas Atas, Batas Bawah, Infimum, Supremum

Contoh:
Misalkan S = { a, b, c, d, e, f, g, h, j} himpunan terurut seperti pada gambar:

Dan misalkan N = {b, d, g}, diagram diatas


diperoleh :
 Batas atas dari N adalah g dan h.
 Batas bawah dari N adalah a dan b
 Supremum dari N adalah g
 Infimum dari N adalah b .
Latihan
Contoh
Letis / Lattice
Matematika Diskrit
30 Maret 2017
Definisi
Definisi:
Sebuah lattice adalah sebuah poset yang setiap himpunan bagiannya {a,b}
memiliki dua elemen yaitu infimum dan supremum.

Jika tidak ada x ∈ L sedemikian sehingga a ≤ x dan x ≤ b ( tidak ada x


diantara a dan b).

Maka :
a adalah predecessor immediate dari b dan
b adalah succcessor immediate dari a
Contoh

 Misal : B1 = {b, c} merupakan


himpunan bagian dari A.
Maka batas atas dari B1 adalah f, h,
i, j dan supremum (B1) = f.

 Misal : B2 = {h, i} merupakan


himpunan bagian dari A.
Maka batas bawah dari B2 adalah a,
b, c, d, f dan g dan infimum (B2) = f,
g.
Lattice?
Dari poset-poset berikut, mana yang merupakan Lattice?
www.themegallery.com

Company name
Graph
Matematika Diskrit
9 Maret 2017 & 16 Maret 2017
Königsberg Bridge Problem (1736)
Königsberg Bridge Problem (1736)

Diselesaikan oleh:
Leonhard Euler
15 April 1707 – 18 September 1783
Utilities Problem
Pendahuluan

 Graf digunakan untuk merepresentasikan objek-objek diskrit


dan hubungan antara objek-objek tersebut.

 Gambar di bawah ini sebuah graf yang menyatakan peta


jaringan jalan raya yang menghubungkan sejumlah kota di
Provinsi Jawa Tengah.
Rembang
Kudus
Brebes Demak
Tegal Pemalang Kendal
Semarang
Pekalongan
Slawi Blora

Temanggung Purwodadi
Salatiga
Wonosobo
Purbalingga
Purwokerto
Sragen
Banjarnegara Boyolali Solo

Kroya Sukoharjo
Cilacap Kebumen Magelang
Klaten
Purworejo
Wonogiri
Aplikasi Teori Graf
 Aplikasi Graf pada Fitur Friend Suggestion di Media Sosial
Aplikasi Teori Graf
 Perancangan Sistem Transportasi Kota Bandung dengan
Menerapkan Konsep Sirkuit Hamilton dan Graf Berbobot
Definisi
Graf G = (V, E), yang dalam hal ini:
• V = himpunan tidak-kosong dari simpul-simpul (vertices)
= { v1 , v2 , ... , vn }
• E = himpunan sisi (edges) yang menghubungkan sepasang
simpul
= {e1 , e2 , ... , en }
Jenis-jenis Graf

1. Graf Ganda (Multigraph) – Graf yang mengandung sisi-ganda di antara


simpul-simpul.
2. Graf Sederhana (Simple graph) - Graf yang tidak mengandung gelang
maupun sisi-ganda dinamakan graf sederhana.
Apabila tidak dijelaskan, maka graf yang dimaksud adalah graf
sederhana.
3. Graf Semu (Pseudograph)- Graf yang mengandung sisi-ganda dan
gelang.
Contoh
1 1 1
e 1 e 4 e e 4
1
e 3 e 3
e 2 e 2
2 3 2 3 2 e 8
e 6 e 6 3
e 5 e 5
e 7 e 7
4 4 4

G1 G2 G3

G1 adalah graf dengan V = { 1, 2, 3, 4 }


E = { (1, 2), (1, 3), (2, 3), (2, 4), (3, 4) }
 
G2 adalah graf dengan V = { 1, 2, 3, 4 }
E = { (1, 2), (2, 3), (1, 3), (1, 3), (2, 4), (3, 4), (3, 4) } = { e1, e2, e3, e4, e5, e6, e7}
 
G3 adalah graf dengan V = { 1, 2, 3, 4 }
E = { (1, 2), (2, 3), (1, 3), (1, 3), (2, 4), (3, 4), (3, 4), (3, 3) } = { e1, e2, e3, e4, e5, e6, e7, e8}
Contoh
1 1 1
e 1 e 4 e e 4
1
e 3 e 3
e 2 e 2
2 3 2 3 2 e 8
e 6 e 6 3
e 5 e 5
e 7 e 7
4 4 4

G1 G2 G3

• Pada G2, sisi e3 = (1, 3) dan sisi e4 = (1, 3) dinamakan sisi-ganda


(multiple edges atau paralel edges) karena kedua sisi ini menghubungi
dua buah simpul yang sama, yaitu simpul 1 dan simpul 3.

• Pada G3, sisi e8 = (3, 3) dinamakan gelang atau kalang (loop) karena
ia berawal dan berakhir pada simpul yang sama.
Jenis Graf : Orientasi arah pada sisi
1. Graf tak-berarah (undirected graph)
Graf yang sisinya tidak mempunyai orientasi arah disebut graf tak-
berarah.

2. Graf berarah (directed graph atau digraph)


Graf yang setiap sisinya diberikan orientasi arah disebut sebagai graf
berarah.
1 1

2 3 2 3

4 4

(a) G4 (b) G5

(a) graf berarah, (b) graf-ganda berarah


Jenis-jenis graf
Finite graph and infinite graph
 Sebuah graf yang memiliki jumlah simpul dan sisi yang terbatas maka
disebut finite graph.

 Sebuah graf yang jumlah simpul dan sisinya tidak terbatas maka disebut
infinite graph.
Terminologi Graf

Simpul
Ketetanggaan Bersisian Graf Terpencil
Terpencil

Siklus atau
Graf kosong Derajat Lintasan
sirkuit

Upagraf dan
Upagraf
Terhubung komplemen Cut set
rentang
upagraf

Graf Berbobot
Ketetanggaan (adjacent/neighbors)
• Dua buah simpul u dan v di dalam sebuah graf tak berarah disebut
bertetangga jika u dan v adalah titik ujung dari sisi e dari graf G.

• Tinjau graf G1 : simpul 1 bertetangga dengan simpul 2 dan 3, simpul


1 tidak bertetangga dengan simpul 4.

1 1 1

e 2
2 e 3 5
3 e 1

3 e 5
3
2 e 4
2 4
4

G1 G2 G3
Bersisian (Incidency)
Untuk sembarang sisi e = (vj, vk) dikatakan
e bersisian dengan simpul vj , atau
e bersisian dengan simpul vk

Tinjau graf G1:


sisi (2, 3) bersisian dengan simpul 2 dan simpul 3, sisi (2, 4) bersisian
dengan simpul 2 dan simpul 4, tetapi sisi (1, 2) tidak bersisian dengan
simpul 4. 1 1 1

e 2
2 e 5
3 e 1
3

3 e 5
3
2 e 4
2 4
4

G1 G2 G3
Simpul Terpencil (Isolated Vertex)
• Simpul terpencil ialah simpul yang tidak mempunyai sisi yang
bersisian dengannya.

• Tinjau graf G3: simpul 5 adalah simpul terpencil.


1 1 1

e 2
2 e 5
3 e 1
3

3 e 5
3
2 e 4
2 4
4

G1 G2 G3
Graf Kosong
Graf yang himpunan sisinya merupakan himpunan kosong (Nn).
Graf N5 :

4 2
5

3
Derajat (Degree)
• Derajat suatu simpul dalam sebuah graf tak berarah adalah jumlah sisi
yang bersisian dengan simpul tersebut. Simpul yang memiliki gelang
mempunyai derajat 2.
• Notasi: d(v) atau deg(v)
• Tinjau graf G1 d(1) = d(4) = 2 d(2) = d(3) = 3
• Tinjau graf G3: d(5) = 0  simpul terpencil
d(4) = 1  simpul anting-anting (pendant vertex)
• Tinjau graf G2: d(1) = 3  bersisian dengan sisi ganda
d(2) = 4  bersisian dengan sisi gelang (loop)
1 1 1

e 2
2 e 5
3 e 1
3

3 e 5
3
2 e 4
2 4
4

G1 G2 G3
Derajat

Pada graf di atas, derajat setiap simpul ditunjukkan


pada masing-masing simpul
Derajat

1 1

2 3 2 3

4 4

G4 G5
Tinjau graf G4:
din(1) = 2; dout(1) = 1
din(2) = 2; dout(2) = 3
din(3) = 2; dout(3) = 1
din(4) = 1; dout(3) = 2
Lemma Jabat Tangan (Handshaking Theorem)

Jumlah derajat semua simpul pada suatu graf adalah genap, yaitu dua kali
jumlah sisi pada graf tersebut.
 d (v )  2 E
Dengan kata lain, jika G = (V, E), maka
vV

Tinjau graf G1: d(1) + d(2) + d(3) + d(4) = 2 + 3 + 3 + 2 = 10


= 2  jumlah sisi = 2  5
Tinjau graf G2: d(1) + d(2) + d(3) = 3 + 3 + 4 = 10
= 2  jumlah sisi = 2  5
Tinjau graf G3: d(1) + d(2) + d(3) + d(4) + d(5) = 2 + 2 + 3 + 1 + 0 = 8
= 2  jumlah sisi = 2  4
1 1 1

e 2
2 e 3 5
3 e 1

3 e 5
3
2 e 4
2 4
4

G1 G2 G3
Corrollary (Akibat dari lemma )

 Teorema: Untuk sembarang graf G, banyaknya simpul


berderajat ganjil selalu genap.
Contoh
Diketahui graf dengan lima buah simpul. Dapatkah kita menggambar graf
tersebut jika derajat masing-masing simpul adalah:
a. 2, 3, 1, 1, 2
b. 2, 3, 3, 4, 4

Penyelesaian:
c. tidak dapat, karena jumlah derajat semua simpulnya ganjil
(2 + 3 + 1 + 1 + 2 = 9)
b. dapat, karena jumlah derajat semua simpulnya genap
(2 + 3 + 3 + 4 + 4 = 16).
Latihan
 Mungkinkah dibuat graf-sederhana 5 simpul dengan derajat masing-
masing simpul adalah:
(a) 5, 2, 3, 2, 4
(b) 4, 4, 3, 2, 3
(c) 3, 3, 2, 3, 2
(d) 4, 4, 1, 3, 2
Jika mungkin, berikan satu contohnya, jika tidak mungkin, berikan
alasan singkat.
Jawaban
Jawaban:
(a) 5, 2, 3, 2, 4: Tidak mungkin, karena ada simpul berderajat 5
(b) 4, 4, 3, 2, 3: Mungkin [contoh banyak]
(c) 3, 3, 2, 3, 2: Tidak mungkin, karena jumlah simpul berderajat ganjil ada 3
buah (alasan lain, karena jumlah derajat ganjil)
(d) 4, 4, 1, 3, 2: Tidak mungkin, karena simpul-1 dan simpul-2 harus
bertetangga dengan simpul sisanya, berarti simpul-3 minimal berderajat
2 (kontradiksi dengan simpul-3 berderajat 1)
Lintasan (Path)
Lintasan yang panjangnya n dari simpul awal v0 ke simpul tujuan vn di dalam
graf G ialah barisan berselang-seling simpul-simpul dan sisi-sisi yang berbentuk
v0, e1, v1, e2, v2,... , vn –1, en, vn sedemikian sehingga e1 = (v0, v1), e2 = (v1, v2), ... , en
= (vn-1, vn) adalah sisi-sisi dari graf G.
 
Tinjau graf G1: lintasan 1, 2, 4, 3 adalah lintasan dengan barisan sisi (1,2), (2,4),
(4,3).
 
Panjang lintasan adalah jumlah sisi dalam lintasan tersebut. Lintasan 1, 2, 4, 3
pada G1 memiliki 1panjang 3. 1
1

e 2
2 e 3 5
3 e 1

3 e 5
3
2 e 4
2 4
4

G1 G2 G3
Lintasan (Path)
Siklus (Cycle) atau Sirkuit (Circuit)
Lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama disebut sirkuit
atau siklus.
 
Tinjau graf G1: 1, 2, 3, 1 adalah sebuah sirkuit.
 
Panjang sirkuit adalah jumlah sisi dalam sirkuit tersebut. Sirkuit 1, 2, 3, 1
pada G1 memiliki panjang 3.

1 1 1

e 2
2 e 5
3 e 1
3

3 e 5
3
2 e 4
2 4
4

G1 G2 G3
Connectedness in Undirected Graph

Definisi: Jika untuk setiap


pasang simpul vi dan vj dalam
himpunan V terdapat lintasan
dari vi ke vj.

Jika tidak, maka G disebut


graf tak-terhubung
(disconnected graph).
Connectedness in Directed Graph

2 3
3 4

graf berarah terhubung lemah graf berarah terhubung kuat


Upagraf (Subgraph)
Komplemen Upagraf

Komplemen dari upagraf H terhadap graf G adalah graf D = (S, K)


sedemikian sehingga K= E - F dan S adalah himpunan simpul yang anggota-
anggota K bersisian dengannya.

2 2

1 1 1
3 3
3

6 6

4 5 2 5 5

(a) Graf G1 (b) Sebuah upagraf (c) komplemen dari upagraf (b)
Connected Component

Definisi:
Komponen graf adalah jumlah maksimum upagraf terhubung dalam graf G.

Graf G di bawah ini mempunyai 4 buah komponen

9
12
1 6 7
5
11
13
2 3 4 8 10
Strongly connected component

Definisi:
Pada graf berarah, komponen terhubung kuat adalah jumlah maksimum
upagraf yang terhubung kuat.
 
Graf di bawah ini mempunyai 2 buah komponen terhubung kuat:

1 4

5
2 3
Upagraf Rentang (Spanning Subgraph)

Upagraf G1 = (V1, E1) dari G = (V, E) dikatakan upagraf rentang jika


V1 =V (yaitu G1 mengandung semua simpul dari G).

1 1 1

2 3 2 3 2 3

4 5 4 5

(a) graf G, (b) upagraf rentang dari G, (c) bukan upagraf rentang dari G
Cut-Set

Cut-set dari graf terhubung G adalah himpunan sisi yang bila dibuang dari
G menyebabkan G tidak terhubung. Jadi, cut-set selalu menghasilkan dua
buah komponen.
 
Cut-Set

Pada graf di bawah, {(1,2), (1,5), (3,5), (3,4)} adalah cut-set. Terdapat
banyak cut-set pada sebuah graf terhubung.
 
Himpunan {(1,2), (2,5)} juga adalah cut-set, {(1,3), (1,5), (1,2)} adalah
cut-set, {(2,6)} juga cut-set, tetapi {(1,2), (2,5), (4,5)} bukan cut-set sebab
himpunan bagiannya, {(1,2), (2,5)} adalah cut-set.

1 2 1 2

5 6 5 6

3 4 3 4
(a) (b)
Graf Berbobot (Weighted Graph)

Graf berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberi sebuah harga
(bobot).

10 12
8
e b

15 9
11

d 14 c
Beberapa Graf Khusus
Beberapa Graf Khusus

Graf Graf
Lengkap Lingkaran

Graf Graf
Teratur Bipartite
Graf Lengkap (Complete Graph)

 Definisi: Graf sederhana yang setiap simpulnya mempunyai sisi ke semua


simpul lainnya.
 Notasi : Kn, n adalah jumlah simpul.
 Jumlah sisi pada graf lengkap yang terdiri dari n buah simpul adalah n(n –
1)/2.
Graf Lingkaran (Cycles)

 
 Definisi: graf sederhana yang setiap simpulnya berderajat dua.
 Notasi: Cn, n , n adalah jumlah simpul
Graf Teratur (Regular Graphs)
 Definisi: Graf yang setiap simpulnya mempunyai derajat yang sama.
 Apabila derajat setiap simpul adalah r, maka graf tersebut disebut sebagai
graf teratur derajat r.
 Jumlah sisi (e) pada graf teratur adalah e= (nr)/2 dengan n jumlah simpul.
Latihan
Latihan
Soal

Berapa jumlah maksimum dan jumlah minimum simpul pada graf sederhana
yang mempunyai 16 buah sisi dan tiap simpul berderajat sama dan tiap simpul
berderajat ≥ 4 ?
Jawaban

 Tiap simpul berderajat sama adalah graf teratur.


 Jumlah sisi pada graf teratur berderajat r adalah e = (nr)/2. Jadi, n = (2e)/r
= (2)(16)/r = 32/r.
 Untuk r = 4, jumlah simpul yang dapat dibuat adalah maksimum, yaitu n =
32/4 = 8.
 Untuk r yang lain (r > 4 dan r merupakan pembagi bilangan bulat dari 32):
 r = 8 -> n = 32/8 = 4 -> tidak mungkin membuat graf sederhana.
 r = 16 -> n = 32/16 = 2 -> tidak mungkin membuat graf sederhana.
 Jadi, jumlah simpul yang dapat dibuat adalah 8 buah (maksimum dan
minimum).
Graf Bipartite (Bipartite Graph)
 Definisi: Graf G yang himpunan simpulnya dapat dipisah menjadi dua
himpunan bagian V1 dan V2, sedemikian sehingga setiap sisi pada G
menghubungkan sebuah simpul di V1 ke sebuah simpul di V2
 Notasi: K(V1, V2).
Graf Bipartite (Bipartite Graph)
Complete Bipartite Graphs
Beberapa Aplikasi Graf Khusus

LOCAL AREA NETWORK (LAN)


Representasi Graf
Representasi Graf: Tabel
Senarai Ketetanggaan (adjacency list)

1 1
1

2 5
3
2 3

3
2 4
4 4

Simpul Simpul Tetangga Simpul Simpul Tetangga Simpul Simpul Terminal


1 2, 3 1 2, 3 1 2
2 1, 3, 4 2 1, 3 2 1, 3, 4
3 1, 2, 4 3 1, 2, 4 3 1
4 2, 3 4 3 4 2, 3
5 -
(a) (b) (c)
Representasi Graf: Matriks Ketetanggaan

A = [aij]
Contoh

1 1
1

2 5
3
2 3

3
2 4
4 4

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
1 0 1 1 0 0
1 0 1 1 0 1 0 1 0 0
1 2 1 0 1 0 0
2  0 1 1 2 1
 0 1 1
3 1 1 0 1 0
3 1 1 0 1   3 1 0 0 0
  4 0 0 1 0 0  
4 0 1 1 0 4 0 1 1 0
5 0 0 0 0 0
(a) (b) (c)
Pseudograph

1
1 2 3 4
e e 4
1
e 3
1 0 1 2 0
2
e 2
e 2 1 0 1 1 
8
e 6 3 3 2 1 1 2
e 5  
e 7 4 0 1 2 0
4
Representasi Matriks Graf Berbobot

10 12
8
e b

15 9
11

d 14 c

a b c d e
a   12   10
b 12  9 11 8 
c   9  14  
 
d   11 14  15
e 10 8  15  
Representasi Graf: Matriks Bersisian

M = [mij]
 
Soal
Diketahui matriks ketetanggaan (adjacency matrices) dari sebuah graf tidak
berarah. Gambarkan dua buah graf yang yang bersesuaian dengan matriks
tersebut.

0 1 0 0 1
1 0 1 1 1

0 1 1 1 0
 
0 1 1 0 1
1 1 0 1 0
Jawaban

2
1 2 3

1
3
5 4
5 4

Dua buah graf yang sama (hanya penggambaran secara geometri berbeda)
Graf Isomorfik
 Definisi: Dua buah graf yang sama tetapi secara geometri berbeda.

 G1 dan G2 dikatakan isomorfik jika terdapat korespondensi satu-satu


antara simpul-simpul keduanya dan antara sisi-sisi keduanya sedemikian
sehingga hubungan kebersisian tetap terjaga.

 Misalkan sisi e bersisian dengan simpul u dan v di G1, maka sisi e’ yang
berkoresponden di G2 harus bersisian dengan simpul u’ dan v’ yang di G2.

 Dua buah graf yang isomorfik adalah graf yang sama, kecuali penamaan
simpul dan sisinya saja yang berbeda. Ini benar karena sebuah graf dapat
digambarkan dalam banyak cara.
3 d c v w

1 2 a b x y

(a) G1 (b) G2 (c) G3

G1 isomorfik dengan G2, tetapi G1 tidak isomorfik dengan G3


Isomorphic or Not?
Isomorphic or Not?
z

a v w
e

c
b d
x y

(a) G1 (b) G2

Graf (a) dan graf (b) isomorfik

a b c d e x y w v z
a 0 1 1 1 0 x 0 1 1 1 0
b 1 0 1 0 0 y 1 0 1 0 0
   
AG1 = c 1 1 0 1 0 AG2 = w 1 1 0 1 0
   
d 1 0 1 0 1 v 1 0 1 0 1
e 0 0 0 1 0 z 0 0 0 1 0
(a) Dua buah graf isomorfik, (b) tiga buah graf isomorfik
Isomorphic
Dari definisi graf isomorfik dapat dikemukakan bahwa dua buah graf
isomorfik memenuhi ketiga syarat berikut:

1. Mempunyai jumlah simpul yang sama.


2. Mempunyai jumlah sisi yang sama
3. Mempunyai jumlah simpul yang sama berderajat tertentu

Namun, ketiga syarat ini ternyata belum cukup menjamin.


Pemeriksaan secara visual perlu dilakukan.
w
u

x
y

v
Latihan
Apakah pasangan graf di bawah ini isomorfik?

a p

e t

d h f b s w u q
g v

c r
Latihan
Apakah pasangan graf di bawah ini isomorfik?

a b p q

e f t
u

d c s r
Latihan

Gambarkan 2 buah graf yang isomorfik dengan graf teratur


berderajat 3 yang mempunyai 8 buah simpul
Graf Planar
Graf Planar
 Definisi: Graf yang dapat digambarkan pada bidang datar
dengan sisi-sisi tidak saling memotong (bersilangan)
 Jika tidak, maka ia disebut graf tak-planar.
Graf Planar (Planar Graph)
Graf Tidak Planar
Aplikasi Graf Planar

 Perancangan IC (Integrated Circuit)

 Tidak boleh ada kawat-kawat di dalam IC-board yang


saling bersilangan  dapat menimbulkan interferensi arus
listrik  malfunction

 Perancangan kawat memenuhi prinsip graf planar


Latihan
 Gambarkan graf (kiri) di bawah ini sehingga tidak ada sisi-
sisi yang berpotongan (menjadi graf bidang). (Solusi: graf
kanan)
Latihan
 Gambarkan graf (kiri) di bawah ini sehingga tidak ada sisi-
sisi yang berpotongan (menjadi graf bidang). (Solusi: graf
kanan)
Wilayah pada Graf Planar
 Sisi-sisi pada graf bidang membagi bidang datar menjadi
beberapa wilayah (region) atau muka (face).

 Graf bidang pada gambar di bawah ini terdiri atas 6 wilayah


(termasuk wilayah terluar):

R 2
R 3
R 4
R 6
R 5
R 1
Rumus Euler pada Bidang Planar
 Hubungan antara jumlah simpul (n), jumlah sisi (e), dan
jumlah wilayah (f) pada graf bidang:

n – e + f = 2 (Rumus Euler)

 Pada Gambar di atas, e = 11 dan n = 7, f = 6, maka


7 – 11 + 6 = 2.
Bukti: Induksi Matematika
Solusi
 Diketahui n = jumlah simpul = 24, maka jumlah derajat seluruh
simpul = 24  4 = 96.

 Menurut lemma jabat tangan,


jumlah derajat = 2  jumlah sisi,
sehingga
jumlah sisi = e = jumlah derajat/2 = 96/2 = 48

 Dari rumus Euler, n – e + f = 2, sehingga


f = 2 – n + e = 2 – 24 + 48 = 26 buah.
Latihan

Misalkan graf sederhana planar memiliki 24 buah simpul, masing-


masing simpul berderajat 4. Representasi planar dari graf tersebut
membagi bidang datar menjadi sejumlah wilayah atau muka. Berapa
banyak wilayah yang terbentuk?
Corollary 1: Ketidaksamaan Euler

• Pada graf planar sederhana terhubung dengan f buah wilayah, n


buah simpul, dan e buah sisi (e > 2) selalu berlaku:
e  3n – 6

• yang dapat digunakan untuk menunjukkan keplanaran suatu graf


sederhana.

• kalau graf planar, maka ia memenuhi ketidaksamaan Euler,


sebaliknya jika tidak planar maka ketidaksamaan tersebut tidak
dipenuhi.
Corollary 2
Corollary 2

Jika G adalah graf planar sederhana terhubung, maka G


memiliki sebuah simpul yang berderajat tidak lebih dari 5
Derajat dari Wilayah

Definisi:
Derajat dari wilayah adalah jumlah dari sisi yang membatasi
suatu wilayah

Derajat dari suatu wilayah adalah paling sedikit 3


Contoh

K4 K5 K3,3
Contoh
Pada K4, n = 4, e = 6, memenuhi ketidaksamaan Euler, sebab
6  3(4) – 6. Jadi, K4 adalah graf planar.

Pada graf K5, n = 5 dan e = 10, tidak memenuhi ketidaksamaan


Euler sebab
10  3(5) – 6. Jadi, K5 tidak planar

K4 K5 K3,3
Contoh

Ketidaksamaan e  3n – 6 tidak berlaku untuk K3,3


Karena e = 9, n = 6
9  (3)(6) – 6 = 12 (jadi, e  3n – 6)

padahal graf K3,3 bukan graf planar!

Buat asumsi baru: setiap daerah pada graf planar dibatasi oleh
paling sedikit empat buah sisi,
 
Dari penurunan rumus diperoleh e  2n - 4
Corollary 3

Ketidaksamaan e  3n – 6 tidak berlaku untuk K3,3


Karena e = 9, n = 6
9  (3)(6) – 6 = 12 (jadi, e  3n – 6)

padahal graf K3,3 bukan graf planar!

Buat asumsi baru: setiap daerah pada graf planar dibatasi oleh
paling sedikit empat buah sisi,
 
Dari penurunan rumus diperoleh e  2n - 4
Contoh
Graf K3,3 pada Gambar di bawah memenuhi ketidaksamaan e  2n – 4, karena
e = 9, n = 6
9  (2)(6) – 4 = 8 (salah)
yang berarti K3,3 bukan graf planar.

H H H H 1 H H
1 2 3 2 3

W G E W G E
Teorema Kuratowski (1)
Teorema Kuratowski (2)

• Graf kedua Kuratowski adalah graf teratur.


• Graf kedua Kuratowski adalah graf tidak-planar
• Penghapusan sisi atau simpul dari graf Kuratowski menyebabkannya
menjadi graf planar.
• Graf Kuratowski pertama adalah graf tidak-planar dengan jumlah simpul
minimum, dan graf Kuratowski kedua adalah graf tidak-planar dengan
jumlah sisi minimum.
Teorema Kuratowski

Gambar (a) Graf Kuratowski pertama (K5)


(b) Graf Kuratowski kedua (K3, 3)
(c) Graf yang isomorfik dengan graf Kuratowski kedua
TEOREMA Kuratowski.

Graf G bersifat non planar jika dan hanya jika ia mengandung upagraf yang
isomorfik dengan salah satu graf Kuratowski atau homeomorfik
(homeomorphic) dengan salah satu dari keduanya.
Homeomorfik

Operasi elementary subdivision

Jika sebuah graf adalah planar, maka akan didapatkan


beberapa graf dengan menghilangkan sebuah sisi {u,v} dan
menambahkan sebuah simpul w bersamaan dengan sisi {u,w}
dan {w,v}.
Planar atau bukan?
Contoh
Graf G tidak planar karena ia mengandung upagraf (G1) yang homeomorfik
dengan K5 (dengan membuang simpul-simpul yang berderajat 2 dari G1,
diperoleh K5).

a a a

i b i b
h c h c h c

d d

g f e g f e g e

G G1 K5

Gambar Graf G, upagraf G1 dari G yang homeomorfik dengan K5.


Contoh
 Kita gunakan Teorema Kuratowski untuk memeriksa keplanaran graf. Graf
G di bawah ini bukan graf planar karena ia mengandung upagraf (G1) yang
sama dengan K3,3.

a b a b
c c

f e d f e d

G
G 1

 Graf G tidak planar karena ia mengandung upagraf yang sama dengan


K3,3.
Latihan
 Perlihatkan dengan teorema Kuratowski bahwa graf Petersen tidak planar.
Jawaban
Lintasan dan Sirkuit Euler
Jembatan Konigsberg
Lintasan dan Sirkuit

Lintasan Sirkuit

Sebuah jalan yang melalui semua Lintasan yang berawal dan


simpul dan sisi yang berbeda. berakhir pada simpul yang sama
disebut sirkuit atau siklus.
Lintasan dan Sirkuit Euler

 Lintasan Euler ialah lintasan yang melalui masing-masing sisi di


dalam graf tepat satu kali.

 Graf yang mempunyai lintasan Euler dinamakan juga graf semi-


Euler (semi-Eulerian graph).

 Sirkuit Euler ialah sirkuit yang melewati masing-masing sisi tepat


satu kali.

 Graf yang mempunyai sirkuit Euler disebut graf Euler (Eulerian


graph).
Contoh 1
Contoh 1
Contoh 2

2 1 1 2 2 3
(a) (b) (c)
3 5
4 1 4

3 4 5 6 6 7

(d) d b (e) 1 2 (f) a b

e c 4 5 c d e

f
Contoh 2
 Lintasan Euler pada graf (a) : 3, 1, 2, 3, 4, 1
 Lintasan Euler pada graf (b) : 1, 2, 4, 6, 2, 3, 6, 5, 1, 3
 Sirkuit Euler pada graf (c) : 1, 2, 3, 4, 7, 3, 5, 7, 6, 5, 2, 6, 1
 Sirkuit Euler pada graf (d) : a, c, f, e, c, b, d, e, a, d, f, b, a
 Graf (e) dan (f) tidak mempunyai lintasan maupun sirkuit Euler
 (a) dan (b) graf semi-Euler
 (c) dan (d) graf Euler
 (e) dan (f) bukan graf semi-Euler atau graf Euler
Teorema 1

Graf tidak berarah G adalah graf Euler (memiliki sirkuit


Euler) jika dan hanya jika setiap simpul berderajat
genap.
Mohammed’s Scimitars
Mohammed’s Scimitars
Teorema 2

Graf terhubung tidak berarah memiliki lintasan Euler (graf semi-Euler)


jika dan hanya jika memiliki dua buah simpul berderajat ganjil atau
tidak ada simpul berderajat ganjil sama sekali.
 
Teorema 2
Latihan
Manakah di antara graf di bawah ini yang dapat dilukis tanpa
mengangkat pensil sekalipun?
Lintasan dan Sirkuit Hamilton
Lintasan dan Sirkuit Hamilton

 Lintasan Hamilton ialah lintasan yang melalui tiap simpul di dalam


graf tepat satu kali.

 Sirkuit Hamilton ialah sirkuit yang melalui tiap simpul di dalam graf
tepat satu kali, kecuali simpul asal (sekaligus simpul akhir) yang
dilalui dua kali.

 Graf yang memiliki sirkuit Hamilton dinamakan graf Hamilton,


sedangkan graf yang hanya memiliki lintasan Hamilton disebut graf
semi-Hamilton.
Contoh

1 2 1 2 1 2

4 3 4 3 4 3

(a) (b) (c)

 graf yang memiliki lintasan Hamilton (misal: 3, 2, 1, 4)


 graf yang memiliki sirkuit Hamilton min. berderajat 2 ( bisa dilewati 2
kali) (1, 2, 3, 4, 1)
 graf yang tidak memiliki lintasan maupun sirkuit Hamilton
Icosian Puzzle
Icosian Puzzle
Hamiltonian or not?
Hamiltonian or not?
Teorema

 
• Setiap graf lengkap adalah graf Hamilton dengan n .

• Di dalam graf lengkap G dengan n buah simpul (n 3), terdapat (n – 1)/2


buah sirkuit Hamilton, dengan n bilangan ganjil.
Teorema

   cukup supaya graf sederhana G dengan n 3 buah simpul adalah graf


Syarat
Hamilton ialah bila derajat tiap simpul paling sedikit n/2.
Euler dan Hamilton
 Beberapa graf dapat mengandung sirkuit Euler dan sirkuit Hamilton
sekaligus, mengandung sirkuit Euler tetapi tidak mengandung sirkuit
Hamilton, dan sebagainya.
5 5

1 2 1 2

4 3 4 3

(a) (b)

(a) Graf Hamilton sekaligus graf Euler


(b) Graf Hamilton sekaligus graf semi-Euler
Latihan
 Gambar di bawah ini adalah denah lantai dasar sebuah gedung. Apakah
dimungkinkan berjalan melalui setiap pintu di lantai itu hanya satu kali
saja jika kita boleh mulai memasuki pintu yang mana saja?
Jawaban
 Nyatakan ruangan sebagai simpul dan pintu antar ruangan sebagai sisi.
 Setiap pintu hanya boleh dilewati sekali (tidak harus kembali ke titik asal)
 melewati sisi tepat sekali  lintasan Euler
 Di dalam graf tersebut ada 2 simpul berderajat ganjil (simpul 1 dan 6),
selebihnya genap  pasti ada lintasan Euler
 Kesimpulan: setiap pintu dapat dilewati sekali saja

1 2 3

4
5 6
Aplikasi Graf
Beberapa Aplikasi Graf
 Lintasan terpendek (shortest path)
(akan dibahas pada kuliah IF3051)
 Persoalan pedagang keliling (travelling salesperson problem)
 Persoalan tukang pos Cina (chinese postman problem)
 Pewarnaan graf (graph colouring)
Persoalan Pedagang Keliling
Persoalan Pedagang Keliling
(travelling salesperson problem (TSP)

Diberikan sejumlah kota dan diketahui jarak antar kota. Tentukan tur
terpendek yang harus dilalui oleh seorang pedagang bila pedagang itu
berangkat dari sebuah kota asal dan menyinggahi setiap kota tepat satu kali
dan kembali lagi ke kota asal keberangkatan.

==> menentukan sirkuit Hamilton


yang memiliki bobot minimum.
Aplikasi TSP:
1. Pak Pos mengambil surat di kotak pos yang tersebar pada n buah lokasi di
berbagai sudut kota.
2. Lengan robot mengencangkan n buah mur pada beberapa buah peralatan
mesin dalam sebuah jalur perakitan.
3. Produksi n komoditi berbeda dalam sebuah siklus.
Jumlah sirkuit Hamilton di dalam graf lengkap dengan n simpul: (n – 1)!/2.
a 12 b

5 9
10 8

d 15 c

Graf di atas memiliki (4 – 1)!/2 = 3 sirkuit Hamilton, yaitu:

a 12 b a 12 b a b

5 9 5 9
10 8 10 8

d 15 c d 15 c d c
a 12 b a 12 b a b

5 9 5 9
10 8 10 8

d 15 c d 15 c d c

I1 = (a, b, c, d, a)  bobot = 10 + 12 + 8 + 15 = 45
I2 = (a, c, d, b, a)  bobot = 12 + 5 + 9 + 15 = 41
I3 = (a, c, b, d, a)  bobot = 10 + 5 + 9 + 8 = 32
 
Sirkuit Hamilton terpendek: I3 = (a, c, b, d, a)
dengan bobot = 10 + 5 + 9 + 8 = 32.
 
 Jika jumlah simpul n = 20 akan terdapat (19!)/2 sirkuit Hamilton atau
sekitar 6  1016 penyelesaian.
Persoalan Tukang Pos Cina
 Dikemukakan oleh Mei Gan (berasal dari Cina) pada tahun 1962.

 Persoalan: seorang tukang pos akan mengantar surat ke alamat-alamat


sepanjang jalan di suatu daerah. Bagaimana ia merencanakan rute
perjalanannya supaya ia melewati setiap jalan tepat sekali dan kembali lagi
ke tempat awal keberangkatan?
 menentukan sirkuit Euler di dalam graf
B 8 C
2 8 1
4
A 3 4 D
6 2
F 5 E

Lintasan yang dilalui tukang pos: A, B, C, D, E, F, C, E, B, F,


A.
 Jika graf yang merepresentasikan persoalan adalah graf Euler, maka sirkuit
Eulernya mudah ditemukan.

 Jika grafnya bukan graf Euler, maka beberapa sisi di dalam graf harus
dilalui lebih dari sekali.

 Jadi, pak pos harus menemukan sirkuit yang mengunjungi setiap jalan
paling sedikit sekali dan mempunyai jarak terpendek.
Persoalan tukang pos Cina
 Seorang tukang pos akan mengantar surat ke alamat-alamat sepanjang
jalan di suatu daerah. Bagaimana ia merencanakan rute perjalanannya yang
mempunyai jarak terpendek supaya ia melewati setiap jalan paling sedikit
sekali dan kembali lagi ke tempat awal keberangkatan?
Pewarnaan Graf
 Ada dua macam: pewarnaan simpul, dan pewarnaan sisi
 Hanya dibahas perwarnaan simpul
 Pewarnaan simpul: memberi warna pada simpul-simpul graf sedemikian
sehingga dua simpul bertetangga mempunyai warna berbeda.
 Aplikasi pewarnaan graf: mewarnai peta.

 Peta terdiri atas sejumlah wilayah.

 Wilayah dapat menyatakan kecamatan, kabupaten, provinsi, atau negara.

 Peta diwarnai sedemikian sehingga dua wilayah bertetangga mempunyai


warna berbeda.
 Nyatakan wilayah sebagai simpul, dan batas antar dua wilayah bertetangga
sebagai sisi.

 Mewarnai wilayah pada peta berarti mewarnai simpul pada graf yang
berkoresponden.

 Setiap wilayah bertetangga harus mempunyai warna berbeda  warna


setiap simpul harus berbeda.
1 1 1
2 2 2

3 3 3
4 4
4
8 5 8 5 8 5

7 6 7 6 7 6

(a ) (b ) (c )

1 m e ra h 2 k u n in g 1 m e ra h
2 k u n in g

b iru 3 b ir u 3 m e ra h
ungu jin g g a ungu
4 4
h ija u
8 5 k u n in g
8 5

p u tih k u n in g
7 6 7 6
h ita m m e ra h

mbar 8.72 (a) Peta (d ) (e )


(b) Peta dan graf yang merepresentasikannya,
Graf yang merepresentasikan peta,
Pewarnaan simpul, setiap simpul mempunai warna berbeda,
Empat warna sudah cukup untuk mewarnai 8 simpul
 Bilangan kromatik: jumlah minimum warna yang dibutuhkan untuk
mewarnai peta.
 Simbol: (G).

 Suatu graf G yang mempunyai bilangan kromatis k dilambangkan dengan


(G) = k.
 Graf di bawah ini memiliki (G) = 3
 Graf kosong Nn memiliki (G) = 1, karena semua simpul tidak terhubung,
jadi untuk mewarnai semua simpul cukup dibutuhkan satu warna saja.
 Graf lengkap Kn memiliki (G) = n sebab semua simpul saling
terhubung sehingga diperlukan n buah warna.
 Graf bipartit Km,n mempunyai (G) = 2, satu untuk simpul-simpul di
himpunan V1 dan satu lagi untuk simpul-simpul di V2.
 Graf lingkaran dengan n ganjil memiliki (G) = 3, sedangkan jika n genap
maka (G) = 2.

 Sembarang pohon T memiliki (T) = 2.

 Untuk graf-graf yang lain tidak dapat dinyatakan secara umum bilangan
kromatiknya.
 Perkembangan teorema pewarnaan graf:
TEOREMA 1. Bilangan kromatik graf planar  6.
TEOREMA 2. Bilangan kromatik graf planar  5.
TEOREMA 3. Bilangan kromatik graf planar  4.

 Teorema 4 berhasil menjawab persoalan 4-warna (yang diajuka pada abad


19): dapatkah sembarang graf planar diwarnai hanya dengan 4 warna saja?

 Jawaban dari persoalan ini ditemukan oleh Appel dan Haken yang
menggunakan komputer untuk menganalisis hampir 2000 graf yang
melibatkan jutaan kasus
Cukup 4 warna saja untuk mewarnai sembarang peta
Aplikasi lain pewarnaan graf: penjadwalan

.

Misalkan terdapat delapan orang mahasiswa (1, 2, …, 8) dan lima buah mata kuliah yang dapat dipilihnya
(A, B, C, D, E). Tabel berikut memperlihatkan matriks lima mata kuliah dan delapan orang mahasiswa.
Angka 1 pada elemen (i, j) berarti mahasiswa i memilih mata kuliah j, sedangkan angka 0 menyatakan
mahasiswa i tidak memilih mata kuliah j.

A B C D E
1 0 1 0 0 1
2 0 1 0 1 0
3 0 0 1 1 0
4 1 1 0 0 0
5 0 1 0 1 0
6 0 0 1 1 0
7 1 0 1 0 0
8 0 0 1 1 0
Berapa paling sedikit jumlah hari yang dibutuhkan untuk jadwal ujian tersebut
sedemikian sehingga semua mahasiswa dapat mengikuti ujian mata kuliah
yang diambilnya tanpa bertabrakan waktunya dengan jadwal ujian kuliah lain
yang juga diambilnya?

Penyelesaian:
simpul  mata kuliah
sisi  ada mahasiswa yang mengambil kedua mata kuliah
(2 simpul)
A m e ra h A

b ir u E
E
B B m e ra h

m e ra h
b ir u
D
D C

(a) (b)

Gambar 8.74. (a) Graf persoalan penjadwalan ujian 5 mata kuliah


untuk 8 orang mahasiswa
(b) Hasil pewaranan pada simpul-simpul graf
• Bilangan kromatik graf pada Gambar 8.74 adalah 2.
• Jadi, ujian mata kuliah A, E, dan D dapat dilaksanakan bersamaan,
sedangkan ujian mata kuliah B dan C dilakukan bersamaan
tetapi pada waktu yang berbeda dengan mata kuliah A, E, dan D.
Latihan soal

1. Dapatkah kita menggambar graf teratur berderajat 3 dengan 7 buah


simpul? Mengapa?
2. Tentukan jumlah simpul pada graf sederhana bila mempunyai 20 buah
sisi dan tiap simpul berderajat sama.
3. Berapa jumlah minimum simpul yang diperlukan agar sebuah graf
dengan 6 buah sisi menjadi planar? Ulangi soal yang sama untuk 11 buah
sisi.
4. Diberikan gambar sebuah graf G seperti di bawah ini.

B (a) Tunjukkan dengan ketidaksamaan Euler bahwa graf


G tidak planar.
A C

(b) Tunjukkan dengan Teorema Kuratowski bahwa graf


D E G tidak planar.
F G

Anda mungkin juga menyukai