0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan17 halaman
1. Revitalisasi program pengembangan literasi konstitusi dan kemampuan komunikasi publik perlu dilakukan untuk menyiapkan siswa menjadi agen perubahan masyarakat dan menangani berbagai kasus yang terkait dengan rendahnya pemahaman hukum dan komunikasi.
2. Pembelajaran PPKN kontekstual yang menggunakan berbagai pendekatan seperti konstruktivisme, bertanya, penemuan, dan refleksi dapat melatih siswa menjadi ag
1. Revitalisasi program pengembangan literasi konstitusi dan kemampuan komunikasi publik perlu dilakukan untuk menyiapkan siswa menjadi agen perubahan masyarakat dan menangani berbagai kasus yang terkait dengan rendahnya pemahaman hukum dan komunikasi.
2. Pembelajaran PPKN kontekstual yang menggunakan berbagai pendekatan seperti konstruktivisme, bertanya, penemuan, dan refleksi dapat melatih siswa menjadi ag
1. Revitalisasi program pengembangan literasi konstitusi dan kemampuan komunikasi publik perlu dilakukan untuk menyiapkan siswa menjadi agen perubahan masyarakat dan menangani berbagai kasus yang terkait dengan rendahnya pemahaman hukum dan komunikasi.
2. Pembelajaran PPKN kontekstual yang menggunakan berbagai pendekatan seperti konstruktivisme, bertanya, penemuan, dan refleksi dapat melatih siswa menjadi ag
KOMUNIKASI PUBLIK DALAM RANGKA MENYIAPKAN AGEN KOMUNITAS PERUBAHAN Oleh : I Gusti Kade Siladana, S.Pd.T GURU SMK NEGERI 3 TABANAN BALI BEGITU MARAKNYA KASUS TERKAIT ISU DEGRADASI KESADARAN BERKONSTITUSI, LITERASI HUKUM DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI PERSUASI PUBLIK 1. Kasus Suap, Gratifikasi, dan Penyimpangan Tata Kelola APBN atau APBD yang Melibatkan Lembaga Eksekutif, Legislatif & Yudikatif . 2. Kasus Ujaran Kebencian, Degradasi Moral; Degradasi Etika Komunikasi Masyarakat, serta berbagai kasus pelanggaran UU ITE lainnya. 3. Dalam skala mikro, konflik-konflik sosial yang berlatar kesalahpahaman persepsi dan rendahnya literasi hukum, seperti : (a)polemik kasus PRONA (penguasaan tanah pertanian); (b) polemik kebijakan beban kerja PNS/ASN; (c) polemik Kenaikan Pangkat PNS/ASN; dsb, yang ternyata diperparah oleh Lemahnya Kemampuan Komunikasi-Persuasi Antar Elemen Terkait. KUNCI UTAMA DARI 3 PERMASALAHAN TERSEBUT : “ PENCARIAN TITIK TEMU, YAITU REVITALISASI KETIGANYA ” EMPAT SUBSTANSI UTAMA YANG MENJADI FOKUS PERMASALAHAN KAJIAN : RUMUSAN PERMASALAHAN : TUJUAN KARYA TULIS INI : KAJIAN TEORETIS DEFINISI OPERASIONALNYA MELIPUTI :
Definisi Literasi Hukum = Kemampuan mengakses, memahami, dan
menggunakan keseluruhan kaidah hukum atau peraturan perundang- undangan serta semua asas yang mengatur pergaulan hidup dalam komunitas masyarakat tertentu yang bertujuan untuk memelihara ketertiban dan keteraturan dalam tata kelola dan tata hubungan komunitas masyarakat yang bersangkutan. Definisi Kesadaran Konstitusi = Pola hidup taat konstitusi/hukum yang diterapkan mulai dari diri pribadi, anggota komunitas masyarakat, juga sebagai warganegara. Definisi Kemampuan Komunikasi-Persuasi Publik = Kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain (anggota komunitas masyarakat tertentu) dengan memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun sosiologis pihak-pihak tersebut (komunikan) agar pola pikir, sikap dan perilakunya berubah mengikuti kehendak komunikator. Definisi Pembelajaran PPKN Kontekstual = Pendekatan pembelajaran PPKN yang diupayakan melalui sinkronisasi pengalaman belajar teori, praktek dan penilaian hasil belajar dengan konteks nyata kehidupan berbangsa dan bernegara. STRATEGI IMPLEMENTASINYA MELALUI : PENGEMBANGAN LITERASI KONSTITUSI DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI PUBLIK BAGI SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN PPKN KONTEKSTUAL, MELIPUTI : 1. Pendekatan Konstruktivis yaitu Pendekatan Pemberdayaan Siswa dalam Membangun Konsep Pemahaman sesuai dengan penalaran mereka sendiri. 2. Pendekatan bertanya (questioning), yaitu melalui proses identifikasi masalah, perumusan pertanyaan, pengajuan dugaan sementara (hipotesis), pengumpulan data, analisis dan interpretasi data, menarik kesimpulan atau jawaban dari permasalahan/pertanyaan awal. 3. Pendekatan Penemuan (Discovery-Inquiry), yaitu guru dan siswa bersama-sama menelusuri berbagai sumber belajar (studi literatur) dan menemukan konsep pemahaman dari hasil sitasi berbagai sumber belajar tersebut. 4. Pendekatan komunitas belajar, yaitu siswa dilatih untuk belajar memadukan esensi hasil pemikiran rekan-rekannya menjadi sebuah pemahaman secara kolektif atau rangkuman gagasan kelompok. 5. Pendekatan Pemodelan, yaitu pembelajaran secara scaffolding dimana guru bertugas sebagai model atau tutor (bisa juga siswa, atau pihak lain), yang ditiru cara belajar/peragaan/presentasi dan sebagainya oleh siswa sebagai sebuah proses belajarnya. 6. Pendekatan Refleksi, yaitu pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk meninjau atau merenungkan kembali antara realita di kehidupan nyata dengan konsep-konsep dalam tataran ideal, dilanjutkan dengan pandangan kritisnya terhadap kedua hal tersebut. 7. Pendekatan penilaian autentik, yaitu bentuk tagihan penilaiannya berorientasi proses dan produk dari sebuah pengalaman belajar (observasi patisipatif, interview, presentasi, portofolio hasil survey atau pengamatan lapangan). PENGEMBANGAN LITERASI KONSTITUSI DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI-PERSUASI PUBLIK BAGI GURU DAN MANAJEMEN SEKOLAH, MELALUI :
1. Pemberdayaan Teknologi Smartphone, Laptop dan
Koneksi Internet Untuk Mengakses dan Mensharing Payung Hukum Permasalahan Kependidikan
2. Diskusi Informal (Brainstorming) Bersama Guru dan
Manajemen Sekolah dalam situasi lebih santai, interaktif, penuh nuasa kekeluargaan sehingga terlahir kesepahaman dan komitmen bersama.
3. Inisiasi visionary model yang menempatkan diri
sebagai pelopor publikasi sumber atau payung hukum kebijakan pendidikan, dengan pendekatan komunikasi yang tidak menggurui. KESIMPULAN 1. Secara kausatif, semakin tinggi taraf literasi hukum sebuah komunitas masyarakat, maka taraf kesadaran konstitusional masyarakatnya juga cenderung semakin tinggi. Dan secara kausatif, semakin tinggi kemampuan komunikasi-persuasi publik kalangan birokrasi atau pimpinan suatu komunitas masyarakat, maka semakin besar kesadaran konstitusional anggota masyarakat tersebut. 2. Upaya menyiapkan siswa-siswa SMA/SMK menjadi agen-agen perubahan positif masa depan di masyarakat dalam hal gerakan kesadaran berkonstitusi, dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Kontekstual, dengan 7 komponen pendekatannya, meliputi: (1) pendekatan konstruktivisme; (2) pendekatan bertanya (questioning); (3) pendekatan penemuan (discovery-inquiry); (4) pendekatan pembelajaran kelompok (learning community); (5) pendekatan pemodelan (modeling atau mentoring); (6) pendekatan refleksi; dan (7) pendekatan penilaian otentik (authentic assessment). kesimpulan ...................... 3. Upaya pengembangan literasi hukum, kesadaran berkonstitusi dan kemampuan komunikasi-persuasi publik bagi guru dan manajemen sekolah, dapat dilakukan melalui : a. Utilisasi atau pendayagunaan teknologi smartphone, laptop dan akses internet untuk memperkaya wawasan dan literasi konstitusi, dalam mensikapi setiap polemik permasasalahan kebijakan pendidikan; b. Inisiasi visionary model yang menempatkan diri sebagai pelopor publikasi sumber atau payung hukum kebijakan pendidikan; c. Diskusi informal (brainstorming) dengan suasana santai dan penuh kekeluargaan, sehingga proses penyaluran aspirasi secara bottom-up berlangsung efektif dalam suasana yang cair dan interaktif. Demikian juga, sosialisasi kebijakan dari manajemen sekolah kepada warga sekolah secara top-down, juga akan berlangsung dalam suasana kekeluargaan, dialogis dan taraf penerimaannya akan lebih baik, dibanding pendekatan formal yang represif, arogan dan otoriter SARAN-SARAN (1) Bagi Guru Secara Umum dan Guru PPKn Secara Khusus : 1. Hendaknya dapat mengembangkan model-model pembelajaran kontekstual yang berorientasi pada penyiapan siswa menjadi agen-agen perubahan yang positif masyarakat di masa depan.
2. Hendaknya menempatkan diri sebagai pelopor (visionary
model) dalam rangka mengembangkan literasi hukum, kesadaran berkonstitusi dan komunikasi-persuasi publik baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat yang lebih luas. SARAN-SARAN (2) Bagi Manajemen Sekolah : 1. Hendaknya lebih banyak memberikan ruang-ruang diskusi informal (brainstorming) dalam setting situasi yang santai, penuh kekeluargaan dan interaktif, sehingga sosialisasi kebijakan pendidikan lebif efektif, mudah diterima dan bisa dilaksanakan dengan komitmen bersama. 2. Hendaknya memberikan apresiasi pada warga sekolah yang berkontribusi pada perubahan-perubahan positif di lingkungan sekolah, sehingga memotivasi semua pihak untuk berkarya dan mendedikasikan semua potensi yang dimiliki untuk memajukan institusi. SARAN-SARAN (3) Bagi Para Pengambil Kebijakan Pendidikan : 1. Hendaknya mempertimbangkan dan menyiapkan antisipasi terhadap dampak sosial dari penerapan sebuah kebijakan pendidikan. 2. Hendaknya lebih mengefektifkan sosialisasi dan publikasi kebijakan pendidikan melalui media-media yang lebih menjangkau pihak-pihak yang dikenai dampak kebijakan pendidikan tersebut. 3. Lebih menggalakkan program-program pengembangan literasi hukum, kesadaran berkonstitusi dan perbaikan kemampuan komunikasi-persuasi publik bagi masyarakat dan juga pejabat birokrasi layanan publiknya. SEKIAN DAN TERIMA KASIH