Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH PENDIDIKAN ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK)

Pokok Bahasan (Topik) :

LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun Oleh :

NI MADE SUMAWATI ASIH


NIM. 1911041019
NI MADE WIWIEK ANDRIYANI
NIM. 1911041021
GUSTI AYU PUTU PADMAWATI
NIM. 1911041026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PAUD


JURUSAN DHARMA ACARYA
STAH NEGERI MPU KUTURAN SINGARAJA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Om Suastiastu.
Puja syukur kami haturkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat
limpahan asung kerta waranugraha-Nya kegiatan penyusunan makalah Layanan
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ini dapat mencapai tahap penyelesaian.
Adapun topik yang menjadi sorotan kajian dalam laporan kunjungan sekolah ini meliputi:
(a) Definisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK); (b) Penggolongan Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK); (c) Bentuk-Bentuk Layanan Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK);
dan (d) Hambatan-Hambatan dalam Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK).
Keberhasilan penyusunan laporan kegiatan kunjungan sekolah ini tidak terlepas
dari dukungan berbagai pihak, yaitu :
1. Bapak Komang Agus Budhi Arya Pramana, M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) atas sharing informasi dan
literatur terkait penyusunan tugas makalah ini.
2. Rekan-rekan mahasiswa PG PAUD STAH Negeri Mpu Kuturan Singaraja
Angkatan 2019 atas solidaritas dan kekompakannya selama perkuliahan ini.
3. Semua pihak yang turut berkontribusi pada kegiatan penyusunan makalah ini, yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya. Penulis sangat menyadari keterbatasan wawasan dan kemampuan penyajian
yang dimiliki, karena itu adanya masukan dan kritik konstruktif dari berbagai pihak, guna
perbaikan penyusunan karya- karya serupa di masa-masa mendatang sangat diharapkan.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat menjadi literatur tambahan bagi
para pembaca dan para pemerhati isu Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
pada khususnya. Semoga sajian makalah ini dapat memberi manfaat posisif bagi semua
pihak.
Om Shanti Shanti Shanti Om.

Tabanan, 8 Desember 2021


Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................... ............................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................... .................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 5

BAB III SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 10


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Secara naluriah, setiap keluarga atau dalam hal ini orang tua menghendaki
dikarunia putra dan putri yang normal atau sehat secara jasmani dan rohaninya.
Akan tetapi kadangkala karena faktor genetik, konsumsi obat atau faktor radiasi
lingkungan menyebabkan anak yang terlahir dalam sebuah kelurga mengalami
keterbatasan atau cacat tertentu, baik secara jasmani maupun rohani yang sering
disebut anak penyandang disbilitas dan anak berkebutuhan khusus (ABK). Hanya
saja permasalahannya kemudian adalah sampai saat ini masih ada dikotomi
penafsiran definisi anak berkebutuhan khusus (ABK) dan penyandang disabilitas,
baik di kalangan pendidik PAUD, orang tua siswa dan juga masyarakat secara
umum. Sehingga sering terjadi perbedaan persepsi di berbagai kalangan tersebut.
Padahal dukungan dari semua pihak secara kolektif sangat diperlukan dalam
membantu tumbuh-kembang anak berkebutuhan khusus (ABK) tersebut sesuai
dengan potensi yang dimilikinya secara optimal. Untuk itu, semua pihak
seharusnya mau saling membuka wawasan dan pemahaman terkait hakikat dan
pemaknaan terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK), sehingga dengan
kesdaran positif akan saling mensupport satu sama lain dalam memberikan
layanan terbaik bagi anak-anak berkebutuhan khusus tersebut.
Untuk dapat memberikan layanan terbaik bagi anak berkebutuhan khusus
tersebut, tentulah diperlukan perspektif yang benar dalam memandang
karakteristik keterbatasan anak berkebutuhan khusus tersebut. Pemahaman
komprehensif oleh Lembaga Pendidikan, orang tua siswa dan masyarakat secara
umum berkaitan dengan penggolongan anak berkebutuhan khusus tersebut berikut
ciri-ciri khasnya merupakan satu hal yang sangat urgens untuk dimiliki oleh
semua pihak. Hal tersebut menjadi sangat penting dalam merumuskan dan
memberikan terapi terbaik bagi setiap anak berkebutuhan khusus tersebut. Karena
kesalahan dalam mengidentifikasi penggolongan ABK akan berdampak pada
kesalahan dalam memilih terapi atau layanan yang tepat bagi anak berkebutuhan

1
khusus (ABK) yang bersangkutan. Sehingga perkembangan potensi terbaik pada
ABK yang bersangkutan menjadi sulit bahkan tidak bisa dicapai secara optimal.
Bertalian dengan hal tersebut di atas, maka diperlukan pemahaman
konseptual yang benar terkait identifikasi jenis keterbatasan yang dimiliki anak
dan juga pemilihan layanan yang tepat untuk anak dengan kebutuhan khusus
tersebut. Hal ini dapat dipahami dengan pemikiran bahwa pemahaman secara
konseptual akan menjadi pijakan logis dalam merumuskan terapi yang paling
efektif bagi jenis kebutuhan layanan (terapi) yang diperlukan bagi ABK tertentu.
Dengan begitu, semua aspek yang dimiliki anak berkebutuhan khusus dapat
dipetakan dengan baik. Demikian juga bentuk-bentuk layanan yang paling efektif
bagi ABK tersebut juga akan dapat teridentifikasi secara lengkap dan
komprehensif. Dimana muara dari ketepatan identifikasi kebutuhan dan ketepatan
pemilihan/pemberian layanan atau terapi yang berikan akan memberikan hasil
yang terbaik bagi perkembangan potensi ABK yang bersangkutan.
Selain itu, pihak-pihak yang terlibat dalam pemberian terapi atau layanan
bagi anak berkebutuhan khusus perlu mencermati berbagai kajian komprehensif
terkait hambatan-hambatan yang akan dihadapi dalam menerapkan layanan
pendidikan dan terapi lainnya kepada masing-masing golongan anak-anak
berkebutuhan khusus tersebut. Hal tersebut tentu dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam menyusun terapi atau bentuk-bentuk layanan tambahan atau
layanan alternatif ketika kendala-kendala yang dimaksud muncul dalam
pelaksanaan terapi atau pemberian layanan awal.
Untuk itulah kajian dalam makalah ini akan mencoba memberikan
perspektif yang dapat dijadikan alternatif dalam mengidentifikasi jenis kebutuhan
khusus anak, bentuk-bentuk layanan yang dapat diterapkan dan pemetaan
terhadap kendala-kendala apa saja yang akan dihadapi dalam memberikan
layanan Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) secara holistic dan
komprehensif. Harapannya, semua pihak baik keluarga, pendidik anak
berkebutuhan khusus dan masyarakat dapat menentukan dan memposisikan
dirinya dalam rangka memberikan kontribusi terbaiknya bagi pemberian layanan
terbaik bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) tersebut.

2
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam tulisan ini, meliputi :
1. Bagaimanakah definisi komprehensif dari anak berkebutuhan khusus ?
2. Bagaimanakah penggolongan anak berkebutuhan khusus ?
3. Bagaimanakah bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus?
4. Apa hambatan-hambatan yang sering dihadapi dalam implementasi layanan
Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai melalui kajian dalam tulisan ini, meliputi :
1. Memperoleh gambaran utuh terkait definisi anak berkebutuhan khusus.
2. Memperoleh deskripsi penggolongan terkait anak berkebutuhan khusus
3. Memperoleh gambaran lengkap terkait bentuk layanan pendidikan bagi
anak berkebutuhan khusus.
4. Memperoleh identifikasi hambatan-hambatan yang sering dihadapi dalam
implementasi layanan Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diperoleh dari penyusunan makalah terkait topik
“Layanan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)” ini, meliputi :
1. Manfaat Bagi Mahasiswa.
a. Penulisan makalah ini dapat menjadi wahana untuk melatih kemampuan
menyusun gagasan-gagasan pemikiran dari berbagai literatur.
b. Penyusunan makalah ini dapat menjadi salah satu aspek pertimbangan
penilaian dari dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK).
2. Manfaat Bagi Dosen Pengampu Mata Kuliah.
a. Memperoleh gambaran kemampuan mahasiswa dalam memahami materi
kuliah yang diberikan sebagai tugas belajar mandiri selama masa kuliah
daring.
b. Memperoleh gambaran perspektif yang lebih beragam terkait pendekatan
pemahaman dan penyajian tulisan yang disusun oleh para mahasiswa.

3
3. Manfaat Bagi Para Pembaca
a. Memperkaya perbendaharaan wawasan terkait substansi-substansi penting
yang perlu menjadi perhatian terkait konsep Pendidikan Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK), bentuk-bentuk layanan bagi ABK dan deskripsi kendala-
kendala yang dialami dalam pelayanan Pendidikan bagi ABK.
b. Memperoleh tambahan perspektif pemahaman yang lebih variatif melalui
sajian konsep pemikiran dari karya tulis ini.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).


Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang hidup dengan karakteristik khusus
berupa ketidakmampuan secara mental, emosi dan juga fisik, sehingga memerlukan
pelayanan khusus agar kemampuan dan potensinya dapat berkembang secara optimal.
Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam memahami anak berkebutuhan
khusus (ABK), yaitu:
1. Impairment, yang berarti cacat.
2. Disability, hambatan yang disebabkan oleh berkurangnya fungsi organ akibat
kondisi cacat tertentu.
3. Handicapped, suatu keadaan yang mengalami hambatan atau kesulitan dalam
berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK)
melingkupi ketiga golongan keterbatasan anak seperti yang disebutkan di atas.
Harapannya kemudian adalah baik orang tua, pendidik dan juga masyarakat di sekitar
anak berkebutuhan khusus dapat memiliki persepsi yang sama terkait definisi dan
istilah-istilah yang berkaitan dengan anak berkebutuhan khusus (ABK).

B. Penggolongan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).


Secara garis besarnya, anak berkebutuhan khusus digolongkan menjadi 3 (tiga)
kelompok penggolongan, yaitu :
1) Anak dengan kelainan mental,
2) Anak dengan kelainan fisik, meliputi: kelainan tubuh (tuna daksa), indera
pengelihatan (tuna Netra), pendengaran (tuna rungu), dan tuna wicara (bisu).
3) Anak dengan kelainan emosi, meliputi: gangguan perilaku, gangguan konsentrasi
dan gangguan hiperaktif.
Namun ada juga pendapat ahli yang menggolongkan anak berkebutuhan
khusus (ABK) dari sudut keterbatasannya, yaitu :
1) Tuna Netra (keterbatasan indera pengelihatan),
2) Tuna Rungu (keterbatasan pendengaran).

5
3) Tuna Grahita (keterbatasan kemampuan intelektual).
4) Tuna Daksa (keterbatasan fisik dan motoric).
5) Tuna Laras (keterbatasan perilaku atau penentangan terhadap norma-norma social
masyarakat).
6) Autisme (anak yang memiliki perhatian pada dunianya sendiri).
7) Dan beberapa jenis keterbatasan anak berkebutuhan khusus lainnya.

C. Bentuk Layanan Pada Anak Berkebutuhan Khusus.


Ada beberapa bentuk layanan yang dapat diberikan pada anak berkebutuhan
khusus, meliputi :
1. Layanan untuk Anak Tuna Netra, meliputi : Latihan auditorial (identifikasi suara),
Latihan indera peraba, indera penciuman, pengecap, indera pengelihatan bagi
yang low vision, Latihan huruf braile, serta Latihan orientasi ruang dan waktu.
2. Layanan untuk Anak Tuna Rungu, meliputi : penyediaan alat bantu latihan
komunikasi (audiometer, hearing aid, mesin tulis bertelepon, mikrokomputer,
audiovisual, tape recorder, spatel) dan juga cermin. Selanjutnya layanan Latihan
komunikasi secara bertahap.
3. Layanan untuk Anak Tuna Grahita, meliputi: latihan untuk memelihara atau
mengurus dirinya sendiri (mandi, berpakaian, makan, minum dan sebagainya),
serta latihan interaksi sosial secara bertahap.
4. Layanan untuk Anak Tuna Daksa, meliputi: layanan aspek ortopedi, layanan
rehabilitasi atau habilitasi medik, dan rehabilitasi terpadu (medik-fisioterapis-
speech terapis-psikologis-sosiomedical)
5. Layanan untuk Anak Tuna Laras, meliputi: layanan medikasi (pengobatan), diet,
modifikasi tingkah laku, lingkungan terstruktur, modeling, dan bio-feedback
(pengendalian perilaku secara biologis internal dengan pemberian informasi pada
anak terkait kondisi perilaku dan kondisi tubuhnya).
6. Layanan untuk Anak Autis, meliputi: terapi perilaku (terapi okupansi, terapi
wicara, terapi sosialisasi) dan terapi bio-medical (pengobatan).

6
D. Hambatan-hambatan yang sering dihadapi dalam implementasi layanan
Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).
Adapun beberapa hambatan yang sering dijumpai dalam menerapkan layanan
Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK), meliputi :
1. Pada anak tuna Netra, meliputi: perasaan rendah diri, putus asa dan belum
tumbuhnya sikap hidup realistis (menerima secara positif kekurangannya).
2. Pada anak tuna rungu, meliputi: sikap keluarga yang membatasi partisipasi
social anak karena kekurangan yang dimilikinya, pandangan atau stigma negatiF
masyarakat bahwa anak tuna rungu tidak bisa produktif atau bekerja baik
layaknya orang normal.
3. Pada anak tuna grahita, meliputi: perlakuan keluarga yang cenderung
menomorduakan perhatian pada anak karena kekurangan yang dimilikinya,
perlakuan negatif (acuh) masyarakat pada anak tuna grahita sehingga membuat
mereka merasa tidak nyaman.
4. Pada anak tuna Daksa, meliputi: kelainan gerak akibat gangguan tonus ototnya,
kelainan gerak sendi secara local atau sebagian.

5. Pada anak tuna Laras, meliputi: gangguan intelektual, gangguan tingkah laku,
gangguan emosi dan gangguan fisik.

6. Pada anak tuna Autis, meliputi: hambatan bahasa baik secara reseptif, dan
ekspresif, hambatan komunikasi dengan orang lain, dan respon terhadap
rangsangan indera atau sesoris.

7
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Anak berkebutuhan khusus didefinisikan sebagai anak yang hidup dengan
karakteristik khusus berupa ketidakmampuan secara mental, emosi dan juga fisik,
sehingga memerlukan pelayanan khusus agar kemampuan dan potensinya dapat
berkembang secara optimal.
2. Penggolongan anak berkebutuhan khusus yaitu: (a) anak dengan keterbatasan atau
kelainan mental, (b) anak dengan keterbatasan atau kelainan fisik, dan (c) anak
dengan keterbatasan atau kelainan emosional.
3. Bentuk layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, yaitu:
a. Anak tuna netra umumnya didekati dari terapi atau layanan yang memanfaatkan
indera selain indera pengelihatan (kecuali yang menyandang low vision atau
tidak buta secara total), dan Latihan orientasi ruang (spatial).
b. Anak tuna rungu, umumnya didekati dengan terapi atau layanan yang
memanfaatkan indera selain indera pendengarannya.
c. Anak tuna grahita atau keterbelakangan intelektual, umumnya didekati dari
terapi latihan untuk memelihara atau mengurus dirinya sendiri, serta latihan
interaksi sosial secara bertahap.
d. Anak tuna daksa, layanan aspek ortopedi, layanan rehabilitasi atau habilitasi
medik, dan rehabilitasi terpadu (medik-fisioterapis-speech terapis-psikologis-
sosiomedical)
e. Anak tuna laras layanan medikasi (pengobatan), diet, modifikasi tingkah laku,
lingkungan terstruktur, modeling, dan bio-feedback
f. Anak autis, yaitu terapi perilaku (terapi okupansi, terapi wicara, terapi
sosialisasi) dan terapi bio-medical (pengobatan).
4. Hambatan-hambatan yang sering dihadapi dalam implementasi layanan Pendidikan
bagi anak berkebutuhan khusus, yaitu :
a. Pada anak tuna Netra, meliputi: perasaan rendah diri, putus asa dan belum
tumbuhnya sikap hidup realistis (menerima secara positif kekurangannya).
b. Pada anak tuna rungu, meliputi: sikap keluarga yang membatasi partisipasi
social anak karena kekurangan yang dimilikinya, pandangan atau stigma

8
negative masyarakat bahwa anak tuna rungu tidak bisa produktif atau bekerja
baik layaknya orang normal.
c. Pada anak tuna grahita, meliputi: perlakuan keluarga yang cenderung
menomorduakan perhatian pada anak karena kekurangan yang dimilikinya,
perlakuan negatif (acuh) masyarakat pada anak tuna grahita sehingga membuat
mereka merasa tidak nyaman.
d. Pada anak tuna Daksa, meliputi: kelainan gerak akibat gangguan tonus ototnya,
kelainan gerak sendi secara local atau sebagian.
e. Pada anak tuna Laras, meliputi: gangguan intelektual, gangguan tingkah laku,
gangguan emosi dan gangguan fisik.
f. Pada anak tuna Autis, meliputi: hambatan bahasa baik secara reseptif, dan
ekspresif, hambatan komunikasi dengan orang lain, dan respon terhadap
rangsangan indera atau sesoris.

B. Saran-Saran
1. Bagi orang tua, agar lebih membuka diri dan memperbanyak literasi terkait anak
berkebutuhan khusus agar dapat mengkomunikasikan dan berkolaborasi dengan
pihak lain (pendidik dan masyarakat) dalam rangka memberikan support pada upaya
pemberian layanan terbaik bagi anak-anak mereka yang memiliki kebutuhan khusus.
2. Bagi guru atau pendidik anak berkebutuhan khusus, agar senantiasa memperluas
wawasan dan melakukan identifikasi secara kemprehensif berkaitan dengan
penggolongan anak berkebutuhan khusus, ciri-cirinya dan merumuskan terapi terbaik
bagi setiap anak tersebut. Guru atau pendidik juga perlu melakukan kajian
komprehensif terkait hambatan-hambatan yang akan dihadapi dalam menerapkan
layanan pendidikan dan terapi lainnya kepada masing-masing golongan anak-anak
berkebutuhan khusus tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

Antonius Ari Sudana (2013). Konsep Dasar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta: Familia Pustaka Keluarga.

Nur Kholis Reefani. (2016). Panduan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus.


Yogyakarta: Kyta Publisher.

10

Anda mungkin juga menyukai