Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

LAYANAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


BERKEBUTUHAN KHUSUS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

KONSEP DASAR PAUD

DOSEN MATA KULIAH


Indah Setianingrum, M.Pd.

Disusun Oleh:
1. Anis Mahmudah ( 20220750148004 )
2. Arum Prapta Hardyanti ( 20220750148011 )
3. Binti Hanik Mahmudah ( 20220750148025 )
4. Eka Nurvitasari ( 20220750148018 )
5. Nur Alifah Fujianingsih ( 20220750148003 )
6. Ta’lina Aminah ( 20220750148013 )
7. Waheng Wijayanti ( 20220750148027 )
8. Wida Nuryanti ( 20220750148021 )

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA'ARIF MAGETAN


2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa atas segala
rahmat-
Nya sehingga makalah ini dapat
kami selesaikan sesuai yang
diharapkan.
Tidak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih atas
bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi
dengan memberikan
sumbangan baik materi
maupun pemikirannya.
Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa
masih

2
ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun
bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala
saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat
memberi
manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca. Semoga
Allah SWT selalu
memberikan Rahmat dan
Petunjuk-Nya kepada kita
semua, Amin.

3
Puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas segala
rahmat-
Nya sehingga makalah ini dapat
kami selesaikan sesuai yang
diharapkan.
Tidak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih atas
bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi
dengan memberikan
sumbangan baik materi
maupun pemikirannya.
Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa
masih
ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun
bahasanya. Oleh
4
karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala
saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat
memberi
manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca. Semoga
Allah SWT selalu
memberikan Rahmat dan
Petunjuk-Nya kepada kita
semua, Amin.
Puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas segala
rahmat-

5
Nya sehingga makalah ini dapat
kami selesaikan sesuai yang
diharapkan.
Tidak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih atas
bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi
dengan memberikan
sumbangan baik materi
maupun pemikirannya.
Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa
masih
ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun
bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala
saran dan kritik
6
dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat
memberi
manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca. Semoga
Allah SWT selalu
memberikan Rahmat dan
Petunjuk-Nya kepada kita
semua, Amin.
Puji syukur kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas segala
rahmat-
Nya sehingga makalah ini dapat
kami selesaikan sesuai yang
diharapkan.
Tidak lupa kami juga
mengucapkan terimakasih atas
7
bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi
dengan memberikan
sumbangan baik materi
maupun pemikirannya.
Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa
masih
ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun
bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala
saran dan kritik
dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat
memberi
8
manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca. Semoga
Allah SWT selalu
memberikan Rahmat dan
Petunjuk-Nya kepada kita
semua, Amin
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala anugerah- Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah mengenai :

“Layanan Pendidikan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus”.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang kami selesaikan guna memenuhi bahan
pembelajaran Konsep Dasar PAUD. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum
sempurna dan masih banyak hal yang perlu diperbaiki. Saran, kritik, dan masukan yang
membangun dari semua pihak sangat membantu kami terutama untuk kemungkinan
pengembangan lebih lanjut. Akhirnya kami berharap agar Makalah ini dapat memberikan
manfaat yang sebesar-
besarnya bagi semua pihak, Serta dapat dikembangkan semaksimal mungkin untuk mening
katkan kualitas belajar mahasiswa.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan kepada
pembaca guna memperkaya ilmu pengetahuan tentang materi yang kami sampaikan dalam
makalah ini.

Magetan, 01 Desember 2022

PENULIS

9
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………….... i


Kata Pengantar …………………………………………………………………… ii
Daftar Isi …………………………………………………………………… iii

BAB I
Pendahuluan ……………………………………………………..…………………….. 1
A. Latar belakang masalah …………………………………………………………… 1
B. Rumusan masalah …………………………………..……………………………….. 1
C. Tujuan masalah ………………………………..………………………………….. 2

BAB II
Pembahasan ………………………………………………………………………….. 3
A. Konsep Dasar Pendidikan …..……………………………………………… 3
B. Faktor Penyebab dan Dampak Kelainan Pada ABK …..……………………… 3
C. Klasifikasi dan Karakteristik ABK …..……………………………………… 8
D. Mengenal dan Menangani ABK Ganda …..……………………………… 14
E. Peran dan Pengaruh Keluarga bagi Pendidikan ABK……….…………………. 15
F. Pendidikan Inklusi Untuk ABK …..……………………………………… 18
G. Konsep Layanan Pendidikan Bagi ABK ……….…………………………. 21

BAB III
Penutup ………………………………………………………………………….. 24
Kesimpulan ………………………………………………………………………….. 24
Saran ………………………………………………………………………………….. 24

10
Daftar pustaka …………………………………………………………………..……… 25

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah


Anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan merupakan
terjemahan dari child with special needs yang telah digunakan secara luas di dunia
internasional, ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat, anak
tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa, ada satu istilah yang
berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan kependekan dari
diference ability. Sejalan dengan perkembangan pengakuan terhadap hak azasi manusia
termasuk anak-anak ini, maka digunakanlah istilah anak berkebutuhan khusus. Penggunaan
istilah anak berkebutuhan khusus membawa konsekuensi cara pandang yang berbeda dengan
istilah anak luar biasa yang pernah dipergunakan dan mungkin masih digunakan. Jika pada
istilah luar biasa lebih menitik beratkan pada kondisi (fisik, mental, emosi-sosial) anak, maka
pada berkebutuhan khusus lebih pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi sesuai dengan
potensinya.
Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam
jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada umumnya.
Keadaan inilah yang menuntut pemahaman terhadap hakikat anak berkebutuhan khusus.
Keragaman anak berkebutuhan khusus terkadang menyulitkan guru dalam upaya menemu
kenali jenis dan pemberian layanan pendidikan yang sesuai. Namun apabila guru telah memiliki
pengetahuan dan pemahaman mengenai hakikat anak berkebutuhan khusus, maka mereka
akan dapat memenuhi kebutuhan anak yang sesuai.
Ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi terjadinya kelainan pada anak. Sehingga kita
hendaknya mengetahui hal-hal apa saja yang mempengaruhi kelainan. Selain mengetahui factor
yang menyebabkan, kita juga akan mengulas mengenai hak-hak yang dimiliki oleh anak-anak

11
berkebutuhan khusus. Sehingga dalam makalah ini akan mengulas mengenai hal-hal tersebut
berdasarkan literature yang telah kelompok kami temukan.

B. Rumusan masalah
1. Apa Konsep Dasar Pendidikan ABK ?
2. Apa faktor penyebab dan dampak kelainan pada ABK ?
3. Apa klasifikasi dan karakteristik ABK ?
4. Bagaimana mengenal dan menangani ABK ganda ?
5. Apa peran dan pengaruh keluarga bagi pendidikan ABK ?
6. Bagaimana Pendidikan Inklusi untuk ABK ?
7. Bagaimana konsep layanan pendidikan bagi ABK ?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui Apa Konsep Dasar Pendidikan ABK ?
2. Untuk mengetahui Apa faktor penyebab dan dampak kelainan pada ABK ?
3. Untuk mengetahui Apa klasifikasi dan karakteristik ABK ?
4. Untuk mengetahui Bagaimana mengenal dan menangani ABK ganda ?
5. Untuk mengetahui Apa peran dan pengaruh keluarga bagi pendidikan ABK ?
6. Untuk mengetahui Bagaimana Pendidikan Inklusi untuk ABK ?
7. Untuk mengetahui Bagaimana konsep layanan pendidikan bagi ABK ?

12
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENDIDIKAN ABK


Anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mempunyai keunikan tersendiri pada
jenis dan karakteristiknya, sebagai akibatnya berbeda menggunakan anak normal seusianya.
disparitas yang terdapat dalam diri anak berkebutuhan spesifik dapat dilihat berasal
perbedaan interindividual, juga intraindividualnya.
Anak-anak tadi umumnya mengalami kesulitan pada berinteraksi dengan lingkungan,
sehingga tak jarang sebagai tantangan bagi pengajar juga orang tua. Maka buat menyebarkan
potensinya, diperlukan pemahaman yg mendalam dan pedagogi spesifik.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kelainan pada anak berkebutuhan khusus terdapat 4,
yaitu :
1. Herediter
Kebanyakan anak berkebutuhan spesifik merupakan bawaan dari lahir. dan yang
mendasari hal tadi, adalah faktor hereditas atau genetik yg diturunkan asal orang tua.
2. Infeksi
Infeksi (baik secara pribadi ataupun tidak langsung) yang menyerang bayi sebelum /
selesainya lahir juga bisa menyebabkan kelainan.
3. Keracunan
Keracunan yg dimaksud dapat secara langsung pada anak, maupun lewat mediator ibu
saat mengandung.
4. Stress berat

13
adalah cedera yang terjadi di anak sebagai akibatnya menyebabkan perubahan struktur
rangka, ataupun cedera yang terjadi ketika proses persalinan.
5. Kekurangan Gizi
Kurangnya asupan gizi di bayi dalam kandungan maupun selesainya lahir, sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak. sebagai akibatnya Bila asupan yang diberika
tidak sinkron atau takarannya kurang, bisa mengakibatkan kelainan.

B. FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK KELAINAN PADA ABK


I. Penyebab Kelaian Pada ABK
Penyebab anak berkebutuhan khusus terjadi dalam beberapa periode kehidupan
anak, yaitu :
1. Sebelum Kelahiran (pre natal)dlm kandungan
Penyebab yang terjadi sebelum proses kelahiran, dalam hal ini berarti ketika anak dalam
kandungan, terkadang tidak disadari oleh ibu hamil.
Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Gangguan Genetika
Kelainan Kromosom, Transformasi Kelainan kromosom kerap diungkap dokter
sebagai penyebabkeguguran, bayi meninggal sesaat setelah dilahirkan,
maupun bayi yangdilahirkan sindrom down. Kelainan kromosom ini
umumnya terjadi saatpembuahan, yaitu saat sperma ayah bertemu sel telur ibu.
Hal ini hanya dapatdiketahui oleh ahlinya saja, tidak kasat mata sehingga para ibu
hamil tidakdapat memprediksikannya. Untuk mengetahui bahwa proses
tansformasi kromosom berjalan normal membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk
ujilaboratoriumnya.(pendidikan anak berkebutuhan khusus,2010:8)
b. Infeksi Kehamilan
Infeksi saat hamil dapat mengakibatkan cacat pada janin.Penyebabnya
adalah parasit golongan protozoa yang terdapat pada binatang seperti kucing, anjing,
burung, dan tikus. Gejala umumnya seperti mengalami gejala berupa demam, flu,
dan pembengkakan kelenjar getah bening. Faktorini terjadi bisa dikarenakan
makanan atau penyakit. Infeksi kehamilan dapat diketahui jika si ibu rutin
memeriksakan kehamilannya sehingga jika ada indikasi infeksi kehamilan
dapat segera diketahui. Bisa juga infeksi terjadi karena adanya penyakit tertentu
dalam kandungan si ibu hamil.
c. Usia Ibu Hamil (high risk group)
Ada beberapa hal yang menyebabkan ibu beresiko hamil, antara lain :riwayat
kehamilan dan persalinan yang sebelumnya kurang baik (misalnya,riwayat
keguguran, perdarahan pasca kelahiran, lahir mati); tinggi badan ibu hamil kurang
dari 145 cm; ibu hamil yang kurus/berat badan kurang; usia ibu hamil kurang dari 20

14
tahun atau lebih dari 35 tahun; sudah memiliki 4 anakatau lebih; jarak antara dua
kehamilan kurang dari 2 tahun; ibu menderita anemia atau kurang darah;
tekanan darah yang meninggi dan sakit kepala hebat dan adanya bengkak pada
tungkai; kelainan letak janin riwayat penyakit kronis.
d. Keracunan saat hamil
Keracunan kehamilan sering disebut precclampsia(pre-e-klam-sia)adalah suatu
ganguan yg muncul pada masa kehamilan,umumnya terjadi pada usia kehamilan di
atas 20 Minggu.Keracunan kehamilan sering terjadi pada kehamilan pertama dari
wanita yang memiliki sejarah keracunan kehamilan di keluarganya Resiko lebih
tinggi terjadi pada wanita yang memiliki banyak anak,ibu hamil usia remaja,dan
wanita hamil diatas usia 40th.selain itu wanita dengan tekanan darah tinggi atau
memiliki ganguan ginjal sebelum hamil juga beresiko tinggi mengalami keracunan
kehamilan.

e. Lahir premature
Bayi prematur adalah bayi yang lahir kurang bulan menurut masa usia kehamilan
nya adapun masa gestasi normal adalah 38-40 Minggu Dengan demikian bayi
prematur adalah bayi yang lahir sebelum masa gestasi si ibu mencapai 38 Minggu.

2. Selama proses kelahiran (peri natal)


Setiap ibu berharap mengalami proses melahirkan yang normal dan lancar.beberapa
proses kelahiran yang dapat menyebabkan anak berkebutuhan khusus,antara lain.
a. Proses kelahiran lama(Anoxia),prematur,kekurangan oksigen
Tanda tanda bayi lahir prematur yaitu proses kelahiran lebih awal dari
seharusnya.prose melahirkan yang lama dapat mengakibatkan bayi kekurangan
oksigen. Penyebab bayi lahir prematur terbagi dalam dua(2)hal dari sang ibu dan
bayi itu sendiri.sebab dari ibu antara lain:pernah mengalami keguguran atau pernah
melahirkan bayi prematur pada riwayat kehamilan sebelumnya.kondisi mulut rahim
lemah sehingga rahim akan terbuka sebelum usia kehamilan mencapai 38minggu,si
ibu menderita penyakit jantung,darah tinggi,kencing manis,gondok,ibu yang sangat
muda(kurang dari 16th)dan terlalu tua(lebih dari 35th).
Penyebab berasal dari bayi sendiri antara lain:bayi dalam kandungan berat badannya
kurang dari 2,5kilogram,kurang gizi,posisi bayi dalam keadaan sungsang.
b. Kelahiran dengan alat bantu:Vacum
Vacum adalah suatu persalinan buatan dengan cara menghisap bayi agar lebih cepat
keluar nya.Vacum ini di khawatirkan membuat kepala bayi terjepit sehingga akan
terjadi kecelakaan otak gangguan pada otak.
c. Kehamilan terlalu lama lebih dari 40minggu
Kehamilan yang terlalu lama dikhawatirkan membuat keadaan bayi di dalam rahim
mengalami kelainan dan keracunan air ketuban.Karenanya jika usia kandungannya
sudah melewati masa kelahiran dianjurkan pada ibu hamil untuk segera melahirkan
dengan cara yang memungkinkan sesuai dengan kondisi ibu dan bayi.

15
3. Setelah kelahiran (pasca natal)
Setelah proses kelahiran pun tidak otomatis bayi aman dari kelainan yang mengakibatkan
nanti anak menjadi berkebutuhan khusus.berikut hal hal yang menyebabkannya.
1) Penyakit infeksi bakteri(TBC)VIRUS
Penyakit TBC adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh bakteri
Mikrobakterium tuberkolusa yang menyerang paru paru.sehingga dapat
menyebabkan kelainan pada anak secara fisik maupun mental.
2) Kekurangan zat makanan(gizi,nutrisi)
Gizi merupakan unsur yang sangat penting di dalam tubuh.kelainan
fisik,mental,bahkan perilaku.Karenanya gizi harus dipenuhi setelah anak lahir baik
ASI dan juga nutrisi makanan.
3) Kecelakaan
Pada bayi umumnya kecelakaan terjadi karena jatuh,tergores benda
tajam,tersedak,tercekik atau tanpa sengaja menelan obat obatan dan bahan kimia
yang di letakkan disembarang tempat.
4) Keracunan
Bahaya keracunan yang sering terjadi pada anak adalah menelan obat
berlebihan(overdosis)karena orang tua menaruh obat sembarangan.potensu
keracunan lainnya menelan cairan kosmetik ibunya,cairan pembersih rumah,cairan
pembasmi serangga dan bahan beracun lainnya.

5) Trauma
Bencana alam misal gempa bumi yang mengguncang dan anak tertimpa reruntuhan
bangunan hal ini dapat menyebabkan anak mengalami kelumpuhan permanen pada
kedua kakinya.Hal ini dimungkinkan karena adanya syaraf motorik anggota gerak
bawah anak tersebut mengalami kerusakan sumsung tulang belakang yang menjadi
pusat syaraf otonom dan motorik

II. Dampak Kelaian Pada ABK


Dampak dari keadaan kebutuhan khusus yang berakibat juga pada kondisi sosial
psikologis anak berkebutuhan khusus yaitu:
1. Dampak Fisiologis
Dampak fisiologis terutama pada anak yang mengalami kelainan yang berkaitan
dengan fisik termasuk sensori motor terlihat pada keadaan fisik penyandang
berkebutuhan khusus kurang mampu mengkoordinasi geraknya,bahkan pada
berkebutuhan khusus taraf berat dan sangat berat baru mampu berjalan di usia 5 tahun
atau ada yang tidak mampu berjalan sama sekali.Tanda keadaan fisik berkebutuhan
khusus yang kurang mampu mengkoordinasi gerak antara lain;kurang mampu
koordinasi sendiri motor melakukan gerak yang tepat dan terarah,serta menjaga
kesehatan.
2. Dampak psikologis
Dampak psikologis timbul berkaitan dengan jiwa lainnya,karena keadaan mental yang
labil akan menghambat proses kejiwaan dalam tanggapannya terhadap tuntutan
lingkungan.Kekurang mampuan dalam penyesuaian diri yang diakibatkan adanya

16
ketidak sempurnakan individu,akibat dari rendahnya "self esteem"dan dimungkinkan
adanya kesalahan dalam pengarahan diri(self direction).
3. Dampak sosiologis
Dampak sosiologis timbul karena hubungannya dengan kelompok atau individu di
sekitarnya,terutama keluarga dan saudara saudaranya Kehadiran anak berkebutuhan
khusus di keluarga menyebabkan berbagai perubahan dalam keluarga.Keluarga
sebagai suatu unit sosial di masyarakat dengan kehadiran berkebutuhan khusus
merupakan suatu musibah, kesedihan dan beban yang berat.Kondisi itu termanifestasi
dengan reaksi yang bermacam macam seperti:kecewa,shock,marah,depresi rasa
bersalah dan bingung.Reaksi yang beraneka ini dapat mempengaruhi hubungan antara
keluarga yang selamanya tidak akan kembali seperti semula.
Pada umumnya ibu yang mengalami trauma paling berat dan mendapatkan peran yang
terkekang dengan kehadiran anak berkebutuhan khusus.Anak berkebutuhan khusus yang
kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan sosialnya,dapat
menimbulkan respon yang negatif dari lingkungan sosialnya.hal ini berdampak anak di
jauhi atau ditolak oleh lingkungan sosial dan dalam komunikasi Bu akan terjadi jurang
pemisah(communication gap)antara anak berkebutuhan khusus dengan orang di
lingkungannya.
Berdampak:
a. Masalah penyesuaian diri
Kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan dipengaruhi beberapa faktor salah
satunya kecerdasan.Kecerdasan yang rendah berakibat hambatan penyesuaian diri
dan pada anak berkebutuhan khusus.Kondisi ini menimbulkan kecenderungan
diisolir oleh keluarga maupun masyarakat.Hal ini mengakibatkan pembentukan
pribadinya tidak layak untuk itu dalam program penanganan pada mereka perlu
menyarankan kepada keluarga supaya tidak mengisolir.
b. Masalah penyaluran ke tempat kerja
Keterbatasan pada anak berkebutuhan khusus merupakan problem di dalam
mendapatkan pekerjaan.Masalah ini perlu diprioritaskan dalam program penanganan
untuk menyiapkan anak berkebutuhan khusus dengan berbagai program ketrampilan
yang dapat digunakan untuk mencari nafkah atau bekerja.
c. Masalah kesulitan belajar
Keterbatasan kemampuan fisiologis dari anak berkebutuhan khusus mengakibatkan
kesulitan mencapai prestasi belajar,kondisi ini perlu di perhatikan bahwa program
penanganan diusahan dapat memenuhi kebutuhan anak untuk mencapai prestasi
belajar.
d. Masalah ganguan kepribadian dan emosi

17
Keterbatasan ini menyebabkan keseimbangan pribadinya kurang stabil,misalnya
berdiam diri Berjam jam lamanya,gerakan yang hiperaktif,mudah marah,mudah
tersinggung,sukamengganggu orang lain di sekitarnya bahkan tindakan
merusak(destruktif).
e. Masalah pemanfaatan waktu luang
Dalam tingkah lakunya sering menampilkan tingkah laku nakal dan mengganggu
ketenangan lingkungannya.Hal ini karena mereka tidak mampu berinisiatif yang
dipandang layak oleh lingkungannya.Bagi yang pasif cenderung suka berdiam diri
atau menjauhkan diri dari keramaian.

C. KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK ABK


Menurut Kauffman dan Hallahan, anak berkebutuhan khusus yang paling banyak
mendapatperhatian guru, antara lain sebagai berikut:
1. Tunagrahita (mental reterdation) atau disebut sebagai anak dengan rendahnya
perkembangan (child with development impairment)
2. Kesulitan belajar (learning disabbilities atau anak yang berpotensi rendah (specific
learning disability)
3. Hyperactive (attention deficit disorder with hyperactive)
4. Tunalaras (emotional or behavioral disorder)
5. Tunarungu wicara (communication disorder and deafness)
6. Tunanetra (partially seing and legal blind)
7. Anak autistik (autistic children)
8. Tunadaksa (physical disability)
9. Tunaganda (double handicapped)
10. Anak berbakat ( giftedness and special talents)

Berikut diuraikan secara terperinci masin-masing kekhususan yang dialami anak antara lain:

1. Kesulitan Belajar (Learning Disabilities) atau anak yang berprestasi rendah


(Spesisific Learning Disability)

18
Individu mengalami pada satu atau lebih pada kemampuan dasar psikologis
umumnya, khususnya penggunaan bahasa, bebicara dan menulis. Gangguan tersebut
selanjutnya mempengaruhi kemampuan berpikir, membaca, berhitung, atau kemampuan
berbicara. Penyebabnya antara lain gangguan persepsi, brain injury disfungsi minimal
otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Individu kesulitan belajar memiliki IQ rata-rata
di atas ratarata, mengalami gangguan motorik, gangguan koordinasi gerak, gangguan
orientasi arah dan ruang, serta mengalami keterlambatan perkembangan konsep.
2. Tunarungu Wicara (Communcation Disorder and Deafness)
Tunarungu adalah individu yang memiliki habatan dalam pendengaran permanen
maupun temporer (tidak permanen). Tunarungu diklasifikasikan berdasarkan tingkat
gangguan pendengaran, yaitu gangguan pendengaran sangat ringan (27-40 dB), gangguan
pendengaran ringan (41-55 dB), gangguan pendengaran sedang (56-70 dB), gangguan
pendengaran berat (71-90 dB), gangguan pendengaran ekstrem/tuli (di atas 91 dB).
Hambatan pendengaran dalam individu tunarungu berakibat terjadinya hambatan
dalam berbicara. Cara berkomunikasi dengan individu tunarungu menggunakan bahasa
isyarat melalui abjad jari yang dipatenkan secara internasional. Untuk berkomunikasi
dengan bahasa isyarat masih berbeda-beda setiap wwarga Negara. Saat ini, dibeberapa
SLB bagian B tengah mengembangkan komunikasi total, yaitu cara berkomunikasi dengan
melibatkan bahwa verbal, bahasa isyarat, dan bahasa tubuh. Individu tunarungu cenderung
kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.
3. Hiperactive (Attention Deficit Disorder with Hyperactive)
Hiperaktif bukanlah merupakan penyakit melainkan suatu gejala atau sympstom
(Batshaw dan Parret, 1986:261). Gejala-gejala “kelainan” dari anak hiperaktif antara lain
in-atensi, hiperativitas, dan implusivitas. Anak-anak hiperatktif memerlukan suatu layanan
dengan cara pemberian intervensi dengan terapi farmakologi dikombinasikan dengan
terapi perilaku (behaviormodification). Jika anak hiperaktif tidak mendapatkan layanan
terapi, maka yang bersangkutan dikemudian hari akan berkembang kearah “kriminal”.
Suka mengutil barang, mencuri, mencoba-coba narkoba, merusak property, dan cenderung
berkembang kea rah problem yang lain, yaitu conduct disosder (CD) (Solek, 20014:5).
Ciri yang paling mudah dikenal bagi anak hiperaktif adalah anak akan selalu
bergerak dari suatu tempat ke tempat lain, selain itu yang bersangkutan sangat jarang
untuk berdiam selama kurang lebih 5-10 menit guna melakukan suatu tugas, karenanya di
sekolah anak hiperaktif mendapatkan kesulitan untuk berkonsentrasi dalam tugas-tugas
kerjanya. Ia selalu mudah bingung atau kacau pikirannya, tidak suka memerhatikan
perintah atau penjelasan dari gurunya, dan selalu tidak berhasil dalam melakukan tugas-
tugas pekerjaan sekolah, sangat sedikit kemampuan mengeja huruf, tidak mampu untuk
meniru huruf-huruf (Raport & Ismon, 1984 dalam Betshaw & Perret, 1986:263).
Ciri-ciri:

19
a. Selalu berrjalan-jalan memutari ruang kelas dan tidak mau diam.
b. Sering mengganggu teman-teman di kelasnya.
c. Suka berpindah-pindah dari suatu kegiatan ke kegiatan lainnya dan sangat jarang
untuk tinggal diam menyelesaikan tugas sekolah, paling lama bias tinggal diam di
tempat duduknya sekitar 5-10 menit.
d. Mempunyai kesulitan untuk berkonsentrasi dalam tugas-tugas sekolah.
e. Sangat mudah berprilaku untuk mengacau atau mengganggu.
f. Kurang memberi perhatian orang lain berbicara.
g. Selalu mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugas-tugas di sekolah.
h. Sulit mengikuti perintah atau suruhan lebih dari satu pada saat bersamaan.
i. Mempunyai masalah belajar hampi di seluruh bidang studi.
j. Tidak mampu menulis surat, mengeja huruf, dan berkesulitan dalam surat-menyurat.
k. Sering gagal di sekolah kerena in-atensi dan masalah belajar karena persepsi visual
dan audiotori yang lemah.
l. Karena sering mengikuti kata hati (impulsiveness), merkea sering kecelakaan dan luka
(Raport & Ismon, 1984 dalam Betshaw & Perret, 1986:263).

4. Tunanetra (Partially Seing and Legally Blind)


Tunanetra adalag individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan. Tunanetra
dapat dilasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu buta total (blind) dan low vision.
Koufman dan Hallahan mendefinisikan makna tunanetra sebagi individu yang memiliki
lemah penglihatan atau akurasi penglihatan 6/60 setelah dikoreksi atau tidak lagi memiliki
penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan, maka
proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain, yaitu indra peraba dan indra
pendengaran. Oleh karena itu, prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan
pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan harus bersifat faktual
dan bersuara. Sebagai contoh adalah penggunaan huruf Braille, gambar timbul, benda
model, dan benda nyata. Adapun media bersuara adalah tape recorder dan peranti lunak
(softwere) JAWS. Di sekolah SLB bagian A, aktivitas tunanetra dibantu dengan pelajaran
mengenai orietasi dan mobilitas. Antara lain mempelajari cara mengetahui tempat dan arah
serta menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang dibuat dari almunium).
5. Tunalaras (Emotional or Behavioral Disorder)
Definisi berkaitan dengan tunalaras atau emotionally handicapped atau behavioral
disorder sekarang lebih terarahkan berdasarkan defenisi dari Eli M. Bower (1981) yang
menyatakan bahwa anak dengan hambatan emosional kelainan perilaku, apabila ia
menunjukkan adanya satu atau lebih dari komponen berikut ini.

20
a. Tidak mampu belajar bukan disebabkan karena factor intelektual, sensori atau
kesehatan.
b. Tidak mampu untuk melakukan hubungan baik dengan teman atau guru.
c. Bertingkah laku atau berperasaan tidak pada tempatnya.
d. Secara umum, mereak selalu dalam keadaan persavive dan tidak menggembirakan
atau depresi.
e. Bertendensi ke arah symptoms fisik, seperti: merasa sakit atau ketakutan berkaitan
dengan atau orang atau permasalahan di sekolah.
6. Tunarungu Wicara (Communication Disorder abd Deafetess)
Ciri-ciri perkembangan bahasa dan komunukasi antara lain:
a. Kurang memperhatikan saat guru memberikan pelajaran di kelas.
b. Sumber bunyi, sering kali ia meminta pengulangan penjelasan guru saat di kelas.
c. Mempunyai kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan.
d. Keengganan untuk berpastisipasi secara social, mereka mendapatkan kesulitan untuk
berpartisipasi secara oral dan dimungkinkan karena hambatan pendengarannya.
e. Adanya ketergantungan terhadap petunjuk atau instruksi saat berada di kelas.
f. Mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara.
g. Perkembangan intelektual peserta didik tunarungu wicara terganggu.
h. Mempunyai kemampuan akademik yang rendah, khususnya dalam membaca.
7. Karakteristik Anak Autistik (Autustic Child)
Autistik dipahami sebagai gangguan perkembangan neurobiologis yang berat
sehingga gangguan tersebut mempengaruhi bagaimana anak belajar, berkomunikasi,
keberadaan anak dalam lingkungan dan hubungan dengan orang lain.
Autistic syndrome merupakan kelainan yang disebabkan hambatan pada
ketidakmampuan bebrbahsa yang diakibarkan oleh kerusakan pada otak. Gejala-gejala
penyandang autism menurut Delay & Deinaker (1952), dan Marholin & Philips (1976)
antara lain:
a. Senang tidur bermalas-malasan atau duduk menyendiri dengan tampang acuh, muka
pucat, mata sayu, dan selalu memandang ke bawah.
b. Selalu diam sepanjang waktu.
c. Jika ada pertanyaan terhadapnya, jawabannya sangat pelan dengan nada monoton,
kemudian dengan suara yang aneh ia akan mengucapkan atau menceritakan dirinya
dengan beberapa kata, kemudian diam menyendiri lagi.
d. Tidak pernah bertanya, tidak menunjukkan rasa takut, tidak punya keinginan yang
bermacam-macam, serta tidak menyenangi sekelilingnya.
e. Tidak tampak ceria.
f. Tidak perduli terhadap lingkungannya, kecuali pada benda yang disukainya, misalnya
boneka.

21
Secara umum anak autistik mengalami kelainan dalam berbicara, disamping
mengalami gangguan pada kemampuan intelektual serta fungsi saraf. Hal tersebut dapat
terlihat dengan adanya keganjilan perilaku dan ketidakmampuan berinteraksi dengan
lingkungan masyarakat sekitarnya. Perincian tentang kelainan anak autis sebagai berikut:
a. Kelainan berbicara. Keterlambatan serta penyumpangan dalam berbicara
menyebabkan anak austistik sukar berkomunikasi serta tidak mampu memahami
percakapan orang lain.
b. Suara yang keluar biasanya bernada tinggi terdengar aneh, berkecenderungan meniru,
terkesan menghafal kata-kata tetapi sesungguhnya mereka tidak mampu
berkomunikasi. Walaupun pengucapan kata cukup baik, namun banyak mempunyai
hambatan saat mengungkapkan perasaan diri melalui bahasa lisan.
c. Kelainan fungsi syaraf inetelektual. Umumnya anak autistic mengalami
keterbelakangan mental. Kebanyakan mempunyai skor IQ 50. Mereka tergolong tidak
mempunyai kecakapan untuk memahami benda-benda abstrak atau simbolik. Namun
di sisi lain mereka mampu memcahkan teka teki yang rumit dan mampu mengalihkan
suatu bilangan. Walaupun ia mampu membaca koran dengan penuh perasaan, namun
ia tidak mengerti bacaan yang ada pada koran tersebut.
d. Perilaku anak ganjil. Anak autistik akan mudah sekali marah bila ada perubahan yang
dilakukan pada situasi atau lingkungan tempat ia berada, walau sekecil apapun.
Mereka sangat tergantung pada suatu yang khas bagi dirinya. Sering kali anak autistic
menunjukkan sikap yang berulang-ulang. Bahkan sering melakukan tindakan untuk
menyakiti dirinya sendiri. Saat makan tiba ia sering menolak makanan yang
disodorkan, ia hanya memakan satu jenis makanan dan dimakan hanya sedikit saja.
e. Interaksi sosial. Anak autistic kurang suka bergaul dan sangat terisolasi dari
lingkungan hidupnya, terlihat kurang ceria, tidak pernah menaruh perhatian atau
keinginan untuk menghargai perasaan orang lain, dan suka menghindar dengan orang
di sekitarnya sekalipun saudaranya sendiri. Dengan kata lain kehidupan social anak
autustik selalu aneh dan terlihat seperti orang yang selalu sakit.
8. Karakteristik Anak Tunadaksa atau Anak dengan Hendaya Fisik Motorik (Physical
Disability)
Pada dasarnya kelainan pada peserta didik tunadaksa dikelompokkan menjadi dua
bagian besar, yaitu kelainan pada system serebral (cerebral system) dan kelainan pada
system otot dan rangka (musuculoskletal system). Peserta didik tunadaksa mayoritas
mayoritas memiliki kecacatan fisik sehingga mengalami gangguan pada keoordinasi gerak,
persepsi, dan kognisi, di samping adanya kerusakan saraf tertentu. Dengan demikian,
dalam memberikan layanan di sekolah memerlukan modifikasi dan adaptasi yang
diklasifikasikan dalam tiga kategori umum, yaitu kerusakan saraf, kerusakan tulang, dan
anak dengan gangguan kesehatan lainnya. Keruskan saraf disebabkan kerana pertumbuhan

22
sel saraf yang kurang atau adanya luka pada system saraf pusat. Kelainan saraf utama
menyebabkan adanya cerebral palsy, epilepsy, spinabifidam dan kerusakan otak lainnya.
Hendaya kondisi fisik merupakan ketidakmampuan secara fisik untuk melakukan
gerak. Ketidakmampuan seorang anak dengan adanya keterbatasan fisik nonsensori (fisik
motorik), menyebabkan ia mempunyai permasalahan untuk hadir ke sekolah dan belajr di
kelas. Ketidakmampuan secara fisik motorik pada anak untuk melakukan gerakan tubuh
menyebabkan ia membutuhkan layanan-layanan khusus, latihan dengan pola tertentu,
peralatan-peralatan yang sesuai, dan fasilitas pendukung lainnya. Selain itu, anak yang
mempunyai hendaya kondisi fisik, juga mempunyai hendaya penyerta lain seperti hendaya
perkembangan fusngsional, kesulitan belajar, gangguan emosional, kelainan berbicara dan
berbahasa, atau mempunyai keberbakatan tertentu.
Anak dengan hendaya kondisi fisik memerlukan penanganan secara medis guna
memperbaiki dan mengobati kelainan tubuhnya. Tetapi bila hendaya fisik tersebut
mempunyai masalah pendidikan, maka pembelajaran khusus perlu penanganan oleh guru
khusus di sekolah. Penanganan khusus oleh guru khusus memerlukan suatu metode
pembelajaran yang bersifat khusus sesuai kelainan anak yang bersangkutan. Untuk hal ini
gerak irama dapat diaplikasikan dalam program pembelajaran. Tujuannya yakni untuk
mengembangkan keterampilan gerak siswa dengan hendaya kondisi fisik motorik.
Umumnya masalah utama pada gerak yang dihadapi oleh anak spina bifida adalah
kelumpuhan dan kurangnya control gerak. Pada anak hydro-cephallus masalah yang
dihadapi ialah mobilitas gerak. Anak dengan cerebral palsy mempunyai masalah dengan
persepsi visual, meliputi gerakan-gerakan untuk menggapai, menjangkau dan
menggemgam benda, serta hambatan dalam memperkirakan jarak dan arah (Lewis, V.,
2003:157). Cerebral palsy merupakan kelainan koordinasi dan control otot disebabkan
oleh luka (mendapatkan cedera) di otak sebelum dan sesudah dilahirkan atau pada awal
masa anakanak (Hallahan & Kauffman, 1991:345).
9. Karakteristik Anak Tuna Ganda (Multiple Handicapped)
Di Asia Timur belum banyak perhatian terhadap peserta didik yang memiliki
kombinasi keluarbiasaan seperti tunanetra dan tunagrahita, cerebral palsy dan tunarungu,
tunalaras dan tunagrahita, atau lainnya yang memiliki kelainan dua kali lipat atau lebih,
dengan tingkat kelainan yang berat dang sangat berat (Jhonston & Magrab, 1976:3).
Penelitian yang menunjukkan bahwa keluarbiasaan yang berat dan sangat berat, seperti
halnya anak-anak yang mempunyai kesulitan-kesulitan yang minor, jumlahnya meningkat
(Anderson, 1969; Dibedenetto, 1976; Wolf & Anderson, 1969). Kondisi semacam ini
diperparah oleh sikap masyarakat terhadap keberadaan anak-anak yang mempunyai
kombinasi hambatan perkembangan.
Definisi secara ringkas tentang anak tunaganda adalah sebagai berikut
“Developmental disordes encompass group of deficit in neurogical development that

23
result in important in one combination of skill areas such as: motor, language, or
personal social” (Jhonston & Megrab, 1976:7). Dapat diartikan secara bebas bahwa
“Tunaganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup
kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neurologis yang
disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan kemampuan seperti intelgensi, gerak,
bahasa, atau hubungan probadi di masyarakat.
10. Karakteristik Anak Berbakat dan Berkebutuhan (Giftness and Special Tallented)
Pengertian anak berbakat dan keterbakatan dalam perkembangannya telah
mengalami berbagai perubahan. Dimulai dengan pengertian yang berdasarkan pada
pendekatan unidimensi atau factor tunggal (yang berpatokan pada IQ) ke pendekatan yang
bersifat multidimensi atau factor jamak. Pengertian yang berdasarkan pada factor tunggal
9unidimensi) adalah pengertian yang menggunakan intelegensi sebagai keriteria tunggal
dalam menentukan keterbakatan, tetapi keriteria jamak beruma kriteria-kriteria lain
sebagai intelegensi. Dalam pendekatan multidimensi diakui adanya keragaman dalam
konsep dan kriteria keberbakatan, sehingga diperlukan berbagai cara dan alat yang
seragam dalam menentukan siapa anak berbakat dan keberbakatnnya (Amin, m.m 1996:1).
Perubahan konsep intelegensi dari factor tunggal seperti dikemukakan oleh terman
ke faktor jamak seperti yang dikemukakan Guilford (dalam Myears, 1986) member
pengaruh yang cukup besar terhadap konsep keberbakatan. Dalam pendekatan faktor
tunggal, makna keberbakatan sama artinya dengan pemilikan intelegensi tinggi yang
sifatnya genetis (keturunan). Adapun dalam pendekatan faktor jamak, keberbakatan tidak
semata-mata ditentukan oleh faktor genetis, tetapi juga hasil perpaduan interaksi dengan
lingkungan. Menurut pendekatan jamak, keberbakatan ialah keunggulan dalam
kemampuan tertentu yang berbeda-beda. Menurut Milgram, R.M. (1991:10), anak
berbakat adalah mereka yang mempunyai skor IQ 140 atau lebih dikurur dengan
instrument Stanford Binnet, (Terman,1925), mempunyai kreativitas tinggi (Gulford, 1956),
kemampuan memimpin dan kemampuan seni drama, seni musik, seni tari, dan seni rupa
(Marland, 1972). Peserta didik berbakat mempunyai empat kategori, yaitu:
a. Mempunyai kemampuan intelektual atau mempunyai intelegensi yang menyeluruh,
mengacu pada kemampuan berpikir secara abstrak, dan mampu memecahkan masalah
secara sistematis dan masuk akal. Kemampuan ini dapat diukur pada anak maupun
orang dewasa dengan tes psikometrik berkaitan dengan prestasi umumnya dinyatakan
dengan skor IQ.
b. Kemampuan intelektual khusus, megacu pada kemampuan yang berbeda dalam
matematika, bahasa asing, musik, atau ilmu pengetahuan alam.
c. Berpikir kreatif atau berpikir murni menyeluruh. Umumnya mampu berpikir untuk
memecahkan permasalahan yang tidak umum dan memerlukan pemikiran tinggi.

24
Pikiran kreatif menghasilkan ide-ide yang produktif melalui imajinasi, kepintarannya,
keluwesannya, dan bersifat menakjubkan.
d. Mempunyai bakat kreatif khusus, bersifat orisinil, dan berbeda dengan orang lain.

D. MENGENAL DAN MENANGANI ABK GANDA


Ciri-ciri atau tanda anak ABK ganda :
1. Memiliki perpaduan dua hambatan atau lebih.
2. Memiliki hambatan dalam berinteraksi sosial
3. Memiliki kemampuan yang sangat terbatas dalam mengekspresikan atau mengerti orang
lain
4. Sering berperilaku aneh dan tidak bertujuan
5. Sering tidak mampu mengurus kebutuhan dasar mereka
6. Jarang berinteraksi secara konstruktif

Dibalik keterbatasan-keterbatasan diatas, anak tunaganda menpunyai ciri-ciri positif seperti


ramah, hangat, humor dan berketetapan hati.
Dan yang perlu dilakukan orang tua, keluarga bila anak menunjukkan ciri-ciri atau tanda di
atas :
1. Berkonsultan dengan tenaga kesehatan, tenaga pendidikan.
2. Menyediakan sarana dan prasarana sesuai kebutuhan anak.
3. Memasukkan anak ke sekolah yang sesuai
4. Memberikan rangsangan / stimulasi secara konsisten
5. Melatih kemandirian anak sesuai dengan kemampuan
6. Mengembangkan kekuatan dan memperbaiki kelemahan anak
7. Memberi penguatan positif ( motivasi, pujian penghargaan )
8. Mengendalikan dan mengarahkan perilaku anak
9. Memberikan kegiatan-kegiatan yang nyata atau fungsional untuk kehidupan sehari-hari

E. PERAN DAN PENGARUH KELUARGA BAGI PENDIDIKAN ABK


1. KAJIAN TEORI
Pendidikan dari orang tua merupakan pondasi dasar bagi pendidikan anak, karena itu
orang tua harus benar-benar berperan dalam proses tumbuh kembang anak, Dengan kata lain
keberhasilan anak khususnya dalam bidang pendidikan, sangat bergantung pada pendidikan
yang diberikan oleh orang tuanya dalam lingkungan keluarga maupun ruang lingkup sekolah.
Secara umum, disebutkan bahwa peran orang tua dalam keluarga adalah sebagai pengasuh dan
pendidik, pembimbing motivator, dan sebagai fasilitator.
Betapa pentingnya peranan orang tua dalam pendidikan anak sehingga mengharuskan
mereka untuk menjaga hubungan baik kepada pihak sekolah sebagai bentuk perhatian orang
tua terhadap anak mereka. Bahkan perhatian yang ekstra harus diberikan oleh orang tua yang
memiliki anak berkebutuhan khusus baik yang sekolah di sekolah khusus ataupun dalam
konteks sekolah inklusi. Dalam konteks sekolah inklusi penting kiranya untuk orang tua dan
pihak sekolah untuk membuat kemitraan yang baik satu sama lain. Beberapa sekolah inklusi di
Barat memiliki liaison teachers antara sekolah dan rumah, pendidikan inklusi telah mendorong

25
keterlibatan orang tua, dengan menekankan pentingnya dialog dan konsultasi antara guru dan
orang tua mengenai masalah pendidikan anak mereka. Demikian pula, isu pernyataan tentang
anak berkebutuhn khusus juga mendorong lebih banyak kemitraan antara orang tua dan
sekolah.
Secara singkat inklusi berasal dari kata inslusion yang berarti penyatuan. Secara umum
pendidikan inklusif dimaknai sebagai sesuatu yang positif dalam usaha-usaha menyatukan anak-
anak yang memiliki hambatan dengan cara-cara atau usaha yang realistis dan komprehensif
dalam lingkungan pendidikan secara menyeluruh.⁴ selain itu juga, pendidikan inklusif diartikan
sebagai model pendidikan yang mengakomodasi keragaman identitas, kondisi fisik dan sosial-
ekonomi dari peserta didik dan menerjemahkannya dalam metode pembelajaran adaptif,
sistem pendukung akademik dan lingkungan aksesibel bagi penyandang disabilitas atau dalam
istilah akademiknya anak berkebutuhan khusus. UNESCO 1994 dalam Alimin (2008) yang dikutip
Nurul dan Rusydi memberikan gambaran bahwa:
“Pendidikan inklusif berarti bahwa sekolah harus dapat mengakomodasi semua anak, tanpa
terkecuali, anak yang memiliki perbedaaan secara fisik, intelektual, sosial, emosional, bahasa,
atau kondisi lain, termasuk anak penyandang disabilitas dan anak berbakat, anak jalanan, anak
yang bekerja, anak dari etnis, budaya, bahasa, minoritas dan kelompok anak-anak yang tidak
beruntung dan terpinggirkan. Inilah yang dimaksud dengan one school for all.”
Mengapa mendefinisikan pendidikan inklusif itu sangat penting, karena banyak orang
yang masih salah kaprah atau menganggap bahwa pendidikan inklusif hanya merupakan versi
lain dari sekolah luar biasa.⁷ Walau ada beberapa anggapan tentang perbedaan dan persamaan
pendidikan inklusi dan sekolah luar biasa, namun sebenarnya pendidikan inklusi adalah sebuah
alternative, inovasi, terobosan atau pendekatan baru dalam dunia pendidikan, yang mana
pendidikan inklusif tersebut beberapa tahun belakangan dianggap sebagai suatu pendekatan
pendidikan yang inovatif dan strategis untuk memperluas akses pendidikan bagi semua anak,
khususnya anak berkebutuhan khusus, yang mana pendidikan inklusi mendeklarasikan sikap anti
diskriminasi, perjuangan persamaan hak dan kesempatan, keadilan, dan perluasan akses
pendidikan bagi semua, peningkatan mutu pendidikan, upaya strategis dalam menuntaskan wajib
belajar 9 tahun, serta upaya untuk merubah sikap dan stigma negatif masyarakat terhadap
penyandang disabilitas atau anak berkebutuhan khusus.
Disebutkan juga dalam pedoman pelaksanaan pendidikan inklusif pada White Paper No.
6 tahun 2001 (Departemen Pendidikan Nasional), dinyatakan dengan jelas bahwa keterlibatan
aktif orang tua dalam proses belajar mengajar sangat penting dalam pembelajaran dan
pengembangan yang efektif bagi anak. Keterlibatan tersebut mencakup pengakuan bagi orang tua
sebagai pemberi perawatan utama anak-anak mereka dan karena itu, orang tua adalah sumber
utama untuk sistem pendidikan.
Secara umum, Hewett dan Frenk (1968) menyebutkan bahwa peranan dan fungsi orang tua
terhadap anak berkebutuhan khusus sebagai berikut:
1. Sebagai pendamping utama (as aids), yaitu sebagai pendamping utama yang membantu
tercapainya tujuan layanan penanganan dan pendidikan anak.

26
2. Sebagai advokat (as advocates), yang mengerti, mengusahakan, dan menjaga hak anak dalam
kesempatan mendapat layanan pendidikan sesuai dengan karakteristik khususnya.
3. Sebagai sumber (as resources), menjadi sumber data yang lengkap dan benar mengenai diri
anak dalam usaha intervensi perilaku anak.
4. Sebagai guru (as teacher), berperan menjadi pendidik bagi anak dalam kehidupan sehari-hari
di luar jam sekolah.
5. Sebagai diagnostisian (diagnosticians) penentu karakteristik dan jenis kebutuhan khusus dan
berkemampuan melakukan treatmen, terutama di luar jam sekolah.¹ ⁰ dalam hal ini guru dan
orang tua mempunyai tugas untuk berkolaborasi dalam memberikan informasi tentang
perkembangan, keterampilan, motivasi, rentang perhatiannya, penerimaan sosial, dan
penyesuaian emosional anak, yang dapat diperoleh dengan mengisi rating scale tentang
perilaku anak pada waktu identifikasi dan assesmen.

Berdasarkan peranan orang tua terhadap anak berkebutuhan khusus diatas, maka terlihat
bahwa keikutsertaan orang tua dalam pendidikan anak memang menjadi faktor pendorong dan
penentu dalam pengembangan pendidikan inklusif di seluruh dunia. Di Amerika Serikat
misalnya, jumlah sekolah yang menerapkan pendidikan inklusif dari tahun ke tahun terus
terjadi peningkatan. Kesuksesan tersebut tidak terlepas dari peran advokasi para orang
tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Peran partisipasi orang tua dalam
pendidikan inklusi dijelaskan lebih lanjut dalam Individuals with Disabilities Education
Act (IDEA) tahun 1990 dan otorisasi resminya pada tahun 1997. Kebijakan tersebut
mengesahkan peran orang tua sebagai kolaborator dan merekomendasikan agar para
profesional menggabungkan pengetahuan orang tua tentang anak mereka saat
memutuskan masalah pendidikan dan mereka juga harus memberi tahu orang tua tentang
hak mereka.

Demikian juga di Afrika Selatan, para orang tua menjadi advokad dari gerakan
inklusi pada tahun 1990an. Mendukung penempatan anak-anak mereka yang memiliki
disabilitas di sekolah umum. Keterlibatan orang tua dalam sistem pendidikan Afrika
Selatan telah diakui dan telah diberikan izin dalam mengambil bagian untuk memutuskan
pendidikan anak-anak mereka. Peran advokasi yang dilakukan oleh orang tua
penyandang disabillitas dalam gerakan menuju pendidikan inklusi di Afrika Selatan
adalah suatu terobosan penting dalam sejarah. Hal ini membuka jalan bagi orang tua
untuk terlibat dalam proses pembuatan keputusan mengenai penempatan sekolah dan
program dukungan belajar untuk anak-anak mereka. Oleh sebab itu sudah banyak
kebijakan yang memberi hak kepada orang tua untuk berbagi dengan para profesional
dalam pengambilan keputusan tentang pendidikan anak mereka yang memiliki
kebutuhan khusus.

Dari gambaran di diatas dapat kita pahami bahwa peran orang tua dalam pendidikan
inklusi adalah :

27
1. Advokasi bagi pendidikan anak mereka.
2. Sebagai kolaborator dan rekomendator bagi para profesional untuk memberikan
pengetahuan dan pengalaman tentang cara mereka menangani anak mereka dirumah
agar mudah dalam memutuskan masalah pendidikan bagi anak
3. Memberikan sebuah pengakuan terhadap eksistensi anak, dengan memberikan
mereka akses untuk bisa hidup didalam kalangan yang lebih umum
4. Membantu memberikan keputusan mengenai penempatan sekolah dan program
dukungan belajar untuk anak-anak mereka.
5. Melibatkan diri kedalam proses belajar mengajar anak secara aktif, guna
memberikan dukungan bagi pembelajaran dan pengembangan yang efektif bagi
anak.
Demikian pula, isu pernyataan untuk 'kebutuhan khusus' atau anak-anak
penyandang disabilitas, juga mendorong lebih banyak kemitraan antara orang tua dan
sekolah. Lebih lanjut lagi, Sue Stubss dalam bukunya Inclusive Education (2002)
menjelaskan bahwa kolaborasi antara orang tua dan guru dalam mengembangkan
program pendidikan inklusif, dianggap sebagai mitra kerja yang setara dan terbukti
memberikan kontribusi yang signifikan untuk anak mereka, kontribusi tersebut meliputi:
1. Membantu dan memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada guru tentang cara
menangani anaknya
2. Menjadi pembicara dan berbagi pengalaman dalam seminar yang dilaksanakan guru
dan in-service training lainnya.
3. Para orang tua dapat bekerja sama dengan sekolah lain untuk membantu
mengembangkan pendidikan inklusif.
4. Bekerjasama dan membuat perencanaan bersama dengan kelompokkelompok
stakeholder utama lainnya: Federasi Nasional Organisasi Penyandang disabilitas dan
organisasi lainnya.
Berdasarkan dari pemaparan diatas dapat kita artikan bahwa peran orang tua
dalam pendidikan inklusif sangatlah mempunyai pengaruh yang sangat signifikan,
karena berangkat dari pemahaman bahwa orang tua lah yang paling mengerti
karakteristik anak mereka, yang mana catatan-catatan harian orang tua mengenai
karakteristik, kebiasaan dan kebutuhan anak mereka dapat di informasikan kepada pihak
sekolah agar guru dan profesional lainnya dapat memfasilitasi dan membuat program
pendidikan sesuai dengan kebutuhan anak mereka.
2. ANALISIS KRITIS
Mengacu pada literatur tentang bagaimana peran orang tua anak berkebutuhan
khusus di Amerika dan di Afrika yang menjadi motor perubahan paradigma tentang
pendidikan inklusi disana, sebenarnya dapat menjadi acuan tentang bagaimana
seharusnya orang tua harus bersikap pada pendidikan anak mereka. Namun demikian
saat ini hal tersebut belum sepenuhnya dipahami oleh para orang tua.
Betapa pentingnya peran mereka dalam pendidikan anak, terlebih lagi peran
orang tua terhadap pendidikan anak yang memiliki kebutuhan khusus. Justru, terkadang
orang tua cenderung menganggap pendidikan bagi mereka adalah sesuatu yang tidak
penting. Persoalan ini sebabkan banyak hal, disamping karena adanya faktor ‘salah
kaprah’ dalam memahami keadaan anak yang memiliki kebutuhan khusus, akibat
rendahnya pendidikan orang tua, faktor lain yang justru lebih miris, ketika orang tua
secara sadar dan sengaja tidak mau memperdulikan pendidikan anaknya, karena merasa
khawatir, malu, dan menganggap anak mereka sebagai aib, sehingga tidak jarang
kitalihat anak penyandang disabilitas atau ABK ditelantarkan, diasingkan bahkan
dipasung oleh orang tuanya. Misalnya, data survei rumah tangga oleh UNICEF dari 13
negara berpenghasilan rentan dan menengah menunjukkan bahwa anak-anak penyandang
disabilitas usia antara 6–17 tahun secara signifikan berkemungkinan kecil akan

28
dimasukkan ke sekolah dibandingkan rekan-rekan mereka yang tidak penyandang
disabilitas. Hal tersebut mungkin dikarenakan kurangnya pemahaman atas konsep dan
kebutuhan pendidikan ABK, padahal mereka sama seperti anak-anak pada umumnya
yang sebenarnya juga membutuhkan pendidikan.
Padahal jika kita mengacu pada dasar yuridis, menurut Sunaryo (2009),
UndangUndang Dasar Negara RI Tahun 1945 secara jelas dan tegas telah menjamin
bahwa setiap warga Negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan, yang dipertegas
dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maupun dalam
Peraturan Mendiknas No. 70 tahun 2009 tentang Tentang Pendidikan Inklusif Bagi
Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat
Istimewa. Disamping itu juga adanya jaminan dari berbagai instrumen hukum
internasional yang telah diratifikasi Indonesia, seperti Deklarasi Universal Hak
Asasi Manusia (1948), Deklarasi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua (1990),
Peraturan Standar PBB tentang Persamaan Kesempatan bagi Para Penyandang Cacat
(1993), Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi UNESCO (1994), Undang-undang
Penyandang Kecacatan (1997), Kerangka Aksi Dakar (2000) dan Deklarasi Kongres
Anak Internasional (2004). Semua instrument hukum tersebut ingin memastikan bahwa
semua anak, siapapun dia, tanpa kecuali, wajib memperoleh pendidikan.

F. PENDIDIKAN INKLUSI UNTUK ABK


1. Pengertian Pendidikan Inklusi
Menurut Pasal 15 UU No.20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, bahwa jenis
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus adalah pendidikan khusus. Pasal 32 (1)
memberikan batasan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta yang
memiliki tingkat Kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik,
emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
Teknis layanan pendidikan jenis pendidikan khusus untuk peserta didik yang berkelainan
atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa dapat diselenggarakan secara
inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat dasar dan menengah.
Pendidikan inklusi adalah sistem layanan pendidikan yang mesyaratkan anak
berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-
teman seusianya (Sapon-Shevin dalan O’niel, 1994). Sekolah penyelenggara pendidikan
inkulsi adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama. Sekolah ini
menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat
diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil (Stainback, 1980).
Menurut Budi S. (2010) pendidikan inklusi diselenggarakan berdasarkan
semangat untuk membangun system masyrakat inklusif , yakni sebuah tatanan
kemasyarakatan yang saling menghargai dan menghormati keberagaman. Dengan
demikian, penyelenggara pendidikan masyarakat iklusif, yakni sebuah tatanan
kemasyarakatan yang saling menghargai dan menghormati keragaman. Dengan kata lain
pendidikan inklusi adalah layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang dididik
bersama anak-anak lainnya (normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.

29
Pentingnya PAUD bagi ABK adalah semakin cepatnyan ABK mendapatkan
pendidikan maka semakin cepat pula “delay” waktu yang terentang antara kesetaraan
ABK dan “anak normal” semakin kecil. Sehingga ABK nantinya bisa mengembangkan
intelektual emosi, dan social semaksimal mungkin.
Selama ini anak-anak yang memiliki perbedaan kemampuan (difabel) disediakan
fasilitas pendidikan khusus disesuaikan dengan derajat dan jenis difabelnya yang disebut
dengan sekolah luar biasa (SLB). Secara tidak disadari system pendidikan SLB telah
membangun tembok eksklusivisme bagi anak-anak yang berkebutuhan khusus.
Tembok ekslusivisme tersebut selama ini tidak disadari telah menghambat
peruses saling mengenal antara anakanak difabel dengan anak-anak non difabel.
Akibatnya dalam interaksi sosial dimasyarakat kelompok difabel menjadi komunitas
yang tereliminasi dari dunia kehidupan kelompok difabel. Smentara kelompok difabel
sendiri merasa keberadaanya bukan menjad bagian integral dari kehidupan masyarakat di
sekitarnya.

2. Manfaat PAUD INKLUSI


Meski sampai saat ini PAUD inklusi masih terus melakukan perbaikan dalam
berbagai aspek. Namun dilihat dari sisi idelanyan PAUD inklusi merupakan pendidikan
yang ideal bagi anak ABK maupun non-ABK. Pendidikan sangat mendukung terhadap
perkembangan anak berkebutuhan khusus, mereka dapat belajar dari interaksi spontan
teman-teman sebayannya terutama dari aspek sosial dan emosional. Adapun bagi anak
yang tidak berkebutuhan khusus, memberi peluang kepada mereka untuk belajar
berempati, bersikap membantu, dan memiliki kepedulian. Di samping itu, bukti lain yang
ada mereka yang tanpa berkebutuhan khusus memiliki prestasi yang baik tanpa merasa
terganggu sedikitpun.
Adapun Manfaat Pendidikan inklusi antara lain:
a. Manfaat bagi semua anak; untuk yang tidak memiliki hambatan akan menambah
wawasan bahwa di lingkungan mereka ada beberapa individu yang mempunyai
beberapa hambatan, sehingga menimbulkan efek pemahaman dan penerimaan sejak
dini. Bagi anak berkebutuhan khusus menimbulkan perasaan bahwa mereka tidak
berbeda dengan anak-anak lain sehingga menimbulkan rasa percaya diri sejak dini.
b. Manfaat bagi tenaga pendidik; menemukan ilmu dan pengalaman baru yang sangat
bermanfaat bagi mereka, mendorong pendidik menciptakan metode-metode kreatif
dalam pengajaran dan menumbukan komitmen terhadap etika dan tanggung jawab
pengajaran, mengajar tanpa membeda-bedakan.
c. Manfaat bagi orangtua; meningkatkan rasa percaya diri mereka karena anak-anak
berkebutuhan khusus dapat berdampingan dengan anak-anak pada umumnya.

30
Menciptakan sikap empati, penghargaan dan penerimaan pada anak berkebutuhan
khusus.
d. Manfaat bagi masyarakat; secara umum masyarakat akan lebih terbuka untuk
menerima perbedaan dan keberagaman.

3. Implikasi PAUD INKLUSI


Dalam mengelola PAUD inklusif, dituntut untuk memiliki kepekaan yang super terhadap
elemen-elemen yang berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang ABK. Elemen
pendukung tersebut antara lain:
a. Keluarga ABK : Ayah, ibu serta anggota keluarga lainnya.
b. Lingkungan Biotik : Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah
c. Lingkungan Abiotik : Lingkungan sekolah dan lingkungan rumah
d. Tenaga Pendidik : Kepala PAUD, guru pendamping khusus, guru
Menurut Hidayat (2010) implikasi pendidikan inklusi adalah sebagai berikut:
a. Setiap Siswa berhak atas pendidikan dalam kelompok sebayanya.
b. Setiap siswa diberikan perlakuan yang adil.
c. Komunitas mampu bertindak sebagai pelindung/ pembimbing ABK
d. Orang tua dilibatkan dalam proses pembelajaran
e. Program pendidikan ditawarkan dalam kepada setiap siswa
f. Komunitas mampu bertindak sebagai pelindung/ pembimbing ABK
g. Setiap siswa diberikan perhatian dan dukungan yang tepat.

4. Sistem belajar PAUD INKLUSI


Sistem belajar pada sekolah inklusi tidak jauh berbeda dengan sekolah reguler
pada umumnya. Para siswa berada dalam satu kelas yang idealnya dalam satu kelas
terdiri dari 1-6 anak berkebutuhan khusus dengan dua guru dan satu terapis yang
bertanggung jawab dibawah koordinasi guru untuk memberi perlakuan khusus kepada
anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran dengan
baik. Porsi belajar pada anak berkebutuhan khusus lebih FLEKSIBEL daripada yang
‘normal’.
Pada waktu-waktu tertentu, bila perlu anak-anak tersebut akan ‘ditarik’ dari kelas
reguler dan dibawa ke RUANG INDIVIDU untuk mendapatkan perlakuan (bimbingan )
khusus. Dengan demikian diperlukan keberagaman metode pembelajaran supaya materi
dapat tersampaikan secara merata kepada semua anak didik. Guru perlu memastikan
bahwa semua siswa, terlebih mereka yang berkebutuhan khusus, sudah memahami
penjelasan dengan baik.
Ketika anak-anak berkebutuhan khusus belum bisa menerima materi dengan baik,
sekolah pun harus siap melaksanakan program pembelajaran individual (PPI) atau IEP

31
(individual educational program) untuk mendampingi satu persatu anak berkebutuhan
khusus secara lebih intensif. Bentuk dari PPI atau IEP ini disesuaikan dengan kebutuhan
yang perlu dikembangkan pada anak.

G. KONSEP LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ABK


Langkah identifikasi ini akan mengungkap ciri-ciri atau karakteritik pada ABK diantaranya;
1. Kondisi fisik,yang mencakup keadaan fisik secara umum dan kondisi fisik baik secara
organik maupun fungsional,maksudnya adalah apakah kodisi yang ada mempengaruhi
fungsi yang lain.
2. Kemampuan inteletual,yaitu kemampuan anak dalam menerima pelajaran,mengerjakan
tugas-tugas akademikdi sekolah.
3. Kemampuan komunikasi,yaitu kesangupan seseorang anak dalam memahami dan
mengekspresikan gagasannya dalam berinteraksi terhadap lingkungan sekitarnya,baik
secara lisan maupun tulisan.
4. Sosial emosional,kegiatan/aktivitas yang dilakukan seseorang anak dalam kegiatan
interaksinya dengan teman atau gurunya yang dapat dilihat melalui pergaulannya baik di
lingkungan sekolah maupun lingkungan lainnya.

Tujuan sosialisasi di sekolah adalah menggeneralisasikan kemampuan /keterampilan sosial


yang dipelajari secara one-to-one pada situasi belajar di teaching-room,ke lingkungan
dengan anak-anak sebaya yang telah berkembang sesuia umurnya.selain itu juga
mempelajari kemampuan/keterampilan sosial yang baru sehingga anak kemudian dapat
tumbuh dan berkembang bersama lingkungannya untuk menuju hidup mandiri.

Beberapa atau keseluruhan karakteristik yang disebutkan berikut ini dapat diamati pada
penyadang autism beserta spektrumnya,baik dengan kondisi yang teringan hingga terberat
sekalipun.

1. Hambatan dalam komunikasi,missal;berbicara dan memahami bahasa.


2. Kesulitan dalam berhubungan dengan orangb lain atau objek di sekitarnnya serts
menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
3. Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar.
4. Sulit merima perbahan pada rutinitas dan lingkungannya yang dikenali.
5. Gerakan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pol-pola perilaku tertentu.

Beberapa faktor yang dianggap releven dengan persoalan penangananmasalah autism di


indonesia di antarannya;
1. Kurangnya tenaga terapis yang terlatih di indonesia.
2. Belum adanya pentunjuk teartment yang formal di indonesia.
3. Masih banyak kasus-kasus autism yang tidak terdeteksi secara dini
4. Belum terpadunya penyelenggaraan pendidikan bagi anak dengan autisme di sekolah.
5. Permasalahan akhir yang tidakkalah pentingnya adalah minimnya pengetahuan baik-baik
secara klinis maupun praktis,yang didukung dengan validitas data secara empirik dari

32
penanganan-penanganan masalah autism di indonesia.

Sistem pendidikan anak luar biasa ;awal insklusi


1. Sistem pendidikan segregasi
Sistem pendidikan dimana anak berkelainan terpisah dari sistem pendididkan anak
normal.penyelenggara sistem pendidikan segrasi dilaksanakan secara khusus dan terpisah
dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal.
Keuntungan sistem pendidikan segregasi;
a. Rasa ketenangan pada anak luar biasa.
b. Komunikasi yang mudah dan lancar.
c. Metode pembelajaran yang khusus sesuai dengan kondisi dan kemampuan anak.
d. Guru dengan latar pendidikan luar biasa.
e. Mudahnya kerjasama denga multidisipliner.
f. Sarana dan prasaranayang sesuai.
Kelemahan sistem pendidakan segregasi ;
a. Sosialisasi terbatas.
b. Penyelenggaraan pendidikan yang relative mahal
Bentuk-bentuk sistem pendidikan segregasi
a. Sekolah luar biasa.
b. Sekolah dasar luar biasa.
c. Kelas jauh/kelas kunjung.
d. Sekolah berasrama.
e. Hospital school

2. Sistem pendidikan sekolah intregasi


Sistem pendidikan bagi siswa luar biasa yang bertujuan memberikan pendidikan yang
memungkinkan anak luar biasa memperoleh kesempatan mengikuti proses pendidikan
bersama dengan siswa normal agar mengembangkan diri secara optimal.
Keuntungan sistem pendidikan integrasi;
a. Merasa diakui kesamaan haknya dengan anak normal terutama dalam memperoleh
pendidikan.
b. Dapat mengembangkan bakat,minat dan kemampuan secara optimal.
c. Lebih banyak mengenal kehidupan orang normal.
d. Mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
e. Harga diri anak
f. Luar biasa meningkat.
g. Dapat menumbuhkan motivasi
h. Dapat menumbuhkan motivasi dalam belajar.

Lingkup pengembangan kurikulum pendidikan inklusi.


Kurikulum pendidikan inklusi menggunakan kurikulum sekolah reguler [kurikulum
nasional] yang dimodifikasi sesuai dengan tahap perkembangan anak berkebutuhan
khusus,dengan mempertimbangkan karaktritisdan tingkat kercerdasannya.modifikasi
kurikulum dilakukan terhadap;
1. Alokasi waktu.
2. Isi/materi kurikulum.
3. Proses belajar mengajar.
4. Sarana prasarana

33
5. Lingkung belajar dan,
6. Pengelola kelas.

Pelaksanaan pengembangan kurikulum sekolah inklusi


1. Modifikasi alokasi waktu.
2. Modifikasi isi/materi
3. Modifikasi proses belajar-mengajar.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai keunikan tersendiri yang
ditunjukkan oleh jenis dan karakteristiknya yang berbeda dengan anak-anak normal
pada umumnya.dengan kondisi seperti itu tentunya dalam memberikan layanan
pendidikan anak berbeda dengan anak-anak normal pada umumnya. Oleh sebab itu
sebagai guru atau pendidik perlu memiliki beberapa pengetahuan dan pemahaman

34
mengenai cara memberikan layanan yang sesuai agar anak-anak yang kurang beruntung
ini memperoleh pendidikan secara optimal.
Layanan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus haruslah memadai dan
berdasarkan karakteristik individu yaitu dengan menyesuaikan keterbatasan yang ada
pada diri anak. Pelaksanaan Homeschooling bagi pendidikan anak berkebutuhan khusus
dilaksanakan berdasarkan prinsip terstruktur, terpola, terprogram, konsisten, dan
kontinyu. Keberhasilan program Home schooling bagi anak berkebutuhan khusus ini
didukung oleh kurikulum yang sesuai, fasilitas yang memadai dan perhatian pada orang
tua dari anak berkebutuhan khusus tersebut. Selain itu, layanan pendidikan dirumah
Sakit juga dapat dilakukan ketika kondisi belum memungkinkan masuk ke sekolah
biasa.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis yaitu para orang tua yang memiliki Anak
Berkebutuhan Khusus diharapkan untuk tidak terlalu memaksakan sang anak untuk
dapat seperti anak normal lainnya. Dan juga para orang tua harus lebih
mempertimbangkan layanan pendidikan manakah yang lebih cocok untuk anaknya, agar
nantinya sang anak dapat sukses dalam pendidikannya.
Dalam memberikan layanan pendidikan pada anak berkebutuhan Khusus diperlukan
berbagai layanan pendidikan dengan pendekatan khusus dan strategi khusus yang harus
guru atau pendidik atau calon guru ketahui dan pahami dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadis 2006, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus AUTISTIK.Bandung ALFABETA.

Aini Mahabbati, S.Pd., M.A, LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan
PENDIDIKAN INKLUSIF, PPT Disampaikan dalam PPM Sosialisasi dan Identifikasi Anak Berkebutuhan
Khusus di Sekolah Umum, Dlingo Bantul, 2013.

Andayani, (2015). “Kampus Inklusif: Konsep, Pendekatan dan Kebijakan”, SIGAP, Jurnal
Difabel, Vol. 2, No.2.

35
Budi S, Sekolah alternatif, Mengapa tidak?, Yogyakarta:Diva Press (2010).

Darmono, Al, (2015). “Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus,” Al
Mabsut, J1urnal Studi Islam dan Sosial, Vol. 9, No. 2.
Heldanita, Konsep Pendidikan Inklusi Pada Lembaga PAUD, Golden Age: Jurnal Ilmiah tumbuh kembang
anak usia dini Vol. 1 No 3. September 2016.

Heward 2003.Exceptional Children An Introduction to Spesial Edication.New Jersey:Merill,Prentice Hall.

Leicester, Mal, (2008). Creating an Inclusive School, New York: Continuum.


Mangunsong,Frieda,dan Conny R.Semiawan.2010.Keluarbiasaan Ganda(Twice
Exceptionality):Mengeksplorasi,Mengenal,Mengidentifikasi dan Menanganinya.Jakarta:Kencana

Mangunsong,F.2009.Psikologi dan PendidikanAnak Berkebutuhan Khusus Jilid1.Jakarta:Lembaga


Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi(LPSP3)Kampus Baru UI,Depok.

Petra Engelbrecht, et al, (2005), “Parents’ Experiences of Their Rights in the Implementation of
Inclusive Education in South Africa,” School Psychology International, Vol. 26 (4).
Rezeki, Nurul Fadhilah, & Binahayati Rusydi, “Pekerja Sosial Dan Pendidikan Inklusi,,”
Prosiding Ks: Riset & Pkm, Vol. 2, No. 2.
Smith, (2006) Inklusi: Sekolah Ramah Untuk Semua, Bandung: Nuansa.
Stubbs, Sue, (2002). Pendidikan Inklusif, terj. Susi Septiana R, Norway: The Atlas Alliance.
Sunaryo, (2009). “Manajemen Pendidikan Inklusif (Konsep, Kebijakan dan Implementasinya
dalam Perspektif Pendidikan Luar Biasa),”.
Suparno.2007.Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.Jakarta:DEPDIKNAS.

Suriani, Yulinda Erma, (2010). “Kesulitan Belajar,” Magistra, No. 73 Th. XXII.
Umar, Munirwan. (2015). “Peranan Orang Tua Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Anak,”
Jurnal Ilmiah Edukasi Vol 1, Nomor 1.
Undang-undang Sisdiknas edisi terbaru 2012, (Bandung:Fukosindo, 2012).

UNICEF, (2013). Keadaan Anak di Dunia, Rangkuman Eksklusif, Anak Penyandang


Disabilitas, Terj. Agus Riyanto, Newyork: UNICEF.
Zaitun, Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Kreasi Edukasi: Pekanbaru (2017)

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR_PEND._LUAR_221985031-SUNARYO/Makalah
Inklusi.pdf.
https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/list/b3401-panduan-penanganan-abk-bagi-
pendamping-_orang-tua-keluarga-dan-masyarakat.pdf

36

Anda mungkin juga menyukai