Anda di halaman 1dari 91

ASPEK HUKUM

PELAYANAN KESEHATAN
(Tinjauan KUHP, KUHPerdata,Administrasi, UU No.36 Tahun 2009, VER)

Abd.Rahman,SH,M.Kes

FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi
April 2020
Etika/Moral/Hukum/Disiplin

Pelayanan Kesehatan Yuridis Legal Formal


(Ilmu kedokteran) (Ilmu Hukum)

- Ilmu Kedok
- Ilmu Hukum
Medikolegal

Kepentingan pihak berwajib


Pendidikan Formal Proses penegakan hukum
Dan keadilan
Hukum kesehatan
tidak termuat dalam
HUKUM KESEHATAN (Health law) satu kitab/buku
seperti KUHP, KUHD,
KUHPerdata

1. Ilmu Hukum
2 disiplin ilmu
2. Ilmu Kedokteran

Medikolegal
1. Konsep terjadinya suatu
penyakit
Disiplin Kedokteran 2. Konsep Patofisiologi
3. Konsep Biomekanika

MEDIKOLEGAL

1. Pembuktian (legal proof)


Disiplin Hukum 2. Tanggung gugat (legal
liability)

Pembuktian, apakah ada


hubungan sebab akibat
ANALISIS MEDIKOLEGAL (kasualitas) antara suatu
kejadian dengan kondisi yang
dialami seseorang.

Herkutanto
KASUS MEDIKOLEGAL

1. Kematian tidak wajar


2. Tuntutan kelalaian medik Hukum
3. Klaim asuransi kecelakaan dan kematian

menentukan apakah suatu klaim dapat dibayarkan pada


saat risiko kesehatan atau kematian yang terjadi pada
seorang tertanggung.

KEKELIRUAN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN dapat berakibat :

1. Pelanggaran hak seseorang HAM


2. Dokter dapat digugat
TERJADINYA HUKUM

MANUSIA DAN MASYARAKAT


“Aristoteles’

Manusia “Zoon Politicon”  manusia ditakdirkan sebagai


mahluk sosial yg dikodratkan untuk
hidup bermasyarakat.
“Selo Sumarjan”

Masyarakat  orang yang hidup bersama, yang


menghasilkan kebudayaan.

Manusia  Monodualistik

Mahluk individu  punya jiwa mandiri


Mahluk sosial  tidak dapat dipisahkan
dengan masyarakat (lahir,
hidup, berkembang dan
meninggal)
Hukum merupakan gejala sosial artinya suatu
gejala yg terdapat dlm masyarakat.

Hukum  mengatur ketertiban kehidupan


masyarakat
(ubi societas, ubi ius)  “dimana ada masyarakat disitu ada hukum”
Memberikan
perlindungan
terhadap
kepentingan
manusia (tanpa
terkecuali)

Sebagai alat Manusia


kontrol mengetahui
sosial hak dan
FUNGSI kewajibannya
HUKUM

Kepentingan
Membatasi
manusia
ruang gerak
terlindungi
individu
“Sudiman”

Hukum  pikiran/anggapan org tentang adil dan tdk


adil mengenai hubungan antar manusia

“Utrecht”

Hukum  himpunan peraturan-peraturan (perintah dan


larangan) yg mengurus tata tertib
masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh
masyarakat

“Surojo Wignyodipuro”

Hukum  himpunan peraturan hidup yang bersifat


memaksa, berisikan suatu perintah larangan
atau izin untuk berbuat sesuatu dengan
maksud untuk mengatur tata tertib dalam
kehidupan masyarakat
Tujuan Hukum
“Subekti”

Hukum bertujuan mengabdi kepada tujuan negara yg


akan mendatangkan kemakmuran dan kebahagian pada
rakyatnya

“Van Apeldoorn”

Hukum bertujuan mengatur pergaulan hidup manusia


secara damai
- Harus menjamin keadilan
- Membawa faedah dalam masyarakat
DALAM MENEGAKKAN HUKUM ADA 3 UNSUR :

1.Adanya kepastian hukum (rechtssicherheit)


Hukum harus ditegakkan dan dilaksanakan
Meskipun Dunia runtuh (fiat justitia et pereat mundus)

2.Kemanfaatan (zweckmassigkeit)
Masyarakat merasa dalam penegakkan hukum
mempunyai manfaat

3.Adanya Keadilan (gerechtigkeit)


Dalam penegakkan dan pelaksanaan hukum, mempunyai
rasa keadilan bagi masyarakat, keadilan harus ditegakkan.

HUKUM AKAN APABILA MELETAKKAN


DITAATI PRINSIP KEADILAN
NEGARA INDONESIA ADALAH NEGARA HUKUM

Negara RI  Indonesia menerapkan hukum sebagai


ideologi untuk menciptakan ketertiban,
keamanan, keadilan dan kesejahteraan bagi warga
negara.

Menjunjung tinggi HAM dan menjamin semua


warganegaranya sama kedudukannya didalam hukum dan
pemerintahan, serta wajib menjunjung tinggi hukum
tanpa kecuali

UNSUR-UNSUR NEGARA HUKUM


1.Pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus
berdasarkan hukum dan Peraturan PerUU
2.Adanya Jaminan HAM (Menciptakan Keadilan)
3.Adanya pembagian kekuasaan Negara
4.Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan
Negara dalam menjalankan fungsinya untuk
melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian
abadi dan keadilan sosial. (Pembukaan UUD45)

Hukum
diperlukan
untuk
mendukung
HAK KESEHATAN  HAK ASASI MANUSIA

Hak Asasi Manusia  hak-hak yang dimiliki oleh semua


orang, berdasarkan kemanusiaan mereka
yang bersifat umum untuk hidup dalam
kehidupan yang bebas dan bermartabat.

HAM 1. Hak dasar secara kodrati melekat pada diri


manusia
2. Bersifat universal dan langgeng
3. Harus dilindungi, dihormati, dipertahankan
dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau
dirampas oleh siapapun juga.
(UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM)
DEKLARASI UNIVERSAL HAM (10 Desember 1944)

The Universal Declaration of Human Right

HAK-HAK MANUSIA:

1.Hak Yang Berhubungan Dengan Hak Sipil dan Politik

- Hak untuk hidup, kebebasan


- Hak tentang keamanan pribadi
- Hak tentang kebebasan dari penganiayaan dan
perbudakan
- Hak tentang partisipasi politik
- Hak atas harta benda, perkawinan
- Hak tentang kebebasan dasar untuk menyatakan
pendapat, ungkapan, pikiran suara hati dan agama
- Hak kebebasan untuk berkumpul dan bersidang.
2. Hak Yang Berhubungan Dengan Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya

- Hak tentang pekerjaan


- Hak tentang tingkat kehidupan yang pantas
- Hak tentang pendidikan perbudakan
- Hak tentang kebebasan hidup berbudaya

1. HAK PRIBADI
HAK-HAK DASAR MANUSIA 2. HAK SOSIAL
3. HAK BUDAYA

HAK UNTUK HIDUP SEHAT


NORMA MORAL KESEHATAN YANG BERSIFAT ASASI
(Kesepakatan PBB 1945-1976)

The right to information

The right to self determination

The right to health care

The right to protect of privacy

The right to second opinion


HAK UNTUK HIDUP SEHAT
(DEKLARASI UNIVERSAL PBB)

“Everyone has the right to a standard of living adequate for the


health and well-being of himself and of his family, including
food, clothing, housing, and medical care”

Tiap orang mempunyai hak untuk hidup pada


standar yang layak untuk kesehatan dan
kesejahteraan mereka, dan keluarga mereka,
termasuk hak untuk mendapat makanan,
perumahan dan pelayanan kesehatan.
BATASAN HAK MANUSIA DALAM KESEHATAN

1.Hak-hak bayi dan anak


2.Hak-hak prempuan dan pemuda
3.Hak untuk mendapat makanan dan lingkungan yang sehat
4.Hak mejalani kehidupan reproduksi dan sex bebas dari
paksaan atau kekerasan
5.Hak atas akses sumber daya kesehatan
6.Hak pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan
terjangkau
7.Hak mendapatkan lingkungan yang sehat
(UU No. 36 Tahun 2009)
HAM  PEMENUHAN HAK MINIMAL KESEHATAN

HAM

UUD45 pasal 28 (A) dan (H)


-Setiap orang berhak untuk
hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan
kehidupannya
-Setiap orang berhak

HAM dasar: memperoleh


kesehata
pelayanan

Hak Hidup -UU No. 36 Tahun 2009 pasl


4
-Setiap orang berhak atas
kesehatan
Hak setiap orang atas
perawatan dan atau
pelayanan kesehatan
(The right to health care)
20
NEGARA – HAM - KESEHATAN

1. Negara sebagai penyedia pelayanan kesehatan

2. Pemenuhan HAM

3. Negara sebagai pelindung HAM


RS

PUSKES
NAKES
-Dokter
-Perawat PASIEN/
-Bidan KELUARGA PEMBIAYAAN
-dll

SARANA DAN
PRASARANA
SUBJEK HUKUM KESEHATAN

1.Negara (Pemerintah Pusat/Daerah)

2.Orang (Individu/Kelompok)

3.Badan Hukum, korporasi (RS, Pabrik obat, alkes)

4.Organisasi Profesi Kesehatan


PERUBAHAN KONSEP PEMBANGUNAN KESEHATAN

1.Semula upaya kuratif dan rehabilitatif menjadi fokus


preventif dan promotif
2.Sumber pembiayaan semula dari pemerintah, menjadi
pembiayaan dari masyarakat
3.Perubahan pola pembayaran dari fee for service menjadi
secara pra-upaya
4.Pemahaman pandangan kesehatan dari konsumtif
menjadi investasi
5.Upaya kesehatan dilakukan oleh pemerintah bergeser
dilakukan oleh masyarakat sebagai mitra (partnership)
6.Pembangunan kesehatan dari terpusat menjadi otonomi
daerah
7.Proses perencanaan dari top down menjadi bottom up
PERKEMBANGAN HUKUM KESEHATAN

HUKUM Kehidupan Sosial Masyarakat

Orientasi pada
konsumen dan kualitas
pelayanan/mutu
Berkolaborasi -Kuratif
Layanan
Dengan -Preventif
Ilmu2 lain Kesehatan -Promotif
-Rehabilitatif Aman, bermutu,
merata, non
diskriminatif

Hukum Kesehatan
(lex specialis)

UU No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran


UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
UU No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
UU No.36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
Hk. Pidana Hk.
Internasional

Hk.
Hk. Dagang Kesehatan

Hk. Perdata

Hk.
Administrasi
BATASAN KESEHATAN DAN KETENTUAN UMUM

Kesehatan  keadaan sehat, baik secara fisik, mental,


spiritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis.

Diperlukan
Sumber Daya Kesehatan:
SEHAT :
-Fisik 1.Tenaga Kesehatan
-Mental 2.Sedian Farmasi
-Sosial 3.Alat Kesehatan
-Ekonomi (produktif) 4.Perbekalan Kesehatan
5.Fasilitas Yankes

REGULASI KESEHATAN YANG JELAS, MENGATUR SISTEM


DAN MEKANISME PELAYANAN KESEHATAN
Terjadinya perubahan pola hubungan antara Nakes dan Pasien

AWAL SAAT INI


1. Seperti hubungan org tua 1. Pasien dianggap sebagai
dgn anak patner yg baik oleh
2. Dominasi ada pada Nakes Nakes
3. Seolah olah pasien hanya 2. Pengakuan terhadap hak
dibebani kewajiban tanpa dan kewajiban
hak (objek) 3. Saling menghormati
4. Nakes dianggap tdk 4. Sebagai profesional
pernak melakukan Nakes dapat diminta
kesalahan pertanggung jawaban
5. Tingkat kepasrahan atas kesalahannya dalam
pasien yang tinggi menjalankan profesinya
kepada Nakes

Konsumerisme Komersialisme
TERJADINYA HUBUNGAN HUKUM DALAM
PELAYANAN KESEHATAN

Hubungan Hukum  setiap hubungan yang terjadi


antara dua subjek hukum atau
lebih, dimana hak dan kewajiban
disatu pihak berhadapan dengan
hak kewajiban dipihak lain.

Unsur-unsur Hubungan Hukum :

1.Adanya orang yg mempunyai hak dan kewajiban


2.Adanya objek
3.Adanya hubungan antara pemilik dan pengemban
kewajiban, atau adanya hubungan terhadap objek yang
bersangkutan
SUBJEK DAN OBJEK HUKUM

Subjek Hukum  Para pihak yg berdasarkan hukum


mempunyai hak dan kewajiban atas
sesuatu tertentu untuk melakukan
tindakan hukum (mis: perjanjian, jual beli)
- Manusia (natuurlijke persoon)
- Badan Hukum (rechts persoon)

Objek Hukum  Segala sesuatu yg berguna bagi subjek


hukum dan menjadi sasaran pengaturan hukum
dimana kekuasaan subjek hukum berkaitan
didalamnya.
Subjek Hukum
Manusia
Manusia
(naturlijk
(naturlijkPersoon)
Persoon)

Orang
Orang(Person)
(Person)

Badan
BadanHukum
Hukum
(Rechts Persoon)
(Rechts Persoon)
Pengemban Hak
Dan
Kewajiban
MANUSIA SEBAGAI SUBJEK HUKUM

SEJAK LAHIR
Pengecualian pasal 2 KUHPerdata
1.Telah dibenihkan
AWAL
2.Lahir hidup
3.Ada kepentingan yang
menghendaki

MANUSIA SEBAGAI
SUBJEK HUKUM

BERAKHIR MENINGGAL
HAK DAN KEWAJIBAN

HAK  Kepentingan individu/kelompok yang


pemenuhannya diharapkan terpenuhi dan
dijamin oleh hukum.
- Hak memberikan kenikmatan dan
keleluasaan pada individu/kelompok
dalam melaksanakannya

KEWAJIBAN  Keharusan yang dibebankan


kepada individu/kelompok oleh
hukum untuk dipenuhi.
- Kewajiban merupakan pembatasan
dan beban
(mis: membayar pajak penghasilan)
HUBUNGAN HUKUM Pelayanan Kesehatan
(PERJANJIAN Terapeutik)
Pemberi Pelayanan Penerima Pelayanan
(dokter/Nakes) Proses (Pasien)

Produsen Jasa Konsumen Jasa


(Subjek Hukum) Saling (Subjek Hukum)
Berkomunikasi

Hak dan
Hak dan Kewajiban
Kewajiban
Objek
(Upaya Kesehatan)

Harus cermat dan


Hati2 Perdata

Pidana
Tanggung jawab:
-Inform concent
- Rekam Medik Administrasi
- SP, SPO, Etika
- Hukum
Hubungan Hukum
NAKES (Kontrak Trapeutik) PASIEN

- HAK - HAK
- KEWAJIBAN - KEWAJIBAN
- KEWENANGAN
- TG. JAWAB

- STD PROFESI PERAWATAN


- SPO PENGOBATAN
- STD PELAYANAN TINDAKAN KEDOKTERAN

BAIK BURUK
(ADVERSE EVENTS)
KTD

LITIGASI NON LITIGASI


- Mediasi
- Negosiasi
TANGGUNG JAWAB HUKUM PERDATA

Pertanggungjawaban Sanksi Keperdataan adalah:

1.Memberi ganti kerugian (kompensasi)


2.Melakukan perbuatan tertentu (memberi pengobatan
dan perawatan tanpa dipungut biaya)
3.Tidak melakukan suatu perbuatan (memberikan
tindakan terapeutik seperti yang diharapkan pasien dan
bukan yang diinginkan dokter)

Sumber Hukum antara lain:

1.KUHPerdata
2.UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
3.UU 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
4.UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Tanggungjawab perdata timbul karena adanya
hubungan antara manusia sebagai
individu/kelompok dalam hubungannya dgn
individu/kelompok lainnya dalam kehidupan
bermasyarakat.

Hubungan hukum tsb menimbulkan hak dan


kewajiban bagi kedua belah pihak

Tujuannya untuk memperoleh ganti rugi atas


kerugian yang diderita akibat kesalahan yg
dilakukan oleh Nakes
ALAT BUKTI YANG SAH HUKUM PERDATA

Berdasarkan Ketentuan Pasal 1866 KUHPerdata, ada


lima alat bukti dalam perkara perdata di Indonesia,
yaitu:

1. Bukti Tertulis atau Surat


2. Bukti dengan Saksi
3. Persangkaan
4. Pengakuan
5. Sumpah

Dalam praktek masih ada satu macam alat bukti lain


yang sering dipergunakan, yaitu pengetahuan Hakim,
adalah hal atau keadaan yang diketahuinya sendiri
oleh Hakim dalam sidang, misalnya hakim melihat
sendiri pada waktu melakukan pemeriksaan
setempat.

38
TRANSAKSI TERAPEUTIK

Transaksi Traupeutik merupakan hubungan antara 2 orang


atau lebih subjek hukum, yg saling mengikatkan diri
didasarkan pada sikap saling percaya.

Saling percaya akan tumbuh jika terjalin komunikasi secara


terbuka dan jujur antara dokter/nakes dan pasien, karena
masing2 dapat saling memberikan informasi yg diperlukan
bagi terlaksananya kerjasama yg baik dan tercapainya
tujuan pelayanan kesehatan.

Pasal 1234 KUHPer:


“Tiap perikatan adalah untuk memberikan sesuatu, untuk
berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu”
Pasal 1354 KUHPerdata :

“Jika seseorang dengan sukarela, dengan tidak


mendapat perntah untuk itu, mewakili urusan orang
lain dengan atau tanpa pengetahuan orang ini,
maka ia secara diam-diam mengikatkan dirinya
untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan
tersebut hingga orang yang mewakili
kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan
itu” (zaakwaarneming)
Menolong orang harus sampai tuntas
Pasal 1356 KUHPer :

“Ia (pemberi bantuan) wajib dalam melakukan


pengurusan tersebut memenuhi kewajiban sebagai
seorang bapak rumah yang baik”

Pengobatan/Perawatan (Nakes)

Pelayanan Kesehatan

Sarana Pelayanan RS/Klinik


Pasal 1365 KUHPer “

“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa


kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti
kerugian tersebut”

Kelalaian/culpa

Kerugian orang lain

Kesengajaan/dolus

Pasal 1366 KUHPer :

“Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk


kerugian yang disebabkan karena perbuatannya,
tetapi untuk kerugian yang disebabkan karena
kelalaian atau kurang hati-hati”
Pasal 1367 (1) KUHPer :

“Seseorang tidak hanya bertanggung jawab untuk


kerugian yang disebabkan karena perbuatannya
sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan
karena perbuatan orang-orang yang menjadi
tanggungannya atau disebabkan oleh barang-barang
yang ada dibawah pengawasannya” (hubungan atasan
dgn bawahan/vicarios liability)

1. Personalia
RS/Klinik/Saryankes 2. Sarana dan Prasarana
3. Kewajiban memberikan
pelayanan terbaik

RS bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian


atas kelalaian yang dilakukan oleh Nakes RS (UU N0.44/2009)
Pasal 1371 KUHPer :
“Penyebab luka atau cacat anggota badan dengan sengaja
atau kurang hati-hati memberikan hak kepada si korban
untuk, selain penggantian biaya2 penyembuhan, menuntut
penggantian kerugian yang disebabkan oleh luka atau cacat
tersebut”
TANGGUNG JAWAB HUKUM PIDANA
Hukum pidana  mengatur hubungan antara
manusia/masyarakat dengan negara.
Dalam hukum pidana pemerintah diwakili oleh
Jaksa Penuntut Umum (JPU) untuk
mengambil inisiatif dengan
mengajukan perkara di pengadilan.

“Azas nullum delictumnulla poena sine praevia lege


poenali” seseorang hanya dapat dihukum
apabila telah ada ketentuan hukum
yang mengatur perbuatan itu terlebih
dahulu.
JENIS PIDANA (pasal 10 KUHP)

1. PIDANA POKOK
a. Pidana Mati
b. Pidana Penjara
c. Pidana Kurungan
d. Pidana denda

2. PIDANA TAMBAHAN
a. Pencabutan Hak-Hak Tertentu
b. Perampasan barang-barang tertentu
c. Pengumuman Putusan Hakim
Ketentuan hukum pidana dapat diberlakukan
dengan keharusan memenuhi 2 persyaratan :

1. Adanya suatu perbuatan/tindakan yang


dilakukan oleh seseorang dan yang melanggar
ketentuan hukum pidana, sehingga memenuhi
rumusan delik sebagaimana yang diatur dalam
hukum pidana yang berlaku
2. Pelanggar hukum pidana mampu mempertang-
gung jawabkan perbuatannya
SYARAT-SYARAT PEMIDANAAN :

1. Perbuatan bersifat melawan hukum


a. Bertentangan dengan UU atau memenuhi
rumusan delik.
b. Bertentangan dengan tata nilai atau norma
hukum yang berlaku umum dalam masyarakat
c. Tidak ada alasan yang menghapuskan sifat
melawan hukum dari perbuatan tersebut
(alasan pembenar)

2. Adanya kesalahan dari pelaku (Geen straf


zonder schuld)
a. Kemampuan bertanggung jawab
b. Dapat dicelanya pelaku atas perbuatan
tersebut
SYARAT YG HARUS DIPENUHI ADANYA PERBUATAN
MELAWAN HUKUM (Pasien menggugat Nakes
dan/atau RS/Sarana Pelayanan Kes lainnya) :

1. Pasien harus mengalami kerugian


2. Ada kesalahan atau kelalaian pada dokter dan/atau
Saryankes
3. Ada hubungan kausul antara kerugian dan
kesalahan
4. Perbuatan tersebut harus melanggar hukum.
HUKUM PIDANA

APA ??  Perbuatan apa yang dikatakan


Hukum Pidana
tindak pidana
Materill
SIAPA ?  Siapa yang dapat dikatakan KUHP
sebagai pelaku

BAGAIMANA  Bagamana cara


memperoses pelaku jika Hukum Pidana
terjadi tindak pidana Formal
KUHAP
FUNGSI UTAMA PROSES PERADILAN PIDANA

Mencari kebenaran sejauh yang dapat dicapai oleh


manusia, dan tanpa harus mengorbankan hak dari
tersangka atau terdakwa

DALAM PERKARA PIDANA YANG MENYANGKUT :

1. Tubuh
2. Kesehatan DOKTER
3. Nyawa Manusia
TUJUAN PENEGAKAN HUKUM DALAM PELAYANAN KESEHATAN

1. Melindungi kepentingan publik dari kejahatan yang


disengaja, kelalaian yang tidak patut, pembiaran yang fatal
dan ketidak hati2an

2. Menegakkan keadilan

3. Menjamin kepastian hukum

4. Memurnikan profesi kesehatan


KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana)
Pasal 183  “hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seseorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa
terdakwalah yang melakukannya”.

UU No.14 Tahun 1970  tentang Pokok Kekuasaan Kehakiman


Pasal 6 (2)  dipidanya pelaku apabila :
1. adanya alat bukti yang sah menurut UU
2. adanya keyakinan terhadap seseorang yang
dianggap dapat dikenai pertanggungjawaban
3. telah bersalah atas perbuatan yang
dituduhkan

Pasal 184 KUHAP  alat bukti yang sah :


a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan terdakwa.
Visum et Repertum  merupakan alat bukti Keterangan Ahli,
yang merupakan keterangan ahli yang
secara tertulis dibuat oleh dokter ahli,
diluar sidang pengadilan

VeR dikeluarkan oleh dokter ahli  Keterangan Ahli

VeR dikeluarkan oleh dokter Umum  Keterangan

Pasal 184 KUHAP  alat bukti yang sah :


a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan terdakwa.
Pasa 133 KUHAP :

(1) dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan


menangani seseorang korban baik luka, keracunan ataupun
mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan
tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.

(2) permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu
disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

(3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman


atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik
dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan
diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi
cap jawatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian
lain badan mayat.
Pasal 134 KUHAP

(1)Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan


pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari,
penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada
keluarga korban.

(2)Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib


menerangkan dengan sejelas-jelasnya tentang maksud dan
tujuan perlu dilakukannya pembedahan tersebut.

(3)Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan maupun


dari pihak keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak
diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan
sebagaimana maksud pasal 133 ayat (3)

VeR  diminta secara tertulis oleh penyidik.


Sebelum dilakukan bedah mayat
penyidik wajib memberitahu dan
menjelaskan kepada keluarga
korban
Pasal 222 KUHP

“Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-


halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat forensik,
diancam dengan pidana penjara paling lama 9 bulan”

Pasal 224 KUHP

“Barangsiapa dipanggil sebagai saksi ahli atau juru bahasa


menurut undang-undang dengan sengaja tidak memenuhi
kewajiban berdasarkan undang-undang harus dipenuhi
dipidana penjara paling lama 9 bulan”
BAGAIMANA DENGAN TINDAKAN DOKTER YANG
BERAKIBAT PASIEN DIRUGIKAN ??

FAKTA DILAPANGAN

1. Sulit mencari dokter yang berniat jahat terhadap kesehatan


pasiennya.
“Kenyataanya ada dokter yang ingin mendapat keuntungan
materil dari pasien secara tidak patut”

2. Tidak ada dokter yang ingin pasiennya meninggal, sakit


yang lama atau menderita akibat penyakitnya.
“Kenyataannya ada dokter yang membiarkan pasiennya
rugi secara materil”

APAKAH SEMUA INI DAPAT DIPIDANA ??


Yang mampu mempertanggung jawabkan perbuatan
pidana :

1. Telah berumur 16 tahun


2. Sehat akalnya
(pasal 44, 45, 46 KUHP)

BEBERAPA DELIK YANG DAPAT DIANCAM


KEPADA TENAGA KESEHATAN :
Beberapa Delik Tindak Pidana Yang Dapat
Berkaitan Dengan Profesi Dokter.

Ketentuan Pasal Aspek yang diatur


Pasal Memberikan keterangan palsu ,ancaman pidana
242 KUHP penjara paling lama 7 tahun.
Pasal Dokter memberikan surat keterangan palsu ,
267, 268 KUHP pidana penjara paling lama 4 tahun.
Pasal Tindak pidana pemerkosaan, ancaman pidana
285 KUHP maksimal 12 tahun.
Pasal bersetubuh dengan seorang wanita yg dlm
286 KUHP keadaan pingsan atau tidak berdaya, ancaman
pidana 9 tahun.
Pasal perbuatan cabul dengan seseorang, yg pingsan
290 (1) KUHP atau tidak berdaya, ancaan pidana penjara paling
lama 7 tahun
Pasal Perbuatan cabul dengan orang yang karena
294(2) KUHP; jabatan adalah bawahannya, atau dengan orang
yang penjagaannya dipercayakan atau
diserahkan kepadanya.
Ancaman pidana pidana penjara paling lama 7
tahun
Ketentuan Pasal Aspek yang diatur
Pasal. Merampas kemerdekaan org 8 tahun,
333 KUHP -Luka berat 9 tahun
-Mati 12 tahun
-(menahan pasien karena belum bayar)
Pasal Membiarkan seseorang yang wajib untuk
304 KUHP ditolong, ancaman pidana pejara paling lama 2
tahun 8 bulan.

Pasal Membuka rahasia (pasien), ancaman pidana


322 KUHP penjara paling lama 9 bulan.

Pasal Euthanasia, ancaman pidana penjara paling


344 KUHP lama 12 tahun

Pasal Sengaja merampas nyawa orang lain, pidana


338 KUHP penjara paling lama 15 tahun

Pasal Karena kealpaan menyebabkan matinya orang


359 KUHP lain diancam pidana paling lama 5 tahun
Ketentuan Pasal Aspek yang diatur
Pasal Penganiayaan 2 tahun 8 bulan
351 KUHP -Luka berat 5 tahun
-Mati 7 tahun

Pasal karena kelalainnya menyebabkan orang lain


360 KUHP menderita luka berat,diancam dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun.

Pasal Dilakukan dalam menjalankan suatu jabatan


361 KUHP atau pencaharian, maka pidana ditambah 1/3,
dan hak menjalankan profesi dapat dicabut

Pasal memakai nama palsu atau martabat palsu


378 KUHP (penipuan) dengan ancaman pidana penjara
paling lama 4 tahun.
ABORSI

Ketentuan Pasal Aspek yang diatur


Pasal Perempuan dengan sengaja menyebabkan gugur
346 KUHP atau mati kandungan, atau menyuruh orang
lain, pidana paling lama 4 tahun

Pasal Mematikan kandungan wanita tanpa


347 KUHP persetujuan, pidana paling lama 12 tahun
- Wanita tersebut mati pidana 15 tahun

Pasal Sengaja menggugurkan kandungan wanita


348 KUHP dengan persetujuan wanita tsb, pidana paling
lama 5 tahun 6 bulan
- Mengakibatkan wanita tsb mati pidana penjara
paling lama 7 tahun

Pasal Tindakan pengguguran kandungan sesuai pasal


349 KUHP 346, 347 dan 348 dilakukan oleh dokter, bidan
atau juru obat, pidananya ditambah 1/3 dan
dapat dicabut hak profesinya.
Pasal ASPEK YANG DIATUR

299 KUHP (1). Dengan sengaja mengobati seorang perempuan


dengan memberitahukan atau menimbulkan
pengharapan untuk dapat gugur kandungannya
pidana penjara paling lama 4 tahun

(2). Kalau sitersalah melakukan pekerjaan karena


mengharapkan keuntungan dan menjadi
kebiasaan, hukumannya ditambah 1/3
Pasal 194 (UU N0.36/2009)
“Setiap orang dengan sengaja
melakukan aborsi tidak sesuai
dengan ketentuan pasal 75 dipidana
penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan denda paling banyak
Rp.1.000.000.000 (satu milyar Rp)
UU N. 36 Tahun
2009

Pasal 32:
“Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien
dan/atau meminta uang muka”.

Pasal 85:
“Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik
pemerintah maupun swasta wajib memberikan pelayanan
kesehatan pada bencana bagi penyelamat nyawa pasien dan
pencegahan kecacatan”

Pasal 190:
(1)Pimpinan pelayanan kesehatan dan/atau tenaga
kesehatan dengan sengaja tidak memberi pertolongan
sesuai pasal 32 dan 85, di pidana penjara 2 tahun dan denda
Rp.200.000.000,-
(2)Dalam hal mengakibatkan kecacatan atau kematian, di
pidana penjara 10 tahun dan denda Rp.1.000.000.000,-(satu
milyar)
TANGGUNG JAWAB HUKUM ADMINISTRASI

Pasal 188 ayat (3) UU No.Nomor 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan sbb :

“Tenaga Kesehatan dan fasilitas pelayanan


kesehatan yang melanggar ketentuan yg diatur
dalam UU dapat diambil tindakan administratif
berupa:
a. Peringatan secara tertulis;
b. Pencabutan izin sementara atau izin tetap.
UU No.36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan

Pasal 49 (2)
Nakes dapat diberikan sanksi disiplin berupa:

a.Peringatan tertulis
b.Pencabutan STR atau SIP dan/atau
c.Mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
kesehatan

Pasal 82 (4)
Nakes dapat diberikan sanksi administratif berupa:

a.Teguran lisan
b.Peringatan tertulis
c.Denda administratif; dan/atau
d.Pencabutan izin
MEDIKOLEGAL
ASURANSI DAN SURAT KETERANGAN DOKTER

PERMASALAHAN HUKUM KESEHATAN


SENGKETA MEDIK

SENGKETA
PASIEN NAKES HASIL
PENGOBATAN
ATAU HASIL
PELAYANAN

PASIEN RS KESEHATAN
(cacat/luka, mati)

PELAKU LAIN :

1.Asuransi
2.Industri kesehatan (obat, alat kesehatan)
ASURANSI  suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung
mengikatkan diri kepada seorang tertanggung,
dengan menerima suatu Premi, untuk memberikan
penggantian kepadanya karena suatu kerugian,
RISIKO kerusakan atau kehilangan keuntungan yang
diharapakan, yang mungkin akan diderita karena
suatu peristiwa yang tak tertentu.(KUHD,246)

ASURANSI  suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin


berjanji kepada pihak yang dijamin, untuk menerima
sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian,
yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin,
karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas
(Prodjodikoro,W).

ASURANSI KESEHATAN  Jenis produk asuransi yang secara


khusus menjamin biaya
kesehatan atau perawatan para
anggota asuransi tersebut jika
mereka jatuh sakit atau
mengalami kecelakaan.

Pergeseran pola pembayaran oleh pihak ketiga (pra-upaya)


MACAM-MACAM ASURANSI KESEHATAN

Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)

Asuransi Kesehatan Komersil (Private Voluntary Health Insurance)

RISIKO YANG MUNGKIN TERJADI PADA SETIAP INDIVIDU:

Meninggal

Sakit
RISIKO
Kecelakaan

Kehilangan Pekerjaan

BERDAMPAK FINANSIAL ASURANSI


KONTRIBUSI DOKTER

Menentukan identitas korban / BB


Menentukan jenis luka
Menentukan jenis kekerasan
Menentukan kualifikasi/derajat luka

VISUM ET REPERTUM
1. Konsep terjadinya suatu
penyakit
Disiplin Kedokteran 2. Konsep Patofisiologi
3. Konsep Biomekanika

MEDIKOLEGAL

1. Pembuktian (legal proof)


Disiplin Hukum 2. Tanggung gugat (legal
liability)

Pembuktian, apakah ada


hubungan sebab akibat
ANALISIS MEDIKOLEGAL (kasualitas) antara suatu
kejadian dengan kondisi yang
dialami seseorang.

Herkutanto
KASUS MEDIKOLEGAL

1. Kematian tidak wajar


2. Tuntutan kelalaian medik Hukum
3. Klaim asuransi kecelakaan dan kematian

menentukan apakah suatu klaim dapat dibayarkan pada


saat risiko kesehatan atau kematian yang terjadi pada
seorang tertanggung.

KEKELIRUAN DALAM MENGAMBIL KEPUTUSAN dapat berakibat :

1. Pelanggaran hak seseorang HAM


2. Dokter dapat digugat
JENIS SURAT KETERANGAN DOKTER

1.Surat keterangan lahir


2.Surat keterangan meninggal/mati
3.Surat ketarangan sehat
4.Surat keterangan sakit
5.Surat keterangan cacat
6.Surat keterangan cuti hamil
7.Surat keterangan ibu hamil
8.Surat keterangan pelayanan medis untuk penggantian
biaya dari asuransi (pihak penanggung)
9.Visum et Repertum
10.Kuitansi

Dokter jangan sempat terjebak dengan melanggar


wajib simpan rahasia jabatan
SURAT KETERANGAN SEHAT

SURAT KETERANGAN SAKIT


Dokter dapat
SURAT KETERANGAN CACAT dituntut dengan
tuduhan
SURAT KETERANGAN PELAYANAN membuat surat
keterangan palsu
MEDIS (pasal 263, 267 dan
268 KUHP)
VISUM ET REPERTUM

KUITANSI
SURAT KETERANGAN YANG
DIKELUARKAN DOKTER

DAPAT DIJADIKAN ALAT


BUKTI ?????
DELIK PIDANA / KUHP
Pasal 263
(1). Membuat surat palsu atau memalsukan surat, hukuman
penjara 6 tahun
(2). Sengaja menggunakan surat palsu, hukuman penjara 6
tahun

Pasal 267
(1). Seorang dokter sengaja memberikan surat keterangan
palsu ada atau tidaknya penyakit, pidana penjara 4 tahun
(2). Jika surat keterangan tersebut dengan maksud untuk
memasukkan seseorang ke rumah sakit jiwa, pidana
penjara 8 tahun 6 bulan
(3). Diancam pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja
memakai surat keterangan palsu itu seolah-olah isinya
sesuai dengan kebenaran

Pasal 268
(1). Membuat surat palsu atau memalsukan surat keterangan
dokter, dengan maksud untuk menyesatkan penguasa
umum atau asuransi, pidana 4 tahun
(2). Diancam pidana yang sama, barang siapa mamakai surat
keterangan palsu.
Kausalitas Faktual (factual
causation)  suatu sebab yg terjadi
secara fisik didunia nyata yg
diperoleh melalui pengamatan
empiris.
ANALISIS PERISTIWA HUKUM
Kausalitas legal (legal causation) 
suatu sebab yg menurut doktrin
hukum yg cukup untuk
menimbulkan tanggung jawab
hukum.
ASURANSI TANGGUNG GUGAT PROFESI DOKTER

Asuransi memberikan jaminan atas kerugian akibat dari


menjalankan profesi dokter yang secara hukum dapat diminta
pertanggung jawaban membayar ganti rugi.

MANFAAT:

1.Advokasi medikolegal  memberikan bantuan hukum


2.Penyuluhan medikolegal
PENYELESAIAN SENGKETA KESEHATAN DILUAR PENGADILAN
MELALUI MEDIASI

DASAR HUKUM
UU No.36/2009 pasal 29  Nakes diduga melakukan
kelalaian dalam menjalankan
profesinya, harus diselesaikan terlebih
dahulu melalui MEDIASI

MEDIASI  proses penyelesaian sengketa melalui proses


perundingan atau mufakat para yang
bersengketa dengan dibantu oleh
mediator/penengah yang tidak memiliki
kewenangan memutus atau memaksakan
sebuah penyelesaian.

ESENSI MEDIASI :

-Perundingan
-Mufakat/musyawarah
-Tidak boleh ada paksaan
-Keputusan harus berdasarkan persetujuan para pihak.
PERMA RI No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan

MEDIASI  cara penyelesaian sengketa melalui proses


perundingan untuk memperoleh kesepakatan
para pihak dengan dibantu oleh mediator

Mediasi merupakan salah satu Alternatif Penyelesaian


Sengketa (APS) diluar proses pengadilan.

MEDIATOR  Menyelesaikan masalah (netral)


hasilnya menumbuhkan kepercayaan bagi yang
bersengketa.
HAKIM  Mengambil keputusan
TANGGUNG JAWAB HUKUM
UU No.29/2004 UU No.36/2009 UU No.44/2009
Praktik Kedokteran Kesehatan Rumah Sakit

. Melanggar disiplin (Psl 64,66) Melakukan Kelalaian Pelanggaran atas


. Menjalankan praktik wajib memiliki Dalam menjalankan Kewajiban RS dan
STR dan SIP (psl 29, 36 dan 37) Profesi (psl 29) Melakukan kelalaian
. Menjalankan praktik diberikan SIP (psl 29 dan 46)
paling banyak hanya 3 tempat (psl
37)

- MKDKI - Mediasi,Negosiasi, - Pelanggaran :


- Pengadilan (Perdata,Pidana) Arbitrase . Teguran
-Praktik tidak memiliki STR dan - Pengadilan
SIP dipidana penjara 3 tahun
lisan/tertulis
(Perdata,Pidana) . Pencabutan
atau denda Rp.100.000.000 -ADR (Alternateif
(psl 75 dan 76) izin dan denda
Dispute Resolution)
- Pengadilan
(Perdata,Pidana)
- RS bertangung
jawab
UU No.44/2009 pasal 46  RS bertanggungjawab atas
semua kerugian yang
dialami pasien akibat
kelalaian tenaga kesehatan
di RS.

UU No.36/2009 pasal 29  MEDIASI  pendekatan


RESTORATIVE JUSTICE

RESTORATIVE JUSTICE  suatu pendekatan yang lebih


menitik beratkan pada kondisi
terciptanya keadilan dan
keseimbangan bagi pelaku tindak
pidana serta korbannya sendiri.
IMPLEMENTASI
RESTORATIVE
JUSTICE

Untuk penyelesaian kasus malpraktik di


bidang kesehatan, hal ini mempunyai
banyak keuntungan, yang mana pihak
korban mendapatkan ganti kerugian
dari pelaku, sedangkan pelaku tidak
harus menjalani proses peradilan
pidana yang dapat berakibat dan
cenderung buruk terhadap karir pelaku.
“Bagir Manan”
Tujuan Hukum Pidana:

Tegaknya perdamaian dan ketertiban, jika


dengan cara-cara yang ditempuh telah
melahirkan ketertiban dan perdamaian, maka
tujuan pemidanaan telah tercapai, sehingga
tidak perlu lagi proses pemidanaan.
PENERAPAN PROFESI TENAGA KESEHATAN

-Penerapan Disiplin ilmu dan


Disiplin Keterampilan sesuai dengan
tugas dan kewenangan.
Etika
-Standar Profesi
-Standar Prosedur Opera-
-Norma Perilaku sional (SPO)
NAKES
-Moral
Hukum
Moral
-Aturan Hukum
HARAPAN PASIEN :

1.Reliability (kehandalan) 
- layanan yang dijanjikan dgn segera dan memuaskan
- Jadwal pelayanan tepat waktu
- Prosedur pelayanan tidak berbelit

2. Responsiveness (daya tanggap) 


- Membantu dan memberikan pelayanan dengan
tanggap
(tidak membedakan unsur SARA)
- Petugas cepat tanggap atas keluhan pasien
- Memberikan informasi yang jelas

3. Assurance (jaminan) 
- Jaminan keamanan, keselamatan, kenyamanan
- Pengetahuan dan Keterampilan petugas/Nakes
tidak
diragukan

4. Emphaty 
- Komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan
pasien
PRINSIP YANG HARUS DIJUNJUNG TINGGI OLEH
PETUGAS KESEHATAN (PMK No.33 Tahun 2019)

Memahami dan membangun kepedulian terhadap


kebutuhan, harapan, pengalaman dan keluhan penerima
layanan

Berbagi informasi yang relevan bagi penerima layanan

Selalu menciptakan kesan positif

Mengupayakan jawaban/bantuan/saran/informasi yang


berguna bagi penerima layanan, jangan terlalu cepat
mengatakan tidak tahu/tidak bisa/tidak ada, dan
didukung dengan koordisasi dan komunikasi antar bagian

Konsistensi dalam pelaksanaan layanan yang bermutu


sesuai pedoman, yang mampu menciptakan kepuasan dan
mencegah keluhan bagi penerima layanan
PRINSIP YANG HARUS DIJUNJUNG TINGGI OLEH
PETUGAS KESEHATAN (PMK No.33 Tahun 2019)

Selalu memantau pelaksanan kegiatan layanan serta


umpan balik dari penerima layanan, hal ini berguna untuk
perbaikan dan peningkatan mutu layanan

Bersedia untuk memberikan manfaat lebih bagi penerima


layanan walaupun tidak diminta sesuai situasi yang
dihadapi penerima layanan.

Menjadikan layanan prima sebagai bagian dari budaya


kerja yang perlu terus ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai