Anda di halaman 1dari 43

Aset Tetap dan

Aset Tak
Berwujud
Aset Tetap
Pengertian dan kriteria aktiva tetap
Aktiva tetap adalah harta berwujud yang
diperoleh dalam bentuk siap atau dibangun sendiri
yang harus memenuhi kriteria sbb :
1. Dimiliki dan digunakan dalam usaha atau yang
dimiliki untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan, dengan suatu masa
manfaat yang lebih dari setahun,
2. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan
normal.
Sesuai dengan PSAK No. 16 suatu benda
berwujud diakui sebagai aktiva tetap apabila:
1. Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat
keekonomisan dimasa yang akan datang yang
Berkaitan dengan aktiva tersebut akan mengalir
kedalam perusahaan
2. Biaya perolehan aktiva dapat diukur secara andal.
Perolehan aktiva
1. Pembelian aktiva
2. Perolehan dengan sewa guna usaha modal
3. Perolehan dengan pertukaran
4. Perolehan dengan membangun sendiri
5. Perolehan dengan hibah, bantuan, atau
pemberian.
Pembelian Aktiva
 Pembelian Dalam Negeri
 Pembelian Impor Dari Luar Negeri
Pembelian Aktiva – Pembelian Dalam
Negeri
Contoh:
 Tanggal 1 Januari 2012 PT Sisi membeli
kendaraan operasional seharga Rp200.000.000
belum termasuk PPN 10%. Maka jurnal yang
dibuat oleh PT Sisi adalah sebagai berikut.
•Jika PT Sisi adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan 2012 Kendaraan 200.000.000 -


Pajak Masukan 20.000.000 -
Kas/Bank - 220.000.000

•Jika PT Sisi adalah non-PKP

Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan Kendaraan 220.000.000 -


2012 Kas/Bank - 220.000.000
Pembelian Aktiva – Pembelian Impor
Dari Luar Negeri
Contoh:
 Tanggal1 Januari 2012 PT Sisi mengimpor
komputer dari Taiwan dengan nilai impor
sebesar Rp150.000.000 dan PPN sebesar
10%. Jurnal yang dibuat oleh PT Sisi
adalah sebagai berikut.
• Jika PT Sisi adalah PKP yang mempunyai API
PPN Masukan = 10% x Rp150.000.000 = Rp15.000.000
PPh 22 = 2,5% x Rp150.000.000 = Rp 3.750.000
Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan 2012 Peralatan Kantor 150.000.000 -


Pajak Masukan 15.000.000 -
PPh 22 dibayar di muka 3.750.000 -
Kas/Bank - 168.750.000

• Jika PT Sisi adalah non-PKP yang mempunyai API


Komputer = 110% x Rp150.000.000 = Rp165.000.000
PPh 22 = 2,5% x Rp150.000.000 = Rp 3.750.000

Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan 2012 Peralatan Kantor 165.000.000 -


PPh 22 dibayar di muka 3.750.000 -
Kas/Bank - 168.750.000
• Jika PT Sisi adalah PKP yang tidak mempunyai API
PPh 22 = 7,5% x Rp150.000.000 = Rp11.250.000

Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan 2012 Peralatan Kantor 150.000.000 -


Pajak Masukan 15.000.000 -
PPh 22 dibayar dimuka 11.250.000 -
Kas/Bank - 176.250.000

• Jika PT Sisi adalah non-PKP dan tidak mempunyai API


Komputer = 110% x Rp150.000.000= Rp165.000.000
PPh 22 = 7,5% X Rp150.000.000 = Rp 11.250.000

Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan 2012 Peralatan Kantor 165.000.000 -


PPh 22 dibayar di muka 11.250.000 -
Kas/Bank - 176.250.000
Perolehan Dengan Sewa Guna Usaha
 Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi (Finance
Lease)
 Sewa Guna Usaha tanpa Hak Opsi (Operating
Lease)
Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi
(Finance Lease)
Kegiatan SGU digolongkan sebagai SGU dengan hak opsi apabila memenuhi
karakteristik sebagai berikut.
 Jumlah pembayaran SGU selama masa SGU pertama ditambah dengan nilai
sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan
keuntungan lessor.
 Masa SGU ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang modal
golongan I, 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III, dan 7 tahun untuk
golongan bangunan, (SE-10/PJ.42/1994 jo. SE-129/PJ/2010).
 Perjanjian SGU memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
Perlakuan perpajakan untuk lessor dan
lessee
Lessor Lessee
Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan

• Penghasilan = angsuran pokok + • Beban sewa = angsuran pokok +


bunga. bunga.
• Penghasilan → bukan objek • Beban sewa → beban yang dapat
PPh 23 tetapi pengenaan pajaknya dikurangkan (deductible expense)
dilakukan dengan perhitungan akhir • Beban sewa → bukan objek PPh 23.
tahun dalam SPT Tahunan. • Beban penyusutan aset tetap →
• Beban penyusutan aset tetap → beban yang tidak boleh dikurangkan
beban yang tidak boleh dikurangkan (non-deductible expense).
(non-deductible expenses).
Lessor Lessee
Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan

• Beban penyisihan piutang tak -


tertagih → beban yang dapat
dikurangkan (deductible expenses).
• Mekanisme angsuran pajak PPh 25
diatur oleh UU PPh. -

Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan Nilai


•  Memungut PPN atas penyerahan  
barang modal kepada lessee. -
Peraturan perpajakan untuk SGU dengan hak
opsi bagi lessee:
 Selama masa SGU, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal
yang di-SGU-kan sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli
barang tersebut.
 Setelah menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee
melakukan penyusutan dan dasar penyusutannya adalah nilai sisa barang modal
yang bersangkutan.
 Pembayaran SGU yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan
atas tanah merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
lessee sepanjang transaksi SGU tersebut memenuhi ketentuan capital lease.
 Dalam hal masa SGU lebih pendek dari masa yang ditentukan, maka Dirjen
Pajak melakukan koreksi atas pembebanan biaya SGU.
 Lessee tidak memotong PPh 23 atas pembayaran SGU yang dibayar atau
terutang berdasarkan perjanjian SGU dengan hak opsi.
Peraturan perpajakan untuk SGU dengan hak
opsi bagi lessor:
 Penghasilan yang dikenakan PPh adalah sebagian dari pembayaran SGU berupa
imbalan jasa SGU yaitu seluruh pembayaran SGU dikurangi dengan angsuran
pokok.
 Lessor tidak berhak menyusutkan atas aset tetap yang di-SGU-kan dengan hak
opsi.
 Dalam hal masa SGU lebih pendek dari masa yang ditentukan, maka Dirjen
Pajak melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor.
 Lessor dapat membentuk dana cadangan piutang tak tertagih yang dapat
dikurangi dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah 2,5% dari rata-
rata saldo awal dan saldo akhir piutang (PMK-81/PMK.03/2009).
 Kerugian sebenarnya yang disebabkan piutang yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih dibebankan pada perkiraan cadangan piutang tak tertagih.
Peraturan perpajakan untuk SGU dengan hak
opsi bagi lessor:
 Dalam hal cadangan piutang tak tertagih tidak atau tidak seluruhnya
dipakai untuk menutup kerugian sebagaimana dimaksud maka
jumlah kelebihan cadangan tersebut diperhitungkan sebagai
penghasilan, sedangkan dalam hal jumlah cadangan tersebut tidak
mencukupi maka kekurangannya diperhitungkan sebagai kerugian.
 Atas penyerahan jasa dalam transaksi SGU dengan hak opsi lessor
kepada lessee, dikecualikan dari pengenaan PPN. Tetapi penyerahan
barang dari lessor ke lessee dikenakan PPN.
 Besarnya angsuran PPh 25 setiap bulan bagi WP SGU dengan hak
opsi adalah sebesar jumlah PPh yang terutang berdasarkan laporan
keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan dibagi 12 (dua belas).
Sewa Guna Usaha tanpa Hak Opsi
(Operating Lease)
Kriteria suatu transaksi digolongkan sebagai SGU tanpa hak opsi adalah sebagai
berikut.
 Jumlah pembayaran SGU selama periode SGU pertama tidak dapat menutupi
harga perolehan aset tetap yang di-SGU-kan ditambah keuntungan keuntungan
yang diperhitungkan oleh lessor.
 Perjanjian SGU tidak memuat ketentuan tentang opsi untuk lessee.

Kedua syarat di atas menandakan bahwa suatu SGU digolongkan sebagai SGU
tanpa hak opsi, apabila lessor benar-benar tidak berniat menjual aset tetap tersebut
dan hanya ingin menyewakan saja. Jadi, SGU tanpa hak opsi adalah sewa
menyewa biasa, karena kepemilikan aset tetap masih berada di tangan lessor
sehingga yang berhak menyusutkan aset tetap adalah lessor.
Perlakuan perpajakan untuk lessor dan
lessee
Lessor Lessee
Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan
•  Beban penyusutan aset tetap → beban • Beban sewa → beban yang dapat
yang dapat dikurangkan (deductible dikurangkan (deductible expenses) untuk
expenses). penyewaan yang barang modalnya
termasuk objek PPh 23
•  Memotong PPh 23 atas pembayaran
• Penghasilan sewa → objek PPh final sewa.
atau PPh 15 atau PPh 23.

Pajak Pertambahan Nilai Pajak Pertambahan Nilai


•  Memungut PPN atas jasa sewa yang  -
diberikan.
Peraturan perpajakan untuk SGU tanpa hak
opsi bagi lessee
 Pembayaran SGU tanpa hak opsi yang dibayar atau
terutang oleh lessee adalah biaya yang dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto.
 Lessee wajib memotong PPh 23 atas pembayaran SGU
tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada
lessor.
 Atas penyerahan jasa dalam transaksi SGU tanpa hak opsi
dari lessor kepada lessee, dikenai utang PPN.
Peraturan perpajakan untuk SGU tanpa hak
opsi bagi lessor
 Seluruh pembayaran SGU tanpa hak opsi yang diterima
atau diperoleh lessor merupakan objek PPh.
 Lessor membebankan biaya penyusutan atas barang
modal yang di-SGU-kan tanpa hak opsi, sesuai dengan
ketentuan Pasal 11 UU PPh beserta peraturan
pelaksanaannya.
Contoh
 PTJocelyn membeli mesin produksi dengan cara
leasing pada tanggal 11 Maret 2012 dimana
pembelian ini merupakan capital lease dengan
periode leasing selama 4 tahun. Pada akhir masa
leasing ada opsi pembelian dengan harga
Rp2.000.000 tingkat bunga implicit 10%.
Pembayaran pertama dilakukan pada tanggal 11
Maret 2012.
Jawaban - Lessee :
Present Value (PV) leasing
= PV IFA Cicilan + PV IF nilai opsi
= Cicilan x 1 - 1 + 1 + Angsuran x 1 - 1
( 1 + i ) n-1 (1+i)n
i
= 1.500.000 x 1 - 1 + 1 + 2.000.000 x 1 - 1
( 1 +0,1 ) 3 ( 1 + 0,1)4
0,1
= (Rp1.500.000 x 3,4869) + (Rp2.000.000 x 0,6830)
= Rp5.230.350 + Rp1.336.000 = Rp6.596.350
Jurnal
Tanggal Keterangan Debit Kredit

  Aset tetap leasing 6.596.350 -


  Utang leasing jangka pendek - 1.374.239,58
11 Mar 2012 Utang leasing jangka panjang - 5.222.110,42
Utang leasing jangka pendek 137.324,96 -
Kas/Bank - 137.423,96

  Utang leasing jangka pendek 137.423,96 -


11 Apr 2012 Beban bunga 645.892,60 -
Kas/Bank - 783.316,56

Setiap tanggal 11 tiap bulan selama tahun 2012 dilakukan pembayaran untuk utang leasing dan bunga
leasing sebesar 10% dari sisa utang.

31 Des 2012 Utang leasing jangka panjang 1.649.087,52 -


Utang leasing jangka pendek - 1.649.087,52
Beban penyusutan aset leasing  957.572,92 -
Akumulasi depresiasi aset leasing - 957.572,92
Jawaban - Lessor :
Penghasilan atas leasing ini akan dikenakan PPh
badan sesuai tarif Pasal 17
Penyusutan Aset Tetap
Metode penyusutan yang diperbolehkan dalam
ketentuan perpajakan
 Metode garis lurus (straight line method) untuk
kelompok bangunan dan bukan bangunan.
 Metode saldo menurun (declining balance method)
untuk kelompok bukan bangunan saja, dan pada
akhir masa manfaat disusutkan sekaligus (closed
ended).
Klasifikasi Kelompok Harta
Kelompok Aset Masa Tarif Tarif
Tetap Manfaat Depresiasi Depresiasi
Garis Lurus Saldo Menurun
I.BukanBangunan
Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%

II.Bangunan
Permanen 20 Tahun 5% -
Tidak Permanen 10 Tahun 10% -
Aset Yang Penyusutannya Tidak Bisa
Dikurangkan Sebagai Biaya
• Biaya perolehan aset yang tidak mempunyai hubungan langsung
dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak
• Biaya perolehan aset yang digunakan untuk memberi penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan kepada karyawan, kecuali
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan
didaerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang ditetapkan dengan PMK-83/PMK.03/2009.
• Barang modal yang di-SGU-kan, baik SGU dengan hak opsi ataupun
tanpa hak opsi bagi lessee atau SGU dengan hak opsi bagi lessor.
Contoh :
 Gedung dibeli pada tanggal 1 Januari 2000 dengan harga
Rp600.000.000. estimasi masa manfaat gedung tersebut
menurut akuntansi adalah 30 tahun, sedangkan menurut pajak
adalah 20 tahun.

Jawaban :
Penyusutan Menurut Akuntansi
= Rp600.000.000 : 30 = Rp20.000.000

Penyusutan Menurut Pajak


= 5% x Rp600.000.000 = Rp30.000.000
Jurnal

Tanggal Keterangan Debit Kredit

31 Des 2011 Beban Penyusutan Gedung 20.000.000 -


Akumulasi Penyusutan Gedung    
- 20.000.000
Penghentian Aset Tetap
 Pertukaran Aset Tetap
 Pelepasan Aset Tetap
Revaluasi Aset Tetap
 Revaluasi aset tetap adalah suatu penilaian kembali atas aset tetap yang dimiliki
perusahaan sehingga sesuai dengan harga pasar saat dilakukannya revaluassi
tersebut.

Contoh:
Tanggal 31 Desember 2011 PT Benhur menerima Surat Persetujuan dari Dirjen
Pajak untuk melakukan revaluasi aset tetap yang dimilikinya. Berikut daftar aset
tetap yang akan direvaluasi:
 Tanah yang diperoleh pada Desember 2006 dengan harga perolehan
Rp500.000.000 dan harga revaluasi Rp1.000.000.000.
 Bangunan permanen yang diperoleh pada Januari 2009 dengan harga perolehan
Rp600.000.000 dan harga revaluasi Rp850.000.000 (masa manfaat akuntansi
sesuai dengan masa manfaat perpajakan).
 Mesin produksi yang termasuk pada kelompok 2 (masa manfaat akuntansi
sesuai dengan masa manfaat perpajakan), diperoleh pada Juli 2009 dengan
harga perolehan Rp100.000.000 dan harga revaluasi Rp200.000.000.
Penghasilan sebelum kompensasi rugi pada tahun berjalan sebesar
Rp350.000.000. Rugi fisikal yang belum dikompensasikan adalah
sebagai berikut:
 Rugi tahun 2010 Rp150.000.000
 Rugi tahun 2009 Rp125.000.000
 Rugi tahun 2008 Rp115.000.000

Metode penyusutan aset tetap baik akuntansi maupun perpajakan


menggunakan metode garis lurus.
Jawaban
Biaya perolehan tanah Rp 500.000.000
Biaya perolehan bangunan: Rp600.000.000
Akumulasi penyusutan: (Rp 90.000.000) → Rp600.000.000/20 x 3
Rp 510.000.000
Biaya perolehan mesin: Rp100.000.000
Akumulasi penyusutan: (Rp 31.250.000) → Rp100.000.000 x 30/(12 x 8)
Rp 68.750.000
Nilai tercatat aset tetap = Nilai Buku Fisikal Rp1.078.750.000

Harga Pasar (1.000.000.000 + 850.000.000 + 200.000.000) = Rp2.050.000.000


Nilai tercatat aset tetap = Nilai Buku Fisikal = Rp1.078.750.000
Surplus Revaluasi Aset Tetap = Selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk
tujuan perpajakan = Rp 971.250.000

PPh final = 10% x Rp971.250.000 = Rp97.125.000


Jurnal

Tanggal Keterangan Debit Kredit

Tanah 500.000.000 -
Bangunan 250.000.000 -
Akumulasi penyusutan bangunan 90.000.000 -
Mesin 100.000.000 -
Akumulasi penyusutan mesin 31.250.000 -
Surplus revaluasi aset tetap - 971.250.000
PPh final atas revaluasi aset tetap 97.125.000 -
Kas/Bank - 97.125.000
Aset Tidak Berwujud
 Aset tak berwujud adalah aset nonmoneter yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Cirri utama
aset tak berwujud ialah berupa benda yang tidak dapat dilihat
dan dipegang.

Entitas dapat mengakui aset tak berwujud, apabila:


 Kemungkinan entitas akan memperoleh manfaat ekonomis
masa depan dari aset tersebut; dan
 Biaya perolehan aset atau nilai aset tersebut dapat diukur
dengan andal.
Contoh Aset Tak Harga Perolehan
Berwujud Aset Tak
Berwujud

• Harga beli, termasuk bea impor


• Hak paten
dan pajak
• Hak cipta • Biaya-biaya yang dapat
• Merek (trade mark) diatribusikan secara langsung
• Goodwill dengan mempersiapkan aset
• Waralaba (franchise) hingga siap digunakan sesuai
dengan tujuannya.
Tarif Penyusutan Aset Tak Berwujud

Kelompok Harta Masa Tarif Tarif


Tak Berwujud Manfaat Depresiasi Depresiasi
Garis Lurus Saldo Menurun

Kelompok 1 4 Tahun 25% 50%


Kelompok 2 8 Tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 Tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 Tahun 5% 10%
Contoh
 PT Boki yang baru berdiri 2008 telah menghabiskan biaya sebesar
Rp50.000.000 untuk mendapatkan berbagai izin pengurusan pendirian
perusahaan. Biaya tersebut diperlakukan sebagai aset lainnya dan
memiliki masa manfaat 5 tahun (menurut pertimbangan pihak
manajemen), sehingga oleh perusahaan diamortisasi dengan metode
garis lurus.

Jawaban :
Penyusutan Menurut Akuntansi
= Rp50.000.000 : 5 = Rp10.000.000

Penyusutan Menurut Pajak


= 25% x Rp50.000.000 = Rp12.500.000
Jurnal

Tanggal Keterangan Debit Kredit


Saat Mengeluarkan
Biaya
Aset lainnya 50.000.000 -
Kas/Bank - 50.000.000
31 Desember 2008
Beban amortisasi 10.000.000 -
Aset lainnya - 10.000.000
 
Contoh 2
 PT Hercules pada tanggal 1 Januari 2012 mengeluarkan uang sebesar
Rp200.000.000 (belum termasuk PPN dan PPh 26) untuk
memperoleh waralaba dari McDoLPhin selama 4 tahun.
Jawaban :
PPN = 10% x 200.000.000 = 20.000.000
PPh Pasal 26 = 20% x 200.000.000 = 40.000.000

Penyusutan Menurut Pajak


Metode Garis Lurus
= 25% x Rp200.000.000 = Rp50.000.000
Metode Saldo Menurun
Tahun 1 = 50% x 200.000.000 = 100.000.000
Tahun 2 = 50% x 100.000.000 = 50.000.000
Tahun 3 = 50% x 50.000.000 = 25.000.000
Tahun 4 = 25.000.000
Jurnal
Tanggal Keterangan Debit Kredit

1 Jan 2012 Waralaba 200.000.000 -


Pajak masukan 20.000.000 -
Utang PPh 26 - 40.000.000
Kas/Bank - 180.000.000

31–Des-12 Beban amortisasi 50.000.000 -


Waralaba - 50.000.000

31-Des-13 Beban amortisasi 50.000.000 -


Waralaba - 50.000.000

31-Des-14 Beban amortisasi 50.000.000 -


Waralaba - 50.000.000

31-Des-15 Beban amortisasi 50.000.000 -


Waralaba - 50.000.000
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai