Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

Ureteral Injury From External Trauma: Missed Diagnosis Despite Extensive


Initial Radiologic Investigation

Suci Ramadhani
11120192122

PEMBIMBING:
dr. Suciati Hambali, Sp.B, M.Kes
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. x

 Tanggal Lahir : -

 Umur : 25 tahun

 Jenis Kelamin : Perempuan

 Pekerjaan :-

 Alamat : -

 Tanggal Masuk : -
ANAMNESIS
Seorang perempuan berusia 25 tahun dibawa ke Instalasi Rawat Darurat (IRD) Rumah
Sakit Dr. Soetomo (RSDS), setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 6 jam sebelumnya.
Kecelakaan berupa tabrakan frontal antara sepeda motor yang ditumpangi pasien dengan
sebuah truk dari arah berlawanan. Terdapat 2 penumpang lain di motor tersebut, dan
keduanya meninggal dunia di tempat kejadian. Pada exposure didapatkan adanya
ekskoriasi luas, mulai dari regio hemithorax inferior sampai dengan regio femur kiri
penderita.
Evaluasi dengan Focused Abdominal Sonography on Trauma (FAST) menunjukkan adanya cairan
bebas di Morrison’s pouch, yang mengindikasikan adanya kecurigaan suatu internal bleeding, sehingga
pada pasien dikerjakan Computed Tomography Scan (CT scan) abdomen dengan kontras, sekaligus
dengan one shoot Intra Venous Pyelography (one shoot IVP) atas indikasi adanya trauma tumpul
abdomen dengan gross hematuria. Dari hasil pemeriksaan CT scan abdomen dengan kontras serta one
shoot IVP didapatkan adanya trauma lien derajat I dan trauma ginjal kanan derajat IV. Dari kedua
pemeriksaan tersebut kemudian ditegakkan diagnosis trauma ginjal kanan derajat IV dengan
hemodinamik stabil. Evaluasi pelvic ring dengan foto polos pelvis proyeksi AP dan CT scan pelvis
dengan rekonstruksi 3 dimensi menunjukkan adanya fraktur four rami pubis (straddle fracture) dengan
fraktur iliac wing kanan serta disrupsi dari sacroiliac joint sebelah kanan. Selain itu juga didapatkan
fraktur processus transversus vertebrae lumbalis IV dan V kiri, dan fraktur processus spinosus vertebrae
lumbalis II sampai V.
Operasi reduksi terbuka dan fiksasi eksternal pelvis dikerjakan pada hari ke-7 perawatan.
Selama masa perawatan tersebut belum didapatkan kecurigaan adanya ruptur ureter.
Kecurigaan adanya trauma ureter baru muncul pada hari ke-2 setelah pemasangan fiksasi
eksternal, setelah ditemukan rembesan urine pada track fiksasi eksternal yang terpasang. Tidak
didapatkan tanda-tanda sepsis, maupun penurunan fungsi ginjal pada pasien.
PEMERIKSAAN FISIS

Keadaan umum

Sakit berat

Tanda – tanda vital

 Tekanan darah :-

 Nadi :-

 Pernapasan :-

 Suhu :-
Pemeriksaan Fisik
 Kepala : Tidak dijelaskan dalam jurnal
 Mata : Tidak dijelaskan dalam jurnal
 Hidung : Tidak dijelaskan dalam jurnal
 Telinga : Tidak dijelaskan dalam jurnal
 Mulut : Tidak dijelaskan dalam jurnal
 Leher : Tidak dijelaskan dalam jurnal
 Thorax : Tampak ekskoriasi dengan defek kulit di regio thorax inferior
 Abdomen : Tampak ekskoriasi dengan defek kulit
 Ekstremitas : Tampak ekskoriasi dengan defek kulit femoris kiri , didapatkan
unstable pelvis.Tidak didapatkan jejas di regio flank kanan.
Kondisi klinis pasien. Tampak ekskoriasi dengan defek kulit
yang luas di regio thorax inferior, abdomen sampai femoris kiri
(sebagian besar tertutup kasa). Tidak tampak jejas yang berarti
di regio flank kanan maupun suprapubik
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Pemeriksaan laboratorium : kadar hemoglobin 3,3 g/dL, kadar leukosit


sebesar 10200 sel/cmm.
 Tes fungsi ginjal : kreatinin serum 0,7 mg/dL
 
Radiologi :
 CT scan
 IVP
 Foto polos
 Retrograde Pyelography (RPG)
Imaging traktus urinarius saat pasien datang. CT scan abdomen irisan axial dan sagital
menunjukkan adanya laserasi parenkim ginjal yang mencapai sistem pelvikaliseal.
Sedangkan pada IVP one-shoot tampak gambaran ekstravasasi kontras di sebelah
kanan, dengan visualisasi sistem pelvikaliseal ginjal kanan yang tidak jelas. Tampak
juga adanya hematoma subkapsuler lien
Foto polos pelvis proyeksi AP dilanjutkan dengan CT scan pelvis dengan
rekonstruksi 3 dimensi menunjukkan adanya fraktur four rami pubis serta
fraktur iliac wing kanan dengan disrupsi sacroiliac joint kanan.
Fraktur processus transversus vertebrae lumbalis IV Dengan pemeriksaan yang sama, tampak adanya fraktur
dan V kiri tampak pada CT scan pevis dengan
processus spinosus vertebrae lumbalis II-V.
rekonstruksi 3 dimensi.
Re-imaging traktus urinarius atas indikasi kebocoran urine melalui track fiksasi eksternal
pelvis. Dari CT scan dan IVP one-shoot tersebut tampak adanya ekstravasasi kontras setinggi
corpus vertebra lumbalis III kanan, mengesankan suatu ruptur ureter. Tampak juga bahwa
kontur ginjal tampak normal pada pemeriksaan ini, berbeda dengan gambaran sebelumnya
yang menunjukkan adanya ruptur ginjal derajat 4
Retrograde Pyelography (RPG) durante operasi, menkonfirmasi
adanya ekstravasasi kontras dengan kecurigaan lokasi ruptur
ureter berada setinggi corpus vertebra lumbalis III, menegakkan
diagnosis ruptur ureter proksimal kanan
DIAGNOSA
 Cedera otak ringan + trauma lien derajat I + trauma ginjal kanan
derajat IV + fraktur four rami pubis + fraktur iliac wing kanan + disrupsi
sacroiliac joint kanan + fraktur processus transversus vertebrae lumbalis IV-
V kiri + fraktur processus spinosus vertebrae lumbalis II-V.
 Ruptur Ureter Proksimal Kanan
PENATALAKSANAAN
 Tirah baring total, pemberian antibiotika, analgetika dan antifibrinolitik parenteral, serta
observasi ketat tanda vital, produksi dan kualitas urine, serta parameter laboratorium dan
urinalisis.

 Memasang pelvic sling, sambil mengoptimalkan kondisi pasien untuk tindakan reduksi
terbuka dan fiksasi eksternal pelvis secara elektif.

 Trauma ureter : dilakukan debridement dan freshening dari tepi-tepi stump ureter,
dilakukan penyambungan dengan teknik end to end, dengan spatulasi, dan dilakukan
pemasangan double j stent (dj stent)
Eksplorasi durante operasi menunjukkan adanya ruptur total ureter proksimal kanan, dengan
stump distal berada setinggi vertebra lumbalis III dan stump proksimal berada tepat di distal UPJ,
gambaran cedera yang sesuai dengan trauma ureter akibat cedera akselerasi-deselerasi.

Hasil akhir operasi menunjukkan anastomosis ureter yang


tension-free.
(kanan) menunjukkan DJ stent kanan yang terpasang dengan baik
 Follow up
Perjalanan paska operasi berjalan tanpa komplikasi. Kateter uretra dipertahankan
selama 1 minggu untuk mencegah terjadinya refluks serta karena pasien belum dapat
mobilisasi dengan baik. Redon drain dilepas pada hari ke-4, dan tidak ada tanda-
tanda kebocoran urine setelah itu. Pasien masih menjalani beberapa operasi lanjutan
oleh bagian orthopedi untuk revisi fiksasi pelvis dan penutupan defek kulit, dan
dipulangkan 1 bulan setelah operasi dalam kondisi yang baik, serta tanpa keluhan
urologi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai