OLEH KELOMPOK 6:
1. Al-Hanifah Armes
2. Dera Rahmi Gusti Fauziah
3. Fitriatul Munnawaroh
4. Oktaghina Jennisya
5. Raisatul Mahmudah
6. Teguh Wiradharma
Eleminasi merupakan pengeluaran racun atau
produk limbah dari dalam tubuh. Eliminasi
merupakan proses pembuangan sisa-sisa
metabolisme tubuh. Pembuangan dapat melalui
urine atau bowel. (Tarwoto & Wartonah, 2006).
1. Konstipasi
2. Impaksi Fekal (Fekal Impaction)
:masa feses yang keras di lipatan
rektum
3. Diare
4. Inkontinensia Fekal GANGGUAN ELIMINASI URINE
5. Kembung
6. Hemoroid
1. Poliuria
2. Oliguria dan Anuria
3. Nokturia
4. Retensi urine
5. Inkontinensia Urine
6. Enuresis (mengompol)
7. Kandung Kemih Neurogenik
8. Urgensi (desakan)
KETERAMPILAN KLINIS
ELIMINASI FEKAL
Menggunakan Pispot Untuk Defekasi:
1
dilakukan pada klien yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan eliminasi alvi secara Pemberian Gliserin Per Rektal:
mandiri di kamar kecil, dilakukan dengan dilakukan dengan memasukkan cairan
menggunakan pispot (penampung). gliserin ke dalam poros usus dengan
menggunakan spuit gliserin. Tindakan ini
4 dapat dilakukan untuk merangsang
Huknah rendah adalah dengan cara
2 memasukkan cairan hangat ke dalam peristaltik usus sehingga pasien dapat
kolon desendens dengan menggunakan defekasi (khususnya pada pasien yang
kanula rektal melalui anus. Huknah mengalami sembelit) dan juga dapat
rendah dilaksanakan sebelum operasi dan dilakukan untuk persiapan operasi.
pasien yang mengalami obstipasi.
Huknah tinggi adalah tindakan
3 memasukkan cairan hangat ke dalam
kolon asendens dengan menggunakan
kanula usus. Tindakan ini dapat dilakukan
pada pasien yang akan dilakukan tindakan
pembedahan umum.
KETERAMPILAN KLINIS
ELIMINASI FEKAL
Kateterisasi:
1
Kateterisasi adalah pemasangan selang
kateter melalui uretra kedalam kandung
kemih. Seperti juga mengalirkan urin,
kateterisasi dapat digunakan selama
pembedahan untuk mempertahankan
2 Bladder training:
kandung kemih kosong. Indikasi
Bladder training merupakan salah satu
penggunaan kateter yaitu untuk pasien
upaya untuk mengembalikan kandung
yang tidak mampu melakukan urinisasi,
kemih yang mengalami gangguan ke
untuk menentukan perubahan jumlah urin
keadaan normalatau ke fungsi optimal.
sisa dalamkandung kemih setelahbuang
Bladder training dapat digunakan untuk
air kecil,untuk menghasilkan drainase
salah satu terapi inkontinensia dan untuk
padapasca operasi pada kandung kemih,
melatih kembali tonuskandung kemih
daerah vagina atau prostat.
setelah pemasangan kateter dalam jangka
waktu lamadalam mencegah inkontinensia
ANALISA KASUS
PENGKAJIAN
DS :
- Tn. A mengatakan anaknya sudah 5 hari merasakan sakit perut bagian suprapubic. Infeksi Saluran Kemih Gangguan eliminasi urine
- An.K mengatakan nyeri saat BAK seperti diremas-remas, perih & takut BAK.
- An.K mengatakan bila buang air kecil warna urinya keruh, dan ada darah.
DO :
- An. K Tampak menahan nyeri dan terkadang menangis.
- Urine berwarna keruh dan adanya hematuria.
- Urine 250 cc
- TTV: RR = 28x/mnt, N= 108x/mnt, S= 40C
DS :
- Tn. A mengatakan badan anaknya panas. Peningkatan laju Hipertermi
- An. K mengatakan takut untuk banyak minum. metabolisme, Penyakit
DO :
- TTV : S = 40 ℃
- An. K tampak pucat.
- Kulitnya teraba hangat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hipertermi b/d
peningkatan laju
metabolisme, penyakit
DX. TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWA
TAN
EVALUASI KEPERAWATAN
dilakukan dengan pendekatan SOAP dengan penjelasan, S: respon subjektif terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan, O: respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilakukan, A: analisis terhadap data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah tetpap ada, munculnya masalah baru atau ada data kontradiksi terhadap masalah yang
ada, P: tindak lanjut berdasarkan analisis respon pasien (Hidayat, 2009).
Pada gangguan eliminasi pada tahap evaluasi ini diharapkan :
Klien mampu eliminasi dengan normal
Klien tidak menunjukkan tanda-tanda komplikasi
Tanda-tanda vital menunjukkan normal
TERIMA KASIH