Anda di halaman 1dari 24

Benign prostate

hyperplasia
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT POLRI KRAMAT JATI
ANATOMI KELENJAR PROSTAT

• Organ genitalia pria yang


terletak di sebelah inferior
buli – buli, di depan rectum
dan membungkus uretra
posterior
• Mengelilingi uretra pars
prostatica
• Tebal: ± 2 cm, panjang: ± 3
cm, lebar: ± 4 cm
• Berat ± 20 gram
• Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan
salah satu komponen dari cairan ejakulat (± 25% dari
seluruh volume ejakulat)→ dialirkan melalui duktus
sekretorius → bermuara di uretra posterior →
dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada
saat ejakulasi.
• Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung
pada hormon testosteron → di dalam sel – sel
kelenjar prostat hormon ini akan diubah menjadi
metabolit aktif dihidrotestoteron ( DHT ) dengan
bantuan enzim 5α – reduktase.
• Dihidrotestoteron → memacu m–RNA di dalam sel –
sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth
factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat.
BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA

• Benign Prostate Hyperplasia (BPH) adalah


pertumbuhan berlebihan sel - sel prostat yang tidak
ganas.
• Istilah BPH secara histopatologis yaitu hiperplasia sel
stroma dan sel epitel kelenjar prostat.
• BPH terjadi pada sekitar 70% pria di atas usia 60
tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada
pria berusia di atas 80 tahun
ETIOLOGI

• Teori Dihidrotestosteron
DHT dibentuk dari testosterone di dalam sel prostat oleh enzim 5α- reduktase dengan
bantuan koenzim NADPH → berikatan dengan reseptor androgen ( RA )
membentuk kompleks DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein
growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat.

• Ketidakseimbangan Antara Estrogen – testosteron


Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan kadar estrogen
relatif tetap → perbandingan estrogen : testosteron ↑. Estrogen di dalam prostat →
meningkatkan sensitifitas sel – sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen,
meningkatkan jumlah reseptor androgen dan menurunkan jumlah kematian sel –
sel prostat ( apoptosis ) → proliferasi sel – sel kelenjar prostat.
• Interaksi Stroma – Epitel
Setelah sel – sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel – sel
stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel – sel
epitel secara parakrin.

• Berkurangnya Kematian Sel Prostat


Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa, penambahan
jumlah sel – sel prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang.
Berkurangnya jumlah sel – sel prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan
jumlah sel – sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat sehingga
menyebabkan pertambahan massa prostat.

• Teori Sel Stem


Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai
kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. terjadinya proliferasi sel – sel pada BPH
dipostulasikan sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi
yang berlebihan sel stroma atau sel epitel.
MANIFESTASI KLINIS

Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS)


Jumlah nilai :
0 = baik sekali
1 = baik
2 = kurang baik
3 = kurang
4 = buruk
5 = buruk sekali
•Setiap pertanyaan
dihubungkan dengan keluhan
miksi diberi nilai dari 0-5,
sedangkan keluhan yang
menyangkut kualitas hidup
pasien diberi nilai dari 0-6
•Dari skor IPSS dapat
dikelompokan gejala LUTS
dalam 3 derajat, yaitu
(1) ringan : skor 0-7
(2) sedang : skor 8-19
(3) berat : skor 20-35.
PEMERIKSAAN KLINIS
 Digital Rectal Examination ( DRE )
Pada perabaan prostat harus diperhatikan :
• Konsistensi pada pembesaran prostat kenyal
• Adakah asimetri
• Adakah nodul pada prostat
• Apakah batas atas dapat diraba dan apabila batas atas masih dapat
diraba biasanya besar prostat diperkirakan < 60 gr.
 Palpasi suprasimpisis : buli penuh/tidak?
 Palpasi pinggang : nyeri / massa ?
 Genitalia eksterna : meatal stenosis, fimosis, urethral discharge
Derajat berat hipertrofi prostat berdasarkan
teraba/tidaknya pole atas

• Grade 1 : pole atas mudah dicapai


• Grade 2 : pole atas dapat dicapai tetapi sulit
• Grade 3 : pole atas hanya teraba pada rectal toucher bimanual
• Grade 4 : pole atas tidak teraba
Derajat berat hipertrofi prostat berdasarkan
clinical grading

Derajat Colok Dubur Sisa Volume Urin

I Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba < 50 ml

II Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai 50 – 100 ml

III Batas atas prostat tidak dapat diraba > 100 ml

IV   Retensi urin total


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium:
•Urinalisis
Menilai leukosituria, hematuria
•Faal ginjal
Penilaian fungsi ginjal harus dilakukan jika dicurigai adanya gangguan fungsi ginjal,
berdasarkan riwayat dan pemeriksaan klinis atau dengan adanya hidronefrosis atau ketika
mempertimbangkan tindakan bedah untuk LUTS pada laki-laki

• Pemeriksaan PSA (prostat spesifik antigen)


PSA tinggi menyebabkan: pertumbuhan volume prostat lebih cepat, keluhan laju
pancaran urin lebih jelek, dan lebih mudah terjadi retensi urine akut.
Pada pasien dengan usia diatas 50 tahun atau 40 tahun (kelompok risiko tinggi)
dianjurkan pemerksaan PSA karena penting untuk mendeteksi karsinoma prostat
Aapabila kadar PSA >4 mg/ml, biopsi prostat dipertimbangkan.
• Uroflowmetry (pancaran urin)
• volume berkemih
• laju pancaran maksimum (Qmax)
• laju pancaran rata-rata (Qave)
• waktu yang dibutuhkan untuk mencapai laju pancaran maksimum
• dan lama pancaran.
• Pemeriksaan ini dipakai untuk mengevaluasi gejala obstruksi infravesika, baik
sebelum maupun setelah terapi.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosa banding BPH

Kondisi Gejala

 Diabetes mellitus Frekuensi, aliran dan volume urin normal

 Sistitis , kanker buli, batu buli Gejala iritasi

 Prostatitits Gejala iritasi dan obstruksi


 Divertikulum buli
 Kondisi neurologis (injuri medulla spinalis, kelainan
medulla spinalis dsb)
 Riwayat minum obat (antikolinergik, antidepresan,
dekongestan, tranquilezer)

 Kanker prostat Gejala obstruksi


 Striktur uretra
 Kontraktur/striktur buli
PENATALAKSANAAN
Watchful waiting
• Untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah 7, yaitu keluhan
ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
(1)  jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah
makan malam,
(2)  kurangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada
kandung kemih (kopi atau cokelat),
(3)  batasi penggunaan obat-­­obat influenza yang mengandung
fenilpropanolamin,
(4)  jangan menahan kencing terlalu lama.

Kontrol berkala (3-6 bulan)


• Medikamentosa
- Α blocker: Mengendurkan otot polos prostat dan leher kandung
kemih, yang membantu untuk meringankan obstruksi kemih
disebabkan oleh pembesaran prostat di BPH.
- 5 α reductase inhibitor
sintesis protein dan replikasi sel-sel prostat menurun.
PEMBEDAHAN
INDIKASI
(1) retensi urine akut;
(2) gagal Trial Without Catheter (TWOC);
(3) infeksi saluran kemih berulang;
(4) hematuria makroskopik berulang;
(5) batu kandung kemih;
(6) penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh
obstruksi akibat BPH;
(7) dan perubahan patologis pada kandung kemih dan
saluran kemih bagian atas
INVASIF MINIMAL

 TRANSURETHRAL RESECTION OF PROSTATE (TURP)


• TURP merupakan tindakan baku emas pembedahan pada pasien
BPH dengan volume prostat 30-80 ml
• Mengerok jaringan prostat dengan alat cauter (daya watt tinggi
> 300 watt) + menggunakan cairan irigan aquadest atau glisin
• Penyulit dini yang dapat terjadi pada saat TURP bisa berupa
perdarahan yang memerlukan transfusi ( 0-9%), sindrom TUR (0-
5%), retensi bekuan darah (0-39%), dan infeksi saluran kemih (0-
22%)
• Laser prostatektomi
• Transurethral Incision of the Prostate (TUIP)
KOMPLIKASI TURP

• komplikasi jangka panjang yang dapat terjadi meliputi


• inkontinensia urin (2,2%),
• stenosis leher kandung kemih (4,7%),
• striktur urethra (3,8%),
• ejakulasi retrograde (65,4%),
• disfungsi ereksi (6,5-14%),
• retensi urin
• UTI.
Operasi terbuka

Prostatektomi
•Merupakan cara operasi paling invasif dengan morbiditas yang lebih
besar
•Penyulit dini: perdarahan yang membutuhkan transfusi saat operasi (7-
14%)
•Mortalitas perioperatif (30 hari pertama) <0,25%
•Komplikasi jangka panjang berupa kontraktur leher kandung kemih dan
striktur uretra (6%) dan inkontinensia urin (10%)
Lain-lain

1. Trial without Catheterization (TWOC)


2. Clean Intermittent Catherization (CIC)
3. Sistotomi
4. Kateter Menetap

Anda mungkin juga menyukai