Anda di halaman 1dari 24

Airway Management

CATURIA SASTI SULISTYANA, S.Kep.Ns., M.Kep


Respiratory
System
PRINSIP
 Tanpa makanan  Beberapa minggu

 Tanpa minum  Beberapa hari

 Tanpa O2  Tidak dapat bertahan lama

 Sumbatan jalan nafas  tidak mendapat pasokan O2 < 5 menit 

OTAK RUSAK PERMANEN


Penyebab sumbatan jalan nafas
• Trauma pada wajah  fraktur/ dislokasi dg gangguan orofaring & nasofaring 
perdarahan, peningkatan sekresi

• Fraktur ramus mandibular (bilateral)  lidah jatuh ke belakang

• Perlukaan pada leher  kerusakan laring/ trakea, perdarahan dalam jaringan


lunak menekan jalan nafas

• Ada muntahan, darah, benda asing dalam mulut/


mulut orofaring  aspirasi

• Trauma/ infeksi  edema laring akut


Tanda

1. Hipoksia  gelisah

2. Retraksi otot bantu nafas

3. Suara nafas tambahan

4. Sianosis

5. Kelelahan, meninggal
Langkah yang harus dilakukan
1. Nilai jalan nafas
a. Look = lihat gerakan nafas/ pengembangan dada, retraksi/ penggunaan otot bantu
nafas, warna mukosa/ kulit (sianosis), kesadaran (gelisah/agitasi
b. Listen = dengarkan aliran udara pernafasan.
a) Obstruksi parsial daerah faring – laring:
Snoring (ngorok= benda padat), gurgling (kumur = cairan), stridor (suara
nafas kasar = sumbatan di plika vokalis  turbulensi aliran udara,)
b) Obstruksi pada faring
Hoarseness (parau) hingga tidak dapat bersuara (disfonia)
c) Obstruksi total == ada atau tidak pernafasan pada menit-menit pertama, bila
kurang dari 2 menit -- apneu
c. Feel = rasakan udara yang dikeluarkan dari hidung dan mulut menggunakan pipi
penolong
Langkah yang harus dilakukan
2. Bicara pada pasien
a. Ada jawaban  bebas
b. Tidak ada jawaban  px tidak sadar
a) Lidah kehilangan kekuatan otot  terjatuh ke belakang, dinding rongga mulut 
trakea tertutup
b) Cedera kepala dan leher --) amankan cervical spine  imobilisasi (in-line
imobilisation)
3. Beri O2
4. Bebaskan jalan nafas
5. Menjaga stabilitas cervical spine pada pasien trauma
a. Ada jejas di atas clavicula
b. Riwayat kecelakaan dg kecepatan tinggi (high velocity trauma)
c. Trauma dengan defisit neurologis
d. Multiple trauma
Cara mengatasi obstruksi
A. Obstruksi Parsial

1. Snoring (ngorok= benda padat)


 Head tilt. Chin lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/ nasofaring, ETT

2. Gurgling (kumur = cairan)


 Finger sweep, suction

3. Stridor (suara nafas kasar = sumbatan di plika vokalis  turbulensi aliran udara

B. Obstruksi total = bila < 2 menit – apneu

1. Back blow

2. Abdominal thrust

3. Chest thrust
Pembebasan jalan nafas
Tindakan utk menjamin pertukaran udara secara normal shg pasien tidak terjadi hipoksia
dan/atau hiperkarbia
Tujuan: Jalan nafas tetap bebas  udara masuk ke paru normal  pasokan O2 adekuat
MEMBEBASKAN JALAN NAFAS TANPA ALAT
1.Head tilt (dorong kepala ke belakang)
2.Chin lift (tindakan mengangkat dagu)

3.Jaw trust (tindakan megangkat sudut rahang bawah ke depan)


Pembebasan jalan nafas TANPA alat
1. Head tilt
 Bila jalan nafas tertutup pangkal lidah  snoring
 Tidak dapat dilakukan bila diduga ada fraktur cervikal
 Cara: letakkan telapak tangan di dahi pasien, dorong dahi ke arah belakang pelan-pelan hingga
kepala tengadah
2. Chin lift (tindakan mengangkat dagu
 Mengangkat otot pangkal lidah ke depan  membuka jalan nafas optimal
 Sering bersamaan dengan head tilt
 Tidak dapat dilakukan bila diduga ada fraktur cervical
 Cara: gunakan jari tengah dan telunjuk memegang tulang dagu pasien, angkat & dorong ke depan
Pembebasan jalan nafas TANPA alat
3. Jaw trust (tindakan megangkat sudut rahang bawah ke depan)
• Dapat dilakukan pada pasien yang diduga ada fraktur leher
• Dilakukan dengan modifikasi fiksasi leher
• Cara:
1) Dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan  barisan gigi bawah di depan barisan gigi atas
2) Pertahankan mulut pasien sedikit terbuka
Pembebasan jalan nafas DENGAN alat
1. Orofaring tube (Mayo)
 Tujuan:
a. Utk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka
b. Menahan pangkal lidah tidak jatuh ke belakang
c. Pengganjal rahang
 Hanya utk px koma (GCS <10)
 Bila GCS 8-10  refleks muntah, spasme laring, mencegah lidah/ ETT tergigit
 Teknik pemasangan
1)Ukur panjang OTT dari sudut bibir smp tragus atau dari tengah bibir smp angulus mandibular
2)Basahi OTT agar licin
3)Buka mulut px dg menggunakan ibu jari & telunjuk
4)Arahkan lengkungan menghadap langit-langit, masukkan setengah lalu putar pipa 180 0 (mengkungan
menghadap lidah)
5)Dorong pelan sampai posisi tepat
6)Lihat, dengar, dan raba nafasnya
Pembebasan jalan nafas DENGAN alat
2. Nasofaring tube
 Terbuat dari karet atau plastic atau silicon lembut
 Sebagai jalan aliran udara antara hidung dan faring
 Utk px tidak sadar maupun penurunan kesadaran (GCS >10), bernafas spontan
 Tidak menimbulkan refleks muntah & batuk
 Tidak untuk menyangga lidah
 Perlu perhatian khusus pada kasus fr.basis kranii atau trauma maksilofasial
 Teknik pemasangan
1)Ukur panjang pipa dari ujung hidung smp tragus, diameter sesuai jari kelingking tangan kanan px
2)Beri jelly pada pipa, tetesi kedua lubang hidung dengan larutan vasokonstriktor
3)Masukkan melalui lubang hidung, arahkan ujung ke arah telinga
4)Saat ada hambatan saat dimasukkan, jangan dipaksa, putar sedikit pipa. Bila masih gagal
masukkan melalui lubang hidung satunya
5)Dorong pelan hingga seluruh pipa masuk dasar nasofaring, fiksasi
Pembebasan jalan nafas DENGAN alat
2. Nasofaring tube (continue…)
Advanced airway management
1. Endotracheal Tube (ETT)
a. Intubasi orotracheal
A. Keuntungan
1) Pemasangan mudah
2) Jalur lebih pendek
3) Mudah pembersihan sekresi
4) Tidak mudah tertekuk
B. Kerugian
1) Perlu laryngoscope  perlu sedasi
2) Mudah bergeser
3) Mudah tertekuk bagian di luar mulut, tergigit
4) Kesulitan menelan & berkomunikasi
5) Hygiene oral sulit
6) Fiksasi mudah lepas
7) Kerusakan laring
Advanced airway management
1. Endotracheal Tube (ETT)
b. Intubasi nasotracheal
A. Keuntungan
1) Fiksasi mudah
2) Lebih nyaman
3) Kurang perlu sedasi
4) Hygiene oral lebih mudah
5) Dapat menelan & berkomunikasi
B. Kerugian
1) Pemasangan perlu keahlian lebih
2) Mudah tertekuk
3) Radang sinus
4) Sering menyebabkan cedera jaringan lunak
& kerusakan laring
Advanced airway management
2. Laringeal Mask Airway (LMA)
 Tanpa menggunakan laryngoscope
 Tujuan
Memberi nafas buatan lebih mudah
Advanced airway management
3. Krikotirotomi
 Menembus/ membuka membran krikotiroid menggunakan jarum besar berkanul / pisau
 Tujuan
1. Mengatasi sementara hipoksia berat akibat obstruksi jalan nafas bagian atas
2. Cedera atau edema atau tumor pada jalan nafas bagian atas
 Jenis:
1. Krikotirotomi dengan jarum  hanya sementara (± 20 menit)
Advanced airway management
3. Krikotirotomi
2. Krikotirotomi dengan pembedahan  pisau
Membersihkan jalan nafas TANPA alat
• Cross Finger  pada px tidak sadar  ibu jari & telunjuk disilangkan, menekan
gigi atas dan gigi bawah

• Finger sweep  membersihkan jalan nafas secara manual

Teknik:
1. Miringkan kepala px

2. Buka mulut dg jaw thrust & tekan dagu ke bawah

3. Gunakan 2 jari (telunjuk & jari tengah) yg bersih/ dibungkus kassa dengan gerakan
menyapu di rongga mulut
Membersihkan jalan nafas DENGAN alat
• Indikasi
1. Px tidak sadar

2. Tdp sumbatan benda padat di dasar rongga mulut  tidak mungkin dibersihkan dg jari

• Alat:
1. Suction (penghisap)
 Suara nafas tambahan gurgling  sumbatan benda cair

2. Forcep (penjepit)

Anda mungkin juga menyukai