Anda di halaman 1dari 13

PENYELIDIKAN

Samsudi
PENYELIDIKAN

 Penyelidikan adalah serangkaian tindakan


penyelidikan untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan
menurut cara yang diatur menurut undang-undang
ini.
(Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 butir 5).

PENYELIDIK
 Adalah setiap pejabat polisi negara Republik Indonesia
Pasal 5 KUHAP :
(1) Penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 :
a. Karena kewajibannya mempunyai wewenang :
1. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya
tindak pidana;
2. Mencari keterangan dan barang bukti;
3. Menyuruh berhenti seseorang yang dicurigai dan menanyakan serta
memeriksa tanda pengenal diri;
4. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
b. Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa :
1. Penangkapan, larangan meninggalkan tempat, penggeledahan dan
penyitaan;
2. Pemeriksaan dan penyitaan surat;
3. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
4. Membawa dan menghadapkan seorang pada penyidik.
(2) Penyelidik membuat dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan
tindakan sebagaimana tersebut pada ayat (1) huruf a dan huruf b kepada
Penyidik.
LAPORAN

Adalah suatu pemberitahuan dari seseorang


kepada alat-alat kekuasaan negara tentang
telah dilakukannya suatu tindak pidana oleh
seseorang.
1. Berkenaan dengan tindak pidana biasa
(gewone delict);
2. Tidak dapat di cabut kembali;
3. Dapat dilakukan oleh setiap orang;
4. Waktu sebelum daluwarsa.
PENGADUAN

Adalah suatu pemberitahuan dari seseorang kepada


alat-alat kekuasaan negara yang dianggap berwenang
untuk menerima pengaduan yang telah dilakukannya
suatu tindak pidana oleh orang lain yang telah
merugikan kepentingan hukum dirinya sendiri atau
orang lain yang menjadi tanggung jawabnya untuk
memelihara, mengawasi atau mendidik orang
tersebut.
1. Berkenaan dengan tindak pidana aduan (klacht delict);
2. Dapat dicabut kembali;
3. Dapat dilakukan oleh orang tertentu;
4. Dibatasi waktu : 6 – 9 bulan.
LAPORAN SEBAGAI KEWAJIBAN

a. setiap orang yang mengetahui tentang adanya suatu


permufakatan jahat untuk melakukan suatu tindak
pidana terhadap ketenteraman dan keamanan umum,
terhadap nyawa atau terhadap hak milik;
b. setiap pegawai negeri yang dalam rangka
melaksanakan tugasnya mengetahui terjadinya
suatu tindak pidana, dan menjadikan perbuatan
menyampaikan laporan itu sebagai hak bagi setiap
orang yang mengalami, melihat/menyaksikan atau
menjadi korban dari suatu tindak pidana.
a. Delik Aduan Absolut
Adalah cukup apabila pengadu hanya
menyebutkan peristiwanya saja.
Misal :
Pasal 284 KUHP (onsplitsbaar);
 
b. Delik Aduan Relatif
Pengadu harus menyebutkan orangnya
yang ia duga telah merugikan dirinya.
Pasal 5 ayat (1) a.4. KUHAP
Penyelidik karena kewajibannya mempunyai wewenang :
 Untuk melakukan tindakan lain menurut hukum yang
bertanggung jawab.
SYARAT :
a. Tidak bertentangan dengan suatu aturan hukum;
b. Sesuai dengan kewajiban hukum yang
mengharuskan dilakukannya tindakan jabatan;
c. Tindakan itu harus patut dan masuk akal dan
termasuk dalam lingkungan jabatannya;
d. Atas pertimbangan yang layak berdasarkan keadaan
memaksa;
e. Menghormati hak azasi manusia.
“TINDAKAN LAIN” = PASAL 5 ayat (1) a.4. KUHAP

Berkaitan dengan ketentuan pidana


seperti yang diatur dalam :
a. Pasal 48 KUHP : overmacht;
b. Pasal 49 ayat (1) KUHP : noodweer;
c. Pasal 49 ayat (2) KUHP :noodweer exes;
d. Pasal 50 KUHP :melaksanakan
peraturan per-UU-an;
e. Pasal 51 KUHP :melaksanakan
perintah jabatan.
KEADAAN MEMAKSA

Terjadi konflik/suatu pertentangan antara :


1. Suatu kepentingan hukum dengan suatu
kepentingan hukum yang lain;
2. Suatu kepentingan hukum dengan suatu
kewajiban hukum;
3. Suatu kewajiban hukum dengan suatu
kewajiban hukum yang lain.
PENYIDIK

Pasal 6 KUHAP :
(1) Penyidik adalah :
a. Pejabat polisi negara RI;
b. Pejabat pegawai negeri sipil (PNS) tertentu
yang diberi wewenang khusus oleh UU;
(2) Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) akan diatur lebih
lanjut dalam peraturan pemerintah (PP).
Pasal 2 PP No. 27 tahun 1983 :
a. Pejabat polisi negara RI tertentu dengan sekurang-
kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua polisi;
b. Pejabat PNS tertentu yang sekurang-kurangnya
berpangkat Pengatur Muda tingkat I (Golongan II b)
atau yang disamakan dengan itu. (+ S1 Hukum= SH)

 Dalam hal di polsek tidak ada Pelda = maka


komandan sektor kepolisian (Kapolsek) yang
berpangkat bintara di bawah Pelda polisi karena
jabatannya adalah Penyidik.

Anda mungkin juga menyukai