kawasan pantai barat dan timur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada tanggal 26 Desember 2004 telah menimbulkan berbagai masalah yang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk mengatasinya 1. hilangnya sebagian lahan usahatani karena terendam air laut secara permanen, 2. rusaknya lahan usahatani oleh erosi, 3. meningkatnya kadar garam (salinitas) tanah, 4. rusaknya sistem irigasi dan drainase, 5. lumpuhnya sistem produksi dan pemasaran hasil pertanian 6. rendahnya ketersediaan tenaga kerja pertanian yang terampil. Kerusakan Akibat Tsunami • Tsunami menyebabkan tercemarnya lahan pertanian karena intrusi air laut dan terendapnya lumpur berkadar garam tinggi di atas permukaan tanah. • Ketebalan lumpur ini bervariasi dari <5 cm sampai sekitar 20 cm. Air laut yang inilah yang menyebabkan meningkatnya salinitas tanah sehingga akan merusak kesuburan dan tanaman tidak akan mati. • Garam pada lumpur juga dapat terinfiltrasi ke dalam tanah dan berpotensi untuk meningkatkan salinitas tanah di daerah perakaran, merusak struktur tanah, dan mencemari air tanah. • Untuk dapat dimanfaatkan kembali maka lahan-lahan tersebut harus direhabilitasi Salinitas tanah adalah kandungan garam garam yang berada di tanah. Proses peningkatan kadar garam disebut dengan salinisasi. Garam adalah senyawa alami yang berada di tanah dan air. Salinisasi dapat disebabkan oleh proses alami seperti pencucian mineral atau penarikan deposit garam dari lautan
Sedangkan sodisitas menunjukkan tingginya kandungan Na ditanah
• Penelitan Balittanah 2005 dengan mengambil lumpur tsunami pada 1, 7, 9, dan 12 bulan setelah tsunami. Pengaruh Salinitas pada tanaman padi STRATEGI REHABILITASI
Pencegahan dan rehabilitasi lahan pertanian pasca
tsunami diperlukan untuk mengembalikan produktivitas lahan pertanian di NAD. Tiga tindakan perlu dilakukan untuk mencegah kerusakan dan memulihkan kembali produktivitas lahan pertanian, khususnya sawah, di daerah bekas tsunami, adalah: 1) tindakan pencegahan, 2) tindakan rehabilitasi, dan 3) tindakan untuk menumbuhkan motivasi petani. Rehabilitasi telah dilakukan pada lahan-lahan pertanian yang terdampak tsunami di Aceh dan terbukti memberikan hasil yang baik meskipun memerlukan waktu yang panjang. 1. Dengan pencucian garam dengan menggunakan curah hujan, sumur atau sungai. 2. Pemberian amelioran seperti gypsum. Amelioran atau pembenahan tanah adalah kegiatan yang hamper sama dengan pemupukan atau pemberian pupuk, tetapi fungsi Amelioran lebih kepada perbaikan tanah sedangkan pada saat pemupukan untuk penambahan unsur hara. 3. Pemberian bahan pembenah tanah seperti pupuk kandang, pupuk organik, abu sekam, dan pemulsaan organik. 4. Varietas yang toleran PENGARUH PENCUCIAN DAN PUPUK KANDANG TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH DI PROVINSI NAD • Tabel 2.Rata-rata tinggi tanaman (cm), jumlah malai/rumpun, panjang malai, jumlah gabah/malai dan jumlah gabah hampa/malai tanaman padi varietas Ciherang. PENGARUH PENCUCIAN DAN PUPUK KANDANG TERHADAP PRODUKSI PADI SAWAH DI PROVINSI NAD KESIMPULAN
1. Peningkatan salinitas tanah akibat tsunami dipengaruhi oleh
penggunaan lahan. Transek Lhok Nga yang umumnya digunakan sebagai lahan persawahan menunjukkan salinitas tanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan transek Darussalam yang umumnya digunakan untuk pertanian lahan kering. Salinitas tanah juga dipengaruhi oleh jarak lokasi pengamatan dari pantai. Makin jauh dari pantai, salinitas tanah cenderung makin tinggi. 2. Lumpur tsunami yang mengandung C organik dan kation-kation seperti Ca, Mg, dan K yang relatif tinggi, disamping garam-garam terlarut, selain berpotensi untuk meningkatkan KTK tanah juga berpotensi mengganggu keseimbangan hara dalam tanah. Gejala pengisian biji yang tidak sempurna pada kacang tanah dan padi dijumpai merata di daerah tsunami meskipun pertumbuhan vegetatif tanaman sangat baik. 3. Salinitas tanah umumnya telah menurun sejalan dengan waktu akibat pencucian oleh hujan terutama pada tanah yang teksturnya berpasir. Manggrove dapat digunakan sebagai penahan laju air laut kedaratan Gunung Sitoli PULAU SALAH NAMO TERIMA KASIH