Penyebab Erosi Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk penggundulan hutan kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik pembangunan jalan.
Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya
mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terac building, praktik konservasi ladang dan penanaman pohon. 1.Erosi Percikan (splash erosion) Erosi percik merupakan bentuk pengikisan tanah oleh percikan air hujan. Pada saat titik air hujan memercik ke permukaan tanah, butiran-butiran air akan menumbuk (tenaga kinetic) kemudian mengikis partikel tanah serta memindahkannya ke tempat lain di sekitarnya. Tenaga kinetik ditentukan oleh dua hal, yaitu massa dan kecepatan jatuh air. Erosi percikan maksimum terjadi 2-3 menit setelah hujan mulai turun. Palmer (1964) menunjukkan bahwa peningkatan ketebalan lapisan air sampai pada ketebalan tertentu masih dapat ditembus oleh butiran air hujan, sehingga erosi percikan masih terjadi. Di atas nilai ketebalan batas tersebut semua energi hujan akan diredam oleh lapisan air permukaan, dan pengaruhnya tidak mencapai permukaan tanah. Tenaga kinetik bertambah besar dengan bertambah besarnya diameter air hujan dan jarak antara ujung daun penetes (driptips) dan permukaan tanah (pada proses erosi di bawah tegakan vegetasi) 2. Erosi aliran permukaan (overland flow erosion)
Erosi aliran permukaan akan terjadi hanya dan
jika intensitas dan/atau lamanya hujan melebihi kapasitas infiltrasi atau kapasitas simpan air tanah. Oleh karena aliran permukaan terjadi tidak merata dan arah alirannya tidak beraturan, maka kemampuan untuk mengikis tanah juga tidak sama atau tidak merata untuk semua tempat. 3.Erosi alur (rill erosion) Jika proses erosi lembar terus berlangsung maka pada permukaan tanah akan terbentuk alur-alur yang searah dengan kemiringan lereng. Alur-alur erosi ini merupakan tempat air mengalir dan mengikis tanah. Erosi alur adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air. Erosi alur terbentuk pada jarak tertentu ke arah bawah lereng sebagai akibat terkonsentrasinya aliran permukaan sehingga membentuk alur-alur kecil. Alur-alur biasanya terjadi pada lahan-lahan yang ditanami dengan pola berbaris menurut arah kemiringan lereng, atau akibat pengolahan tanah menurut lereng. 4.Erosi parit (gully erosion) Pada tahap ini alur-alur erosi berkembang menjadi parit- parit atau lembah yang dalam berbentuk huruf U atau V. Erosi parit banyak terjadi di wilayah yang memiliki kemiringan tinggi dengan tingkat penutupan vegetasi (tetumbuhan) sangat sedikit. Untuk mengem balikan kesuburan tanah kritis yang telah mengalami erosi parit diperlukan biaya yang sangat mahal. Erosi parit yang baru terbentuk berukuran sekitar 40 cm lebarnya dengan kedalaman sekitar 30 cm. Erosi parit yang sudah lanjut dapat mencapai kedalaman 30 m. 5.Erosi tebing sungai (stream bank erosion) Erosi tebing sungai adalah erosi yang terjadi akibat pengikisan tebing oleh air yang mengalir dari bagian atas tebing atau oleh terjangan arus air sungai yang kuat terutama pada tikungan- tikungan. Erosi tebing sungai akan lebih hebat jika tumbuhan penutup tebing telah rusak atau pengolahan lahan terlalu dekat dengan tebing. Oleh karena itu sangat penting memelihara satu strip tumbuhan sepanjang sungai untuk mencegah erosi tebing. Strip tumbuhan, berupa : rumput, semak atau hutan di sepanjang sungai merupakan metode untuk mencegah terjadinya erosi tebing. Sungai merupakan indikator nyata kerusakan DAS Longsor (landslide) Longsor adalah suatu bentuk erosi dimana pengangkutan atau pemindahan atau gerakan tanah terjadi pada saat bersamaan dalam volume besar. Longsor terjadi jika terpenuhi tiga keadaan: 1. Lereng yang cukup curam, sehingga volume tanah dapat bergerak atau meluncur ke bawah. 2. Terdapat lapisan di bawah permukaan tanah yang kedap air dan lunak yang merupakan bidang luncur. Lapisan ini biasanya terdiri dari lapisan liat atau lapisan batuan 3. Dan terdapat cukup air dalam tanah, sehingga lapisan tanah tepat di atas lapisan kedap air menjadi jenuh. Mempertahankan kesuburan Tanah Konservasi Tanah dan air Countur Farming, yakni dengan melakukan penanaman pada lahan dengan berdasar pada garis kontur. Dengan demikian, sistem perakarannya bisa membantu menahan tanah. Terassering, yakni dengan melakukan penanaman berdasarkan sistem teras demi teras. Tujuannya untuk mencegah terjadinya erosi pada tanah yang dipicu oleh pengaruh kuat gravitasi. Contour Plowing, yaitu dengan membajak tanah searah dengan garis kontur. Dengan demikian akan muncul alur tanam yang horizontal. Contour Strip Cropping, yakni dengan melakukan kegiatan bercocok tanam dan membagi bidang-bidang pada tanah tersebut dalam bentuk yang sempit juga memanjang. Pemetaan ini harus ikut pada garis kontur dengan demikian bentuknya akan berbelok-belok. Contour Farming (strip croping) : membagi bidang tanah searah garis kontur dengan pola tanaman campursari/tumpang sari dan berselang-seling Pengolahan Menurut Kontur Faktor yang berpengaruh terhadap laju erosi permukaan adalah kecepatan dan turbulensi aliran.