PENDAHULUAN
1.a.
Latar Belakang
Tabel 1 : Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi dalam 5 tahun terakhir
(2011-2015)
Provitas
(ton/ha)
2,60
Produksi (Ton)
2011
30.896
80.432
2012
32.221
4,29
2,50
(3,77)
80.716
0,35
2013
30.776
(4,48)
2,79
11,44
85.914
6,44
2014
33.257
8,06
2,58
(7,44)
85.937
0,03
2015
36.083
8,50
2,93
13,70
101.875
18,55
Rerata
32.467
3,27
2,68
2,79
86.974
5,07
Produksi padi yang meningkat dari tahun ke tahun tidak terlepas dari upaya pemerintah
daerah khususnya Dinas Pertanian dalam memfasilitasi berbagai kebutuhan petani melalui
proyek/kegiatan yang memberikan efek positif. Trend positif ini jika di proyeksikan ke indeks
konsumsi masyarakat Sanggau, ternyata mengalami kecukupan atau dengan kata lain terjadi
surplus produksi.
Untuk komoditas jagung dalam lima tahun terakhir, walaupun terjadi penurunan produktivitas
sebesar 0,93 % namun terjadi peningkatan produksi sebesar 39,48 %. Hal ini disebabkan
terjadi peningkatan luas panen sebesar 39,54 %.
Tabel 2 : Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung dalam 5 tahun terakhir
(2011-2015)
Tahun
Luas Panen
(ha)
2011
673
2012
427
-36,55
2,00
-2,93
853
(38,41)
2013
1.205
182,20
2,03
1,41
2.441
186,17
2014
1.299
7,80
1,99
-1,61
2.589
6,06
2015
1.360
4,70
1,98
-0,57
2.695
4,09
Provitas
(ton/ha)
2,06
Produksi
(Ton)
1.385
Rerata
992,80
39,54
2,01
0,93
1992,60
39,48
Sedangkan untuk komoditas kedelai dalam lima tahun terakhir, walaupun terjadi penurunan
rata-rata produktivtas sebesar 4,11 %, namun jumlah rata-rata produksi meningkat sebesar
27,60 %. Hal ini diakibatkan terjadi penambahan luas panen sebesar rata-rata 21,69 %
Tabel 3 : Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai dalam 5 tahun terakhir
(2011-2015)
Tahun
Luas Panen
(ha)
Provitas
(Ton/ha)
2011
2012
12
100,00
1,33
33,33
16
166,67
2013
11
-8,33
1,04
-22,27
11,4
-28,75
2014
13
18,18
1,00
-3,51
13
14,04
2015
10
-23,08
0,76
-24,00
7,6
-41,54
10,4
21,69
1,03
-4,11
10,8
27,60
Rerata
1 .b.
Tujuan
1,00
Produksi
(Ton)
Tujuan pembangunan pertanian khususnya sub sector tanaman kabupaten Sanggau, diarahkan
pada beberapa hal diantaranya :
1. Mewujudkan Kemandirian Pangan daerah yang diindikasikan melalui ketahanan
pangan daerah yang berkelanjutan.
2. Mewujudkan kesejahteraan petani dan masyarakat melalui peningkatan pendapatan
usaha tani, serta menciptakan aparatur yang berkualitas.
3. Meningkatkan perekonomian daerah melalui signifikansi kontribusi sub sector
tanaman pangan terhadap PDRB Kabupaten.
1.c.
Rumusan Permasalahan
Seiring pertambahan jumlah penduduk dari tahun ke tahun, menuntut adanya ketersediaan
pangan yang cukup untuk memenuhi konsumsi masyarakat. Kondisi ketahanan pangan
daerah dicirikan melalui ketersediaan pangan yang bermutu, cukup, serta terjangkau memberi
peluang tersendiri bagi pencapaian produksi yang optimal. Dengan demikian dapat terwujud
swa sembada pangan daerah dalam kerangka menuju kemandirian pangan daerah.
Namun dalam implementasinya masih terjadi berbagai persoalan yang perlu segera
diselesaikan. Persoalan krusial pada sub sector tanaman pangan ini adalah masih rendahnya
produktivitas. Sebagai gambaran, untuk tanaman padi produktivitas selama lima tahun jika
dirata-ratakan hanya 2,68 ton ha, masih jauh dari standar produktivitas nasional yaitu 5
ton/ha.
Rendahnya produktivitas ini tidak terlepas dari penerapan teknologi anjuran spesifik lokasi
yang belum dapat dilaksanakan secara menyeluruh. Akses petani dalam memperoleh sarana
produksi seperti benih unggul bermutu, pupuk dan pestisida masih rendah. Hal ini tidak
terlepas dari modal usaha tani yang juga rendah, keterbatasan informasi pertanian serta
dukungan sarana, prasarana dan infrastruktur yang belum memadai.
Dengan melihat kondisi yang ada sekarang, maka masih layak untuk melakukan
pengembangan sub sector tanaman pangan ini mengingat potensi sumber daya yang dimiliki
daerah cukup mendukung.
Rincian luas lahan sawah tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut :
No
Luas (Ha)
4.775
2 Irigasi Sederhana
5.098
3 Irigasi Desa/Non PU
6.508
4 Tadah Hujan
21.210
5 Lebak
2.334
1.631
Jumlah
41.556
Berdasarkan Tabel diatas, lahan sawah tadah hujan menempati urutan pertama dari luas lahan
sawah keseluruhan yaitu 51 %. Sedangkan jenis lahan lainnya (polder, rembesan dan lainlain) menempati luas terkecil yaitu 4 %.
Komposisi luas lahan sawah dapat dilihat pada grafik berikut :
Sedangkan lahan kering (lahan non sawah) seluas 938.207 Ha. Rincian luas lahan kering
dapat dilihat pada tabel berikut :
No
Luas
(Ha)
Tegal/Kebun
52.650
Ladang/Huma
83.869
Perkebunan
342.396
117.982
Tambak
320
Kolam/Tebat/Empang
898
Pengembalaan/Padang Rumput
8.
298.951
9.
100.222
Jumlah
2.044
999.332
Dari tabel terlihat bahwa lahan terluas adalah lahan perkebunan yaitu 37 % . Sedangkan lahan
yang terkecil adalah tambak dan lahan lainnya seluas 6 % dari total keseluruhan. Komposisi
luas lahan kering (non sawah) dapat dilihat pada grafik berikut :
Potensi lahan kering ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan komditas jagung dan
kedelai. Namun tidak menutup kemungkinan juga dapat dimanfaatkan pada lahan sawah bera
dengan system tumpang gilir. Dengan demikian luas tanam dapat ditingkatkan yang pada
gilirannya dapat meningkatkan produksi.
1.b.
Sumber daya pertanian tidak terlepas dari sumber daya petani sebagai pelaku usaha tani.
Berdasarkan data jumlah kelompok tani Kabupaten Sanggau tahun 2014 sejumlah
1.222Kelompok . Jika dirata ratakan keanggotaan masing-masing kelompok adalah 20
anggota, maka jumlah petani yang bekerja di sub sector tanaman pangan adalah 24.440
orang.
Rincian jumlah kelompok tani dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6 : Jumlah Kelompok Tani kabupaten Sanggau tahun 2015
No
Nama
Jumlah
Kecamatan
Kelompok Tani
1.
Kapuas
150
2.
Parindu
134
3.
Bonti
79
4.
Tayan Hulu
117
5.
Tayan Hilir
53
6.
Balai/Batang Tarang
96
7.
Toba
48
8.
Entikong
55
9.
Sekayam
71
10.
Beduai
64
11.
Kembayan
123
12.
Mukok
49
13.
Jangkang
79
14.
Noyan
50
15
Meliau
54
Jumlah
1. III.
1.a.
1.222
Strategi
Untuk menentukan strategi yang akan diambil perlu digambarkan kekuatan dan kelemahan,
peluang dan ancaman dalam pengembangan komoditas tanaman pangan di Kabupaten
Sanggau. Hal yang termasuk kekuatan Kabupaten Sanggau dalam pengembangan usaha tani
adalah :
1. Tersedianya luas lahan yang potensial untuk usaha tani
2. Kualitas penyuluh yang dapat diandalkan;
3. Adanya kemampuan Dinas Pertanian untuk memfasilitasi pembinaan dan pengawasan
pengembangan tanaman pangan;
4. Cukupnya alokasi dana APBD Sanggau untuk pengembangan tanaman pangan
5. Adanya sumber daya manusia yang cukup memadai di Dinas Pertanian baik dalam
perencanaan, maupun pengembangan pembangunan pertanian;
6. Tersedianya sarana penyampaian informasi kepada petani seperti demplot-demplot
untuk menunjukkan keberhasilan kinerja penyuluh.
Peluang yang dimiliki Kabupaten Sanggau dalam pengembangan tanaman pangan yaitu:
1. Adanya kebebasan pemerintah Kabupaten Sanggau dalam mengatur pemerintahannya
sendiri;
2. Kondisi iklim yang sesuai untuk pengembangan tanaman pangan
3. Adanya permintaan pasar baik untuk kepentingan konsumsi maupun pakan ternak
bagi masarakat di Kabupaten Sanggau yang meningkat;
4. Adanya komitmen pemerintah pusat melalui APBN untuk pengembangan tanaman
pangan di Kabupaten Sanggau.
Strategi yang perlu ditempuh dalam pengembangan tanaman pangan antara lain :
1. Mendorong sinergi antar subsistem agribisnis di Kabupaten Sanggau;
2. Meningkatkan akses (kemudahan) petani terhadap sumberdaya, teknologi dan pasar;
pengembangan kelembagaan (kelembagaan produksi dan penanganan pascapanen,
irigasi, koperasi, lumbung pangan desa, keuangan dan penyuluhan);
3. Mendorong peningkatan produktivitas melalui inovasi baru;
4. Mendorong peningkatan produktivitas lahan melalui penggunaan pupuk kandang
yang melimpah dan penggunaan pupuk anorganik sesuai dosis.
5. Mendorong peningkatan produksi melalui pencetakan lahan sawah untuk padi serta
penerapan tumpang gilir untuk tanaman jagung dan kedelai.
6. Mendorong Mekanisasi Pertanian melalui penggunaan alat dan mesin pertanian.
7. Mendorong diversifikasi produksi;
8. Pemberdayaan petani dan masyarakat;
1.b. Kebijakan
1.c. Program
1.1. Pengembangan sarana dan prasarana
Pengembangan sarana dan prasarana meliputi perbaikan jaringan irigasi, pembukaan lahan
baru (cetak sawah), pengembangan jalan usaha tani, penyediaan saprodi, pengembangan jasa
alsintan dan jasa permodalan.
Program pengadaan pupuk yang besar pengaruhnya terhadap produksi tanaman pangan
diarahkan kepada:
1. Menjaga kesetabilan penyediaan pupuk pada saat petani membutuhkannya,
2. Berkoordinasi antar daerah tentang jumlah dan jenis pupuk yang tersedia,
3. Menjaga adanya kebijakan subsidi pupuk yang berpihak pada petani;
4. Mengembangkan pola kemitraan yang memberikan kemudahan bagi petani.
5. Memberikan agenda kepada penyuluh untuk memberikan dorongan dalam
penggunaan pupuk kandang yang optimal.
Petani di Kabupaten Sanggau diarahkan untuk melakukan panca usaha tani yang disarankan
oleh pemerintah, berupa penggunaan bibit unggul, pemupukan berimbang yang sesuai dengan
anjuran, pemberantasan hama penyakit tumbuhan, pemanenan dan pascapanen.
Pemantapan manajemen pembangunan dilakukan melalui pengembangan jaringan informasi
IPTEK dan pasar beras, mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
hingga pengembangan. Memadukan sumber pembiayaan dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan anggaran dari pusat (APBN), Pemda (APBD, DAU) Kabupaten Sanggau,
swasta, masyakarat dan lembaga keuangan lainnya. Koordinasi dengan lembaga
nonpemerintah, swasta, asosiasi dan masyarakat agribisnis yang terkait dengan
pengembangan tanaman pangan, terutama padi, baik yang bersifat bilateral maupun
multilateral/keterpaduan yang melibatkan berbagai intansi terkait dan stakeholder secara
bersama-sama.
1.d.
Kegiatan
8. Dinas Pekerjaan Umum melakukan perbaikan dan peningkatan jumlah sawah yang
terairi secara teknis dan setengah teknis dengan membangun sarana irigasi.
9. Untuk meningkatkan IP (Indeks Pertanaman) pada daerah yang potensial untuk
menambah IP-nya maka program bantuan yang ada dilakukan pada saat musim tanam
II.
1.IV. DUKUNGAN KEBIJAKAN
Dalam upaya mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan di Kabupaten Sanggau maka
diperlukan dukungan kebijakan sebagai perangkat untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
Kebijakan tersebut dapat berupa kebijakan makro secara nasional dan juga kebijakan mikro
pada Kabupaten Sanggau.
Dukungan kebijakan pemerintah kepada pelaku agribisnis baik masyarakat (petani) maupun
swasta, akan mempercepat peningkatan investasi pada usaha pengembangan komoditas
tanaman pangan di Kabupaten Sanggau.
Kebijakan yang perlu diberikan kepada petani meliputi: 1) kemudahan akses sumberdaya
modal bagi petani, 2) perluasan akses sumber informasi inovasi dan teknologi usaha
komoditas tanaman pangan bagi petani, 3) peningkatan pelayanan dan pengaturan
penyuluhan pertanian yang lebih komprehensif,4) peningkatan akses terhadap informasi pasar
melalui dukungan terhadap pembangunan dan pengembangan infrastruktur pasar, serta 5)
peningkatan kemampuan manajemen usaha agribisnis.
Swasta untuk dapat ikut berperan serta dalam usaha komoditas padi di Kabupaten Sanggau
ini memerlukan dukungan kebijakan yang berupa: 1) penyerderhanaan aturan dan birokrasi
investasi, 2) penerapan hukum dan perundangan yang konsisten, 3) membuka akses pada
sumber modal, 4) penerapan kebijakan fiskal yang dapat menekan biaya investasi yang
mahal, dan 5) kemudahan dan transparansi proses perizinan untuk menjalankan usaha.
Dukungan kebijakan juga diperlukan bagi kelembagaan yang berupa kebijakan untuk
kelembagaan kelompok tani, kelembagaan penyuluh pertanian dan kelembagaan koperasi
pertanian. Selian itu juga perlu dukungan kebijakan yang diperuntukkan untuk dukungan
anggaran dalam pengembangan komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sanggau.