Anda di halaman 1dari 15

1.I.

PENDAHULUAN

1.a.

Latar Belakang

Pembangunan Pertanian pada prinsipnya adalah upaya menumbuhkembangkan potensi


pertanian yang ada serta memfasilitasi berbagai aktivitas pertanian sehingga lebih berdaya
guna dan membawa dampak positif bagi perkembangan suatu wilayah.
Berdasarkan data BPS tahun 2010, peran sub sector pertanian memberikan kontribusi terbesar
bagi PDRB Sanggau, dimana 36,32 % disumbang oleh pertanian dan khusus untuk sub sector
tanaman pangan menyumbang 6,49 %. Adapun untuk serapan tenaga kerja, 79,08 %
masyarakat Sanggau bermata pencaharian sebagai petani dan 11,38 % bekerja di sub sector
tanaman pangan.
Stagnasi pengembangan dan peningkatan produksi pertanian akan mengancam stabilitas
nasional. Walaupun daya saing produk pertanian terhadap beberapa produk impor masih
rendah, namun upaya pengembangan dan peningkatan produksi tanaman pangan mutlak
diperlukan dengan sasaran utama pencapaian swasembada, peningkatan pendapatan, dan
kesejahteraan petani.
Secara umum perkembangan sub sector tanaman pangan di Kabupaten Sanggau tergolong
berhasil. Hal ini terlihat dari peningkatan produksi komoditas padi selama 5 tahun terakhir
(2011-2015) yang mengalami peningkatan rata-rata sebesar 5,07 %. Demikian juga
peningkatan produktivitas (rata-rata 2,79 %) dan luas panen (rata-rata 3,27 %).

Tabel 1 : Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi dalam 5 tahun terakhir
(2011-2015)

Tahun Luas Panen (Ha)

Provitas
(ton/ha)

2,60

Produksi (Ton)

2011

30.896

80.432

2012

32.221

4,29

2,50

(3,77)

80.716

0,35

2013

30.776

(4,48)

2,79

11,44

85.914

6,44

2014

33.257

8,06

2,58

(7,44)

85.937

0,03

2015

36.083

8,50

2,93

13,70

101.875

18,55

Rerata

32.467

3,27

2,68

2,79

86.974

5,07

Produksi padi yang meningkat dari tahun ke tahun tidak terlepas dari upaya pemerintah
daerah khususnya Dinas Pertanian dalam memfasilitasi berbagai kebutuhan petani melalui
proyek/kegiatan yang memberikan efek positif. Trend positif ini jika di proyeksikan ke indeks
konsumsi masyarakat Sanggau, ternyata mengalami kecukupan atau dengan kata lain terjadi
surplus produksi.
Untuk komoditas jagung dalam lima tahun terakhir, walaupun terjadi penurunan produktivitas
sebesar 0,93 % namun terjadi peningkatan produksi sebesar 39,48 %. Hal ini disebabkan
terjadi peningkatan luas panen sebesar 39,54 %.
Tabel 2 : Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung dalam 5 tahun terakhir
(2011-2015)

Tahun

Luas Panen
(ha)

2011

673

2012

427

-36,55

2,00

-2,93

853

(38,41)

2013

1.205

182,20

2,03

1,41

2.441

186,17

2014

1.299

7,80

1,99

-1,61

2.589

6,06

2015

1.360

4,70

1,98

-0,57

2.695

4,09

Provitas
(ton/ha)

2,06

Produksi
(Ton)

1.385

Rerata

992,80

39,54

2,01

0,93

1992,60

39,48

Sedangkan untuk komoditas kedelai dalam lima tahun terakhir, walaupun terjadi penurunan
rata-rata produktivtas sebesar 4,11 %, namun jumlah rata-rata produksi meningkat sebesar
27,60 %. Hal ini diakibatkan terjadi penambahan luas panen sebesar rata-rata 21,69 %

Tabel 3 : Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai dalam 5 tahun terakhir
(2011-2015)

Tahun

Luas Panen
(ha)

Provitas
(Ton/ha)

2011

2012

12

100,00

1,33

33,33

16

166,67

2013

11

-8,33

1,04

-22,27

11,4

-28,75

2014

13

18,18

1,00

-3,51

13

14,04

2015

10

-23,08

0,76

-24,00

7,6

-41,54

10,4

21,69

1,03

-4,11

10,8

27,60

Rerata

1 .b.

Tujuan

1,00

Produksi
(Ton)

Tujuan pembangunan pertanian khususnya sub sector tanaman kabupaten Sanggau, diarahkan
pada beberapa hal diantaranya :
1. Mewujudkan Kemandirian Pangan daerah yang diindikasikan melalui ketahanan
pangan daerah yang berkelanjutan.
2. Mewujudkan kesejahteraan petani dan masyarakat melalui peningkatan pendapatan
usaha tani, serta menciptakan aparatur yang berkualitas.
3. Meningkatkan perekonomian daerah melalui signifikansi kontribusi sub sector
tanaman pangan terhadap PDRB Kabupaten.

1.c.

Rumusan Permasalahan

Seiring pertambahan jumlah penduduk dari tahun ke tahun, menuntut adanya ketersediaan
pangan yang cukup untuk memenuhi konsumsi masyarakat. Kondisi ketahanan pangan
daerah dicirikan melalui ketersediaan pangan yang bermutu, cukup, serta terjangkau memberi
peluang tersendiri bagi pencapaian produksi yang optimal. Dengan demikian dapat terwujud
swa sembada pangan daerah dalam kerangka menuju kemandirian pangan daerah.
Namun dalam implementasinya masih terjadi berbagai persoalan yang perlu segera
diselesaikan. Persoalan krusial pada sub sector tanaman pangan ini adalah masih rendahnya
produktivitas. Sebagai gambaran, untuk tanaman padi produktivitas selama lima tahun jika
dirata-ratakan hanya 2,68 ton ha, masih jauh dari standar produktivitas nasional yaitu 5
ton/ha.
Rendahnya produktivitas ini tidak terlepas dari penerapan teknologi anjuran spesifik lokasi
yang belum dapat dilaksanakan secara menyeluruh. Akses petani dalam memperoleh sarana
produksi seperti benih unggul bermutu, pupuk dan pestisida masih rendah. Hal ini tidak
terlepas dari modal usaha tani yang juga rendah, keterbatasan informasi pertanian serta
dukungan sarana, prasarana dan infrastruktur yang belum memadai.
Dengan melihat kondisi yang ada sekarang, maka masih layak untuk melakukan
pengembangan sub sector tanaman pangan ini mengingat potensi sumber daya yang dimiliki
daerah cukup mendukung.

1. II. KONDISI SAAT INI


1.a. Sumber Daya LahanLuas kabupaten Sanggau adalah 1.285.770 Ha dengan luas
lahan sawah pada tahun 2015 seluas 41.556 Ha. Jika dibandingkan dengan tahun 2014 yang
luasnya 40.227 Ha terjadi penambahan luas baku lahan sebesar 1.329 Ha.

Rincian luas lahan sawah tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4 : Luas Lahan Sawah Kab. Sanggau Tahun 2015

No

Jenis Lahan Sawah

Luas (Ha)

1 Irigasi Setengah Teknis

4.775

2 Irigasi Sederhana

5.098

3 Irigasi Desa/Non PU

6.508

4 Tadah Hujan

21.210

5 Lebak

2.334

6 Lainnya (Polder, Rembesan, Dll)

1.631

Jumlah

41.556

Berdasarkan Tabel diatas, lahan sawah tadah hujan menempati urutan pertama dari luas lahan
sawah keseluruhan yaitu 51 %. Sedangkan jenis lahan lainnya (polder, rembesan dan lainlain) menempati luas terkecil yaitu 4 %.
Komposisi luas lahan sawah dapat dilihat pada grafik berikut :

Sedangkan lahan kering (lahan non sawah) seluas 938.207 Ha. Rincian luas lahan kering
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5 : Luas Lahan Kering (Non Sawah) Kab.


Sanggau
Tahun 2014

No

Jenis Lahan Sawah

Luas
(Ha)

Tegal/Kebun

52.650

Ladang/Huma

83.869

Perkebunan

342.396

Ditanami pohon/Hutan Rakyat

117.982

Tambak

320

Kolam/Tebat/Empang

898

Pengembalaan/Padang Rumput

8.

Sementara tidak diusahakan

298.951

9.

Lainnya (pekarangan yang ditanami)

100.222

Jumlah

2.044

999.332

Dari tabel terlihat bahwa lahan terluas adalah lahan perkebunan yaitu 37 % . Sedangkan lahan
yang terkecil adalah tambak dan lahan lainnya seluas 6 % dari total keseluruhan. Komposisi
luas lahan kering (non sawah) dapat dilihat pada grafik berikut :

Potensi lahan kering ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan komditas jagung dan
kedelai. Namun tidak menutup kemungkinan juga dapat dimanfaatkan pada lahan sawah bera
dengan system tumpang gilir. Dengan demikian luas tanam dapat ditingkatkan yang pada
gilirannya dapat meningkatkan produksi.

1.b.

Sumber Daya Petani

Sumber daya pertanian tidak terlepas dari sumber daya petani sebagai pelaku usaha tani.
Berdasarkan data jumlah kelompok tani Kabupaten Sanggau tahun 2014 sejumlah
1.222Kelompok . Jika dirata ratakan keanggotaan masing-masing kelompok adalah 20
anggota, maka jumlah petani yang bekerja di sub sector tanaman pangan adalah 24.440
orang.
Rincian jumlah kelompok tani dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6 : Jumlah Kelompok Tani kabupaten Sanggau tahun 2015

No

Nama

Jumlah

Kecamatan

Kelompok Tani

1.

Kapuas

150

2.

Parindu

134

3.

Bonti

79

4.

Tayan Hulu

117

5.

Tayan Hilir

53

6.

Balai/Batang Tarang

96

7.

Toba

48

8.

Entikong

55

9.

Sekayam

71

10.

Beduai

64

11.

Kembayan

123

12.

Mukok

49

13.

Jangkang

79

14.

Noyan

50

15

Meliau

54

Jumlah

1. III.

1.a.

1.222

STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM

Strategi

Untuk menentukan strategi yang akan diambil perlu digambarkan kekuatan dan kelemahan,
peluang dan ancaman dalam pengembangan komoditas tanaman pangan di Kabupaten
Sanggau. Hal yang termasuk kekuatan Kabupaten Sanggau dalam pengembangan usaha tani
adalah :
1. Tersedianya luas lahan yang potensial untuk usaha tani
2. Kualitas penyuluh yang dapat diandalkan;
3. Adanya kemampuan Dinas Pertanian untuk memfasilitasi pembinaan dan pengawasan
pengembangan tanaman pangan;
4. Cukupnya alokasi dana APBD Sanggau untuk pengembangan tanaman pangan
5. Adanya sumber daya manusia yang cukup memadai di Dinas Pertanian baik dalam
perencanaan, maupun pengembangan pembangunan pertanian;
6. Tersedianya sarana penyampaian informasi kepada petani seperti demplot-demplot
untuk menunjukkan keberhasilan kinerja penyuluh.

Selanjutnya faktor yang merupakan kelemahan adalah:


1. Kualitas sumberdaya petani yang masih rendah dalam hal pengelolaan usahatani
2. Persepsi petani yang memandang bahwa usahatani hanya untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi saja;
3. Belum terbangunnya sistem koordinasi yang efektif antara pemerintah, petani,
penyedia sarana pertanian dan pemasaran;
4. Jumlah tenaga penyuluh yang belum terdistribusi merata di semua desa;
5. Kurangnya fasilitas dan dana penunjang operasional dalam rangka pelaksanaan tugas
penyuluh dan tenaga pembina;
6. Rendahnya disiplin kerja aparatur/karyawan dalam pelayanan kepada masyarakat;
7. Belum tersedianya sarana dan prasarana pertanian yang memadai.

Peluang yang dimiliki Kabupaten Sanggau dalam pengembangan tanaman pangan yaitu:
1. Adanya kebebasan pemerintah Kabupaten Sanggau dalam mengatur pemerintahannya
sendiri;
2. Kondisi iklim yang sesuai untuk pengembangan tanaman pangan

3. Adanya permintaan pasar baik untuk kepentingan konsumsi maupun pakan ternak
bagi masarakat di Kabupaten Sanggau yang meningkat;
4. Adanya komitmen pemerintah pusat melalui APBN untuk pengembangan tanaman
pangan di Kabupaten Sanggau.

Faktor yang merupakan ancaman dalam pengembangan tanaman pangan adalah:


1. Rendahnya produktivitas komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sanggau;
2. Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung usaha tani
3. Masih rendahnya luas areal panen
4. Adanya serangan hama penyakit tanaman dalam pengembangan tanaman pangan
5. Adanya bencana banjir pada musim penghujan;
6. Kurangnya usaha industri pengolahan padi.

Strategi yang perlu ditempuh dalam pengembangan tanaman pangan antara lain :
1. Mendorong sinergi antar subsistem agribisnis di Kabupaten Sanggau;
2. Meningkatkan akses (kemudahan) petani terhadap sumberdaya, teknologi dan pasar;
pengembangan kelembagaan (kelembagaan produksi dan penanganan pascapanen,
irigasi, koperasi, lumbung pangan desa, keuangan dan penyuluhan);
3. Mendorong peningkatan produktivitas melalui inovasi baru;
4. Mendorong peningkatan produktivitas lahan melalui penggunaan pupuk kandang
yang melimpah dan penggunaan pupuk anorganik sesuai dosis.
5. Mendorong peningkatan produksi melalui pencetakan lahan sawah untuk padi serta
penerapan tumpang gilir untuk tanaman jagung dan kedelai.
6. Mendorong Mekanisasi Pertanian melalui penggunaan alat dan mesin pertanian.
7. Mendorong diversifikasi produksi;
8. Pemberdayaan petani dan masyarakat;

1.b. Kebijakan

Upaya penguatan ketahanan pangan mencakup aspek ketersediaan/kecukupan, kontinuitas,


distribusi, kualitas, dan keamanan/kesehatan. Kebijakan pengembangan padi diarahkan pada:
1. Membangun dan mengembangkan kawasan usaha agribisnis terpadu (KUAT) yang
modern, tangguh dan memberikan jaminan kehidupan yang lebih baik bagi petani
pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Sanggau;
2. Meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui adopsi inovasi unggul dan
berdaya saing.
3. Meningkatkan produktivitas lahan melalui penggunaan pupuk kadang yang optimal
dan penggunaan pupuk anorganik yang sesuai dosis;
4. Memanfaatkan sumberdaya alam produktif, dan berkelanjutan yang dapat secara
optimal (efisien, produktif, dan berkelanjutan)
5. Mendukung ketahanan ekonomi dan pelestariannya dan lingkungan melalui budidaya
tanaman yang sesuai dengan anjuran;
6. Meningkatkan pemanfaatan hasil dengan diversifikasi produk olahan;
7. Memberdayakan petani dan masyarakat pedesaan melalui kelompok tani dan
kegiatannya;
8. Mengembangkan kemitraan yang modern, tangguh, partisipatif, efisien dan produktif
sebagai sumber pendanaan, pemanenan, dan pemasarannya.
Pengembangan agribisnis perlu didukung oleh iklim berusahatani yang kondusif. Kebijakan
makro yang perlu dipertahankan adalah:
1. Kebijakan subsidi pupuk yang membela kepentingan petani;
2. Menetapkan harga dasar pembelian baik komoditas tanaman pangan untuk
melindungi produsen maupun konsumen;

1.c. Program
1.1. Pengembangan sarana dan prasarana
Pengembangan sarana dan prasarana meliputi perbaikan jaringan irigasi, pembukaan lahan
baru (cetak sawah), pengembangan jalan usaha tani, penyediaan saprodi, pengembangan jasa
alsintan dan jasa permodalan.
Program pengadaan pupuk yang besar pengaruhnya terhadap produksi tanaman pangan
diarahkan kepada:
1. Menjaga kesetabilan penyediaan pupuk pada saat petani membutuhkannya,

2. Berkoordinasi antar daerah tentang jumlah dan jenis pupuk yang tersedia,
3. Menjaga adanya kebijakan subsidi pupuk yang berpihak pada petani;
4. Mengembangkan pola kemitraan yang memberikan kemudahan bagi petani.
5. Memberikan agenda kepada penyuluh untuk memberikan dorongan dalam
penggunaan pupuk kandang yang optimal.

2. Pengembangan sistem perbenihan


Pengembagan system perbenihan dapat dilakukan antara lain
1. Peningkatan ketersediaan benih bermutu guna mendukung pencapaian sasaran
peningkatan produksi padi.
2. Optimalisasi penggunaan benih bermutu melalui sosialisasi benih bermutu.
3. Pengembangan usaha perbenihan yang mandiri dan sesuai dengan keadaan lahan.
4. Pengembangan benih lokal untuk dapat lebih memiliki kualitas yang baik (umur lebih
genjah dan produktivitas tinggi).

1.3. Akselereasi Peningkatan Produktivitas


Intensifikasi atau peningkatan produktivitas tanaman pangan di Kabupaten Sanggau
ditempuh berdasarkan konsep Revolusi Hijau Lestari (RHL) yang mempertimbangkan aspek
peningkatan pendapatan petani, keamanan dan kelestarian lingkungan, dan partisipatif.
Peningkatan produktivitas akan ditempuh melalui perbaikan teknologi spesifik lokasi model
PTT (improved PTT) atau prescription farming terutama penggunaan varietas-varietas unggul
baru hasil tinggi di lokasi yang sesuai, dan/atau memiliki daya toleransi dan daya adaptasi
terhadap lingkungan biotik dan abiotik setempat. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak hanya
diarahkan pada lahan optimal (sawah irigasi), tetapi juga pada lahan suboptimal seperti lahan
sawah tadah hujan, lahan kering, dan lahan rawa lebak/pasang surut.

1.4. Perluasan areal tanam


Perluasan areal tanam dilaksanakan melalui empat kegiatan yaitu:
1. Peningkatan IP (indeks pertanaman) pada berbagai tipologi lahan dengan
mengintroduksikan varietas-varietas unggul dan pemanfaatan sumber air alternatif

terutama di daerah yang memiliki IP 100/tahun seperti di Kecamatan Balai dan


Kecamatan Kembayan;
2. Penambahan luas baku lahan (PBL) yang ditujukan pada lahan kering, sawah
beririgasi (pencetakan sawah baru) serta lebak/pasang surut, dilakukan di semua
kecamatan yang memiliki lahan kering dan rawa yang belum termanfaatkan;
3. Pengembangan daerah-daerah kantong penyangga produksi seperti di Kecamatan
Sekayam, Kembayan dan Balai.

1.5. Pengembangan Sistem Perlindungan


Kegiatan ini dilaksanakan melalui penguatan informasi tentang waktu tanam, proporsi
varietas daerah endemis hama dan penyakit serta bencana alam, penguatan kelembagaan,
penyediaan teknologi dan pemasyarakatan PHT, dan pengadaan sarana pengendalian
danpengembangan sistem peringatan dini eksplosi hama penyakit,ancaman kekeringan dan
banjir.
1.6. Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Teknologi pengolahan dan pemasaran yang perludikembangkan di Kabupaten Sanggau
adalah teknologi pengolahan dalam upaya pengurangan kehilangan hasil, teknologi
pengolahan primer (pengeringan, penyimpanan dan penggilingan), alat mesin pengolahan,
standardisasi mutu produk, informasi pasar, dan pengaturan tataniaga. Dalam upaya
peningkatan nilai tambah beras perlu dikembangkan teknologi agroindustri pengolahan
melalui Sistem Manajemen Mutu (SMM) dan Sratifikasi Mutu serta perbaikan system
promosi.

1.7. Pengembangan kelembagaan


Pembentukan korporasi usaha dalam bentuk KUAT (KelompokUsaha Agribisnis Terpadu),
pendidikan, latihan, dan membangun kembali lembaga penyuluhan sebagai pusat
pengembangan kelembagaan petani, asosiasi komoditas dan profesi, serta pelayanan.

1.8. Pemantapan manajemen pembangunan

Petani di Kabupaten Sanggau diarahkan untuk melakukan panca usaha tani yang disarankan
oleh pemerintah, berupa penggunaan bibit unggul, pemupukan berimbang yang sesuai dengan
anjuran, pemberantasan hama penyakit tumbuhan, pemanenan dan pascapanen.
Pemantapan manajemen pembangunan dilakukan melalui pengembangan jaringan informasi
IPTEK dan pasar beras, mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi
hingga pengembangan. Memadukan sumber pembiayaan dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan anggaran dari pusat (APBN), Pemda (APBD, DAU) Kabupaten Sanggau,
swasta, masyakarat dan lembaga keuangan lainnya. Koordinasi dengan lembaga
nonpemerintah, swasta, asosiasi dan masyarakat agribisnis yang terkait dengan
pengembangan tanaman pangan, terutama padi, baik yang bersifat bilateral maupun
multilateral/keterpaduan yang melibatkan berbagai intansi terkait dan stakeholder secara
bersama-sama.

1.d.

Kegiatan

Untuk mencapai tujuan ketahanan pangan di Kabupaten Sanggau implementasi strategi,


program dan kebijakan dituangkan dalam kegiatan yang melibatkan semua stakeholder.
Kegiatan tersebut antara lain:
1. Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Pertanian membantu menjaga ketersediaan
pupuk, sarana dan prasarana pertanian melalui kios saprodi, pola kemitraan yang ada
di masing-masing daerah,
2. Dinas Pertanian melalui unit pelayanan jasa alsintan (UPJA) memberikan pelayanan
jasa penyewaan alat traktor dan trasher pada tiap-tiap kecamatan dan mendorong
masyarakat untuk mengusahakan alat dan mesin pertanian tersebut secara mandiri.
3. Penyuluh pertanian memberikan penjelasan dan mempraktekkan tentang pentingnya
pengolahan tanah, penggunaan pupuk berimbang dan sesuai dosis dengan mencoba
melalui demplot.
4. Memberikan penyuluhan yang lebih komprehensif untuk mendorong peningkatan
penggunaan pupuk kandang secara lebih optimal.
5. Dinas Pertanian memberikan fasilitas kepada petani untuk melakukan kunjungan
lapang pada daerah yang telah berhasil dalam menjalankan usaha taninya.
6. Dinas Pertanian menghimbau kepada petani melalui pertemuan-pertemuan tentang
pentingnya pengusahaan padi dengan frekuensi dua kali setahun.
7. Dinas Pertanian menghimbau kepada petani tentang pentingnya pengelolaan usaha
tani untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya, bukan hanya untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi saja.

8. Dinas Pekerjaan Umum melakukan perbaikan dan peningkatan jumlah sawah yang
terairi secara teknis dan setengah teknis dengan membangun sarana irigasi.
9. Untuk meningkatkan IP (Indeks Pertanaman) pada daerah yang potensial untuk
menambah IP-nya maka program bantuan yang ada dilakukan pada saat musim tanam
II.
1.IV. DUKUNGAN KEBIJAKAN
Dalam upaya mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan di Kabupaten Sanggau maka
diperlukan dukungan kebijakan sebagai perangkat untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
Kebijakan tersebut dapat berupa kebijakan makro secara nasional dan juga kebijakan mikro
pada Kabupaten Sanggau.
Dukungan kebijakan pemerintah kepada pelaku agribisnis baik masyarakat (petani) maupun
swasta, akan mempercepat peningkatan investasi pada usaha pengembangan komoditas
tanaman pangan di Kabupaten Sanggau.
Kebijakan yang perlu diberikan kepada petani meliputi: 1) kemudahan akses sumberdaya
modal bagi petani, 2) perluasan akses sumber informasi inovasi dan teknologi usaha
komoditas tanaman pangan bagi petani, 3) peningkatan pelayanan dan pengaturan
penyuluhan pertanian yang lebih komprehensif,4) peningkatan akses terhadap informasi pasar
melalui dukungan terhadap pembangunan dan pengembangan infrastruktur pasar, serta 5)
peningkatan kemampuan manajemen usaha agribisnis.
Swasta untuk dapat ikut berperan serta dalam usaha komoditas padi di Kabupaten Sanggau
ini memerlukan dukungan kebijakan yang berupa: 1) penyerderhanaan aturan dan birokrasi
investasi, 2) penerapan hukum dan perundangan yang konsisten, 3) membuka akses pada
sumber modal, 4) penerapan kebijakan fiskal yang dapat menekan biaya investasi yang
mahal, dan 5) kemudahan dan transparansi proses perizinan untuk menjalankan usaha.
Dukungan kebijakan juga diperlukan bagi kelembagaan yang berupa kebijakan untuk
kelembagaan kelompok tani, kelembagaan penyuluh pertanian dan kelembagaan koperasi
pertanian. Selian itu juga perlu dukungan kebijakan yang diperuntukkan untuk dukungan
anggaran dalam pengembangan komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sanggau.

Anda mungkin juga menyukai