Nama :
Nora Amelia Putri
NPM :
201831037
S1 ILMU GIZI
UNIVERSITAS BAITURRAHIM
DIET INFEKSI SALURAN CERNA ATAS
Banyak gangguan atau penyakit yang dapat terjadi pada saluran cerna bagian
atas. Beberapa gangguan atau penyakit yang sering ditemukan pada bagian
esofagus adalah Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) dan disfagia. Beberapa
masalah pada lambung yang sering dialami oleh banyak orang adalah indigesti atau
dispepsia, nausea/mual dan muntah, gastritis dan ulkus peptikum. Berikut uraian
mengenai gangguan atau penyakit pada saluran cerna atas.
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD)
GERD terjadi sebagai hasil dari refluks atau kembalinya isi gaster atau lambung ke
esofagus. Lower esophageal sphincter (LES) secara normal berfungsi sebagai
penghalang antara esofagus dan lambung.
Gejala yang biasa terjadi saat asam lambung naik adalah rasa asam atau pahit di
mulut dan sensasi perih atau panas terbakar di dada dan ulu hati. Kedua gejala
ini biasanya akan semakin memburuk saat penderita membungkuk, berbaring,
atau setelah makan.
Selain mulut terasa asam dan nyeri ulu hati, gejala lain yang juga dapat menyertai
GERD adalah:
• Kesulitan menelan atau perasaan seperti ada benjolan di tenggorokan.
• Gangguan pernapasan, seperti batuk-batuk dan sesak napas. Orang yang
memiliki penyakit asma akan sering kambuh ketika gejala GERD kumat.
• Suara serak.
• Mual dan muntah.
• Sakit tenggorokan.
• Keluarnya isi lambung tanpa disadari.
• Gangguan tidur.
• Kerusakan gigi karena sering terkena asam lambung.
• Bau mulut.
GERD disebabkan karena kelemahan atau kegagalan relaksasi dari cincin yang
bertugas mengatur proses buka-tutup pintu/klep yang menghubungkan esofagus
bawah dengan lambung. Kelemahan dari sfingter ini bisa terjadi dengan sendirinya
pada wanita hamil atau orang yang obesitas. Selain itu mereka yang menderita
asma, diabetes, skleroderma, dan penyakit hiatus hernia juga rentan terkena GERD.
Ada beberapa makanan yang dapat menjadi faktor yang memicu Anda terkena
GERD, antara lain kopi, alkohol, cokelat, makanan yang digoreng, saus tomat,
bawang putih dan bawang merah. Hal lain yang juga dapat meningkatkan
risiko GERD adalah kebiasaan buruk yang dilakukan seseorang –baik secara sadar
maupun tidak, seperti merokok, kebiasaan mengonsumsi makanan dalam waktu
tiga jam sebelum tidur dan mengurangi porsi makan yang akan dikonsumsi. Selain
itu, jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti aspirin, hal ini
dapat meningkatkan risiko terkena GERD.
Disfagia
Penyebab Disfagia
• Kontraksi atau kejang pada otot kerongkongan yang terjadi secara tiba-tiba.
• Luka-luka atau penyempitan pada kerongkongan akibat asam lambung.
• Peradangan pada kerongkongan arena asam lambun atau infeksi (esofaginitis).
• Scleroderma atau pengerasan dan penyempitan jaringan pada kerongkongan,
serta kelemahan otot bawah kerongkongan.
• Divertikula atau kantung-kantung kecil pada dinding kerongkongan atau
tenggorokan.
• Tumor kerongkongan baik jinak maupun ganas.
Dokter akan mendiagnosis penyebab disfagia dengan melakukan wawancara
medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dapat
menunjang diagnosis penyakit ini di antaranya adalah:
• X-ray, untuk melihat ada tidaknya perubahan pada bentuk kerongkongan.
• Dynamic swallowing study untuk mengetahui baik atau tidaknya koordinasi
mulut dan otot tenggorokan saat pengidapnya menelan makanan.
• Endoskopi untuk memeriksan lebih jauh kondisi kerongkongan.
• Manometry atau tes otot kerongkongan.
• CT scan untuk mengetahui penyebab disfagia.
Pencegahan Disfagia, Setidaknya ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk
mencegah terjadinya disfagia, seperti:
• Mengubah pola makan dalam porsi kecil tetapi sering.
• Memotong makanan menjadi kecil-kecil dan makan dengan perlahan.
• Mencoba makanan dengan berbagai tekstur untuk melihat makanan yang
menyebabkan disfagia.
• Menghindari alkohol, rokok, dan kafein yang dapat memperparah heartburn.
Indigesti atau dispepsia
Sindrom dispepsia dapat terjadi ketika jumlah asam lambung meningkat dan
menyebabkan iritasi pada dinding lambung. Iritasi ini menyebabkan munculnya
berbagai keluhan di lambung yang dapat terasa hingga kerongkongan.
Keluhan nyeri pada lambung inilah yang sering membuat dispepsia dikenal juga
sebagai keluhan nyeri lambung atau sakit maag. Sindrom dispepsia dapat terjadi
karena pengaruh gaya hidup.
Pengobatan untuk sindrom dispepsia perlu disesuaikan dengan penyebabnya dan
tingkat keparahan gejalanya. Oleh karena itu, jika Anda mengalami gejala yang
mengarah pada sindrom dispepsia, sebaiknya periksakan diri ke dokter.
Setelah menentukan diagnosis dan mengetahui penyebab keluhan yang Anda alami,
dokter akan menentukan langkah penanganan yang sesuai. Sebagai langkah awal,
dokter akan menyarankan Anda untuk mengubah pola hidup, seperti:
• Menjalani pola makan sehat
• Mempertahankan berat badan ideal
• Berolahraga secara teratur
• Mengurangi stres
• Menghindari kebiasaan berbaring setelah makan
• Menggunakan obat-obatan
Berikut ini adalah beberapa gejala yang perlu diwaspadai dan diperiksakan ke
dokter jika terjadi bersamaan dengan mual: Muntah-muntah selama lebih dari 24
jam, Timbul gejala dehidrasi, Nyeri hebat pada dada atau perut, Sakit kepala parah
atau leher terasa kaku, Demam tinggi, Kelelahan, kebingungan, atau berkurangnya
kesadaran, Penglihatan kabur.
Mual adalah rasa seperti ingin muntah dan tidak nyaman pada perut. Gejala ini
disebabkan jika Anda:
• Terlalu banyak makan.
• Menghirup aroma yang menjijikan atau tidak Anda sukai.
• Berada dalam kendaraan.
• Sedang hamil, khususnya pada trimester awal kehamilan.
• Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.
Diagnosis dari Dokter akan mencari tahu penyebab mual dan biasanya bukan
merupakan kondisi yang serius. Namun, lain halnya jika mual yang Anda alami
disertai dengan gejala-gejala yang telah disebutkan di atas. Jika dokter mencurigai
bahwa mual yang Anda alami merupakan tanda suatu penyakit, seperti penyakit
ginjal, batu empedu, atau penyakit jantung, maka dokter dapat meminta Anda untuk
menjalani pemeriksaan penunjang guna memastikannya, seperti tes darah, tes urine,
atau pemindaian. Hasil pemeriksaan akan menentukan pengobatan yang akan
diberikan. Misalnya bismuth subsalicylate untuk mual akibat gastroenteritis,
atau pyridoxine dan promethazine untuk mual dan muntah yang parah di masa
kehamilan (hiperemesis gravidarum). Jika mual disebabkan oleh hal yang tidak
berbahaya, misalnya terlalu banyak makan, Anda bisa mengatasinya dengan
beristirahat sejenak hingga mual hilang, karena melakukan aktivitas dapat membuat
mual menjadi lebih parah. Untuk meredakannya, Anda juga dapat mengonsumsi air
jahe atau air jeruk.
Untuk mencegah timbulnya mual, Anda dapat melakukan beberapa tips berikut ini:
• Hindari mencium bau yang tidak sedap.
• Makan secukupnya dan berhenti ketika Anda kenyang.
• Makan secara perlahan-lahan dan jangan langsung berbaring setelah makan.
• Konsumsi makanan dalam keadaan dingin, jika Anda mual saat mencium aroma
makanan ketika masih dalam keadaan panas.
• Tidak memandang lampu yang berkelap-kelip, jika Anda memiliki penyakit
migrain.
• Hindari membaca buku atau melihat gadget ketika Anda berada di dalam
kendaraan.
Gastritis
Gejala yang di alami pengidap gastritis bisa reda jika ditangani dengan benar.
Ada beberapa obat yang biasanya diresepkan oleh dokter, yaitu:
• Obat penghambat tingkat histamin pada tubuh
• Obat penghambat produksi asam lambung
• Obat untuk melawan infeksi bakteri
Ulkus Peptikum merupakan luka atau borok dari mukosa lambung atau
duodenum yang dapat menembus submukosanya. Ulkus Peptikum biasanya terjadi
di bagian antrum dari lambung atau beberapa sentimeter bagian awal duodenum.
Sekitar 92% ulkus duodenum dan 70% ulkus lambung disebabkan oleh H. pylori.
Gejala utama ulkus duodenum adalah nyeri ulu hati. Nyeri ulu hati muncul
sesekali, terutama ketika perut kosong. Selain nyeri ulu hati, gejala lain yang dapat
muncul pada penderita ulkus duodenum adalah: Perut kembung, Lemas, Mual dan
muntah, Rasa terbakar di ulu hati hingga dada (heartburn), Nafsu makan menurun,
dan Sulit menarik napas.